• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM (Identitas Religius atau Religiusitas) ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM (Identitas Religius atau Religiusitas) ABSTRAK"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM (Identitas Religius atau Religiusitas)

Andi Amma Ruhmah*

(Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah STAI Ibnu Sina Batam)

ABSTRAK

Idealnya penerapan etika bisnis dalam konteks ekonomi Islam tidak hanya sebagai Identitas Religius, tetapi menunjukkan bahwa etika bisnis dalam Ekonomi Islam adalah sebuah Religiusitas, karena ketika bisnis terkoordinasi dan melibatkan banyak individu dalam manajemen kegiatan ekonomi, maka pasti akan menimbulkan efek-efek sosial yang bertumpu pada berbagai macam kepentingan, namun demikian dari sudut pandang pelaku, baik bisnis sebagai aktivitas maupun sebagai entitas, keduanya tidak akan lepas dari persoalan etika.

Kata Kunci: Etika, Bisnis, dan Ekonomi Islam. A. PENDAHULUAN

(INTRODUCTION)

Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama islam, pengahapusan bunga merupakan hanya salah satu persyaratan dasar untuk pembentukan sebuah tatanan ekonomi Islam1. Karenanya ia

merupakan bagian tak terpisahkan (integral) dari agama Islam. Sebagai derivasi dari agama Islam, ekonomi Islam akan mengikuti agama Islam dalam berbagai aspeknya. Islam adalah system hidup (way of life), dimana Islam telah menyediakan berbagai perangkat aturan yang lengkap bagi kehidupan manusia, termasuk dalam bidang ekonomi. Beberapa aturan ini bersifat pasti

1Abdul Awwal Sarker, Islamic Economics, Vol 4 , No 1 (1995) Islamic

financial instruments, definition and types,

Join director publications and Islamic economics division research department, Bangladesh bank, Dhaka. Bangladesh. 1

dan berlaku permanen, sementara beberapa yang bersifat kontekstual sesuai dengan situasi dan kondisi.

2

Ekonomi merupakan bagian integral dari agama Islam, Secara umum agama diartikan sebagai persepsi dan keyakinan manusia terkait dengan eksistensinya, alam semesta, dan peran Tuhan terhadap alam semesta. Islam bukan hanya berkaitan dengan spiritualitas atau ritualitas. Namuun agama merupakan serangkaian keyakinan, ketentuan dan peraturan serta tuntutan moral bagi setiap aspek seluruh kehidupan manusia. 3

Ekonomi secara umum, didefinisikan sebagai hal yang mempelajari perilaku manusia dalam menggunakan sumber daya

2Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi

Islam, (Jakarta:Rajawali Press, 2011). 13

(2)

yang langka untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia. Dengan demikian ekonomi merupakan bagian dari agama.4 Ekonomi Islam

merupakan implementasi sistem etika Islam. dalam kegiatan ekonomi yang ditujukan untuk pengembangan moral masyarakat. Sistem etika Islam berisi panduan khusus untuk mencapai filter moral dan untuk melakukan bisnis.5

Kegiatan ekonomi berupa bisnis, dalam masyarakat islam tidak lepas dari pertimbangan moral, bisnis sebagai upaya dan usaha keberlangsungan, kegiatan bisnis dapat dirasakan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun bisnis bukanlah semata-mata sebagai upaya pemenuhan kebutuhan individu, tapi juga kebuthan masyarakat, bahkan negara. Bisnis merupakan sebagai aktivitas rill ekonomi yang secara sederhana dilakukan dengan jual beli atau pertukaran barang dan jasa..

Kehidupan seorang muslim didasarkan pada konsep-konsep Islam manusia kesejahteraan dan kehidupan yang baik yang menekankan persaudaraan dan keadilan sosio-ekonomi dan memerlukan kepuasan yang seimbang baik material dan

4 Ekonomi Islam. 14

5Gillian Rice, Islamic Ethics And

The Implications For Business, Jurnal of

Business Ethics Vol. 18 No.4, 1999 Kluwer Academic Publisher Printed In The Netherland. 347

kebutuhan spiritual dari semua manusia.6

Untuk menjaga keseimbangan antara bisnis dan lingkungan sekitar yang mengelilinginya, maka suatu bisnis baik sebagai aktivitas maupun entitas haruslah memperhatikan persoalan-persoalan social, yang kemudian disebut sebagai tanggung jawab social bisnis. Muncul ketika berhadapan dengan kepentingan-kepentingan masyarakat baik berupa nilai-nilai tatanan suatu masyarakat. Dengan adanya tanggunga jawab sosial bisnis tersebut pada satu sisi dan kepentingan bisnis itu sendiri, maka bisnis bukanlah aktivitas maupun entitas yang berdiri sendiri, melainkan mempunyai kaitan erat dengan dan tidak terlepas dari sturktur dan sistem-sistem kemasyarakatan yang terdiri dari problematika kemanusiaan, kemasyarakatan dan kenegaraan dari segi kemanfaatan atau ketidakmanfaatan, kebenaran-kesalahan, dan kebaikan-keburukan, pada titik inilah dimensi etika memantau peranan penting dan strategis dalam akitivitas maupun entitas bisnis sebagai pengarah, pembimbing dan pengontrol bisnis agar tidak keluar dari tujuan hakikat bisnis tanpa melanggar nilai-nilai ajaran agama, hukum pemerintah dan nilai-nilai kemasyarkatan. Juga agar bagaimana aktivitas dan entitas bisnis menjadi perilaku-perilaku yang etis secara integral. Dengan demikian, ketika bisnis

(3)

masih dilakukan oleh individu-individu tertentu, maka bisnis masih merupakan aktivitas di mana belum menimbulkan efek-efek yang kompleks, namun ketika bisnis telah terkoordinasi dengan melibatkan banyak individu dalam manajemen perusahaan, maka pasti akan menimbulkan efek-efek social yang bertumpu pada penyim bangan berbagai macam kepentingan, namun demikian dari sudut pandang pelaku baik bisnis sebagai aktivitas maupun sebagai entitas, keduanya tidak akan lepas dari persoalan etika.

Etika dan bisnis memaksakan norma-norma agama bagi dunia bisnis, memasang kode etik profesi bisnis, merivisi system dan hukum ekonomi, meningkatkan keterampilan memanajemeni tuntutan-tuntuan etika pihak-pihak luar untuk mencari aman, sehingga etika bisnis dikembangkan dengan cara memasuki telaah masalah-masalah moral dalam dunia bisnis.7

Perbedaan barang ekonomi dan barang nonekonomi didasarkan pada ada atau tidaknya keterlibatan manusia

7Dapat di pahami bahwa secara umum dapat didefinisikan sebagai system aturan yang mengatur urutan nilai, etika juga mengacu kebenaran atau kesalahan dari keputusan dan perilaku individu dan organisasi. Sehingga etika bisnis kadang-kadang disebut prinsip-prinsip moral dan standar yang memandu perilaku dalam berbisnis. Lihat dalam Muhammad Zulkifli Muhammad,

an analysis of islamic ethics in small and medium enterprises UNITAR E-journal Vol

4, No 1 , Januari 2008

dalam proses produksi.8 Secara

fundamental ekonomi sebagai studi terhadap kelangkaan dan masalah yang menimbulkan kelangkaan. Perilaku manusia dalam masyarakt Islam tidak dapat cukup dijelaskan tanpa mengacu pada etika Islam yang mengaturnya. Kegiatan ekonomi dalam masyarakat islam tidak lepas dari pertimbangan moral. Islam sangat menyarankan pengikutnya terhutang konsumsi berlebihan dan ekses ekonomi dan teguh menganjurkan kesederhanaan dalam kebiasaan konsumsi.9

Dalam Islam, etika dan ekonomi tidak hanya kompatibel tetapi juga tak terpisahkan. Islam bukan hanya sekedar agama, ia memproyeksikan cara hidup yang lengkap, perilaku manusia dalam masyarakar islam tidak dapat cukup dijelaskan tanpa mengacu pada etika Islam yang mengaturnya, orang islam tentu saja sangat berbeda dari manusia ekonomi karena ia dipahami dalam zaman modern. Orang islam mengacu pad sumber moral dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika tertinggi, sedangkan manusia ekonomi menuruti preferansinya dimotivasi oleh kepentingan pribadi.10

Semangat terhadap spirit Islam, termasuk dalam dunia bisnis bukan hanya sekedar memberikan justifikasi hukum

8Muammad Arief. Economics and ethics in Islam. Reading in te Concept and Metodology of Islamic Economics. (Kuala Lumpur: CERT Publication, 2005) 115

9Muammad Arief,. 119 10Muammad arif 107

(4)

terhadap fenomena ekonomi yang ada, namun lebih menekankan pada pentingnya spirit islam dalam setiap aktivitas ekonomi. 11

Aspek moral atau etika seringkali diartikan sebagai pengorbanan kepentingan individu atau material untuk mengedepankan kepentingan sosial atau nonmaterial. Dengan demikian, ketika perilaku rasional ekonomi diartikan sebagai upaya untuk mewujudkan mashlahah materi semata, maka perilaku etis dipandang sebagai perilaku yang tidak rasional dan karenanya dikeluarkan dari pokok bahasan ilmu ekonomi. 12 Sehingga

moralitas Islam tidak diposisika sebagai suatu batasan ilmu ekonomi, namun justru sebagai pilar atau patokan dalam menyusun ekonomi Islam.13

B. AGAMA SEBAGAI SUMBER

AXIOMA ETIKA

Penelitian empiris memberikan bukti tentang keterkaitan monoteisme dan perilaku ekonomi. Clifford Geertz tentang perilaku bisnis para santri didukung oleh konsep religiusitas. Etika termanifestasikan dalam kesadaran moral yang mengandung keyakinan suatu perbuatan itu benar atau salah.

Sejumlah aksioma dasar sudah dirumuskan dan dikembangkan oleh para sarjana muslim. Aksioma-aksioma ini merupakan turunan dari hasil penerjemahan kontemporer akan konsep-konsep

11Ekonomi Islam, . 18 12Ekonomi Islam, . 32 13Ekonomi Islam, .33

fundamental dari nilai moral Islami. Dengan begitu, aspek etika dalam bahasan ini sudah di insert dan di internalisasi dalam pengembangan system etika bisnis. Rumusan aksioma ini diharapkan menjadi rujukan bagi moral awareness para pebisnis muslim untuk menentukan prinsip-prinsip yang dianut dalam menjalankan bisnisnya.14

Pandangan yang padu, seimbang, dan realistis mengenai alam manusia dan peran sosialnya, yang khas islam, dapat diikhtisarkan dengan tepat oleh aksioma etika, yakni tauhid, kesetimbangan, kehendak bebas, dan pertanggung jawaban.

1. Tauhid

Sistem etika Islam, yang meliputi kehidupan manusia di bumi secara keseluruhan, selalu tercermin dalam konsep tauhidullah (pemahaesaan Allah) yang dalam pengertian absolute, ia membedakan al-khaliq dengan makhluk kepada kehendak-Nya. Dalam pengertian yang lebih dalam, konsep tauhid merupakan dimensi vertical Islam. Ia memadukan disepanjang garis vertical politik segi politik, ekonomi, social, dan religius dari kehidupan manusia menjadi suatu kebulatan yang homogeny, yang konsisten dari dalam dan luar, sekaligus terpadu dengan alam luas. Tauhid merupakan kunci

14Faisal Badroen, Suhendra, Arif Mufraini, Ahmad D. Bashori, Etika Bisnis

dalam Islam (Jakarta:UIN Jakarta

(5)

filosofis dalam dunia bisnis Islam yang mencerminkan hubungan seseorang dengan Tuhan, alam semesta-Nya dan umat-Nya.

2. Kesetimbangan

Kesetimbangan yang dalam pengertian lebih mendala menunjukkan suatu imbangan daya kesetimbangan. Dengan menjaga dan memelihara keseimbangan maka akan mewujudkan dan menegakkan keadilan yang memberikan implikasi terhadap pencapaian tujuan, yaitu pemberantasan dari ketimpangan, eksploitasi.15

3. Kehendak Bebas

Salah satu kontribusi Islam yang paling orisinal dalam filsafat social-termasuk sosial ekonomi adalah konsep mengenai manusia bebas/merdeka. Maksudnya hanya Tuhanlah yang mutlak bebas, tetapi dalam batas-batas skema penciptaan Nya manusia juga secara relative bebas. Kebebasan dalam hal transaksi bisnis membayangkan hak atas harta yang dimiliki, adanya legalitas perdagangan.16

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam, teapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan Individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapat bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan

15Gillian Rice. Hal. 347

16Tanri Abeng, Business Ethics In

Islamic Context: Perspektives Of A Muslim Business Leader , Vol.7. No.3 (Jul, 1997), 51

bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terus-menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakat. Keseimbangan antara kepentingan individu dan kolektif inilah menjadi pendorong bergeraknya roda perekonomian tanpa merusak system social yang ada.17

4. Pertanggung Jawaban

Aksioma tanggung jawab individu begitu mendasar dalam ajaran-ajaran Islam. Terutama jika dikaitkan dengan kebebasan kehidupan ekonomi. Sehingga keunirversalan sifat al-adl, maka setiap individu harus mempertanggung jawabkan tindakannya. 18Islam

sangat menekan pada konsep anggung-jawab, walaupun tidaklah berarti mengabaikan kebebasan individu. Ini berarti bahwa yang dikendaki ajaran Islam adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Manusia harus berani mempertanggung jawabkan segala pilihannya. Konsepsi tanggung jawab dalam Islam, paling tidak karena dua aspek fundamental, pertama, tanggung jawab yang menyatu dengan status kekhalifahan-wakil tuhan di muka bumi. Dengan predikat

17Faisal Badroen, Suhendra, Arif Mufraini, Ahmad D. Bashori.. 82

18Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam (Jakarta: Kolam Publising, 2008) .305-308

(6)

yang disandangnya ini, manusia dapat melindungi kebebasannya sendiri-khususnya dari ketamakan dan kerusakan. Kedua, konsep tanggung jawab dalam Islam pada dasarnya bersifak sukarela, tanpa paksaan. Dengan demikian, prinsip ini membutuhkan pengorbanan, hanya saja bukanlah berkonotasi yang menyengsarakan. Ini berarti bahwa manusia yang bebas di samping harus sensitive terhadap lingkungannya, sekaligus dia juga harus peka terhadap konsekuensi dari kebebasannya sendiri. Kesukarelaan pertanggung jawaban merupakan cermin implementasi iman dari seseorang sebagai buah dari kesadaran tauhid sebagai seorang muslim yang menyerahkan segala hidupnya di bawah bimbingan Tuhan. Bertolak dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia dalam Islam memiliki tanggung jawab terhadap Tuhan, diri sendiri, dan orang lain.19

C. ETIKA SEBUAH

GAMBARAN UMUM

Etika berasal dari bahasa yunani kuno “ethos” dalam bentuk tunggal mempunyai arti tempat tinggal, adat, kebiasaan, watak.

19Syed Nawab Haider Naqvi,

Menggagas Ilmu Ekonomi Islam,ter. M.

Saiful Anam dan Muhammad Ufuqul Mubin (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2008) 46-48

Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).20

Etika berasal dari perasaaan kebenaran yang ada pada tiap-tipa sanubari manusia. Peraturan berasal dari pemerintah atau masyarakat. Aksi konsumen terjadi karena ketidakpuasan yang sudah berlarut-larut dan menginginkan adanya suatu perbaikan, dan menimbulkan gerakan konsumerisme, ataupun gerakan umum di masyarakat.

21sementara dari konteks Islam,

dimensi etika sangat komprehensiv etika dalam islam berkaitan dengan semua aspek kehidupan manusia. Ini berkaitan dengan hubungan antara manusia Allah, Manusia dan sesamanya serta elemen lain dan makhluk alam, dan manusia itu sendiri dengan dirinya sendiri.22

Beekun mendifinisikan etika :” Ethics may be defines as the set of moral principles that distinguish what is right from what is wrong. It is a normative field because it prescribes what one should do or abstain from doing. Bussines ethics, sometimes referred to as management ethics or organizational ethics, simply limits

20K. Bertens, . 4-5.

21Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika

Bisnis Islami, ( Bandung:Alfabeta, 2003)

234-236

22Muhammad Zulkifli Muhammad, , An Analysis Of Islamic

Ethics In Small And Medium Enterprises

UNTITAR E-Journal vol 4, No 1 Januari 2008

(7)

its frame of reference to organizations”23

Qardhawi mendifinisikan, Dari konteks Islam, dimensi etika sangat komprehensiv, etika dalam islam berkaitan dengan semua aspek kehidupan manusia. Ini berkaitan dengan hubungan antara manusia Allah, Manusia dan sesamanya serta elemen lain dan makhluk alam, dan manusia itu sendiri dengan dirinya sendiri. Qardhawi menegaskan bahwa: “Hal yang membedakan antara system Islam dengan system maupun agama lain, adalah bahwa antara ekonomi dan akhlak tidak pernah terpisah sama sekali seperti halnya tidak pernah terpisah antara ilmu dan akhlak, antara politik dan akhlak, dan antara perang dan akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan Islami. Karena risalah Islam adalah risalah akhlak. Sebagaimana pula tidak pernah terpisah antara agama dan negara, dan antara materi dan rohani. Seorang muslim yakin akan kesatuan hidup dan kesatuan kemanusiaan. Kerena itu, tidak bisa diterima sama sekali tindakan pemisahan yang terjadi sebagaimana yang terjadi di Eropa. Demikian pula yang di gembar-gemborkan oleh faham kapitalis maupun lainnya”.24

Adapun Istilah etika, secara teoritis dapat dibedakan kedalam dua pengertian, sekalipun dalam

23Rafi Issa Beekun, Islamic

Business Ethics, (Herndon: International

Institute Of Islamic Thougt, 1996), 2 24Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan

Moral dalam perekonomian Islam

(Jakarta:Robbani Press,2001), 57

penggunaan praktis mungkin tidak mudah dibedakan. Pertama, etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti adat-istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini, etika berkaitan dengzn kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat yang diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atua dari satu generasi ke generasi yang lain, kebiassan ini lalu terungkap dalam berpola yang terus berulang sebagai sebuah kebiasaan.25

K. Bertens juga memilah etika ke dalam dua kelompok pengertian, yaitu etika sebagai praksis dan etika sebagai refleksi. Etika sebagai praksis berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya di praktikkan. Atau dengan kata lain, apa yang dilakukan sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral. Kemudian etika sebagai refleksi yang dimaksud adalah pemikiran moral, berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi juga berbicara tentang etika sebgai praksis atau mengambil praksis etis sebagai objeknya.26

25A. Sonny Keraf, Etika Bisnis

Tuntutan dan Relevansinya

(Yogyakarta:Penerbit Kanisius,1998), 14 26K.Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius,2000), 33

(8)

Etika bisnis merupakan wujud dan implementasi dari etika terapan, yang dapat dijalankan pada tiga taraf, yaitu taraf makro, meso, dan mikro. Tiga taraf ini berkaitan dengan tiga kemungkinan yang berbeda, untuk menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis.

1. Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari system ekonomi secara keseluruhan. Dalam hal ini, masalah-masalah etika disoroti pada skala besar, seperti masalah keadilan, bagaimana sebaiknya kekayaan di bumi ini dibagi dengan adil.

2. Pada taraf meso, etika bisnis menyelidiki masalah-masalah etis dibidang organisasi, terutama perusahaan, bahkan juga serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain.

3. Sedangkan pada taraf mikro, yang difokuskan ialah individu dalam hubungan dengan ekonomi atau bisnis. Di sini dipelajari tanggung jawab etis dari karyawan dan majikan, produsen dan konsumen, pemasok dan investor.

Islam bersifat universal dan komprehensif,27 dalam arti, bila 27Bandingkan juga dengan penilian Georges Enderle menyatakan bahwa etika bisnis di semua negaratidak member perhatian sama kepada taraf-taraf tersebut. Etika bisnis di daratan Eropa lebih banyak menaruh perhatian pada taraf makro, baru kemudia masalah taraf mikro. Di jepang , perhatian di fokuskan kepada masalah taraf meso, sedangkan di Amerika Utara etika bisnis banyak memfokuskan kepada masalah taraf meso. Dengan demikian, di semua topic ditemukan. Tetapi perhatiannya memang

dikontekskan dengan taraf-taraf tersebut tidak akan pernah membedakan antara taraf yang satu dengan taraf yang lain. Islam mengajarkan manusia agar tetap menjunjung tinggi nilai-nilai etika dalam segala aktivitas kehidupan. Sehingga bila etika dikaitkan dengan bisnis maka dapat digambarkan bahwa etika bisnis Islam adalah norma-norma etika yang berbasiskan al-quran dan hadis yang dijadikan acuan siapapun dalam aktivitas bisnis. D. ETIKA DAN EKONOMI

. Etika bisnis Islam penting bukan karena modis, tetapi karena merupakan sebuah etis yang tidak dapat dihindari. Etika bisnis tidak hanya compatible tetapi juga tidak dapat dipisahkan. Islam menekankan hubungan antara bisnis dan agama. Ini memproyeksikan cara kehidupan yang sempurna.28

Pembahasan mengenai etika mencakup semua masalah etis yang berikaitan dengan kehidupan, cakupan ini tercermin dalam nama-nama baru dan berkembangnya persoalan-persoalan etis yang perlu segera ditangani yang membahas masalah-masalah moral pada skala besar. 29

Istilah ekonomi dalam bahasa inggris economic, berarti peraturan

terarah pada focus spesifik masing-masing. Lihat dalam K. Bertens, Pengantar,, 34-35

28Muhammad Zulkifli Muhammad, An Analysis Of Islamic Ethics

in Small and Medium Enterprises, UNITAR

E-Journal Vol 4 No 1 Januari 2008, 1 29K. Bertens, Etika, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), 270-271

(9)

rumah tangga. Menurut Alfred Marshall, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam kehidupan sehari-hari yang bertindak dalam proses produksi, konsumsi, alokasi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan sumbernya yang terbatas. 30 Namun bukan hanya

sekedar untuk memenuh kebutuhan pokok, melainkan harus melangkah pada pemenuhan kebutuhan berupa peningkatan martabat dan kualitas.

Salah satu yang dapat memenuhi kebutuhan pokok tersebut yang terpenting adalah masalah ekonomi. Sedangkan dalam masalah ekonomi Islam perlu diketahui obyek yang perlu dipertimbangkan, setidaknya dapat diketahui melalui proses transformasi dari kultur maysarakat itu sendiri dalam hal social ekonomi.

Ciri kehidupan manusia adalah hidup bermasyarakat, berbudaya dan bermoral. Penataan kehidupan yang demikian sifatnya menjamin suatu kualitas kehidupan yang dapat mewujudkan martabat kemanusiaan, yang merupakan bagian terpenting dalam kehidupan social ekonomi.

Ekonomi juga sebagai system yang terjelma di dalamnya ketelitian cara berpikir yang terdiri dari nilai-nilai sejarah yang ada hubungannya dengan uraian sejarah masyarakat manusia.

30M. Yatmin Abdullah, Pengantar

Studi Etika, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada,2006), 406

Sedangkan ekonomi Islam adalah sekumpulan dasar-dasar ekonomi yang disimpulkan dari al-quran dan al-hadis merupakan bangunan perekonoian yang didirikan atas dasar-dasar saling menguntungkan sesuia dengan tuntutan alquran.Terkait dengan definisi tersebut maka hubungan etika dalam bidang ekonomi Islam bersifat tetap apabila sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari alquran dan hadis. Hubungan etika dalam islam yang dapat berubah apabila bangunan perekonomian yang didirikan atas landasan dasar-dasar alquran dan hadis tersebut disesuaikan dengan tiap lingkungan dan masa.31

Nilai dasar ini merupakan cikal-bakal untuk mengungkap nilai-nilai instrumental system ekonomi. Tujuan ekonomi Islam untuk semua masyarakat sesuai etika adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara lengkap untuk beribadah kepada Allah 2. Memenuhi kebutuhan

keluarganya untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat

3. Memenuhi kebutuhan jangka panjang (untuk persediaan di hari tua), agar tidak menjadi beban orang lain apabila telah lanjut usia.

4. Memberikan bantuan social dan sumbangan menurut jumlah Allah Swt.

31Kaelany. Islam dan Aspek-aspek

Masyarakat, Cet. 1 (Jakarta:Bumi

(10)

Hubungan etika dengan ekonomi, selanjutnya dapat dipahami dari konsepsinya dalam bidang kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat dapat dicapai dengan Allah. Hubungan etika dengan system ekonomi yang aman dan sejahtera yaitu semua golongan yang berlandaskan ketuhanan. Tujuannya adalah menciptakan kehidupan manusia yang sehat kuat, sebagai individu atau sebagai anggota masyarakat. Jenis-jenis ekonomi ini dapat dibedakan ke dalam tiga golongan, sebagai berikut:

1. Ekonomi deskripitif . bidang ilmu ekonomi ini adalah analisis ekonomi yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya wujud dalam perekonomian.

2. Teori Ekonomi, yaitu pendangan-pandangan yang menggambarkan sifat hubungan yang wujud dalam kegiatan ekonomi dan ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu keadaan yang memengaruhinya mengalami perubahan.

3. Ekonomi Terapan, ini lazim disebut juga sebagai teori kebijakan ekonomi, yaitu cabang ilmu ekonomi yang menelaah tentang kebijkan yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi masalah ekonomi.

Hubungan etika dengan ekonomi Islam merupakan pengembangan system ekonomi menurut ajaran Islam. Ekonomi Islam sebagai suatu system adalah cabang ilmu pengetahuan yang

dijiwai oleh ajaran Islam. Pendekatan etika dalam bidang ekonomi ini didasarkan kepada: 1. Konsumsi manusia dibatasi

sampai pada tingkat yang perlu dan bermanfaat saja bagi kehidupan manusia.

2. Alat pemuas kebuthan manusia harus seimbang.

3. Dalam pengaturan distribusi, sirkulasi, brang dan jsa dinialai etika wajib diterapkan dan dilaksankan sepenuhnya .

4. Pemerataan pendapatan dilakukan dengan mengingat sumber kekayaan sesorang yang diperoleh dari usaha yang halal

Hubungan dengan nilai-nilai ekonomi Islam32 didasarkan pada:

1. Hubungan dengan nilai-nilai ekonomi Islam didasarkan pada:

a. Nilai-nilai dasar ekonomi Islam.

b. Nilai Intrumental, berupa peralatan ekonomi, tempat usaha dan prasarana penunjang ekonomi

c. Nilai zakat yang merupakan kewajiban agama yang dibebankan atas harta kekayaan sesorang menurut aturan syariat Islam.

2. Hubungan dengan pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam disebut Qirad. Yaitu kerja sama antara pemilik modal atau uang dengan pengusaha yang mempunyai keahlian, keterampilan atau tenaga

32M. Yatimin Abdullah, op.cit., hal. 412-414

(11)

dalam melaksanakan unit-unit ekonomi dengan cara yang halal.

3. Hubungan dengan jaminan sosial dan peranan negara. Jaminan sosial merupakan salah satu nilai instrumental yang sangat penting dalam sistem ekonomi Islam. Peranan negara pada umumnya, pemerintah khususnya, sangat menentukan dalam sistem ekonomi Islam. Peranan terssebut diperlukan dalam aspek hukum, perencanaan, pengawasan, alikasi usaha, atau distribusi sumber daya, dana, pemerataan pendapatan, kekayaan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi.

4. Hubungan dengan konsep uang dalam ekonomi Islam. Uang adalah alat penukaran alat yang sah, bukan capital dan merupakan sesuatu yang bersifat flow concept.

5. Hubungan dengan fungsi uang. Fungsi uang sebagai alat pertukaran yang sah (medium of exchange for transaction), dan satuan nilai (unit of account).

Dari pemaparan tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara moral dengan ekonomi. Perilaku ekonomi tidak lepas dari kualitas moral yang mengendalikan perjalanan hidupnya, semakin teguh dan konsisten mereka memegangi nilai moral, maka akan semakin konsisten memperhatikan hak dan kewajiban dalam berekonomi.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS

Etika baik atau buruk itu tidak dapat terbentuk dengan sendirinya, namun ada factor-faktor yang mempengaruhinya. Rafik Issa Beekun33, merinci

hal-hal yang mempengaruhi perilaku etis kepada:

1. Interpretasi Hukum

Dalam komunitas sekuler titik tolaknya pada akal dan pikiran, sedangkan etika Islam titik tolaknya pada wahyu. Etika Islam disosialisasikan melalui tuntunan ajaran syariah dan fatwa para fuqaha (Fiqh Judgements) yang member arah yang jelas bagaimana perilaku etis dalam Quran dan al-Sunnah.

2. Pengaruh Organisional

Dalam sebuah organisasi aturan yang memberikan arahan setiap anggotanya adalah kode etik, adanya kode etik inilah akan menuntun setiap anggota dalam berprilaku etis dan juga member sanksi kalau ada tindakan menyimpang semacam sanksi organisasi 3. Pengaruh Individu

Faktor individu sebagai faktor penentu apa ia berperilaku atau tidak, karena manusia adalah subyek kegiatan bisnis, dalam menjaga konsistensinya terhadap nilai ajaran Islam yang ia yakni:

a. Tahapan Perkembangan Moral. bahwa individu mengalami dua tahap

33Rafik Issa Beekun, op.cit., hal. 2-8

(12)

perkembangan moral: tahap kecil atau pra-puberscent dan tahap dewasa.

b. Nilai Pribadi dan Kepribadian. Nilai-nilai individu dan moral juga akan mempengaruhi standar etika nya. Orang yang menekankan kejujuran akan berperilaku sangat berbeda dari yang lain yang tidak menghormati hak milik orang lain. Menariknya, dalam Islam, peluruhan dan hilangnya akhirnya kejujuran adalah tanda sudah dekat hari kiamat.

c. Pengaruh Keluarga. Individu mulai membentuk standar etika sebagai subyek dalam kegiatan bisnis.

d. Pengaruh teman sebaya. Sebagai anak-anak tumbuh dan diterima untuk sekolah, mereka dipengaruhi oleh teman sebaya yang berinteraksi dengan mereka setiap hari.Jadi, jika teman-teman anak terlibat dalam menggambar grafiti, anak mungkin meniru mereka. Jika rekan-rekan anak menghindari perilaku tersebut, anak cenderung berperilaku sesuai.

e. Pengalaman Hidup. Apakah positif atau negatif, peristiwa penting mempengaruhi kehidupan individu dan menentukan keyakinan etis dan perilaku mereka.

Berikut ini dideskripsikan melalui grafik:

Determinants of Individual Ethics

F. EKONOMI HIJAU (GREEN

ECONOMY) – SEBUAH

GAMBARAN TENTANG IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM

Lingkungan hidup adalah kata kunci yang membuat manusia berkepentingan dengannya. Baik dalam lingkungan sosial (sosiologi) maupun lingkungan alam fisik (environment) yang menyediakan ketersediaan alam yang memadai. Alam dan bumi beserta segala isinya memiliki keterbatasan, namun disisi lain kebutuhan manusia semakin membengkak. Dengan kemampuan berpikirnya manusia mampu mengolah alam dalam aktivitas industry. Selanjutnya, untuk mentransferkan kebutuhan antar mereka, dilakukan dengan

Legal Interpretations

Organizational Factors

Individual Factors Stages Of Moral Development Personal Values and Personality Family Influences Peer Influences Life Experiences Situational Factors Individual Ethics

(13)

berbagai aktivitas bisnis, sehingga pada akhirnya akan tercukupi segala kebutuhan hidup sehari-hari.34

Dalam realitasnya tidak sedikit ketidak seimbangan ekosistem banyak disebabkan oleh dampak aktivitas bisnis. Adanya penggundulan hutan, pencemaran laut. Dengan adanya perubahan ekosistem tidak semata karena faktor global, masalah lingkungan hidup yang disebabkan bisnis modern, khususnya cara berproduksi dalam dunia indsutri yang memanfaatkan ilmu dan tekonologi canggih yang telah membebankan alam di atas ambang toleransi.

Sejatinya Islam tidak mengzinkan ummatnya untuk mendahulukan kepentingan ekonomi diatas pemeliharaan nilai dan keutamaan yang diajarkan agama. Kesatuan antara ekonomi dengan etika akan semakin jelas pada setiap langkah-langkah ekonomi, baik yang berkaitan dengan produksi, distribusi, peredaran, dan konsumsi. 35

Memelihara kelestarian lingkungan hidup menjadi tugas setiap manusia (QS.Hud:61) karena sumber daya alam merupakan amanah. Ekonomi berwawasan lingkungan menggagas tema bahwa sumber daya alam menyediakan modal ekonomi sehingga harus dilestarikan. Konsep ini

34Agama, Etika dan Ekonomi

Waccana Menuju Pengembangan Ekon omi Rabbaniyah (Malang:UIN Malang Press,

2007), hal. 129-130

35Yusuf Qardhawi, op.cit., hal. 57

meningkatkan kesejahteraan manusia serta menjamin pencapaiannya melalui pembangunan berkelanjutan (sustainable development) atas lingkungan alam dan sosial.

Wujud dari salah satu pemberlakuan etika produksi adalah munculnya kesadaran ekologis pada produsen untuk memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Selain itu himbauan moral dari pemerintah untuk menggagas pembangunan berwawasan lingkungan sangat dibutuhkan. Hubungan yang erat antara aktivitas ekonomi dengan sumber daya alam menjadikan upaya strategis untuk melestarikan lingkungan sangat penting.

Bagi negara berkembang yang memiliki sumber daya alam tinggi namun minim dana rehabilitasi menghadapi kendala sulit untuk berpartisipasi dalam program Green Development, sebagaimana diagungkan dunia internasional.

Kerusakan lingkungan hidup yang dirasakan masyarakat dunia telah mencapai ambang batas normalnya. Pemanasan suhu bumi mengakibatkan sulitnya petani untuk menanam pangan, yang selanjutnya berakibat pada langkanya bahan makanan, wabah penyakit, dan kekeringan lahan,. Dalam konteks ini peran agama sangat penting melalui eksplorasi ajarannya. Agama dan spiritualitas mampu memperkuat kesadaran manusia untuk mengimplementasikan tugas-tugas perlindungan alam dan kesinambungan ekologis.

(14)

Implementasi etika produksi dalam aktivitas produksi berusaha menggugah kesadaran produsen dan pelaku ekonomi lain untuk mengupayakan pemeliharaan dan konservasi lingkungan hidup sebagai sumberdaya ekonomi yang terbatas, pihak-pihak tersebut menjalankan konsep Environmental Economics yaitu memperhatikan efek dari aktivitas produksinya terhadap kerusakan lingkungan hidup terutama mengenai Market Failure. Dengan demikian mekanisme produksi yang dijalankan memperhatikan kebutuhan masyarakat dalam bentuk keseimbangan penawaran dan permintaan serta efisiensi pemanfaatan sumber daya terbatas untuk kesejahteraan masyarakat secara umum. Setiap produsen dalam Islam mengembangkan satu paradigma bahwa kegiatan produksi yang dilakukannya menerapkan kerangka dan ketentuan syariat Islam.36

Bagi masyarakat Indonesia yang notabene adalah negara berkembang dengan kekayaan alam sangat potensial maka program pelestarian lingkungan hidup selayaknya mendapat prioritas dalam rencana strategis pembangunan ekonominya. Pentingnya upaya konservasi karena kebutuhan dasar masyarakat diperoleh dari pola pengolahan lingkungan alam tersebut. Dengan demikian, ketersedian sumber daya disertai

36Fahrudin Sukarno, Etika

Produksi dalam Perspektif Ekonomi Islam,

(Bogor :Al Azhar Press, 2011), hal. 238

dengan mobilisasi manfaatnya secara maksimal. Dalam hal ini , produksi Islam melibatkan dua pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Ekonomi

Pendekatan ekonomi dapat berwujud rasionalitas dalam memaksimalkan pemanfaatan sumber daya untuk keuntungan jangka pendek dan jangka panjang.

2. Pendekatan Moral

Berkaitan dengan memperkuat pengelolaan sumber daya, mengurangi kerusakana lingkungan hidup dan

meminimalisi bencana alam. Para ekonom mendefinisikan

produksi sebagai sebuah cara untuk menciptakan kekayaan melalui eksploitasi manusia terhadap sumber-sumber kekayaan lingkungan. Kekayaan lingkungan itu dengan sendirinya sangat beragam yang tersimpan di alam semesta agar mempunyai nilai ekonomi dan bermanfaat guna memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Dalam kaitan dengan kajian tentang produksi, secara panjang lebar menekankan pentingnya kerja. Bahkan dikatakan bahwa kerja merupakan unsure yang terpenting dalam kegiatan ekonomi secara universal. Bekerja bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, masyarakat dan semua makhluk secara umum. Jika disimpulkan, tujuan kerja sebenarnya hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia secara individual dan kebutuhan

(15)

masyarakat secara luas. Karena itu tujuan produksi hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan individual dan menjamin kemandirian umat.

Pada hakikatnya bekerja merupakan untuk memakmurkan bumi, salah satunya dengan memperhatikan pelestarian sumber daya alam. Seperti yang yang telah di jelaskan bahwa etika bisnis menganut metode-metode dan tujuan etika normative terhadap kebutuhan-kebutuhan spesifik suatu jenis pertimbangan moral tertentu, yaitu pertimbangan yang menyangkut kebijakan bisnis norma dan nilai bsinis. Etika ini menilai dan menentukan standar-standar moral yang sesuai dengan lingkungan spesifik dalam masyarakat modern yaitu bisnis. 37

Dunia bisnis hidup di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan masyarakat tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu ada satu tanggung jawab social yang di pikul oleh bisnis. Banyak kritik dilancarkan oleh masyaralat terhadap bisnis, yang kurang memperhatikan lingkungannya. Ada yang berpendapat bahwa bisnis hanya terbatas sampai menghasilkan barang dan jasa yang ditujukan untuk konsumen. Ada yang mengatakan tanggung jawab bisnis ialah tidak mengambil keuntungan yang besar, namun keuntungan yang wajar. Kemudian ada yang berpendapat bahwa bisnis harus turut

37Muhammad Djakfar, op.cit., hal. 23-24

mengatasai masalah yang terjadi di masyarakt . tanpa memperhatikan bisnis secara langsung dapat dampak yang ditimbulkan.

Pola hidup masyarakat modern telah membuat pembngunan sangat eksploitatif terhadap sumber daya alam dan mengancam kehidupan pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan produksi terbukti membuahkan perbaikan ekonomi, tetapi gaga dalam bidang social lingkungan.

Serangkaian alasan tersebut salaha satu yang dapat menjadi bagian lahirnya Ekonomi Hijau

(Green Economy) yang

digambarkan sebagai salah satu upaya yang menghasilkan ekuitas kesejahteraan dan sosial baik manusia, yang secara signifikan mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis. Dengan kata lain, kita bisa memikirkan ekonomi hijau sebagai lingkungan ekonomi yang mencapai emisi karbon rendah, efisiensi sumber daya dan pada saat yang sama secara sosial inklusif.38

Sebagaimana diketahui lingkungan hidup adalah ruang (space) kehidupan seluruh makhluk, bukan hanya menjadi objek eksploitasi tetapi juga perlu dilestarikan dengan penuh rasa tanggung jawab. Bumi dengan segala kekayaannya memang sebagai karunia Tuhan yang telah dipercayakan kepada manusia. Islam disatu sisi mendorong agar manusia mengelola alam guna

38http://www.unep.org/wed/gr

(16)

memenuhi segala kebutuhannya, namun di sisi lain Islam sangat mendorong agar manusia mengelola alam guna memenuhi segala kebutuhannya, namun disisi lain Islam sangat menentang perusakan alam dengan segala cara dan bentuknya. Oleh karena itu disinilah arti penting perlu adanya kesadaran bahwa aktivitas bisnis yang mengelola alam perlu berpijak pada norma-norma etis.

Kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat akan mudah tercapai. Karena kegiatan produksi berkaitan dengan relasi manusia dan alam, Islam mewajibkan setiap produsen untuk memanfaatkan secara efisien sumber daya alam dan terkait dengan upaya melestarikannya.

Dengan demikian menjaga lingkungan sebagai bagian dari etika bisnis dalam bidang produksi, maka sejatinya implementasi tersebut merupakan sebuah kesadaran akan pentingnya sebuah aspek etika dan moral dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, yang merupakan wujud dari

Religiusitas, bukan lagi sebuah tuntutan untuk untuk mendapatkan sebuah pengakuan terhadap Identitas Religius. Relevansinya adalah ketika Religiusitas dalam kehidupan terharmonisasi di berbagai aktivitas kehidupan termasuk dalam kehidupan berekonomi maka dengan sendirinya Identitas Religius pun secara tidak disadari akan terlihat.

G. KESIMPULAN

Euphoria ekonomi Islam bukanlah sekedar memberikan justifikasi hukum terhadap fenomena ekonomi yang ada, namun lebih menekankan pada pentingnya spirit Islam dalam setiap aktivitas ekonomi. Sehingga praktek-praktek bisnis dalam dunia ekonomi Islam, sebaiknya tidak sebatas menunjukkan sebuah identitas religius, namun menjadi sebuah religiusitas , sehingga aspek moral atau etika tidak lagi diartikan sebagai pengorbanan kepentingan individu atau material untuk mengedepankan kepentingan sosial atau non material .

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatmin. Pengantar Studi Etika, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006.

Abeng, Tanri. Business Ethics In Islamic Context: Perspektives Of A Muslim Business Leader , Vol.7. No.3 Juli, 1997.

Alma, Buchari. Dasar-Dasar Etika Bisnis Islami, Bandung:Alfabeta, 2003. Arief, Muammad. Economics and Ethics in Islam. Reading in te Concept and

Metodology of Islamic Economics, Kuala Lumpur: CERT Publication, 2005.

Badroen, Faisal. Suhendra, Arif Mufraini, Ahmad D. Bashori, Etika Bisnis dalam Islam , Jakarta:UIN Jakarta Press,2005.

Beekun, Rafik Issa. Islamic Business Ethics, Erndon: International Institute Of Islamic Thougt, 1996.

Bertens, K.. Etika, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007. __________Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta:Kanisius,2000.

Djakfar, Muhammad. Agama, Etika dan Ekonomi Waccana Menuju Pengembangan Ekonomi Rabbaniyah , Malang:UIN Malang Press, 2007.

Kaelany. Islam dan Aspek-aspek Masyarakat, Cet. 1, Jakarta:Bumi Aksara, 1992. Keraf, Sonny. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta:Penerbit

Kanisius,1998.

Muhammad, Muhammad Zulkifli. An Analysis Of Islamic Ethics In Small And Medium Enterprises UNTITAR. E-Journal Vol 4, No 1 Januari 2008.

Naqvi, Syed Nawab Haider, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam ,ter. M. Saiful Anam dan Muhammad Ufuqul Mubin. Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2008.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Jakarta:Rajawali Press, 2011.

(18)

Qarhawi, Yusuf. Peran Nilai dan Moral dalam perekonomian Islam. Jakarta:Robbani Press, 2001.

Rice, Gillian, Islamic Ethics And The Implications For Business, Jurnal of Business Ethics Vol. 18 No.4, 1999 Kluwer Academic Publisher Printed In The Netherland.

Sadono Sukirno. Ekonomi Mikro, Cet 17, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2002.

Sarker, Abdul Awwal. Islamic Economics, Vol 4 , No 1 (1995) Islamic financial instruments, definition and types, Join director publications and Islamic economics division research department, Bangladesh bank, Dhaka. Bangladesh

Sukarno, Fahrudin. Etika Produksi dalam Perspektif Ekonomi Islam, Bogor:Al Azhar Press,2011.

Suma, Amin. Menggali Akar Mengurai Serat EKonomi dan Keuangan Islam, Jakarta: Kolam Publising, 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Dasar teoritis manajemen publik baru perlu dipertimbangkan lebih detail, terutama seperti teori di belakang model administrasi tradisional yang dikritik dalam bab

Baja paduan juga dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus ( special alloy steel ) & high speed steel.  Baja Paduan Khusus (special

Pengaruh risiko operasional terhadap kecukupan modal inti adalah berlawanan arah (negatif), karena terjadi peningkatan biaya operasional dengan persentase yang lebih

Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa meningkatkan akhlak siswa tidak terlepas dari pengajaran akhlak itu sendiri dengan metode yang disesuaikan dengan kondisi

– Dapat bekerja seperti DBMS yg ada – Mendukung model data spasial, tipe data abstrak spasial (ADT /Abstract Data Type ) & bahasa queri yg dapat memanggil ADT.. –

Menurut saya, program ini bagus sih. Hasil dari program Sistem Informasi Kesehatan adalah mulai dari pemeriksaan gratis sampai obat-obat yang diberikan juga

Tabel hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan ekstrak samsu putih daun titanus terhadap bakteri Stapylococcus

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gayas atau larva hama Oryctes rhinoceros , cendawan Isolat Lokal Lombok Metarrhizium anisopliae dalam bentuk