• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja... Delia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja... Delia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN

MOTIVASI KERJA PEGAWAI

(Kasus di UPT Balai Besar Inseminasi Buatan Kecamatan Singosari

Kabupaten Malang Jawa Timur)

THE RELATION BETWEEN LEADERSHIP FIGURES WITH

MOTIVATION WORK OF EMPLOYEES

(Case in UPT Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Subdistrict

Malang Regency East Java)

Delia Yuniarti*, Marina Sulistyati, Muhammad Ali Mauludin.

Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran Email : deliaaart@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di UPT Balai Besar Inseminasi Buatan Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Jawa Timur, pada bulan Mei sampai Juni 2016. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi pegawai. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 32 orang pegawai dari total 100 pegawai, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Proportional Random Sampling. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode Rank Spearman dengan mengacu pada aturan Guilford. Hasil penelitian menunjukkan 1) gaya kepemimpinan kepala BBIB adalah gaya konsultatif yang termasuk dalam kategori sedang, 2) tingkat motivasi kerja para pegawai di BBIB termasuk dalam kategori sedang, dan 3) terdapat hubungan yang kuat antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai dengan koefisien korelasi (Rs) sebesar 0,779.

Kata kunci : Gaya kepemimpinan, motivasi kerja, pegawai

ABSTRACT

This research was conducted in BBIB Singosari Malang East Java starting on May until June 2016. This research aimed to analyze the relation between leadership form with employees work motivation. The sample used in this research consists of 32 respondents which choosed by Propotional Random Sampling technique. The data were analyzed with Rank Spearman method based of Guilford rule. The results of the research showed : 1) The leader of BBIB Singosari is using consultative form which is classified in medium category, 2) work motivation level of BBIB employee is classified in medium category, and 3) The coefficient correlation (Rs) is 0.779 which means there was a strong relation between leadership form with employees work motivation.

(2)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2

Pendahuluan

Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan mengarahkan para pegawai untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Suatu instansi dapat mencapai tujuannya jika orang –orang yang berada dalam instansi tersebut dapat bekerjasama dengan baik untuk mencapai tujuannya, oleh karena itu peran pemimpin sangat berarti dalam mendukung tercapainya tujuan tersebut.

Kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki oleh pemimpin tersebut. Karena sifat dan perilaku seseorang tidak akan persis sama, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang pemimpin dapat berbeda antara satu pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Pada teori kepemimpinan situasional, terdapat empat gaya kepemimpinan yang digunakan pemimpin dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yaitu : gaya kepemimpinan direktif, gaya kepemimpinan konsultatif, gaya kepemimpinan partisipatif, dan gaya kepemimpinan delegatif (Thoha, 2012).

Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah naungan Kementerian Pertanian yang mengelola produksi semen beku nasional yang memiliki tujuan mengutamakan pelayanan kepada seluruh pelanggan dan memenuhi kebutuhan nasional akan semen beku berkualitas. UPT BBIB sebagai Badan Layanan Umum (BLU) meningkatkan pelayanan pemerintah terhadap masyarakat sesuai dengan misi yang diembannya. Salah satu tanggung jawab dari seorang pemimpin adalah menciptakan gairah dan semangat kerja pegawai. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan motivasi kepada pegawai.

Motivasi merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Motivasi seringkali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang, oleh karena itu pemimpin dengan gaya kepemimpinan tertentu berperan dalam membina motivasi kerja pegawai untuk bekerja lebih giat dalam mencapai tujuan instansi. Kesungguhan pegawai dalam bekerja dapat dipicu dengan adanya motivasi yang diberikan oleh pemimpin yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri para pegawai dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Motivasi kerja yang belum optimal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor intrinsik dan ekstrinsik.

(3)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3

Faktor intrinsik meliputi prestasi, pengakuan, dan tanggung jawab semua yang berhubungan dengan isi dan imbalan dari prestasi kerja. Faktor ekstrinsik meliputi upah pegawai, hubungan dengan rekan kerja, hubungan dengan atasan, dan peraturan dan kebijakan instansi. Motivasi kerja yang tercukupi tercermin pada kinerja pegawai. Kinerja pegawai perlu didukung dengan adanya sikap kepemimpinan yang dapat mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama dengan baik guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.

Selama ini motivasi kerja pegawai perlu didukung dengan gaya kepemimpinan yang tepat agar tujuan instansi dapat tercapai. Faktor motivasi intrinsik dan ekstrinsik memiliki peran dalam membangun motivasi kerja pegawai. Untuk itu perlu adanya penelitian untuk menganalisis faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan maka masalah dalam kasus ini yaitu : (1) Gaya kepemimpinan apa yang diterapkan di UPT BBIB Singosari ? (2) Bagaimana tingkat motivasi kerja pegawai di UPT BBIB Singosari? (3) Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai di UPT BBIB Singosari ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan di UPT BBIB Singosari, mengetahui tingkat motivasi kerja para pegawai di UPT BBIB Singosari, dan menganalisis hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai UPT BBIB Singosari.

Materi dan Metode

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016 di UPT Balai Besar Inseminasi Buatan Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Jawa Timur. Materi yang diamati dalam penelitian ini adalah 32 pegawai di UPT BBIB Singosari dari semua bidang/seksi.

Metode yang digunakan adalah survey dengan teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling agar memperoleh sampel yang representatif dan pengambilan subjek dari setiap bidang ditentukan secara seimbang atau sebanding. Penentuan responden ini dilakukan dengan pertimbangan banyaknya jumlah pegawai dan sebagai asas keterwakilan dari sejumlah pegawai.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dilihat dari empat indikator yaitu : (1) Komunikasi : frekuensi komunikasi yang dilakukan antara pegawai dengan pemimpin dalam satu bulan. (2) Pengambilan Keputusan : pemimpin

(4)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4

melibatkan pegawai dalam proses pengambilan keputusan. (3) Empati : Kemampuan pemimpin dalam memahami dan mampu memberikan dukungan kepada pegawai secara tepat dengan perasaan peka dan peduli. (4) Partisipasi : keterlibatan mental dan emosional pemimpin dalam situasi kelompok, serta mendorong pegawai untuk berkontribusi pada tujuan instansi.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi kerja pegawai. Motivasi kerja pegawai ini dilihat dari dua faktor yaitu faktor motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Faktor motivasi intrinsik terdiri dari : (1) Prestasi : hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (2) Tanggung jawab : perwujudan kesadaran akan kewajiban yang diberikan kepada pegawai. (3) Pengakuan : pengakuan yang diperoleh pegawai dari pihak perusahaan bahwa ia adalah orang, berprestasi, baik, diberi penghargaan, pujian, dimanusiakan, dan sebagainya.

Faktor motivasi ekstrinsik terdiri dari : (1) Upah : berupa upah pokok serta tunjangan-ttunjangan lainnya. (2) Hubungan dengan rekan sekerja : adanya kerjasama yang baik yang terjalin antara rekan sekerja dan sebidang. (3) Hubungan atasan dengan bawahan : adanya pengarahan, pujian/penghargaan, motivasi, perhatian terhadap ide bawahan dan hubungan saling mempercayai dalam bekerja. (4) Peraturan dan kebijakan instansi : pengawasan dari instansi baik secara tertulis maupun tidak tertulis.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis korelasi Rank Spearman untuk menguji hubungan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai. Analisis tersebut dianalisis secara manual dan menggunakan SPSS 21. Keeratan hubungan antara kedua variabel diinterpretasikan menggunakan aturan Guilford.

Hasil dan Pembahasan

Keadaan Umum Daerah Penelitian

BBIB dilihat dari sisi geografisnya terletak di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, 20 kilometer sebelah utara Kota Malang, dengan ketinggian 800 sampai 1200 meter di atas permukaan laut dengan rataan suhu udara berkisar antara 16o sampai 22oC, kelembaban berkisar antara 70% sampai 90% dan curah hujan 2.223 mm/tahun. BBIB Singosari memiliki area seluas 67,72 hektar dilengkapi dengan bangunan perkantoran, asrama, gedung belajar, auditorium, guest house, kandang sapi dan kambing, laboratorium, arena penampungan, kebun rumput, gudang, garasi, perumahan dinas, kereta biosecurity, dan alat mesin pertanian.

(5)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5

Gaya Kepemimpinan di BBIB Singosari

Gaya kepemimpinan merupakan cara-cara khas yang digunakan atau dilaksanakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku bawahan dalam rangka menjalankan kepemimpinannya. Berdasarkan hasil pemetaan, gaya kepemimpinan yang digunakan oleh kepala balai BBIB Singosari cenderung kepada gaya kepemimpinan konsultatif. Gaya kepemimpinan ini terlihat dari cara berdiskusi dan konsultasi yang dilakukan oleh kepala balai yang selalu mendengarkan pendapat ataupun keluhan dari para pegawai terlebih dahulu, setelah itu baru dilakukan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah oleh pemimpin. Pemimpin menentukan tujuan dan mengemukakan berbagai ketentuan yang bersifat umum setelah melalui proses diskusi dan konsultasi dengan para pegawai.

Tabel 1. Presentase Gaya Kepemimpinan

No Gaya Kepemimpinan Jumlah

Orang %

1 Tinggi 13 40,63

2 Sedang 16 50

3 Rendah 3 9,37

Jumlah 32 100

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan pada penelitian ini termasuk dalam kategori sedang dengan presentase sebesar 50% yang artinya pemimpin melibatkan beberapa pegawai secara tidak langsung dalam pengambilan keputusan, hubungan yang dilihat dari frekuensi komunikasi cukup baik. Sedangkan 40,63% responden menilai gaya kepemimpinan tinggi karena memiliki jabatan struktural sehingga frekuensi komunikasi yang dilakukan lebih sering. Mereka terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala BBIB pada saat rapat internal. Sebesar 9,37% responden menilai gaya kepemimpinan rendah karena kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan serta frekuensi komunikasi terhitung sangat jarang. Gaya kepemimpinan pada penelitian ini dianalisis berdasarkan empat indikator yaitu : 1) komunikasi, 2) pengambilan keputusan, 3) empati, dan 4) partisipasi. Survei menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang digunakan oleh kepala BBIB dalam rangka peningkatan kinerja pegawai dilihat dari empat indikator tersebut sudah cukup baik.

(6)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6

1. Komunikasi

Sebagai pusat kekuatan dan dinamisator bagi perusahaan, pemimpin harus selalu berkomunikasi dengan semua pihak baik melalui hubungan formal maupun informal. Suksesnya pelaksanaan tugas pemimpin itu sebagian besar ditentukan oleh kemahirannya menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak, secara horisontal maupun vertikal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang terjalin sudah cukup baik, termasuk dalam kategori tinggi dengan presentase sebesar 53,13%. Hal ini terjadi karena sebagian besar responden memiliki jabatan struktural sehingga komunikasi secara langsung karena adanya rapat internal yang dilakukan satu kali dalam seminggu. Sebanyak 38,13% menilai komunikasi termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan Sebanyak 8,75% menilai komunikasi yang terjalin rendah, hal ini terjadi karena responden jarang berhubungan langsung dengan pemimpin sehingga frekuensi komunikasi yang terjadi terbilang jarang. Ide, saran, dan kritik dari pegawai pun tidak tersampaikan secara langsung.

Ide, kritik, serta saran diberikan oleh pegawai dalam forum diskusi untuk kemajuan perusahaan begitupun sebaliknya, kepala BBIB memberikan saran atau kritik atas hasil pekerjaan yang dilakukan pegawai. Pengarahan serta bimbingan dalam bekerja diberikan sesuai standar kerja atau SOP (standard operating procedure) dari perusahaan pada akhir atau awal tahun serta tercantum secara tertulis di ruangan kerja. Komunikasi yang terjadi dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

2. Pengambilan Keputusan

Salah satu peran dan fungsi seorang pemimpin adalah penentu keputusan bagi sebuah komunitas atau sebuah organisasi. Kemampuan yang baik dalam pengambilan keputusan harus tercermin pada tiga hal: cara, hasil keputusan dan kemampuan menyampaikan hasil keputusan. Hasil keputusan dari seorang pemimpin harus bisa diterima oleh orang-orang yang dipimpin.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pengambilan keputusan yang digunakan oleh kepala BBIB Singosari sudah baik. Sebanyak 48,75% menilai pengambilan keputusan tinggi, hal ini terjadi karena responden ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan dalam rapat internal serta dalam pemecahan masalah, Sedangkan sebanyak 40,63% responden menilai bahwa pengambilan keputusan sedang, responden tidak ikut langsung terlibat namun saran, ide, serta usulannya tertampung dan beberapa diantaranya ada yang terealisasikan.

(7)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7

Sebanyak 10,63% rmenilai pengambilan keputusan rendah karena jarang terlibat dalam pengambilan keputusan.

3. Empati

Empati merupakan kemampuan menghubungkan dan merasakan pikiran, emosi ataupun perasaan orang lain. Orang-orang yang empatik sering dilihat oleh orang lain sebagai orang yang memahami dan mampu memberikan dukungan kepada orang lain secara tepat dengan perasaan peka dan peduli. Empati ditunjukkan dengan kedekatan emosional, dengan kelembutan dan kebersamaan seorang pemimpin dan yang dipimpin.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa empati yang ditunjukkan oleh pemimpin BBIB pada penelitian ini termasuk dalam kategori sedang dengan presentase sebesar 41,25%. Responden merasakan empati yang diberikan oleh pemimpin cukup memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada pegawai. Sebanyak 35,00% menilai bahwa empati yang dimiliki oleh pemimpin BBIB tinggi, hal ini terjadi karena tingginya interaksi secara langsung dengan pemimpin sehingga terbentuk emosi secara personal. Sebesar 23,75% menilai pengambilan keputusan rendah karena jarang berinteraksi langsung dengan pemimpin diluar hal pekerjaan

Pemimpin juga memberikan kesempatan kepada para pegawai untuk mendiskusikan masalah-masalah serta keluh kesah seputar pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Eisenberg (2002) bahwa empati bagian dari emosi yang dikendalikan melalui kecerdasan seorang pemimpin yang mampu memotivasi, menyelesaikan masalah bawahannya untuk mencapai target pekerjaannya sesuai dengan yang diharapkan, serta pemimpin harus memiliki tingkat kepedulian terhadap bawahannya sehingga ada pengaruh bawahan dengan atasan melalui empati yang diciptakan oleh pimpinan terhadap atasan dan antar sesama bawahan. 4. Partisipasi

Partisipasi merupakan keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan mental dan emosional dari orang dalam situasi kelompok, serta mendorong mereka untuk berkontribusi pada tujuan kelompok, dan juga berbagai tanggung jawab dalam mencapai tujuan (Davis dkk, 2000).

Data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa partisipasi pemimpin BBIB pada penelitian ini termasuk dalam kategori sedang dengan presentase sebesar 56,25%. Pemimpin dengan aktivitasnya yang padat, selalu menyempatkan untuk terlibat dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan. Pemimpin bersedia untuk membantu dan memberikan masukan sehingga membuat pekerjaan cepat terselesaikan karena semakin banyak ide cemerlang yang diberikan

(8)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 8

untuk menyelesaikan pekerjaan. Sebesar 34,38% menilai partisipasi pemimpin tinggi, pemberian dorongan dan semangat kepada pegawai dalam melaksanakan pekerjaan sangat dirasakan oleh pegawai, biasanya disampaikan pada saat upacara pagi. Sebesar 9,38% menilai rendah karena partisipasi pemimpin belum terlihat mengingat pemimpin baru menjabat 4 bulan.

Motivasi Kerja Pegawai

Motivasi kerja menjadi daya penggerak yang meningkatkan semangat kerja seseorang dan mendorong orang tersebut untuk mengembangkan kreativitas serta mengarahkan semua kemampuan dan energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang tinggi. Motivasi kerja pegawai tercermin dari sikap positif pegawai dalam melaksanakan semua pekerjaannnya.

Tabel 2. Motivasi Kerja Pegawai

No Motivasi Kerja Pegawai Jumlah

Orang %

1 Tinggi 16 50

2 Sedang 16 50

3 Rendah 0 0

Jumlah 32 100

Data tersebut menunjukkan bahwa presentase tingkat motivasi kerja pegawai BBIB pada penelitian ini seimbang antara kategori sedang dan kategori tinggi yaitu masing-masing sebesar 50% dan 0% yang memiliki tingkat motivasi rendah. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat motivasi kerja yang dimiliki oleh kepala BBIB Singosari cenderung sangat baik.

Motivasi kerja pada penelitian ini dilihat dari dua faktor yaitu, faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik ternagi ke dalam tiga indikator yaitu, a) prestasi kerja pegawai, b) tanggung jawab pegawai dalam bekerja, dan c) pengakuan. Sedangkan faktor ekstrinsik terbagi ke dalam empat indikator yaitu, a) upah pegawai, b) hubungan dengan rekan kerja, c) hubungan atasan dengan bawahan, dan d) peraturan dan kebijakan perusahaan. Perbandingan hasil skor antara faktor motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat dilihat pada Tabel 3.

(9)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 9

Tabel 3. Perbandingan hasil skor faktor motivasi intrinsik dan ekstrinsik No Tingkat Motivasi Intrinsik Ekstrinsik

Orang % Orang %

1 Rendah 0 0 1 3,13

2 Sedang 12 37,50 19 59,38

3 Tinggi 20 62,50 12 37,50

Jumlah 32 100 32 100

Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa motivasi intrinsik memiliki presentase 62,50% dengan tingkat motivasi yang tinggi dibanding motivasi ekstrinsik yaitu sebesar 37,50%. Hal ini berarti pegawai BBIB sudah memiliki kesadaran untuk bekerja dan bertanggung jawab yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan teori Herzberg dalam Thoha (2009) bahwa seseorang yang memiliki kesadaran bekerja untuk memenuhi dan melangsungkan hidupnya akan menciptakan kualitas performa kerja yang baik, karena sadar bahwa dengan bekerja baik, ia akan dapat memenuhi hidupnya.

Motivasi ekstrinsik memiliki presentase yang tinggi yaitu sebesar 59,38% pada tingkat motivasi sedang. Hubungan dengan rekan kerja sebidang terjalin dengan baik sehingga menimbulkan kekompakan saat bekerja. Hubungan atasan dengan bawahan belum terlihat secara signifikan hal ini terjadi karena kepala BBIB saat ini baru menjabat selama 4 bulan sampai penelitian ini dilakukan.

1. Faktor Intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya atau manfaat/makna pekerjaan yang dilaksankannya. Faktor intrinsik dalam penelitian ini meliputi prestasi, tanggung jawab, dan pengakuan.

a. Prestasi Kerja Pegawai

Prestasi kerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kemauan dan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan pekerjaan dapat terlihat dari prestasi kerjanya, dalam usaha penerapan konsep, gagasan, ide dengan efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan (Mangkunegara, 2005).

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat prestasi kerja pegawai BBIB pada penelitian ini termasuk dalam kategori tiggi dengan presentase 66,25% yang terlihat dari pegawai bekerja sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan, bekerja

(10)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 10

sesuai peraturan dan standar kerja, serta bekerja keras untuk memberikan pelayanan prima atau tugas yang diberikan yang diberikan hal tersebut mengindikasikan bahwa pegawai memang bersungguh-sungguh dalam bekerja. Sebesar 28,75% termasuk dalam tingkat prestasi sedang, pegawai melaksanakan perintah lembur yanng diberikan atasan dalam memenuhi target perusahaan. Sebagian pegawai menjadikan target perusahaan sebagai motivasi agar bekerja lebih giat. Sedangkan 5,00% termasuk dalam tingkat prestasi rendah. b. Tanggung Jawab

Tanggung jawab sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban seseorang. Motivasi kerja terhadap tanggung jawab merupakan kepercayaan yang diberikan atasan kepada bawahan dalam melaksanakan tugasnya, sehingga bawahan merasa mempunyai semangat dalam melaksanakan tugasnya.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggung jawab pegawai BBIB pada penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi dengan presentase 71,25%. Sebagian besar pegawai menyatakan besedia untuk bekerja keras sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan. Sebesar 26,88% termasuk dalam kategori sedang, pegawai bersedia lembur dalam memenuhi target perusahaan apabila tidak berbenturan dengan jadwal pribadi. Sedangkan 1,88% pegawai termasuk dalam kategori rendah.

Kesungguhan pegawai dalam bekerja terlihat dari kesediaan pegawai untuk bekerja keras memberikan layanan prima sehingga nama baik perusahaan terjaga. Pegawai bersedia bekerja sesuai dengan peraturan dan standar kerja demi kelancaran dan keselamatan kerja. c. Pengakuan

Sebagai individu juga sebagai bagian dari kelompok, kita semua mempunyai kebutuhan untuk diakui. Pengakuan pegawai sebagai anggota kelompok akan mendorong mereka untuk menyadari bahwa kerja sama tim dihargai sebagai prestasi tinggi.

Data hasil penellitian menunjukkan bahwa pengakuan yang dirasakan oleh pegawai BBIB pada penelitian ini termasuk tinggi dengan presentase 42,50%. Sebesar 40,00% responden merasakan pengakuan tergolong sedang. Pemimpin menghargai setiap hasil kerja yang dilakukan oleh pegawai, hal tersebut membuat beban saat melaksanakan tugas menjadi berkurang. Sedangkan 17,50% menilai pengakuan dirasa rendah karena belum merasakan bentuk penghargaan mengingat masa kepemimpinan saat ini baru berlangsung selama 4 bulan. Pujian yang diberikan oleh pemimpin atas prestasi, dedikasi dan pengabdian yang sudah diberikan pegawai kepada perusahaan menambah semangat pegawai dalam bekerja.

(11)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 11

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor ini merupakan salah satu dari kesekian rangsangan ekstrinsik yang mampu mendorong seseorang bila mengalami kebosanan atau penurunan dan kepercayaan dirinya yang berasal murni dalam diri (rangsangan internal) untuk kembali ditingkatkan. Faktor ekstrinsik meliputi upah pegawai, hubungan dengan rekan kerja, hubungan dengan atasan, dan peraturan dan kebijakan instansi.

a. Upah Pegawai

Upah pegawai yang diperoleh seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Upah pegawai adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada pegawai tetap serta mempunyai jaminan yang pasti (Hasibuan, 2008).

Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa motivasi terhadap upah pegawai pada penelitian ini termasuk sedang dengan presentase 43,13%. Sebesar 40,00% menilai upah termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan 16,88% menilai upah tergolong rendah karena upah lembur tidak terlalu menarik bagi pegawai

Upah yang didapatkan setiap bulan yang diberikan instansi berupa upah pegawai pokok dan tunjangan-tunjangan. Tunjangan kinerja yang diberikan cukup membuat pegawai termotivasi dalam bekeja, karena apabila pegawai kurang disiplin maka tunjangan akan dipotong. Setiap keterlambatan 1 sampai 90 menit akan dikenakan potongan tunjangan kinerja sebesar 0,02% dan apabila keterlambatan lebih dari 90 menit maka dikenakan potongan sebesar 2%.

b. Hubungan dengan Rekan Kerja

.Keeratan yang terjalin antara sesama rekan kerja umumnya didasari oleh kebersamaan para pegawai dimana mereka merasa satu tujuan, satu nasib dan sepenanggungan. Baiknya hubungan tersebut juga dikarenakan oleh kesadaran para pegawai tentang perlunya kerjasama yang baik dalam rangka pemenuhan dan tujuan perusahaan.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan dengan rekan kerja pada penelitian ini termasuk tinggi dengan presentase 71,25%. Sebanyak 25,63% menilai hubungan dengan rekan kerja sedang. Sedangkan 3,13% menilai hubungan dengan rekan kerja rendah karena frekuensi interaksi yang terjadi diluar pekerjaan (silaturahmi) jarang dilakukan.

Interaksi yang terjadi diluar jam kerja (saat istirahat, sepulang kerja, dll) sangat membuat pegawai nyaman dalam bekerja sehingga terbentuk suasana kekeluargaan antar

(12)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 12

pegawai yang membuat para pegawai betah bekerja di BBIB. Saran dan kritik yang membangun dari sesama rekan kerja membuat pegawai termotivasi untuk bekerja lebih baik. c. Hubungan Atasan dengan Bawahan

Hubungan yang baik dan harmonis antara atasan dan bawahan akan menciptakan suasana kerja yang kondusif, koordinasi yang baik, dan suasana kerja yang komunikatif. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan atasan dengan bawahan pada penelitian ini termasuk sedang dengan presentase 46,25%. Sebesar 33,75 menilai hubungan atasan dengan bawahan tinggi, sedangkan 20,00% menilai hubungan atasan dengan bawahan tergolong rendah karena atasan memberikan pengarahan, pujian atau penghargaan, dan motivasi hanya sebatas hubungan kerja. Pemimpin juga memperhatikan ide, usulan, serta keluhan dari pegawai yang ditampung pada setiap rapat. Perhatian yang diberikan atasan terhadap bawahan menciptakan keharmonisan dalam bekerja sehingga menimbulkan semangat pegawai dalam mencapai tujuan perusahaan.

d. Peraturan dan Kebijakan Perusahaan

Peraturan dan kebijakan yang ada pada sebuah perusahaan bertujuan untuk menjadikan pegawai disiplin dalam bekerja. Disiplin kerja adalah sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis (Nitisemito, 2001). Pada dasarnya kedisiplinan kerja adalah fungsi operatif yang terpenting dan menjadi tolak ukur untuk mengukur atau mengetahui, apakah fungsi-fungsi lainnya secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik atau tidak oleh perusahaan.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa peraturan dan kebijakan perusahaan pada penelitian ini termasuk tinggi dengan presentase 44,38%. Sebanyak 41,88% menilai peraturan dan kebijakan termasuk sedang, sedangkan 13,57% menilai peraturan dan kebijakan rendah karena peraturan mengenai upah lembur tidak terlalu memotivasi pegawai. Pengawasan yang dilakukan atasan dalam bekerja cukup membuat pegawai bekerja lebih baik karena merupakan bentuk perhatian pemimpin kepada bawahannya. Pemberlakuan pemotongan tunjangan kinerja setiap keterlambatan, didukung dengan pemanfaatan teknologi pada sistem absensi membuat kedisiplinan pegawai terekap dengan tepat.

(13)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 13

Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Pegawai Tabel 15. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi Rank Spearman (rs)

pada tinggkat signifikansi 0,01 diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,779 antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai (X1) dengan motivasi kerja pegawai (Y1).

Mengacu pada aturan Guilford nilai koefisien korelasi ini diartikan bahwa keeratan hubungan dua variabel kuat, hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang searah atau positif antara keduanya, dapat dikatakan semakin tinggi gaya kepemimpinan maka semakin tinggi pula motivasi kerja pegawai.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasi analisis maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh kepala BBIB adalah gaya konsultatif yang termasuk kedalam kategori sedang dengan presentase 50%.

2. Tingkat motivasi kerja pegawai di BBIB tergolong sedang dengan presemtase 50%. Faktor motivasi intrinsik lebih dominan, hal ini terlihat dari presentase perbandingan motivasi intrinsik yang lebih tinggi yaitu sebesar 62,50% sedangkan presentase faktor motivasi ekstrinsik sebesar 37,50%.

3. Terdapat hubungan yang kuat antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai di BBIB dengan koefisien korelasi (Rs) sebesar 0,779.

Saran

(14)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 14

1. Pemimpin meningkatkan gaya kepemimpinannya, menjaga komunikasi dengan pegawai, melibatkan pegawai dalam mengambil keputusan, menjaga empatinya terhadap pegawai, dan berpasrtisipasi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan

2. Pegawai meningkatkan upayanya dalam berprestasi, bertanggung jawab, semangat kerja, dan menjaga nama baik BBIB Singosari.

DAFTAR PUSTAKA

Davis Keith, New Strom, John W. 2000. Perilaku dalam Organisasi. Jakarta : Erlangga. Eisenberg, N. 2002. Empathy and its Development. New York. Cambridge University

Hasibuan, M. 2008. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta:Bumi Aksara.

Mangkunegara , A Prabu. 2005. Sumber Daya Manusia perusahaan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nitisemito, A Soemardji. 2001. Manajemen Personalia. Jakarta : Gahlia Indonesia. Thoha, Miftah. 2009. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. ___________. 2012. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Gambar

Tabel 15. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dilakukan uji variable yang meliputi umur, jenis kelamin, profesi, tingkat Pendidikan, domisili, rata-penggunaan gadget dan atau media sosial (jam/hari), lama

Perbaikan citra bertujuan meningkatkan tampilan citra untuk pandangan manusia atau untuk mengkonversi suatu citra agar memiliki format yang lebih baik sehingga

Kuat tekan “bata lempung” tergantung pada jenis tanah liat (Clay) dan komposisi bahan tambahan yang dicampurkan dan densitas dari blok, dengan “mix disain” dan pemadatan tertentu

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, menunjukkan bahwa penggunaan Media video tutorial dapat meningkatkan keterampilan dasar siswa saat melakukan Eksperimen dari

Based on these provisions, the delay in the implementation of the Decision of State Administration may be postponed on the grounds of 3 matters that if the

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan

Mata kuliah ini membahas berbagai macam pengukuran,yaitu: pengukuran poligon sebagai kerangka peta, pengukuran detail situasi sebagai isi peta, perhitungan dan

Perawatan crossbite dengan kombinasi quad helix dan tanggul gigitan posterior efektif dalam mengoreksi crossbite anterior pada usia remaja, akan tetapi perlu