• Tidak ada hasil yang ditemukan

Specific Language Impairment (SLI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Specific Language Impairment (SLI)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Specific Language Impairment (SLI)

Hardiono D. Pusponegoro

Tujuan:

1. Mengetahui definisi dan klasifikasi Specific Language Impairment (SLI)

2. Mampu menegakkan diagnosis SLI

3. Mampu membedakan SLI dari keterlambatan bicara dan bahasa lain

4. Mampu merujuk ke tempat yang tepat

Secara klinis seorang anak disebut mengalami keterlambatan bicara apabila pada umur 2 tahun hanya dapat mengucapkan kurang dari 50 kata dan/ atau belum ada kalimat yang terdiri dari kombinasi dua kata.Prevalens keterlambatan perkembangan bicara mencapai 15% pada anak berumur 2 tahun.1,2 Umumnya orangtua sudah mengeluh mengenai keterlambatan bicara pada umur 2 tahun,namun sebagian dokter memilih “menunggu” berdasarkan fakta bahwa perkembangan bicara masih sangat bervariasi pada umur 2 tahun, 50% anak yang mengalami keterlambatan bicara akan mengejar keterlambatan tersebut pada umur 3 tahun, dan bila keterlambatan bicara hanya disebabkan oleh keterlambatan perkembangan (maturational delay), prognosisnya cukup baik.3-5 Akibat adanya pendapat ini, maka diagnosis keterlambatan bicara seringkali belum ditegakkan pada umur 2-3 tahun.2,3

Meskipun demikian, harus diingat bahwa keterlambatan bicara yang semula diduga hanya merupakan keterlambatan perkembangan ternyata dapat merupakan gejala dari gangguan lain yang lebih serius, misalnya gangguan pendengaran, retardasi mental, autisme, dan lain-lain. Keterlambatan bicara juga dapat merupakan gejala dari defisit spesifik kemampuan berbahasa yang disebut sebagai Specific Language Impairment (SLI).5 Keadaan ini seringkali menetap sampai usia sekolah dan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan akademis dan menimbulkan berbagai masalah psikososial.6 Makalah ini secara khusus akan membahas keterlambatan bicara dan bahasa yang disebabkan SLI

Terminologi

(2)

1. Bicara: produksi suara untuk berkomunikasi.

2. Bahasa: kemampuan berkomunikasi yang terdiri atas 4 domain yaitu semantik, sintaks fonologi, dan pragmatik. Semantik adalah memberi makna terhadap kata, sintaks adalah menggabungkan kata menjadi kalimat, fonologi adalah menggabungkan suara dari bahasa, sedangkan pragmatik adalah penggunaan sosial dari bahasa.

3. Bahasa reseptif: kemampuan mengerti pembicaraan orang lain.

4. Bahasa ekspresif: kemampuan berbicara atau mengeluarkan kata dan kalimat.

Definisi

Berikut ini adalah kriteria SLI menurut International Classification of Diseases 10 (ICD 10) yang dikeluarkan oleh World Health Organiztion (WHO) pada tahun 2007 yaitu:7

Specific developmental disorders of speech and language y

Gangguan berbahasa dengan pola perkembangan bahasa yang tidak y

normal sejak usia perkembangan dini. Keadaan tersebut bukan disebabkan langsung oleh kelainan neurologis atau mekanisme bicara, gangguan sensoris, retardasi mental, maupun faktor lingkungan. Sering pula disertai masalah lain seperti kesulitan membaca dan mengeja, gangguan hubungan interpersonal, gangguan emosi dan gangguan perilaku.

Expressive language disorder y

Kemampuan anak untuk berbicara kurang untuk umur perkembangannya, y

tetapi pengertian terhadap bahasa normal. Keadaan tersebut dapat disertai atau tidak disertai gangguan artikulasi.

Receptive language disorder y

Kemampuan anak untuk mengerti bahasa kurang untuk umur y

perkembangannya.

Selain definisi yang telah disebutkan diatas berdasarkan ICD 10, Diagnostic

and Statistical Manual of Mental Disorders-IV-TR (DSM IV-TR) membagi SLI

menjadi gangguan bicara ekspresif dan gangguan bicara reseptif-ekspresif. Berikut ini adalah criteria diagnostic SLI berdasarkan DSM IV:8

Kriteria diagnosis gangguan bahasa ekspresif y

A. Perkembangan bahasa ekspresif kurang bila dibandingkan kapasitas intelektual nonverbal dan perkembangan bahasa reseptif. Secara klinis, terlihat sebagai perbendaharaan kata yang terbatas, kesalahan dalam mengucapkan kalimat, kesulitan memilih kata untuk berbicara, atau kesulitan membuat kalimat yang kompleks dan panjang, yang sesuai dengan umur perkembangan.

B. Gangguan bahasa ekspresif menyebabkan gangguan akademis, pekerjaan, atau komunikasi sosial

(3)

C. Tidak memenuhi kriteria gangguan bahasa campuran reseptif-ekspresif atau spektrum gangguan autistik

D. Bila disertai retardasi mental, defisit bicara karena gangguan fungsi oral-motor atau deprivasi lingkungan, derajat kesulitan berbahasa melebihi yang biasanya ditemukan pada keadaan tersebut.

• Kriteria diagnosis gangguan bahasa reseptif-ekspresif

A. Perkembangan bahasa reseptif dan ekspresif kurang bila dibandingkan kapasitas intelektual nonverbal. Secara klinis, terlihat sebagai gejala gangguan bahasa ekspresif ditambah kesulitan mengerti kata atau kalimat yang diucapkan orang lain.

B. Gangguan bahasa reseptif dan ekspresif menyebabkan gangguan akademis, pekerjaan, atau komunikasi sosial

C. Tidak memenuhi kriteria spektrum gangguan autistik

D. Bila disertai retardasi mental, defisit bicara karena gangguan fungsi oral-motor, defisit sensoris atau deprivasi lingkungan, derajat kesulitan berbahasa melebihi yang biasanya ditemukan pada keadaan tersebut. Dengan berpegang pada kriteria ICD-10 dan DSM IV-TR, jelaslah bahwa SLI merupakan gangguan bahasa yang secara disproporsional lebih berat dibandingkan gangguan domain perkembangan lain.9-11 Kriteria kemampuan berbahasa untuk menegakkan diagnosis SLI adalah kemampuan berbahasa kurang dari -2SD di bawah rata-rata.7,8 Di Amerika Serikat, kriteria diagnosis memerlukan kombinasi intelegensi yang normal (IQ lebih dari 85) dan gangguan berbahasa 1,25 SD atau persentil 10 di bawah rata-rata.9

Prevalens

Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat dengan menggunakan titik

potong kurang dari 1,25 SD melaporkan prevalens SLI sebanyak 7,4%

pada anak pra-sekolah. Bila menggunakan titik potong kurang dari 2SD,

prevalens adalah 2,5%.

12

Di Finlandia, prevalens SLI adalah sebanyak

1%, namun dilaporkan bahwa terdapat peningkatan prevalens SLI dan

keterlambatan bicara perkembangan selama 10 tahun terakhir.

13

Manifestasi klinis

Gejala dini berupa keterlambatan bicara

Hanya sekitar 40% di antara anak dengan keterlambatan bicara pada umur 2 tahun yang akan mengalami SLI pada umur 3-4 tahun.14 Selain itu, sebanyak 50% di antara anak yang mengalami keterlambatan bicara pada umur 2 tahun tersebut akan menunjukkan catch-up pada umur 3 tahun.4 Kemampuan bicara merupakan

(4)

gejala penting untuk menemukan anak dengan gangguan serius, tetapi bila diagnosis SLI semata-mata ditentukan berdasarkan kemampuan bicara, ternyata angka positif palsunya terlalu besar. Bila anak belum dapat bicara, pada awalnya sulit membedakan antara SLI dengan keterlambatan bicara yang disebabkan oleh keterlambatan pematangan susunan saraf pusat yang disebut sebagai maturational

delay. Pada maturational delay, bicara terlambat tetapi struktur kata dan kalimat tetap

baik. Retardasi mental juga menunjukkan hal yang mirip, perbedaannya adalah pada retardasi mental ditemukan pula kemampuan kognitif yang kurang.

Keterlambatan fungsi reseptif pada umur 2,5-3 tahun merupakan faktor prediksi SLI yang lebih kuat, terutama bila disertai riwayat keluarga yang sama.15-17 Namun, harus diingat bahwa retardasi mental pun menunjukkan fungsi reseptif yang kurang.

Gejala pada saat anak sudah dapat berbicara

Pada saat anak yang sudah mulai berbicara sedikit-sedikit, gejala SLI tampak dengan lebih jelas. Gejala yang sering ditemukan adalah:5,18,19

Keterlambatan memproduksi kata-kata, kata pertama baru pada umur 2 y

tahun

Jumlah kata-kata sedikit, kurang dari 50 kata pada umur 2 tahun y

Gangguan semua domain bahasa meliputi fonologi, sintaks, semantik y

dan pragmatik, misalnya kata tidak lengkap, ketidak teraturan berbicara, struktur kalimat tidak benar, sulit mengulang kalimat, sulit memilih kata untuk berbicara, ada kata yang hilang dalam kalimat, sulit membuat kalimat yang kompleks dan panjang

Pada SLI reseptif-ekspresif, anak sulit mengerti pembicaraan orang y

IQ non-verbal, kemampuan mandiri, dan kemampuan interaksi sosial baik y

Tidak ditemukan kerusakan otak, gangguan pendengaran, struktur organ y

bicara, atau deprivasi lingkungan.

Gejala pada anak berusia lebih besar

Pada umur 7 tahun, 90% anak dengan SLI tetap memperlihatkan kesulitan berbahasa.20 Bahkan pada masa remaja, sebanyak 50% anak dengan SLI masih memperlihatkan kesulitan berbahasa.21

Aspek sosial dan emosional

Pada awalnya tidak terlihat perbedaan aspek sosial dan emosional anak SLI dengan anak lain. Namun pada umur 4 tahun, anak dengan SLI biasanya mengalami lebih banyak masalah perilaku misalnya menarik diri, agresif, emosional dan gangguan atensi. Pada umur 10 tahun, anak dengan SLI merasa mereka lebih inkompeten, kurang diterima dalam pergaulan, kurang rasa percaya diri, dan pemalu.22 Masalah-masalah ini dapat menetap sampai dewasa.

(5)

Komorbiditas

Beberapa peneliti melaporkan bahwa SLI sering disertai disleksia atau kesulitan membaca,namun peneliti lain melaporkan bahwa kesulitan membaca tidak selalu ditemukan pada anak dengan SLI.23-25 Mcginty berpendapat bahwa ada kelompok anak dengan SLI yang juga mengalami gangguan atensi sehingga mempermudah terjadinya kesulitan membaca.25 Gangguan atensi dapat ditemukan pada 54% anak dengan SLI. Dua puluh delapan persen hanya mengalami gangguan atensi terhadap tugas verbal atau sulit membagi atensi, atau mengalokasikan atensi terhadap pembicaraan orang lain.18,26

Sebanyak 70% anak dengan SLI dapat memperlihatkan gangguan perkembangan motorik, baik motorik halus maupun motorik kasar berupa

clumsiness, kesulitan menulis, dan kesulitan melakukan olahraga yang

memerlukan ketepatan.20 Hal ini menyebabkan bertambahnya masalah gangguan prestasi akademis dan sosial.27 Pada umur 14 tahun, dapat terlihat ansietas dan fobia sosial.21

Faktor risiko

Faktor genetik

Penelitian pada anak kembar menunjukkan bahwa salah satu penyebab SLI adalah faktor genetik. Adanya riwayat keluarga dengan gangguan berbahasa atau belajar merupakan faktor risiko SLI.11 Riwayat SLI pada orangtua lebih banyak bila orangtua mempunyai anak yang mengalami SLI (32%) dibandingkan anak tanpa SLI (6%).28 Penurunan secara genetik ini bukan secara gen tunggal tetapi melibatkan banyak gen secara kompleks ditambah pengaruh faktor lingkungan.19

Faktor lingkungan dan sosial

Anak yang dibesarkan di lingkungan dengan edukasi orangtua yang rendah, miskin, jumlah anak yang banyak, stress sosial yang tinggi dan kurang ekspresif, seringkali tertinggal dalam perkembangan bicara dan bahasa.29 Anak yang menggunakan 2 bahasa pada awalnya menunjukkan sedikit keterlambatan bicara ekspresif, namun biasanya sudah dapat mengejar pada umur 2 tahun bila tidak ada faktor lain.29

Faktor pre dan perinatal

Sebanyak 20-40% di antara anak yang lahir dengan berat badan sangat rendah mengalami keterlambatan bahasa pada umur prasekolah.30 Gangguan neonatus yang ringan seperti berat badan lahir kurang dari 2500 gram dan skor Apgar 5 menit kurang dari 3 juga menunjukkan peningkatan kejadian keterlambatan bahasa.31

(6)

Lain-lain

Suatu penelitian komunitas yang melibatkan 1720 anak berumur 13-24 bulan menunjukkan bahwa faktor risiko seperti gender, prematuritas, berat badan lahir, lahir kembar, urutan lahir, sosio-ekonomi, status mental ibu, edukasi dan perbendaharaan kata ibu, serta riwayat keluarga kesulitan bicara-bahasa bukan merupakan faktor risiko yang sangat bermakna. Faktor-faktor tersebut hanya dapat menerangkan sekitar 7% keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa pada anak.1

Neurofisiologi

Penelitian-penelitian neurofisiologi menunjukkan bukti bahwa keterbatasan memori kerja fonologik (phonologic working memory) merupakan defisit utama pada SLI.9 Berbagai laporan yang tidak konsisten menunjukkan bahwa dengan MRI terlihat asimetri korteks bahasa, gangguan substansia alba, dan displasia kortikal. Pemeriksaan dengan ABR dapat memperlihatkan adanya gangguan pada pemrosesan input auditorik di otak.9

Terapi

Intervensi dapat memperbaiki masalah bicara dan bahasa jangka pendek, namun belum cukup bukti untuk menentukan hasil jangka panjang.5,6 Terapi wicara masih merupakan pilihan utama, disamping terapi integrasi sensoris.18 Suatu meta-analisis terhadap 25 penelitian menunjukkan bahwa terapi wicara efektif untuk anak dengan gangguan fonologik atau kurangnya perbendaharaan kata. Namun, penggunaan terapi wicara belum terbukti bermanfaat untuk anak dengan gangguan bahasa reseptif.5,32

Keikutsertaan orangtua dan teman dalam melakukan terapi memberi hasil yang baik dibandingkan bila terapi hanya dilakukan oleh tenaga profesional. Beberapa metode yang dapat dilakukan orangtua misalnya program It takes two

to talk dapat memperbaiki input bicara dan bahasa dengan interaksi yang berarti

dalam keadaan alamiah.32-34 Program yang diberikan dengan cara bermain juga dapat memperbaiki kemampuan berbahasa anak.34 Teknik dengan memberikan bantuan visual juga dilaporkan memberi hasil yang baik.35

Kesimpulan

Pada umur 2 tahun, keterlambatan bicara dengan batasan kurang dari 50 kata dan/ atau belum ada kalimat terdiri dari kombinasi dua kata mempunyai prevalens sampai 15% anak. Memang benar bahwa sebagian besar di antara anak dengan maturational delay akan menjadi normal, tetapi sebagian di antaranya mungkin merupakan awal dari gangguan bicara dan bahasa yang serius.

(7)

Specific Language Impairment dengan prevalens sebanyak 1-2,5% merupakan

gangguan yang serius. Keadaan tersebut dapat menyebabkan munculnya berbagai gangguan akademis dan interaksi sosial, disertai komorbiditas seperti ansietas, kurangnya konsentrasi dan fobia sosial. Terapi yang dianjurkan untuk SLI adalah terapi wicara baik oleh profesional, orangtua, maupun teman sebaya yang telah dilatih.

Daftar Pustaka

1. Reilly S, Wake M, Bavin EL, Prior M, Williams J, Bretherton L, dkk. Predicting language at 2 years of age: a prospective community study. Pediatrics. 2007;120:e1441-9.

2. Buschmann A, Jooss B, Rupp A, Dockter S, Blaschtikowitz H, Heggen I, Pietz J. Children with developmental language delay at 24 months of age: results of a diagnostic work-up. Dev Med Child Neurol. 2008;50:223-9.

3. Rannard A, Lyons C, Glenn S. Parent concerns and professional responses: the case of specific language impairment. Br J Gen Pract. 2005;55:710-4.

4. Sachse S, von Suchodoletz W. Early identification of language delay by direct language assessment or parent report. J Dev Behav Pediatr. 2008;29:34-41. 5. Schum RL. Language screening in the pediatric office setting. Pediatr Clin North

Am. 2007;54:425-36.

6. US Preventive Services Task Force. Screening for speech and language delay in preschool children: recommendation statement. Pediatrics. 2006;117:497-501. 7. WHO. International classification of disease-10. Geneva: WHO; 2007.

8. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders IV-TR. Washington DC: American Psychiatric Association; 2000. 9. Webster RI, Shevell MI. Topical review: neurobiology of specific language

impairment. J Child Neurol. 2004;19:471.

10. Venkateswaran S, Shevell M. The case against routine electroencephalography in specific language impairment. Pediatrics. 2008;122:e911-6.

11. Kohnert K, Windsor J, Ebert KD. Primary or specific language impairment and children learning a second language. Brain Lang. 2009;109:101-11.

12. Tomblin JB, Records NL, Buckwalter P, Zhang X, Smith E, O’Brian M. Prevalence of specific language impairment in kindergarden children. J Speech Lang Hear Res. 1997;40:1245-60.

13. Hannus S, Kauppila T, Launonen K. Increasing prevalence of specific language impairment (SLI) in primary healthcare of a finnish town, 1989-99. Int J Lang Commun Disord. 2009;44:79-97.

14. Dale PS, Price TS, Bishop DVM, Plomin R. Outcomes of early language delay: predicting persistent and transient language difficulties at 3 and 4 years. J Speech Lang Hear Res. 2003;46:554-60.

15. Chiat S, Roy P. Early phonological and sociocognitive skills as predictors of later language and social communication outcomes. J Child Psychol Psychiatry. 2008;49:635-45.

16. Flax J, Realpe-Bonita T, Roesler C, Choudury N, Benasich A. Using early standardized language measures to predict later language and early reading

(8)

outcomes in children at high risk for language-learning impairments. J Learn Disabil 2009;42:61-75.

17. Choudhury N, Benasich AA. A family aggregation study: the influence of family history and other risk factors on language development. J Speech Lang Hear Res. 2003;46:261-72.

18. Asikainen M. Diagnosing specific language impairment [Thesis]. University of Tampere; 2005.

19. Bishop DVM. What causes specific language impairment in children? Current Directions in Psychological Science. 2006;15:217.

20. Webster RI, Erdos C, Evans K, Majnemer A, Kehayia E, Thordardottir E, dkk. The clinical spectrum of developmental language impairment in school-aged children: language, cognitive, and motor findings. Pediatrics. 2006;118:e1541-9.

21. Conti-Ramsden G, Durkin K. Language and independence in adolescents with and without a history of specific language impairment (SLI). J Speech Lang Hear Res. 2008;51:70-83.

22. Jerome AC, Fujiki M, Brinton B, James SL. Self-esteem in children with specific language impairment. J Speech Lang Hear Res. 2002;45:700-14.

23. Bishop DV, Snowling MJ. Developmental dyslexia and specific language impairment: same or different? Psychol Bull. 2004;130:858-86.

24. Simkin Z, Conti-Ramsden G. Evidence of reading difficulty in subgroups of children with specific language impairment. Child Language Teaching & Therapy. 2006;22:315.

25. McGinty AS, Justice LM. Predictors of print knowledge in children with specific language impairment: experimental and developmental factors. J Speech Lang Hear Res. 2009;52:81-97.

26. Shafer VL, Ponton C, Datta H, Morr ML, Schwartz RG. Neurophysiological indices of attention to speech in children with specific language impairment. Clin Neurophysiol. 2007;118:1230-43.

27. Webster RI, Majnemer A, Platt RW, Shevell MI. Motor function at school age in children with a preschool diagnosis of developmental language impairment. J Pediatr. 2005;146:80-5.

28. Barry JG, Yasin I, Bishop DV. Heritable risk factors associated with language impairments. Genes Brain Behav. 2007;6:66-76.

29. Simms MD. Language disorders in children: classification and clinical syndromes. Pediatr Clin North Am. 2007;54:437-67.

30. Van Lierde KM, Roeyers H, Boerjan S, De Groote I. Expressive and receptive language characteristics in three-year-old preterm children with extremely low birth weight. Folia Phoniatr Logop. 2009;61:296-9.

31. Stanton-Chapman TL, Chapman DA, Bainbridge NL, Scott KG. Identification of early risk factors for language impairment. Res Dev Disabil. 2002;23:390-405. 32. Law J, Garrett Z, Nye C. Speech and language therapy interventions for children

with primary speech and language delay or disorder. Cochrane Database of Systematic Reviews 2003, Issue 3. Art. No.: CD004110. DOI: 10.1002/14651858. CD004110.

33. Buschmann A, Jooss B, Rupp A, Feldhusen F, Pietz J, Philippi H. Parent based language intervention for 2-year-old children with specific expressive language delay: a randomised controlled trial. Arch Dis Child. 2009;94:110-6.

(9)

34. Wing C, Kohnert K, Pham G, Cordero KN, Ebert KD. Culturally consistent treatment for late talkers. Communication Disorders Quarterly. 2007;29:20. 35. Quail M, Williams C, Leitão S. Verbal working memory in specific language

impairment: The effect of providing visual support. Int J Speech Lang Pathol. 2009;11:220-33.

(10)
(11)

DAN

IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA CABANG DKI JAKARTA

Penyunting: Hardiono D. Pusponegoro

Dwi Putro Widodo Irawan Mangunatmadja

A Journey to child

neurodevelopment:

Application in daily

practices

Jakarta, 18-19 Juli 2010

(12)

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh buku dengan cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seizin penulis dan penerbit

Diterbitkan oleh:

Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta Tahun 2010

(13)

Dr. Anna Tjandrajani, SpA

Dr. Dwi Putro Widodo, SpA(K),MMed

Unit Kerja Neurologi IDAI Cabang DKI Jakarta

Dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K)

Unit Kerja Neurologi IDAI Cabang DKI Jakarta

Dr. Irawan Mangunatmadja, SpA(K)

Unit Kerja Neurologi IDAI Cabang DKI Jakarta

Dr. Lestaria Aryanti, SpIKFR

SMF Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati

Dr. Luh Karunia Wahyuni, SpRM(K) Dr. Nelly Amalia Risan, SpA(K)

Dr. Purboyo Solek, SpA(K) Rini Hildayani, MPsi Dr. Ronny Suwento, SpTHT (K)

(14)

Unit Kerja Neurologi IDAI Cabang DKI Jakarta

Prof. Dr. Sofyan Ismael, Sp.A(K)

Unit Kerja Neurologi IDAI Cabang DKI Jakarta

Surastuti Nurdadi, MPsi DR. Dr. Tjin Wiguna, SpKJ

(15)

Daftar Isi

Kata Sambutan Ketua IDAI Cabang DKI Jakarta ... iii

Sambutan Ketua Panitia ... v

Kata Pengantar ... vii

Susunan Panitia ... ix

Daftar Penulis ... xi

Daftar Isi ... xiii

A Journey to Child Neurodevelopmental Problems ... 1

Sofyan Ismael Bayi risiko tinggi, apa yang bisa terjadi pada perkembangannya? ... 7

Setyo Handryastuti Pemantauan Neurologis Bayi Risiko Tinggi ... 23

Anna Tjandrajani Prinsip Theraplay untuk Meningkatkan Attachment pada Bayi Risiko Tinggi dan Berkebutuhan Khusus ... 33

Rini Hildayani Intervensi Motorik pada Bayi Risiko Tinggi ... 45

Lestaria Aryanti Diagnosis Banding Keterlambatan Bicara: Pendekatan Etiologi pada Praktik Sehari-hari ... 55

Irawan Mangunatmadja

(16)

Intervensi ... 65

Ronny Suwento

Specific Language Impairment (SLI) ... 79

Hardiono D. Pusponegoro

Kelumpuhan pada Anak Kecil... 89

Dwi Putro Widodo

Keterlambatan Motorik atau Palsi Serebral? ... 101

Nelly Amalia Risan

Developmental Coordination Disorder ... 109

Luh Karunia Wahyuni

Diagnosis Banding Kesulitan Belajar: Attention Deficit Hyperactivity

Disorder (ADHD) atau Retardasi mental ... 119

Purboyo Solek

Deteksi Dini Kesulitan Belajar Pada Anak(Gangguan Persepsi Visual-Motor, Tulisan Buruk, Disleksia, Diskalkulia)... 127

Surastuti Nurdadi

Apakah anak dengan gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (GPPH) memerlukan obat? ... 137

Referensi

Dokumen terkait