• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK, BIROKRASI DAN PERUBAHAN SOSIAL KE-II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLITIK, BIROKRASI DAN PERUBAHAN SOSIAL KE-II"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

i

POLITIK, BIROKRASI DAN PERUBAHAN SOSIAL KE-II

Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik

(2)

ii

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, tentang Hak Cipta.

PASAL 2

(1). Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku.

PASAL 72

(1). Barang s iapa dengan s engaja dan tanpa hak m elakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah), atau paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (Lima Milyar Rupiah).

(2). B arang siapa d engan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah).

iii

P R O S I D I N G

SEMINAR NASIONAL

POLITIK, BIROKRASI DAN PERUBAHAN SOSIAL KE-II

Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik

Pekanbaru, 17 - 18 November 2015

Editor:

Syafri Harto

Yoserizal

Zaili Rusli

Belli Nasution

Muchid Albintani

Febri Yuliani

Hesti Asriwandari

Ismandianto

Hasanuddin

Khairul Anwar

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau

Penerbit

FISIP UR

(3)

iii

P R O S I D I N G

SEMINAR NASIONAL

POLITIK, BIROKRASI DAN PERUBAHAN SOSIAL KE-II

Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik

Pekanbaru, 17 - 18 November 2015

Editor:

Syafri Harto

Yoserizal

Zaili Rusli

Belli Nasution

Muchid Albintani

Febri Yuliani

Hesti Asriwandari

Ismandianto

Hasanuddin

Khairul Anwar

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau

Penerbit

FISIP UR

(4)

Judul : POLITIK, BIROKRASI DAN PERUBAHAN SOSIAL KE-II

“Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik” Editor : Syafri Harto

Yoserizal Zaili Rusli Belli Nasution Muchid Albintani Febri Yuliani Hesti Asriwandari Ismandianto Hasanuddin Khairul Anwar

Sampul dan Tata Letak: Ismandianto & Hadi Nopriadi Diterbitkan oleh FISIP UR, November 2015

Alamat Penerbit: FISIP UR

FISIP UR, Jl. HR. Subrantas KM. 12,5 Pekanbaru 28293 Riau, Indonesia

Telp. (0761) 632677 E-mail: is_mans@yahoo.com Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak

sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit Isi di luar tanggung jawab percetakan

Cetakan Pertama: November 2015

Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Syafri Harto, Yoserizal, Zaili Rusli, Belli Nasution, Muchid Albintani, Febri Yuliani, Hesti Asriwandari, Ismandianto, Hasanuddin, Khairul Anwar Prosiding Seminar Nassional “Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial ke-II,

Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik

/Syafri Harto, Yoserizal, Zaili Rusli, Belli Nasution, Muchid Albintani, Febri Yuliani, Hesti Asriwandari, Ismandianto, Hasanuddin, Khairul Anwar - Pekanbaru: FISIP UR, 2015

x + 845 hlm.: 20, 5 x 29 cm. ISBN 978-602-14576-1-0

1. Prosiding 2. Politik 3. Birokrasi 4. Perubahan Sosial I. Judul.

(5)

v v DAFTAR ISI

Pengantar Editor ix

KEYNOTE SPEAKER

1 Hasanuddin, Muhammad Amin - Gerakan Perlawanan Masyarakat Desa Kasikan

atas Implikasi Intervensi Perusahaan Perkebunan 1

BAB I

BIROKRASI DAN PEMERINTAHAN

1. Idjang Tjarsono, Rendi Prayuda, - Peran Pemerintah Daerah dalam Percepatan Pembangunan di Wilayah Perbatasan (Studi Kasus di Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau)

32

2. Dadang Mashur - Implementasi Kebijakan Program Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan (PPPMP) di Kecamatan Rupat Utara Kabupaten Bengkalis 3. Abdul Sadad, Sujianto, Dadang Mashur, Zulkarnaini - Efektivitas Pelayanan

Aparat Pemerintah di Kelurahan Sail Kota Pekanbaru

4. Mariaty Ibrahim - Profil Tenaga Kerja pada Industri Kecil Batu Bata Kecamatan Sail Kota Pekanbaru

5. Auradian Marta - Pemerintah dan Pengaturan Konflik(Studi Kasus Tuntutan Karyawan PT.Duta Palma Nusantara S ei. Kuko Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2011-2014)

6. Zulkarnaini dan Nur Laila Meilani - Implementasi Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Sebagai Upaya Profesionalisme Pelayanan Publik

7. Endang Sulistyaningsih, Zulkarnaini - Kinerja Organisasi Camat dalam Mewujudkan Pelayanan Prima pada Masyarakat

8. Baskoro Wicaksono -Implementasi Program Keluarga Berencana Modus Operadi Pria (MOP) di Kota Pekanbaru Tahun 2013

9. Febri Yuliani - Efektivitas Implementasi Kebijakan Pupuk Subsidi pada Tanaman Pangan di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau

ix-x 1-24 25-38 39-60 61-73 75-87 89-101 103-115 129-141 143-153

(6)

vi vi BAB II

KINERJA PEMERINTAHAN DAN PEMBERDAYAAN

1. Yuli Fachri - Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Pengelolaan Wilayah Perbatasan (Studi Kasus Perbatasan Indonesia dan Malaysia)

2. Firdaus Yusrizal - Pengelolaan Desa Wisata Tebing Tinggi Okura Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru

3. Ernawati - Analisis Pelaksanaan Manajemen Pemungutan Retribusi Pasar Pada Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pasar Kabupaten Rokan Hilir

4. Mayarni dan Dadang Mashur - Strategi Inovasi Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis

5. Zaili Rusli - Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Minapolitan (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED – SP) di Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kebupaten Kampar)

6. Swis Tantoro, Mita Rosaliza - Peran Serta Masyarakat di Desa Jangkang Kabupaten Bengkalis dalam Pengelolaan Hutan Mangrove

7. Syafrizal, Mita Rosaliza - Modal Sosial Pada Masyarakat Dengan Bencana Banjir (Studi di Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru

8. Faisyal Rani - Model Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Mengatasi Dampak Globalisasi (Studi Kasus Masuknya Tenaga Kerja Asing ke Kota Batam)

9. Laode Burhanuddin - Profil Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Masyarakat Berdasarkan Usia dan Pengetahuan Mengenai Narkoba di Kota Pekanbaru Tahun 2014

291

10 M.Y. Tiyas Tinov – Kebijakan Kemitraan Antara P emerintah dan Swasta dalam

Pengelolaan Pasar Sukaramai Kota Pekanbaru 311

11. Lena Farida, Nanda Fauziah dan Antoni. - Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan pada UPT Pendapatan Pekanbaru Selatan

BAB III

PERUBAHAN SOSIAL DAN POLITIK

1. Rd. Siti Sofro Sidiq, Syafri Harto, - Identitas Budaya Proto Melayu Suku Asli Anak Rawa di Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Provinsi Riau(Perspektif Antropologi Ekologis)

320

2. Irwan Iskandar - Budaya Politik Mahasiswa Melayu pada Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau (UR) 338

3. Adlin, Ali Yusri - Pemetaan Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti Menolak Politik Uang dalam Pemilihan Umum 354 4. Indrawati, Nurhamlin, - Peran Organisasi Non Pemerintah dalam Pemberdayaan

Masarakat (Studi K asus Yayasan Fajar Amanah di Kecamatan Tualang 374

vii Kabupaten Siak)

5. Syamsulbahri - Community Participation In The Neighborhood Institution In The Field Of Security And Social Order Case Studies in Institutional RT 03 RW 06 Sidomulyo West Village Subdistrict Tampan Pekanbaru City

389

6. Basri dan Risdayati - , Etika, Perilaku dan Budaya Politik pada Pelaksanaan Pemilu 9 Juli 2014 Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di TPS 13 RT 03 RW 04 Kelurahan Tangkerang Barat

409

7. Muhammad Ridwan, Raja Muhammad Amin - Konfigurasi Aktor Politik Lokal dalam Proses Formulasi Kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 6 Tahu2013

421

8. T. Romi Marnelly - Kesiapan Masyarakat Kelurahan Tebing Tinggi Okura Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Dijadikan Desa Wisata 432 9. Sofia Achnes & Andi M Rifiyan - Manajemen Strategi Dinas Pariwisata Pemuda

dan Olahraga dalam Pengembangan Objek Wisata Kabupaten Kampar 444 10 Tri Joko Waluyo- Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Ideologi Islam 456 11 Ishak, Baskoro Wicaksono - Konfigurasi Aktor Politik Lokal : S tudi Politik

Keuangan Daerah di Kota Pekanbaru Tahun 2011-2014 464

BAB IV

PERUBAHAN BUDAYA DAN LINGKUNGAN

1. Syafri Harto – Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Objek Pariwisata Pulau Penyengat Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau 478 2. Afrizal - Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Asing Yang

Berkelanjutan di Riau 488

3. H M Razif - Pengaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Kesehatan Masyarakat di

Desa Terusan Baru Pangkalan Kerinci 503

4. Yoserizal - Pola Pembagian Peran dalam Keluarga (Analisis Terhadap Fungsi Substitute Agent dalam Rumah Tangga Wanita Bekerja di Kota Pekanbaru) 516 5. Yoskar Kadarisman - Peran Modal Sosial (Social Capital) dalam Aktivitas

Ekonomi Pedagang di Desa Guntung Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai. 536 6. Khairul Anwar, Syafri Harto,Isril,Wan Asrida ,- Membaca Inovasi Daerah dari

Kasus Das Dosan,Siak 557

7. Achmad Hidir - Peredaran Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Anak/Wanita

Klas II B Pekanbaru Propinsi Riau 579

8. Okta Karnely - Analisis Nilai-Nilai Budaya Organisasi dan O rientasi Kewirausahaan Pemilik Usaha Menengah Pengolahan Makanan dan Minuman di Pekanbaru

594

9. Risdayati - Partisipasi Mahasiswa dalam Pemungutan Suara Pemilihan Presiden dan

Wakil Presiden pada Pemilu 2014 608

155-167 169-178 179-193 195-216 217-234 249-259 261-279 281-298 299-307 309-325 327-343 345-357 359-374 375-394 395-408 Hal 235 Rusak

(7)

vii

vii Kabupaten Siak)

5. Syamsulbahri - Community Participation In The Neighborhood Institution In The Field Of Security And Social Order Case Studies in Institutional RT 03 RW 06 Sidomulyo West Village Subdistrict Tampan Pekanbaru City

389

6. Basri dan Risdayati - , Etika, Perilaku dan Budaya Politik pada Pelaksanaan Pemilu 9 Juli 2014 Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di TPS 13 RT 03 RW 04 Kelurahan Tangkerang Barat

409

7. Muhammad Ridwan, Raja Muhammad Amin - Konfigurasi Aktor Politik Lokal dalam Proses Formulasi Kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 6 Tahu2013

421

8. T. Romi Marnelly - Kesiapan Masyarakat Kelurahan Tebing Tinggi Okura Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Dijadikan Desa Wisata 432 9. Sofia Achnes & Andi M Rifiyan - Manajemen Strategi Dinas Pariwisata Pemuda

dan Olahraga dalam Pengembangan Objek Wisata Kabupaten Kampar 444 10 Tri Joko Waluyo- Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Ideologi Islam 456 11 Ishak, Baskoro Wicaksono - Konfigurasi Aktor Politik Lokal : S tudi Politik

Keuangan Daerah di Kota Pekanbaru Tahun 2011-2014 464

BAB IV

PERUBAHAN BUDAYA DAN LINGKUNGAN

1. Syafri Harto – Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Objek Pariwisata Pulau Penyengat Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau 478 2. Afrizal - Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Asing Yang

Berkelanjutan di Riau 488

3. H M Razif - Pengaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Kesehatan Masyarakat di

Desa Terusan Baru Pangkalan Kerinci 503

4. Yoserizal - Pola Pembagian Peran dalam Keluarga (Analisis Terhadap Fungsi Substitute Agent dalam Rumah Tangga Wanita Bekerja di Kota Pekanbaru) 516 5. Yoskar Kadarisman - Peran Modal Sosial (Social Capital) dalam Aktivitas

Ekonomi Pedagang di Desa Guntung Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai. 536 6. Khairul Anwar, Syafri Harto,Isril,Wan Asrida ,- Membaca Inovasi Daerah dari

Kasus Das Dosan,Siak 557

7. Achmad Hidir - Peredaran Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Anak/Wanita

Klas II B Pekanbaru Propinsi Riau 579

8. Okta Karnely - Analisis Nilai-Nilai Budaya Organisasi dan O rientasi Kewirausahaan Pemilik Usaha Menengah Pengolahan Makanan dan Minuman di Pekanbaru

594

9. Risdayati - Partisipasi Mahasiswa dalam Pemungutan Suara Pemilihan Presiden dan

Wakil Presiden pada Pemilu 2014 608

409-428 429-440 441-450 451-462 463-473 475-482 497-506 507-521 523-543 545-565 567-588 589-603 605-618 605-618 619-635 483-495

(8)

viii



BAB V

KOMUNIKASI DAN INTERNASIONAL

 Rusmadi Awza, Evawani Elysa Lubis, Anuar Rasyid   $QDOLVLV .RPXQLNDVL GDODP 3HPEHUGD\DDQ 0DV\DUDNDW S DGD 3URJUDP .HPLWUDDQ 3731 9 GL 3HNDQEDUX

 Nova Yohana, Welly Wirman, Genny Gustina Sari.RQWUXNVL0DNQD.HWHUZDNLODQ 3HUHPSXDQ6HEDJDL.RPXQLNDWRU3ROLWLNEDJL$QJJRWD'HZDQ3HUHPSXDQ'35' 3URYLQVL5LDX3HULRGH

 Belli Nasution,  .RPXQLNDVL 3ROLWLN -RNR :LGRGR -2.2:,  $QDOLVLV 6HPLRWLND ,NODQ 3ROLWLN Revolusi Mental SDGD 3HPLOLKDQ 3UHVLGHQ ,QGRQHVLD 7DKXQ

 Saiman Pakpahan0DV\DUDNDW(NRQRPL$VHDQGDQ80.0'L 'DHUDK 3HUEDWDVDQ3URYLQVL5LD8

 Muchid Albintani  .RPXQLNDVL $QWDU /HPEDJD 1HJDUD .DMLDQ WHUKDGDS 3HUVHWXMXDQ +LEDK $VHW 3HPEDQJXQDQ .DQWRU 'HZDQ 3HUZDNLODQ 'DHUDK 5HSXEOLN,QGRQHVLDGL3URYLQVL5LDX7DKXQ

 Ahmad Jamaan - 0RGHO 3HQJHPEDQJDQ .DZDVDQ 3HVLVLU 3DQWDL  'DODP 0HQJKDGDSL 0DV\DUDNDW $6($1 6WXGL $ZDO 3HQJHPEDQJDQ 'HVD :LVDWD 7HUSDGX%XNLWEDWX.DEXSDWHQ%HQJNDOLV 

 Nita Rimayanti, Noor Efni Salam, Evawani Elysa Lubis  (NVLVWHQVL .RPXQLWDV9LUWXDO)RUXP3HNDQEDUX0HWURSROLWDQGL*UXS)DFHERRN

 Evawani Elysa Lubis, Nita Rimayanti  6HEXDK 6WXGL 7HQWDQJ /LWHUDVL 0HGLD %DUX0DKDVLVZD,OPX.RPXQLNDVLGL3HNDQEDUX

 Rumyeni, Yasir & Ringgo Eldapi Yozani  3HQHULPDDQ 0HGLD 6RVLDO SDGD .DODQJDQ0DKDVLVZD3HUJXUXDQ7LQJJL1HJHULGL.RWD3HNDQEDUX

 Suyanto+XEXQJDQ.HSHPLOLNDQ0HGLD7HUKDGDS3DUWDL3ROLWLN  Tantri Puspita Yazid,, Nurjannah, Hevi Susanti -3HPDQIDDWDQ:HEVLWH6HEDJDL

0HGLD.RPXQLNDVLXQWXN0HZXMXGNDQGood Governance 6WXGL.DVXVSDGD 3RUWDO3HPHULQWDK3URYLQVL5LDXWHUNDLW%HQFDQD.DEXW$VDS 

12. Kasmirudin - $QDOLVLV /R\DOLWDV .HUMD .DU\DZDQ +RWHO 50* 6HEDJDL 6XDWX )RUPXODVL3HQLQJNDWDQ/R\DOLWDV.DU\DZDQ  637-654 655-668 669-683 685-705 707-721 723-739 741-753 755-781 783-805 807-817 819-833 835-845

(9)

545

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

536

POLA PEMBAGIAN PERAN DALAM KELUARGA

(ANALISIS TERHADAP FUNGSI SUBSTITUTE AGENT DALAM RUMAH TANGGA WANITA BEKERJA DI KOTA PEKANBARU)

Yoserizal

Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik Universitas Riau

Abstrak

Dalam keadaan normal tanggung jawab wanita terhadap keluarga merupakan prioritas sedangkan kaum laki-laki bertanggung jawab terhadap pencarian nafkah. Wanita yang terlibat dalam pekerjaan profesional perlu mencurahkan sebahagian besar waktu dan tenaga untuk kepentingan pekerjaan. Sementara itu disisi lain wanita juga harus memperhitungkan pekerjaan rumah sebagai tanggung jawab di dalam keluarga. Oleh karena itu, wanita yang bekerja terpaksa menghadapi dua peranan sekaligus. Meraka akan sering mengalami kesulitan bahkan menghadapi tekanan untuk melaksanakan kedua tanggung jawab ini dengan sempurna.

Penelitian ini di laksanakan di Kota Pekanbaru, dengan teknik penarikan sampel yaitu Purposive Sampling: penarikan sampel yang dilakukan menurut kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Pembagian peran berdasarkan gender dimana biasanya wanita memiliki posisi strategis pada ranah domestik, Sementara peran dalam ranah publik lebih didominasi oleh laki-laki. Pada keluarga wanita pekerja keseimbangan peran ini diperoleh dengan alternatif peran pengganti (substitute agent) agar akses wanita dalam kontrol terhadap pekerjaan reproduktif, produktif dan sosial kemasyarakatan dapat berjalan dengan baik. Penelitian ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang pola pembagian peran dan fungsi subtitute agent dalam rumah tangga wanita bekerja di perkotaan. Hal ini dibutuhkan bagi pengembangan kepekaan terhadap pembagian peran antara laki-laki dan wanita menurut kriteria gender, sehingga dapat mengurangkan bentuk subordinasi dalam relasi gender di dalam keluarga.

Kata kunci: Peran Gender, Keluarga dan Pola Pembagian Peran

PENDAHULUAN

Perbincangan mengenai penglibatan wanita dalam pekerjaan atau peranan mereka kepada pembangunan tidak dapat dipisahkan dari isu eksploitasi, kemiskinan dan pengangguran. Wanita kini mewakili duapertiga daripada jumlah buruh keluarga dan

(10)

546

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

537

membentuk separuh dari pekerjaan mandiri (self employed) dalam aktiviti ekonomi di Asia dan sebahagian mereka di negara sedang berkembang terlibat dalam sektor tidak formal (Nor Aini 1996).

Wanita bekerja memberi sumbangan besar kepada pembangunan negara tetapi tidak semua sumbangan tersebut dicatat dalam pendapatan negara karena semua pekerjaan yang digeluti oleh wanita tanpa upah tidak dianggap sebagai salah satu bentuk sumbangan dilihat pada perspektif ekonomi. Dengan perkataan lain, penglibatan wanita dalam aktiviti-aktiviti yang lebih bersifat tidak formal telah mewujudkan sikap undercounting, under-rating, dan under recording apabila melihat peranan mereka dalam meningkatkan pendapatan keluarganya dengan bekerja di luar sektor domestik (Hastuti, 2005).

Faktor-faktor tersebut mengakar dengan sangat kuat, sehingga wanita selalu diberikan pekerjaan yang ringan atau yang bersifat pekerjaan melayani dan merawat. Meskipun demikian, pekerjaan melayani dan merawat telah mengekang keberadaan kaum wanita dalam kurungan domestisasi, sedangkan kaum laki-laki bebas lepas menguasai, merancang, mengisi dunia publik yang lebar dengan beragam warna.

Pekerjaan wanita didalam sektor publik membawa pengaruh terhadap kehidupan didalam rumah tangga, karena peranan wanita sebagai istri serta ibu didalam rumah tangga dianggap mempunyai tanggung jawab melakukan pekerjaan-pekerjaaan rumah tangga (domestik) seperti memasak, membersihkan rumah hingga merawat anak-anak. Akibatnya wanita sering kali mempunyai multi peranan yangmana disatu sisi memainkan peranan dalam kerja produktif dan disatu sisi lagi dia ialah seorang istri dan ibu yang memainkan peranan dalam kerja reproduktif dilingkungan domestik. Multi peranan ini sering dianggap sebagai suatu yang bersifat wajar, kerana adanya suatu kosntruksi peranan berbasis gender. Konstruksi atau pembentukkan baik sosial mahupun budaya didalam masyarakat seringnya mengakibatkan terjadinya subordinasi kaum wanita (Romany, 2007). Misalnya adanya anggapan bahwa wanita adalah orang yang harus bekerja di rumah (domestik) dan lelaki adalah pencari nafkah, maka berakibat membatasi, menyulitkan bahkan memiskinkan dan merugikan wanita. Setiap pekerjaan yang dibuat oleh wanita diluar rumah (produktif) seringnya dinilai sebagai ’tambahan’ sahaja dan konsekuensinya adalah apabila wanita kembali kedalam rumah maka dia harus membuat pekerjaan-pekerjaan domestik kembali (reproduktif). Berbeda dengan kaum lelaki yang tidak harus menanggung beban kerja domestik setelah melakukan pekerjaan-pekerjaan diluar rumah (publik).

Dalam masyarakat patriarkhi, hubungan pembagian kerja tidak menampakkan pola keseimbangan. Dalam pekerjaan, laki-laki lebih dihargai dibandingkan pekerjaan wanita. Pekerjaan yang dilakukan oleh wanita sangat sedikit mendapatkan penghargaan. Hal ini diakibatkan oleh kontruksi sosial berdasarkan tubuh wanita dan laki-laki. Pembagian yang tidak seimbang ini banyak dirasakan oleh kaum wanita

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

538

hingga melahirkan beban kerja. Dengan demikian, kondisi kaum wanita banyak diintimidasi oleh sistem patriarkhi, sedangkan kaum laki-laki lebih banyak menguasai kerja-kerja disektor publik. Kesepakatan yang dibuat laki-laki akan melahirkan budaya patriarkhi. Budaya patriarkhi ini akan tetap hidup dan terpelihara dengan baik dalam kehidupan masyarakat yang bias gender.

Dalam keadaan normal tanggung jawab wanita terhadap keluarga merupakan prioritas sedangkan kaum laki-laki bertanggung jawab terhadap pencarian nafkah. Wanita yang terlibat dalam pekerjaan profesional perlu mencurahkan sebahagian besar waktu dan tenaga untuk kepentingan pekerjaan. Sementara itu disisi lain wanita juga harus memperhitungkan pekerjaan rumah sebagai tanggung jawab di dalam keluarga. Oleh karena wanita yang bekerja terpaksa menghadapi dua peranan. Meraka akan sering mengalami kesulitan bahkan menghadapi tekanan untuk melaksanakan kedua tanggung jawab ini dengan sempurna.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini di laksanakan di Kota Pekanbaru, yang merupakan ibukota provinsi Riau, lokasi ini dipilih karena melihat kondisi perkotaan saat ini banyak wanita yang bekerja di sektor publik.

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang bekerja di sektor formal atau informal yang berdomisi di kota pekanbaru. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penarikan sampel yang probabilita terutama dengan mengunakan teknik Purposive sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif, yakni suatu penelitian yang berusaha mengungkapkan suatu hakekat dari fenomena sosial dengan cara menganalisis fenomena tersebut berdasarkan data-data yang ada serta menggambarkan suatu hal yang diperoleh dari data lapangan atau penelitian dan menjelaskan hasil penelitian untuk di deskripsikan.

TINJAUAN PUSTAKA

Berkaitan dengan konsep status dan peran dijelaskan bahwa pada dasarnya seorang individu akan mampu memiliki beberapa peran sekaligus yang harus dijalankan sehubungan dengan kedudukannya dimasyarakat. Ini menunjukkan bahwa tiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan

(11)

547

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

538

hingga melahirkan beban kerja. Dengan demikian, kondisi kaum wanita banyak diintimidasi oleh sistem patriarkhi, sedangkan kaum laki-laki lebih banyak menguasai kerja-kerja disektor publik. Kesepakatan yang dibuat laki-laki akan melahirkan budaya patriarkhi. Budaya patriarkhi ini akan tetap hidup dan terpelihara dengan baik dalam kehidupan masyarakat yang bias gender.

Dalam keadaan normal tanggung jawab wanita terhadap keluarga merupakan prioritas sedangkan kaum laki-laki bertanggung jawab terhadap pencarian nafkah. Wanita yang terlibat dalam pekerjaan profesional perlu mencurahkan sebahagian besar waktu dan tenaga untuk kepentingan pekerjaan. Sementara itu disisi lain wanita juga harus memperhitungkan pekerjaan rumah sebagai tanggung jawab di dalam keluarga. Oleh karena wanita yang bekerja terpaksa menghadapi dua peranan. Meraka akan sering mengalami kesulitan bahkan menghadapi tekanan untuk melaksanakan kedua tanggung jawab ini dengan sempurna.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini di laksanakan di Kota Pekanbaru, yang merupakan ibukota provinsi Riau, lokasi ini dipilih karena melihat kondisi perkotaan saat ini banyak wanita yang bekerja di sektor publik.

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang bekerja di sektor formal atau informal yang berdomisi di kota pekanbaru. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penarikan sampel yang probabilita terutama dengan mengunakan teknik Purposive sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif, yakni suatu penelitian yang berusaha mengungkapkan suatu hakekat dari fenomena sosial dengan cara menganalisis fenomena tersebut berdasarkan data-data yang ada serta menggambarkan suatu hal yang diperoleh dari data lapangan atau penelitian dan menjelaskan hasil penelitian untuk di deskripsikan.

TINJAUAN PUSTAKA

Berkaitan dengan konsep status dan peran dijelaskan bahwa pada dasarnya seorang individu akan mampu memiliki beberapa peran sekaligus yang harus dijalankan sehubungan dengan kedudukannya dimasyarakat. Ini menunjukkan bahwa tiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan

(12)

548

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

539

hidupnya. D an kombinasi dari peran-peran yang dimiliki seorang individu merupakan sesuatu yang unik. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya (Soerjono Soekanto, 1990). P entingnya peranan adalah karena ia mampu mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang dalam batas-batas tertentu mampu meramalkan perbuatan orang lain sehingga individu akan mampu menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang-orang dalam kelompoknya (Ely Chinoy, 1961).

Peran sosial dalam konteks keberadaan wanita sesuai dengan teori di atas adalah berkaitan dengan fungsi status atau kedudukan yang dimilikinya baik didalam keluarga atau lingkungan domestik serta dalam pekerjaannya atau lingkungan publik yang digelutinya. H arus diakui, bahwa pada dasarnya setiap individu akan menyandang berbagai peran sosial. Ini sama dengan yang terjadi dengan kaum wanita yang harus menjalankan berbagai peran tersebut dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu sebagai seorang istri bagi suami yang harus mampu menjadi penyeimbang, kawan ataupun mitra dan partner, sebagai seorang ibu yang harus mampu menjalankan fungsi afeksi atau kasih sayang sekaligus perhatian bagi anak-anaknya, sebagai ibu rumah tangga yang harus menjalankan aktivitas keseharian yang berkaitan dengan kelangsungan hidup rumah tangganya sekaligus sebagai seorang pekerja apabila dia memiliki aktivitas lain diluar rumah (publik) yang harus menjalankan tanggung jawab suatu pekerjaan yang dibebankan padanya dan mungkin juga berkaitan dengan peran sosial yang berkaitan dengan upaya pemuasan kebutuhan akan ruang-ruang pribadi didalam dirinya.

Peran gender menampilkan kesepakatan pandangan dalam masyarakat dan budaya tertentu perihal ketepatan dan kelaziman bertindak untuk seks tertentu (jenis kelamin tertentu) dan masyarakat tertentu. Peran gender berbeda antar masyarakat atau bahkan antar kelompok didalam masyarakat tertentu dan sering mengalami perubahan. Cth: Single Parent (ibu sebagai Kepala Rumah Tangga), Istri bekerja vs Suami mengurus rumah.

Menurut Davis dan Newstrom (1996) peran diwujudkan dalam perilaku. Peran adalah bagian yang dimainkan individu pada setiap keadaan dan cara tingkah lakunya untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Wanita bekerja menghadapi situasi rumit yang menempatkan posisi mereka di antara kepentingan keluarga dan kebutuhan untuk bekerja.

Muncul sebuah pandangan bahwa wanita ideal adalah superwoman atau supermom yang sebaiknya memiliki kapasitas yang dapat mengisi bidang domestik dengan sempurna dan bidang publik tanpa cacat. Dalam perjuangan menuju keseimbangan kerja dan keluarga inilah maka bermunculan berbagai konflik dan masalah yang harus dihadapi dan dicari jalan keluarnya jika ingin tetap menjalani kedua peran tersebut.

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

540

Secara universal, disesuaikan dengan keadaan sosial budaya yang tumbuh dan berkembang di Indonesia selama ini dapat disimpulkan bahwa ada tiga tugas utama wanita dalam rumah tangga yaitu (Hubeis, 2010: 83):

1. Peran Reproduktif (Domestik) 2. Peran Produktif

3. Peran Masyarakat (Sosial)

Menurut Kamarovsky dalam Ismail dan Mahbar (1996) memperlihatkan ada dua penilaian yang bertentangan tentang wanita. Dari satu pandangan wanita dilihat sebagai anggota dalam satu kategori berdasarkan peranannya yang tradisional. Penilaian ini memperlihatkan status paling asas bagi wanita yaitu menjadi istri bagi suaminya dan ibu bagi anak-anaknya. Pandangan yang lebih liberal menyatakan wanita sebagai kumpulan orang yang mempunyai potensi untuk melakukan pencapaian individu.

Menurut Hubeis (2010) dari segi peran, pemilahan yang akan terjadi dapat berbentuk : a. Peran tradisi b. Peran transisi. c. Dwiperan. d. Peran Egalitarian. e. Peran Kontemporer.

Berikut ini diagram prospek peran wanita dalam era global: Alternatif Peran Variasi Peran

Gambar 2.1.1 Prospek Peran Wanita dalam Era Global Sumber : Hubeis (2010) Perempuan Peran Domestik = PD (Pekerjaan Produktif Tidak Langsung Peran Publik = PP (Pekerjaan Produktif Langsung) PD PP PD + PP PD > PP PD= PP PD < PP

(13)

549

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

540

Secara universal, disesuaikan dengan keadaan sosial budaya yang tumbuh dan berkembang di Indonesia selama ini dapat disimpulkan bahwa ada tiga tugas utama wanita dalam rumah tangga yaitu (Hubeis, 2010: 83):

1. Peran Reproduktif (Domestik) 2. Peran Produktif

3. Peran Masyarakat (Sosial)

Menurut Kamarovsky dalam Ismail dan Mahbar (1996) memperlihatkan ada dua penilaian yang bertentangan tentang wanita. Dari satu pandangan wanita dilihat sebagai anggota dalam satu kategori berdasarkan peranannya yang tradisional. Penilaian ini memperlihatkan status paling asas bagi wanita yaitu menjadi istri bagi suaminya dan ibu bagi anak-anaknya. Pandangan yang lebih liberal menyatakan wanita sebagai kumpulan orang yang mempunyai potensi untuk melakukan pencapaian individu.

Menurut Hubeis (2010) dari segi peran, pemilahan yang akan terjadi dapat berbentuk : a. Peran tradisi b. Peran transisi. c. Dwiperan. d. Peran Egalitarian. e. Peran Kontemporer.

Berikut ini diagram prospek peran wanita dalam era global: Alternatif Peran Variasi Peran

Gambar 2.1.1 Prospek Peran Wanita dalam Era Global Sumber : Hubeis (2010) Perempuan Peran Domestik = PD (Pekerjaan Produktif Tidak Langsung Peran Publik = PP (Pekerjaan Produktif Langsung) PD PP PD + PP PD > PP PD= PP PD < PP

(14)

550

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

541

Sampai kini, sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap pekerjaan domestik sebagai kewajiban wanita. Pada saat bersamaan, anggapan ini diikuti tuntutan keterlibatan aktif wanita di ranah publik. Sayangnya anggapan ini juga diikuti dengan kekeliruan mempersepsi keterlibatan wanita di ranah publik sebagai refleksi partisipasi pembangunan. Keruwetan identifikasi peran termunculkan oleh keharusan mempertahanlan kelanggengan dan keharmonisan keluarga sebagai indikator kesuksesan di tingkat mikro dan partisipasi aktif wanita dalam pembangunan sebagai keberhasilan di tingkat makro.

Dalam keadaan normal tanggung jawab wanita terhadap keluarga merupakan prioritas sedangkan kaum laki-laki bertanggung jawab terhadap pencarian nafkah. Wanita yang terlibat dalam pekerjaan profesional perlu mencurahkan sebahagian besar waktu dan tenaga untuk kepentingan pekerjaan. Sementara itu disisi lain wanita juga harus memperhitungkan pekerjaan rumah sebagai tanggung jawab di dalam keluarga. Oleh karena wanita yang bekerja terpaksa menghadapi dua peranan. Meraka akan sering mengalami kesulitan bahkan menghadapi tekanan untuk melaksanakan kedua tanggung jawab ini dengan sempurna.

Profesi wanita di luar rumah menuntut mereka untuk mencari peran pengganti (subtitute agent) dalam menyelesaikan pekerjaan domestik. Berbagai alternatif muncul sebagai bentuk solusi dalam menghadapi peran ganda yang dihadapi wanita yang berprofesi diluar rumah. Wanita modern dengan penghasilan cukup dapat membeli beraneka peralatan seperti mesin cuci pakaian, mesin cuci piring, vacum cleaner hingga jasa pembantu Rumah tangga, laundry, hingga tukang kebun. Wanita modern mengharapkan rumah yang bersih dan tertata rapi, makanan yang terjaga dan terpelihara kualitasnya, anak-anak sehat secara fisik dan emosional (Hartman, 1982).

Peningkatan nilai wanita bekerja mempengaruhi pola pembagian kerja antara suami dan istri. Jika suami berpenghasilan lebih rendah cenderung memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pekerjaan rumah atau domestik (Noor Aina, 1996). Pembagian peran antara suami dan istri diranah domestik merupakan wujud pemahaman bahwa istri dapat menyumbang terhadap ekonomi keluarga dan suami dapat membantu mengurus rumah tangga.

Parson mengembangkan suatu model “keluarga inti (nuclear family) pada Tahun 1955 yang memang menjadi tipe keluarga yang dominan pada saat itu dengan tradisi peran gender yang masih sangat tradisional (http://www.arte-tv.com, Karambolage, August 2004). Parson meyakini bahwa peran feminin adalah peran expressive, sedangkan peran maskulin adalah peran instrumental. Parson juga percaya bahwa aktivitas expressive dari perempuan memenuhi fungsi-fungsi 'internal', sebagai contoh menguatkan jalinan hubungan antar anggota keluarga. Sedangkan laki-laki di lain pihak menunjukkan pemenuhan fungsi-fungsi 'external' dari keluarga dengan menyediakan kebutuhan keuangan keluarga.

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

542

Aplikasi peran gender dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat mempengaruhi semua perilaku manusia, seperti pemilihan pekerjaan, pemilihan rumah, pemilihan bidang pendidikan, bahkan pemilihan pasangan dan cara mendidik anak. Oleh karena itu sosialisasi peran gender yang tidak bias gender harus dilakukan di dalam keluarga sejak usia dini. Sesuai dengan pendapat Schulz bahwa proses individu belajar dan menerima suatu peran yang disebut sosialisasi ini akan berjalan dengan baik apabila didorong dengan cara memotivasi perilaku yang diinginkan sesuai dengan tujuan atau kurang mendorong atau bahkan melarang perilaku yang tidak diinginkan (Einführung in die Soziologie, Vienna 1989).

Peran gender mempunyai sejarah debat yang panjang antara nature atau nurture. Terdapat kritik terhadap aliran Biologi. Teori awam tantang gender mengasumsikan bahwa identitas gender adalah suatu yang kodrati. Sebagai contoh, sering dinyatakan dalam masyarakat Barat bahwa perempuan secara alamiah lebih cocok untuk mengasuh anak. Ide adanya perbedaan peran gender karena perbedaan biologi membawa kontroversi di kalangan masyarakat ilmiah. Pada abad ke-19, Antropologi menggunakan penjelasan yang sederhana tentang kehidupan imajinatif dari masyarakat Paleolithic hunter-gatherer untuk menjelaskan evolusioner tentang perbedaan gender. Sebagai contoh, karena adanya kebutuhan untuk merawat anak-anaknya, maka para perempuan mempunyai keterbatasan dalam berburu.

Pergeseran nilai-nilai individu tercermin dari kesadaran bahwa peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan adalah sama (equal) meskipun secara biologis mempunyai perbedaan. Pergeseran nilai-nilai individu juga tercermin dari persamaan tingkatan nilai antara anak laki-laki dan anak perempuan. Artinya nilai anak laki-laki tidak lebih tinggi dari anak perempuan, dan sebaliknya. Pergeseran nilai-nilai atau norma masyarakat tercermin dari adanya kemitraan laki-laki dan perempuan dalam pembangunan, dan bahwa laki-laki (suami) tidak satu-satunya aktor yang bertanggung jawab pada pekerjaan publik (mencari uang), namun sudah menjadi tanggung jawab bersama dengan perempuan (istri). Pergeseran nilai keluarga tercermin dari meningkatnya kemitraan gender (gender relations/parternship) dalam menjalankan fungsi ekonomi keluarga yang ditunjukkan dengan saling dukungan dalam generating income keluarga.

HASIL DAN PEMBAHASAN I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci kedalam beberapa ciri seperti distribusi umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah

(15)

551

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

542

Aplikasi peran gender dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat mempengaruhi semua perilaku manusia, seperti pemilihan pekerjaan, pemilihan rumah, pemilihan bidang pendidikan, bahkan pemilihan pasangan dan cara mendidik anak. Oleh karena itu sosialisasi peran gender yang tidak bias gender harus dilakukan di dalam keluarga sejak usia dini. Sesuai dengan pendapat Schulz bahwa proses individu belajar dan menerima suatu peran yang disebut sosialisasi ini akan berjalan dengan baik apabila didorong dengan cara memotivasi perilaku yang diinginkan sesuai dengan tujuan atau kurang mendorong atau bahkan melarang perilaku yang tidak diinginkan (Einführung in die Soziologie, Vienna 1989).

Peran gender mempunyai sejarah debat yang panjang antara nature atau nurture. Terdapat kritik terhadap aliran Biologi. Teori awam tantang gender mengasumsikan bahwa identitas gender adalah suatu yang kodrati. Sebagai contoh, sering dinyatakan dalam masyarakat Barat bahwa perempuan secara alamiah lebih cocok untuk mengasuh anak. Ide adanya perbedaan peran gender karena perbedaan biologi membawa kontroversi di kalangan masyarakat ilmiah. Pada abad ke-19, Antropologi menggunakan penjelasan yang sederhana tentang kehidupan imajinatif dari masyarakat Paleolithic hunter-gatherer untuk menjelaskan evolusioner tentang perbedaan gender. Sebagai contoh, karena adanya kebutuhan untuk merawat anak-anaknya, maka para perempuan mempunyai keterbatasan dalam berburu.

Pergeseran nilai-nilai individu tercermin dari kesadaran bahwa peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan adalah sama (equal) meskipun secara biologis mempunyai perbedaan. Pergeseran nilai-nilai individu juga tercermin dari persamaan tingkatan nilai antara anak laki-laki dan anak perempuan. Artinya nilai anak laki-laki tidak lebih tinggi dari anak perempuan, dan sebaliknya. Pergeseran nilai-nilai atau norma masyarakat tercermin dari adanya kemitraan laki-laki dan perempuan dalam pembangunan, dan bahwa laki-laki (suami) tidak satu-satunya aktor yang bertanggung jawab pada pekerjaan publik (mencari uang), namun sudah menjadi tanggung jawab bersama dengan perempuan (istri). Pergeseran nilai keluarga tercermin dari meningkatnya kemitraan gender (gender relations/parternship) dalam menjalankan fungsi ekonomi keluarga yang ditunjukkan dengan saling dukungan dalam generating income keluarga.

HASIL DAN PEMBAHASAN I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci kedalam beberapa ciri seperti distribusi umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah

(16)

552

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

543

tanggungan keluarga, dan jenis pekerjaan yang dimiliki. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik tersebut, berikut akan di uraikan satu persatu.

Distribusi Umur

Tingkat umur atau usia yang dimiliki oleh seseorang akan memperlihatkan aktivitas kemampuan kerja yang dimiliki oleh seseorang tersebut, sebab usia produktif akan mampu menghasilkan pekerjan yang lebih baik dan mampu melakukan berbagai jenis pekerjaan. Untuk melihat data mengenai distribusi umur yang dimiliki oleh responden dalam penelitian ini dapat di lihat pada table di bawah ini:

TABEL 1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi Persen (%)

1 20 – 30 6 12,5

2 31 – 40 18 37,5

3 41 – 50 22 45,8

4 > 50 2 4,2

Jumlah 48 100,0

Sumber: Data olahan, 2015

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagaian besar responden adalah usia produktif. Dimana kelompok usia 41 - 50 tahun sebanyak 22 orang atau 45,8%. Kemudian kelompok umur 31 – 40 tahun sebanyak 18 orang atau 37,5%. Sedangkan yang berusia >50 tahun sebanyak 2 orang atau 4,2%.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden yang dimaksudkan untuk menilai dan melihat kemampuan berfikir dan kemampuan menganalisa lingkungan masyarakat dalam menjalankannya kinerjanya. Tingkat pendidikan pa da keluarga yang menjadi responden berbeda-beda, dalam penelitian ini dapat dilihat dari tingkat SD, SMP SMA, dan PT. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan masyarakat dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

TABEL 1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Persen

1 SD 1 2,1 2 SMP 7 14,6 3 SMA/SMK/sederajat 13 27,1 4 Diploma/Akademi 17 35,4 5 Sarjana 10 20,8 SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

544

Jumlah 48 100,0

Sumber: Data olahan, 2015

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kebanyakan responden memiliki pendidikan Perguruan Tinggi baik Diploma maupun Sarjana, kemudian tingkat SMA/SMK sederajat. Sedangkan sisanya responden yang berpendidikan di atas SMP berjumlah 14,6 persen.

Jumlah tanggungan keluarga

Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud adalah jumlah individu / orang yang ditanggung oleh seorang kepala keluarga dalam satu rumah. Jumlah tanggungan keluarga ini akan mempengaruhi berapa jumlah pengeluaran setiap harinya. Selain itu memiliki jumlah tanggungan yang besar akan menimbulkan beban ekonomi yang besar pula. Tanggungan dalam keluarga adalah istri dan anak-anak disamping itu juga bisa merupakan keluarga atau saudara dekat yang tinggal menumpang kepada responden. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah tanggungan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL 1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No Jumlah tanggungan Frekuensi Persen

1 <3 orang 9 18,8

2 3-5 orang 30 62,5

3 >5 orang 9 18,8

Jumlah 48 100,0

Sumber: Data olahan, 2015

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah tanggungan 3-5 orang adalah 30 or ang dengan persentase 62,5 p ersen. Sedangkan untuk jumlah tanggungan kurang dari 3 or ang dan lebih dari 5 or ang berada pada persentase yang sama yaitu 18,8 persen.

Pekerjaan Responden

Dari hasil penelitian dilapangan terlihat variasi dari jenis pekerjaan responden. Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL 1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Jenis pekerjaan Frekuensi Persen

1 PNS 18 37,5

2 Pegawai swasta 12 25,0

(17)

553

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

544

Jumlah 48 100,0

Sumber: Data olahan, 2015

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kebanyakan responden memiliki pendidikan Perguruan Tinggi baik Diploma maupun Sarjana, kemudian tingkat SMA/SMK sederajat. Sedangkan sisanya responden yang berpendidikan di atas SMP berjumlah 14,6 persen.

Jumlah tanggungan keluarga

Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud adalah jumlah individu / orang yang ditanggung oleh seorang kepala keluarga dalam satu rumah. Jumlah tanggungan keluarga ini akan mempengaruhi berapa jumlah pengeluaran setiap harinya. Selain itu memiliki jumlah tanggungan yang besar akan menimbulkan beban ekonomi yang besar pula. Tanggungan dalam keluarga adalah istri dan anak-anak disamping itu juga bisa merupakan keluarga atau saudara dekat yang tinggal menumpang kepada responden. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah tanggungan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL 1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No Jumlah tanggungan Frekuensi Persen

1 <3 orang 9 18,8

2 3-5 orang 30 62,5

3 >5 orang 9 18,8

Jumlah 48 100,0

Sumber: Data olahan, 2015

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah tanggungan 3-5 orang adalah 30 or ang dengan persentase 62,5 p ersen. Sedangkan untuk jumlah tanggungan kurang dari 3 or ang dan lebih dari 5 or ang berada pada persentase yang sama yaitu 18,8 persen.

Pekerjaan Responden

Dari hasil penelitian dilapangan terlihat variasi dari jenis pekerjaan responden. Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL 1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Jenis pekerjaan Frekuensi Persen

1 PNS 18 37,5

2 Pegawai swasta 12 25,0

(18)

554

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

545

5 Jasa 10 20,8

6 Buruh 2 4,2

Jumlah 48 100,0

Sumber: Data olahan, 2015

Dari tabel diatas, kita dapat melihat klasifikasi jenis pekerjaan responden yang mana sebahagian besar responden yakni 37,5% berprofesi sebagai Pegawai Negeri terdiri dari beberapa orang Guru serta staf pada instansi-instansi Pemerintah. Selanjutnya 25% responden bekerja pada Perusahaan-perusahaan swasta diberbagai bidang yakni perbankan, asuransi, dan karyawan di perusahaan-perusahaan swasta. Tingkat Pendapatan

Pendapatan adalah sebuah penghasilan yang diperoleh seseorang dalam kurun waktu tertentu. Tingkat pendapatan ini erat kaitannya dengan penghasilan yang di terima seseorang sestiap hari, minggu, atau bulan. Karena dari tingkat pendapatan ini pula dapat di tentukan seseorang tersebut mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya atau tidak. Untuk lebih jelasnya mengenai pendapatan yng di peroleh oleh responden dapat dilihat pada table di bawah ini:

TABEL 1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan

No Pendapatan Frekuensi Persen

1 1.000.000,- - 2.000.000,- 7 14,6

2 2.000.000,- - 4.000.000,- 24 50,0

3 4.000.000,- - 6.000.000,- 14 29,2

4 > 6.000.000,- 3 6,2

Jumlah 48 100,0

Sumber: Data olahan, 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendapatan 1.000.000 – 2.000.000 berjumlah 7 orang dengan persentase sebesar 14,6 persen. Sedangkan responden yang memiliki penghasilan 2.000.000 – 4.000.000 terdapat 24 orang.

Waktu Bekerja

Waktu kerja istri disektor publik dimaksud dalam penelitian ini adalah berapa lama istri bekerja diluar rumah agar mendapat gambaran bagaimana seorang istri bisa

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

546

mengatur pekerjaannya pula disektor domestik. Untuk lebih jelasnya mengenai lamanya waktu bekerja istri disektor publik dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL 1.6 Distribusi Responden Berdasakan Jam Kerja

No Jam Bekerja Frekuensi Persen

1 <4jam 3 6,3

2 4 – 6 jam 10 20,8

3 6 – 8 jam 27 56,3

4 > 8 jam 8 16,7

Jumlah 48 100,0

Sumber: Data olahan, 2015

Tabel di atas dapat diketahui bahwa istri yang bekerja disektor publik membutuhkan waktu paling tidak 4 j am sehari yakni berjumlah 3 or ang dengan presentasi 6,3%. Selanjutnya Istri yang bekerja antara 4 – 6 jam perharinya berjumlah 10 orang dengan presentasi 20,8%. Sementara istri yang bekerja selama 6 – 8 jam sebanyak 27 orang atau 56,3%. Sedangkan yang membutuhkan waktu lebih dari 8 jam perhari untuk bekerja disektor publik sebanyak 8 orang dengan persentase 16,7% dimana rata-rata adalah mereka yang bekerja sebagai pedagang atau wiraswasta serta beberapa sektor jasa.

Pekerjaan Suami

Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan suami dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL 1.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Suami No Jenis pekerjaan suami Frekuensi Persen

1 PNS 27 56,3 2 Pegawai Swasta 8 16,7 3 Pengusaha 7 14,6 4 Jasa 3 6,3 5 Buruh 2 4,2 6 Petani 1 2,1 Jumlah 48 100,0

Sumber: Data olahan , 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa, pekerjaan suami dari responden dalam penelitian ini dapat dikatakan cukup bervariasi. Didominasi dengan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 27 orang atau 56,3%.Selanjutnya ada Pegawai swasta sebanyak 16,7% dan Penguasaha 14,6%. Sisanya tersebar pada sektor jasa,

(19)

555

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

546

mengatur pekerjaannya pula disektor domestik. Untuk lebih jelasnya mengenai lamanya waktu bekerja istri disektor publik dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL 1.6 Distribusi Responden Berdasakan Jam Kerja

No Jam Bekerja Frekuensi Persen

1 <4jam 3 6,3

2 4 – 6 jam 10 20,8

3 6 – 8 jam 27 56,3

4 > 8 jam 8 16,7

Jumlah 48 100,0

Sumber: Data olahan, 2015

Tabel di atas dapat diketahui bahwa istri yang bekerja disektor publik membutuhkan waktu paling tidak 4 j am sehari yakni berjumlah 3 or ang dengan presentasi 6,3%. Selanjutnya Istri yang bekerja antara 4 – 6 jam perharinya berjumlah 10 orang dengan presentasi 20,8%. Sementara istri yang bekerja selama 6 – 8 jam sebanyak 27 orang atau 56,3%. Sedangkan yang membutuhkan waktu lebih dari 8 jam perhari untuk bekerja disektor publik sebanyak 8 orang dengan persentase 16,7% dimana rata-rata adalah mereka yang bekerja sebagai pedagang atau wiraswasta serta beberapa sektor jasa.

Pekerjaan Suami

Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan suami dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL 1.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Suami No Jenis pekerjaan suami Frekuensi Persen

1 PNS 27 56,3 2 Pegawai Swasta 8 16,7 3 Pengusaha 7 14,6 4 Jasa 3 6,3 5 Buruh 2 4,2 6 Petani 1 2,1 Jumlah 48 100,0

Sumber: Data olahan , 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa, pekerjaan suami dari responden dalam penelitian ini dapat dikatakan cukup bervariasi. Didominasi dengan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 27 orang atau 56,3%.Selanjutnya ada Pegawai swasta sebanyak 16,7% dan Penguasaha 14,6%. Sisanya tersebar pada sektor jasa,

(20)

556

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

547 buruh dan petani sawit atau karet.

Pendapatan Suami

Pendapatan yang diperolehnya suami dari pekerjaan pokok m aupun sampingan akan berpengaryh terhadap perekonomian keluarga karena suami dianggap sebagai pencari nafkah utama didalam keluarga sehingga tingkat penghasilan suami kerap dijadikan tolak ukur dalam melihat tingkat kesejahteraan keluarga. Untuk lebih jelasknya akan diuraikan dalam tabel berikut :

TABEL 1.8 Distribusi responden berdasarkan pendapatan suami

No Pendapatan Frekuensi Persen

1 < Rp.2.000.000 5 10,4

2 Rp.2.000.000 – 4.000.000 16 33,1

3 >Rp.4.000.000 27 56,3

Jumlah 48 100,0

Sumber: Data olahan, 2015

Dari tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata penghasilan suami diatas Rp.4.000.000/bulan yakni sebanyak 27 or ang atau 56,3%. S edangkan yang berpenghasilan antara Rp.2.000.000,- - Rp. 4.000.000/bulan sebanyak 33,1%. Sisanya adalah 10,4% berpenghasilan kurang dari Rp.2.000.000/bulan.

II. POLA PEMBAGIAN PERAN

Menurut Davis dan Newstrom (1996) peran diwujudkan dalam perilaku. Peran adalah bagian yang dimainkan individu pada setiap keadaan dan cara tingkah lakunya untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Wanita bekerja menghadapi situasi rumit yang menempatkan posisi mereka di antara kepentingan keluarga dan kebutuhan untuk bekerja. Muncul sebuah pandangan bahwa perempuan ideal adalah superwoman atau supermom yang sebaiknya memiliki kapasitas yang dapat mengisi bidang domestik dengan sempurna dan bidang publik tanpa cacat.

Pembagian kerja yang dikembangkan di kebanyakan masyarakat telah membedakan tugas perempuan dengan tugas lelaki: seorang lelaki ditetapkan bertanggung jawab untuk melindungi keluarga, melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan produktif, administrasi dan pertahanan dalam masyarakat. Perempuan dibebani dengan tugas-tugas yang berkaitan dengan pemeliharaan sumberdaya manusia termasuk tugas rumah tangga, tanggung jawab di dalam rumah

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

548

tangga ditetapkan berbeda untuk perempuan dan laki-laki; pekerjaan mengasuh dan melayani keluarga merupakan tanggung jawab perempuan, sedangkan tugas mengatur dan mengawasi keseluruhan anggota keluarga merupakan tanggung jawab lelaki. Penetapan tugas untuk lelaki dan perempuan memiliki standar nilai yang beragam dan berbeda antar budaya dan antar masyarakat dan dalam periode waktu yang berbeda. Keragaman ini terjadi karena pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan merupakan produk sosial yang dipengaruhi oleh produk ekonomi, politik dan struktur masyarakat yang juga mengalami perubahan.

Pola Pembagian Peran Domestik, Publik dan Sosial Kemasyarakatan

Peran suami dan isteri dikelompokkan ke dalam peran domestik, peran publik, dan peran sosial kemasyarakatan. Peran domestik adalah peran atau tugas-tugas yang berkaitan dengan reproduksi, dan pengurusan rumah tangga. Peran publik adalah peran sebagai pencari nafkah atau peran lain yang dilakukan di luar rumah untuk menghasilkan uang. Peran sosial kemasyarakatan adalah peran dalam hubungannya dengan anggota masyarakat lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padatabel dibawah ini:

TABEL 2.1 Distribusi Responden menurut Pembagian Peran Domestik, Publik Dan Sosial Kemasyarakatan Dalam Keluarga

No Jenis Peran Suami istri Bersama Jumlah

(%) 1 Domestik 6 10 5 21 (43,7) 2 Publik 7 1 4 12 (25,0) 3 Sosial Kemasyarakatan 8 2 5 (31,3) 15 Jumlah (%) 21 (43,7) (27,1) 13 (29,2) 14 (100,0) 48

Sumber: Data olahan, 2015

Dari peran yang diamati maka dapat dilihat pembagiannya terdistribusi Merata antara yang dilakukan oleh suami, istri, dan bersama oleh suami dan isteri. Namun demikian jika dilihat dari komposisi peran yang dilakukan tampak bahwa suami lebih mendominasi jenis peran publik dan sosial kemasyarakatan sedang isteri terkonsentrasi pada peran domestik kerumahtanggaan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat luas praktek-praktek patriarkis yang bias gender masih tetap berlangsung.

Menurut Darwin dan Tukiran (2001), “pada masyarakat yang tertata dalam sistem patriarkis, laki-laki diposisikan superior terhadap perempuan di berbagai sektor

(21)

557

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

548

tangga ditetapkan berbeda untuk perempuan dan laki-laki; pekerjaan mengasuh dan melayani keluarga merupakan tanggung jawab perempuan, sedangkan tugas mengatur dan mengawasi keseluruhan anggota keluarga merupakan tanggung jawab lelaki. Penetapan tugas untuk lelaki dan perempuan memiliki standar nilai yang beragam dan berbeda antar budaya dan antar masyarakat dan dalam periode waktu yang berbeda. Keragaman ini terjadi karena pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan merupakan produk sosial yang dipengaruhi oleh produk ekonomi, politik dan struktur masyarakat yang juga mengalami perubahan.

Pola Pembagian Peran Domestik, Publik dan Sosial Kemasyarakatan

Peran suami dan isteri dikelompokkan ke dalam peran domestik, peran publik, dan peran sosial kemasyarakatan. Peran domestik adalah peran atau tugas-tugas yang berkaitan dengan reproduksi, dan pengurusan rumah tangga. Peran publik adalah peran sebagai pencari nafkah atau peran lain yang dilakukan di luar rumah untuk menghasilkan uang. Peran sosial kemasyarakatan adalah peran dalam hubungannya dengan anggota masyarakat lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padatabel dibawah ini:

TABEL 2.1 Distribusi Responden menurut Pembagian Peran Domestik, Publik Dan Sosial Kemasyarakatan Dalam Keluarga

No Jenis Peran Suami istri Bersama Jumlah

(%) 1 Domestik 6 10 5 21 (43,7) 2 Publik 7 1 4 12 (25,0) 3 Sosial Kemasyarakatan 8 2 5 (31,3) 15 Jumlah (%) 21 (43,7) (27,1) 13 (29,2) 14 (100,0) 48

Sumber: Data olahan, 2015

Dari peran yang diamati maka dapat dilihat pembagiannya terdistribusi Merata antara yang dilakukan oleh suami, istri, dan bersama oleh suami dan isteri. Namun demikian jika dilihat dari komposisi peran yang dilakukan tampak bahwa suami lebih mendominasi jenis peran publik dan sosial kemasyarakatan sedang isteri terkonsentrasi pada peran domestik kerumahtanggaan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat luas praktek-praktek patriarkis yang bias gender masih tetap berlangsung.

Menurut Darwin dan Tukiran (2001), “pada masyarakat yang tertata dalam sistem patriarkis, laki-laki diposisikan superior terhadap perempuan di berbagai sektor

(22)

558

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

549

kehidupan baik domestik mapun publik”. Salah satu praktek tersebut adalah adanya beban ganda atau multi burdens pada perempuan (Ihromi, 1990 dalam Subhan, 2004). Perempuan harus melakukan seluruh peran domestik ditambah dengan peran publik yaitu mencari tambahan nafkah atau melakukan kegiatan ekonomi produktif sedang suami yang tanggung jawab utamanya melakukan peran publik relatif terbebas dari tugas membantu melaksanakan peran domestik.

Pelaksanaan Peran domestik dalam Keluarga

Peran domestik merupakan peran yang dijalankan seseorang dalam lingkungan keluarganya. Peran domestik berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas seorang ibu rumah tangga seperti menyiapkan sarapan pagi, membersihkan rumah, mempersiapkan makan siang, mengurus anak, mencuci, menyetrika dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan rumah tangga. Untuk mengetahui bagaimana peran domestik ini dalam keluarga responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:

TABEL 2.2 Distribusi Responden menurut pelaksanaan Peran domestik dalam Keluarga

No Kegiatan Pelaksana Jumlah

(%) Istri Suami Bersama lainnya

1 Menyiapkan sarapan pagi 2 2 4

2 Memasak untuk makan

siang dan malam 2 1 3

3 Mencuci piring 1 1 2 2 6

4 Mencuci dan Menyetrika

pakaian 2 2 6 10

5 Mengurus menjaga dan

merawat anak 2 3 3 8

6 Merawat ketika anak sakit 3 2 5

7 Mengawasi dan membantu

anak membuat tugas sekolah 2 1 3

8 Menyiapkan keperluan anak

sekolah 1 1 9 Membersihkan rumah 1 1 1 3 10 Membersihkan halaman/pekarangan rumah 1 2 2 5 Jumlah (%) 17 (35,4) (8,4) 4 (20,8) 10 (35,4) 17 (100,0) 48

Sumber : Data Olahan, 2015

Tabel diatas memperlihatkan Kecenderungan peran perempuan dalam ranah domestik semakin meningkat. Dalam upaya mencapai hidup sejahtera, wanita bekerja setiap hari berusaha agar segenap perannya baik sebagai ibu rumah tangga maupun

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

550

pekerja untuk mengatur waktu sedemikian rupa sehingga semua peran yang disandangnya dapat dilaksanakan dengan seimbang. Kendati demikian pasti ada kendala yang akan di alami dalam melaksanakan peran gandanya tersebut, salah satu masalah penting jika wanita memasuki sektor publik atau bekerja diluar rumah tangga adalah pekerjaan rumah tangga atau domestik. Berbagai strategi diupayakan guna melancarkan dan membantu meringankan pekerjaan-pekerjaan domestik yakni dengan substitute agent (peran pengganti). Alternatif peran ini merupakan strategi untuk meminimalisir konflik peran bagi wanita karir dalam melaksanakan pekerjaan domestik. Alternatif peran ini dapat berupa dukungan moral, materi maupun tenaga dari orang-orang terdekat seperti suami, anak-anak atau kerabat dekat. Seperti yang terlihat dari hasil penelitian bahwa pekerjaan domestik tidak hanya di diselesaikan oleh istri namun juga dapat dilakukan bersama-sama dengan suami serta faktor lainya juga bisa diperoleh dari anak-anak yang sudah cukup besar atau dewasa misalnya untuk membersihkan rumah atau mencuci piring.

Disamping itu alternatif peran lainnya adalah menggunakan jasa pembantu rumah tangga atau jasa-jasa komersil lainnya dalam meringakan pekerjaan domestik istri, Misalnya mencuci pakaian di laundry atau membeli makanan cepat saji di restoran untuk makan keluarga. Namun, jika terpaksa harus dikerjakan sendiri ibu-ibu bekerja biasanya akan membeli beraneka ragam peralatan rumah tangga seperti mesin cuci pakaian, mesin cuci piring, vacum cleaner, setrika uap dan sebagainya untuk menghemat waktu dan tenaga dalam menguus rumah tangga dengan lebih mudah.

Sebagian besar suami dalam keluarga memiliki persepsi yang cenderung bias gender terhadap pola pembagian peran dalam keluarganya. Isteri yang dominan melakukan peran domestik dipersepsi sebagai hal biasa karena sudah sesuai dengan kodratnya sebagai perempuan sedang sebagai pelaku usaha ekonomi produktif hanyalah merupakan peran t ambahan yang boleh dilakukan tapi boleh juga tidak. Meskipun mengapresiasi positif hasil kerja isteri dalam usaha ekonomi produktif namun dalam banyak hal suami masih tetap menunjukkan persepsi bahwa hal tersebut tidak terlalu penting. H al ini tampak dari pendapat suami yang tidak melarang isterinya jika akan berhenti melakukan usaha ekonomi produktif meskipun hal tersebut akan mengganggu pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Bahkan masih ada sebagian kecil suami yang menilai bahwa motivasi isteri melakukan usaha ekonomi produktif adalah karena tidak puas terhadap penghasilan suami. Dengan demikian kesibukan atau beban ganda yang dihadapinya tidak perlu membuat suami mengubah sistem pembagian peran yang sudah lazim sejak nenek moyang. D ata yang diperoleh menunjukkan bahwa sikap suami terhadap pembagian peran dalam keluarga cenderung pasif dimana sebagian besar suami membiarkan isteri yang juga pelaku usaha dan memberikan kontribusi ekonomis kepada keluarga tetap dibebani semua peran domestik.

(23)

559

SEMINAR NASIONAL

Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II “Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik”

Pekanbaru, 17-18 November 2015

550

pekerja untuk mengatur waktu sedemikian rupa sehingga semua peran yang disandangnya dapat dilaksanakan dengan seimbang. Kendati demikian pasti ada kendala yang akan di alami dalam melaksanakan peran gandanya tersebut, salah satu masalah penting jika wanita memasuki sektor publik atau bekerja diluar rumah tangga adalah pekerjaan rumah tangga atau domestik. Berbagai strategi diupayakan guna melancarkan dan membantu meringankan pekerjaan-pekerjaan domestik yakni dengan substitute agent (peran pengganti). Alternatif peran ini merupakan strategi untuk meminimalisir konflik peran bagi wanita karir dalam melaksanakan pekerjaan domestik. Alternatif peran ini dapat berupa dukungan moral, materi maupun tenaga dari orang-orang terdekat seperti suami, anak-anak atau kerabat dekat. Seperti yang terlihat dari hasil penelitian bahwa pekerjaan domestik tidak hanya di diselesaikan oleh istri namun juga dapat dilakukan bersama-sama dengan suami serta faktor lainya juga bisa diperoleh dari anak-anak yang sudah cukup besar atau dewasa misalnya untuk membersihkan rumah atau mencuci piring.

Disamping itu alternatif peran lainnya adalah menggunakan jasa pembantu rumah tangga atau jasa-jasa komersil lainnya dalam meringakan pekerjaan domestik istri, Misalnya mencuci pakaian di laundry atau membeli makanan cepat saji di restoran untuk makan keluarga. Namun, jika terpaksa harus dikerjakan sendiri ibu-ibu bekerja biasanya akan membeli beraneka ragam peralatan rumah tangga seperti mesin cuci pakaian, mesin cuci piring, vacum cleaner, setrika uap dan sebagainya untuk menghemat waktu dan tenaga dalam menguus rumah tangga dengan lebih mudah.

Sebagian besar suami dalam keluarga memiliki persepsi yang cenderung bias gender terhadap pola pembagian peran dalam keluarganya. Isteri yang dominan melakukan peran domestik dipersepsi sebagai hal biasa karena sudah sesuai dengan kodratnya sebagai perempuan sedang sebagai pelaku usaha ekonomi produktif hanyalah merupakan peran t ambahan yang boleh dilakukan tapi boleh juga tidak. Meskipun mengapresiasi positif hasil kerja isteri dalam usaha ekonomi produktif namun dalam banyak hal suami masih tetap menunjukkan persepsi bahwa hal tersebut tidak terlalu penting. H al ini tampak dari pendapat suami yang tidak melarang isterinya jika akan berhenti melakukan usaha ekonomi produktif meskipun hal tersebut akan mengganggu pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Bahkan masih ada sebagian kecil suami yang menilai bahwa motivasi isteri melakukan usaha ekonomi produktif adalah karena tidak puas terhadap penghasilan suami. Dengan demikian kesibukan atau beban ganda yang dihadapinya tidak perlu membuat suami mengubah sistem pembagian peran yang sudah lazim sejak nenek moyang. D ata yang diperoleh menunjukkan bahwa sikap suami terhadap pembagian peran dalam keluarga cenderung pasif dimana sebagian besar suami membiarkan isteri yang juga pelaku usaha dan memberikan kontribusi ekonomis kepada keluarga tetap dibebani semua peran domestik.

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH ACEH TERHADAP PENDAPATAN ASLI.. DAERAHPROVINSI ACEH

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Panduan resusitasi neonatus dengan konsep pemberian VTP umumnya digunakan pada bayi yang mengalami apnea atau megap-megap Untuk bayi baru lahir dengan tonus otot baik,

Menimbang, bahwa Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dalam dakwaan Primair, maka putusan Pengadilan Negeri Bogor Nomor :

Dengan beralihnya Era Orde Baru ke Era Reformasi dan terbentuknya MPR Era Reformasi. Maka dilakukan perubahan UUD 1945 karena dianggap tidak cocok lagi dengan tuntutan

Perairan Kalianget merupakan perairan yang berada di kawasan Kabupeten Sumenep, merupakan perairan yang banyak terdapat aktivitas manusia dan menjadi perairan yang

Oleh karena itu, dalam menjembatani hal tersebut kepala sekolah, guru atau waka humas TK Annur membuat buku laporan harian., buku laporan harian tersebut berisi

Sumber benda yang didapat dalam penelitian ini yaitu berupa data fotografis berupa foto-foto dokumentasi kegiatan BKPRMI DPD Bandung dan foto gedung sekretariat beserta