• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metodologi Peneltian Teknologi Informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metodologi Peneltian Teknologi Informasi"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN

Metodologi

Peneltian

Teknologi

Informasi

Kontrak Perkuliahan

Riset, Metode Ilmiah, Tipe Penelitian

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komputer Sistem Inforrmassi

01

87018 Tim Dosen

Abstract

Kompetensi

Kontrak Perkuliahan

Riset, Metode Ilmiah, Tipe Penelitian

Mengetahui kontrak perkuliahan Mampu memahami konsep dasar penelitian dan dapat membedakan dengan yang bukan penelitian Mampu memahami metode ilmiah Memahami tipe-tipe penelitian

(2)

Modul 1

Riset atau penelitian sering dideskripsikan sebagai suatu proses investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Penyelidikan intelektual ini menghasilkan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu peristiwa, tingkah laku, teori, dan hukum, serta membuka peluang bagi penerapan praktis dari pengetahuan tersebut. Istilah ini juga digunakan untuk menjelaskan suatu koleksi informasi menyeluruh mengenai suatu subyek tertentu, dan biasanya dihubungkan dengan hasil dari suatu ilmu atau metode ilmiah. Kata ini diserap dari kata bahasa Inggris research yang diturunkan dari bahasa Perancis yang memiliki arti harfiah "menyelidiki secara tuntas".

Sebuah riset yang baik akan menghasilkan:

1. Produk atau inovasi baru yang dapat langsung dipakai oleh industri (bukan hanya sebatas purwarupa)

2. Paten

3. Publikasi di jurnal internasional

Definisi Metode menurut para ahli:

(Rothwell & Kazanas; Titus ; Macquarie; Wiradi ; Agus M. H. )

1. Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.

2. Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.

3. Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu.

4. Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis).

5. Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang

digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu.

Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode.

Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

(3)

Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian.Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing.

Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu.

Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.

Prinsip metodologi

Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, di antaranya: A. Rene Descartes

Dalam karyanya Discourse On Methoda, ada 6 prinsip metodologi yaitu:

1. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang.

Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.

2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian.

Descartes mengajukan 4 langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu:

(a) Jangan pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari

kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan anda lebih dari pada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi.

(b) Pecahkanlah setiap kesulitan menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.

(c) Arahkan pemikiran secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan di antara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru.

(4)

(d) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan.

Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.

3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut:

(a) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak.

(b) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling meragukan.

(c) Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada merombak tatanan dunia.

4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah, namun kita tidak dapat

membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain.

5. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas).Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh. Jiwa manusia itu abadi.

B. Alfred Julesayer

Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:

1. Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan

2. Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna

3. Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun.

(5)

K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada.

K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut:

1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir. Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat.

2. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan (observasi)

secara teliti gejala (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-bukti empiris yang dapat

mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan (justifikasi) akan berubah menjadi hukum. K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris.

3. K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip FALSIFA BILITAS, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh.

Karakteristik penelitian

1. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan yang dapat menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan atau dapat memecahkan suatu permasalahan.

2. Metodologi penelitian adalah pengetahuan yang mengkaji ketentuan mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian.

3. Penelitian dan ilmu merupakan operasionalisasi dari metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.

Paradigma kuantitatif

a. Paradigma tradisional, positivis, eksperimental, empiris.

b. Menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

c. Realitas bersifat obyektif dan berdimensi tunggal. d. Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti.

(6)

e. Bebas nilai dan tidak bias. f. Pendekatan deduktif.

g. Pengujian teori dan analisis kuantitatif.

Paradigma kualitatif

a. Pendekatan konstruktifis, naturalistis (interpretatif), atau perspektif postmodern. b. Menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas.

c. Realitas bersifat subyektif dan berdimensi banyak. d. Peneliti berinteraksi dengan fakta yang diteliti. e. Tidak bebas nilai dan bias.

f. Pendekatan induktif.

g. Penyusunan teori dengan analisis kualitatif.

Perbedaan paradigma kuantitatif dengan paradigma kualitatif

Perbedaan antara Paradigma Kuantitatif dengan Paradigma Kualitatif terletak pada asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian.Perbedaan selanjutnya akan memengaruhi strategi dan desain penelitian. Perbedaan asumsi tsb di antaranya adalah sbb :

1. Hubungan peneliti dengan fakta yang diteliti menurut paradigma kuantitatif diasumsikan bersifat independen sehingga peneliti dapat menguji realitas fakta secara obyektif, terbatas pada dimensi tunggal, bebas nilai. Sebaliknya menurut asumsi paradigma kualitatif,

penelitian berinteraksi dengan fakta yang diteliti, sehingga lebih bersifat subyektif, tidak bebas nilai.

2 Proses penelitian paradigma kuantitatif menggunakan pendekatan deduktif, sedangkan pada penelitian paradigma kualitatif menggunakan pendekatan induktif.

3. Paradigma kuantitatif menekankan pengujian teori dengan analisis kuantitatif dibandingkan pendekatan kualitatif yang memberikan tekanan pada penyusunan teori melalui pengungkapan fakta dengan analisis kualitatif.

(7)

Daftar Pustaka

1. Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi.Erlangga. Jogjakarta.

2003

2. Jogiyanto, Metodologi Penelitian: Sistem Informasi. Penerbit Andi Jogyakarta. 2008

3. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja Rosdakarya.

Bandung. 2002

4. Myers, Michael D dan David Avison. Qualitative Research In Informations

Systems. SAGE Publications. London. 2002

5. Creswell, John W. Research Design. KIK Press. Jakarta. 2002

6. Materi Pelatihan UNISTAFF, Uni Kassel 2009, Research Management

7.

http://id.wikipedia.org/wiki/Riset

(8)

1

MODUL PERKULIAHAN

Metodologi

Peneltian

Teknologi

Informasi

Teknik identifikasi dan perumusan masalah penelitian Kriteria pemilihan masalah penelitian

Kesalahan umum perumusan masalah Masalah Penelitian Teknologi Informasi Beberapa trending topics di masyarakat

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komputer Sistem Inforrmassi

02

87018 Tim Dosen

Abstract

Kompetensi

Teknik identifikasi dan perumusan masalah penelitian, Kriteria pemilihan masalah penelitian Kesalahan umum perumusan masalah, Masalah Penelitian Teknologi Informasi

Beberapa trending topics di

Mampu mengidentifikasi masalah penelitian

Mampu membuat perumusan masalah penelitian

(9)

masyarakat

Modul 2

Karakteristik Tugas Akhir

1. Berfokus pada kajian mengenai salah satu isu sentral yang tercakup dalam salah satu disiplin dalam ilmu pendidikan sesuai dengan program studi yang ditempuh oleh mahasiswa yang bersangkutan.

2. Merupakan pengujian empirik terhadap posisi teoritik tertentu.

3. Menggunakan data primer sebagai data utama yang dapat ditunjang oleh data sekunder.

4. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kecuali untuk program studi bahasa asing.

Judul

Judul penelitian berisi pernyataan yang secara spesifik mencerminkan isi penelitian yang akan dilakukan (mencerminkan konsep atau hubungan antar konsep dari gejala/fenomena yang diteliti).

BAB I: Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Penelitian

Mengemukakan hal-hal yang menjadi latar belakang pemilihan topik penelitian, termasuk mensignifikasikan pemilihan topik penelitian tersebut. Penelitian dapat diangkat dari gejala empiris atau permasalahan praktis dan/atau permasalahan teoritis.

Mengemukakan dan meletakkan penelitian yang akan dilakukan dalam peta keilmuan yang menjadi perhatian peneliti, menunjukkan penelitian-penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh peneliti (dan peneliti-peneliti lain) yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

(10)

1.2. Rumusan Masalah atau Identifikasi Masalah

Merumuskan masalah penelitian (research problem) dan mengemukakan pernyataan masalah (problem statement).

1.3. Tujuan Penelitian

Mengemukakan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

Pada penelitian deduktif–hipotetikal, tujuan penelitian lazimnya adalah untuk menjelaskan/mengukur hubungan (asosiasi atau kausalitas) antarvariabel yang menjadi perhatian dalam studi.

1.4. Kegunaan Penelitian atau Manfaat Penelitian

Mengungkapkan secara spesifik kegunaan yang hendak dicapai dari:

Aspek teoritis (keilmuan) dengan menyebutkan kegunaan teoritis apa yang dapat dicapai dari masalah yang diteliti.

Aspek praktis (guna laksana) dengan menyebutkan kegunaan apa yang dapat dicapai dari penerapan pengetahuan yang dihasilkan penelitian ini.

Bab II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Bab ini menyajikan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis. Tentang hipotesis, lihat penjelasan pada butir 2.3. Hipotesis.

2.1. Kajian Pustaka

Melakukan kajian kepustakaan yang relevan dengan masalah penelitian. Pada bagian ini dilakukanlah kajian/diskusi mengenai konsep dan teori yang digunakan berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari artikel-artikel yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah. Kajian pustaka berfungsi untuk membangun konsep atau teori yang menjadi dasar studi.

2.2. Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya kerangka pemikiran diturunkan dari (beberapa) konsep/teori yang relevan dengan masalah yang diteliti, sehingga bisa memunculkan asumsi-asumsi dan/atau

proposisi, yang dapat ditampilkan dalam bentuk bagan alur pemikiran, yang kemudian dapat dirumuskan ke dalam hipotesis operasional atau hipotesis yang dapat diuji.

(11)

2.3. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentatif tentang hubungan (asosiasi/kausalitas) antara beberapa variabel. Pada penelitian kuantitatif, hipotesis lazim dituliskan dalam subbab tersendiri (lihat penjelasan tentang Kerangka Pemikiran).

BAB III: Metodologi

Adalah menguraikan paradigma/pendekatan/metode yang akan dipergunakan pada penelitian. Uraian mencakup, tapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:

Uraian tentang rancangan penelitian yang dipilih.

Prosedur pengambilan/pemilihan sampel dan penentuan unit analisis. Sumber dan teknik pengumpulan data serta instrumen penelitian.

Pengolahan dan analisis data termasuk (uji) validitas data yang sesuai dengan rancangan penelitian yang diusulkan.

Lokasi dan waktu penelitian.

Pada beberapa disiplin ilmu-ilmu eksakta, bab ini dapat diberi judul “BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN”. Sesuai dengan judul tersebut, uraian pada bab ini dimulai dengan uraian tentang bahan, subjek, dan objek penelitian di dalam bagian yang diberi sub-judul “Bahan/Objek Penelitian”, kemudian dilanjutkan dengan uraian yang diberi sub-judul “Metode Penelitian”; uraian memuat butir-butir seperti pada

paradigma/pendekatan/metode di atas.

Daftar Pustaka

Adalah daftar dari seluruh kepustakaan yang digunakan/dirujuk dalam teks. Cara penulisannya bisa dilihat pada BAB III tentang Teknik Penulisan Tesis dan Disertasi dalam buku pedoman ini.

Lampiran

Berisi lampiran tentang hal-hal yang relevan dengan Usulan Penelitian, misalnya angket/kuesioner, pedoman wawancara, dan peta lokasi.

(12)

Daftar Pustaka

9. Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi.Erlangga. Jogjakarta.

2003

10. Jogiyanto, Metodologi Penelitian: Sistem Informasi. Penerbit Andi Jogyakarta. 2008

11. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja Rosdakarya.

Bandung. 2002

12. Myers, Michael D dan David Avison. Qualitative Research In Informations

Systems. SAGE Publications. London. 2002

13. Creswell, John W. Research Design. KIK Press. Jakarta. 2002

14. Materi Pelatihan UNISTAFF, Uni Kassel 2009, Research Management

15.

http://id.wikipedia.org/wiki/Tesis

(13)

MODUL PERKULIAHAN

Metodologi

Peneltian

Teknologi

Informasi

Kriteria Pustaka untuk Peneliti

Tipe Perpustakaan, Teknik

Penulisan sitiran dan Daftar

Pustaka, Beberapa Jurnal Ilmiah

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komputer Sistem Inforrmassi

03

87018 Tim Dosen

Abstract

Kompetensi

Kriteria Pustaka untuk Peneliti Tipe perpustakaan

Teknik penulisan sitiran dan Daftar Pustaka

Mampu menelusuri dan mereview pustaka ilmiah

(14)

Beberapa Jurnal Ilmiah

Modul 3

Sistem penulisan referensi Harvard membahas format untuk penulisan dan

pengorganisasian kutipan dari materi sumber. Sistem ini juga dikenal dengan sebutan author-date system —sistem penulis-tanggal— (Curtin University, 2007: 1), dan parenthetical referencing —penulisan referensi dalam kurung—(Perelman, Barrett & Paradis, 2000).

Dalam sistem penulisan referensi Harvard, kutipan singkat terhadap sumber ditulis dalam kurung di dalam teks dari suatu artikel, dan kutipan lengkapnya dikumpulkan dalam urutan abjad di bawah judul "Referensi", "Daftar Rujukan", atau "Daftar Acuan" di bagian akhir. Kutipan di dalam teks ditempatkan di dalam kurung setelah kalimat atau bagiannya, diikuti tahun penerbitan, seperti (Smith 2005), dan nomor halaman bila diperlukan (Smith 2005, h. 1) atau (Smith 2005:1). Kemudian dalam bagian Referensi, kutipan lengkap diberikan:

Smith, John. (2005). Playing nicely together. St. Petersburg, FL (USA): Wikimedia Foundation.

Sistem penulisan referensi Harvard adalah gaya penulisan yang lebih disukai oleh British

Standards Institution (1990), American Psychological Association (APA Style 2001). Gaya ini merupakan salah satu dari beberapa sistem yang direkomendasikan oleh Council of Science

Editors (Scientific Style and Format 2006, intro)[1] dan Chicago Manual of Style (2003). Menurut makalah tahun 1896 tentang bibliografi oleh Charles Sedgwick Minot dari Harvard Medical School, asal mula dari sistem penulisan referensi Harvard adalah dari makalah karya Edward Laurens Mark, Hersey profesor anatomi dan direktur laboratorium zoologi di

Harvard University, yang mungkin menyalinnya dari sistem katalog yang digunakan pada saat itu sampai sekarang oleh perpustakaan Musium Zoologi Komparatif Harvard.[2] Pada tahun 1881, Mark menulis makalah tentang kelahiran embrio siput taman, yang

menyertakan kutipan jenis penulis-tanggal dalam kurung di halaman 194, contoh pertama dari referensi demikian (Mark 1881, p.194). Sampai saat itu, menurut Eli Chernin yang menulis dalam British Medical Journal, referensi muncul dalam gaya yang tidak konsisten dalam catatan kaki, yang dirujuk dalam teks menggunakan beragam simbol pencetak, termasuk tanda bintang dan tanda salib.[2]

Chernin mencatat bahwa suatu tulisan penghargaan (festschrift) pada tahun 1903 didedikasikan pada Mark oleh 140 mahasiswa, termasuk Theodore Roosevelt,

(15)

mengkonfirmasikan bahwa penulisan referensi sistem Harvard dimunculkan oleh Mark. Tulisan tersebut memberikan penghormatan pada makalah Mark tahun 1881, tulisan yang "memperkenalkan pada zoologi kutipan yang lengkap dan akurat serta metoda yang menyenangkan dan seragam untuk penulisan referensi dari teks ke bibliografi."[2]

Menurut catatan editorial dalam British Medical Journal tahun 1945, anekdot yang belum terkonfirmasi menyatakan bahwa istilah "sistem Harvard" diperkenalkan oleh pendatang dari Inggris ke perpustakaan Harvard University, yang terkesan dengan sistem kutipan itu, dan menamainya "sistem Harvard" saat kembali ke Inggris.[2]

Ciri yang aneh dari 'sistem Harvard' adalah bahwa menurut pustakawan Harvard sendiri, "Sistem Harvard adalah suatu kesalahan penamaan (Bourneuf n.d.)". Di Inggris dan negara-negara persemakmuran, sebelumnya disebut persemakmuran Inggris, nama 'sistem

Harvard' banyak digunakan, tapi tidak di universitas yang dijadikan nama sistem tersebut. Pernah dikatakan oleh profesor di Harvard bahwa, "(Sistem) itu seperti apa yang kita sebut Sistem Ilmu Sosial".

Penggunaan[sunting | sunting sumber]

Sistem Harvard digunakan terutama dalam ilmu sosial, dengan versi pertama dari tuntunan gaya APA yang sudah diterbitkan pada tahun 1929 (Roediger 2004).

Jenis penulisan referensi yang sama, dikenal beragam seperti nomor-penulis,

urutan-kutipan, atau Sistem Vancouver, telah digunakan oleh jurnal medis Inggris dan Badan Editor Biologi Amerika Serikat (sekarang Badan Editor Ilmiah). Sarjana dalam bidang seni dan sastra secara tradisional lebih menyukai sistem "documentary-note". Selama tahun 1980an, kemudahan penulisan referensi mulai mengalahkan tradisi dan kutipan dalam teks mulai muncul dalam bidang sastra, dalam Chicago Manual of Style dan MLA Handbook. Dalam dekade-dekade terakhir, kebanyakan organisasi sarjana dan profesional telah mengadopsi sistem penulisan referensi Harvard.[3]

Cara pengutipan[sunting | sunting sumber]

Struktur kutipan dalam sistem penulisan referensi Harvard adalah nama penulis, tahun penerbitan, dan rentang nomor halaman, dalam kurung, seperti diilustrasikan dalam contoh Smith sedikit di bawah bagian teratas artikel ini.

Nomor halaman dihilangkan bila seluruh tulisan dikutip. Nama penulis dihilangkan bila sudah ada dalam teks. Sehingga akan ditulis: "Jones (2001) merevolusi bidang bedah trauma."

Dua atau tiga penulis dikutip dengan menggunakan kata "dan" atau tanda "&": (Deane, Smith, dan Jones, 1991) atau (Deane, Smith & Jones, 1991). Enam atau lebih penulis dikutip menggunakan et al. (Deane et al. 1992).

(16)

Tahun yang tidak diketahui dikutip sebagai no date (Deane n.d.). Rujukan pada cetak ulang dikutip dengan tahun publikasi asli di dalam kurung siku(Marx [1867] 1967, p. 90).

Bila seorang penulis menerbitkan dua buku pada tahun 2005, tahun dari buku pertama (dalam urutan abjad dari rujukan) dikutip sebagai 2005a, dan yang kedua sebagai 2005b.

Kutipan ditempatkan di tempat yang cocok, di tengah atau di akhir kalimat. Bila di akhir kalimat, ditempatkan sebelum titik, tapi untuk seluruh blok kutipan ditempatkan segera setelah titik di akhir blok karena catatan kutipan itu bukan bagian dari kutipan itu sendiri.

Kutipan lengkap disediakan dalam urutan berdasar abjad di bagian setelah teks, biasanya ditandai sebagai "Referensi", "Daftar rujukan", atau "Daftar acuan." Perbedaannya dengan daftar pustaka atau bibliografi adalah bahwa daftar pustaka dan bibliografi bisa menyertakan tulisan yang tidak dikutip secara langsung dalam teks.

Seluruh kutipan menggunakan font yang sama dengan teks utama.

Bila mengutip sumber dari internet, juga perlu menyediakan nama dan tempat dari sponsor sumber, tanggal mengakses, keseluruhan URL atau hanya rincian situs utama, sebagai tambahan informasi tentang penulis/editor, tahun terbit, dan judul dokumen. Sumber kutipan juga lebih disukai bila ditandai dengan kurung siku sebagai [internet] atau [online] untuk menekankan bahwa ini adalah versi tidak tercetak.

Contoh[sunting | sunting sumber] Contoh dari rujukan buku adalah:

Smith, J. (2005a). Harvard Referencing. London: Jolly Good Publishing. Smith, J. (2005b). Dutch Citing Practices. The Hague: Holland Research Foundation.

Dalam menuliskan kota tempat terbit, kota yang telah dikenal secara internasional (seperti London atau New York) dikutip hanya kotanya saja. Bila kotanya kurang dikenal secara internasional, negaranya (atau provinsi untuk Indonesia) juga disertakan.

Contoh dari rujukan jurnal adalah:

Smith, John Maynard. (1998). The origin of altruism. Nature 393: 639–40. Artikel surat kabar biasanya dikutip dalam teks tapi dihilangkan dalam bagian "Daftar rujukan". Contoh pengutipan surat kabar formal adalah:

Bowcott, O. (2005, 18 October). "Protests halt online auction to shoot stag", The

Guardian. Diakses 7 Februari 2006.

(17)

Bowcott, O. (18 Oktober 2005). Protests halt online auction to shoot stag. The

Guardian.

Catatan isi[sunting | sunting sumber]

Suatu catatan isi umumnya berisi informasi dan penjelasan yang tidak masuk ke dalam teks utamanya sendiri, tapi berguna untuk memberikan penjelasan tambahan tentang informasi dalam teks atau informasi yang dirujuk. Catatan isi umumnya diberikan sebagai catatan kaki atau catatan akhir. Catatan isi ini bisa mengandung sistem penulisan referensi Harvard, seperti halnya teks utama.

Pro dan kontra dengan sistem penulisan referensi lain[sunting | sunting sumber] Pro[sunting | sunting sumber]

Kelebihan utama dari sistem penulisan referensi Harvard adalah bahwa seorang pembaca yang mengenal bidang itu besar kemungkinan akan dapat mengenali kutipan itu tanpa perlu melihat bagian daftar rujukan.

Kelebihan lain adalah bahwa bila referensi yang sama dikutip lebih dari satu kali, bahkan pembaca biasa yang tidak mengenal penulis akan mengingat namanya. Bila banyak kutipan dalam teks untuk halaman berbeda dari sumber yang sama

digunakan, sistem penulisan referensi Harvard dapat menjadikannya lebih

sederhana bagi pembaca dibanding harus bolak-balik ke catatan kaki dan catatan akhir penuh dengan kutipan "ibid".

Dengan sistem penulisan referensi Harvard, tidak ada kesukaran pemberian ulang nomor bila kutipan dalam teks diubah, yang akan menjadi momok dari sistem catatan akhir bernomor bila dikatakan bahwa kutipan pertama tidak pernah muncul dalam urutan penomoran. (Perangkat lunak manajemen penulisan referensi bisa

mengotomasi aspek sistem penomoran ini [seperti sistem catatan akhir Microsoft Word]; tapi banyak orang yang tidak memilikinya atau tidak bisa menggunakannya). Sistem penulisan referensi Harvard menghilangkan masalah penomoran ulang ini. Penulisan referensi sistem penulis-tanggal bekerja baik saat dikombinasikan dengan catatan kaki substantif. Bila catatan kaki digunakan dengan catatan akhir, diperlukan dua sistem yang berbeda dalam penandaan catatan: biasanya nomor untuk kutipan sumber, dan simbol lain, seperti tanda bintang dan salib, untuk catatan substantif. Pendekatan demikian akan menyulitkan dalam keadaan bagimanapun; untuk materi yang tidak bernomor halaman akan menghasilkan dua rangkaian paralel catatan akhir, yang dapat memusingkan pembaca. Penggunaan sistem penulis-tanggal untuk sumber kutipan dapat menghindarkan masalah ini(Chicago Manual of Style 2003, 16.63–16.64).

(18)

Kontra[sunting | sunting sumber]

Kekurangan utama dari sistem penulisan referensi Harvard adalah bahwa sistem ini memakan tempat.

Aturan dapat menjadi rumit atau tidak jelas bagi referensi non-akademik, khususnya bila penulis pribadi tidak diketahui, seperti dalam dokumen atau standar masalah pemerintahan.

Bila menghapus kalimat yang dikutip, editor harus mengecek bagian daftar rujukan, untuk melihat kalau-kalau referensi itu digunakan di tempat lain dalam artikel, dan bila tidak, menghapus referensi itu. Hal tersebut menjadi pekerjaan manual yang rumit, sehingga artikel yang menggunakan sistem penulisan referensi Harvard dapat berakhir dengan referensi yang sebetulnya tidak digunakan dalam artikel.

Sistem ini mungkin tidak dikenal atau mengganggu bagi pembaca umum, yang tidak terbiasa dengan artikel jurnal. Bagaimanapun, adalah mudah untuk mengabaikan kutipan dalam kurung, bila pembaca tidak yakin maknanya.

(19)

Daftar Pustaka

17. Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi.Erlangga. Jogjakarta.

2003

18. Jogiyanto, Metodologi Penelitian: Sistem Informasi. Penerbit Andi Jogyakarta. 2008

19. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja Rosdakarya.

Bandung. 2002

20. Myers, Michael D dan David Avison. Qualitative Research In Informations

Systems. SAGE Publications. London. 2002

21. Creswell, John W. Research Design. KIK Press. Jakarta. 2002

(20)

MODUL PERKULIAHAN

Metodologi

Peneltian

Teknologi

Informasi

Teknik Perumusan Tujuan dan

Manfaat Penelitian

Tenik Penentuan Judul

Penelitian

Pengembangan Hipotesis

Etika Penelitian

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komputer Sistem Inforrmassi

(21)

Abstract

Kompetensi

Teknik Perumusan Tujuan dan

Manfaat Penelitian

Tenik Penentuan Judul Penelitian Pengembangan Hipotesis

Etika Penelitian

Mampu merumuskan Tujuan,

Manfaat, Judul Penelitian, Hipotesis, dan Memahami Etika Penelitian

(22)

Modul 4

Tujuan Penelitian

Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu.

Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.

Prinsip metodologi

Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, di antaranya: A. Rene Descartes

Dalam karyanya Discourse On Methoda, ada 6 prinsip metodologi yaitu:

1. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang.

Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah..

2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian.

(23)

Descartes mengajukan 4 langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu:

(a) Jangan pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan anda lebih dari pada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi.

(b) Pecahkanlah setiap kesulitan menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.

(c) Arahkan pemikiran secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan di antara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru. (d) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan

tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan.

Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.

3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut:

(a) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak.

(b) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling meragukan.

(24)

4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah, namun kita tidak dapat

membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain.

5. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas).Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh. Jiwa manusia itu abadi.

Kriteria penelitian ilmiah

1. Dapat menyatakan tujuan dengan sejelas-jelasnya,

2. Menggunakan landasan teoritis dan metode pengujian data yang relevan, 3. Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah teoritis atau berdasarkan pengungkapan data,

4. Telah mempunyai kemampuan untuk diuji ulang,

5. Memilih data dengan tepat sehingga hasilnya dapat dipercaya, 6. Menarik kesimpulan secara obyektif,

7. Melaporkan hasil secara parsimony, 8. Hasil penelitian dapat digeneralisasi

(25)

Beberapa parameter untuk evaluasi masalah penelitian (Ronny Kountur, 2007; Moh. Nazir, 2003), sbb :

1. Menarik.

Masalah yang menarik membuat kita termotivasi untuk melakukan penelitian dengan serius. 2. Bermanfaat.

Penelitian diharapkan membawa manfaat baik untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun peningkatan kesejahteraan dan kualitas kehidupan manusia. Penelitian juga diharapkan membawa manfaat bagi masyarakat dalam skala besar yaitu

nasional/internasional. 3. Hal Yang Baru.

Penelitian yang kita lakukan adalah sesuatu yang baru, solusi yang kita berikan adalah solusi baru yang apabila kita bandingkan dengan solusi lain, dapat dibandingkan dalam hal lebih efektif, murah, cepat, dsb.

4. Dapat Diuji (Diukur).

Supaya proses penelitian menjadi sempurna, masalah penelitian beserta

variabel-variablenya harus merupakan sesuatu yang bisa diuji dan diukur secara empiris. Kalau kita melakukan penelitian korelasi, maka korelasi antara beberapa variabel yang kita teliti juga harus diuji secara ilmiah dengan beberapa parameter.

5. Dapat Dilaksanakan.

Masalah yang baik dan berkualitas, jadi menjadi naif kalau akhirnya secara teknik penelitian tidak bisa dilakukan. Penelitian ini berkaitan erat dengan keahlian, ketersediaan data, kecukupan waktu dan dana.

6. Merupakan Masalah Yang Penting.

Ini agak sulit mengukurnya, tapi paling tidak ada gambaran bahwa tidak perlu melakukan penelitian terhadap suatu masalah yang tidak penting.

(26)

7. Tidak Melanggar Etika.

Penelitian harus dilakukan dengan kejujuran metodologi, prosedur harus dijelaskan kepada obyek penelitian, tidak melanggar privacy, publikasi harus dengan persetujuan obyek penelitian, tidak boleh melakukan penipuan dalam pengambilan data maupun pengolahan data.

Daftar pertanyaan (research question) yang bersumber dari fokus masalah yang telah dipilih, karena masalah yang ditemukan dapat dijadikan inisiasi pembuatan pertanyaan terhadap masalah yang akan diteliti. Karakteristik “research question” yang baik adalah sebagai berikut : (1) feasible (2) Clear (3) Significant (4) Ethical Manfaat Penelitian : • Peneliti • masyarakat umum • masyarakat industri

(27)

Daftar Pustaka

23. Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi.Erlangga. Jogjakarta.

2003

24. Jogiyanto, Metodologi Penelitian: Sistem Informasi. Penerbit Andi Jogyakarta. 2008

25. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja Rosdakarya.

Bandung. 2002

26. Myers, Michael D dan David Avison. Qualitative Research In Informations

Systems. SAGE Publications. London. 2002

27. Creswell, John W. Research Design. KIK Press. Jakarta. 2002

(28)

MODUL PERKULIAHAN

Metodologi

Peneltian

Teknologi

Informasi

Perbedaan antara penelitian

sosial dan eksakta

Metode Penelitian Sosial

Perancangan Percobaan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komputer Sistem Inforrmassi

05

87018 Tim Dosen

Abstract

Kompetensi

Perbedaan antara penelitian social dan eksakta Metode Penelitian

Mampu mendisain penelitian sosial dan eksperimental

(29)

Sosial Perancangan Percobaan

Modul 5

A. Jenis Penelitian Berdasarkan Bidang Ilmu

Menurut Prof. Dr. Suharismi Arikunto, ragam penelitian ditinjau dari bidang ilmu antara lain penelitian terhadap pendidikan, ekonomi, kesehatan, keteknikan, ruang angkasa, pertanian, perbankan, kedokteran, keolahragaan dan lain sebagainya (Arikunto, 2006: 9).

Drs. Cholid Narbuko dengan mengutip pendapat Prof. Sutrisno Hadi, MA

menggolongkan jenis penelitian menurut bidang ilmu meliputi misalnya penelitian pendidikan, penelitian pertanian, peneltian hukum, penelitian ekonomi, dan penelitian agama (Narbuko dan Abu, 2005: 41).

Lebih lanjut, Iqbal Hasan, MM, menjelaskan ragam penelitian ditinjau dari bidang ilmunya antara lain:

1. Penelitian Bisnis

Penelitian bisnis adalah penelitian yang dilaksanakan dalam bidang bisnis, seperti hal-hal sebagai berikut.

- Akunting, seperti prosedur, praktek dan pengendalian anggaran, metode pembiayaan inventori, depresiasi, transfer pricing dan sebagainya.

- Keuangan, seperti operasi lembaga keuangan, rasio-rasio keuangan, merger dan akuisisi, dan sebagainya.

- Manajemen, seperti sikap dan perilaku karyawan, manajemen SDM, manajemen produksi/operasi, perumusan strategi, system informasi, dan sebagainya

- Pemasaran, seperti citra produk, periklanan, distribusi, penentuan harga, kemasan, preferensi konsumen, pengembangan produk baru, dan sebagainya

(30)

Penelitian komunikasi adalah penelitian yang dilaksanakan dalam bidang komunikasi, seperti komunikasi massa, komunikasi bisnis, kehumasan dan periklanan.

3. Penelitian Hukum

Penelitian hukum adalah penelitian yang dilaksanakan dalam bidang hukum, seperti hukum perdata, hukum pidana, hukum tatanegara dan hukum internasional.

4. Penelitian Pertanian

Penelitian pertanian adalah penelitian yang dilaksanakan dalam bidang pertanian, seperti agribisnis, budidaya tanaman, hama tanaman dan agronomi

5. Penelitian Ekonomi

Penelitian ekonomi adalah penelitian yang dilaksanakan dalam bidang ekonomi, seperti ekonomi mikro, ekonomi makro dan ekonomi pembangunan (Hasan, 2000: 12-13).

B. Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan

Jika ditinjau dari sudut pandang tujuan penelitian dilaksanakan, maka dapat digolongkan menjadi 3 bentuk, yaitu penelitian eksploratif, penelitian developmental, dan penelitian verifikatif (Narbuko dan Abu, 2005: 41). Namun Prof. Dr. Suharismi Arikunto menambah bentuk yang ke empat yaitu penelitian kebijakan dan menjelaskan seluruh bentuk penelitian tersebut sebagi berikut :

1. Penelitian Eksploratif

Penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilaksanaakan untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh tim dokter terhadap kejadian misterius yang menimpa suatu desa yang mengakibatkan kematian penduduk secara berturut-turut.

2. Penelitian Developmental

Penelitian developmental adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu dengan percobaan dan penyempurnaan. Contohnya, pada tahun 1970 pemerintah Indonesia melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ingin mencoba metode pengajaran berprograma sebagai metode penyampaian pembelajaran. Maka disusunlah seri buku berprograma dan mulai digunakan di sekolah.

(31)

3. Penelitian Verifikatif

Penelitian verifiktif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian lain. Contoh, pada tahun 1970 diadakan penelitian tentang rasa solidaritas rakyat pedesaan dan dihasilkan suatu kesimpulan. Dua tahun kemudian, peneliti lain mengadakan penelitian yang sama dengan tujuan mengecek kebenaran hasil penelitian sebelumnya

4. Penelitian Kebijakan

Penelitian kebijakan adalah penelitian yang dilakukan oleh suatu lembaga atau institusi untuk mengambil sebuah kebijakan dalam bidang tertentu. Sebagai contoh, sebuah lembaga pemerintahan menagadakan upaya untuk meningkatkan disiplin karyawan. Setelah ditemukan strategi yang diperkirakan paling tepat, lembaga tersebut

menyebarkan angket kepada para karyawan untuk menayakan usul-usul guna mengefektifkan strategi yang dimaksud. Hasil yang didapatkan dari pengolahan data angket tersebut digunakan oleh lembaga pemerintahan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil untuk meningkatkan disiplin karyawan (Arikunto, 2006: 7-8).

C. Jenis Penelitian Berdasarkan Sifat

Sesuai dengan buku Metodologi Penelitian terbitan Dirjen Perguruan Tinggi Depdikbud dan Pengantar Penelitian; Dasar, Metode dan Teknik oleh Prof. Dr. Winarno Surachmad, M.Sc,(Ed), sebagaimana yang dikutip oleh Drs. Cholid Narbuko, bahwa penelitian

berdasarkan sifat-sifat masalah dapat digolongkan menjadi sembilan macam yaitu :

1. Penelitian Historis (Historical Research)

Penelitian historis bertujuan untuk merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, dan meverifikasikan, serta mensistematiskan bukti-bukti untuk menegakkaan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat, dihubungkan dengan fakta yang ada masa lampau dan proyeksi masa depan. Contoh, studi mengenai praktek dukun bayi di daerah pedasaan di Aceh, yang

bermaksud memahami dasarnya di masa lampau serta relevansinya untuk masa kini. Penelitian ini mempunyai ciri:

(32)

a. Penelitian historis lebih tergantung pada data yang diobservasi oleh peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat yang menganalisis keautentikan, ketetapan dan pentingnya sumber-sumber

b. Penelitian historis haruslah tertib ketat, sistematis dan teratur.

c. Penelitian historis tergantug dua data, yaitu data primer, ialah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dan sumber primer (sumber asli), dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian orang lain atau sumber sekunder jadi (bukan asli).

d. Penelitian historis menghendaki kritik untuk memperoleh kualitas data. Ada dua macam kritik. Pertama, kritik eksternal menanyakan apakah data itu autentik artinya datanya asli atau tiruan dan apabila apabila autentik apakah relevan serta akurat.

Kedua, kritik internal yaitu kritik yang menguji motif, objektifitas, dan kecermatan peneliti

terhadap data yang diperoleh. Dengan kritik ini penelitian historis akan lebih ketat, sistematis, dan objektif.

e. Penelitian historis menggunakan pendekatan yang lebi utama dan dapat menggali informasi yang lebih tua dibanding penelaahan pustaka.

2. Penelitian Deskriptif (Descriptive Research)

Peneltian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Jadi penelitian ini juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Dan juga bersifat komparatif dan korelatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk pemecahan masalah secara sistematis dan factual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi. Contohnya, survey mengenai sikap masyarakat petani terhadap program KB.

Ciri-ciri penelitian ini antara lain :

a. Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bisa mengajukan hipotesis atau tidak.

b. Merancang cara pendekatannya, hal ini meliputi macam datanya, penentuan sampelnya, penentuan metode pengumpulan datanya, melatih tenaga lapangan, dan sebagainya.

(33)

d. Menyusun laporan

3. Penelitian Perkembangan (Developmental Research)

Penelitian perkembangan bertujuan untuk menyelidiki pula dan perurutan pertumbuhan atau perubahan sebagai fungsi waktu. Contohnya, studi longitudinal mengenai

pertumbuhan anak yang secara langsung mengukur sifat-sifat pertumbuhan anak (individu) yang diteliti.

Penelitian perkembangan menpunyai cirri :

a. Memusatkan perhatian pada studi tentang variable-varibel dan perkembangannya selama beberapa waktu (bulan atau tahun). Tugasnya adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan bagaimanakah pola-pola pertumbuhan, lajunya, arahnya dan berbagai factor yang mempengaruhi sifat-sifat perkembangan itu.

b. Dalam studi-studi cross setcional, biasanya dapat mencakup subjek yang lebih banyak akan tetapi hanya akan memotret factor yang lebih sedikit dibanding studi longitudinal. Dalam metode cross section ini biasanya sulit mengambil sampel antara lain karena umumnya yang beragam.

c. Dalam studi longitudinal biasanya sulit dalam masalah sampling sebab subjeknya terbatas studi longitudinal ini menuntuk kontiniutas, waktu yang panjang, biaya yang banyak, dan penelitian yang ulet.

d. Studi-studi kecenderungan mengandung kelemahan bahwa factor-faktor tang tidak diramalkan mungkin masuk dan memodifikasi atau membuat kecenderungan yang berdasarkan masa lampau menjadi tidak sah. Pada umumnya ramalan untuk masa yang panjang adalah hanya educated guess, sedangkan ramalan untuk waktu yang pendek lebih reliabel dan lebih valid

4. Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study and Field Research)

Tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungna suatu unit social, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat. Contohnya, studi lapangan yang tuntas mengenai kebudayaan kelompok-kelompok masyarakat terpencil.

(34)

a. Penelitian kasus adalan penelitian yang mendalam mengenai kasus tertentu yang hasilnya gambaran lengkap dan tetorganim mengenai kasus itu. Penelitian ini antara lain mencakup keseluruhan siklus kehidupan, kadang-kadang hanya meliputi

segmen-segmen tertentu pada factor-faktor kasus.

b. Studi kasus cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil tetapi mengenai variable-variabel dan kondisi yang besar jumlahnya.

5. Penelitian Korelasional (Correlasional Research)

Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menyelidiki sejauh mana variasi-variasi pada suatu factor berkaitan dengan varisi-variasi pada satu atau lebih factor lain berdasarkan koefesien korelasi. Contohnya, studi yang mempelajari hubungan antara skor pada tes masuk perguruan tinggi dengan indeks prestasi.

Penelitian ini mempunyai ciri-ciri :

a. Penelitian ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.

b. Penelitian ini menunjukkkan taraf tinggi hendaknya saling hubunhan bukan ada atau tidaknya saling hubungan tersebut.

c. Penelitian cocok bila variabel-variabel bebas akibatnya kurang tertib dan kurang ketat. d. Sering mengunakan data yang tanpa pilih-pilih.

6. Penelitian Kausal Komparatif (Causal Comparative Research)

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang ada, mencari kembai fakta yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Contohnya, penelitian untuk menentukan cirri-ciri yang efektif dengan menggunakan data yang mengenai sejarah pekerjaan selengkap mungkin.

Penelitian kausal komparatif bersifat ex post facta artinya dikumpulkan setelah semua kejadian diperoleh berlansung atau lewat. Penelitian mengambil satu atau lebih akibat dan menguji data itu dengan menelusur kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknamya.

(35)

7. Penelitian Eksperimental Sungguhan (True Experimental Research)

Penelitian eksperimental sungguhan mempunyai tujuan untuk menyelidiki kemungkinan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental, satu atau lebih kondisi perlakukan dari membandingkan hasilnya denagn satu atau lebih kelompok control yang tidak dikenal kondisi perlakuan. Contoh, penelitian untuk

menyelidiki efek pemberian tambahan makanan di sekolah kepada murid-murid SD di suatu daerah dengan memperhatikan keadaan social ekonomi orang tua dan taraf intelegensinya.

Ciri-ciri ekperimental desain yaitu :

a. Menurut aturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimen secara tertib dan ketat, baik dengan control atau manipulasi lansung maupun randomisasi.

b. Secara khas menggunakan kelompok control sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok yang dikenai perlakuan ekperimental.

c. Memusatkan usaha pada pengontrolan varian

d. Rancangan ini menuntuk interval validaty yang merupakan tujuan pertama metode eksperimen. Apakah manipulasi eksperimen pada penelitian ini benar-benar

menimbulkan perbedaan.

e. Rancangan ini juga menuntut interval validty yaitu seberapa respresentatifkah penemuan-penemuan penelitian ini dan sebarapa jauhkah hasilnya dapat disimpulkan. f. Kemajuan dalam metodologi penelitian, misalnya rancangan factorial dan analisis varian telah memungkinka peneliti untuk memanipulasikan atau membiarkan bervariasi lebih dari satu variabel dan sekaligus menggunakan lebih dari satu kelompok

eksperimen.

8. Penelitian Eksperimental Semu (Quesi Experimental Research)

Penelitian eksperimen semu bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Peneliti harus dengan jelas kompromi-kompromi apa yang ada pada validitas interval dan validitas eksternal. Rancangannya dan berbuat dengan

(36)

keterbatasan-keterbatasan tersebut. Contohnya, berbagai penelitian mengenai berbagai problem social seperti kenakalan, keresahan, merokok, jumlah penderita jantung, dan sebagainya, yang didalamnya control dan manipulasi tidak selalu dapat dilakukan

Cirri-ciri penelitian ini antara lain ;

a. Penelitian eksperimental semu secara khas mengenai keadaan praktis yang di dalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali

beberapa variabel saja. Penelitian ini ditandai oleh metode control parsial berdasar atau identifikasi secara hati-hati mengenai factor yang mempengaruhi factor internal dan aktor eksternal.

b. Perbedaan antara penelitian eksperimental sungguh dan semu sangat kecil terutama kalau yang dipergunakan subjek adalah manusia.

9. Penelitian Tindakan (Action Research)

Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan atau cara pendekatan baru dan untuk memecakan masalah dengan penerapan lansung di dunia kerja atau dunia actual yang lain. Contohnya, program inservice training untuk melatih para orthopaedagog bekerja untuk menangani anak-anak yang mengalami kesulitan belajar di sekolah, untuk menyusun program penjajagan perencanaan dan pelaksanaan terpadu.

Penelitian ini bercirikan :

a. Praktis dan lansung relevan untuk situasi actual dalam dunia kerja

b. Fleksibel dan adaptif, membolehkan perubahan-perubahan selama masa penelitian dan mengorbankan control untuk kepentingan on the spat experimentation dan inovasi.

c. Cara penelitin ini juga empiris bahwa penelitian ini mendasarkan diri pada observasi actual dan data mengenai tingkah laku, tidak berdsarkan pada pendapat subjektif yang didasarkan pada pengalaman masa lampau.

d. Penelitian tindakan kekurangan ketertiban ilmiah karena validitas internal dan eksternalnya yang lemah, tujuannya situasional, sampelnya terbatas dan kurang respresentatif serta control variabel bebasnya kecil (Narbuko dan Abu, 2005: 41-57).

(37)

D. Jenis Penelitian Berdasarkan Tempat danWaktu

Berdasarkan tempat penelitian, penelitian dibedakan atas tiga, yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan adalah penelitian yang langsung dilakukan di lapangan atau pada responden.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan

literature (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu.

3. Penelitian Laboratorium (Laboratory Research)

Penelitian laboratorium adalah penelitian yang dilaksanakan pada tempat tertentu (laboratorium) dan biasanya bersifat eksperimen atau percobaan (Hasan, 2000: 11). E. Perbedaan Penelitian Ilmu Sosial dengan Ilmu Alam

Penelitian ilmu social yaitu penelitian yang khusus meneliti bidang social seperti

ekonomi, pendidikan, hokum dan sebagainya. Sedangkan peneltian ilmu alam (eksakta) yaitu penellitian yang khusus meneliti bidang eksakta seperti bidang kimia, fisika, biologi dan sebagainya (Hasan, 2000: 11)

Perbedaan yang mendasar antara penelitian ilmu social dengan ilmu alam anatara lain :

1. Peneliti dalam bidang ilmu alam merupakan pengamat yang imparsial di luar alam, meniliti proses alam tersebut dan mencoba menyempitkan proses ke dalam hubungan yang sederhana. Peneliti ilmu alam tidak mengharapkan dapat mengubah alam, walaupun peneliti mengetahui jika ia mengerti lebih baik tentang proses alam, manusia akan sanggup mengunakan alam secara lebih baik. Sebaliknya peneliti dalam bidang social tidak dapat menjadikan dirinya sebagai pengamat yang imparsial, ia tidak dapat meniliti dan memperoleh pandangan tentang proses social itu sendiri. Akan tetapi, perhatiannya, penilaiannya, tujuannya selalu berada dalam proses social itu sendiri. Peneliti-peneliti ilmu social berpendapat bahwa dalam batas-batas tertentu, proses dalam masyarakat tidak kaku, fleksibel, dan dapat diubah. Tujuan serta hasil penelitian

(38)

digunakan untuk melayani keperluan masyarakat itu sendiri yang menjurus kepada modifikasi dari pengaturan-pengaturan social yang telah ada.

2. Penelitian ilmu social, walaupun berhadapan dengan fenomena-fenomena yang tidak kompleks, banyak dari fenomena tersebut relative kompleks dibanding dengan

fenomena ilmu alam. Lebih lanjut, perubahan-perubahan yang terjadi atas objek yang diteliti secara relative dapat mengubah diri si peneliti sendiri dalam waktu yang lebih cepat, sedangkan perubahan itu tidak mempunyai pengaturan yang lebih nyata regulasinya. Dalam ilmu alam, walaupun fenomena-fenomenanya juga kompleks dan sulit diteliti, tetapi peneliti ilmu alam mempunyai alat-alat yang ampuh serta metode yang teruji dalam memechkan masalah dengan membagi-bagi fenomena menjadi bagian-bagian yang wajar untuk dipecahkan satu per satu.

3. Dengan kelahirannya yang lebih awal, peneliti-peneliti ilmu alam telah mempunyai unit ukur yang lebih sempurna dibandingkan dengan unit-unit pengukur yang digunakan dalam penelitian-penelitian ilmu social. Penggunaan metode kuantitatif yang telah lazim pada penelitian ilmu alam, belu lagi cukup berkembang dalam penelitian-penelitian ilmu social.

4. Peneltian ilmu social tidak memungkinkan melakukan ekperimentasi yang jelas terhadap fenomena-fenomena social, dalam arti bahwa percobaan dalam ilmu social tidak memunkinkan dilakukannya percobaan denganreplikasi serta control yang cukup terjamin ketepatannya. Sedangkan dalam penelitian ilmu alam, variabel-variabel serta fenomena-fenomena dapat diatur dalam bentuk percobaan dan dapat dibandingkan dengan variabel control secara akurat (Nazir, 1988: 31-33)

5. Sikap masyarakat juga berbeda dalam merespon perekembangan ilmu alam dan ilmu social. Masyarakat jauh lebih tertarik oleh perkembangan ilmu alam dari pada ilmu social. Mereka mau meyediakan dana yang jauh lenih besar kepada riset-riset ilmu alam, tetapi tidak demikian halnya kepada riset-riset ilmu social. Masyarakat tidak segan-segan menyaksikan dan mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi, tetapi berskap sebaliknya terhadap perkembangan-perkembangan lembaga-lembaga social (Hadi, 1981: 26).

Dengan demikian, seorang peneliti ilmu social merupakan pengamat yang berada dalam objek dan fenomena social itu sendiri, variabel-variabel fenomena social sulit diukur, dan sulit dilakukan percobaan yang akurat. Sedangkan peneliti ilmu alam merupakan

(39)

sempurna sehingga dengan mudah dilakukan percobaan yang tepat. Di sisi lain masyarakat juga lebih respek terhadap perkembangan ilmu-ilmu alam dari pada perkembangan ilmu-ilmu social.

Daftar Pustaka

29. Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi.Erlangga. Jogjakarta.

2003

30. Jogiyanto, Metodologi Penelitian: Sistem Informasi. Penerbit Andi Jogyakarta. 2008

31. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja Rosdakarya.

Bandung. 2002

32. Myers, Michael D dan David Avison. Qualitative Research In Informations

Systems. SAGE Publications. London. 2002

33. Creswell, John W. Research Design. KIK Press. Jakarta. 2002

(40)

MODUL PERKULIAHAN

Metodologi

Peneltian

Teknologi

Informasi

Perancangan dan Pengujian

Model

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komputer Sistem Inforrmassi

06

87018 Tim Dosen

Abstract

Kompetensi

Perancangan dan Pengujian Model.

Mampu mendisain penelitian pemodelan

(41)

Modul 6

Perancangan Model

Menggunakan Model Konseptual untuk Panduan Penelitian

1. Mengembangkan pemahaman yang komprehensif tentang panduan konten dan penelitian model konseptual

2. Meninjau penelitian yang ada dipandu oleh model konseptual 3. Buatlah sebuah struktur konseptual-teoritis-empiris

4. Secara jelas mengkomunikasikan struktur konseptual-teoritis-empiris dalam proposal tertulis dan laporan penelitian

5. Menyimpulkan laporan temuan penelitian dengan evaluasi kecukupan empiris teori jarak menengah dan legitimasi model konseptual

Mengkonseptualisasikan Desain Penelitian

Sebuah fitur yang sangat penting dari penelitian ini adalah penggunaan metode ilmiah. Penelitian melibatkan sistematis, terkontrol, valid dan ketat pembentukan asosiasi dan penyebab yang memungkinkan prediksi yang akurat dari hasil di bawah kondisi tertentu . Hal ini juga melibatkan mengidentifikasi kesenjangan dalam pengetahuan, verifikasi apa yang sudah diketahui dan identifikasi kesalahan masa lalu dan keterbatasan.

Validitas apa yang ditemukan sebagian besar terletak pada bagaimana itu ditemukan. Fungsi utama dari desain penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian.

Sebuah desain penelitian harus mencakup sebagai berikut : - desain studi dan pengaturan logistik yang diusulkan

- prosedur pengukuran, strategi sampling, - kerangka analisis dan

- kerangka waktu .

Untuk penyelidikan , pemilihan desain penelitian yang tepat adalah penting dalam memungkinkan untuk tiba pada temuan yang valid, perbandingan dan kesimpulan.

Kesalahan dalam desain dan temuan menyesatkan akan mengakibatkan membuang-buang sumber daya manusia dan keuangan .

(42)

Di kalangan ilmiah, kekuatan investigasi empiris terutama dievaluasi dari desain penelitian yang digunakan .

Ketika memilih desain penelitian adalah penting untuk memastikan bahwa itu valid, dapat dikerjakan dan dikelola .

Ada berbagai variasi desain studi dan harus kenal dengan beberapa yang paling umum . Pilih atau mengembangkan desain yang paling cocok.

harus memiliki alasan yang kuat untuk memilih desain tertentu,

harus dapat membenarkan pilihan Anda, dan harus menyadari kekuatan , kelemahan dan keterbatasan .

Selain itu, perlu untuk menjelaskan rincian logistik yang diperlukan untuk melaksanakan desain yang disarankan .

Rumuskan RESEARCH QUESTION

Research question yang biasa dipakai adalah: - What - When - Where - Who - Why - Which - How

Rumuskan hipotesa dan luaran yang diharapkan

Penelitian yang merumuskan dan menguji hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kualitatif pada tahap tertentu mungkin baru bisa

menemukan hipotesis, yang selanjutnya hipotesis yang telah ditemukan diuji oleh peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Hipotesis penelitian yang dirumuskan

berdasarkan teori-teori yang relevan dinamakan hipotesis penelitian atau hipotesis alternatif. Ingkaran atau negasi dari hipotesis alternatif disebut hipotesis nol atau hipotesis statistik. Hipotesis nol perlu dirumuskan secara statistik karena dalam pengujian statistik yang diuji adalah hipotesis nol. Kesimpulan mengenai hipotesis penelitian adalah implikasi logis dari

(43)

hasil pengujian terhadap hipotesis nol. Artinya, jika hipotesis nol ditolak maka hipotesis penlitian diterima atau dianggap benar dengan taraf kepercayaan 1 - α .

Prosedur Pengujian Hipotesis

1. Tentukan parameter yang akan diuji 2. Tentukan Hipotesis (H0)

3. Tentukan Hipotesis alternatif (H1)

4. Tentukan (α)

5. Pilih statistik yang tepat 6. Tentukan daerah penolakan 7. Hitung statistik uji

8. Keputuskan apakah Hipotesis (H0) ditolak atau tidak

Prinsip Pengujian (Davis) :

1. Semua pengujian harus dapat ditelusuri sampai ke persyaratan pelanggan. 2. Pengujian harus direncanakan sebelum pengujian itu dimulai.

3. Menggunakan Diagram Pareto berlaku untuk pengujian perangkat lunak. Diagram Pareto mengimplikasikan 80% dari semua kesalahan yg ditemukan selama pengujian sepertinya akan dapat ditelusuri sampai 20% dari semua modul program.

4. Pengujian harus mulai "dari yang kecil" menuju ke pengujian "yang besar". 5. Pengujian yg mendalam tidak mungkin.

6. Paling efektif, pengujian dilakukan oleh pihak ketiga yg independen.

TESTABILITAS

Testabilitas perangkat lunak adalah seberapa mudah sebuah program komputer dapat diuji. Karena pengujian sangat sulit, perlu diketahui apa yg dapat dilakukan untuk membuatnya menjadi mudah.

Karakteristik perangkat lunak yang diuji, yaitu : - OPERABILITAS

Semakin baik PL bekerja semakin efisien perangkat lunak dapat diuji. - OBSERVABILITAS

(44)

- KONTROLABILITAS

Semakin baik kita dapat mengontrol perangkat lunak, semakin banyak pengujian yang dapat diotomatisasi dan dioptimalkan.

- DEKOMPOSABILITAS

Mengontrol ruang lingkup pengujian menjadi lebih cepat mengisolasi masalah dan melakukan pengujian kembali.

- KESEDERHANAAN

Semakin sedikit yg diuji semakin cepat pengujian.

Pendekatan pengujian ada dua macam, yaitu : 1. Black Box Testing

2. White Box Testing

1. Black Box Testing

Test case ini bertujuan untuk menunjukkan fungsi perangkat lunak tentang cara beroperasinya, apakah pemasukan data keluaran telah berjalan sebagaimana yang diharapkan dan apakah informasi yang disimpan secara eksternal selalu dijaga kemutakhirannya.

Tehnik pengujian black-box berfokus pada domain informasi dari perangkat lunak, dengan melakukan test case dengan menpartisi domain input dari suatu program dengan cara yang memberikan cakupan pengujian yang mendalam.

Metode pengujian berdasarkan grafik mengeksplorasi hubungan antara dan tingkah laku objek-objek program. Partisi ekivalensi membagi domain input ke dalam kelas data yang mungkin untuk melakukan fungsi perangkat lunak tertentu. Analisis nilai batas memeriksaa kemampuan program untuk menangani data pada batas yang dapat diterima.

Test case ini bertujuan untuk menunjukkan fungsi perangkat lunak tentang cara beroperasinya, apakah pemasukan data keluaran telah berjalan sebagaimana yang diharapkan dan apakah informasi yang disimpan secara eksternal selalu dijaga kemutakhirannya.

(45)

Tehnik pengujian black-box berfokus pada domain informasi dari perangkat lunak, dengan melakukan test case dengan menpartisi domain input dari suatu program dengan cara yang memberikan cakupan pengujian yang mendalam.

Metode pengujian berdasarkan grafik mengeksplorasi hubungan antara dan tingkah laku objek-objek program. Partisi ekivalensi membagi domain input ke dalam kelas data yang mungkin untuk melakukan fungsi perangkat lunak tertentu. Analisis nilai batas memeriksaa kemampuan program untuk menangani data pada batas yang dapat diterima.

2. White Box Testing

Adalah meramalkan cara kerja perangkat lunak secara rinci, karenanya logikal path (jalur logika) perangkat lunak akan ditest dengan menyediakan test case yang akan mengerjakan kumpulan kondisi dan atau pengulangan secara spesifik. Secara sekilas dapat diambil kesimpulan white box testing merupakan petunjuk untuk mendapatkan program yang benar secara 100%.

Pengujian white-box berfokus pada struktur control program. Test case dilakukan untuk memastikan bahwa semua statemen pada program telah dieksekusi paling tidak satu kali selama pengujian dan bahwa semua kondisi logis telah diuji. Pengujian basic path, tehnik pengujian white-box, menggunakan grafik (matriks grafiks) untuk melakukan serangkaian pengujian yang independent secara linear yang akan memastikan cakupan.

Pengujian berbasis model

Yaitu teknik pengujian kotak hitam yang menggunakan informasi yang termuat dalam model persyaratan sebagai dasar bagi pembuatan test case.

Untuk perancangan test case diperlukan lima langkah sebagai berikut : 1. Menganalisa model perilaku yang sudah ada untuk perangkat lunak atau

membuatnya jika belum ada

2. Jelajahi model perilaku dan tentukan masukan yang akan memaksa perangkat lunak untuk melakukan transisi dari keadaan satu ke keadaan lainnya

3. Lakukan peninjauan terhadap model perilaku dan perhatikan keluaran yang diharapkan ketika perangkat lunak membuat transisi dari satu keadaan ke keadaan lainnya.

(46)

4. Jalankan test case

5. Bandingkan hasil actual dan hasil yang diharapkan dan ambil tindakan korektif saat diperlukan

(47)

Daftar Pustaka

35. Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi.Erlangga. Jogjakarta.

2003

36. Jogiyanto, Metodologi Penelitian: Sistem Informasi. Penerbit Andi Jogyakarta. 2008

37. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja Rosdakarya.

Bandung. 2002

38. Myers, Michael D dan David Avison. Qualitative Research In Informations

Systems. SAGE Publications. London. 2002

39. Creswell, John W. Research Design. KIK Press. Jakarta. 2002

40. Materi Pelatihan UNISTAFF, Uni Kassel 2009, Research Management

41.

Pressman, Roger S., Software Engineering : A Practi

tioner’s Approach, 7th edition, McGraw-Hill International, 2006

(48)

MODUL PERKULIAHAN

Metodologi

Peneltian

Teknologi

Informasi

Format dan Isi Proposal

Penelitian.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komputer Sistem Inforrmassi

07

87018 Tim Dosen

Abstract

Kompetensi

Format dan Isi Proposal Penelitian.

Mampu membuat proposal Penelitian

(49)

Modul 7

Jenis-jenis Laporan Ilmiah Laporan Ilmiah

yaitu laporan hasil penelitian ilmiah yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah tertentu.

Jenis-jenis Laporan Ilmiah 1) Laporan Lengkap 2) Artikel Ilmiah. 3) Laporan Ringkas

4) Laporan untuk Pembuat Keputusan dan Administrator.

• Laporan Lengkap

adalah laporan hasil penelitian lengkap yang berisi :

1) proses penelitian secara menyeluruh dengan mengutarakan semua teknik dan pengalaman peneliti dalam melaksanakan penelitian.

2) teknik penulisan harus menjelaskan hal-hal yang sebenarnya terjadi.

3) menjelaskan hal-hal yang sebenarnya terjadi di setiap tahap analisis misalnya tentang peggantian/penukaran teknik/model yang digunakan.

4) menyampaikan kegagalan yang dialami dan kendala yang dihadapi.

• Artikel Ilmiah

yaitu inti sari dari laporan lengkap (monograf), yang disusun lebih padat dan disesuaikan dengan template yang disediakan dalam proceeding atau jurnal-jurnal ilmiah.

• Laporan Ringkas

yaitu laporan yang disusun atau ditulis kembali berdasarkan artikel ilmiah atau studi- studi yang berkenaan dengan kepentingan masyarakat dalam bentuk yang mudah dipahami dan dengan bahasa yang tidak terlalu teknis. Laporan ini hanya memuat temuan-temuan utama saja tanpa menyajikan desain dan metode yang dipakai dalam melakukan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research) yakni dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya secara langsung dari lapangan, dengan

Observasi atau studi lapangan merupakan suatu teknik pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap

Metode penelitian lapangan dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui penelitian secara langsung dilapangan yaitu di Perusahaan XYZ dimana data yang diperoleh dalam

Observasi atau studi lapangan merupakan suatu teknik pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap

Tahap studi pustaka (studi literatur) dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian dengan mengumpulkan informasi baik itu dengan cara membaca

Untuk menelaah karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan pembelian dilakukan dengan cara analisis deskriptif dengan cara mentransformasikan data- data

10 Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data-data dengan cara langsung terjun terhadap objek yang diteliti yaitu dengan cara mendatangi lokasi penelitian

Cara untuk mendapatkan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek yang diteliti sebagai data utama yang diperoleh dari penelitian ini adalah data