• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK PEMBIAYAAN 10-1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASPEK PEMBIAYAAN 10-1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK PEMBIAYAAN | 10 - 1

Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD Kabupaten/Kota dalam pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

(2)

ASPEK PEMBIAYAAN | 10 - 2 Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

(3)

ASPEK PEMBIAYAAN | 10 - 3 3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan. 5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber

pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

(4)

ASPEK PEMBIAYAAN | 10 - 4 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

- kerawanan sanitasi;

- cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:

(5)

ASPEK PEMBIAYAAN | 10 - 5 a. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

b. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

c. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

d. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

e. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

f. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya. Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RPI2JM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kota yang meliputi :

1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun;

2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada 3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru

Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPI2JM perlu memperhatikan hasil total atau produktifitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan.

(6)

ASPEK PEMBIAYAAN | 10 - 6

9.2 Profil Keuangan Daerah Kabupaten Lombok Tengah

9.2.1 Profil APBD Kabupaten Sumbawa Barat

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

Tabel 9.1. Profil Pendapatan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011-2013 (dalam Juta

Rupiah)

NO URAIAN 2011 2012 2013

1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 122.933,67 34.687,81 41.037,69 A Pajak Daerah 11.767,03 13.624,66 13.650,57 B Retribusi Daerah 3.439,08 1.110,70 3.968,12 B1 Retribusi Jasa Umum 2.636,00

291,09 2.423,32 B2 Retribusi Jasa Usaha 370,28

511,59 726,80 B3 Retribusi Perizinan Tertentu 432,80

308,02 818,00 C Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 21.094,27 13.041,98 19.600,00 D Lain lain 86.123,30 6.910,10 3.819,00 2 DANA PERIMBANGAN 384.301,09 391.257,50 457.908,96 A Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 144.229,99 103.881,80 52.525,18 A1 Bagi Hasil Pajak 50.993,91 58.702,24 40.383,05 A2 Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam 93.236,08 45.179,56 12.142,13 B Dana Alokasi Umum (DAU) 214.927,30 259.204,00 349.283,83 C Dana Alokasi Khusus (DAK) 25.143,80 28.651,77 56.099,94 3 LAIN LAIN 141.765,22 88.822,33 91.053,35

JUMLAH 1.303.393,82

1.046.185,15 1.145.439,94 Sumber BPS, Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2012,2013 & 2014

Sementara itu, untuk profil pengeluaran daerah Kabupaten Sumbawa Barat dari tahun 2011 hingga tahun 2013 adalah sebagai berikut:

(7)

ASPEK PEMBIAYAAN | 10 - 7

Tabel 9.2. Profil Pengeluaran Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011-2013 (dalam Juta

Rupiah)

NO URAIAN 2011 2012 2013

1

Belanja Tidak Langsung 243.085,28 230.350,54 258.846,06 Belanja Pegawai 196.463,47 188.271,60 229.429,87 Belanja Bunga - - - Belanja Subsidi 4.900,00 5.750,00 250,00 Belanja Hibah 9.224,07 3.416,50 7.724,99 Belanja Bantuan Sosial 10.497,73 12.491,44 2.520,25 Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintah Desa - 17.000,00 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa 19.000,00 17.021,00 420,95 Belanja Tidak Terduga 3.000,00 3.400,00 1.500,00

2

Belanja Langsung 405.914,71 384.140,67 333.590,77 Belanja Pegawai 20.556,21 21.932,88 9.720,27 Belanja Barang dan Jasa 127.569,93 140.440,57 112.586,14 Belanja Modal 257.788,56 221.767,22 211.284,37 JUMLAH PENGELUARAN 649.000,00 614.491,21 592.436,83 Sumber BPS, Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2012,2013 & 2014

9.3 Permasalahan dan Analisa Keuangan

9.3.1 Kondisi Keuangan Pemerintah Kabupaten

Meskipun terjadi peningkatan Pendapatan Daerah setiap tahunnya dari tahun sebelumnya, namun masih kecilnya kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan Daerah masih menjadi salah satu masalah yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat. Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah hanya sebesar 7,45% sementara 91,64% merupakan Pendapatan Transfer, baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi.

Dalam upaya meningkatkan APBD melalui sumber pendanaan PAD Kabupaten Sumbawa Barat dihadapkan pada :

a. Lemahnya manajemen/pengelolaan pendapatan daerah di unit-unit pengelolaan PAD

b. Lemahnya penegakan peraturan-peraturan yang ada

c. Banyaknya peraturan daerah yang sudah tidak sesuai dengan situasi sekarang. d. Belum akuratnya data dan sistem yang ada sehingga kurang mendukung

perhitungan penerimaan pendapatan daerah

(8)

ASPEK PEMBIAYAAN | 10 - 8

9.3.2 Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten

Proyeksi kemampuan keuangan Kabupaten Sumbawa Barat disesuaikan dengan kondisi keuangan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat:

1. Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun

2. Menggunakan asumsi dasar sebagai berikut :  Melihat kecendrungan trend ( past trend )  Estimasi pertumbuhan akibet action plan

 Kebijaksanaan khusus pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat 3. Proyeksi ketersediaan dana untuk pelaksanaan RPIJM

4. Perhitungan kemampuan memimjam Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat

9.3.3 Rencana Pembiayaan Program

Sumber – sumber pembiayaan untuk pembangunan prasarana kota berasal dari Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat APBD, Pemerintah Propinsi, Swasta ( PDAM, Developer, dll ), masyarakat sedang untuk bantuan luar negeri dari hasil analisa terhadap Public Saving dapat dilihat bahwa Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat belum saatnya untuk melakukan pinjaman, baik itu pinjaman dalam negeri maupun luar negeri.

Untuk pembangunan sektor air minum Kabupaten Sumbawa Barat dana dominan yang digunakan bersumber dari Pemerintah Pusat dan dari PDAM sendiri, sedangkan dana dari Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat potensial untuk digunakan untuk penambahan jaringan sambungan rumah.

Melihat dari kondisi keuangan yang ada di Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat yang masih mengandalkan Dana Alokasi Khusus maka untuk pembangunan prasarana kota Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat masih sangat mengharapkan bantuan Pemerintah Pusat khususnya untuk sektor air bersih ,drainage dan persampahan.

Dengan adanya program peningkatan Pendapat Asli Daerah ( PAD ) diharapkan lambat laun pembangunan prasarana kota akan dilaksanakan dengan kekuatan sendiri ( APBD dan Masyarakat ) dan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi hanya bersifat stimulan dan pelengkap.

9.3.4 Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM

Sumber – sumber pembiayaan untuk pembiayan RPIJM Kabupaten Sumbawa Barat bersumber dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Swasta .

Nilai dan besarnya biaya untuk masing masing sektor serta sumber pembiayaannya dirumuskan dalam dokumen Project Memorandum ( Kesepakatan Pelaksanaan Program ).

(9)

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019 KABUPATEN SUMBAWA BARAT, NUSA TENGGARA BARAT

ASPEK PEMBIAYAAN | 10 - 9 Tabel 9.3. Rencana Alokasi Pendanaan Program Prasarana Kota Mataram

No. Pembiayaan Kuat Potensial Lemah

APBN Kota Prop. Masy Swasta APBN Kota Prop. Masy Swasta APBN Kota Prop. Masy Swasta

1. Air Minum      2. Drainase      3. Sampah      4. Air Limbah   5. Pengembangan Permukiman     6. Tata Bangunan Lingkungan   

Gambar

Tabel 9.1.  Profil Pendapatan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011-2013 (dalam Juta  Rupiah)

Referensi

Dokumen terkait

PELAYANAN RESEP RAWAT INAP VISITE DOKTER PENGECEKAN PENYERAHAN OBAT KE MASING- MASING RUANGAN PASIEN PIO ANALISA RESEP •SKRINING RESEP •DISIAPKAN OBAT PERHARI DIBACA.6.

Pembangunan waduk, saluran industri, pembuatan plengsengan batu kali Rungkut.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial pada keluaga pasien di RSU Hidayah Purwokerto. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan

Karena nggak tau sih mas kayak sugesti sendiri, kan ada orang bilang air putih kalo kamu omongin masuk dalam tubuhmu juga bisa jadi obat gitu kan?. Kalo aku alkohol

Berdasarkan judul penelitian “Progam Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) dalam pengembangan kemampuan pedagogis guru Qiraati (studi kasus di. kecamatan Batealit Jepara)”, maka

Informan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sembilan mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang menjalin hubungan pertemanan dengan mahasiswa

Adapun perancangan antarmuka yang dibuat dalam aplikasi ini meliputi form monitoring utama, menu aktivasi suara peringatan, menu keluar dari sistem, menu manajemen