• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KROMOSOM TANAMAN MATA KUCING (Dimocarpus malesianus Leenh.) DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BUAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KROMOSOM TANAMAN MATA KUCING (Dimocarpus malesianus Leenh.) DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BUAH"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

STUDI KROMOSOM TANAMAN MATA KUCING

(Dimocarpus malesianus Leenh.) DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BUAH

Oleh :

HARDIAN NINGSIH H 0106063

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

(2)

commit to user

STUDI KROMOSOM TANAMAN MATA KUCIN (Dimocarpus malesianus

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Jurusan/Program Studi Agronomi

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

ii

STUDI KROMOSOM TANAMAN MATA KUCING

Dimocarpus malesianus Leenh.) DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BUAH

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh :

HARDIAN NINGSIH H 0106063

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

(3)

commit to user

iii

STUDI KROMOSOM TANAMAN MATA KUCING

(Dimocarpus malesianus Leenh.) DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BUAH

yang dipersiapkan dan disusun oleh Hardian Ningsih

H0106063

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal : 6 Juli 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Ketua Dr. Ir. Djati W.D., MS NIP. 195102021980031003 Anggota I Dr. Ir. Parjanto, MS NIP. 196203231988031001 Anggota II

Prof.Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS NIP 196107171986011001 Surakarta, Mei 2011

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 195512171982031003

(4)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul STUDI KROMOSOM TANAMAN MATA KUCING (Dimocarpus malesianus Leenh.) DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BUAH. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian UNS.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidaklah lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Ir. Wartoyo S.P., MS selaku Ketua Jurusan Program Studi Agronomi FP UNS serta selaku pembahas yang telah memberikan saran dan sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi ini

3. Dr. Ir. Djati Waluyo Djoar., MS selaku Pembimbing Utama Skripsi dan selaku ketua penelitian yang telah menyediakan dana penelitian kepada penulis sehingga penelitian ini dapat dilakukan dengan baik.

4. Dr. Ir. Parjanto., MP selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan kesabaran serta dukungan dan motivasi yang tinggi selama penulisan skripsi

5. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus., MS, selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan dalam penulisan skripsi

6. Ir. Trijono D.S., MP selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan nasehat selama penulis menyelesaikan studinya

7. Dr. Ir. Endang Yuniastuti, MSi, terima kasih bimbingan, saran, masukan yang diberikan kepada penulis

8. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian UNS yang tidak dapat dituliskan satu-persatu, terimakasi atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis

(5)

commit to user

v

9. Seluruh laboran dan karyawan yang ada di Fakultas Pertanian UNS, serta dan laboran laboratorium Biologi FMIPA UNS yang telah membantu selama penelitian penulis berlangsung

10. Widya

11. Ibunda tercinta, adikku tersayang, dan keluarga atas segala dukungan baik material maupun spiritual

12. Rekan – rekan sesama penelitian kromosom, Irma, Awista, Isabella, Andri 13. Saudaraku seperjuangan IMAGO06 Fakultas Pertanian UNS, Ipeh, Hera,

Dadang, Avis, Nasrudin, Fatla, Rony dan semua tanpa terkecuali 14. Teman, sahabat, rival, kakak, calon, Andrian Widhianto

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2011

(6)

commit to user vi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix RINGKASAN... ... x SUMMARY... ... xii I. PENDAHULUAN... ... 1 A. Latar Belakang... B. Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... 1 2 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

(7)

commit to user vii Leenh.)... B. Kromosom... ... 5 III. METODE PENELITIAN... A. Waktu dan Tempat

Penelitian... B. Bahan dan Alat... C. Cara Kerja Penelitian... D. Analisis Data... 11 11 11 11 14

IV. HASIL DAN

PEMBAHASAN... A. Jumlah Kromosom... B. Ukuran Kromosom... C. Bentuk Kromosom... D. Kariotipe Kromosom... E. Perbandingan Kromosom Mata Kucing (D.malesianus) dan

Kelengkeng (D.longan)... ... 15 15 17 18 19 21 V. KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan... ... 23 23 23

(8)

commit to user viii B. Saran... ... DAFTAR PUSTAKA... 24 LAMPIRAN... ... 27 v

(9)

commit to user ix DAFTAR TABEL Nomo r Judul Halama n

1. Bentuk kromosom berdasarkan rasio lengan

kromosom... ...

13

2. Rata-rata panjang pasangan kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus)... ...

17

3. Rata-rata nisbah lengan dan bentuk kromosom tanaman mata kucing

(D.malesianus)...

18

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Pohon mata kucing

(D.malesianus)...

4

2. Bentuk kromosom berdasarkan letak sentromer...

6

3. Tahap-tahap

mitosis………...

8

4. Sel-sel menunjukkan penyebaran kromosom secara baik,

jumlah kromosom mata kucing

(D.malesianus)...

16

5. Karyogram kromosom tanaman mata kucing

(D.malesianus)...

20

6. Idiogram kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus) disusun berdasarkan rata-rata panjang dan bentuk kromosom...

21

(11)

commit to user xi DAFTAR LAMPIRAN Nomo r Judul Halama n

1. Gambar tanaman dan buah mata kucing

(D.malesianus)... ...

27

2. Gambar alat dan bahan

penelitian...

29

3. Tabel ukuran panjang kromosom (µm) dari 6 sel tanaman

mata kucing

(D.malesianus)...

31

4. Tabel rata-rata panjang pasangan kromosom, nisbah lengan, dan bentuk kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus)...

33

5. Gambar ideogram kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus) berdasarkan rata-rata panjang dan bentuk kromosom... ...

33

6. Kromosom dan karyogram tanaman mata kucing

(D.malesianus) MK1, 2n = 14

...

34

7. Kromosom dan karyogram tanaman mata kucing

(D.malesianus) MK2, 2n = 14

...

35

8. Kromosom dan karyogram tanaman mata kucing

(D.malesianus) MK3, 2n = 14

...

36

9. Kromosom dan karyogram tanaman mata kucing

(D.malesianus) MK4, 2n = 14

...

(12)

commit to user

xii

10 Kromosom dan karyogram tanaman mata kucing

(D.malesianus) MK5, 2n = 14

...

38

11 Kromosom dan karyogram tanaman mata kucing

(D.malesianus) MK6, 2n = 14

...

39

(13)

commit to user

xiii

STUDI KROMOSOM TANAMAN MATA KUCING

(Dimocarpus malesianus Leenh.) DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BUAH

HARDIAN NINGSIH H 0106063 RINGKASAN

Tanaman mata kucing (Dimocarpus malesianus) merupakan tanaman yang dimanfaatkan buahnya. Buah tersebut memiliki rasa yang manis, biasanya dimakan dalam keadaan segar. Ketika musim berbuah, buah mata kucing diperdagangkan di wilayah Pulau Kalimantan. Nama mata kucing digunakan karena isi buah dan bijinya mirip dengan mata kucing yang bersinar.

Pustaka yang ada, belum ada penelitian yang melaporkan jumlah kromosom dan susunan genetik tentang tanaman mata kucing secara akurat. Pengetahuan tentang informasi genetik tanaman mata kucing sebagai usaha perbaikan kualitas tanaman tersebut melalui kegiatan pemuliaan. Studi kromosom tanaman mata kucing merupakan aspek penting yang dapat berkontribusi sebagai dasar pemuliaan tanaman tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai Mei 2010 sampai dengan Maret 2011. Penelitian ini menggunakan metode squashing, dengan pra-perlakuan aquades selama ± 24 jam dalam referigator 50C, fiksasi dengan larutan asam asetat 45 % dalam suhu ruang selama ± 1 jam, dan hidrolisis menggunakan HCl 1N dalam suhu ruang selama ± 5 menit, serta pewarnaan dalam larutan aceto orcein 2% selama 24 jam dalam suhu referigator 50C. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya terhadap sejumlah sel-sel yang menunjukkan penyebaran kromosom secara baik, difoto serta dibuat

(14)

commit to user

xiv

mikrografinya. Mikrografi tersebut yang selanjutnya digunakan untuk pengamatan jumlah dan morfologi kromosom.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kromosom tanaman mata kucing adalah 2n = 2x = 14. Panjang kromosom tanaman mata kucing berkisar antara 1.38 ± 0.28 µm sampai dengan 2.18 ± 0.22 µm. Rumus kariotipe tanaman mata kucing adalah 2n = 14 = 14 m, yaitu terdiri dari 14 kromosom berbentuk metasentrik. Nilai indeks asimetri intrakromosomal (A1) tanaman mata kucing (D.malesianus) adalah 0.28± 0.03 dan nilai indeks asimetri interkromosomal (A2) yaitu 0.16 ± 0.03.

(15)

commit to user

xv

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tanaman mata kucing (Dimocarpus malesianus) merupakan tanaman yang dimanfaatkan buahnya. Tanaman mata kucing berbuah sekitar bulan Desember sampai dengan Februari. Ketika musim berbuah, buah mata kucing diperdagangkan di wilayah Pulau Kalimantan dengan harga sebesar Rp 20.000,00 – 25.000,00 per kilogram. Sampai saat ini belum ada buah mata kucing yang dirilis pemerintah dan diperdagangkan di luar Pulau Kalimantan (Dermawan, 2005).

Buah tersebut memiliki rasa yang manis, biasanya dimakan dalam keadaan segar. Salah satu manfaat buah mata kucing, bila dimakan secara teratur, dalam kondisi segar yaitu dapat mengurangi demam, menambah nafsu makan, mencegah anemia, dan pemutihan rambut dini. Buah tanaman mata kucing (D.malesianus) merupakan salah satu komoditas yang memiliki potensi besar dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan (Saraswati, 2009).

Meskipun buah mata kucing memiliki manfaat dan bernilai ekonomis akan tetapi termasuk tanaman langka. Hal ini dikarenakan tanaman mata kucing sampai saat ini belum dibudidayakan. Tanaman mata kucing (D.malesianus) tumbuh masih liar, baik yang tumbuh dalam hutan ataupun yang tumbuh di perkarangan hanya dibiarkan tumbuh sehingga tidak adanya usaha perawatan guna perbanyakan tanaman. Tanaman yang ada hanya tanaman-tanaman yang sudah tua serta tidak adanya tanaman muda atau pembibitan, keberadaannya semakin berkurang akibat perkembangan teknologi seperti perombakan hutan untuk daerah pemukiman baru.

Dengan demikian perlunya mempertahankan keberadaan tanaman mata kucing (D.malesianus) sebagai buah yang memiliki prospek. Langkah

(16)

commit to user

xvi

awal dalam pelestarian antara lain dengan mengetahui informasi morfologi dan genetika tanaman mata kucing (D.malesianus), khususnya kromosom.

Belum diketahuinya informasi genetik, khususnya yang erat kaitannya dengan kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus), merupakan hambatan dalam pemuliaan tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian guna mempelajari kromosom tanaman mata kucing. Studi kromosom tanaman mata kucing merupakan aspek penting yang dapat berkontribusi sebagai dasar pemuliaan tanaman tersebut.

B. Perumusan Masalah

Pengetahuan tentang informasi genetik tanaman mata kucing akan membantu mengetahui hubungan kekerabatan tanaman guna mempermudah pengembangan pemuliaan tanaman lebih lanjut sehingga diharapkan dapat memperbaiki kualitas tanaman mata kucing. Studi tentang susunan genetik tanaman tersebut, dapat memberikan informasi jumlah, ukuran, dan bentuk serta kariotipe.

Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini:

1. Bagaimanakah susunan kromosom tanaman mata kucing (Dimocarpus malesianus)?

2. Apakah susunan kromosom tanaman mata kucing mempunyai kemiripan dengan kelengkeng (Dimocarpus longan) yang termasuk dalam satu genus (marga) yang sama?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari susunan kromosom tanaman mata kucing (Dimocarpus malesianus) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar program kegiatan pada pemuliaan tanaman tersebut.

(17)

commit to user

xvii

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mata kucing (Dimocarpus malesianus Leenh.) 1. Taksonomi dan morfologi mata kucing

Menurut Anonim (2005) secara taksonomi tanaman mata kucing, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Classis : Dicotyledoneae Ordo : Sapidales Familia : Sapindaceae Genus : Dimocarpus

Species : Dimocarpus malesianus Leenh.

Dimocarpus malesianus merupakan nama latin tanaman mata kucing. Nama mata kucing digunakan karena isi buah dan bijinya mirip dengan mata kucing yang bersinar. Buah ini memiliki beberapa sebutan Ihau (Kalimantan), sedangkan masyarakat Dayak Kenyah di Tering Kabupaten Kutai Barat menyebutnya Buku, Bidare (Kalimantan Barat) (Saraswati, 2009).

Di daerah asalnya, di sepanjang sungai di Kalimantan, tanaman mata kucing (Dimocarpus malesianus) merupakan pohon yang dapat tumbuh dengan ketinggian mencapai 30–50 meter. Tajuk pohonnya kompak mirip dengan kelengkeng diamond river. Diameter batangnya hingga sekitar 1 meter (gambar 1). Berdaun majemuk, dengan 2-6 pasang anak daun. Daunnya berwarna hijau terang, lanset, dan panjang tetapi tepi

(18)

commit to user

xviii

daun tidak bergelombang seperti diamond river. Perbungaan terminal, panjang 8 - 40 cm, berbulu padat; braktea nyata. Bunga coklat kuning, mahkota bunga berbulu padat sampai gundul, benang sari 6 - 10. Buah tanaman ini mirip kelengkeng (Paimin, 2003), dengan bentuk buah pelok, bergaris tengah 1 - 3 cm, bulat; kulit buah halus sampai berbintilan, kadang-kadang berbutiran, coklat kekuningan. Biji bulat dengan testa yang coklat kehitaman mengkilat, ditutupi daging buah tipis yang berwarna putih bening (Prohati,2011).

Gambar 1. Pohon mata kucing (Helmina, 2007) 2. Daerah penyebaran mata kucing

Di Indonesia diduga terdapat 329 jenis buah-buahan (terdiri dari 61 suku dan 148 marga) terdiri dari jenis asli Indonesia maupun pendatang (introduksi). Di kawasan Asia Tenggara dilaporkan terdapat sekitar 400 jenis buah-buahan yang dapat dimakan. Dengan demikian lebih dari tiga perempatnya jenis-jenis buah-buahan yang dilaporkan terdapat di kawasan Asia Tenggara tersebut telah ditemukan di Indonesia (Rifai, 1986).

(19)

commit to user

xix

Salah satu tanaman buah asli Indonesia yang belum banyak dikenal dan dimanfaaatkan secara maksimal adalah mata kucing, buah ini merupakan buah langka asli Kalimantan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada Maret 2007 dalam Tahan uji nya yang dipublikasikan dalam Biodiversitas mempublikasikan Mata kucing termasuk dalam salah satu keanekaragaman jenis buah-buahan Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan.

Mata kucing tumbuh tersebar di seluruh kawasan di Indo Cina dan Malesia, variasi yang paling besar terdapat di Kalimantan. Menurut Uji, T. (2007) merupakan tanaman khas Kalimantan Timur tetapi tidak menutup kemungkinan tersebar di hutan-hutan Indonesia. Jenis pohon ini tumbuh terutama di hutan-hutan primer ataupun di hutan sekunder dengan curah hujan berkisar dari 2500 - 4000 mm atau lebih per tahun dengan rata-rata suhu udara 25 - 30°C dan kelembaban relatif 65 - 95%. Di Sarawak, pohon ini tumbuh di tanah aluvial, sering kali juga di pinggir-pinggir sungai. Di daerah lainnya pohon Ihau tumbuh pada berbagai tipe tanah dengan pH berkisar 4,5 - 6,5(Prohati, 2011).

B. Kromosom

1. Spesifikasi Kromosom Spesies

Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di mana informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma yang berarti warna dan soma yang berarti badan Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer / kinekthor yang merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom yang mengandung kromonema dan gen berjumlah dua buah (Crowder, 1991). Dalam Wikipedia (2007), setiap kromosom memiliki dua lengan, yaitu pendek yang disebut lengan p (dari bahasa Perancis petit yang berarti kecil) sedangkan lengan yang satu yaitu lengan q (q mengikuti p dalam alphabet).

(20)

commit to user

xx

Pada sentromer terdiri atas nukleoprotein. Pada permukaan sentromer terdapat kinetokor yaitu bagian yang nantinya akan ditarik oleh benang spindel pada fase anaphase dari pembelahan inti. Berdasarkan letak sentromernya kromosom dapat di bedakan menjadi beberapa bentuk yaitu :

a. Telosentrik : Bentuk kromosom dengan posisi sentromer terletak di ujung kromosom, sehingga kromosom hanya terdiri dari sebuah lengan dan berbentuk lurus menyerupai batang.

b. Akrosentrik : Bentuk kromosom dengan posisi sentromer di dekat ujung kromosom (subterminal), sehingga kromosom tidak membengkok melainkan tetap lurus. Lengan kromosom terbagi menjadi 2. Satu lengan sangat pendek dan yang satunya sangat panjang.

c. Submetasentrik : Bentuk kromosom dengan posisi sentromer di arah salah satu ujung kromosom (submedian), sehingga kromosom terbagi menjadi 2 lengan yang tidak sama panjang dan mempunyai bentuk seperti huruf J

d. Metasentrik : Bentuk kromosom dengan posisi sentromer ditengah kromosom (median), sehingga kromosom terbagi menjadi 2 lengan yang sama panjang dan mempunyai bentuk seperti huruf V

(21)

commit to user

xxi

Gambar 2. Bentuk kromosom berdasarkan letak sentromer (Russell,1996 ).

Tiap-tiap kromosom disusun oleh matrika yang bersifat non genik dan mengandung protein dan dua helai benang halus berkelok-kelok yang disebut kromonema. Dalam kromonema terdapat butiran-butiran yang berbeda-beda ukurannya, disebut kromomer. Kromonema beserta butiran-butiran kromomer inilah yang bersifat “genik” yang membawa sifat-sifat keturunan. Pada suatu tempat tertentu, tiap-tiap kromosom mempunyai daerah yang menyempit dan di situ terdapat bagian yang bentuknya membulat dan dalam pewarnaan hampir tidak diwarnai, sehingga kelihatan bening. Daerah ini disebut sentromer atau kinetokhor, dan berfungsi untuk mengendalikan pergerakan kromosom dalam pembagian sel (Heddy, 1987).

Bentuk, ukuran, dan jumlah kromosom setiap spesies pada dasarnya adalah selalu tetap, sehingga sangat bernilai secara tidak langsung untuk mengetahui susunan genetik suatu jenis tanaman, maupun secara lagsung, yakni melalui penerapan teknik sitogenetik untuk perbaikan sifat tanamn (Parjanto et al., 2003) selain itu, pengetahuan bentuk dan jumlah kromosom juga untuk mengetahui normal atau tidaknya susunan genetis individu atau populasi yang bersangkutan (Yatim, 1987).

(22)

commit to user

xxii

Untuk mempermudah pengembangan pemuliaan tanaman maka diperlukan juga deskripsi tanaman berdasarkan analisis sitologinya. Pengamatan sifat genetik berdasarkan uji sitologis tersebut akan sangat diperlukan untuk memberikan informasi yang akurat mengenai sifat genetik pada suatu tanaman (Akagi et al., 1996).

Mempelajari sitogenetika terkait dengan proses pembelahan sel. Pembelahan sel terdiri dari pembelahan mitosis dan meiosis. Meiosis merupakan proses yang mengakibatkan reduksi jumlah krmosom menjadi 1n, gamet jantan dan betina mempunyai jumlah kromosom haploid. Pembelahan meiosis berlangsung dalam 2 tahap terpisah yaitu Meiosis I dan Meiosis II (Crowder, 1991).

(23)

commit to user

xxiii

Gambar 3. Tahap-tahap mitosis (Caroline, D., 2009).

2. Cara Identfikasi Kromosom

Karakteristik kromosom dari sel somatik (mitosis) lebih stabil secara morfologi dibandingkan dari sel meiosis. Selain itu, struktur penanda seperti satelit, penyempitan posisi sentromer, dan panjang lengan kromosom lebih akurat bila ditentukan dalam sel mitosis. Oleh karena itu, analisis kariotipe kromosom lebih baik jika dilakukan berdasarkan sel somatis dalam kondisi mitosis (Setyawan dan Sutikno, 2000).

(24)

commit to user

xxiv

Menurut Suryo (1995), fase yang paling mudah digunakan untuk menghitung banyaknya kromosom dan mempelajari morfologinya adalah ketika kromosom mengalami pembelahan mitosis pada tahap metafase awal. Pada fase tersebut ukuran kromosom jauh lebih panjang dan struktur kromosom tampak lebih jelas dibandingkan dengan sel-sel tahap lainnya.

Bahan yang diambil untuk selanjutnya dilakukan perlakukan bertujuan untuk mengamati kromosom tanaman tersebut yaitu digunakan bagian tanaman yang meristematis, dipotong ± 5 mm. Seperti ujung akar, ujung batang, primordial daun, petala muda, ovulum muda, dan kalus (Daernadi, 1991 cit. Setyawan dan Sutikno, 2000). Ujung akar digunakan sebagai bahan sediaan, menggunakan ujung akar memiliki, keunggulan dibanding bahan lain dari tumbuhan karena pada saat pengamatan kromosom tidak akan terganggu dengan adanya kloroplas maupun organel (Parjanto, et al., 2003).

Pra perlakuan bisa dilakukan dengan mengunakan air suling dan zat kimia. Zat kimia yang dapat digunakan di antaranya, kolkhisin, acenaphtnene, caumarin. Pra perlakuan dilakukan untuk pemisahan dan penguraian kepadatan kromosom, penjernihan sitoplasma, dan melunakkan jaringan., yang memungkinkan untuk dapat mengamati kromosom dengan jalan menguraikan bagian-bagian yang lebih menggumpal, juga untuk lebih memungkinkan penetrasi dari fiksatif dengan jalan melepaskan berbagai deposit yang mengganggu pada tisu, serta untuk mempelajari struktur spiral pada kromosom dan lainnya (Gunarso, 1988;Suryo, 1995). Parjanto et al., (2003) menyatakan, pra-perlakuan dalam air dingin pada suhu 5-10oC selama 24 jam menghasilkan sediaan mikroskopis dengan kromosom yang sangat menyebar.

Fiksasi diperlukan untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan agar tetap pada tempatnya serta tidak menyebabkan terjadinya perubahan pada komponen sel. Larutan yang dapat digunakan sebagai larutan fiksatif yaitu formalin, asam asetat, eter (Gunarso, 1988).

(25)

commit to user

xxv

HCl atau asam klorida memiliki kemampuan melarutkan lamela tengah sangat tinggi. Melarutkan lamela tengah merupakan dasar pemikiran dari metode squash, sehingga sel dapat dipisah-pisahkan hingga ketebalan tinggal selapis saja (Setyawan dan Sutikno, 2000 cit. Jumilakhir, S., 2009).

Pewarnaan kromosom dapat dilakukan dengan merendam cuplikan akar pada larutan aceto orcein 2% selama 24 jam pada suhu kamar. Cara ini dapat menghasilkan pewarnaan yang baik dan jelas untuk pengamatan bentuk dan ukuran kromosom (Parjanto et al., 2003). Selain aceto orcein yang dapat digunakan dalam pewarnaan kromosom yaitu, iron aceto-carmin, safranin, dan lain-lain (Gunarso, 1988). Pada saat kromosom mengadakan kontraksi sehingga menjadi lebih tebal dan dapat menyerap zat warna lebih baik. Akibatnya kromosom mudah untuk diamati (Suryo, 2003).

Metode analisis sitologi dan sitogenetika sangat banyak dan perhatian utamanya ditujukan pada kromosom khususnya saat mitosis, baik dengan teknik konvensional (squashing) ataupun dengan teknik terbaru (banding, in situ hibridisation sitophotometry and autoradiography) (Jahier, et al.,1996). Banyak teknik atau metode yang dapat dipilih untuk pengamatan kromosom diantaranya metode utuh, metode apusan (smear), metode tekan (squash), dan metode sayatan permanen (Anonim, 2006).

Metode pencet (squash) adalah sebuah metode untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara memencet suatu potongan jaringan atau organisme secara keseluruhan, sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat diamati dibawah mikroskop. Metode ini merukan metode sederhana yang sering dipakai dalam laboratorium botani (Suntoro, 1983).

(26)

commit to user

xxvi

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei 2010 sampai Maret 2011, bertempat di Laboratorium Fisiologi dan Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta .

B. Bahan dan Alat 1. Bahan Penelitian

a. Bahan utama : Benih mata kucing yang dikecambahkan.

b. Bahan kimia : Aquades, asam asetat glacial 45%, HCl, larutan aceto orcein 2%, gliserin, cat kuku, dan minyak imersi.

2. Alat

a. Penanaman : polibag ukuran 18 x 25 cm, saringan, pengaduk tanah, dan alat penyiram

b. Perlakuan : botol flakon, gelas beker, pipet tetes, gunting

c. Pembuatan preparat kromosom : gelas benda, gelas penutup, jarum pentul, pensil berpenghapus karet, kuas, pipet tetes, pinset, lemari pendingin, kertas tisu, kertas label dan mikroskop cahaya.

C. Cara Kerja Penelitian Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan analisis sitologi yang disajikan secara deskriptif dengan metode squash.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan

Benih mata kucing (D. malesianus) dikecambahkan dalam polibag.

Pengambilan bahan

Bahan sediaan diambil dengan cara memotong bagian akar yang meristematis, yaitu sekitar 5 mm dari ujung akar. Pemotongan akar dilakukan pada pagi hari, pukul 07.00–09.00 WIB.

(27)

commit to user

xxvii Pra-perlakuan

Cuplikan akar yang telah dipotong dan dicuci bersih kemudian direndam dalam botol flakon yang berisi aquades selama ± 24 jam, dalam refrigerator dengan suhu ± 50C. Sebelum difiksasi cuplikan akar dicuci sebanyak 3 kali menggunakan aquades.

Fiksasi

Fiksasi dilakukan dengan merendam cuplikan akar tersebut dalam larutan asam asetat 45 % (asam asetat 45 ml dan 55 ml aquades diaduk hingga larut) dan disimpan dalam suhu kamar selama 1 jam, kemudian setelah proses perendaman dalam larutan fiksasi selesai, dilakukan pencucian yaitu dengan membuang larutan asam asetat 45% dari botol flakon berisi potongan ujung akar tersebut, selanjutnya dicuci untuk menghilangkan atau mencuci preparat dengan aquades sebanyak 3 kali pencucian, dilanjutkan dengan tahap hidrolisis.

Hidrolisis

Hidrolisis dilakukan dengan cara merendam cuplikan akar tersebut dalam HCl 1 N (HCl pekat 1 bagian ditambah 11 bagian aquades, digojok hingga larut) disimpan dalam suhu kamar selama 5-10 menit. Kemudian dicuci dengan aquades 3 kali, lalu dilakukan pewarnaan.

Pewarnaan

Pewarnaan yaitu dengan merendam cuplikan akar dalam larutan aceto orcein 2% (asam asetat glacial 45ml dipanaskan perlahan hingga hampir mendidih 90–1000C, ditambah 2 gram orcein, didihkan ± 10 menit, sambil diaduk, dinginkan, lalu tambahkan 55ml aquades, dan digojok hingga larut) selama ± 24 jam, dalam suhu kamar.

Squashing (Pemencetan)

Selanjutnya squashing, ujung akar diambil sebanyak 1-2 buah dengan kuas, diletakkan di atas gelas benda dan dipotong hingga tersisa 1-2 mm dari ujung akar. Potongan tersebut ditetesi dengan gliserin, ditutup gelas penutup dan diketuk-ketuk hingga hancur

(28)

commit to user

xxviii

merata, lalu dilakukan penyegelan. Kelebihan gliserin ditepi gelas penutup dibersihkan dengan kertas tissue. Untuk melindungi preparat, gelas penutup disegel dengan cat kuku bening (Anggarwulan et al., 1999).

Pengamatan

Mengamati jumlah kromosom, panjang kromosom, pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya. Penghitungan jumlah kromosom dilakukan dengan perbesaran 1000 kali.

Variabel Pengamatan a. Jumlah kromosom

Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya. Pengamatan kromosom dilakukan dengan perbesaran 1000 kali. Pengamatan jumlah kromosom dapat dilakukan, dengan menghitung langsung ketika kromosom tampak jelas pada mikroskop cahaya atau dapat dengan menghitungnya melalui hasil pemotretan.

b. Ukuran kromosom

Setelah didapatkan gambar kromosom yang diamati dengan mikroskop cahaya, maka didapat panjang lengan panjang (q), panjang lengan pendek (p), dan panjang total kromosom (q+p).

c. Bentuk kromosom

Ditentukan berdasarkan rasio panjang lengan kromosom (r=q/p), mengacu pada cara Ciupercescu et al. (1990) cit. Parjanto et al., (2003), yang tertuang pada tabel 1.

Tabel 1. Bentuk kromosom berdasarkan rasio lengan kromosom Bentuk kromosom Rasio lengan

Metasentrik (m) Submetasentrik (sm) Akrosentrik (t) Telosentrik (T) 1,0 < r ≤ 1,7 1,7 < r ≤ 3,0 3,0 < r ≤ 7,0 ≥ 7,0 d. Kariotipe

Penyusunan kariotipe kromosom tanaman mata kucing dinyatakan dalam bentuk karyogram dan idiogram. Karyogram

(29)

commit to user

xxix

merupakan penyusunan kromosom secara berurutan dari ukuran terpanjang sampai terpendek dan memasangkan masing-masing kromosom pada kromosom homolognya, sedangkan idiogram disusun dengan menyatukan pasangan kromosom berdasarkan rata-rata panjang total dan bentuk kromosom. Selanjutnya rumus kariotipe kromosom tanaman mata kucing dapat ditentukan.

Analisis Data

Data sitologi dianalisis dan ditampilkan secara deskriptif. Hasil analisis data sitologi dinyatakan dalam sifat-sifat morfologi kromosom (jumlah, ukuran, serta bentuk kromosome), kariotipe, dan idiogram. Kariotipe disusun dengan cara masing-masing kromosom pada setiap sel dipotong dan ditata berurutan dari ukuran terpanjang sampai terpendek berdasarkan kemiripan yaitu atas dasar nisbah lengan panjang dan lengan kromosom. Idiogram disusun berdasar rata-rata data pengamatan panjang dan nisbah lengan masing-masing kromosom.

Untuk mempelajari kemiripan susunan kromosom tanaman mata kucing dengan kelengkeng dilakukan dengan membandingkan kromosom kedua jenis tanaman tersebut, berdasarkan pustaka yang telah ada.

(30)

commit to user

xxx

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jumlah Kromosom

Hasil penelitian menujukkan bahwa waktu mitosis aktif tanaman mata kucing (D.malesianus) adalah antara pukul 07.00 – 09.00 WIB. Pada waktu tersebut sel-sel telah mencapai tahap prometafase.

Jumlah kromosom merupakan karakteristik kromosom paling mudah diamati jika dibandingkan dengan karakteristik kromosom lainnya seperti bentuk kromosom dan kariotipe sehingga jumlah kromosom merupakan data paling sering digunakan dalam penelitian sitologi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kromosom sel ujung akar tanaman mata kucing (D.malesianus) berjumlah 2n = 14 (gambar 3). Pustaka yang ada, belum ada penelitian yang melaporkan jumlah dari kromosom dan susunan genetik tentang tanaman mata kucing secara akurat.

Tanaman mata kucing merupakan satu genus dengan tanaman kelengkeng yaitu Dimocarpus dan juga berada dalam satu familia yang sama, yaitu Sapindaceae, jumlah kromosom tanaman kelengkeng (D.longan) adalah 2n = 30 (Jain, 2000). Ada 2 contoh tanaman lain yang termasuk dalam familia yang sama dengan tanaman mata kucing (D.malesianus) yaitu rambutan (Nephelium lappaceum ) 2n = 22 dan leci (N.litchi) 2n = 30 (Mehra, 1971).

Pada familia Sapindaceae dilaporkan jumlah kromosom dasarnya x = 7, 9, 10, 11, 12, 14, 15, dan 16. Dalam tingkatan yang paling maju pada familia ini, jumlah kromosom dasar yang paing besar adalah x = 15 dan x = 16. X = 7 merupakan kromosom paling sederhana dalam familia Sapindaceae, jumlah kromosom yang lebih dari kromosom tersebut mengindikasi ke arah poliploidi dan aneuploidi (Juan, 2007).

Jumlah kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus) adalah diploid, yaitu satu pasang kromosom terdiri atas dua set kromosom homolog. Jumlah kromosom dasar tanaman mata kucing adalah n = x = 7.

(31)

commit to user

xxxi

Gambar 4. Sel-sel yang menunjukkan penyebaran kromosom secara baik, jumlah kromosom mata kucing 2n = 14.

(32)

commit to user

xxxii

Hasil pengamatan terlihat ada yang menyebar dengan baik dan ada yang tidak atau terlihat menumpuk (gambar 4 atau lampiran 6, 7, 8, 9, 10, 11). Kromosom yang menumpuk menyebabkan kesulitan dalam pengamatan.

Stace et al., (1997) menyatakan bahwa pada umumnya jumlah kromosom merupakan suatu karakter yang stabil dalam suatu spesies, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan jumlah kromosom antara spesies-spesies yang berkerabat.

B. Ukuran Kromosom

Ukuran kromosom dapat diketahui dengan mengamati panjang lengan kromosom. Adapun panjang lengan kromosom yang diamati meliputi, panjang lengan panjang kromosom (q), panjang lengan pendek kromosom (p), dan panjang total kromosom (q+p).

Panjang kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus) berkisar antara 1.38 ± 0.28 µm sampai dengan 2.18 ± 0.22 µm. Ukuran lengan pendek kromosom berkisar antara 0.56 ± 0.17 µm sampai dengan 0.94 ± 0.12 µm, dan lengan panjangnya berkisar antara 0.82 ± 0.16 µm sampai dengan 1.24 ± 0.20 µm. Rata-rata panjang pasangan kromosom homolog diuraikan pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata panjang pasangan kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus)

Pasangan kromosom

Panjang kromosom ( X ± SD, µm)

Lengan panjang (q) Lengan pendek (p) Lengan total (q+p)

1 1.24 ± 0.20 0.94 ± 0.12 2.18 ± 0.22 2 1.13 ± 0.16 0.83 ± 0.09 1.96 ± 0.18 3 1.15 ± 0.16 0.81 ± 0.15 1.95 ± 0.27 4 1.00 ± 0.26 0.74 ± 0.11 1.74 ± 0.32 5 1.00 ± 0.26 0.69 ± 0.13 1.69 ± 0.34 6 0.89 ± 0.21 0.68 ± 0.13 1.57 ± 0.27 7 0.89± 0.16 0.56 ± 0.17 1.38 ± 0.28

Rata-rata panjang kromosom mata kucing (D.malesianus) relatif kecil. Hal tersebut berdasarkan pada penyataan Suryo (2003), bahwa ukuran

(33)

commit to user kromosom bervariasi dari satu spesies ke sp 50 µm, diameternya antara 0,2

mempunyai kromosom yang lebih besar daripada he Ukuran panjang absolut kromosom berbeda satu familia, meskipun jumlah dasarnya sama.

satu hingga 20 kali. Perbedaan ukuran kromosom menunjukkan perbedaan kandungan gen dan prote

2000).

C. Bentuk Kromosom

Penentuan bentuk kromosom dalam penelitian ini didas yang dipakai oleh Ciupercescu

berdasarkan rasio lengan pan

nisbah lengan. Rata-rata nisbah lengan dan bentuk kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus) ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata nisbah lengan dan bentuk kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus)

Keterangan : m = metasentrik

Terlihat dari tabel 3 bahwa kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus) terdiri d

sehingga kromosom tanaman mata kucing memiliki sentromer yang terletak pada posisi median. Yatim (1987) menyatakan bahwa kromosom tampak

Pasangan kromosom Panjang kromosom ( X ± SD, µm) Lengan panjang (q) 1 1.24 ± 0.20 2 1.13 ± 0.16 3 1.15 ± 0.16 4 1.00 ± 0.26 5 1.00 ± 0.26 6 0.89 ± 0.21 7 0.89± 0.16 xxxiii

kromosom bervariasi dari satu spesies ke spesies lain dan berkisar antara 0,2 , diameternya antara 0,2-20 µm. Tumbuh-tumbuhan umumnya mempunyai kromosom yang lebih besar daripada hewan.

Ukuran panjang absolut kromosom berbeda-beda antar genus dalam satu familia, meskipun jumlah dasarnya sama. Ukuran ini bervariasi antara satu hingga 20 kali. Perbedaan ukuran kromosom menunjukkan perbedaan kandungan gen dan protein (Darnaedi et al., (1989) cit. Setyawan dan Sutikno,

Penentuan bentuk kromosom dalam penelitian ini didasarkan pada cara Ciupercescu et al., (1990) cit. Parjanto et al., (2003) berdasarkan rasio lengan panjang dan rasio lengan pendek

rata nisbah lengan dan bentuk kromosom tanaman mata ) ditunjukkan pada tabel 3.

rata nisbah lengan dan bentuk kromosom tanaman mata kucing )

Keterangan : m = metasentrik

Terlihat dari tabel 3 bahwa kromosom tanaman mata kucing terdiri dari 7 pasang kromosom berbentuk metasentrik (m) tanaman mata kucing memiliki sentromer yang terletak Yatim (1987) menyatakan bahwa kromosom tampak Panjang kromosom ( X ± SD, µm) Nisbah lengan

r=q/p ( X ± SD, µm) Lengan panjang (q) Lengan pendek (p) Lengan total (q+p) 1.24 ± 0.20 0.94 ± 0.12 2.18 ± 0.22 1.35 ± 0.28 13 ± 0.16 0.83 ± 0.09 1.96 ± 0.18 1.38 ± 0.23 1.15 ± 0.16 0.81 ± 0.15 1.95 ± 0.27 1.43 ± 0.19 1.00 ± 0.26 0.74 ± 0.11 1.74 ± 0.32 1.36 ± 0.26 1.00 ± 0.26 0.69 ± 0.13 1.69 ± 0.34 1.46 ± 0.41 0.89 ± 0.21 0.68 ± 0.13 1.57 ± 0.27 1.32 ± 0.3 0.89± 0.16 0.56 ± 0.17 1.38 ± 0.28 1.51 ± 0.32

esies lain dan berkisar antara 0,2-umumnya

beda antar genus dalam Ukuran ini bervariasi antara satu hingga 20 kali. Perbedaan ukuran kromosom menunjukkan perbedaan Setyawan dan Sutikno,

arkan pada cara (2003), yaitu atau rata nisbah lengan dan bentuk kromosom tanaman mata

rata nisbah lengan dan bentuk kromosom tanaman mata kucing

Terlihat dari tabel 3 bahwa kromosom tanaman mata kucing ari 7 pasang kromosom berbentuk metasentrik (m) tanaman mata kucing memiliki sentromer yang terletak Yatim (1987) menyatakan bahwa kromosom tampak

Nisbah lengan ( X ± SD, µm) Bentuk kromosom 0.28 m 0.23 m 0.19 m 36 ± 0.26 m 1.46 ± 0.41 m 1.32 ± 0.32 m 1.51 ± 0.32 m

(34)

commit to user

xxxiv

bermacam-macam dalam setiap sel, baik bentuk maupun panjang, tapi macamnya itu selalu tetap pada setiap spesies.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kromosom mata kucing tidak ditemukan adanya satelit kromosom. Keberadaan satelit (lekukan sekunder) pada kromosom sering digunakan sebagai salah satu kriteria dalam mengidentifikasi kromosom ( Parjanto et al., 2003 ).

D. Kariotipe

Kariotipe adalah pengaturan kromosom secara standar berdasarkan panjang, jumlah, dan bentuk kromosom dari sel somatis suatu individu (Kartasapoetra, 1991 cit. Wulandari et al., 2006). Pengertian karyogram menurut Parjanto et al., (2003) adalah penyusunan kromosom secara berurutan dari ukuran terpanjang sampai terpendek dengan memasangkan masing-masing kromosom pada kromosom homolognya. Pasangan kromosom homolog ditentukan berdasarkan kemiripan bentuk dan ukuran kromosom. Susunan kariotipe tanaman mata kucing (D.malesianus) dalam bentuk karyogram dan ideogram ditunjukkan pada gambar 3 dan 4.

Kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus) terdiri dari 7 pasang kromosom dan tiap pasang tersusun dari 2 set kromosom homolog. Kromosom yang dipasangkan dengan homolognya mempunyai kemiripan bentuk dan ukuran. Kemiripan beberapa pasangan kromosom menimbulkan kesulitan dalam penentuan pasangan kromosom homolog.

Permasalah tersebut dapat diatasi dengan mengidentifikasi kromosom menggunakan teknik pemitaan kromosom (chromosome banding). Melalui pemitaan kromosom, identifikasi kromosom secara individual dapat dilakukan sehingga penentuan pasangan homolog dapat dilakukan lebih akurat (Parjanto et al., 2003).

(35)

commit to user

xxxv

Gambar 5. Karyogram kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus) Idiogram disusun berdasarkan pada rata-rata panjang absolut dan bentuk kromosom dari 6 sel somatik. Berdasarkan hasil penelitian jumlah, ukuran, dan bentuk tanaman mata kucing (D.malesianus), maka tanaman tersebut memiliki rumus kariotipe yaitu 2n = 14 = 14 m, berarti 14 kromosom berbentuk metasentrik.

Kartasapoetra (1991) menyatakan bahwa perbedaan kariotipe pada spesies yang sama tetapi varietas berbeda sangat mungkin terjadi karena meskipun kromosom merupakan suatu pembawa sifat yang diturunkan dari induk, tetapi tetap bisa mengalami perubahan. Perubahan susunan kariotipe dapat terjadi karena adanya perubahan struktural pada kromosom, yaitu akibat dari fragmentasi (pematahan), defisiensi (pengurangan), duplikasi (penggandaan), inversi (pembalikan), dan translokasi (pemindahan). Dalam kondisi tertentu dapat terjadi penyimpangan pada kromosom, sehingga morfologinya dapat berubah, namun pada dasarnya kariotipe kromosom suatu individu adalah konstan (Sybenga, 1992 cit. Setyawan dan Sutikno, 2000).

Sifat morfologi kromosom juga sering dideskripsikan berdasarkan derajat simetri kariotipe yaitu indeks asimetri intrakromosomal dan indeks asimetri interkromosomal (Parjanto et al., 2003). Berdasarkan perhitungan dengan rumus Romero cit. Chen dan Roath (1995) cit. Parjanto et al., (2003), indeks asimetri intrakromosomal (A1) tanaman mata kucing (D.malesianus) adalah 0.28± 0.03. Nilai A1 tanaman mata kucing yang kecil menunjukan

(36)

commit to user

xxxvi

bahwa kromosom tanaman mata kucing seluruhnya mempunyai bentuk metasentrik.

Nilai indeks asimetri interkromosomal (A2) digunakan untuk mengetahui penyimpangan (dispersi) ukuran kromosom dalam satu kariotipe. Nilai A2 yaitu 0.16 ± 0.03. Nilai A2 yang kecil menunjukkan bahwa penyimpangan (dispersi) ukuran dalam satu kariotipe tidak terlalu besar.

Gambar 6. Idiogram kromosom tanaman mata kucing (D.malesianus) disusun berdasarkan rata-rata panjang dan bentuk kromosom

E. Perbandingan Kromosom Mata Kucing (D.malesianus) dan Kelengkeng (D.longan)

Individu-individu dalam satu spesies biasanya mempunyai jumlah kromosom sama, tetapi spesies yang berbeda dalam satu genus sering mempunyai jumlah kromosom berbeda. Perbedaan ini penting dalam mempelajari evolusi (Crowder, 1991).

Untuk mempelajari kemiripan susunan kromosom tanaman mata kucing dengan kelengkeng dilakukan dengan membandingkan jumlah kromosom kedua jenis tanaman tersebut. Hasil penelitian kromosom tanaman mata kucing dibandingkan dengan kromosom tanaman kelengkeng berdasarkan pustaka yang sudah ada.

(37)

commit to user

xxxvii

Hasil penelitian menunjukkan jumlah kromosom tanaman mata kucing 2n = 2x = 14 dengan rumus kariotipe 2n = 14 = 14 m dan tidak ditemukan adanya satelit sedangkan kromosom kelengkeng 2n = 2x = 30 (Jain, 2000; Juan, 2007; Mehra, 1971) dengan rumus kariotipe 2n = 30 = 16m (2sat) + 8sm + 6sat, kromosom satelit kelengkeng terletak di kromosom nomor 12 (Ln Liuxin, 1994).

Meskipun tanaman mata kucing (D.malesianus) satu genus yang sama dengan kelengkeng tetapi tanaman mata kucing tidak memiliki kemiripan susunan kromosom dengan tanaman kelengkeng.

(38)

commit to user

xxxviii

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Tanaman mata kucing (D.malesianus) memiliki jumlah kromosom 2n = 2x = 14, dengan ukuran panjang kromosom berkisar antara 1.38 ± 0.28 µm sampai dengan 2.18 ± 0.22 µm dan terdiri dari 7 pasang kromosom

2. Pola kariotipe tanaman mata kucing adalah 2n = 14 = 14 m (14 kromosom metasentrik) dengan nilai indeks asimetri intrakromosomal (A1) tanaman mata kucing adalah 0.28± 0.03 dan nilai indeks asimetri interkromosomal (A2) adalah 0.16 ± 0.03.

3. Susunan kromosom tanaman mata kucing tidak memiliki kemiripan dengan kelengkeng meskipun dalam satu genus yang sama.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk identifikasi kromosom tanaman secara individual dengan teknik pemitaan kromosom (chromosome banding) sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat dan dapat mendukung hasil yang telah dicapai sebagai langkah awal kegiatan pemuliaan tanaman mata kucing (D.malesianus).

(39)

commit to user

xxxix DAFTAR PUSTAKA

Akagi, H.,Y. Yokozeki, A. Inakagi and T. Fujimura.1996. Mikrosatellite DNA Markers for

Rices Chromosomes. Theor. Appl. Genet. 93:1071-1077.

Anggarwulan, E., Etikawati, A.D. Setyawan. 1999. Karyotipe Kromosom Pada Tanaman Bawang Budidaya (Gen.Allium, Fam.Amaryllidaceae). Biosmart. 1 (2):13 – 19. Anonim. 2005. Pokok Mata Kucing. http://www.wingkipedia-polok-mata-kucing.html.

Diakses 10 April 2010.

______. 2006. Metode Squash. http://www.sith.itb.ac.id/profile/pdf/. Diakses 10 April 2010.

Caroline, D. 2009. Mitosis. http://kawaiionline-sc.blogspot.com/. Diakses pada 18 Maret 2011.

Crowder, L.V. 1991. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan oleh L. Kusdiarti. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Dermawan, R. 2005. Mata Kucing dan Mata Anjing Lengkeng Dataran Rendah Asli

Bulungan. Majalah Trubus xxxvi:34-35.

Gunarso, W. 1988. Sitogenetika. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Heddy, S. 1987. Biologi Pertanian. Rajawali Pers. Jakarta.

Jahier, J., A.M. Chevre, F. Eber, R. Delourme, and A.M. Tanguy. 1996. Techniques of Plant

Cytogenetics. Science Publisher. Inc. united State of America.

Jain S.M., P.K. Gupta and R.J. Newton. 2000. Somatic Embryogenesis in Woddy Plants vol

6. Kluwer Academic Publishers. Printed in the Netherland.

Juan D. Urdampilleta, Maria S. Ferucci., Eliana R. Forni., Martin. 2007. Chromosome Studies of Some Thinovia Species (Sapindaceae) and Taxonomi Implications. Ann

Bot. Fennici. Vol 45: 68 – 73.

Jumilakhir, S. 2009. Studi Kromosom Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Ln Liuxin. 1994. A Comparative Study on Karyotypes of Litchi and Longan. Dept of Horticulture, FAU, Fuzhou 350002. China. Journal of Fujian Agricultural University : 1994-02. (Abstr).

(40)

commit to user

xl

Mehra, P.N., P.K. Khosla and T.S. Sareen. 1971. Cytogenetical studies of Himalayan Aceraceae, Hippocastanaceae, Sapindaceae and Staphyleaceae. Department of Botani, Panjab University, Chandigarh-14. India. Silvae Genetica 21, 3-4.

Paimin, R. F. 2003. Banjir Kelengkeng dari China. Majalah Trubus xxxiv:66-67.

Parjanto, S. Moeljopawiro, W.T. Artama dan A. Purwantoro. 2003. Kariotipe Kromosom Salak. Zuriat. 14(2): 21-28

Prohati. 1991. Edible Fruits and Nuts. Plant Resources of South-East Asia. Bogor.

______. 2011. Dimocarpus longan Lour. Ssp. Malesianus Leenh. Var. malesiansis. http://www.proseanet.org. Diakses 18 Maret 2011.

Rifai, M.A. 1986. Flora Buah-buahan Indonesia. Bogor. LBN – LIPI.

Russell, P.J. 1996. Genetics. Fourth edition. Harper Collins Publishers. New York. pp. 48 – 55.

Saraswati.2009. Manfaat Tanaman Mata Kucing. http://home.sma- saraswati1.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=271:khasiat-buah-matakucing. Diakses 2 Juni 2010.

Setyawan, A.D. dan Sutikno. 2000. Karyotipe Kromosom pada Allium sativum L. (Bawang Putih) dan Pisum sativum L. (Kacang Kapri). Biosmart. 1 (1): 20 -27.

Stace, H.M., A.R. Chamoman, K.L. lemson and J.M. Powel. 1997. Cytoevolution, Phylogeni and Taxonomi in Epacridaceae. Annals of Botany. 79: 283-290.

Suntoro, S. H. 1983. Metode Pewarnaan. Bhatara Karya Aksara. Jakarta Suryo. 1995. Sitogenetika. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. _____. 2003. Genetika Manusia. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Uji, T. 2007. Keanekaragaman Jenis Buah-Buahan Asli Indonesia dan Potensinya.

Biodiversitas. 8 (1): 157-156

Whitmore, T.C. 1980. Potentially economic species of South-East Asia Forest.

BioIndonesia. 7: 65 – 74.

Wikipedia. 2007. Kromosom. http://id.wikipedia.org/wiki/pemuliaan_tanaman. Diakses 18 Juli 2009.

(41)

commit to user

xli

Wulandari, P.A., Marsusi dan A.D. Setyawan. 2006. Karyotipe Anggota Genus Hippeastrum Familia Amarillidaceae. Biosmart. 8 (1): 1-7.

Gambar

Gambar 1. Pohon mata kucing (Helmina, 2007)  2.  Daerah penyebaran mata kucing
Gambar 2. Bentuk kromosom berdasarkan   letak sentromer (Russell,1996 ).
Gambar 3. Tahap-tahap mitosis (Caroline, D., 2009).
Tabel 1. Bentuk kromosom berdasarkan rasio lengan kromosom        Bentuk kromosom  Rasio lengan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 3.7 Peralatan, bahan, jangka waktu dan penanggung jawab Pemeliharaan Komponen Arsitektur Bangunan Gedung Tabel 3.8 Peralatan, bahan, jangka waktu dan penanggung

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara bakat skolastik, relasi ruang dan penalaran abstrak dengan hasil belajar Matematika siswa kelas

Dalam sebuah organisasi, juga diperlukan struktur organisasi supaya terlihat organisasi struktural, organisasi adalah hubungan orang orang yang mempunyai atasan dan bawahan,

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, pemerintah Kecamatan Malua menyambut gembira terbitnya buku Kecamatan Malua Dalam Angka Tahun 2013 yang merupakan data

Konsep pembelajaran matematika harus diberikan sesuai dengan tingkat intelektual siswa.Hal ini didasarkan pada pemberian konsep harus tahap demi tahap guna untuk

Hal ini menunjukkan bahwa, tinggi tanaman dan jumlah daun jagung manis tidak dipengaruhi oleh pemberian pupuk, tetapi lebih dipengaruhi oleh sifat genetis tanaman

Sehingga dapat dilihat kinerja karyawan menurut penilaian SKI pada perusahaan ini untuk mendapatkan kriteria performansi yang mencapai target, diatas target bahkan

Etika yang dimiliki oleh seorang auditor merupakan suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan melakukan evaluasi terhadap bahan bukti tentang informasi