• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN EKSTENSIFIKASI PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN OTONOMISASI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN EKSTENSIFIKASI PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN OTONOMISASI DAERAH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

63

ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN EKSTENSIFIKASI PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN OTONOMISASI DAERAH

(Studi Empiris Pada badan Pendapatan Provinsi Maluku)

Martje Ahuluheluw ichat.ache@gmail.com

Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana UNPATTI

Abstrak

This study aimed at examining the influence of service quality and tax extensification on the success of regional autonomy. The population in this study were motor vehicle taxpayers at the Maluku Provincial Government. The sampling technique used was incidental sampling.

The collection of primary data collection was conducted by using questionnaire (questionnaire). The number of samples collected up to the specified limit was 200, while the number of questionnaires for the data to be used was 188.

Based on the analysis results, it can be concluded that service quality and tax extensification influenced the success of regional autonomy. The increasing of service quality and the success of tax extensification can affect taxpayers in carrying out their tax obligations, so that regional revenue from tax sources will increase, and will affect the success of regional autonomy.

Keywords: Service quality, Regional Extensification, Success of Regional Autonomy PENDAHULUAN

Otonomi Daerah meru-pakan salah satu strategi dalam suatu proses pembangunan guna menghadapi berbagai hambatan baik institusi maupun admi-nistrasi, yang dengan kata lain otonomi adalah upaya untuk mendorong proses demokratisasi. Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2000 tentang pedoman organisasi perangkat daerah, otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setem-pat menurut prakarsa sendiri sesuai dengan peraturan perun-dangannya.

Keberhasilan pelaksana-an Otonomi Daerah tidak terlepas pada kemampuan keuangan daerah; artinya daerah memiliki kemampuan dan kewe-nangan untuk menggali sumber keuangannya sendiri, mengelola dan menggunakannya guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Maknanya adalah pemerintah daerah tidak

selalu bergantung kepada bantuan dari pemerintah pusat, dan menunjukkan ke-mandirian daerah dalam pelak-sanaan otonomi. Salah satu kriteria penting untuk menge-tahui secara kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

Keuangan menjadi salah satu faktor pendukung pelak-sanaan Otonomi Daerah, dimana sumber pendapatan daerah menurut Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerin-tahan Daerah sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah. Terkait dengan pemberian otonomi kepada daerah dalam meren-canakan,menggali, mengelola dan menggunakan keuangan daerah sesuai dengan kondisi daerah. PAD merupakan sumber penerimaan yang murni

(2)

64

dari daerah, yang merupakan modal utama bagi daerah. sebagai biaya penyeleng-garaan pemerintahan dan pembangunan daerah. Meskipun PAD tidak seluruhnya dapat membiayai total pengeluaran daerah, namun proporsi PAD terhadap total penerimaan dae-rah tetap merupakan indikasi derajat kemandirian keuangan suatu pemerintah daerah.

Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang sangat penting guna membiayai penyelenggaraan perintah dae-rah dan pembangunan daerah untuk mendapatkan otonomi daerah yang nyata, dinamis,

serasi, bertanggung jawab (Dharma, 2014).

Komponen pajak yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah pajak kendaraan bermotor, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) merupakan sa-lah satu pajak daerah yang memiliki potensi cukup besar dalam pembiayaan pembang-unan daerah (Dharma, 2014).

Berikut ini data dari Badan Pendapatan Daerah Provinsi Maluku selama lima tahun terakhir, target dan realisasi dari pajak daerah (dalam hal ini PKB) adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Target dan Realisasi Pajak Daerah Provinsi Maluku Tahun 2014-2018

NO. TAHUN PAJAK JENIS PENERIMAAN TARGET PENERIMAAN REALISASI %

1 2 3 4 5 6 1 2014 PKB 67,550,192,552.00 66,317,350,075 98.17 BBN-KB 93,364,866,000.00 71,435,905,439 76.51 PBB-KB 95,999,999,886.70 92,761,817,206 96.63 JUMLAH 254.915.058.438.70 230.515.072.720 90.43 2 2015 PKB 107,090,359,897.00 72,196,251,058 67.42 BBN-KB 124,681,211,500.00 70,928,188,745 56.89 PBB-KB 95,999,999,886.70 92,752,610,857 96.62 JUMLAH 327.771.581.267,7 235.877.050.660 71.97 3 2016 PKB 80,228,526,826.00 77,111,361,656 96.11 BBN-KB 79,417,026,043.00 72,343,641,786 91.09 PBB-KB 90,117,272,482.25 88,140,252,634 97.81 JUMLAH 249.762.825.351,25 237.595.256.076 95.12 4 2017 PKB 69,228,446,999.90 74,602,488,611 107.76 BBN-KB 73,963,826,805.00 55,621,525,879 75.2 PBB-KB 88,567,272,482.10 93,824,840,256 105.94 JUMLAH 231.759.546.287 224.048.854.746 96.67 5 2018 PKB 73,568,801,726.90 85,704,794,245 116.5 BBN-KB 74,703,465,073.05 62,644,659,327 83.86 PBB-KB 89,452,945,206.92 113,084,080,582 126.42 JUMLAH 237.725.212.006,87 261.433.534.154 109.97

Sumber : Badan Pendapatan Daerah Provinsi Maluku Tahun 2019 Berdasarkan data diatas terlihat

bahwa rata-rata tiap tahun anggaran,

realisasi pajak daerah tidak pernah mencapai target yang telah ditetapkan.

(3)

65

Kenyataan tersebut mengin-dikasikan bahwa pendapatan daerah dari pajak kendaraan bermotor belum efektif karena penetapan target dan realisasi pajak daerah tidak sesuai dengan potensi yang ada. Realisasi pajak yang belum mencapai target di akibatkan dari wajib pajak yang belum melunasi kewajiban perpajak-annya yang dicerminkan atas tunggakan dan denda pajak kendaran bermotor yang belum dilunasi oleh wajib pajak. Tunggakan tersebut terjadi karena adanya wajib pajak yang tidak patuh dalam melak-sanakan pembayarann pajak.

Kualitas pelayanan juga merupakan fenomena yang sering terjadi sehunbungan dengan kepatuhan atau keingainan dari wajib pajak dalam membayar pajak. Kualitas pelayanan berhubungan dengan pelayanan publik yang dberikan kepada wajib pajak. Pembayaran pajak yang belum dilakukan secara on-line mengharuskan wajib pajak untuk secara langsung melakuka kewajiban perpa-jakannya pada Badan Pengelola Pendapatan Daerah Provinsi Maluku Sistem mekanisme dan prosedur yang dilakuan dalam membayar pajak.

Adapun tujuan dari penelitian dan penulisan ilmiah ini adalah (1) Menguji dan menganisis secara empiris pengaruh kualitas pelayanan terhadap keberhasilan otono-misasi daerah pada Badan Pendapatan Daerah Propinsi Maluku.(2) Menguji dan menganalisis secara empiris pengaruh ekstensifikasi pajak terhadap keberhasilan otonomisasi daerah pada Badan Pendapatan Daerah Propinsi Maluku.

METODE

Peraturan Menteri Da-lam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Penge-lolaan Keuangan Daerah menye-butkan bahwa Pendapat-an Daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu

tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedom-an Pengelolaan Keuangan Daerah terdiri atas: 1. Pajak Daerah

Jenis Pajak Daerah Provinsi berdasarkan Undang-Undang Nomor28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:

a. Pajak Kendaraan Bermo-tor

b. Bea Balik Nama Kenda-raan Bermotor

c. Pajak Bahan Bakar Ken-daraan Bermotor

d. Pajak Air Permukaan e. Pajak Rokok

2. Retribusi Daerah

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

a) Hasil penjualan kekaya-an daerah yang tidak dipisahkan

b) Jasa giro, dan Penda-patan bunga c) Penerimaan atas tuntut-an ganti

kerugian daerah

d) Penerimaan komisi, po-tongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/ atau jasa oleh daerah e) Penerimaan keuntungan dari selisih

nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

f) Pendapatan denda atas keterlam-batan pelaksa-naan pekerjaan g) Pendapatan denda pajak h) Pendapatan denda retri-busi

i) Pendapatan hasil ekse-kusi atas jaminan

(4)

66

k) Fasilitas sosial dan fasilitas umum l) Pendapatan dari penye-lenggaraan

pendidikan dan pelatihan

m) Pendapatan dari angsur-an/ cicilan penjualan.

Pengertian otonomi dae-rah yang berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dalam pasal 1 disebutkan bahwa otonomi daerah yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Adapun tujuan otonomi daerah menurut UU No.23 Tahun 2014 yaitu:

a) Untuk meningkatkan kese-jahteraan masyarakat di daerah kekuasaanya b) Untuk meningkatkan pela-yanan umum

di daerah kekuasaannya

c) Untuk meningkatkan daya saing daerah. Pelaksanaan otonomi daerah menurut Kaho (2005 : 60) dipengaruhi oleh faktor manusia pelaksananya, keuang-an, peralatkeuang-an, organisasi dan mana-jemennya. Sementara itu, Suwandi (2003: 3) mengemukakan bahwa kapasitas keuangan pemerintah daerah akan menentukan kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Lebih lanjut, Fernandez (1992 : 26-36) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempe-ngaruhi keberhasilan pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi adalah institusi, keuangan dan aparat pemerintah daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka keuangan daerah mempunyai peranan yang sangat penting bagi pemerintah daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah dan pelaksanaan otonomi daerah dapat dilihat dari kemampuan pemerintah daerah dalam hal keuangan daerah.. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan Aldeefer dalam Lains (1995 : 39) dan Munir (2004 :2).

Ekstesifikasi merupakan suatu keadaan yang mene-kankan pada upaya penjang-kauan sesuatu secara lebih luas daripada apa yang telah ada. Sedangkan ekstensifikasi pajak menurut Soemitro (1988:384) adalah cara peningkatan penerimaan pajak dengan cara perluasan pemungutan pajak dalam arti menambah wajib pajak dan menciptakan pajak-pajak baru atau memperluas ruang lungkup pajak.

Untuk mengoptimalisasi penerima-an Pendapatpenerima-an Asli Daerah yaitu dengpenerima-an cara mengoptimalkan penerimaan dengan cara meningkatkan kinerja aparatur pengelola pungutan maupun penerapan aspek teknik pungutan secara proporsional dan profesional. Salah satu upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan Penerimaan Asli Daerah adalah melalui kegiatan ekstensifikasi.

Kebijakan dan usaha ekstensifikasi adalah berupa mencari dan menggali sumber-sumber pendapatan daerah yang baru dalam batas ketentuan perundang-undangan.

Thoha(1991:59)menyatakan bahwa pelayanan publik atau pelayanan sosial meru-pakan usaha yang dilakukan oleh seseorang/kelompok orang atau institusi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Pelayanan publik ini penting karena senantiasa berhubungan dengan khalayak masyarakat atau orang banyak dalam masyarakat. Institusi yang bisa dikelom-pokkan ke dalam guguspemberi pelayanan publik adalah institusi Pemerintah dan Non Pemerintah.

Sidik (2002:3) menyata-kan bahwa keberhasilan upaya peningkatan pendapatan asli daerah sangat ditentukan oleh keseriusan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan secara berkualitas. Hal ini mengindi-kasikan bahwa semakin berkua-litas pelayanan yang diberikan maka semakin meningkat pula penerimaan

(5)

67

retribusi daerah. Selanjutnya, perbaikan dalam kualitas pelayanan merupakan faktor kunci yangsangatpenting untuk terjadinyapeningkatan penerimaan retribusi daerah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dsikriptif kantitatif dimana dalam penelitian ini nantinya akan dijelaskan mengenai adanya hubungan kausal antara variabel yang akan diteliti dan sejauh mana hubungan tersebut terjadi. Penelitian ini menggunakan data primer. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban atas kuesioner yang dibagikan kepada responden. Survei kuesioner merupakan metode survei

dengan menggunakan kuesioner penelitian. Kuesioner adalah satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan kepada setiap responden. Kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang efektif karena dapat diperolehnya data standar yang dapat dipertang-gungjawabkan untuk keperluan analisis menyeluruh tentang karakteristik populasi yang diteliti. Kuesioner penelitian ini diserahkan langsung kepada responden. HASIL

Analisis Regresi berganda diper-oleh hasil sebagai berikut.

Tabel 2

Hasil Uji T – Statistik Hipotesis

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 7,220 1,562 4,622 ,000 KP ,186 ,032 ,294 5,750 ,000 EP ,671 ,057 ,604 11,793 ,000

a. Dependent Variable: KOD

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

KKPD = 7,220 + 0,186 KP + 0,671 EP + ԑ Rumus diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar 7,220 menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan dan Ekstensifikasi Pajak tidak mengalami perubahan maka sebagai proxy keberhasilan otonomisasi daerah adalah sebesar 7,220.

b. Nilai koefisien Kualitas Pelayanan (β1) sebesar 0,186 dengan nilai positif. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan kualitas pelayanan sebesar 1 kali maka keberhasilan otonomisasi daerah akan meningkat sebesar 0,186 dengan asumsi variabel yang lain konstan. Nilai koefisien Ekstensifikasi Pajak (β2) sebesar 0,671 dengan nilai positif. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan Ekstensifikasi Pajak sebesar 1 kali maka keberhasilan otonomisasi daerah akan

meningkat sebesar 0,671 dengan asumsi variabel yang lain konstan.

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keberhasilan Otonomisasi Daerah

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah pengaruh kualitas pela-yanan terhadap keberhasilan otonomisasi daerah . Hasil uji statistik menunjukkan variabel kualitas pelayanan berpengaruh positif (0.186) dan signifikan dengan nilai probabilitas 0.00 dan jika di ukur dengan derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan partisipasi anggaran terhadap keberhasilan otonomisasi Makna angka-angka ini adalah bahwa bilamana terjadi perbaikan kualitas pelayanan 1 satuan, akan mengakibatkan pening-katan keberhasilan otonomisasi daerah akibat adanya kenaikan kepatuhan wajib pajak untuk mau membayar pajak yang berakhir pada peningkatan penerimaan Pajak daerah dan juga peningkatan PAD yang juga akan

(6)

68

berpengaruh kepada keberhasilan otonomisasi dae-rah. Sehingga hipotesis yang diusulkan dalam penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa sema-kin tinggi kualitas pelayanan maka semakin tinggi keberha-silan otonomisasi daerah.

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Nugraheni dan Purwanto (2015) dalam penelitiannya menyata-kan bahwa kualitas pelayanan fiskus pajak berpengrauh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, dimana semakin baik pelayanan fiskus pajak maka akan menin mbulkan kepuasan dari wajib pajak yang dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam melakukan kewajiban pajaknya. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Utama I waya Mustika (2014) yang menyatakan bahwa kua-litas pelayanan sangat berpe-ngaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, dengan kuliatas pelayanan yang baik akan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak sehingga penerimaan pajak pun akan mengalami peningkatan.

Pengaruh Ekstensifikasi pajak

Ter-hadap Keberhasilan Otonomisasi

Daerah

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah ekstensifikasi pajak terhadap keberhasilan otonomi-sasi daerah . Hasil uji statistik menunjukkan variabel ekstensi-fikasi pajak berpengaruh positif (0.671) dan nilai probabilitas 0.00 dan jika di ukur dengan derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan ekstensifikasi pajak dengan keberhasilan otonomi-sasi daerah , Sehingga hipotesis yang diusulkan dalam penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa sema-kin tinggi ektensifikasi pajak akan mempengaruhi keberha-silan otonomisasi daerah. Bilamana dilakukan ekstensi-fikasi pajak akan mengaki-batakan perubahan

keberhasilan otonomisasi daerah sebesar koefisienya yakni 67 %.

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Rahmi Ade (2013) hasil penelitian menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan pendapatan asli daerah maka peemrintah kota padang dapat melaksanakan extensifikasi pajak dan retribusi daerah. Penelitian yang sama juga oleh Levina Maria (2015) dimana hasil penelitiannya mennjukkan semakin banyak wajb pajak bertambah setiap bulan akan menambah penerimaan pajak oleh KKP yang didapatkan dari pajak penghasilan. KESIMPULAN

Hasil pengujian statistik pengaruh kualitas pelayanan dan ektensifikasi pajak terhadap keberhasilan otonomisasi daerah dengan menggunakan regresi berganda dapat disim-pulkan Kualitas pelayanan berpe-ngaruh positif dan signifikan terhadap otonomisasi daerah. Ekstensifikasi pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap otonomisasi daerah.

SARAN

Dengan adanya keterbataan dalam penelitian ini, maka disarankan untuk penelitian berikutnya :

1. Sebaiknya melakukan penelitian dengan metode wawancara juga dengan

kempompok terfokus dalam

mengumpulkan data agar dapat mengurangi kelemahan mengenai internal validity.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas ruang lingkup penelitian tentang sumber-sumber pendapatan asli daerah yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan otonomisasi daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Ade, Rahmi, 2013, Pengaruh Intensifikasi dan Eksten-sifikasi terhadap Pening-katan Pendapatan Asli Daerah Guna

(7)

69

Keuangan Daerah, Jurnal, Universitas Negeri Padang.

Dharma, Esa Gede Pani dan Ketut Alit Suardana. 2014. “Pengaruh Kesa-daran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan, Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan Wajib”.E-Jur-nal Akuntansi Universitas Udayana. 6.1, 340-353.

Fernandez, Johanes.1992. Men-cari Bentuk Otonomi daerah dan Upaya Memacu Pembangunan Regional di Masa

Depan. Jakarta : Gramedia

Lains.1995. Pendapatan Daerah dalam Ekonomi Orde Baru. Prisma Nomor 4 : 40-57

Maria Lovina, 2015. Pengaruh Extensifikasi pajak, kepa-tuhan wajib pajak dan pencairan tunggakan pa-jak terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol 10, No 2. Munir, Dasril.2004. Kebijakan dan

Manajemen Keuangan Daerah.

Yogyakarta : YPAPI

Mustika Utama, I Wayan. 2014. Pengaruh Kualitas Pela-yanan, Sanksi Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud) Bali.

Nugraheni Agustin, Purwanto Agus, 2015. Faktor-Faktor Yang Mempe-ngaruhi Kepatuhan Wajib Pajak orang Pribadi. Diponegoro Journal of Accounting, Vol 4, No 3, Tahun 2015,

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 84 Tahun 2000 tentang pedoman organisasi perangkat daerah.

Sidik, Machfud. 2002. “Optimalisasi Pajak daerah dan Retribusi Daerah dalam Rangka Meningkatkan Kemempuan

Keuangan Daerah.”yang

diselenggarakan oleh STIA LAN Bandung.

Soemitro, Rochmat, 1988, Pajak dan Pembangunan, PT. Eresco, Bandung. Thoha, Miftah. 1991. Pelaksanaan

Otonomi Daerah, Surabaya.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang pajak daerah.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikan tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks Sektor Pertanian sebesar 0,08 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian 0,31

Berdasarkan hasil penelitian, organisasi KB Kota Semarang telah berdiri pada tahun 2009 sesuai dengan Perda No13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

The result of study shows that the product quality of the reading material oriented to character education in reading learning to second grade of Elementary school is good

Berdasarkan penggunaannya, kopala dapat diklasifikasi sebagai nomina kuantita dan penggolong. Hal ini didasarkan pada istilah kopala yang dimaksudkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman aparatur pemerintah daerah terhadap nilai budaya lokal yang ada di Tana Toraja berbeda-beda, ada yang memahamai sebagai

Walaupun kami berusaha untuk memastikan agar saiz kami adalah konsisten, namun sesetengah gaya pakaian mungkin menghasilkan saiz yang berbeza..

Usia perawat di Rumah Sakit Awal Bros Batam didominasi usia dibawah 30 tahun sebanyak 70%, sehingga apabila didapatkan hasil perawat yang keluar lebih banyak, maka hal