• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) PENGELOLA KOPERASI TERHADAP KINERJAKOPERASI PONDOK PESANTREN DI KABUPATEN DEMAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) PENGELOLA KOPERASI TERHADAP KINERJAKOPERASI PONDOK PESANTREN DI KABUPATEN DEMAK"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Strata S.1

Ilmu Ekonomi Islam

Disusun oleh:

MUKHAMAD KASANUDIN 072411045

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

ABSTRAK

Kinerja koperasi dapat dilihat pertumbuhan omzet usaha, perkembangan anggota maupun SHU merupakan indikator berhasilnya koperasi dalam menjalankan usahanya. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan koperasi, salah satunya adalah dari faktor sumber daya manusianya. Yang menjadi permasalahannya, bagaimana tingkat kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi pondok pesantren di Kabupaten Demak. Adakah pengaruh yang nyata terhadap kinerja koperasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi, tingkat kinerja koperasi, dan pengaruh kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi terhadap kinerja koperasi pondok pesantren di Kabupaten Demak.

Populasi penelitian ini sebanyak 11 kopontren. Adapun variabel yang diteliti meliputi kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi sebagai variabel bebas dan kinerja koperasi pondok pesantren sebagai variabel terikat. Data diperoleh melalui Dinas koperasi dan UMKM dan survei langsung. dokumentasi dan . Data dianalisis menggunakan regresi linier sederhana.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi pondok pesantren di Kabupaten Demak sudah ”sangat baik”. Dari 11 koperasi pondok pesantren yang diteliti memperoleh skor rata-rata 4,029 dalam penelitian ini di kategorikan sangat baik. sedangkan untuk kinerja koperasi pondok pesantren memperoleh nilai skor rata-rata sebesar 3,624 dalam penelitian ini dikategorikan ”baik”. . kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi berpengaruh terhadap kinerja koperasi pondok pesantren d Kabupaten Demak.

terbukti dari hasil uji T diperoleh bahwa nilai t hitung adalah 2,315, sedangkan nilai t tabel adalah 2,011 yang lebih kecil dibanding dengan t hitung. Artinya, ada pengaruh signifikan antara variabel kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi (X) terhadap variabel kinerja koperasi (Y). Sedangkan dari hasil analisis koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 0,100, ini artinya bahwa variasi perubahan variabel kinerja koperasi (Y) dipengaruhi oleh perubahan variabel bebas kualitas SDM (X) sebesar 10%. Sedangkan sisanya 90% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini.

Dapat diambil simpulan bahwa kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi pondok pesantren di Kabupaten Demak sudah ”sangat baik”. Kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi berpengaruh positif terhadap kinerja koperasi pondok pesantren. Dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi terhadap kinerja koperasi pondok pesantren di Kabupaten Demak. Saran yang disampaikan adalah Bagi koperasi pondok pesantren di wilayah kabupaten Demak diharapkan lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena hal tersebut memiliki andil dalam meningkatkan kinerja koperasi pondok pesantren. Sedangkan bagi Dinas Koperasi dan UMKM. Untuk semua koperasi pondok pesantren yang ada di Kabupaten Demak. Diharapkan untuk menghidupkan/mendirikan persatuan koperasi pondok pesantren se-Kabupaten Demak.

(5)

v

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, Juni 2011 Deklarator,

Mukhamad Kasanudin NIM. 072411045

(6)

vi

MOTTO

Tiada untaian kata yang sanggup terucap ketika hari yang dinantikan tiba, hanya kata syukur yang mampu terucap setelah mimpi itu dapat terwujud.  Jika kamu dapat bermimpi, kamu pasti dapat mewujudkannya “if you can

dream it, you can do it”.

 Pengalaman adalah pelajaran yang paling berharga dalam hidup ini.

 Berdoalah pada Allah. Karena sesungguhnya doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, baik sebagai hamba allah dan insan akademis, karya ilmiyah yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:

1) Almamaterku & Pengelola Prodi Ekonomi Islam IAIN Walisongo

2) Pembimbing Bapak Rahman El-Junusi, S.E, M.M, & Bapak Rustam Dahar KAH, M.Ag.

3) Semua Keluarga Penulis: Bapak & Ibu Tercinta ( Sugondo & Afifah ) Adhek2 Aku Tersayang ( Fauzi & Ana ).

4) Keluarga besar Pondok Pesantren Al- Islah Mangkang Kulon wabil khusus KH.A. Hadlor ihsan dan Bu Hj. Amin Nyai sekeluarga yang penulis tunggu barokah dan manfaat ilmunya.

5) Ms. Casterman, ms. Sarah, Bu yuyu, bu susan, bu desi, mba’ aya, yang selalu mendukung penulis baik dikala sasah mau pun senang.

6) Teman-teman ku IAYC, terimaksih atas dukungan yang selama ini kalian berikan kepada ku ya.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi allah SWT yang telah melimpahkan Rahmad, Taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

PENGELOLA KOPERASI TERHADAP KINERJA KOPERASI PONDOK PESANTREN DI KABUPATEN DEMAK”. Dengan demikian tanpa banyak

menuai kendala yang berarti. Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan pengikutnya.

Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Setrata Satu (S.1) dalam Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

Ucapan terimakasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun yang sangat besar bagi penulis. Ucapan terimakasih terutama penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Dr. H. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

3. Dr. Ali Murtandho, M.Ag, selaku Kajur Ekonomi Islam, serta Bapak Nur Fatoni, M.Ag, selaku Sekjur Ekonomi Islam.

4. Bapak Rahman El-Junusi, S.E, M.M, selaku Dosen Pembimbing I, serta Bapak Rustam Dahar KAH, M.Ag, selaku Dosen pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(9)

ix

6. Seluruh Pengelola Koperasi Pondok Pesantren Kabupaten Demak yang telah membantu memberikan fasilitas dan waktunya. Semua itu sangat berharga bagi penulis.

7. Seluruh keluarga besar penulis, serta yang paling ku cintai Bapak dan Ibu ku (Sugondo dan Afifah). Penulis menghaturkan banyak terimakasih atas do’a serta arahannya, sehingga penulis selalu bisa melangkah dengan pasti.

8. Seluruh anggota YKAI (Ibu Yuyun, Ibu Desi, Ibu susan, Mbak Aya), serta seluruh Anggota IAYC, penulis ucapkan terima kasih yang besar. Kalian semua adalah ruh yang membangkitkan penulis untuk selalu melangkah optimis.

9. Untuk teman-teman penulis di kelas paket EiA maupun EiB 2007, khususnya kelas paket EiB 2007, terimakasih kawan. Kalian adalah teman-teman yang paling baik dan jangan pernah terputus tali persahabatan kita.

10. Untuk teman-teman kos Bringin (Haqi, Fajri, Sa’ad, Alaik, Afit) kalian adalah teman-teman yang ada dalam suka maupun duka.

Semoga kebaikan dan ketulusan mereka semua menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT. Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam penggarapan skripsi ini, namun semuanya tidak akan terlepas dari kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran serta masukan yang konstruktif selalu penulis tunggu, sehingga sempurnanya penulisan skripsi ini.

Semarang, Juni 2011 Penulis

Mukhamad Kasanudin NIM. 072411045

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN ABSTRAK ... iv

HALAMAN DEKLARASI ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR... viii

HALAMAN DAFTAR ISI... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 12 1.3 Tujuan Penelitian ... 12 1.4 Manfaat Penelitian ... 13 1.5 Sistematika Penulisan ... 13

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Koperasi ... 15

2.2 Asas, Landasan, Fungsi, Tujuan Dan Prinsip Koperasi... 16

2.2.1 Asas koperasi ... 16

2.2.2 Landasan koperasi... 17

2.2.3 Fungsi koperasi... 18

2.2.4 Tujuan koperasi ... 19

2.2.5 Prinsip koperasi ... 19

2.3 Koperasi Pondok Pesantren... 19

2.3.1 Kolektivitas Koperasi Pondok Pesantren ... 19

(11)

xi

2.3.3 Kendala-Kendala dalam Pemberdayaan Ekonomi di

Pondok Pesantren... 25

2.4 Kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM) ... 28

2.4.1 Pengertian Sumber Daya Manusia... 28

2.4.2 Pengukuran kualitas sumber daya manusia (SDM) 30 2.4.2.1 Produktivitas... 30

2.4.2.2 Sikap dan perilaku ... 31

1) Sikap... 31

2) Perilaku ... 32

2.4.2.3 Komunikasi... 32

2.4.2.4 Hubungan (Relationships)... 34

2.5 Masalah Koperasi Dan Sumber Daya Manusia Koperasi 35 2.6 Kinerja... 36

2.6.1 Arti kinerja ... 36

2.6.2 Strategi dan program-program dalam pengembangan usaha koperasi... 38

2.6.3 Cara mengukur kinerja... 39

2.7 Penelitian Terdahulu ... 42

2.8 Kerangka Pemikiran Teoritik ... 43

2.9 Hipotesis... 44

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data... 46

3.1.1 Data Primer ... 46

3.1.2 Data Sekunder ... 46

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 47

3.2.1 Populasi ... 47

3.2.2 Sampel... 48

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 48

3.3.1 Wawancara ... 49

3.3.2 Kuesioner (angket)... 49

(12)

xii

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian ... 51

3.4.1 Variabel-Variabel Penelitian ... 51

3.4.2 Definisi operasional variabel... 51

3.5 Teknik Analisis Data... 54

3.5.1 Metode Statistik Deskriptif ... 54

3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 56

3.5.2.1 Uji Validitas... 56

3.5.2.2 Uji Reliabilitas ... 56

3.5.3 Uji Normalitas ... 57

3.5.4 Analisis Regresi Sederhana... 57

1) Uji T ... 58

2) Koefisien Korelasi ... 59

3) Koefisien Determinasi ... 60

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Data Penelitian dan Karakteristik Responden 61 4.1.1 Deskripsi Data Penelitian ... 61

4.1.2 Karakteristik Responden ... 62

4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 70

4.2.1 Uji Validitas ... 71

4.2.2 Reliabilitas... 72

4.3 Uji Normalitas ... 73

4.4 Deskriptif Variabel Penelitian ... 75

4.4.1 Variabel Kualitas SDM (X) ... 75

4.4.2 Variabel Kinerja Koperasi (Y) ... 81

4.5 Hasil Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 85

4.5.1 Statistik Deskriptif ... 85

4.5.1.1 Diskiptif Penilaian Kualitas Sumber Daya Manusia. ... 85

4.5.1.2 Diskiptif Penilaian Kinerja Kopontren ... 87

4.5.2 Persamaan Regresi Sederhana ... 88 4.5.3 Uji Hipotesis Menggunakan Uji t atau Uji Parsial . 89

(13)

xiii 4.5.4 Koefisien Korelasi ... 90 4.5.5 Koefisien Determinasi ... 94 4.6 Pembahasan ... 95 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 102 5.2 Saran-saran ... 104 5.3 Penutup... 105 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTARA TABEL

Tabel 1.1 : Jumlah Koperasi Pondok Pesantren, No. Badan Hukum

Koperasi, Anggota dan Status di Kabupaten Demak ... 6

Tabel 2.1 : Tabel Pengukuran Variabel ... 45

Tabel 3.1 : Tabel Koperasi Pondok Pesantren yang aktif dan kurang aktif di Kabupaten Demak ... 47

Tabel 3.2 : Kriteria Penilaian Koperasi Pondok Pesantren... 56

Tabel 4.1 : Tabel Populasi ... 62

Tabel 4.2 : Jabatan/Pekerjaan Responden ... 63

Tabel 4.3 : Usia Responden ... 65

Tabel 4.4 : Status Responden... 67

Tabel 4.5 : Jenis Kelamin Responden ... 68

Tabel 4.6 : Tingkat Pendidikan Responden ... 69

Tabel 4.7 : Hasil Uji Validitas Instrumen... 71

Tabel 4.8 : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 73

Tabel 4.9 : Tanggapan Responden Terhadap Indikator Produktif ... 76

Tabel 4.10 : Tanggapan Responden Terhadap Indikator Sikap dan Perilaku 78 Tabel 4.11 : Tanggapan Responden Terhadap Indikator Komunikasi... 79

Tabel 4.12 : Tanggapan Responden Terhadap Indikator Hubungan... 81

Tabel 4.13 : Tanggapan Responden Terhadap Indikator Pertumbuhan Omzet Usaha... 82

Tabel 4.14 : Tanggapan Responden Terhadap Indikator Perkembangan Anggota ... 83

Tabel 4.15 : Tanggapan Responden Terhadap Indikator Perkembangan SHU 84 Tabel 4.16 : Deskriptif Penilaian Kualitas Sumber Daya Manusia ... 85

Tabel 4.17 : Deskriptif Penilaian Kinerja Kopontren ... 87

Tabel 4.18 : Hasil Analisis Regresi Sederhana... 88

Tabel 4.19 : Hasil Uji Hipotesis (Uji –t) ... 89

Tabel 4.20 : Koefisien Korelasi Antara Pengaruh Kualitas SDM Terhadap Kinerja Koperasi Pesantren ... 91

(15)

xv

Tabel 4.21 : Analisis SPSS Koefisien Korelasi Antara Pengaruh Kualitas

SDM Terhadap Kinerja Koperasi Pesantren ... 94 Tabel 4.22 : Hasil Koefisien Determinasi ... 95

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Teoritik ... 44

Gambar 4.1 : Jabatan/Pekerjaan Responden ... 64

Gambar 4.2 : Usia Responden ... 66

Gambar 4.3 : Status Responden... 67

Gambar 4.4 : Jenis Kelamin Responden ... 68

Gambar 4.5 : Tingkat Pendidikan Responden ... 70

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Koperasi adalah suatu bentuk kerja sama dalam lapangan perekonomian. Kerja sama ini diadakan orang-orang karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Orang-orang ini bersama-sama mengusahakan kebutuhan sehari-sehari, yang mereka butuhkan. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan adanya kerja sama yang akan berlangsung terus, oleh sebab itu dibentuklah suatu perkumpulan sebagai bentuk kerja sama itu.1

Bentuk kerja sama tersebut untuk mewujudkan pembangunan Nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia itu sendiri. Pembangunan tersebut merupakan bentuk pembangunan manusia seutuhnya yang dilakukan bersama-sama bertujuan untuk mewujudkan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Pemerintah secara tegas menetapkan bahwa dalam rangka pembangunan nasional dewasa ini, koperasi harus menjadi tulang punggung dan wadah bagi perekonomian rakyat.

Kebijaksanaan Pemerintah tersebut sesuai dengan isi UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Di dalam penjelasan UUD 1945 tersebut diungkapkan bahwa bangun usaha yang sesuai adalah

1

Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2007, h. 1.

(18)

koperasi.2 Oleh karena itu, peran koperasi menjadi penting berkaitan dengan pelaksanaan tujuan di atas. Koperasi harus tampil sebagai organisasi yang dapat mengumpulkan dan membentuk kekuatan ekonomi bersama-sama agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya.

Ninik Widiyanti berpendapat bahwa koperasi bersifat terbuka untuk umum. Setiap orang tanpa memandang golongan, aliran, kepercayaan atau agama orang itu, dapat diterima sebagai anggota koperasi. Koperasi memang merupakan wadah persatuan orang-orang yang miskin dan lemah ekonominya untuk bekerja sama memperbaiki nasib dan meningkatkan taraf hidup mereka.3

Pernyataan ini sesuai dengan asas usaha koperasi pondok pesantren yang notabennya koperasi yang berlandaskan syari’ah Islam yakni; berdasarkan konsep gotong royong, dan tidak dimonopoli oleh salah seseorang pemilik modal. Begitu pula dalam hal keuntungan yang diperoleh maupun kerugian yang diderita harus dibagi secara sama dan proporsional.

Hal ini sesuai dengan firman allah dalam (QS. Surat Al shaad: 24)4                                     2 Ibid, h. 9.

3Ninik Widiyanti, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1989, h. 4. 4

Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2005, h. 118

(19)

Artinya: Daud berkata: "Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini." Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. (QS. Surat Al-Shaad: 24)

Pada permulaanya kita mengenal 3 (tiga) jenis bentuk koperasi yang didasarkan pada bidang-bidang usahanya, yaitu koperasi konsumsi, koperasi produksi, dan koperasi kredit. Selanjutnya terjadi perkembangan usaha yang juga memerlukan perkembangan struktur organisasi, sehingga penjenisan koperasi seperti di atas terasa kurang tepat dan perlu dikembangkan pula. Perkembangan usaha koperasi berlangsung serba cepat dan luas mengikuti kemajuan ekonomi dan tingkat kepentingan/ kebutuhan para anggotanya, ini berarti bahwa usaha-usaha dan pelayanan-pelayanannya telah meningkat, walaupun demikian gerak organisasinya tetap bertahan dengan kuat pada sendi-sendi yang khas, yaitu: Mengutamakan kesejahteraan para anggotanya dengan gerakan cepat dan tepat.5

Sehubungan dengan perkembangan-perkembangan seperti diatas maka untuk mengusahakan pengelompokan yang lebih jelas tentang fungsi-fungsi koperasi menurut jenis dan berbagai bidang usahanya, orang-orang banyak tertarik untuk membagi koperasi sebagai berikut:6 Pertama berdasarkan fungsi usahanya (koperasi konsumsi, koperasi produksi, koperasi kredit, koperasi jasa, dan lain-lain), Kedua berdasarkan kelompok

5 G. Kartasapoetra, Praktek Pengelolaan Koperasi, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2005, h. 1.

(20)

orang-orang yang secara homogen mempunyai kelompok yang sama (koperasi pegawai negeri, koperasi ABRI, PEPABRI, koperasi nelayan, koperasi petani, koperasi pelajar/ mahasiswa, koperasi pesantren, dan lain-lain) Ketiga berdasarkan jenis barang yang diolah atau dijadikan objek kegiatan ( koperasi kopra, koperasi batik, koperasi garam rakyat, koperasi tembakau, koperasi perikanan/peternakan, dan lain-lain).

Selanjutnya untuk mendukung terwujudnya iklim yang sehat(kondusif) dalam pengembangan perkoperasian, pemerintah juga telah mengeluarkan Undang-undang No. 5 tahun 1999 tentang pelarangan monopoli dan praktek persaingan yang tidak sehat. Disamping itu juga didukung dengan berbagai peraturan, antara lain peraturan pemerintah No. 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi, peraturan pemerintah No. 33 tahun 1998 tentang modal penyertaan pada koperasi. Dengan adanya peraturan-peraturan tersebut diharapkan koperasi dapat berkembang seperti badan usaha yang lain.7

Selain peraturan pemerintah tersebut, untuk memacu pemerataan dan memperluas kesempatan berusaha melalui koperasi, pemerintah mengeluarkan instruksi presiden No. 18 tahun 1998 tentang peningkatan pembinaan dan pengembangan perkoperasian. Inti dari kebijakan tersebut adalah masyarakat akan memiliki kemudahan dan kebebasan untuk mendirikan dan mengembangkan koperasi sesuai dengan potensi, keinginan dan kemampuannya dalam mengelola potensi ekonomi. Tentu saja setiap

7

Pedoman Pembinaan Dan Pengembangan Koperasi Pndok Pesantren, Jakarta:

(21)

koperasi yang didirikan harus tetap dalam koridor yang menerapkan asas, prinsip dan semangat yang murni dianut dan dikembangkan oleh koperasi. Dengan kondisi ini diharapkan akan tumbuh koperasi-koperasi sejati (genuine co-operatives) bukan koperasi yang direkayasa (pseudo cooperatives) oleh pemerintah atau siapapun.

Seiring dengan perkembangan masyarakat dan arus globalisasi, pondok pesantren dituntut untuk mengadakan perubahan-perubahan secara perlahan tanpa menanggalkan ciri khasnya sebagai lembaga pendidikan agama. Perubahan-perubahan yang dilakukan pesantren salah satunya adalah pesantren dikembangkan tidak hanya mengajarkan tentang agama atau kitab kuning saja, tetapi juga pesantren dapat dikembangkan menjadi basis ekonomi kerakyatan dan pusat perkembangan ekonomi umat di daerah-daerah, baik dalam bentuk lembaga keuangan syari’ah atau koperasi pondok pesantren.

Dilihat dari jumlah pondok pesantren yang ada sampai dengan akhir bulan juni 2003 sebanyak 14.067 buah pesantren yang telah memiliki koppontren sebanyak 1.359 dengan jumlah santri 534. 374 orang.8 Dalam kurun waktu sampai tahun 2006 koperasi pondok pesantren mengalami peningkatan yakni koperasi pondok pesantren yang ada di Indonesia menurut data Proyek Peningkatan Ponpes Departemen Agama terdapat sekitar 1.400 unit.9 Jumlah ini cukup besar, menjadikan pondok pesantren

8

Ibid, h. 7.

9

Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 2 Tahun I, Evaluasi Program Pendidikan

(22)

memiliki posisi strategis dalam mengemban peran-peran pengembangan pendidikan maupun masyarakat lain.

Perkembangan koperasi pondok pesantren tersebut terjadi secara menyeluruh diseluruh negara Indonesia ini, termasuk tejadi di Kabupaten Demak. Tercatat dalam data Dinas Koperasi dan UMKM bahwa semakin lama perkembangan koperasi pondok pesantren di Kabupaten Demak semakin meningkat. Berikut Perkembangan status koperasi pondok pesantren Kabupaten Demak dijelaskan pada tabel 1.1

Tabel 1.1

Jumlah Koperasi Pondok Pesantren, No. Badan Hukum Koperasi, Anggota dan Status di Kabupaten Demak

No Nama Koperasi No Badan Hukum

Koperasi

Jumlah

Anggota Status

1 Kopontren Futuhiyyah 12422/BH/KWK.11/V/1995 - Aktif

2 Kopontren Nurul Qur’an 12521/BH/KWK.11/IX/1995 - Tidak Aktif

3 Kopontren At Taslim 12560/BH/KWK.11/XII/1995 358 Aktif

4 Kopontren Suada 12664/BH/KWK 11/III/1995 65 Aktif

5 Kopontren An Nur 12796/BH/KWK.11/VIII/1996 20 Aktif

6 Kopontren Rizquna 12797/BH/KWK.11/VIII/1996 - Aktif

7 Kopontren Mambaul Barokah

12793/BH/KWK.11/VIII/1996 20 Tidak Aktif

8 Kopontren Komat 12794/BH/KWK.11/VIII/1996 - Tidak Aktif

9 Kopontren Futuhul Ulum 12861/BH/KWK.11/IV/1996 - Tidak Aktif

10 Kopontren BUQ 12932/BH/KWK.11/XII/1996 - Tidak Aktif

11 Kopontren Hadi Kusumo 13059/BH/KWK.11/VIII/1997 - Aktif 12 Kopontren Roudhotul

Qur’an

13102/BH/KWK11/VIII/1997 - Tidak Aktif 13 Kopontren Darul Islah 13103/BH/KWK11/VIII/1997 20 Tidak Aktif

14 Kopontren Al Hikmah 13347/BH/KWK11/VIII/1997 - Tidak Aktif

15 Kopontren Masyaadah Kalijogo

13306/BH/KWK.11/IX/1997 - Tidak Aktif

16 Kopontren Roudhotul Tolibin

31/BH.KDK.11-03/II/1999 - Tidak Aktif

17 Kopontren Rizquna 13798/BH/KWK/.11/III/1998 - Tidak Aktif

18 Kopontren Arohmah 13819/BH/KWK/.11/III/1998 20 Tidak Aktif

19 Kopontren Subur Barokah 31/BH.KDK.11-02/II/1999 - Tidak Aktif

(23)

21 Kopontren Mathia’ul Anwar

96/BH.KDK.11-03/IV/1999 - Tidak Aktif

22 Kopontren Al Ihsan 421/BH.KDK.11-03/XI/2000 - Tidak Aktif

23 Kopontren Al Mahfur 137/BH.KDK.11-03/VI/1999 - Tidak Aktif

24 Kopontren Matlaul Anwar 56/BH.KDK.11-03/IV/1999 - Tidak Aktif

25 Kopontren Nurul Falah - Tidak Aktif

26 Kopontren Al Istiqomah 03/BH.11-03/XI/2001 - Tidak Aktif

27 Kopontren Al Mubarok 87/BH/XIV.8/KDK.11-03/V/2006

- Aktif

28 Kopontren Babul Ulum 99/BH/XIV.8/KDK.11-03/VII/2006

- Aktif

29 Kopontren Estu Jaya 106/BH/XIV. 8/KDK.11-03/XI/2006 - Aktif 30 Kopontren Putra Muamalat 125/BH/XIV. 8/KDK.11-03/I/2008 - Tidak Aktif 3 1

Kopontren Darussalam 88/BH/XIV. 8/KDK.11-03/VI/2006

168 Aktif 32 Kopontren Al Falah 129/BH/XIV.

8/KDK.11-03/II/2008

- Aktif

33 Kopontren Nurul Huda 130/BH/XIV. 8/KDK.11-03/III/2008

- Aktif

34 Kopontren Zahrul Ulum 131/BH/XIV. 8/KDK.11-03/III/2008

- Aktif

35 Kopontren Al Amanah 132/BH/XIV. 8/KDK.11-03/IV/2008

- Tidak Aktif 36 Kopontren Usaha Mandiri 134/BH/XIV.

8/KDK.11-03/IV/2008

- Aktif

37 Kopontren Darul Fandilah 137/BH/XIV. 8/KDK.11-03/VII/2008

- Tidak Aktif 38 Kopontren Darusalam 142/BH/XIV.

8/KDK.11-03/VI/2008

- Tidak Aktif 39 Kopontren Al Ma’wa 147/BH/XIV.

8/KDK.11-03/VIII/2008

- Aktif

40 Kopontren Al Madina 153/BH/XIV. 8/KDK.11-03/IX/2008

36 Aktif

41 Kopontren Al Hasaniyah 179/BH/XIV.8/I/2010 - Aktif

Jumlah 41 503

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Demak, 2011

Berdasarkan keterangan data tabel 1.1 menunjukkan bahwa perkembangan koperasi pondok pesantren berkembang dengan pesat. Akan tetapi perkembangannya tidak di ikuti manajemen yang baik, sehingga tercatat bahwa status koperasi pondok pesantren sangat memprihatinkan. Hal ini terbukti bahwa hanya 17 koperasi pondok pesantren atau 41,46%

(24)

berstatus aktif, sedangkan 24 koperasi pondok pesantren atau 58,53% berstatus tidak aktif. Besarnya koperasi pondok pesantren dalam status tidak aktif mengindikasikan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia (SDM) pengelola koperasi dan rendahnya kinerja koperasi pondok pesantren.

Dari keterangan tabel diatas menunjukkan bahwa kinerja koperasi pondok pesantren belum optimal disebabkan antara lain: koperasi pondok pesantren belum siap dengan permasalahan dan tantangan ekonomi secara nasional, kemampuan manager dalam mengelola koperasi pondok pesantren kurang profesional, masyarakat kurang adaptif terhadap tuntutan perubahan, struktur manajemen dan permodalan terbatas, sumber daya manusia karyawan kurang berkualitas, kurang berani mengambil resiko, tingkat rasa tanggung jawab masih sangat rendah. Ditambah kurangnya dukungan modal yang cukup untuk mengembangkan koperasi, akhirnya banyak koperasi yang jalan di tempat.10 Menurut Sutaat, bahwa kegagalan pengelola koperasi dalam menjalankan roda organisasinya disebabkan oleh kurangnya rasa tanggung jawab untuk berkoordinasi dengan Dinas Koperasi dan UMKM.11 Hal ini lah yang menjadi salah satu indikator bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) pengelola koperasi masih rendah. Oleh karena itu koperasi pondok pesantren perlu memanajemen kegiatannya sehingga perlu

10

Fatimah, Wawancara Dengan Pengelola Koontren Al-Ma’wa, Kabupaten Demak, Tanggal 31 Mei 2011

11

Sutaat, Wawancara dengan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Tanggal 23 Maret 2011

(25)

penelitian yang berkaitan dengan variabel yang memiliki kontribusi terhadap keberhasilan usaha koperasi, yakni dengan kualitas sumber daya manusia.

Sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti sebenarnya adalah kerja yang dikerjakannya akan menghasilkan sesuatu yang memang dikehendaki dari pekerjaan tersebut. Hessel Tangkilisan mengatakan Sumber daya manusia adalah suatu cara untuk mengendalikan sumber daya penggerak dalam suatu organisasi atau institusi secara efektif dan efisien, dan mencakup keseluruhan aktivitas dan implementasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi . Perlunya sumber daya manusia dikelola dengan baik karena manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi.12

Suatu tujuan organisasi tersebut dapat diketahui berhasil atau tidak dapat diketahui salah satunya melalui hasil kinerja dalam periode waktu tertentu. Kinerja dikategorikan berhasil, apabila tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut tercapai. Definisi kinerja sendiri menurut Rivai dan Basri adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.13 Bernandin dan Russell dalam Sulistiyani dan Rosidah (2003) juga mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu. Sedangkan pengertian dari

12

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19414/4/Chapter%20II.pdf 13

(26)

penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dari standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan.14

Jadi apabila dari realita data yang ada di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Demak menunjukkan angka kopontren yang berstatus aktif sangat rendah. Maka hal ini memang mengindikasikan bahwa kinerja kopontren sangat rendah. Sebab organisasi tersebut tidak mampu untuk memenuhi tujuan utama organisasi kopontren.

Dari rendahnya kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi pondok pesantren tidak tertutup kemungkinan disebabkan oleh kurangnya kesadaran orang-orang dalam paham berkoperasi. Yang dimana hal ini ber imbas pada kinerja koperasi pondok pesantren yang kurang bagus, dan akhirnya pun persaingan dengan koperasi lain maupun lembaga keuangan lain menjadi tidak kompetitif dan yang semestinya kehadiran koperasi pondok pesantren di lingkungan mereka dapat memberikan kontribusi dalam menyejahterakan tarap hidupnya, tetapi dengan adanya kinerja koperasi pondok pesantren tersebut kurang baik, maka perannya pun akhirnya tidak maksimal.

Pengaruh ini sebenarnya mendorong terciptanya perubahan karena adanya tantangan dan sekaligus peluang bagi perkembangan koperasi itu sendiri. Namun, dapat pula menjadi ancaman akibat tingkat persaingan yang semakin ketat. Konsekuensinya, manakala koperasi tidak memiliki keunggulan kompetitif dan kinerja yang baik, maka perubahan hanya

14

(27)

menjadi masalah bagi koperasi. Fakta ini menjadi pertanyaan mendasar yaitu: 1) Apakah kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi pondok pesantren dapat memberikan jawaban atas kualitas kinerja koperasi. 2) Apakah koperasi pondok pesantren yang sekarang masih berdiri ini mempunyai keunggulan dan kinerja yang baik. 3) Jika mempunyai keunggulan dan kinerja yang baik, sejauh manakah peran koperasi pondok pesantren dalam menyejahterakan anggotanya dan sumbangsihnya bagi masyarakat sekitar. 4) Apakah kondisi para santri dan masyarakat sekitar pesantren sekarang masih kondusif bagi pengembangan ekonomi rakyat melalui kelompok atau koperasi. 5) Apakah kinerja koperasi pondok pesantren khususnya di kabupaten Demak dan pada umumnya di Indonesia masih sejalan dengan konsep/teori ekonomi, manajemen, sosial budaya, psikologi, serta hukum yang berlaku umum. 6) Apakah berkoperasi di lingkungan pondok pesantren merupakan salah satu pilihan untuk mensejahterakan para santri dan masyarakat sekitar.

Berdasarkan Dari latarbelakang yang terurai di atas serta pertimbangan-pertimbangan yang ada, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul: “PENGARUH KUALITAS

SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) PENGELOLA KOPERASI TERHADAP KINERJA KOPERASI PONDOK PESANTREN DI KABUPATEN DEMAK”.

(28)

1.2 Rumusan Masalah

Sebagai suatu badan usaha koperasi dalam menjalankan bidang usahanya, koperasi pondok pesantren sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas agar kinerja koperasi pondok pesantren maksimal. Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : ”

1. Bagaimanakah tingkat kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi dan kinerja koperasi pondok pesantren di Kabupaten Demak.

2. Bagaimana pengaruh kualitas sumber daya manusia (SDM) pengelola koperasi mempengaruhi kinerja koperasi pondok pesantren”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menjawab berbagai persoalan yang sedang berlangsung dalam kehidupan gerakan koperasi pondok pesantren khususnya di kabupaten Demak. Secara spesifik tujuan kajian ini adalah

1. Untuk mengetahui tingkat kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi dan kinerja koperasi pondok pesantren di Kabupaten Demak. 2. Mengetahui pengaruh kualitas sumber daya manusia (SDM) pengelola

koperasi pondok pesantren terhadap kinerja koperasi pondok pesantren di kabupaten Demak.

(29)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu: 1. Bagi koperasi pondok pesantren di kabupaten Demak

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai saran dan pertimbangan bagi pengurus koperasi pondok pesantren dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pembinaan sumber daya manusia (SDM) pengelola koperasi untuk meningkatkan kinerja koperasi pondok pesantren demi tercapainya tujuan koperasi yang bersangkutan.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan akan dapat menambah pengetahuan atau cakrawala berfikir dalam hal wawasan dibidang ekonomi dan perkoperasian, khususnya koperasi pondok pesantren serta sebagai ajang ilmiah untuk menerapkan berbagai teori yang diperoleh dibangku kuliah dalam praktek di lapangan.

3. Bagi pembaca dan almamater

Hasil penelitian ini semoga bermanfaat bagi pembaca dalam rangka pemenuhan informasi dan referensi atau bahan kajian dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya perkoperasian pondok pesantren.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman dan penelaahan penelitian maka rancangan penulisan sebagai berikut :

(30)

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIK

Bab ini berisi teori-teori yang berkaitan dengan inti masalah yaitu meliputi pengertian koperasi, sumber daya manusia, kinerja koperasi pondok pesantren, kerangka pemikiran, hipotesis dan penelitian terdahulu.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang rancangan penelitian, data dan sumber data, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, dan metode analisis data.

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian mengenai gambaran umum obyek penelitian, penyajian data, analisis data, dan pembahasan.

BAB V : KESIMPULAN, SARAN-SARAN DAN PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari isi pembahasan, saran-saran dan penutup.

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1. Koperasi

Secara harfiah kata “koperasi” berasal dari : cooperation (latin), atau cooperation, atau co-operatie (belanda), dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai: bekerja bersama, atau bekerja sama, atau kerjasama, merupakan koperasi.15

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang diberikan pengertian Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.16

Tujuan utama pendirian suatu koperasi adalah menciptakan kesejahteraan para anggotanya. Ini dapat dicapai dengan menyediakan barang dan jasa yang mereka butuhkan dengan harga murah, menyediakan fasilitas produksi atau menyediakan dana untuk pinjaman dengan bunga yang sangat rendah.17 Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan

15

Sudarsono dan Edilius, Koperasi Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta: PT. Renika Cipta, 2005, h. 1.

16

G. Kartasapoetra, Op.cit, h 10 17

(32)

masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.

2.2. Asas, Landasan, Fungsi, Tujuan Dan Prinsip Koperasi 2.2.1 Asas koperasi

Menurut pasal 5, bagian 3 UU no. 12 Tahun 1967, asas koperasi Indonesia terdiri dari dua asas yaitu:

2.2.1.1 Asas kekeluargaan

Asas ini mencerminkan adanya kesadaran dari budi hati nurani manusia untuk mengerjakan segala sesuatu dalam koperasi oleh semua untuk semua, di bawah pimpinan pengurus serta pemilikan dari para anggota atas dasar keadilan dan kebebasan serta keberanian berkorban bagi kepentingan bersama.

2.2.1.2 Asas kegotong-royongan

Asas kegotong-royongan berarti bahwa pada koperasi tersebut telah terdapat keinsyafan dan kesadaran semangat kerja sama dan tanggung jawab bersama terhadap akibat dari karya, yang dalam hal ini bertitik berat pada kepentingan kebahagiaan bersama, ringan sama dijinjing berat sama dipikul, maka dengan demikian kedudukan koperasi akan kuat dan pelaksanaan kerjanya akan lancar karena para anggotanya

(33)

dukung-mendukung dan dengan penuh kegairahan kerja dan tanggung jawab berjuang mencapai tujuan koperasi.

Asas kekeluargaan dan kegotong-royongan itu merupakan faham yang dinamis, artinya timbul dari semangat yang tinggi untuk secara berkerja sama dan tanggung jawab bersama berjuang menyukseskan tercapainya segala sesuatu yang menjadi cita-cita dan tujuan bersama dan berjuang secara manunggal untuk mengatasi atau menanggulangi resiko yang diderita koperasinya sebagai akibat usahanya untuk kepentingan bersama.

2.2.2 Landasan Koperasi

UU No. 12/1967 tentang pokok-pokok perkoperasian Bab II Pasal 2, mengemukakan bahwa landasan ideal koperasi Indonesia adalah Pancasila, landasan Struktural: UUD 1945 dan landasan geraknya: Pasal 33 ayat (1) UUD 1945, beserta penjelasannya, landasan mentalnya: Setia kawan dan kesadaran berpribadi. Menurut Panji Anaroga dan Nanik Widiyanti, landasan koperasi merupakan suatu dasar tempat berpijak yang memungkinkan koperasi tumbuh dan berdiri kokoh serta berkembang dalam pelaksanaan usaha-usaha untuk mencapai tujuan dan cita-cita. Koperasi mempunyai tiga landasan yaitu sebagai berikut:

1. Landasan idiil koperasi berupa pancasila

2. Landasan Struktural koperasi UUD 1945 dan landasan geraknya pasal 33 ayat UUD 1945 beserta penjelasannya

(34)

3. Landasan mentalnya koperasi setia kawan dan kesadaran berpribadi. Setiakawan merupakan landasan untuk bekerjasama berdasarkan pada azaz kekeluargaan sedangkan kesadaran pribadi mempunyai harga diri pada diri sendiri.

2.2.3 Fungsi Koperasi

Fungsi-fungsi koperasi Indonesia tidak dapat dipisahkan dari situasi dan kondisi, dari latar belakang budaya serta latar belakang sejarah dan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia.

1. Koperasi Indonesia harus berfungsi sebagai alat perjuangan rakyat Indonesia dibidang ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup dan kedudukan ekonominya serata melaksanakan pasal 33 UUD 1945 serta penjelasannya.

2. Koperasi Indonesia harus berfungsi sebagai alat perjuangan rakyat Indonesia untuk mewujudkan demokrasi ekonomi nasional Indonesia.

3. Koperasi Indonesia harus berfungsi sebagai gerakan masyarakat untuk mensukseskan pembangunan nasional Indonesia serta menjamin hari esok yang sejahtera dan bahagia.

4. Koperasi Indonesia harus berfungsi sebagai soko guru ekonomi nasional Indonesia yang menjamin kemajuan serta kemakmuran bersama rakyat Indonesia.

5. Koperasi Indonesia harus berfungsi sebagai alat pemersatu rakyat Indonesia yang miskin dan lemah ekonominya untuk mewujudkan

(35)

masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

2.2.4 Tujuan Koperasi

Menurut UU No. 25 tahun 1992 koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945.

2.2.5 Prinsip Koperasi

Menurut UU No. 25 Tahun 1992, prinsip koperasi meliputi: (1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, (2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis, (3) Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, (4) Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal, (5) Kemandirian, (6) Pendidikan koperasi, (7) Kerjasama antar koperasi.18

2.3. Koperasi Pondok Pesantren

2.3.1. Kolektivitas Koperasi Pondok Pesantren.

Tujuan koperasi pondok pesantren yang utama adalah memenuhi kebutuhan hidup anggota-anggotanya, dengan jalan menyelenggarakan aktivitas ekonomi secara bersama-sama. Kolektivitas adalah kekuatan koperasi. Maju mundurnya sebuah

(36)

koperasi ditentukan oleh seberapa mampu oleh anggotanya mempertahankan kolektivitasnya itu. Kolektivitas (jama’ah) adalah anjuran syari’ah. Betapa pentingnya kolektivitas itu sehingga dalam ibadah ritual pun seperti shalat lima waktu, umat muslim diperintahkan untuk mengerjakannya secara bersama-sama. Kolektivitas adalah modal sosial yang amat diperlukan untuk mencapai kemajuan, prinsip kolektivitas dalam koperasi.

Pertama, keterbukaan, bahwa siapapun bisa menjadi anggota koperasi tanpa memandang agama, etnis, politik dan perbedaan lainnya. Prinsip ini adalah perwujudan dari perintah syari’ah agar perbuatan manusia menjadi rahmat bagi seluruh alam.19 Hal ini sesuai dengan firman Allah yang merangkap konsep keseimbangan dasar ekonomi islam, yang tercantum dalam (Q.S. Al-Baqarah: 279).

Yang artinya ” Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya ”.

Kedua, Keadilan, bahwa distribusi manfaat ekonomi dikalangan anggota harus sesuai dengan kekerapan si anggota dalam menggunakan jasa koperasi, bukan berdasarkan proporsi modal anggota dalam koperasi. Hal ini sesuai firman Allah dalam (QS al

19

Rahman el Junusi dkk, Analisis Komitmen, Orientasi Pasar Dan Kemampuan

Berinovasi Serta Pengaruhnya Pada Kinerja Koperasi Pondok Pesantren Di Kota Semarang,

(37)

Hujarat:13): didalamnya menerangkan tentang persaudaraan dan keadilan sesama anggota.20











































Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS al Hujarat: 13) Ketiga, penghormatan terhadap kemanusiaan. Dala syari’ah, manusia adalah makhluk paling mulia. Karena itu, kerja sebagai wujud kemanusiaan, harus lebih dihargai dibanding modal sebagai wujud harta. Dalam koperasi, prinsip ini diberlakukan dengan cara membatasi keuntungan dari saham yang ditanam anggota di koperasi. Dengan prinsip ini, pengaruh harta dibatasi, tetapi tidak, dengan pengaruh kerja. anggota memperoleh manfaat dari koperasi sebanding dengan kerjanya, bukan dengan modal yang disimpan di koperasi. firman Allah dalam (QS. Al maidah: 87): didalamnya menerangkan tentang kesejahteraan ekonomi untuk bersama.21

                   20

Nur S. Buchori, Koperasi Syariah, Sidoarjo: Kelompok Masmedia Buana Pustaka, 2009, h. 18.

21

(38)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang Telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al maidah: 87)

Keempat, otonomi, yaitu anggota mengendalikan sepenuhnya kearah mana dan bagaimana usaha koperasi diselenggarakan. Otonomi adalah bentuk lain dari kemerdekaan atau kebebasan. Syari’ah memandang kemerdekaan atau kebebasan sebagai bagian asasi dalam kehidupan manusia. Ini tidak terdapat dalam perusahaan kapitalistik, dimana pada umumnya kebebasan hanya dimiliki majikan, sementara buruh terikat oleh berbagai peraturan yang wajib dipenuhi, yang tidak jarang peraturan itu rendahkan derajat kemanusiaan mereka.

Kelima, kebebasan mengemukakan pendapat atau keinginan. Dalam koperasi prinsip ini disebut satu orang satu suara. Prinsip ini tidak berarti segala keputusan diambil dengan jalan voting. Justru kecenderungan dalam koperasi, prinsip satu orang satu suara ini diterapkan melalui musyawarah mufakat yang melibatkan seluruh anggotanya. Keadaan ini hanya bisa berlaku jika ada kesetaraan.

Keenam, pendidikan anggota, yaitu pendidikan untuk menanamkan karakter positif seperti sifat tekun, pantang menyerah, aktif melakukan inovasi, solider terhadap sesama, serta karakter lain yang diperlukan untuk kemajuan, sekaligus pendidikan untuk mengasah wawasan dan keahlian anggota dalam mengelola koperasi.

Ketujuh, kerja sama aktif antar sesama koperasi. Ikhtiar untuk mencapai perbaikan ekonomi pasti menghadapi banyak tantangan.

(39)

Semakin berat tantangannya akan semakin sulit dihadapi sendirian. Karena itu satu koperasi harus merapatkan barisan dan mengembangkan kerja sama yang solid dengan koperasi lainnya. Merapatkan barisan, atau bersatu dengan pengorganisasian yang baik, adalah prinsip syari’ah yang utama dalam kehidupan sosial. Syari’ah sama sekali tidak menganjurkan prinsip yang sebaliknya, yaitu pecah-belah, apalagi persaingan untuk saling menjatuhkan.

Komitmen islam yang demikian mendalam terhadap persaudaraan dan keadilan menyebabkan konsep kesejahteraan (falah) bagi semua umat manusia sebagai suatu pokok ajaran islam. Kesejahteraan ini meliputi kepuasan fisik sebab kedamaian mental dan kebahagiaan hanya dapat dicapai melalui realisasi yang seimbang antara kebutuhan materi dan rohani dari personalitas manusia.22

Tujuh prinsip koperasi tersebut nyata-nyata merupakan perwujudan dari syari’ah islam. Undang-undang tentang koperasi No 25 tahun 1990 dibangun dari UUD 45. konstitusi tersebut memuat akidah ketuhanan yang maha esa yang merupakan landasan dari tauhid. Selain itu juga banyak bukti telah menunjukkan bahwa kemanfaatan koperasi telah dirasakan masyarakat di berbagai belahan dunia. Kolektivitas menjadi prinsip dasar yang memberi banyak keuntungan bagi para anggota koperasi. Secara tegas, keberadaan

22

M. Umer Chapra, Islam Dan Pembangunan Ekonomi, Depok: GEMA INSANI, 2005, h. 7.

(40)

prinsip tersebut membuat koperasi menjadi sama sekali berbeda dari lembaga ekonomi berbasis kapitalis.23

2.3.2. Bidang Usaha Koperasi Pondok Pesantren

Koperasi pondok pesantren dapat melakukan kegiatan disemua bidang usaha sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan anggotanya untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya. Kegiatan usaha yang dapat dikelola oleh koperasi pondok pesantren antara lain:

1. Unit usaha warung telekomunikasi (sesuai kesepakatan bersama antara Dirjen Pos dan telekomunikasi dengan Dirjen Kelembagaan Agama Islam).

2. Unit usaha warung pangan dan toko pangan (sesuai kesepakatan bersama antara Mentri Negara Urusan Pangan/Kabulog dengan induk koperasi pondok pesantren).

3. Unit usaha agribisnis (sesuai naska kerjasama antara Induk Koperasi Pondok Pesantren, yayasan pusat pendidikan latihan swadaya masyarakat, dan pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian, Departemen Agama, Departemen Koperasi dan PPK dan Departemen dalam Negeri).

4. Unit usaha perbankan dengan Sistem Syariah Islam (sesuai dengan kesepakatan bersama antara Mentri Agama, Mentri Koperasi dan

23

(41)

PPK, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, tentang Pemasyarakatan Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah Di lingkungan Pondok Pesantren). Antara lain; 1) Unit usaha simpan pinjam. 2) Unit usaha angkutan. 3) Unit usaha perbengkelan. 4) Unit usaha percetakan. 5) Unit usaha konveksi. 6) Unit usaha lainnya.24

2.3.3. Kendala-Kendala dalam Pemberdayaan Ekonomi di Pondok Pesantren

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Menurut Jusuf Irianto sebagaimana dikutip oleh Rr. Suhartini, masalah kualitas SDM sebetulnya bukan hanya masalah Ponpes saja, tetapi dalam skala yang lebih luas, yakni masyarakat Indonesia secara umum.25 Pada tahun 2000, jumlah

pengangguran di Indonesia mencapai angka yang sangat mengkhawatirkan, sekitar 38,5 juta jiwa. Jumlah ini mengalami kenaikan 1,1 juta jiwa bila dibanding tahun 1999. Salah satu penyebab utama meningkatnya jumlah pengangguran tersebut adalah terbatasnya kemampuan sektor riil dalam menyerap jumlah tenaga kerja yang semakin membesar.26

Bagaimana dengan SDM Ponpes? Tanpa bermaksud intervensi terhadap eksistensi Ponpes. Pesantren, jika

24

Pedoman Pembinaan Dan Pengembangan Koperasi Pndok Pesantren, Jakarta: Deartemen Agama RI, 2003, h. 54

25

Rr. Suhartini, “Problem Kelembagaan Pengembangan Ekonomi Pondok Pesantren”,

Dalam A. Halim et al., Manajeman Pondok Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005, h.

235. 26

(42)

disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, merupakan sistem tertua saat ini dan menghasilkan banyak alumni.27 Akan tetapi secara objektif harus diakui bahwa angka 38,5 juta jiwa pengangguran tersebut, sebagian di antaranya adalah komunitas alumni Ponpes. Kondisi ini sudah barang tentu bukan semata kesalahan para santri, tetapi akan lebih baik bila dilihatnya secara komprehensif, yakni dengan melihat bagaimana SDM pengelola lembaga-lembaga Pendidikan yang ada di Pesantren. Menurut Toto Tasmara ada beberapa nilai yang selama ini menjadi penghambat etos kerja bagi orang Islam, di antaranya adalah: 1) Khurofat dan takhayul. 2) Tak akan lari gunung dikejar, alon-alon asal kelakon. 3) Gampangan, take it easy, bagaimana nanti sajalah. 4) Mangan ora mangan pokoke kumpul. 5) Nrimo-fatalistis. 6) Kerja kasar itu hina. 7) Jimat atau mascot.28

2. Kelembagaan

Secara garis besar, model kelembagaan Ponpes dapat dikategorikan ke dalam dua kategori, sebagai berikut;29

a. Integrated Structural

27

M. Sulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo, Menejemen Pondok Pesantren, Jakarta, DIVA PUSTAKA, 2003, h. 1.

28

Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2005, h. 125-133.

29

(43)

Maksudnya adalah semua unit atau bidang yang ada dalam Ponpes merupakan bagian tak terpisahkan dengan Ponpes. Artinya, semua unit atau bidang dengan berbagai ragam spesifikasi, berada dalam suatu struktur organisasi. Model seperti ini, sebenarnya tidak terlalu bermasalah seandainya masing-masing unit atau bidang memiliki job discription yang jelas, termasuk hak dan kewenangannya. b. Integrated Non-Structural

Maksudnya adalah unit atau bidang usaha yang dikembangkan Ponpes terpisah secara struktural organisatoris. Artinya, setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang independen. Meski demikian, secara emosional dan ideologis tetap menyatu dengan Ponpes. Pemisahan lembaga ini dimaksudkan sebagai upaya kemandirian lembaga, baik dalam pengelolaan atau pengembangannya.

3. Terobosan/Inovasi dan Net-Working

Problem ketiga yang dirasa mendasar adalah kurangnya keberanian Ponpes untuk melakukan terobosan keluar, atau membuat jaringan, baik antar Ponpes maupun Ponpes dengan institusi lain. Kurangnya keberanian ini tidak terlepas dari dua problem yang ada, yaitu SDM dan kelembagaan, akibat lebih

(44)

jauh, Ponpes tidak atau kurang maksimal memfungsikan dirinya sebagai agent of development. .30

2.4. Kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM) 2.4.1. Pengertian Sumber Daya Manusia.

Pengertian sumber daya manusia dalam koperasi adalah sumber daya atau potensi. Atau kekuatan, atau kemampuan yang ada dalam diri manusia, yang menentukan sikap dan kualitas manusia untuk dapat berprestasi dan menjadikan organisasinya tetap hidup dan mampu bersaing.31

Sedangkan pengertian sumber daya manusia strategik dalam koperasi menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian: “sumber daya manusia strategik dalam koperasi adalah sumber daya atau potensi, atau kekuatan atau kemampuan yang ada dalam diri manusia koperasi, yang menentukan sikap dan kualitas manusia koperasi yang mampu berprestasi dan menjadikan koperasi efektif dan efisiensi serta mandiri.32

Menurut Harmein Nasution, bahwa sumber daya manusia ( SDM) di dalam organisasi merupakan kunci keberhasilan organisasi, karena pada dasarnya SDM yang merancang, memasang, mengoperasikan dan memelihara dari system integral tersebut, baik itu input, proses, maupun output.

30

Rr. Suhartini, Op.cit, h. 240-241. 31

Tati Suhartati Joesron, Manajemen Strategik Koperasi, Yogyakara, 2005, h. 107. 32

(45)

Manusia sebagai asset yang akan mengelola sumber daya yang ada dalam organisasi memerlukan manusia yang baik kualitasnya. Sumber daya manusia jika ditinjau dari segi kualitasnya memiliki dua kemampuan, yaitu :

1) Hard Skill : Kemampuan akademik yang dimiliki seseorang. 2) Soft Skill : Kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan

terutama dalam dunia kerja / organisasi.

Kedua kemampuan diatas diperlukan bagi sumber daya manusia dalam menggerakkan dan mengembangkan organisasi. Agar kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan memenuhi standard maka setiap tahapan proses harus direncanakan dan dikendalikan sesuai dengan standard dan spesifikasi yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan organisasi.33

Siapa pun yang mengelola organisasi akan mengelola berbagai tipe sumber daya untuk meraih tujuan organisasi/perusahaan tersebut. Para pakar manajemen mengatakan bahwa untuk dapat berkembang dan berjaya, sebuah organisasi, baik negara maupun perusahaan, harus memiliki power atau daya/kekuatan. Daya/kekuatan tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber daya atau resources yang dapat didayagunakan.34 Sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat

33

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19414/4/Chapter%20II.p df

34

Ahmad S. Ruky, SDM Berkualitas Mengubah VISI Menjadi REALITAS, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, h. 8.

(46)

dikategorikan atas empat tipe sumber daya: finansial, fisik, manusia, kemampuan teknologi dan sistem.35

2.4.2. Pengukuran kualitas sumber daya manusia (SDM) dapat diukur dengan menggunakan teori sebagai berikut:

2.4.2.1 Produktivitas

Untuk mencapai produktivitas kerja yang maksimum, organisasi harus menjamin dipilihnya orang yang tepat dengan pekerjaan yang tepat serta kondisi yang memungkinkan mereka bekerja optimal. Produktivitas dapat diartikan sebagai hasil pengukuran suatu kinerja dengan memperhitungkan sumber daya yang digunakan, termasuk sumber daya manusia.36

Produktivitas dapat diukur pada tingkat individual, kelompok maupun organisasi. Produktivitas juga mencerminkan keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai efektifitas dan efisiensi kinerja dalam kaitannya dengan penggunaannya sumber daya. Orang sebagai sumber daya manusia ditempat kerja termasuk sumber daya yang sangat penting dan perlu diperhitungkan.

Berikut ini ciri-ciri pegawai yang produktif menurut Dale timpe (19989) adalah: 1) Cerdas dan dapat belajar dengan relatif cepat. 2) Kompeten secara profesional. 3)

35

Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: STIE YKPN, 2004, h.4. 36

(47)

Kreatif dan inovatif. 4) Memahami pekerjaan. 5) Belajar dengan cerdik menggunakan logika, efisien, tidak mudah macet dalam bekerja. 6) Selalu mencari perbaikan-perbaikan, tetapi tahu kapan harus terhenti. 7) Dianggap bernilai oleh atasannya. 8) Memiliki catatan prestasi yang baik. 9) Selalu meningkatkan diri.37

2.4.2.2 Sikap dan perilaku 1) Sikap

Sikap yang perlu dipupuk dan dikembangkan dalam merencanakan masa depan yang diinginkan itu ialah sikap yang antisipatif dan proaktif. Sikap demikian berarti banyak hal, antara lain:

a) Mengenali berbagai hal yang berpengaruh terhadap organisasi yang sekarang dominan dampaknya terhadap organisasi dan memperhitungkan sifat dampak tersebut dimasa depan.

b) Mampu mengidentifikasi perkembangan-perkembangan yang sedang terjadi dan menganalisis apakah perkembangan itu bersifat sementara atau langgeng.

c) Mampu melihat kecenderungan-kecenderungan yang timbul dan mengkaitkan

(48)

kecenderungan itu dengan sasaran-sasaran yang diinginkan.

d) Tidak sekedar memberikan reaksi terhadap situasi problematik yang timbul, akan tetapi mampu memperhitungkan sebelumnya.

e) Mampu berpikir dan bertindak proaktif.38 2) Perilaku

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan (goal-oriented) dengan kata lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.39 Melalui tindakan dan belajar, seseorang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap terhadap sesuatu yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilakunya.40 2.4.2.3 Komunikasi.

Menurut Kenneth dan Gary (1992), komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaian informasi antara dua orang atau lebih yang juga meliputi pertukaran informasi antara manusia dan mesin. Komunikasi dalam organisasi dapat di lihat dari sisi komunikasi antar pribadi dan komunikasi organisasi. Komunikasi dapat terjadi karena adanya komponen-komponen, yaitu komunikator yang mengirimkan

38

Sondang P. Siagian, Teori Dan Praktik Kepemimpinan, Jakarta, RINEKA CIPTA, 1991, h. 115

39

J. Winardi, Motivasi Dan Pemotivasian, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2007, h. 32 40

(49)

pesan yang diekspresikan (encoded) melalui berbagai lambang dalam bentuk bahasa. Selanjutnya pesan disampaikan melalui perantara yaitu media komunikasi. Pesan diterima oleh penerima (recipients) yang selanjutnya pesan tersebut ditafsirkan (decoded).41

Teknik berkomunikasi secara efektif, antara lain adalah:

1) Setiap orang dalam organisasi harus mengetahui semua saluran komunikasi yang terdapat dalam organisasi.

2) Mengetahui saluran komunikasi yang terbuka baginya dan bagaimana tata cara penggunaannya.

3) Garis komunikasi seyogyanya langsung dan sesingkat mungkin guna menghindari distorsi dalam proses komunikasi.

4) Harus terdapat kemungkinan untuk menggunakan semua jalur formal dengan mengindahkan hirarki organisasi yang berlaku.

5) Garis komunikasi hendaknya diusahakan agar tidak terganggu meskipun berbagai kegiatan berlangsung dalam organisasi yang bersangkutan.

6) Otentisitas komunikasi hendaknya terjamin.

41

(50)

7) Orang yang bertindak sebagai pusat komunikasi hendaknya terdiri dari orang yang terampil.42

2.4.2.4 Hubungan (Relationships).

Berhubungan (Bersilahturrahmi), berarti membuka peluang dan sekaligus mengikat simpul-simpul informasi dan menggerakkan kehidupan. Manusia yang tidak atau enggan bersilahturrahmi untuk membuka cakrawala pergaulan sosialnya atau menutup diri dan asyik dengan dirinya sendiri, pada dasarnya ia sedang mengubur masa depannya.43

Hal tersebut sama juga dalam suatu organisasi, bahwa hubungan dalam organisasi banyak terkait dengan rentang kendali (span of control) yang diperlukan organisasi karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki manusia yang dalam hal ini adalah atasan. Rentang kendali adalah jumlah bawahan langsung yang dapat dipimpin dan dikendalikan secara efektif oleh atasan. Rentang kendali seseorang pemimpin jumlahnya relatif, akan tetapi beberapa buku menyatakan bahwa tidak lebih dari 10 orang, tergantung pada faktor-faktor:44 1) Sifat dan rincinya rencana-rencana kerja. 2) Latihan-latihan dalam perusahaan. 3) Posisi pemimpin dalam struktur organisasi. 4) Dinamis atau statisnya organisasi. 5) Kemampuan dan handalnya alat komunikasi. 6) Tipe pekerjaan yang dilakukan. 7)

42

S.P. Siagian, Teknik Menumbuhkan Dan Memelihara Perilaku Organisasional, Jakarta,CV Haji Masagung, 1987, h. 50

43

K.H. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta, GEMA INSANI, 2002, h. 131

(51)

Kecakapan dan pengalaman manajer. 8) Tingkat kewibawaan dan energi manajer dan. 9) Dedikasi dan partisipasi bawahan.

2.5. Masalah Koperasi Dan Sumber Daya Manusia Koperasi

Koperasi berkiprah dan bersaing dipasar bebas (free market). Akses yang terbuka adalah suatu kunci yang diperlukan agar bisa berkiprah secara optimal dipasar. Koperasi adalah salah satu mekanisme penting untuk memasuki pasar. Menurut Peter Devis (1999), dalam bukunya “managing the cooperative difference” dalam banyak hal ini koperasi banyak berjuang untuk bersaing dengan satu lebih alasan sebagai berikut.

1) Terdapat tumpang tindih pelayanan dan fungsi didalam gerakan koperasi, karena koperasi tidak melakukan merger dan konsolidasi yang cukup cepat untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang kompetitif.

2) Koperasi berkembang secara lambat di dalam sektor bisnis dan informasi yang secara teknologi berkembang secara cepat.

3) Hanya sedikit koperasi primer yang beroperasi secara nasional atau bahkan masuk ke dalam perdagangan internasional.

4) Kebanyakan koperasi beroperasi dengan” value added” yang rendah ketika terkait dalam rantai jaringan bisnis atau industri.

5) Koperasi dicirikan oleh sangat rendahnya semangat kewirausahaan atau budaya, sehingga menyebabkan hilangnya peluang dan rendahnya inovasi.

(52)

6) Koperasi kekurangan komitmen atau keadaan terhadap kebutuhan untuk mengembangkan manajemen eksekutif dan pada umumnya tidak menyadari peran krusial kepemimpinan di dalam memperjuangkan dan mempertahankan tujuan dan nilai-nilai koperasi.45

Masalah utama sumber daya manusia koperasi terletak bukan pada kantitas tetapi pada kualitas. Masalah kualitas pada dasarnya adalah akibat dari masih lemahnya menejemen porsonalia di koperasi.

2.6. Kinerja

2.6.1 Arti kinerja

Menurut media massa Indonesia bahwa istilah kinerja ini diberi padanan kata dalam bahasa Inggris yakni ”performance”.46 Apakah arti peformance tersebut? Menurut the Scribner-Bantam English Dictionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada tahun 1979, arti kata performance merupakan kata benda (noun) dimana salah satu ”entry”-nya adalah ”thing done” (suatu hasil yang telah dikerjakan”.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka arti performance atau kinerja adalah sebagai berikut: ”performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka

45

Husein Umar, Opcit, h. 110. 46

Suryadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1999, h. 1.

(53)

mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”.47

Dalam hal ini koperasi yang notabennya merupakan badan usaha yang berorietasi pada kesejahteraan anggotanya, maka harus bisa memaksimalkan laba sebagai SHU di akhir tahun. Maka untuk memaksimalkan laba dan memantau perkembangan koperasi, pengelola harus mengadakan evaluasi dan membenahi permasalahan- permasalahan yang ada. Salah satu ujung tombak pemaksimalan laba adalah kinerja pemasaran (penjualan).

Menurut Menon, Bharadwaj, dan Howell, kinerja pemasaran (Marketing performance), dapat didefinisikan sebagai usaha pengukuran tingkat kinerja terhadap kinerja strategi yang dihasilkan dengan keseluruhan kinerja yang diharapkan, penjualan dan keuntungan. Dalam pengertian yang lain Augusty menyatakan bahwa kinerja pemasaran merupakan konsep untuk mengukur prestasi pemasaran suatu produk sebagai hasil dari sebuah strategi perusahaan. Selanjutnya Voss dan Voss, mendefinisikannya sebagai usaha pengukuran tingkat kinerja meliputi omzet penjualan, jumlah pelanggan, keuntungan dan pertumbuhan penjualan.

Dengan demikian, kinerja pemasaran merupakan konsep yang penting untuk mengetahui prestasi pasar suatu produk. Setiap perusahaan berkepentingan untuk mengetahui prestasi pasar dari

47 Ibid, h. 2.

Gambar

Gambar 2.8. Kerangka pikir pengaruh kualitas sumber daya manusia  (SDM)  pengelola koperasi terhadap kinerja koperasi pondok pesantren
Tabel Pengukuran Variabel
Table Koperasi Pondok Pesantren Yang Aktif Dan Kurang Aktif   di Kabupaten Demak.
Tabel 4.1 Populasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian hipotesis secara parsial dengan uji t dan secara bersama-sama dengan uji f, di peroleh bahwa t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima dan f hitung

Untuk pengujian hipotesis secara simultan diperoleh nilai F-hitung sebesar 22,435 > F-tabel 2,69 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif nilai-nilai

Uji regresi parsial (t-test) berguna untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa secara parsial penempatan sumber daya manusia, lingkungan kerja fisik dan

Apabila nilai t hitung > t tabel dengan tingkat signifikan < 0,05 terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel

1) Jika t hitung > t tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti physical evidence berpengaruh secara nyata dalam meningkatkan Loyalitas Anggota Kopersi

Dari hasil perhitungan uji korelasi diperoleh hasil r hitung 0,656 sedangkan r tabel dengan N = 10, diperoleh r tabel 0,632 yang berarti bahwa nilai r hitung > r tabel

Berdasarkan uji hipotesis (uji t) didapat nilai t hitung variabel Kualitas Pelayanan sebesar 11.862 dan t tabel 2.010, dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga

Terlihat t- tabel lebih besar dari t-hitung, maka H 0 diterima, Ha ditolak yang berarti bahwa tamatan pendidikan ketua pengawas koperasi berpengaruh