• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS ETNOKONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN SAINS PADA TOPIK HUTAN ADAT

MENGGUNAKAN APLIKASI 3D PAGEFLIP PROFESSIONAL UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR

Eka Feri Kurniawati

ekaferi99@gmail.com

ABSTRAK

Kurniawati, 2020. Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Etnokonstruktivisme dalam Pembelajaran Sains pada Topik Hutan Adat Menggunakan Aplikasi 3D PageFlip Professional untuk Kelas V Sekolah Dasar

Kearifan lokal merupakan warisan budaya yang di dalamnya melekat nilai-nilai luhur. Nilai-nilai tersebut berperan dalam pembentukan karakter seseorang. Sehingga perlu untuk diperkenalkan dan diwariskan keberadaanya. Usia peserta didik di sekolah dasar dapat menjadi sasaran dalam pembentukan karakter melalui nilai-nilai yang terdapat pada kearifan lokal. Nilai-nilai tersebut dapat diintegrasikan dengan pembelajaran yang terdapat di sekolah dasar. Salah satu kearifan lokal yang dapat diperkenalkan adalah kearifan lokal Hutan Adat. Hutan Adat merupakan suatu simbol dari bentuk nilai-nilai kearifan yaitu, menjaga kelestarian lingkungan alam yang memiliki dampak kepada manusia itu sendiri. Nilai-nilai yang terdapat pada kearifan lokal Hutan Adat tersebut dapat dikaitkan dengan pembelajan sains (IPA) yang terdapat di sekolah dasar. Muatan materi tersebut dapat dikembangkan dalam sebuah modul pembelajaran, dengan mengikuti perkembangan teknologi dikemas menjadi modul elektronik. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri No.80/I Muara Bulian pada semester genap tahun ajaran 2019/2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development), dengan mengadaptasi model pengembangan ADDIE. Model ADDIE terdiri dari 5 tahapan, yaitu Analyze, Design, Development, Implementation dan Evaluation. Subjek pada penelitian ini yaitu peserta didik kelas VB Sekolah Dasar Negeri No.80/I Muara Bulian. Hasil pada penelitian ini yaitu mengetahui tingkat kepraktisan modul elektronik berbasis etnokonstruktivisme yang dikembangkan. Hasil kepraktisan modul elektronik tersebut diperoleh dengan menggunakan angket respon, persepsi, dan minat peserta didik serta respon guru. Pada hasil angket respon termasuk ke dalam kategori Praktis dengan persentase 80%. Hasil angket persepsi tersmasuk kedalam kategori Praktis dengan persentase 78%. Sedangkan hasil angket minat termasuk ke dalam kategori Sangat Praktis dengan persentase 81%, dan pada respon guru mendapatkan jumlah skor 72 termasuk dalam kategori Praktis. Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa pengembangan modul elektronik pembelajaran sains berbasis etnokonstruktivisme Hutan Adat menggunakan aplikasi 3D PageFlip Professional untuk kelas V sekolah dasar praktis dan layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Adapun saran yang diberikan adalah dapat mengembangkan lebih banyak pembalajaran yang diintegrasikan dengan kearifan lokal.

(2)

Kata Kunci: Modul Elektronik, Etnokonstruktivisme, Hutan Adat, 3D PageFlip Professional

PENDAHULUAN

Etnokonstruktivisme merupakan suatu paham atau aliran yang mengarah pada pembentukan pengetahuan peserta didik dengan menggunakan dan mengintegrasikan nilai-nilai budaya. Nilai-nilai budaya yang dimaksud berasal dari kearifan lokal yang dimiliki oleh suatu daerah. Kearifan lokal merupakan kebiasaan-kebiasaan yang tertanam kuat dalam kehidupan masyarakat tertentu, yang mengandung unsur nilai budaya yang tinggi (Tinja, Towaf, dan Haryono, 2017:1258). Local wisdom is the positive behavior of man connecting with nature and the surrounding environment (Dahliani, Soemarno, dan Setijanti, 2015:157). Kearifan lokal merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya dan memuat nilai-nilai kebudayaan yang perlu untuk diperkenalkan dan dilestarikan.

Esensi nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal memberikan dampak terhadap pembentukan karakter seorang individu. Nilai kearifan lokal memiliki peranan penting dalam upaya mewujudkan sebuah masyarakat yang ditandai dengan adanya keluhuran budi dalam setiap individu, keadilan dalam negara, dan sebuah kehidupan yang lebih bahagia dari setiap individu (Sulistyowati, Priyatni, dan Dawud, 2016:1817). Selain itu, kearifan lokal menjadi suatu identitas budaya yang membedakan baik itu antara provinsi, kabupaten, daerah, bahkan antardesa yang satu dengan yang lain. Provinsi Jambi menyimpan beragam kearifan lokal di setiap kabupatennya.

Peneliti melakukan studi pendahuluan, mengenai kearifan lokal di kabupaten Bungo. Peneliti melakukan kegiatan wawancara kepada ketiga narasumber dengan maksud atau tujuan, yaitu untuk mengeksplorasi kearifan lokal mengenai Hutan Adat yang terdapat di Kabupaten Bungo. Berdasarkan hasil wawancara kepada ketiga narasumber yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa keberadaan Hutan Adat merupakan suatu bentuk usaha masyarakat untuk menjaga nilai-nilai kearifan yang ada di desa Leban. Selain itu, keberadaan Hutan Adat menjadi upaya mengingat pentingnya melestarikan kearifan local dan menjaga keseimbangan lingkungan sekitar. Nilai-nilai kearifan lokal dan norma yang tetap dijaga oleh masyarakat Desa Leban, seperti nilai kerukunan, nilai kesopanan, nilai menghargai baik kepada sesama masyarakat maupun kepada lingkungan, dan sebagainya.

Nilai-nilai luhur yang terdapat pada kearifan lokal sangat perlu untuk dieksplor dan ditanamkan pada peserta didik usia sekolah dasar, karena berpengaruh terhadap pembentukan watak atau karakter seseorang. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tahun 2013 lampiran IV menyatakan bahwa pembelajaran di sekolah tingkat dasar secara tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan

(3)

keterampilan serta mengapresiasi keragaman budaya lokal. Sesuai dengan kurikulum 2013 yang berlaku saat ini, dilakukan upaya agar kebudayaan lokal yang terdapat pada suatu daerah dikembangkan dalam suatu materi pembelajaran. Kajian ilmu pengetahuan yang bersumber dari kebudayaan suatu masyarakat salah satunya adalah etnosains. Sejalan menurtu Abonyi, Achimigu, Njoki, & Adibe (2014:52) bahwa “Ethnoscience is the knowladge that is indigenous to aparticular language and culture”. Etnosains menjadi pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan budaya lokal, sains adat, dan ilmu pengetahuan. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Retno Septiasari (2019), dengan judul “Pemetaan Pengetahuan Etnosains Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Muara Bulian”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa berdasarkan hasil data angket yang diperoleh, terlihat pengetahuan etnosains guru sekolah dasar di Kabupaten Batanghari dalam kategori rendah yaitu 11%, kategori cukup yaitu 61%, dan kategori tinggi yaitu 28%. Hal ini menyatakan bahwa pengetahuan etnosains guru sekolah dasar di Kabupaten Batanghari masuk dalam kategori cukup. Berdasarkan data wawancara, terlihat bahwa pengimplementasian pengetahuan etnosains guru sekolah dasar di Kabupaten Batanghari belum maksimal.

Peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas V yaitu Ibu Siti Maimunah, S.Pd. di SD Negeri No.80/I Muara Bulian. Wawancara yang dilakukan berkaitan dengan kearifan lokal dan bahan ajar yang berbasis kearifan lokal. Beliau mengemukakan bahwa belum menemukan bahan ajar yang memang khusus berisi muatan kearifan lokal suatu daerah yang ada di Provinsi Jambi. Pada proses pembelajaran yang berlangsung, kearifan lokal yang ada di provinsi Jambi pernah dikaitkan dengan pembelajaran. Beberapa kearifan lokal di Jambi yang diketahui seperti rumah adat, makanan khas, tarian tradisional dan sebagainya. Pembelajaran yang sering dikaitkan dengan kearifan lokal biasanya pada pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Beliau juga mengemukakan bahwa masih kurangnya bahan ajar yang memang berisi muatan kearifan lokal.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa perlu adanya bahan ajar yang berisi mengenai kearifan lokal untuk menjadi referensi guru dalam mengajar. Bahan ajar yang dimaksud berisi nilai kearifan lokal suatu daerah yang dikaji dari segi sains dan kemudian dimasukkan ke dalam materi-materi pembelajaran di sekolah dasar. Materi-materi-materi pembelajaran tersebut selanjutnya dikemas ke dalam sebuah modul pembelajaran, yang telah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum 2013.

Pada era revolusi industri 4.0 dan university 5.0 maka dibutuhkan keterampilan yang memadai, salah satunya ialah melek teknologi (Kurniawan, Noviyanti, dan Arsil, 2019:9). Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi telah meningkat pesat dan penggunaan komputer menjadi lebih luas. Berdasarkan Permen No.22 tahun 2016 tentang Standar Proses untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa “Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran”. Oleh

(4)

karena itu, sesuai dengan kemajuan teknologi maka materi pembelajaran yang berupa modul selanjutnya dikemas menjadi sebuah elektronik modul atau e-modul. Menurut Mentari dan Hamzah (2017:81), “E-module is a learning material that are systematically designed based on a particular curriculum and packaged in a certain time unit which displayed with electronic devices such as computer or android. Salah satu penggunaan teknologi yang dapat menunjang pembuatan e-modul ini adalah dengan menggunakan aplikasi 3D PageFlip Professional. Bahan ajar menggunakan 3D PageFlip Professional ini dapat berisi teks, animasi, video, dan simulasi yang dapat dimanfaatkan pendidik dalam penyusunan modul (Indariani, Ayni, Pramuditya dan Noto, 2009:7).

Kelebihan dari aplikasi 3D PageFlip Professional membuat modul elektronik yang dikembangkan menjadi lebih menarik, dengan berbagai menu tambahan yang ada. Modul yang dihasilkan berefek 3D, dapat membantu menumbuhkan keinginan belajar, mengurangi rasa bosan pada peserta didik, menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan kontekstual. Karena e-modul yang dihasilkan berisi materi pembelajaran yang memuat kearifan lokal suatu daerah. Sehingga dapat membantu guru untuk memperkenalkan nilai-nilai budaya yang ada di suatu daerah dan menyampaikan materi pembelajaran.

Berdasarkan beberapa uraian yang telah dikemukakan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul Elektronik Pembelajaran Sains Berbasis Etnokonstruktivisme Hutan Adat Menggunakan Aplikasi 3D PageFlip Professional untuk Kelas V Sekolah Dasar”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono, Metode penelitian ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (2010:297). Sedangkan untuk model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan ADDIE. Sejalan dengan Tegeh, Jampel, dan Pudjawan (2014:45) yang menyatakan bahwa model ADDIE memberikan peluang untuk melakukan evaluasi terhadap aktivitas pengembangan pada setiap tahap, hal ini dilakukan untuk meminimalisir tingkat kesalahan atau kekurangan produk. Model ADDIE terdiri dari 5 tahapan yaitu, Analyze, Design, Development, Implementation, dan Evaluation.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pada penelitian dan pengembangan ini jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari saran dan komentar yang diperoleh dari validasi ahli media, validasi ahli bahasa dan validasi ahli materi. Sedangkan data kuantitaif didapat dari hasil penghitungan angket respon guru dan

(5)

peserta didik. Sumber data pada penelitian ini adalah ahli media, ahli bahasa dan ahli materi, guru dan peserta didik kelas VB SD Negeri 80/I Muara Bulian.

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2017:222). Instrumen pengumpulana data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Angket yang digunakan terdiri dari angket validasi ahli materi, angket validasi ahli media, angket validasi ahli bahasa, angket respon guru, respon, persepsi, dan minat peserta didik.

Angket validasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket ahli materi, ahli media dan ahli bahasa yang bertujuan untuk mengetahui kevalidan produk yang dikembangkan.

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Angket Validasi Ahli Materi

Variabel Indikator No. Item

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Etnokonstruktivisme dalam

Pembelajaran Sains pada Topik Hutan Adat Menggunakan Aplikasi 3D PageFlip Professional untuk

Kelas V Sekolah Dasar

Kelengkapan materi 1

Keluasan materi 2

Kedalaman materi 3

Keakuratan fakta dan data 4

Keakuratan contoh dan kasus 5

Keakuratan gambar, diagram dan ilustras 6

Keakuratan istilah 7

Gambar, diagaram dan ilustrasi dalam

kehidupan sehari-hari 8

Menggunakan contoh kasus yang terdapat

dalam kehidupan sehari-hari 9

Mendorong rasa ingin tahu 10

(Sumber: BSNP, 2012)

3.4 Kisi-Kisi Instrumen Angket Validasi Ahli Media

Variabel Indikator No. Item

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Etnokonstruktivisme dalam

Pembelajaran Sains pada Topik Hutan Adat Menggunakan Aplikasi 3D PageFlip Professional untuk

Kelas V Sekolah Dasar

Jelas dan rapi 1, 2

Bersih dan menarik 3, 4

Cocok dan tepat sasaran 5, 6, 7

Sesuai dengan tujuan pembelajaran 8

Praktis, luas, dan tahan 9, 10,

11,12

Berkualitas baik 13

Ukuran sesuai dengan lingkungan belajar 14, 15 (Sumber: Asyhar, 2012)

3.5 Kisi-Kisi Instrument Angket Validasi Ahli Bahasa

Variabel Indikator No.Item

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Etnokonstruktivisme dalam

Pembelajaran Sains pada Topik Hutan Adat Menggunakan Aplikasi 3D PageFlip Professional untuk

Kelas V Sekolah Dasar

Ketepatan struktur kalimat 1

Keefektifan kalimat 2

Kebakuan istilah 3

Pemahaman terhadap pesan atau informasi 4 Kemampuan memotivasi peserta didik 5 Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik 6 Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat

(6)

Tata kalimat yang digunakan untuk

menyampaikan pesan mengacu kepada kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar

8 Ejaan yang digunakan mengacu kepada pedoman

Ejaan Yang Disempurnakan 9

(Sumber: BSNP, 2012) Selain itu untuk mengetahui kepraktisan produk yang dikembangkan terdapat angket respon guru, dan respon, persepsi, serta minat peserta didik.

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Respon Guru

Variabel Indikator No.Item

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Etnokonstruktivisme dalam Pembelajaran

Sains pada Topik Hutan Adat Menggunakan Aplikasi 3D PageFlip Professional untuk Kelas V Sekolah Dasar

Tampilan 1,2,3,4,5,6

Isi materi 7,8,9,10,11

,12

Manfaat 13,14,15

(Sumber: Riduwan, 2013)

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Angket Respon Peserta Didik

Variabel Indikator No.Item

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Etnokonstruktivisme dalam Pembelajaran

Sains pada Topik Hutan Adat Menggunakan Aplikasi 3D PageFlip Professional untuk Kelas V Sekolah Dasar

Menarik 1, 2, 6

Efisien

4, 5

Interaktif 3, 7

(Sumber:Olahan peneliti )

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Instrumen Angket Persepsi Peserta Didik

Variabel Indikator No.Item

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Etnokonstruktivisme dalam Pembelajaran

Sains pada Topik Hutan Adat Menggunakan Aplikasi 3D PageFlip Professional untuk Kelas V Sekolah Dasar

Perasaan Peserta Didik 1, 10 Pemikiran Peserta Didik 2, 3, 4, 7

Tampilan Soal 8, 9

Efisiensi Media/Modul 5, 6

(Sumber; Ardiansyah, & Bahriah:2016)

Tabel 3.9 Kisi-Kisi Instrumen Angket Minat Peserta Didik

Variabel Indikator No.Item

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Etnokonstruktivisme dalam Pembelajaran

Sains pada Topik Hutan Adat Menggunakan Aplikasi 3D PageFlip Professional untuk Kelas V Sekolah Dasar

Perasaan suka terhadap aktivitas

peserta didik 1, 3, 4, 5

Perasaan suka terhadap situasi

belajar 8

Pemahaman konsep materi

pembelajaran 2, 7

Keaktifan peserta didk saat proses

pembelajaran 6, 9, 10

(Sumber; Rozikin, Amir, & Rohiat:2018)

TEKNIK ANALISIS DATA

Data yang telah didapatkan dan dikumpulkan selanjutnya dilakukan analisis. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif didapatkan dari saran, komentar, dan tanggapan dari lembar angket validasi ahli materi, media, dan bahasa. Data tersebut digunakan untuk memperbaiki kesalahan atau kekurangan dari produk yang dikembangkan.

(7)

Hasil data yang diperoleh dianalisis dengan seluruh aspek yang terdapat pada angket, kemudian ditentukan rata-rata nilainya. Skala yang digunakan pada angket adalah skala Likert. Berikut adalah rumus yang digunakan:

𝑅 =∑ 𝑉𝑖𝑗

𝑛 𝑗=1

𝑛𝑚 Keterangan:

R = rerata hasil penelitian dari para ahli/praktisi

Vij = skor hasil penilaian para ahli/praktisi ke-j kriteria n = banyaknya para ahli/praktisi yang menilai

m = banyaknya kriteria

Hasil rata-rata yang diperoleh selanjutnya dikategorikan dengan kriteria yang telah ditentukan. Rata-rata yang didapatkan dikonfirmasikan dengan kriteria yang ditetapkan. Cara mendapatkan kriteria tersebut dengan menggunakan langkah berikut:

a. Rentangan skor mulai dari 1-4

b. Kriteria dibagi atas 4 tingkat, yaitu sangat valid, valid, kurang valid dan tidak valid.

b. Rentangan skor dibagi menjadi empat kelas interval

Tabel 3.10 Kategori Penetapan Validasi Rentang Kategori Validitas

1,00 – 1,99 Tidak Valid

2,00 – 2,99 Kurang Valid

3,00 – 3,49 Valid

3,50 – 4,00 Sangat Valid

Berdasarkan penilaian angket respon guru, maka penilaian terhadap kepraktisan dianalisis dengan menggunakan rumus modifikasi dari Riduwan (2013:14) sebagai berikut:

𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎

Sehingga didapatkan penetapan tingkat kepraktisan sebagai berikut:

Tabel 3.11 Kategori Penilaian Respon Guru Rentang Kategori

67 - 79 Sangat Praktis

54 - 66 Praktis

41 - 53 Cukup

28 - 40 Tidak Praktis

(8)

Sedangkan, penilaian angket respon, persepsi dan minat peserta didik dianalisis dengan menggunakan rumus modifikasi dari Aris dan Haryono (2012:95) sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖

∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100%

Tabel 3.10 Kategori Penilaian Respon, Persepsi, dan Minat Peserta Didik Rentang Kategori

81% – 100% Sangat Praktis

61% – 80% Praktis

41% – 60% Cukup

21% – 40 % Tidak Praktis

0% – 20% Sangat Tidak Praktis

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Hasil dari penelitian pengembangan ini adalah modul elektronik pembelajaran sains berbasis etnokonstruktivisme Hutan Adat untuk kelas V sekolah dasar, dengan mengadopsi model ADDIE. Pengembangan modul elektronik yang dibuat memanfaatkan salah satu aplikasi, yaitu 3D PageFlips Professional. Adapun Langkah-langkah dalam penelitian pengembangan menggunakan model ADDIE terdiri dari: (1) Analyze, (2) Design, (3) Development, (4) Implementation, (5) Evaluation.

Tahap Analyze

Analisis kebutuhan yang terdapat pada penelitian ini berupa analisis kebutuhan dengan tokoh masyarakat dan guru sekolah dasar. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat mengenai kearifan lokal yang terdapat pada salah satu daerah di provinsi Jambi, yaitu kabupaten Bungo. Kearifan lokal yang terdapat pada daerah tersebut berupa Hutan Adat yang dari dulu keberadaan dan kelestariannya masih dijaga hingga saat ini. Berikut adalah hasil wawancara yang telah dilakukan:

Tabel 4.1 Kesimpulan Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat No Nama Tokoh Masyarakat Hasil Wawancara

1 Marjohan

(Kepala Dusun Leban)

Hutan Adat merupakan salah satu kearifan lokal dusun Leban, kabupaten Bungo. Keberadaan Hutan Adat merupakan bentuk kerukunan dan kearifan lokal masyarakat setempat. Banyak nilai-nilai luhur dan manfaat yang terdapat pada Hutan Adat. Selain itu, Hutan Adat menjadi penyanggah kehidupan masyarakat yang tinggal di dusun Leban.

2 H. Syarabaini

(Kasi Kesra Dusun Leban)

Adanya Hutan Adat menjadi masyarakat lebih menghargai lingkungan sekitar dan ikut serta

(9)

menjaga kelestariannya. Tingkat pemikiran masyarakat setempat menjadi lebih terbuka dan kesadaran pentingnya keberadaan hutan untuk lingkungan. Salah satunya dapat menyaring udara menjadi bersih, menegah longsor dan banjir. Untuk menjaga kelestarian Hutan Adat tersebut, maka ditetapkan peraturan yang mengikat. Sehingga jika terdapat pelanggaran maka akan dikenakan sanksi adat sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga nilai-nilai yang terdapat di dusun Leban.

3 Mustakin, S.Pd.I

(Sekretaris Dusun Leban)

Hutan Adat yang terdapat di dusun Leban sudah turun temurun diwariskan untuk generasi selanjutnya. Warisan luhur ini perlu untuk dilestarikan dan diperkenalkan bukan hanya masyarakat setempat, tetapi untuk masyarakat luar juga perlu dilakukan. Sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi lingkungan dan menunjukkan pentingnya hutan. Selain keberadaan Hutan Adat juga terdapat kearifan lokal air terjun yang menjadi potensi sumber daya alam dusun Leban.

Tabel 4.2 Kesimpulan Hasil Wawancara Guru SD

No Indikator Pertanyaan Hasil Wawancara

1 Media Pembelajaran berbasis TIK Pada proses pembelajaran yang berlangsung guru pernah menggunakan media yang berbasis TIK. Media tersebut digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Selain itu, dapat merangsang antusias peserta didik untuk belajar. Media yang disediakan sekolah seperti komputer dan proyektor, serta jaringan wi-fi. Pada penggunaannya media TIK ini belum diupayakan secara maksimal, tetapi pernah digunakan guru dalam proses pembelajaran

2 Bahan ajar berbasis kearifan lokal Pada proses pembelajaran yang berlangsung, guru menyampaikan materi yang terdapat pada buku guru dan buku siswa. Belum terdapat buku khusus yang berbasis kearifan lokal. Sehingga guru memberikan contoh-contoh kearifan lokal yang terdapat di provinsi Jambi dengan menyesuaikan materi yang terdapat di buku. Pada penyampaian mengenai pengetahuan kearifan lokal guru mengalami kendala, dikarenakan keterbatasan mengenai kearifan lokal Jambi yang diketahui. 3 Penggunaan bahan ajar elektronik

berbasis kearifan lokal

Ketersediaan bahan ajar dalam bentuk elektronik di sekolah belum digunakan. Pembelajaran yang berlangsung cenderung menggunakan buku-buku cetak atau media pembelajaran lain yang bukan dalam bentuk elektronik. Penggunaan bahan ajar elektronik untuk jangka panjang diperlukan dan sangat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

(10)

Kearifan lokal penting untuk diketahui dan diperkenalkan, agar terjaga kelestariannya dan nilai-nilai yang terdapat pada kearifan lokal dapat menjadi pelajaran untuk membentuk karakter atau budi pekerti yang baik bagi peserta didik. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai bentuk upaya untuk memperkenalkan dan melestarikan kearifan lokal. Oleh karena itu, kearifan lokal yang terdapat di provinsi Jambi penting untuk dimuat dalam pembelajaran.

Setiap individu di dalam kelas memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dalam perkembangan kognitifnya, bahasa, fisik, kepribadiannya, termasuk gaya belajarnya. Identifikasi yang tepat terhadap karakteristik peserta didik dapat membantu dalam pemilihan bahan ajar atau media pembelajaran. Peserta didik pada kelas V sekolah dasar berada di tahap perkembangan operasional konkret. Pada tahap ini, pengalaman peserta didik dari dunia memperluas dan kemampuan berpikir mereka tumbuh dan mulai kreatif menata pikiran dan ide, namun masih membutuhkan bantuan orang lain untuk belajar lebih dalam pemecahan masalah (Piaget dalam Asrial, 2019). Sehingga dalam proses pembelajaran yang berlangsung permasalahan atau contoh-contoh yang diberikan berkaitan dengan lingkungan sekitar peserta didik. Berdasarkan analisis tersebut berikut adalah temuan karaktersitik peserta didik yang terdapat di lapangan:

Tabel 4.3 Karaktersitik Peserta Didik Kelas VB No Karakteristik Deskripsi

1 Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

Peserta didik secara keseluruhan memiliki rasa penasaran yang tinggi dengan hal-hal baru atau sesuatu yang baru ditemui. Misalkan melihat media pembelajaran dan menanyakan hal-hal yang terkait dengan media tersebut. 2 Senang bermain Pada kegiatan pembelajaran peserta didik cenderung ingin

terus bermain. Meskipun peserta didik tersebut berada pada jenjang kelas tinggi. Sehingga perlu pemberian ruang untuk anak dapat bermain sambil belajar.

3 Senang bergerak Pada usia anak sekolah dasar, anak tersebut cenderung hanya tahan duduk diam selama ±10-15 menit. Sehingga pembelajaran yang berlangsung perlu memungkinkan anak untuk dapat bergerak tetapi pembelajaran tetap kondusif. 4 Senang bekerja dalam

kelompok

Sebagian besar anak usia sekolah dasar lebih senang belajar bersama temannya. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran perlu mengondisikan peserta didik duduk dan bekerja sama dalam sebuah kelompok belajar.

5 Senang melakukan sesuatu secara langsung

Pada usia anak kelas tinggi pemikirannya sudah pada tahap operasional kongkret. Sehingga anak cenderung senang melakukan dan meliha hal-hal secara langsung.

Sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum 2013, dengan berpedoman buku guru revisi 2017 maka pengembangan materi disesuaikan dengan Tema 4 (Sehat Itu Penting), Subtema 1 (Peredaran Darahku Sehat), Pembelajaran 1 dan 2. Berikut adalah pemetaan kompetensi dasar, indicator, dan tujuan pembelajaran yang terdapat pada modul:

(11)

Tabel 4.4 Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran Kompetensi Dasar Indikator Tujuan Pembelajaran

IPA

3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara

kesehatan organ peredaran darah manusia.

4.4 Menyajikan

karya tentang organ peredaran darah pada manusia.

3.4.1 Menerangkan organ peredaran darah dan fungsinya

4.4.1 Membuat karya tentang organ peredaran darah manusia

3.4.2 Menerangkan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan 4.4.2 Membuat karya tentang organ peredaran darah hewan

1. Dengan membaca materi organ peredaran darah, peserta didik mampu menerangkan organ peredaran darah dan fungsinya dengan tepat

2. Dengan berdiskusi, peserta didik mampu membuat karya tentang organ peredaran darah pada manusia peraya diri

3. Dengan memahami materi organ peredaran darah hewan, peserta didik mampu menerangkan organ peredaran darah dan fungsinya dengan tepat. 4. Dengan memahami materi organ

peredaran darah hewan, peserta didik mampu membuat karya tentang organ peredaran darah hewan dengan baik. Bahasa Indonesia

3.6 Menggali isi dan amanat pantun yang disajikan secara lisan dan tulis dengan

tujuan untuk

kesenangan.

4.6 Melisankan

pantun hasil karya pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri.

3.6.1 Mengemukakan isi dan amanat pantun 4.6.1 Menunjukkan pantun hasil karya pribadi 3.6.2 Mengemukakan isi dan amanat pantun 4.6.2 Menunjukkan pantun hasil karya pribadi

1. Dengan membaca pantun, peserta didik mampu mengemukakan isi dan amanat pantun dengan tepat

2. Dengan membuat pantun, peserta didik mampu menunjukkan pantun hasil karya pribadi dengan percaya diri.

3. Dengan memahami ciri-ciri pantun, peserta didik mampu mengemukakan sampiran dan isi pantun dengan tepat 4. Dengan memahami ciri-ciri pantun,

peserta didik mamapu menunjukkan sampiran dan isi pantun hasil karya pribadi dengan percaya diri.

SBdP

3.2 Memahami

tangga nada.

4.2 Menyanyikan lagu-lagu dalam berbagai tangga nada

dengan iringan

musik.

3.2.1 Menguraikan tangga nada mayor dan minor

4.2.1 Mencoba menyanyikan lagu dengan iringan musik

1. Dengan memahami ciri-ciri tangga nada, peserta didik mampu menguraikan tangga nada mayor dan minor dengan tepat.

2. Dengan memahami tangga nada mayor dan minor, peserta didik mampu mencoba menyanyikan lagu dengan iringan musik dengan percaya diri.

Kurikulum mengisyaratkan untuk pengintegrasian potensi budaya daerah dalam pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan bahan ajar tambahan untuk menunjang pembelajaran yang memuat materi dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya yang terdapat pada suatu daerah sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Sehingga pengembangan materi yang terdapat pada modul elektronik disesuaikan dengan kompetensi dasar.

Berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah dijabarkan, muatan kearifan lokal dapat dimasukkan pada indicator Ilmu Pengetahuan Alam dan Bahasa inodnesia. Pada indicator IPA (kompetensi pengetahuan) berkaitan dengan organ peredara darah manusia dan fungsinya, dengan muatan nilai-nilai kearifan lokal Hutan Adat dapat dimuat pada pembelajaran tersebut. Karena

(12)

keberadaan hutan sangat penting sebagai penghasil oksigen yang memiliki pengaruh terhadap organ peredaran darah manusia. Kualitas oksigen mempengaruhi kinerja, organ, dan kualitas darah itu sendiri.

Tahap Design

Perancangan dilakukan untuk memberikan konsep awal sebelum produk dikembangkan ke dalam bentuk sesungguhnya. Berikut adalah rancangan dalam pengembangan modul elektronik :

1) Menentukan materi pembelajaran yang dapat diintegrasikan dengan muatan kearifan lokal Hutan Adat. Materi yang telah ditetapkan selanjutnya dikembangkan, termasuk muatan materi kearifan lokal Hutan Adat. Materi-materi tersebut dibuat dengan menggunakan Microsoft Word.

2) Menentukan jenis huruf (font), ukuran huruf (font size), dan warna huruf yang digunakan dalam penulisan. Serta pengumpulan gambar-gambar, video, audio/music yang akan dimasukkan ke dalam modul elektronik, baik yang berkaitan dengan materi pembelajaran maupun kearifan lokal Hutan Adat. 3) Pemilihan aplikasi 3D PageFlip Professional sebagai aplikasi untuk

mengembangkan mdoul elektronik

4) Pembuatan Storyboard untuk memetakan letak, posisi dan susunan komponen-komponen modul yang akan dikembangkan. Berikut adalah bagian-bagian komponen modul:

 Cover

 Kata Pengantar dan Daftar Isi  Petunjuk Penggunaan

 Kompetensi Inti

 Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran  Cerita (Pembelajaran 1)

 Latihan

 Materi Pembelajaran

 Permainan Tradisional/Prakarya

Tahap Development

Tahap pengembangan merupakan tahapan dalam membuat modul, pada pengembangannya peneliti menggunakan aplikasi 3D PageFlip Professional. Pengembangan modul disesuaikan dengan rancangan yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Modul yang telah selesai dikembangkan selanjutnya akan dilakukan validasi oleh tim ahli, jika terdapat kesalahan maka akan dilakukan revisi atau perbaikan sesuai dengan kritik dan saran. Revisi dilakukan sampai modul dinyatakan layak untuk diuji cobakan.

Berikut adalah deskripsi dan tampilan dari bagian-bagian modul yang dikembangkan:

(13)

1. Cover

Cover berisi identitas modul elektronik yang dikembangkan, memuat judul, gambar, kelas, nama penulis, logo Unja dan Kemendikbud.

Gambar 4.1 Tampilan Cover Modul

2. Kata Pengantar dan Daftar Isi

Kata pengantar berisi ungkapan penulis mengenai modul atau produk yang dikembangkan. Sedangkan Daftar isi berisi daftar garis-garis besar isi dari modul elektronik yang dikembangkan.

Gambar 4.2 Tampilan Kata Pengantar dan Daftar Isi

3. Petunjuk Penggunaan

Petunjuk Penggunaan modul elektronik bertujuan untuk menginformasikan pengguna cara mengoperasikan modul sehingga dapat dengan mudah digunakan.

(14)

Gambar 4.3 Tampilan Petunjuk Penggunaan Modul

4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti merupakan kompetensi yang terdapat pada kurikulum 2013, terdapat 4 poin yang terdiri dari kompetensi spiritual, social, kognitif, dan psikomotorik. Kompetensi Dasar merupakan kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan bentuk penjabaran dari kompetensi inti, serta setiap mata pelajaran memiliki KD yang berbeda.

Gambar 4.4 Tampilan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

5. Indikator, Tujuan Pembelajaran, dan Pembelajaran (Cerita)

Indikator merupakan penjabaran materi yang lebih khusus atau spesifik berdasarkan kompetensi dasar yang ada. Sedangkan tujuan pembelajaran merupakan penjabaran dari indicator itu sendiri. Cerita berisi uraian singkat kisah mengenai kearifan lokal Hutan Adat yang telah disusun sedemikian rupa dan menyesuaikan dengan karakter yang terdapat pada tokoh di buku kurikulum 2013.

(15)

Gambar 4.5 Tampilan Indikator, Tujuan Pembelajaran, & Pembelajaran (Cerita)

6. Latihan

Latihan berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan cerita yang telah dipaparkan diawal pembelajaran. Pertanyaan yang disediakan berisi 4-5 pertanyaan. Selain latihan soal sesudah cerita, latihan soal juga terdapat setelah lembara materi pembelajaran.

Gambar 4.6 Tampilan Lembar Latihan

7. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran berisi uraian materi pembelajaran termasuk disisipkan materi kearifan lokal Hutan Adat. Pada penyajian materi terdapat pula video mengenai Hutan Adat dan video pembelajaran.

(16)

Gambar 4.7 Tampilan Lembar Materi Pembelajaran

8. Permainan Tradisional/Prakarya

Permainan tradisional dan prakarya yang terdapat pada modul elektronik ditujukan untuk melatih keterampilan peserta didik. Selain itu dapat menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan.

Gambar 4.8 Tampilan Permainan Tradisional/Prakarya

9. Profil Penulis

Berisi biodata singkat mengenai informasi yang terdapat pada penulis. Seperti nama, tempat dan tanggal lahir, agama, pekerjaan, dan riwayat pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis.

(17)

Gambar 4.9 Tampilan Profil Penulis

Validasi dalam pengembangan suatu produk perlu dilakukan, agar produk yang dikembangkang teruji kevalidannya. Berikut adalah validasi yang dilakukan dalam Pengembangan Modul Elektronik Pembelajaran Sains Berbasis Etnokonstruktivisme Hutan Adat Menggunakan Aplikasi 3D PageFlips Professional:

Tabel 4.5 Hasil Validasi Media Tahap I dan Tahap II No Kriteria Penilaian

Tahap I II

1 Modul elektronik yang digunakan jelas dalam penampilannya. 3 4 2 Modul elektronik yang digunakan rapi dalam susunan dan tata

letaknya.

3 4

3 Penyajian modul elektronik menarik, berwarna dan proporsional 2 3 4 Modul elektronik dapat menarik minat belajar peserta didik. 2 3 5 Kesesuaian modul elektronik dengan kebutuhan dan karakteristik

peserta didik.

2 3

6 Kesesuaian modul elektronik terhadap sasaran subjek pembelajaran 3 4 7 Modul elektronik yang digunakan relevan dengan topic atau materi

yang diajarkan

3 4

8 Kesesuaian modul elektronik terhadap tujuan yang diharapkan 3 4 9 Modul elektronik praktis dan luwes saat digunakan dalam

pembelajaran

3 4

10 Modul elektronik pantas atau layak digunakan dalam proses pembelajaran

3 4

11 Modul elektronik dapat digunakan secara berulang-ulang 3 4 12 Modul elektronik dapat digunakan secara dalam jangka waktu yang

lama

3 4

13 Modul elektronik memiliki kualitas yang baik 2 4

14 Ukuran modul elektronik sesuai dengan kondisi atau keadaan kelas. 2 3

15 Mudah dibawa dan disimpan. 3 4

Rata-rata 2,6 3,7

Kriteria Kurang

Valid

Sangat Valid

(18)

Tabel 4.6 Hasil Validasi Materi Tahap I dan Tahap II

No Kriteria Penilaian Tahap

I II

1 Materi yang diuraikan meliputi materi yang terkandung dalam

Kompetensi Dasar (KD) 3 4

2 Materi yang dikembangkan menjadi jabaran yang mendukung

pencapaian Kompetensi Dasar (KD) 3 4

3 Materi yang diuraikan mulai dari pengenalan konsep, definisi, prosedur, muatan kearifan lokal Hutan Adat, latihan, prakarya sampai dengan interaksi antar-konsep yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan di SD dan sesuai dengan pencapaian Kompetensi Dasar (KD)

3 4

4 Fakta dan data yang diuraikan sesuai dengan budaya kearifan lokal

Hutan Adat untuk menambah pemahaman peserta didik. 2 3 5 Contoh dan kasus yang diuraikan sesuai dengan budaya kearifan lokal

Hutan Adat untuk menambah pemahaman peserta didik. 3 4 6 Gambar, diagram, dan ilustrasi yang dipaparkan sesuai dengan budaya

kearifan lokal Hutan Adat untuk menambah pemahaman peserta didik. 2 4 7 Istilah-istilah yang terdapat pada muatan materi pembelajaran sesuai

dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. 2 4

8 Gambar, diagram dan ilustrasi yang terdapat pada muatan materi pembelajaran sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, serta dilengkapi dengan penjelasan

2 3

9 Contoh dan kasus yang diuraikan pada modul elektronik sesuai dengan

situasi dan kondisi yang ada di kehidupan sehari-hari. 2 4 10 Uraian materi, latihan atau contoh-contoh kasus yang diuraikan pada

modul elektronik, mendorong peserta didik untuk mengerjakannya dan menumbuhkan motivasi belajarnya.

2 3 Rata-rata 2,2 3,7 Kriteria Kurang Valid Sangat Valid Tabel 4.6 Hasil Validasi Bahasa Tahap I dan Tahap II

No Aspek Penilaian Tahap

I II

1 Ketepatan struktur kalimat yang digunakan 3 3

2 Keefektifan kalimat yang digunakan 2 3

3 Kebakuan istilah yang digunakan 3 3

4 Pemahaman terhadap pesan atau informasi. 3 4

5 Kemampuan memotivasi peserta didik. 3 4

6 Kesesuaian dengan perkembangan intelektual peserta didik. 2 4 7 Kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional peserta didik. 2 4

8 Ketepatan dalam tata bahasa. 3 3

9 Ketepatan ejaan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan 3 4

Rata-rata 2,6 3,5 Kriteria Kurang Valid Sangat Valid Tahap Implementation

Setelah produk selesai dikembangkan dan divalidasi, selanjutnya dilakukan uji kelompok kecil sebelum dilakukan uji kelompok besar. Uji coba kelompok kecil digunakan untuk mengetahui keterpakaian produk dalam pembelajaran. Aspek keterpakaian yang dinilai secara tidak langsung dapat menstimulus kemenarikan (minat), kepraktisan dan persepsi siswa (Agustini, 2017). Meskipun

(19)

telah dilakukan validasi oleh tim ahli, uji coba kelompok kecil perlu dilakukan untuk meminimalisir kesalahan pada saat uji coba kelompok besar.

Uji coba dilakukan selama 2 jam pembelajaran dengan memperkenalkan modul elektronik yang telah dikembangkan kepada 9 orang peserta didik yang duduk secara berkelompok. Setelah modul diuji coba, peneliti meminta tanggapan peserta didik dan menulis catatan (harian atau lapangan) sesuai dengan tanggapan yang diberikan oleh peserta didik terhadap modul. Catatan tersebut dijadikan sebagai pedoman untuk memperbaiki modul elektronik, sebelum nantinya dilakukan uji coba kelompok besar. Berikut adalah Kesimpulan hasil catatan harian atau lapangan hasil uji coba kelompok kecil:

Tabel 4.7 Catatan Lapangan Uji Kelompok Kecil Hari/Tanggal Catatan Lapangan

Selasa, 7 Januari 2020  Ukuran tulisan perlu diperbesar  Ukuran gambar kurang diperbesar  Volume video kurang terdengar

Selain itu, adapun respon yang diberikan oleh guru dengan menggunakan angket yang telah disediakan. Angket respon guru dibagikan kepada 2 orang guru kelas V di SD Negeri No.80/I Muara Bulian yaitu guru kelas VA (Ibu Derita Gusnida dan VB (Ibu Siti Maimunah). Berikut adalah hasil angket respon guru yang telah dibagikan:

Tabel 4.8 Hasil Angket Respon Guru VA

No Penyataan

Hasil Angket Guru VA

1 Kepraktisan Penggunaan 5

2 Tata letak teks dan gambar pada modul elektronik sesuai 4

3 Pemilihan background modul elektronik sesuai 5

4 Ukuran teks dan jenis huruf dapat terbaca 5

5 Ilustrasi, warna, dan gambar mendukung 5

6 Daya tarik modul elektronik 5

7 Kesesuaian gambar dengan indikator, tujuan dan materi pembelajaran 4

8 Kejelasan struktur materi disajikan 5

9 Ketepatan penggunaan bahasa 5

10 Materi sesuai dengan tujuan yang dirumuskan 5

11 Materi mudah dimengerti 5

12 Kedalaman materi yang disajikan 5

13 Materi mempermudah pemahaman peserta didik 5

14 Meningkatkan motivasi belajar 4

15 Materi pembelajaran akan lebih jelas dimengerti 5

Jumlah 72

Kategori Sangat

(20)

Tabel 4.9 Hasil Angket Respon Guru VB No Penyataan Hasil Angket Guru VB 1 Kepraktisan Penggunaan 4

2 Tata letak teks dan gambar pada modul elektronik sesuai 5

3 Pemilihan background modul elektronik sesuai 5

4 Ukuran teks dan jenis huruf dapat terbaca 5

5 Ilustrasi, warna, dan gambar mendukung 5

6 Daya tarik modul elektronik 5

7 Kesesuaian gambar dengan indikator, tujuan dan materi pembelajaran 5

8 Kejelasan struktur materi disajikan 4

9 Ketepatan penggunaan bahasa 5

10 Materi sesuai dengan tujuan yang dirumuskan 4

11 Materi mudah dimengerti 5

12 Kedalaman materi yang disajikan 5

13 Materi mempermudah pemahaman peserta didik 5

14 Meningkatkan motivasi belajar 5

15 Materi pembelajaran akan lebih jelas dimengerti 5

Jumlah 72

Kategori Sangat

Praktis

Setelah itu modul elektronik diuji cobakan pada kelompok besar. selanjutnya dilakukan pembagian angket untuk melihat respon, persepsi, dan minat peserta didik. Berikut adalah hasil angket yang didapatkan:

Tabel 4.13 Hasil Angket Respon Peserta Didik

No Nama Nomor Pernyataan Pada Angket Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 1 AF 2 2 3 1 2 1 2 13 2 CA 3 2 4 2 3 2 4 20 3 DR 5 4 3 4 4 5 5 30 4 GP 5 4 5 5 4 4 5 32 5 HM 5 4 4 4 5 4 4 30 6 HA 4 5 5 4 5 4 3 30 7 JP 5 4 4 5 5 4 5 32 8 KA 3 5 4 5 4 4 5 30 9 MMF 5 5 4 5 5 5 5 34 10 MMT 5 3 1 5 4 5 1 24 11 MI 5 4 3 5 2 5 5 29 12 MA 4 3 4 4 5 4 5 29 13 NS 4 4 5 4 5 4 5 31 14 AP 4 4 4 4 4 4 3 27 15 NZ 5 4 4 4 5 5 5 32 16 PR 5 4 4 5 5 5 5 33 17 RT 5 4 4 4 5 5 5 32 18 RD 5 4 5 3 4 5 4 30 19 RS 4 4 4 4 5 5 5 31 20 SA 5 5 4 5 5 5 5 34 21 SI 5 4 4 4 5 4 3 29 22 VN 2 3 2 1 1 2 2 13 23 MR 5 3 4 5 5 5 5 32

(21)

24 TG 2 2 3 4 4 4 2 21

Jumlah 678

Persentase 80%

Kategori Praktis

Tabel 4.14 Hasil Angket Persepsi Peserta Didik

No Nama Nomor Pernyataan Angket Persepsi Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 AF 3 4 4 5 3 4 5 4 3 4 39 2 CA 4 4 4 3 3 4 4 5 5 4 40 3 DR 5 5 3 5 4 3 5 4 4 3 41 4 GP 4 3 4 4 5 5 4 3 3 3 38 5 HM 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 45 6 HA 3 3 3 4 5 3 3 4 5 5 38 7 JP 4 5 5 4 4 4 4 5 2 5 42 8 KA 5 4 5 3 4 4 4 5 3 4 41 9 MMF 2 3 4 4 5 5 5 5 2 3 38 10 MMT 4 4 3 3 3 5 4 4 3 2 35 11 MI 5 3 3 4 5 4 3 4 4 4 39 12 MA 5 5 3 3 4 5 4 4 5 3 41 13 NS 4 3 3 5 3 3 3 4 3 5 36 14 AP 3 4 2 4 5 5 4 5 3 4 39 15 NZ 2 3 4 3 3 3 5 5 4 5 37 16 PR 5 2 2 3 3 4 3 4 5 5 36 17 RT 4 5 4 4 4 5 4 4 3 5 42 18 RD 5 4 5 3 5 4 5 5 2 4 42 19 RS 4 3 4 4 3 3 3 5 2 4 35 20 SA 3 5 3 4 5 5 5 5 5 3 43 21 SI 2 4 4 5 4 4 5 4 4 3 39 22 VN 4 3 3 4 3 3 5 3 3 5 36 23 MR 5 3 5 3 4 5 4 2 4 4 39 24 TG 5 4 4 3 3 4 5 3 2 3 36 Jumlah 937 Persentase 78% Kriteria Praktis

Tabel 4.15 Hasil Angket Minat Peserta Didik

No Nama Nomor Pernyataan Angket Persepsi Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 AF 5 4 4 4 5 3 5 4 4 4 42 2 CA 3 5 3 5 5 4 5 5 5 4 44 3 DR 4 3 4 3 4 5 4 4 4 5 40 4 GP 5 4 4 5 3 4 3 3 3 4 38 5 HM 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 45 6 HA 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 43 7 JP 3 3 3 3 4 5 5 5 4 5 40 8 KA 4 5 5 5 3 4 4 5 5 3 43 9 MMF 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 41 10 MMT 4 4 3 4 5 4 3 3 5 5 40 11 MI 4 5 4 5 3 5 5 5 4 3 43 12 MA 5 5 5 4 4 4 3 4 5 4 43 13 NS 5 3 4 5 5 3 5 4 4 5 43 14 AP 4 5 5 4 4 5 4 5 5 3 44 15 NZ 4 3 4 4 5 4 3 5 3 3 38

(22)

16 PR 5 5 3 3 3 3 5 5 3 2 37 17 RT 4 4 5 5 4 4 4 5 4 3 42 18 RD 5 3 3 4 5 5 3 5 5 4 42 19 RS 3 4 4 5 4 4 3 4 5 2 38 20 SA 4 5 5 4 5 3 5 5 3 4 43 21 SI 3 4 4 3 4 5 3 4 4 4 38 22 VN 3 4 3 3 4 4 4 5 5 3 38 23 MR 4 3 4 4 5 3 5 4 4 2 38 24 TG 3 2 5 4 3 3 3 5 2 3 33 Jumlah 976 Persentase 81,3% Kriteria Sangat Praktis Tahap Evaluation

Evaluasi dalam penelitian ini dilakukan pada tiap tahapan prosedur pengembangan jika diperlukan. Evaluasi dalam penelitian ini juga dilakukan pada saat proses validasi oleh validator ahli media, ahli materi dan ahli bahasa untuk melihat kelayakan dari produk yang dikembangkan. Berdasarkan evaluasi pada validasi media dilakukan dalam 2 tahapan. Tahap I menunjukkan bahwa modul elektronik yang dikembangkan termasuk ke dalam kategori “Kurang Valid” dengan rata-rata 2,2. Sehingga perlu dilakukan perbaikan atau revisi dan belum dapat diuji cobakan. Untuk validasi media tahap II menunjukkan bahwa modul elektronik yang dikembangkan termasuk ke dalam kategori “Sangat Valid” dengan rata-rata 3,7. Sehingga modul elektronik dinyatakan dapat diuji cobakan tanpa revisi.

Selanjutnya evaluasi pada validasi materi yang dilakukan dalam 2 tahapan. Tahap I menunjukkan bahwa modul elektronik yang dikembangkan termasuk ke dalam kategori “Kurang Valid” dengan rata-rata 2,2. Sehingga perlu dilakukan perbaikan atau revisi dan belum dapat diuji cobakan. Untuk validasi media tahap II menunjukkan bahwa modul elektronik yang dikembangkan termasuk ke dalam kategori “Sangat Valid” dengan rata-rata 3,7. Sehingga modul elektronik dinyatakan dapat diuji cobakan tanpa revisi. Untuk validasi bahasa yang dilakukan dalam 2 tahapan. Tahap I menunjukkan bahwa modul elektronik yang dikembangkan termasuk ke dalam kategori “Kurang Valid” dengan rata-rata 2,2. Sehingga perlu dilakukan perbaikan atau revisi dan belum dapat diuji cobakan. Untuk validasi media tahap II menunjukkan bahwa modul elektronik yang dikembangkan termasuk ke dalam kategori “Sangat Valid” dengan rata-rata 3,7.

PEMBAHASAN PENGEMBANGAN

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan modul elektronik pembelajaran sains berbasis etnokonstruktivisme Hutan Adat menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional dan untuk melihat kelayakan dari modul elektronik tersebut. Pengembangan modul elektronik ini mengadaptasi model yang dikembangkan oleh Branch yaitu model ADDIE. Menurut Tegeh (2014) Model ADDIE merupakan salah satu model desain pembelajaran yang

(23)

sistematik yang dapat digunakan dalam pengembangan suatu produk seperti buku ajar, modul pembelajaran, video pembelajaran, multimedia, dan lain sebagainya. Modul pembelajaran yang biasa digunakan berbentuk cetak. Sedangkan pada pengembangan ini modul pembelajaran yang dikembangkan berbentuk elektronik, dengan menggunakan aplikasi 3D pageflip professional.

Berdasarkan validasi yang dilakukan diketahui bahwa modul elektronik pembelajaran sains berbasis etnokonstruktivisme Hutan Adat menggunakan aplikasi 3D pageflip professional melakukan beberapa kali validasi. Validasi yang dilakukan berkaitan dengan validasi media, validasi materi, dan validasi bahasa. Validasi dilakukan hingga produk yang dikembangkan dikatakan valid oleh ahli validator. Azwar (2014) menyatakan bahwa validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya. Produk yang telah dinyatakan valid kemudian dilakukan uji coba dengan melihat sejauh mana keterpakaiannya/kepraktisannya.

Kepraktisan modul elektronik yang dikembangkan diukur dengan membagikan angket respon, persepsi, dan minat peserta didik. Selain itu, kepraktisan modul juga dilihat dari angket respon yang diberikan kepada guru kelas V SD Negeri No.80/I Muara Bulian. Hasil data yang didapatkan menunjukkan bahwa modul elektronik yang dikembangkan layak untuk diuji mendapatkan tanggapan yang positif. Hasil angket respon peserta didik menunjukkan bahwa modul elektronik yang digunakan termasuk dalam kategori Praktis (dengan persentase 80%). Berdasarkan hasil tersebut berarti modul elektronik yang dikembangkan mendapatkan respon yang positif bagi peserta didik untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Untuk hasil angket persepsi termasuk dalam kategori Praktis dengan persentase 78%. Persepsi peserta didik dalam pembelajaran perlu untuk dibangun. Semakin baik persepsi peserta didik, maka akan semakin baik pula peserta didik mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Persepsi yang dapat dibangun dengan baik juga akan berpengaruh terhadap minat belajar peserta didik.

Sedangkan untuk hasil angket minat peserta didik termasuk dalam kategori Sangat Praktis dengan persentase 81,3%. Minat berkaitan dengan ketertarikan peserta didik terhadap proses pembelajaran merupakan sesuatu yang sangat penting dan tidak bisa dianggap remeh (Nugraha, Binadja, & Supartono: 2013). Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa modul elektronik yang digunakan sangat praktis digunakan dan dapat menarik minat belajar peserta didik. Selain itu guru kelas V memberikan respon yang postif, dengan memberikan penilain 72 dan termasuk ke dalam kategori Sangat Praktis.

Modul elektronik diimplementasikan sebagai sumber belajar mandiri yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kompetensi atau pemahaman, serta tidak bergantung lagi pada satu-satunya sumber informasi dan lebih praktis untuk digunakan (Sugianto, Abdullah, Elvyanti, & Muladi: 2013). Oleh karena itu, pengembangan modul elektronik pembelajaran sains berbasis etnokonstruktivisme

(24)

Hutan Adat menggunakan aplikasi 3D pageflip professional ini praktis untuk digunakan dalam pembelajaran. Selain itu modul elektronik yang dikembangkan digunakan untuk memperkenalkan kearifan lokal Hutan Adat. Hal tersebut dilakukan untuk mengembangkan potensi dan budaya yang terdapat di provinsi Jambi.

Modul elektronik pembelajaran sains berbasis etnokostruktivisme Hutan Adat menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional yang dikembangkan ini memiliki kelebihan dan kekurangan pada pengimplementasiaanya. Berikut adalah beberapa kelebihan yang dimiliki: (1) Modul yang dikembangkan lebih praktis digunakan karena berbentuk elektronik. Sehingga dapat melatih peserta didik untuk dapat mengoperasikan komputer/laptop. (2) Terdapat muatan kearifan lokal Hutan Adat, prakarya, dan permainan tradisional. (3) Terdapat video dan audio yang disisipkan pada modul, sehingga dapat menarik minat peserta didik. Selain kelebihan berikut terdapat pula kekurangan yang terdapat pada modul elektronik: (1) Kesulitan untuk mengoperasikan modul bagi guru-guru yang kurang bisa dalam menggunakan komputer/laptop. (2) Materi yang dikaitkan hanya berbatas pada pembelajaran 1 dan 2, subtema 1, tema 4 (Sehat Itu Penting).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan modul elektronik pembelajaran sains berbasis etnokonstruktivisme Hutan Adat menggunakan aplikasi 3D Pageflips Professional yang telah dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada penelitian ini dikembangkan modul elektronik pembelajaran sains berbasis etnokonstruktivisme Hutan Adat menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional untuk kelas V sekolah dasar.

2. Berdasarkan hasil validasi, respon guru dan peserta didik, modul eletronik yang dikembangkan dinyatakan layak untuk digunakan. Selain itu, respon yang diberikan oleh guru dan peserta didik mendapat tanggapan yang baik.

Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti yaitu, untuk penelitan selanjutnya yang ingin menindaklanjuti penelitian dan pengembangan ini sebaiknya digunakan untuk meningkatkan hasil pembelajaran (keefektifan produk). Karena pada penelitian dan pengembangan ini berbatas pada kelayakan dan respon, tidak sampai pada keefektifan produk.

DAFTAR RUJUKAN

Abonyi, Achimugu, Njoku, & Adibe. (2014). Innovations in Science and Technology Education: A Case for Ethnoscience Based Science

(25)

Classrooms. International Journal of Scientific &Engineering Research. Vol.5. No.1

Agustini, R. (2017). Pengembangan Alat Praktik Percobaan Konduktivitas Kalor Berbasis Inkuiri Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Universitas Lampung

Asrial, Syahrial, & Kurniawan, D.,A. (2019). Ilmu Dasar Pembelajaran Etnokonstruktivisme. Jambi: Salim Media Indonesia

Asyhar, R. (2010). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta.

Dahliani, Soemarno, I & Setijanti, Purwanti. (2015). Local Wisdom In Built Environment In Globalization Era. International Journal of Education and Research. Vol. 3 No. 6

Hamzah, & Mentari. (2017). Development of Accounting Modul elektronike to Support the Scientific Approach of Students Grade X Vocational High School. Journal of Accounting And Business Education. Vol.2. No.1 Indariani, Ayni, Pramuditya, & Noto. (2019). Teknologi Buku Digital Matematika

dan Penerapan Potensialnya dalam Distance Learning. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika). Vol.3. No.1

Kuntarto, Eko (2017) Penulisan Rujukan Berdasarkan Ketentuan Apa Versi 6. Repository Unja. https://repository.unja.ac.id/id/eprint/5905

Kuntarto, Eko and Asyhar, Rayandra, (2017). Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning Pada Aspek Learning Design Dengan Platform Media Sosial Online Sebagai Pendukung Perkuliahan Mahasiswa. Repository Unja. https://repository.unja.ac.id/id/eprint/626

Kurniawan, A.R, Noviyanti, S. & Arsil. (2019). Optimasi Model Problem Based Learning Berbantuan Multimedia untuk Meningkatkan Keterampilan Kerja Tim di Sekolah Dasar. ELSE (Elementary School Education Journal). Vol. 3 No.2

Nugraha, D.,A, Binadja. A, & Supartono. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Reaksi Redoks Bervisi Sets, Berorientasi Konstruktivistik. Journal of Innovative Science Education. Vol. 2. No.1

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016. Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 Lampiran IV

Riduan. (2013). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta

Rozi, A., F & Anggana, Y. (2012) Berbasis 3D PageFlip Pada Mata Pelajaran Penerapan Rangkaian Elektronika Di Smk Negeri 1 Kediri. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro.

Sugianto. D, Abdullah. A.,G, Elvyanti. S, & Muladi, Y. (2013). Modul Virtual: Multimedia Flipbook Dasar Teknik Digital. INVOTEC, Vol.IX, No.2

(26)

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabet

Sulistyowati, Priyatni, dan Dawud. (2016). Kearifan Lokal dalam Kumpulan Cerpen Siswa Kelas XI SMAN 1 Kepanjen. Teori, Penelitian, dan Pengembangan. Vol.1. No.9

Tegeh, Jampel, dan Pudjawan. (2014). Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Tinja, Towaf, dan Hariyono. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Tematik Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Upaya Melestarikan Nilai Budaya Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan. Vol.2. No.9

Gambar

Tabel 3.11 Kategori Penilaian Respon Guru
Tabel 3.10 Kategori Penilaian Respon, Persepsi, dan Minat Peserta Didik
Tabel 4.2 Kesimpulan Hasil Wawancara Guru SD
Tabel 4.4 Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran  Kompetensi Dasar  Indikator  Tujuan Pembelajaran  IPA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Itulah sebabnya banyak persoalan, keributan, atau konflik dalam gereja, karena ada pemimpinnya yang melayani menurut pola “apa yang dipikirkan manusia.” Maka

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Sistem informasi perpustakaan sekarang ini sangatlah penting untuk sekolah, instansi maupun pihak lainnya, dengan menggunakan sistem informasi perpustakaan, proses peminjaman,

Dapat menjadi sumber ilmu tambahan untuk berbagai pihak misalnya Aparatur penegak hukum seperti Polisi, Hakim, dan Jaksa yang mengawal jalannya penyelesaian kasus-kasus

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menentukan arahan pengembangan komoditas apel melalui konsep agroindustri di Kecamatan Bumiaji Kota Batu agar dapat

LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) adalah sebuah unit kegiatan yang berfungsi mengelola semua kegiatan penelitian dan pengabdian kepada

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Berdasarkan hasil pengembangan modul elektronik yang sudah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan bahwa Modul elektronik Pengelasan Busur Manual SMAW berbasis