• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterangan. : NH 3, ekskreta, probiotik, ayam broiler : 1) Pembimbing Utama 2) Pembimbing Pendamping

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keterangan. : NH 3, ekskreta, probiotik, ayam broiler : 1) Pembimbing Utama 2) Pembimbing Pendamping"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI

DENGAN BEBERAPA BAKTERI PROBIOTIK TERHADAP AMONIA EKSKRETA AYAM BROILER

Disajikan oleh :

Rejeki N. Hutauruk (E10013189) Dibawah bimbingan : Yusrizal1) dan Sestilawarti2)

Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Jln. Jambi-Ma Bulian KM 15 Mendalo Darat Jambi Email : rejekihutauruk@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian BIS fermentasi dengan beberapa bakteri probiotik terhadap penurunan emisi amonia (NH3) pada ayam broiler. Penelitian ini menggunakan ayam broiler umur 1 hari

(DOC) sebanyak 160 ekor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 5 ulangan. Ransum disusun mengandung BIS fermentasi dengan perlakuan P0 = ransum tanpa mengandung BIS fermentasi, P1 = ransum mengandung 20% BIS fermentasi dengan

Streptococcus thermophillus, P2 = ransum mengandung 20% BIS fermentasi

dengan Bacillus cereus, P3 = ransum mengandung 20% BIS fermentasi dengan

Lactobacillus bulgaricus. Koleksi ekskreta dilakukan pada hari ke 30 untuk

pengukuran amonia (NH3), kadar air, pH (derajat keasaman), dan kadar nitrogen

(N). Data dianalisis dengan sidik ragam. Perbedaan antar perlakuan (P≤0,05) diuji dengan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian BIS fermentasi dengan probiotik berpengaruh nyata (P≤0,05) terhadap amonia (NH3),

kadar air, pH (derajat keasaman), dan kadar nitrogen (N). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian BIS fermentasi dengan beberapa bakteri probiotik dapat menurunkan NH3, namun yang paling baik dalam menurunkan

kadar amonia (NH3) yakni pemberian 20% BIS fermentasi dengan Lactobacillus bulgaricus.

Kata kunci : NH3, ekskreta, probiotik, ayam broiler

Keterangan : 1)Pembimbing Utama

(2)

2

EFFECT OF FERMENTED PALM KERNEL CAKE WITH

SOME PROBITICS BACTERIA TOWARD OF AMMONIA

EMMISION (NH

3

) OF BROILER

Rejeki N. Hutauruk (E10013189), supervised by : Yusrizal1) dan Sestilawarti2)

ABSTRACT

The aim of this research was to study the effect of fermented palm kernel cake with some probiotics bacteria toward of ammonia emmision (NH3) of

broiler. One hundred sixty DOC, fermented palm kernel cake with probiotics bacteria were used in this study. The experimental design was used completely randimized design (CRD) with 4 treatment and 5 repeating. The treatments are P0 = diet without fermented palm kernel cake with probiotics, P1= diet containing 20% fermented palm kernel cake with Streptoccus thermophilus, P2= diet containing 20% fermented palm kernel cake with Bacillus Cereus, P3= diet containing 20% fermented palm kernel cake with Lactobacillus bulgaricus. The excreta collection that doing on 30th day for measurement of ammonia (NH3), water content, pH (acidily degree), and nitrogen content (N). Data were analyzed usedanalysis of variance. Differencess between (P≤0,05) tested by Duncan test. The result showed that fermented palm kernel cake with probiotics bacteria significantly (P≤0,05) reduce the ammonia emission, moisture content, pH(acidly degree) and nitrogen content. From result of this research it can be concluded that the use of fermented palm kernel with some probiotics bacteria can reduce amonia emission but the the best way to reduce amonia was 20% of fermented palm kernel cake with Lactobacillus bulgaricus.

Key Words : NH3, excrete, probitic, broiler

PENDAHULUAN

Amonia atau NH3 adalah gas yang dihasilkan dari proses perombakan

sisa-sisa nitrogen yang terdapat dalam feses oleh bakteri ureolitik, senyawa nitrogen hasil transformasi N-organik melalui proses amonifikasi (Jenie dan Rahayu, 1993). Prekursor utama pembentuk NH3 adalah asam urat, melalui aktivitas

mikroba pengurai, baik secara aerobik maupun anaerobik (Koerkamp., 1994). Yusrizal et al,. (2012) menyatakan bahwa NH3 pada kandang ayam terbentuk dari

reaksi kimia antara asam urat (C5H4N4O3) dan air (H2O) serta enzim uricase asal

bakteri gram (-). Konsentrasi NH3 yang sering kali cukup tinggi di kandang dapat

menyebabkan produksi ayam menurun dan dapat membahayakan kesehatan pekerja kandang. Mengingat hal itu dibutuhkan teknologi untuk mengurangi emisi kadar NH3 di usaha peternakan ayam broiler. Salah satunya yaitu memperbaiki

susunan ransum dengan memberi suatu penambahan bahan untuk mengurangi bakteri gram (-) yang ada pada saluran pencernaan ayam broiler yang dapat meminimalisir pembentukan amonia.

(3)

3 Bungkil Inti Sawit (BIS) adalah hasil ikutan industri kelapa sawit dengan produksi yang cukup banyak dan berpotensi dijadikan sebagai pakan ternak unggas dan sekaligus sebagai penyumbang energi utama. Selain itu, BIS dapat dijadikan sebagai prebiotik karena mengandung mannan oligosakrida berpotensi untuk menekan bakteri patogen, menunjang pertumbuhan bakteri non patogen, dan sekaligus mengurangi sintesis amonia (NH3) (Yusrizal, 2012; Sundu et al.,

2006; Adrizal et al., 2010). Prebiotik didefinisikan sebagai bahan pakan yang tidak tercerna yang dapat merangsang pertumbuhan dan aktivitas sejumlah bakteri tertentu dalam saluran pencernaan dan meningkatkan kesehatan inang (host) (Gibson and Roberfroid, 1995; Choudhari et. al., 2011). Kendala penggunaan BIS sebagai pakan ternak ayam broiler adalah tingginya serat kasar (SK) (Iskandar et al., 2008). Batas penggunaan BIS dalam campuran pakan unggas bervariasi, yaitu 5-10% pada ransum ayam broiler (Sinurat et al., 2009). Untuk itu perlu dilakukan fermentasi dalam menurunkan SK pada BIS dengan beberapa mikroba dari bakteri asam laktat seperti Lactobacillus dan Streptococcus dan bakteri non asam laktat dari genus lain seperti Bacillus sebagai probiotik yang memiliki peranan luas, baik untuk mengatasi masalah pencemaran amonia pada kandang unggas maupun untuk memperbaiki efisiensi penggunaan nutrien pada ternak (Manin et al., 2012). Menurut Nastiti et al. (2013), fermentasi merupakan proses yang menggunakan mikroba sebagai fermentor atau inokulannya. Dengan fermentasi maka akan dapat meningkatkan kadar protein kasar dan menurunkan kadar SK (Ibrahim et al., 2015).

Bakteri proteolitik seperti Bacillus sp. merupakan bakteri yang dapat menghasilkan subtilin yang menurunkan jumlah mikroflora yang memproduksi enzim uricase dalam lumen saluran pencernaan (Visek et al., 1978), serta dapat menghambat konversi uric acid menjadi amonia dengan cara menggunakan uric

acid sebagai zat nutrisinya (Santoso, 1999). Menurut Santoso (1999), Lactobacillus bulgaricus sebagai bakteri penghasil bacteorisin dapat menurunkan

ammonia akibat kemampuannya dalam mencegah kelanjutan pertumbuhan

Salmonella dan bakteri pathogenic gram (-) lainnya. Bakteri asam laktat Streptococcus thermophilus dalam saluran pencernaan akan menjadikan kondisi di

dalam saluran pencernaan menjadi asam sehingga mempengaruhi proses metabolisme dari bakteri gram (-) dalam menghasilkan enzim uricase.

Penambahan BIS fermentasi pada taraf 20% dalam ransum merupakan hasil yang lebih baik diantara penelitian sebelumnya, dan berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, dan penurunan amonia. Hasil penelitian Yusrizal et al,. (2012) menunjukkan pengaruh nyata masing – masing penggunaan kultur bakteri probiotik pada konsentrasi 20% yang diujicobakan media feses baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menghambat proses konversi protein/asam urat yang terdapat dalam feses menjadi ammonia. Berdasarkan penjelasan di atas maka dilakukan penelitian dengan judul pengaruh penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dengan beberapa bakteri probiotik terhadap amonia ekskreta ayam broiler.

(4)

4 METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium UPT Terpadu, Laboratorium Fakultas Peternakan dan Kandang Percobaan Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Jambi dari 17 September sampai 22 Oktober 2016.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ayam broiler jantan umur 1 hari sebanyak 160 ekor, Bahan yang digunakan dalam penyusunan ransum yaitu: jagung, bungkil kedele, poles, bungkil inti sawit, minyak sawit, DL-Met, HCL, Calcium pospat, CaCO3, garam, Na-bicarbonate, dan Vit-Mn mix, Starter

bakteri probiotik dalam bentuk cairan yaitu Bacillus cereus, Lactobacillus

bulgaricus, dan Streptococcus thermophilus sebanyak 2%, polles, aquades, dan ekskreta ayam broiler jantan yang dipelihara, Laminar Air Flow, inkubator, kulkas, labu erlenmeyer, cawan, tabung reaksi, beaker glass, pH meter, larutan buffer pH, tissue, plastik kaca ukuran 1 kg, aluminium foil, alat pengukur amonia (Kitagawa, Gas Aspirating Pump AP-20 dan amonia detecting tubes) dan oven.

Persiapan Alat dan Persiapan Kandang

Persiapan penelitian dilakukan dengan cara semua alat yang digunakan yaitu beaker glass, petri dish, botol kecil, dicuci dengan sabun cair, selanjutnya dibilas sampai bersih sebelum siap digunakan.

Persiapan kandang dengan cara terlebih dahulu dibersihkan dan diberi larutan kapur, dengan cara mengecat seluruh permukaan kandang menggunakan kuas hingga seluruh kandang basah selanjutnya biarkan kandang kering, kemudian kandang diberikan alas dengan dengan menggunakan serbuk gergaji dan koran. Lalu tempat pakan dan minum dimasukkan ke kandang dan lampu pijar dinyalakan. Kandang diberi nomor dan kode perlakuan secara acak, kemudian masukkan 160 ekor ayam broiler jantan umur 1 hari ke dalam 20 unit kandang (100x100x50 cm/unit). Setiap unit kandang berisi 8 ekor ayam broiler jantan.

Pembuatan BIS Fermentasi dengan Probiotik

Untuk pembuatan BIS fermentasi 1 kg mengacu kepada Manin dkk., (2012) yaitu bungkil inti sawit ditimbang 90%, 10% dedak (poles), air 20% dan 2% starter probiotik. Campurkan bungkil inti sawit dan dedak padi (poles) terlebih dahulu hingga homogen, tambahkan air dan aduk kembali serta kukus selama 30 menit. Setelah 30 menit angkat dan diaduk lagi dan tunggu hingga suhu 40oC selanjutnya campurkan dengan starter probiotik hingga homogen, masukkan dalam kantong plastik dan simpan dalam inkubator selama 48 jam dengan suhu 38oC, setelah dikeringkan dalam oven dengan suhu 40oC hingga kering dan produk BIS fermentasi siap digunakan.

Komposisi bahan dan zat – zat makanan pada ransum penelitian dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2 dan di bawah ini.

(5)

5 Tabel 1. Komposisi ransum yang digunakan pada setiap perlakuan (%)

Bahan Pakan

P0 P1 P2 P3

Starter Grower Starter Grower Starter Grower Starter Grower Jagung 48,18 53,18 24,25 28,75 24,25 28,75 24,25 28,75 Bungkil Kedele 36,50 30,75 37,75 32,52 37,75 32,52 37,75 32,52 Poles 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 BISF 0.00 0,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 Minyak Sawit 6,00 6,75 9,75 10,50 9,75 10,50 9,75 10,50 DL-Metionin 0,32 0,32 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 L-Lisis.HCl 1,00 1,00 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 Kalsium Fosfat2) 1,57 1,57 1,67 1,67 1,67 1,67 1,67 1,67 CaCO3 1,16 1,16 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 NaCl 0,27 0,27 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 Na-bikarbonat 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 Vit-mineral mix3) 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 Total 100 100 100 100 100 100 100 100

Tabel 2. Komposisi nutrisi ransum yang digunakan untuk setiap perlakuan (%) Bahan Pakan Bahan Kering

(%) Kadar Abu (%) Lemak (%) Serat (%) Protein (%)

BIS 95,48 3,87 13,48 10,56 16,25 BIS + ST 91,72 3,77 10,33 4,85 15,80 BIS + BC 90,02 3,83 10,17 6,71 14,91 BIS + LB 91,96 3,76 9,93 5,12 15,38 Dedak 91,77 4,35 3,42 0,22 14,04 Jagung 89,96 1,48 3,59 0,52 7,02 Bungkil Kedelai 89,41 7,12 0,90 0,48 46,04

(6)

6 Tabel 3. Komposisi nutrisi ransum yang digunakan untuk setiap perlakuan (%) Komposisi

Nutrisi

P0 P1 P2 P3

Starter Grower Starter Grower Starter Grower Starter Grower ME (kkal/kg)1) 3101,0 7 3204,1 1 3106,3 8 3204,2 1 3106,3 8 3204,2 1 3106,3 8 3204,21 Protein kasar (%)1) 22,17 20,00 23,18 21,08 23,00 20,90 23,09 20,99 Metionin (%) 0,64 0,61 0,68 0,66 0,68 0,65 0,68 0,66 Met + Sistein (%) 0,99 0,91 1,02 0,97 1,02 0,96 1,02 0,97 Lisin (%) 1,94 1,79 1,29 1,38 1,29 1,38 1,29 1,38 Serat kasar (%) 0,44 0,43 1,29 1,23 1,66 1,65 1,85 1,34 Lemak kasar (%) 8,21 9,09 13,18 14,04 13,15 14,01 13,10 13,96 Asam linoleat (%) 1,76 1,89 1,81 1,94 1,81 1,94 1,81 1,94 Kalsium (%) 0,94 0,93 0,94 0,93 0,94 0,93 0,94 0,93 Total P (%) 0,87 0,84 0,94 0,92 0,94 0,92 0,94 0,92 NPP (%) 0,48 0,47 0,48 0,47 0,48 0,47 0,48 0,47 Catatan:

Hasil perhitungan Tabel 3 dan Tabel 4

1)Protein dan energi metabolis (ME) disusun 22% dan 3100 kkal untuk periode pertumbuhan (0-5 wk) modifikasi NRC (1994),

2)Kandungan mineral: Ca 18,2% dan P 21,1%

3)Vitamin-Mineral premix adalah produk dari MEDION-Bandung dengan kandungan per kg produk: vit A (1200000 IU), vit D3 (200000 IU), vit E (800 IU), vit K3 (200 mg), vit B1 (200 mg), vit B2 (500 mg), vit B6 (500 mg), vit B12 (1.2 mg), vitamin C (2500 mg), niasin (4000 mg), Ca-d-pantothenat (600 mg), methionin (3000 mg), lisin (3000 mg), Mn (12000 mg), Fe (2000 mg), I (20 mg), zn (10000 mg), Co (20 mg), Cu (400 mg), dan antioksidan (1000 mg).

Metode Analisis

Penampungan ekskreta dilakukan pada hari ke 30. Dan setelah itu ekskreta ditimbang, dihomogenkan, lalu diambil 50 g sampel untuk pengukuran NH3 dan

pH serta 1 g untuk penentuan kadar air dan 10 g untuk pengukuran kadar nitrogen. Pengukuran NH3 dilakukan sesuai prosedur yang dijelaskan dalam Yusrizal et al., (2013), pegukuran pH dengan menggunakan pH meter Hanna, dan kadar air

dihitung dengan metode AOAC (1990). Secara rinci, pengukuran NH3 dilakukan

dengan cara menempatkan 50 g ekskreta segar ke dalam gelas piala ukuran 400 mL dan kemudian ditutup dengan plastik. Selanjutnya, ekskreta diinkubasi selama 48 jam, pengukuran gas NH3 dilakukan dengan menggunakan NH3 tubes yang

dipatahkan kedua ujungnya dan kemudian salah satu ujungnya dihubungkan ke

Air Pump. Ujung yang lain kemudian ditusukkan melalui plastik penutup beaker glass dan kemudian ditarik hingga maksimal untuk mengetahui kadar NH3. Nilai

pH ekskreta diukur dengan interval waktu yang sama dengan pengukuran NH3

(7)

7 pengukuran NH3. Kadar air ekskreta segar dihitung menurut metode AOAC

(1990). Kadar nitrogen dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Jambi. Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan 5 ulangan, setiap unit terdiri dari 8 ekor ayam broiler jantan. Adapun perlakuan terdiri dari: P0 = Kontrol, ransum broiler tanpa mengandung BIS fermentasi dengan probiotik, P1 = Ransum broiler mengandung 20% BIS fermentasi dengan Streptococcus thermophillus, P2 = Ransum broiler mengandung 20% BIS fermentasi dengan Bacillus cereus, P3 = Ransum broiler mengandung 20% BIS fermentasi dengan Lactobacillus bulgaricus. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANNOVA), jika analisis memperlihatkan pengaruh nyata (P<0,05) maka dilanjut dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Steel dan Torrie 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberian BIS dengan penambahan probiotik pada pakan broiler mempengaruhi kadar amonia, derajat keasaman (pH), kadar air ekskreta dan jumlah nitrogen (N) broiler dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan amonia (NH3), derajat keasaman (pH), kadar air ekskreta dan

jumlah nitrogen (N) broiler jantan yang diberikan BIS mengandung probiotik (Rataan±SD) Perlakuan NH3 (ppm) pH KA (%) Kadar N P0 130,00a ± 25,49 7,49a ± 6,12 52,86a ± 16,25 1,58a ± 2,81 P1 40,00b ± 14,14 7,31ab ± 6,05 47,93a ± 15,48 1,64ab ± 2,86 P2 18,80b ± 9,69 6,89b ± 5,87 44,32a ± 14,88 1,88b ± 3,07 P3 10,00b ± 7,07 6,50b ± 5,70 28,67b ± 11,97 2,01b ± 3,17 Keterangan : 1)Superscript yang berbeda pada setiap kolom yang sama menunjukkan pengaruh

yang nyata (P < 0,05)

2)P0 = Kontrol (Ransum tanpa BIS fermentasi)

P1 = Ransum Broiler mengandung 20% BIS fermentasi dengan Streptococcus thermophillus

P2 = Ransum Broiler mengandung 20% BIS fermentasi dengan Bacillus cereus P3 = Ransum Broiler mengandung 20% BIS fermentasi dengan Lactobacillus

bulgaricus

Kadar Amonia (NH3)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ransum broiler yang mengandung bakteri probiotik berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap penurunan amonia (NH3) pada ekskreta broiler. Hasil uji duncan menunjukkan bahwa kadar

amonia antara P1, P2 dan P3 berbeda nyata (P<0.05) terhadap P0 tetapi P1, P2 dan P3 tidak berbeda nyata (P>0.05). Penurunan jumlah kadar amonia (NH3)

diduga karena jumlah peningkatan bakteri non-patogen di dalam saluran pencernaan setelah diberikan ransum BIS fermentasi dengan bakteri yang mempunyai mekanisme kerja fungsi masing – masing. Sehingga terjadi penekanan jumlah bakteri patogen yang menghasilkan enzim uricase dan kemudian menghambat proses pembentukan amonia.

Faktor utama yang menjadi pembentuk amonia yaitu uricase yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif dan uric acid yang terbentuk karena protein yang tidak tercerna di dalam saluran pencernaan broiler. Produksi NH3 sangat erat

(8)

8 kaitannya dengan efisiensi penyerapan zat makanan, khususnya protein dan asam amino. Protein yang tidak terserap di dalam saluran pencernaan akan di konversi menjadi uric acid yang kemudian diekskresikan bersama feses. Mengingat di dalam feses unggas jumlah bakteri uricolytic lebih tinggi dibanding bakteri anaerobik (Burnet and Dondero, 1969), maka proses dekomposisi uric acid oleh bakteri tersebut berlangsung sangat cepat menghasilkan amonia.

Chiang dan Hsieh, (l995) menyatakan bahwa untuk menurunkan kandungan amonia tersebut dapat dilakukan dengan pemberian probiotik yang dapat meningkatkan kecernaan protein pakan dan dapat menurunkan jumlah asam urat. Asam urat tersebut dimanfaatkan menjadi protein organik sehingga keberadaannya di dalam ekskreta menurun. Ditambahkan Sjofjan, (2003) semakin baik penyerapan protein maka produksi uric acid akan menurun, sehingga aktivitas penguraian uric acid menjadi amonia akan berkurang. Di samping itu probiotik juga dapat menahan aktivitas mikroba pengurai protein pada feses dan litter sehingga menyebabkan kadar amonia menurun.

Ditambahkan Yusrizal et al,. (2012) menyatakan bahwa Lactobacillus

bulgaricus merupakan kelompok bakteri penghasil antibiotik yang jika

dikombinasikan dengan prebiotik mannanoligosakarida asal BIS cukup efektif dalam menurunkan kadar amonia dibandingkan dengan bakteri Bacillus Subtilis. Selain menghasilkan asam yang berperan dalam mengikat amonia menjadi amonium (NH4+), Lactobacillus bulgaricus juga menghasilkan lebih banyak bacteriocin (antibiotik) yaitu bulgarican yang berfungsi menekan pertumbuhan

bakteri patogen gram (-). Tertekannya pertumbuhan bakteri gram (-) ini menjadikan sedikitnya produksi enzim uricase yang dapat digunakan untuk mengkonversi uric acid menjadi amonia. Selain peran dari Lactobacillus

bulgaricus, di dalam saluran pencernaan Bacillus cereus memiliki peranan

penting dalam menurunkan amonia. Pendapat Soeharsono (1999), bahwa bakteri proteolitik seperti Bacillus sp dapat menghambat konversi uric acid menjadi amonia dengan cara menggunakan uric acid tersebut sebagai zat nutrisinya.

Streptococcus thermophillus di dalam saluran pencernaan dapat menciptakan

kondisi asam. Seperti pendapat Santoso (1999), bakteri penghasil asam seperti

Streptococcus thermophillus dapat menurunkan pH feses/litter yang berakibat

pada jumlah dan penurunan jumlah dan aktivitas bakteri gram (-). Derajat Keasaman (pH) Ekskreta Broiler

Hasil uji duncan menunjukkan bahwa P0 tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap P1, namun berbeda nyata (P<0,05) terhadap P2 dan P3. Selain itu P1 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan P2 dan P3, dan P2 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan P3. Penurunan pH pada ekskreta yang mendapat probiotik diduga akibat dihasilkannya asam organik oleh BAL serta berkurangnya perombakan protein menjadi amonia dan proses fermentasi yang menjadikan kondisi asam dalam saluran pencernaan. Sembiring (2001) menyatakan bahwa aktivitas mikroorganisme dapat menyebabkan perubahan pH karena substrat yang dihasilkan oleh mikrobia. Proses fermentasi oleh bakteri akan menghasilkan asam sehingga pH dapat turun, sebaliknya sewaktu metabolisme protein dan asam amino akan dilepaskan ion amonium sehingga pH menjadi basa. Penurunan pH ekskreta erat kaitannya dengan dihasilkannya asam oleh bakteri asam laktat yang menghambat aktivitas mikroba pengurai protein sehingga perombakan protein

(9)

9 menjadi amonia berkurang (Sjofjan, 2003).Seperti yang dikemukakan oleh Lopez (2000), bahwa salah satu mekanisme kerja probiotik adalah menghasilkan asam sehingga akan menurunkan pH di dalam saluran pencernaan. Dengan menurunnya pH di dalam saluran pencernaan maka pH feses pun akan menurun.Mobley dan Hausinger (1989) menyatakan bahwa pH feses sangat berperan dalam pelepasan amonia pada feses, sebab penurunan pH manure akan merubah keseimbangan amonia (NH3) menjadi amonium (NH4+) yang lebih larut dalam air sehingga tidak

mudah menguap dibanding NH3.

Menurut Zuprizal (2009), pH dan kadar amonia saling berhubungan, konsentrasi amonia dalam kandang terkait erat dengan banyaknya konsentrasi nitrogen dalam kotoran, pH, dan sistem ventilasi. Konsentrasi nitrogen dalam kotoran diakibatkan oleh banyaknya kandungan protein dalam ransum yang tidak tercerna dengan sempurna, sehingga dengan adanya konsentrasi nitrogen maka konsentrasi amonia pun meningkat karena adanya aktivitas bakteri yang mengurai nitrogen dalam kotoran ungggas menjadi gas amonia. Apabila kadar amonia tinggi maka pH pun akan meningkat, hal ini dipengaruhi oleh semakin banyaknya ekskreta yang dihasilkan oleh ayam dan aktivitas bakteri dalam mengurai nitrogen menjadi asam urat.

Kadar Air Ekskreta Broiler

Hasil uji duncan menunjukkan bahwa P0 tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap P1, namun berbeda nyata (P<0,05) terhadap P2 dan P3. Selain itu P1, P2, dan P3 berbeda tidak nyata (P>0,05). Tingkat kadar air yang rendah pada ekskreta broiler ini menjadikan pertumbuhan bakteri patogen sulit untuk berkembang. Penurunan kadar amonia, pH dan kadar air dalam saluran pencernaan itu sejalan. Tingginya kadar air akan menyebabkan pertumbuhan bakteri patogen semakin meningkat dikarenakan kondisi pH dalam saluran pencernaan masih belum optimal (basa), sehingga perlu diciptakan kondisi asam untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen yang nantinya perombakan uricase pembentuk amonia semakin menurun. Yusrizal et al,. (2012) menyatakan bahwa kandungan air yang cukup tinggi dapat menyebabkan aktivitas mikroorganisme patogen (E. Coli) bekerja efektif sehingga emisi NH3 yang diproduksi juga akan

meningkat. Sujono et al,. (2001) menyatakan bahwa kadar protein dalam ransum dapat mempengaruhi kadar air pada feses, karena kelebihan nitrogen tidak dapat disimpan di dalam tubuh maka kelebihan nitrogen dibuang dalam bentuk asam urat melalui urin sehingga pada proses ini ayam akan memerlukan air yang banyak untuk membuang nitrogen. Kadar air yang diproduksi pada ekskreta broiler berkisar antara 60-80% (Leeson dan Summers, 2000).

Kadar Nitrogen (N) Ekskreta Broiler

Hasil uji duncan menunjukkan bahwa P2 dan P3 berbeda nyata terhadap P0 tetapi tidak pada P1. Selain itu P1 tidak berbeda nyata (P>0,05) tehadap P0. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya amonia merupakan karena N yang berlebih di dalam tubuh yang kemudian dibuang dalam bentuk asam urat bersama dengan urin dan sebagian lepas ke udara. Signifikannya penurunan NH3 adalah

indikasi dari efisiensi utilisasi N yang sudah maksimal, sehingga ekskresi N tidak tersedia untuk aktifitas bakteri pembentuk NH3. Dengan demikian kadar N yang

semakin tinggi pada perlakuan di penelitian ini menunjukkan aktivitas bakteri yang baik dalam tubuh dimana N tertahan dalam feses dan penguraian asam urat

(10)

10 menjadi amonia semakin sedikit. Sesuai dengan pendapat Koerkamp (1994), bahwa 40% dari asupan Nitrogen (N) pada ayam akan lepas ke udara dalam bentuk NH3 (Patterson dan Lorenz, 1996) dan 25% akan terurai dalam bentuk

amonium (NH4+) atau nitrat (NO3-). Patterson dan Adrizal (2005) dalam salah

satu makalah hasil studi literaturnya menyebutkan bahwa retensi protein (N) pada ayam petelur hanya sekitar 34% dan ayam pedaging 51%, sedangkan sisanya terbuang bersama manur dan terlepas ke udara/atmosfer dalam bentuk NH3.

KESIMPULAN

Pemberian 20% BIS fermentasi dengan bakteri probiotik Lactobacillus

bulgaricus mampu menurunkan kadar amonia dan penurunan pH, kadar air dan

menahan N ekskreta ayam broier.

DAFTAR PUSTAKA

Burnett, W. E. and Dondero, N. C. 1969. Microbial and chemical changes in poultry manure associated with decomposition and odour generation. Animal Waste Management, Cornell University Conference on Agriculture Waste Management, Page 271. Chiang, S.H. and W.M. Hsieh. 1995. Effect of Direct Fed Microorganisms on Broiler Growth Performance and Liter Ammonia Level Asian-Australian J. Anim.

Sci.8:169-162

Chiang, S.H. and W.M. Hsieh. 1995. Effect of Direct Fed Microorganisms on Broiler Growth Performance and Liter Ammonia Level Asian-Australian

J. Anim. Sci.8:169-162

Choudhary, S., et al., 2011. Effect of Exercise on Serum Iron, Blood Haemoglobin, and Cardiac Efficiency. Sardar Patel Medical College, India.

Gibson, G. R., dan Roberfroid, M. B. 1995. Dietary modulation of the human colonic microbiotia: introducing the concept of prebiotics. Journal of Nutrition, 125: 1401-1412.

Iskandar, S. A.P. Sinurat, B. Tiesnamurti, dan A. Bamuali. 2008. Bungkil inti sawit potensial untuk pakan ternak. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 30. No.1 ; 16-17.

Jenie, B.S.L dan W.P. Rahayu, 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Koerkamp, P. W. G. 1994. Review on emissions of ammonia from housing systems for laying hens in relation to sources, processes, building design and manure handling. J. Agric. Engng. Res. 59:73-87.

Lesson, S. and J. D. Summer. 2000. Comercial Poultry Nutrition. 2nd Ed. University Book. University Guelph. Guelph, Ontario, Canada.

Lopez, J. 2000. Probiotic in animal nutrition. Recent Advances In Animal Nutrition Asian-Australian Journal of animal Science 55 : 1238-1246. Manin. F, Ella H., Yatno dan Pudji Rahayu. 2012. Dampak pemberian probiotik

probio_FM terhadap kinerja itik Kerinci jantan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan “ Peningkatan Produktivitas Sumber Daya Peternakan, Bandung, 12 November 2013. Hal. 235-239.

(11)

11 Manin. F., Ella Hendalia, dan A. Aziz . 2007. Isolasi dan Produksi Isolate Bakteri

Asam Laktat dan Bacillus sp dari Saluran Pencernaan Ayam Buras Asal Lahan Gambut Sebagai Sumber Probiotik. Jurnal AGRITEK ( Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, Teknologi Pertanian dan Kehutanan. Terakreditas No.026/Dikti/Kep/2005. Agritek Edisi Khusus Dies Natalis IPM Ke-16 November 2007. Halaman 74-78.

Mobley, D. F., and R. P. Hausinger. 1989. Microbial ureases: singnificance, regulation, and moleculer characterization. Micbiol. Rev. 53:85-108. Nastiti,U. N., Lastuti, N.D.R., Nurhajato.,T. 2013. The decreasing of crude fiber

and the increasing of crude ptotein content of pineapple (Ananas comosus L, Merr) which fermented by cellulolytic bacteria (Actinobacillus sp. ML-08). Jurnal Agroveteriner. 1 (2): 46–54.

Patterson, P. H., And E. S. Lorenz. 1996. Manure Nutrient Production From Commercial White Leghorn Hens. J. Appl. Poult. Res. 5:260–268.

Santoso, U.S. Ohtani, K., Tanaka dan Sakaida. 1999. Dried Bacillus subtillis Culture reduced ammonia gass release in poultry house. AsianAustralian Journal of Animal Sciences (AJAS) Vol. 12. No. 5. 677-842.

Sembiring, P., 2001. Biokonversi Limbah Pabrik Minyak Inti Sawit Dengan Phanerochaete Chrysosporium Dan Implikasinya Terhadap Performans Ayam Broiler. Disertasi. UNPAD. Bandung.

Sinurat, A.P., T. Purwadaria, T. Pasaribu, P. Ketaren, H. Hamid, Emmi, E. Fredrick, Udjianto, Dan Haryono. 2009. Proses Pengolahan Bungkil Inti Sawit dan Evaluasi Biologis pada Ayam. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Sjofjan, O. 2003. Kajian Probiotik (Aspergillus niger dan Bacillus spp.) sebagai Imbuhan ransum dan Implikasi Efeknya terhadap Mikroflora Usus serta Penampilan Produksi Ayam Petelur. Disertasi. Universitas Padjajaran, Bandung

Soeharsono, 1999. Prospek Penggunaan Probiotika sebagai Pengganti Antibiotika untuk Ternak. Wacana Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Tahun Akademik 1999-2000. Universitas Padjajaran.

Sujono, Widarti dan Ramziah. 2001. Pengaruh pemberian feed additive Joster-HE (High Efficiency) terhadap kadar amonia ekskreta dan retensi nitrogen pada ayam pedaging. Jurnal Protein. 16 : 971-976.

Sundu B., A. Kumar and J. Dingle. 2006. Palm kernel meal in broiler diets: effect on chicken performance and health. World Poultry Science Journal, 62:316-325

Visek, W. I. 1978. The mode of growth promotion by antibiotics. J. Anim. Sci., 46: 1447-1469.

Yusrizal, F. Manin, Yatno, And Noverdiman. 2012. The Use Of Probiotic And Prebiotic (Symbiotik) Derived From Palm Kernel Cake In Reducing Ammonia Emision In The Broiler House. Proceeding The Ist Poultry International Seminar 2012. The Role Of Poultry In Improving Human Welfare. Faculty Of Animal Science, University Of Andalas, Padang. Indonesia.2012.

Zuprizal. 2009. Industri Pakan Ternak di Indonesia: Tinjauan dari Penggunaan Makronutrien Protein Pakan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: UGM.

Referensi

Dokumen terkait

Nyatakan harapan jawatankuasa penganjur bagi kertas kerja ini samada untuk kelulusan kertas kerja (sila nyatakan kembali nama program, tarikh, tempat program, perbelanjaan

Untuk survei pendahuluan kelelahan dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) disebabkan banyak pekerja yang memiliki keluhan

Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Schermerhorn Jr et al (2010), cara yang lain selain diferensiasi kontekstual adalah mengandalkan manajer menengah untuk

Sebagian besar gejala diare dapat diatasi dengan menjaga kebersihan dan mengolah makanan yang sehat dan bersih, tetapi sebagian orangtua yang mempunyai balita

Bagi hutan yang berstatus sebagai Hutan Larangan Adat Rumbio yang memiliki potensi untuk ikut ambil bagian, namun saat ini Hutan Larangan Adat belum

Penelitian ini dalam statistik deskriptif ditunjukkan untuk memberikan gambaran atau deskriptif data dari variabel dependen yaitu kinerja keuangan Return on Asset

Selanjutnya, hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan uji stastistik non parametrik Mann Whitney , didapatkan nilai p=0,629 dengan

Bab ini berisi penyajian dan pembahasan data yang telah didapat dari hasil penelitian, yang terdiri dari perbandingan perlindungan hukum pidana terhadap anak sebagai pelaku