• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN MPN COLIFORM DAN COLI TINJA PADA AIR SUMUR BOR DI PERUMAHAN CAHAYA BORNEO KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN MPN COLIFORM DAN COLI TINJA PADA AIR SUMUR BOR DI PERUMAHAN CAHAYA BORNEO KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN MPN COLIFORM DAN COLI TINJA PADA AIR SUMUR BOR DI PERUMAHAN CAHAYA BORNEO KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

Nurhalina1, Windarto2, Triseto Gunawan3 1Program Studi Analis Kesehatan UMP, Palangkaraya

2Dinas Kesehatan, Kota Palangkaraya,

3Mahasiswa Program Studi Analis Kesehatan UMP, Palangkaraya e-mail : Lina_wuna@yahoo.co.id

ABSTRAK

Air merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan manusia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun air dapat tercemar oleh bakteri akibat limbah rumah tangga, kegiatan industri, rumah sakit, dan lain-lain. Air yang terkontaminasi Bakteri Coliform dan Coli tinja dapat menyebabkan Penyakit Diare, disentri dan infeksi parasit usus lainnya. Pada Tahun 2012 di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat 5 kecamatan dan 9 desa yang terserang KLB diare dengan jumlah kematian 10 kasus pada Balita. Penderita diare mencapai 99.169 kasus dan 48,9 kasus di kota Palangka Raya. Penelitian ini akan melakukan gambaran kualitas mikrobiologi air pada sumur bor di Perumuahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya.

Rancangan penelitian adalah observatinal study dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas mikrobiologi air pada sumur bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua sumur bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya dengan jumlah sampel sebanyak 16 unit yang ditarik secara sampling jenuh. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi langsung, pengukuran dan uji laboratorium kualitas mikrobiologi air dengan metode Most Porable Number (MPN) Coliform dan Coli tinja.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 6,25 % sumur bor tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform 4/100 ml sampel dan Coli tinja 4/100 ml sampel. Sedangkan 93,75 % sumur bor memenuhi syarat kualitas mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform 0/100 ml sampel dan Coli tinja 0/100 ml sampel.

Kata Kunci : Kualitas Mikrobiologi Air, Metode MPN, Sumur Bor

PENDAHULUAN

Air merupakan zat penting dalam kehidupan manusia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, untuk kebutuhan makan, minum, memasak, mencuci, mandi,, membersihkan kotoran yang ada di rumah,rekreasi, industri dan lain-lain. Besarnya manfaat air bagi kehidupan manusia maka kualitas air harus terjamin baik kualitas fisik, kimiawi maupun bakteriologi. Di sisi lain

pesatnya pertumbuhan industri, kepadatan pemukiman penduduk dan rendahnya kesadaran masyarakat tentang pengelolaan limbah saat ini, menyebabkan kuantitas dan kualitas air berkurang (Amsyari,1996).

Mutu dan kualitas air dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan yang terkandung di dalam air. Bahan-bahan tersebut dapat berupa zat padat, cair maupun gas yang terlarut maupun tidak terlarut atau secara alamiah mungkin sudah

(2)

terdapat dalam air atau akibat kontaminasi bahan tercemar. Selain bahan kimia, bakteri yang bersifat patogenik juga dapat mencemari sumber air akibat kontaminasi limbah manusia. Menurut Candra (2005), penyebab utama pencemaran air berasal dari limbah rumah tangga (40%) seperti limbah dari septik tank, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), rembesan dari pembuangan sampah, bekas cuci piring dan lain.lain. Sedangkan pencemaran dari limbah industri sebesar 30 % sisanya merupakan limbah pertanian, peternakan, rumah sakit dan lain-lain. Sedangkan menurut Marcler dan Merkle (2000), penurunan kualitas air tanah berhubungan dengan kepadatan penduduk, jenis tanah dan jarak pembuangan limbah dengan sumber air yang tidak memenuhi syarat kesehatan .

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1992 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air, persyaratan mikrobiologis pada air bersih yaitu batas maksimal Bakteri Coliform dan Coli tinja pada setiap 100 ml sampel air adalah 50 /100 ml sampel pada sumber air non perpipaan sedangkan pada sumber air bersih perpipaan adalah 10/100 ml sampel. Pada sumber air minum, batas maksimal Bakteri Coliform dan Coli tinja adalah 0/100 ml sampel.

Kontaminasi air oleh Bakteri Coliform ataupun Coli tinja yang melebihi batas standar dapat menjadi ancaman kesehatan masyarakat. Pada Tahun 2014, WHO melaporkan sekitar 80

% penyakit menular ditularkan melalui air seperti diare, disentri, dan infeksi parasit usus lainnya. Penelitian Meityn dkk (2014), penggunaan air bersih berhubungan dengan kejadian diare pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Sangihe. Sejalan dengan penelitian Mardiana (2011), penggunaan air bersih berhubungan dengan kejadian diare di Desa Aneuk Paya Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2012 prevalensi diare di indonesia mencapai 7% dan mengalami peningkatan setiap tahun. Sedangkan di Kalimantan Tengah, diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik, penggunaan sumber air bersih dan rendahnya prilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Pada Tahun 2012 terdapat 5 kecamatan dan 9 desa yang terserang KLB diare di Provinsi Kalimantan Tengah. Prevalensi diare mencapai 99.169 kasus dan penderita yang ditangani 56,2 % dengan jumlah kematian 10 kasus pada Balita (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan informasi dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangka Raya (2015), masyarakat cenderung menggunakan air tanah dalam bentuk sumur bor sebagai sumber air bersih karena dianggap lebih murah, kualitas air bersih dan kuantitas yang mencukupi jika dibandingkan dengan air dari PDAM. Secara umum air tanah bebas dari polutan dan bakteri

(3)

patogen, namun air tanah dapat tercemar akibat rembesan limbah septik tank, limbah rumah tangga dan limbah industri (Candra, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran kualitas mikrobiologi air pada sumur bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Metode perhitungan Most Probable Number (MPN) atau Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) dengan metode tabung ganda yang terdiri dari dua tahap yaitu uji dugaan (presumptive test) dan uji penetapan (confirmed test) (Noval,S,S.dkk, 2010).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas mikrobiologi air pada sumber air bersih di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya berdasarkan karakteristik jarak sumur bor dengan septik tank, kedalaman sumur bor dan kualitas fisik air. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan IPTEK dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dan pengendalian

Penyakit Diare di Kota Palangka Raya akibat sumber air bersih yang tercemar.

METODE DAN BAHAN

Rancangan penelitian ini adalah Observasional Study dengan pendekatan deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas mikrobioogi air di Perumuhan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya berdasarkan jarak sumur bor dengan septik tank, kedalaman sumur bor dan kualitas fisik air. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya tanggal 1 juni sampai 30 juni 2015.

Populasi adalah seluruh sumur bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya. Tehnik penarikan sampel dilakukan secara sampling jenuh sehingga diperoleh besar sampel sebanyak 16 unit. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, pengukuran dan uji laboratoium dengan metode MPN dengan parameter sebagai berikut :

Tabel 1. Definisi Operasional, Skala Pengukuran, Alat Ukur dan Kriteria Objektif Karakteristik Sumur Bor Karakteristik sumur bor Definisi operasional Skala

Pengukuran Alat Ukur Kriteria objektif

Kualitas

Mikrobiologi air

Kualitas

mikrobiologi air pada sumur bor. Sumur bor adalah jenis sumber air bersih perpipaan

Nominal Metode MPN

Tidak Memenuhi Syarat ; apabila jumlah Coliform lebih dari 50/100 ml sampel dan Coli tinja lebih dari 0/100 ml sampel

Memenuhi Syarat ; Apabila jumlah Coliform ≤ 50 ml/100 ml sampel dan Coli tinja 0/100 ml sampel.

(4)

Jarak septik Tank Jarak septik tank dengan sumur bor

Nominal Meteran Tidak memenuhi syarat , apabila < 10 meter Memenuhi syarat apabila ≥ 10 meter Kedalaman

Sumur

Jarak sumur dari permukaan tanah

Nominal Koesioner < 15 meter ≥ 15 meter Kualitas Fisik

Air

Kualitas fisik air berdasarkan warna, bau dan rasa Nominal Indra penglihatan (mata), indra penciuman (hidung) dan indra perasa (lidah)

Tidak memenuhi syarat, apabila air tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa Memenuhi Syarat, apabila air berwarna, berbau dan berasa.

Sumber : Permenkes RI No.416 Tahun 1992

Tabel 2 Standar Pengukuran Nilai Most Probable Number Ragam II (9 Tabung)

Tabung

Nilai MPN

95 % Limit Confindence 3 dari 10 ml air 3 dari 1 ml air 3 dari 0.1 ml

air Rendah Tinggi

0 0 1 3 < 0.5 9 0 1 0 3 < 0.5 13 1 0 0 4 < 0.5 20 1 0 1 7 1 21 1 1 0 7 1 23 1 1 1 11 3 36 1 2 0 11 3 36 2 0 0 9 1 36 2 0 1 14 3 37 2 1 0 15 3 44 2 1 1 20 7 89 2 2 0 21 4 47 2 2 1 28 10 150 3 0 0 23 4 120 3 0 1 29 7 130 3 0 2 64 15 380 3 1 0 43 7 210

(5)

3 1 1 75 14 230 3 1 2 120 30 380 3 2 0 93 15 380 3 2 1 150 30 440 3 2 2 210 35 470 3 3 0 240 36 1300 3 3 1 460 71 2400 3 3 2 1100 150 4800 Sumber : Novel, S,S,.dkk, 2010

Alat-alat yang digunakan adalah autoclave, oven, refrigerator, inkabator, timbangan analitiik, botol wadah sampel, tabung reaksi, cawan petri, tabung durham, hot plate, bola hisap, pipet ukur, erlenmayer, gelas ukur, tally counter, lampu spritus, batang pengaduk, rak tabung, aluminium voil dan kapas. Alat-alat gelas terlebih dahulu disterilkan dalam oven pada suhu 180o C selama 15 menit sebelum digunakan. Sampel yang telah diambil segera diperiksa di laboratorium melalui 2 (dua) tahap; tes perkiraan (presumptive test) dan tes penegasan (comfirmed test).

1. Pembuatan media

a. Pembuatan Media Lactosa Broth Single Strength (LBSS)

Menimbang media LB sebanyak 13 gram lalu masukan ke dalam Erlenmeyer. Tambahkan aquadest sebanyak 1 liter, panaskan media sampai larut sempurnah, lalu masukan ke dalam tabung reaksi 16 x 160 mm yang telah diisi oleh tabung durham sebanyak 10 ml lalu sterilkan di autoclave dengan suhu 1210 C selama 15-20

menit (Novel,S,S,. dkk, 2010)

b. Pembuatan Media Lactosa Broth Double Strength (LBDS)

Dilakukan 2 kali penimbangan media LB, kkemudian masukkan ke dalam tabung reaksi 16x 60 mm sebanyak 5 ml lalu sterilkan di autoclove selama 15-20 menit dengan suhu 1210 C (Novel,S,S,. dkk,

2010).

c. Pembuatan Media Briliant Green Bile Lactosa Broth (BGLB)

Timbang media sebanyak 40 gram dan masukkan ke dalam Erlenmeyer, tambahkan aquadest sebanyak 1 liter, panaskan hingga media larut sempurna kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi 16 x 160 mm sebanyak 5 ml (lengkap dengan tabung durham) lalu sterilkan pada autoclave dengan suhu 1210 C selama 15-20 menit (Novel,S,S,. dkk, 2010).

2. Prosedur Kerja

a. Tes Perkiraan

Sampel yang telah dihomogenkan dipipet ke dalam media LBDS dan LBSS. 3 tabung LBDS pertama ditambahkan 10 ml sampel air dan 3 tabung LBSS kedua ditambahkan 0.1 ml sampel air, kemudian diinkkubasi pada

(6)

suhu 370 C selama 1 x 24 jam. Hasil positif ditunjukan dengan adanya kekeruhan dan pembentukan gas di dalam tabung durham yang dipasang terbalik di dalam media laktos (Novel,S,S,. dkk, 2010).

b. Tes Penegasan

Media LB yang menunjukan hasil positif kekeruhan dan gas diambil 1-2 ose lalu ditanam ke dalam media BGLB dengan 2 seri. Satu seri diinkubasi pada suhu 370 C

untuk pemeriksaan Coliform dan 1 seri lagi diinkubasi pada suhu 440 C untuk pemeriksaan Colitinja. Kedua seri media BGLB diinkubasi 24-48 jam. Kemudian diamati munculnya kekeruhan/ gas pada masing-masing tabung tersebut. setelah itu hasilnya dibaca dan diinterpretasi dengan menggunakan tabel MPN Ragam II (Novel,S,S,. dkk, 2010).

Gambar 2. Media BGLB yang menunjukan hasil positif dan negatif (Dokumentasi Tahun 2015)

HASIL PENELITIAN

Tabel 3 Gambaran Kualitas Mikrobiologi air Pada Sumur Bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya Tahun 2015

Sampel

Media LB Media BGLB Indeks MPN/ 100

ml Kualitas Mikrobiologi 10 ml 1 ml 0,1 ml 370C 440C Coliform Coli Tinja 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 4 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 5 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 7 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 8 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 9 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4 4 Tidak memenuhi syarat 10 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat

(7)

13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat Sumber : Data Primer, 2015

Tabel 4 menunjukan bahwa 15 unit sampel (93,75 %) memenuhi syarat kualitas mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform dan Coli tinja adalah 0/100 ml sampel. Sedangkan 1

unit sampel (6,25 %) tidak memenuhi syarat mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform dan Coli tinja masing-masing 4/100 ml sampel.

Tabel 4. Gambaran Kualitas Mikrobiologi Air Berdasarkan Karakteristik Sumur Bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya Tahun 2015

Karakteristik Sumur Bor

Kualitas Mikrobiologi

Memenuhi syarat Tidak Memenuhi syarat

Jarak dengan Septik Tank

Tidak memenuhi syarat 9 60,0 1 100

Memenuhi syarat 6 40,0 0 0 Jumlah 15 100 1 100 Kedalaman < 15 meter 2 13,3 1 100 ≥15 meter 13 86,7 0 0 Jumlah 15 100 1 100 Kualitas Fisik

Tidak memenuhi Syarat 0 0 0 0

Memenuhi Syarat 15 100 1 100

Jumlah 15 100 1 100

Sumber : Data Primer, 2015

Tabel 5, menunjukan bahwa 100 % sumur bor yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologi mempunyai jarak dengan septik tank < 10 meter (tidak memenuhi syarat kesehatan) dan mempunyai kedalam < 15 meter. Namun 100 % sumur bor yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologi mempunyai kualitas fisik air yang baik atau memenuhi syarat kesehatan.

PEMBAHASAN

Penelitian menunjukkan bahwa bahwa 93.75 % sumur bor memenuhi syarat kualitas mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform 0/100 ml sampel dan Coli tinja 0/100 ml sampel. Sedangkan 6.25 % sumur bor tidak memenuhi syarat mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform 4/100 ml sampel dan Coli tinja 4/100 ml sampel. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 146 Tahun 1992 tentang syarat-syarat dan

(8)

kualitas air, persyaratan mikrobiologis pada sumber air bersih perpipaan ditetapkan 50 /100 ml sampel Coliform dan 0/100 ml sampel Coli tinja. Dengan demikian 6.25 % sumur bor (Sampel nomor 9 pada tabel 3) yang digunakan sebagai sumber air bersih di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya tidak tidak layak digunakan.

Berdasarkan hasil observasi, 100 % sumur bor yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologi mempunyai jarak dengan septik tank < 10 meter (tidak memenuhi syarat kesehatan) dan mempunyai kedalam < 15 meter. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa 60 % sumur bor yang memenuhi syarat kualitas mikrobiologi memiliki jarak dengan septik tank < 10 meter (tidak memenuhi syarat kesehatan) dan 13,3 % mempunyai kedalaman < 15 meter. Namun 100 % sumur bor, baik yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologi maupun sumur bor yang memenuhi syarat kualitas mikrobiologi mempunyai kualitas fisik air yang baik atau memenuhi syarat kesehatan.

Analisis kualitas air juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti dan pengukuran jarak sumber air bersih dengan septik tank, kualitas fisik air dan kedalaman sumur bor. Penelitian Sarah, RE,. dkk (2014), menunjukan bahwa 91,66 % sumber air minum rumah tangga di Kecamatan Sukabumi Bandar Lampung terkontaminasi Bakteri Coliform dan Coli tinja karena letak sumber air dengan pembuangan limbah dan septik tank tidak memenuhi syarat kesehatan. Selain itu,

penelitian dari Eldawati (2010) tentang kondisi bakteriologi air sumur di beberapa pemukiman di Kota Padang, menunjukan bahwa 89 % sumur tercemar oleh Bakteri Coliform dan Coli tinja karena jarak sumur dengan septik tank tidak memenuhi syarat kesehatan dan luas tanah tiap rumah hanya 90 m2. Sejalan dengan penelitian Asnidar Yusuf,.dkk (2011) tentang kualitas air sumur di RT 12,17, 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Jakarta Timur menunjukan bahwa 84 % sumur tercemar Bakteri Coliform dan 8 % tercemar zat kimia berbahaya. Tingginya kontaminasi bakteri dipengaruhi karena padatnya perumahan penduduk, letak sumur dekat dengan septik tank dan pembuangan limbah yang jaraknya tidak memenuhi standar kesehatan.

Menurut Martoyo (2003), jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah termasuk septik tank mempengaruhi kualitas air secara fisik dan kualitas mikrobiologi air. Kemampuan penyebaran bakteri di dalam tanah dapat mencapai jarak sejauh sebelas meter (5+6). Sejauh 5 meter dari sumbernya kelihatan bakteri menyebar mencapai kedalaman 2 meter kemudian membentuk kerucut sejauh 6 meter dari titik maksimum luas penyebarannya. Demikian juga penyebaran bahan-bahan kimia (chemis) sejauh 25 meter kelihatan menyebar mencapai kedalaman 9 meter , kemudian dari titik maksimum penyebaran tersebut membentuk kerucut sampai sejauh 70 meter dari titik penyebaran maksimum. Keadaan tersebut

(9)

didasarkan pada asumsi kecepatan pengaliran air tanah sampai 3 meter perhari.

Menurut Marcler dan Merkle (2000), pencemaran air tanah atau penurunan kualitas air tanah berhubungan erat dengan tingkat kepadatan penduduk, sebab semakin banyak jumlah penduduk maka limbah yang dibuang ke lingkungan semakin besar. Kepadatan penduduk menyebabkan lahan banyak digunakan untuk pemukiman dan pembangunan sehingga jarak antar rumah semakin dekat serta pekarangan semakin sempit. Pekarangan rumah yang sempit menyebabkan penduduk banyak yang membuat septik tank di rumahnya yang letaknya dekat dengan sumber air bersih. Kepadatan penduduk juga menyebabkan tingginya aktifitas penduduk yang berakibat pada meningkatnya limbah rumah tangga penduduk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk tersebut. Aktifitas penduduk dapat mempengaruhi kualitas tanah karena semua aktifitas penduduk menghasilkan limbah yang berbeda-beda seperti limbah rumah tangga, limbah restoran, pertanian dan kegiatan industri lainnya.

Dalam analisis peneliti, penelitian ini menemukan bahwa 60 % sumur bor yang memenuhi syarat kualitas mikrobiologi memiliki jarak dengan septik tank < 10 meter (tidak memenuhi syarat kesehatan) dan 13,3 % mempunyai kedalaman < 15 meter. Berdasarkan hasil observasi, hal ini dimungkinkan karena tingkat kepadatan penduduk di Perumahan Cahaya Borneo masih relatif rendah, jarak rumah dengan rumah yang

lain cukup luas mencapai 15 m2 x 10 m2 sehingga tidak ada kemungkinan pencemaran silang dari limbah tentangga. Rendahnya pencemaran Bakteri Coliform dan Coli tinja di Perumahan Cahaya Borneo juga disebakan karena tidak ada aktifitas industri di perumahan tersebut yang memungkinkan dapat mencemari sumber air bersih.

Selain itu kualitas air juga dipengaruhi oleh jenis tanah, dimana jenis tanah di Kota Palangkaraya merupakan tanah gambut yang memungkinkan dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme termasuk Bakteri Coliform dan Coli tinja, jumlah mikroorganisme cenderung menurun dengan meningkatnya keasaman tanah. Secara umum sifat kimia tanah gambut didominasi oleh asam-asam organik yang merupakan suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman (Agus dan Subiksa, 2008).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kehadiran berbagai bakteri pada sumber air bersih antara lain adalah jarak septik tank dengan sumber air bersih, kedalaman sumur bor dan kualitas fisik air. Namun banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas mikrobiologi sumber air bersih pada kondisi tertentu. Oleh karena itu kontrol kualitas mikrobiologi air perlu dilakukan secara berkala (tergantung pada tingkat kepadatan penduduk, sedimen tanah dan aktifitas industri di wilayah tersebut). Begitupula pengendalian limbah rumah tangga dan limbah industri, sehingga masyarakat dapat

(10)

terhindar dari ancaman kesehatan masyarakat akibat pencemaran sumber air bersih.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, 6.25 % sumur bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya tidak layak digunakan karena tidak memenuhi syarat mikrobiologi, dengan nilai MPN Coliform adalah 4/100 ml sampel dan Coli tinja adalah 4/100 ml sampel. Adanya pencemaran Bakteri Coli form dan Coli tinja dimungkinkan karena jarak sumur bor dengan septik tank tidak memenuhi syarat kesehatan dan kedalaman sumur bor < 15 meter. Hasil observasi menunjukan bahwa 100 % sumur bor yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologi mempunyai jarak dengan septik tank < 10 meter (tidak memenuhi syarat kesehatan) dan mempunyai kedalam < 15 meter.

DAFTAR PUSTAKA

1. Agus,F,. & I.G.M.Subiksa.2008. Lahan gambut : Potensi Untuk Pertanian Dan Aspek lingkungan. Bogor : Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF).40 hal

2. Amsyari, F.1996. Membangun Lingkungan Sehat : Menyambut 50 Tahun Indonesia Merdeka. Surabaya : Airlangga University Press.

3. Askari, Martoyo.2003,Penyediaan Air Bersih, Fakultas Tehnik Universitas Negeri Palembang

4. Chandra, Budiman.2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

5. Eldawati. 2010. Kondisi Bakteriologis Air Sumur Masyarakat di Beberapa Pemukiman di Kota Padang.Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas

6. Kemenkes RI.2013. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI

7. Kasaluhe,D,Meytin,.Ricky,C,Sondakh,.Mola nda,Nancy.2014.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Kepulauan Sangihe. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

8. Mardiana. 2011. Faktor-Faktor Yang Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Aneuk Paya Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh.

9. Macler, B. A, and Merkle, J. C. 2000. Current Knowledge On Groundwater Microbial Pathogens And Their Control. Hydrogeology Journal, Volume 8, Issue 1, pp 29-40

10. Novel, Sinta Saskia, dkk, (2010). Praktikum Mikrobiologi Dasar, Jakarta : Trans info Media.

11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1992 Tentang Syarat-Syarat dan Kualitas Air.

12. Saepudin, Malik. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Trans Info Media

13. Sarah,RE. 2013. Analisis Kualitas Sumber Air Minum Rumah Tangga di kecamatan Sukabumi Bandar Lampung.Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

14. Suriawiria.2008. Mikrobiologi Air dan Dasar- Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis, Bandung : PT. ALUMNI.

15. Yusuf, Yusnidar, dkk.2011,Analisa Kandungan Air Sumur Warga RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur .Skripsi. Fakultas Farmasi UHAMKA.

(11)
(12)

Gambar

Tabel 1. Definisi Operasional, Skala Pengukuran, Alat Ukur dan Kriteria Objektif  Karakteristik  Sumur Bor  Karakteristik  sumur bor  Definisi  operasional  Skala
Tabel 2  Standar Pengukuran Nilai  Most Probable Number Ragam II (9 Tabung)  Tabung
Tabel  3  Gambaran  Kualitas Mikrobiologi air Pada Sumur Bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota  Palangka Raya Tahun 2015
Tabel    4    menunjukan  bahwa  15  unit  sampel  (93,75  %)    memenuhi  syarat  kualitas  mikrobiologi  dengan  nilai  MPN  Coliform  dan  Coli tinja adalah 0/100 ml sampel

Referensi

Dokumen terkait

a. Mengetahui tingkat keanekaragaman burung Ordo Ciconiiformes di kawasan konservasi mangrove Tambaksari Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Mempelajari jenis

Nilai SAIFI Penyulang Oesao tahun 2012 lebih tinggi dari pada penyulang lainnya disebabkan oleh panjang saluran, komponen yang terpasang dan jumlah pelanggan

Yanchuik inia nukurinkia tuke nii nawantrin unuinin armiayi tsankuran penker pujusmi tusar, tura yanchuikia inia juntrinkia kajeu armiayi turau asamti tuke nawan

(2013) dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Silvia dan Heru (2017) mengenai investment opportunity set (IOS), maka ada ketertarikan untuk melakukan

Sedangkan ada satu pemilik home industry kripik tempe yang belum mengetahui tentang SAK ETAP yaitu home industry kripik tempe Eka, hasil wawancara dengan Bapak Kemis

Belajar mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu mahapeserta didik melihat bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya,

Hasil penelitian menunjukan bahwa peluang pengembangan Sistem Informasi Akademik Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan terletak pada kebijakan dan isu

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, anugerah, penyertaan dan kasih setia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Optimasi CMC NA Sebagai Matriks