• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Agus Suprijono, 2009:54). Pembelajaran dalam kooperatif learning dimulai dengan guru menginformasikan tujuan-tujuan dari pembelajaran dan memotifasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Kemudian dilanjutkan langkah-langkah di mana siswa di bawah bimbingan guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling bergantung. Fase terakhir dari kooperatif learning meliputi penyajian produk akhir kelompok atau mengetes apa yang telah dipelajari siswa dan pengenalan kelompok dan usaha-usaha individu ( Isjoni, 2014:86).

Adapun beberapa model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Muhammad Faiq (2013) yaitu:

1. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)

Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor.

(2)

2. STAD (Student teams Achievement Division)

Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya.

3. Jigsaw

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu (1) kelompok asal (home group) dan (2) kelompok ahli (expert group). Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan kesepakatan mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian.

4. TGT (Teams Games Tournament)

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi

(3)

poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil.

5. TPS (Think Pairs Share)

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya dikembangkan oleh Frank T. Lyman (1981). Tipe model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari seluruh kelas.

6. TPW ( Think Pairs Whrite)

Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share). Penekanan model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah setelah mereka berpasangan, mereka diminta untuk menuliskan jawaban atau tanggapan terhadappertanyaan yang telah diberikan oleh guru.

7. NHT (Numbered Head Together)

Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu melalui diskusi.

(4)

Dari beberapa model pembelajaran di atas pada penelitian ini penulis akan fokus pada satu model pembelajaran yaitu NHT (Numbered Head Together). Karena sesuai dengan pendapat Anita Lie Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama siswa dalam pembelajaran. Dengan adanya semangat kerjasama tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

2.1.2 Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce & Weil dalam Rusman, 2013:133). Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Miftahul Huda, 2013:46).

Menurut Rusman (2013:133) model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Untuk menciptakan pembelajaran yang sesui dan efisien serta pembelajaran yang menyenangkan maka guru dapat menerapkan prinsip pembelajaran yang dilakukan dengan bermain (belajar sambil bermain dan bermain dalam pembelajaran) salah satunya dengan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together).

Anita Lie (Inna Naiza, 2013) mengatakan bahwa Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) atau kepala bernomor adalah suatu tipe dari pengajaran kooperatif pendekatan struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.

Menurut Muhammad Nur (2010:78) model pembelajaran NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah

(5)

guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut.

Miftahul Huda (2011:130) menyatakan bahwa NHT pada dasarnya varian dari diskusi kelompok teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok. Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok, masing-masing anggota kelompok di beri nomor. Setelah itu guru memanggil nomor (baca;anggota) secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT adalah dimana siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang mendapatkan kepala bernomor sama, kemudian setelah berada dalam satu kelompok tiap siswa mendapatkan nomor untuk nomor identitasnya.secara acak guru memanggil nomor identitas siswa untuk menjawab soal yang sebelumnya telah didiskusikan bersama kelompoknya.

2.1.2.1 Langkah-langkah model pembelajaran NHT

Pada dasarnya, NHT merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok. Menurut Mulyadi (2011:134) langkah-langkah penerapan NHT yaitu:

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya

3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya 4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan dengan nomor yang

dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka

5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor lain 6. Guru menyimpulkan

Menurut Agus Suprijono (2009:92) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran NHT yaitu:

(6)

1. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil

2. Tiap-tiap orang dalam dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor sesuai jumlah kelompok

3. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok

4. Tiap-tiap kelompok diberikan kesempatan untuk menemukan jawaban dengan berdiskusi memikirkan jawaban atas jawaban guru

5. Guru memanggil peserta didik yang memilikki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok

6. Siswa diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan dari guru 7. Pemanggilan nomor peserta dilakukan secara berulang-ulang hingga

dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru

Menutut Miftahul Huda (2013:203) sintak atau tahap-tahap pelaksanaan NHT pada hakikatnya hampir sama dengan diskusi kelompok, yang rinciannya adalah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok.

2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.

3. Guru memberi tugas atau pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya.

4. Setiap kelompok dianggap mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

5. Guru memanggil salah satu nomor secara acak.

6. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok.

Dari beberapa langkah di atas, dapat disimpulkan langkah-langkah model pembelajaran NHT adalah sebagai berikut dan yang akan digunakan dalam penelitian ini

1. siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang masing-masing mendapat satu nomor

(7)

2. guru memberikan tugas untuk didiskusikan dalam setiap kelompok 3. kelompok mulai berdiskusi dan memastikan semua anggota kelompok

telah mengerjakan dan mengetahui jawaban dari soal yang diberikan oleh guru

4. guru memilih salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dengan pemanggilan nomor secara acak di dalam kelompok 5. kelompok lain memberikan tanggapan

6. pemanggilan nomor dilakukan berulang-ulang sampai tiap kelompok sudah dipanggil semua

7. siswa diajak membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran

2.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan model pembelajaran NHT

Yusrin (2012) menyebutkan beberapa kelebihan dalam penerapan model pembelajaran NHT yaitu:

1. Setiap siswa menjadi siap semua

2. Dalam melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3. Dapat melakukan diskusi mengajari siswa yang kurang pandai

4. Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi

5. Siswa pandai maupun siswa lemah sama -sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif

6. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan

7. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan

Sedangkan Kekurangan Model Number Heads Together yaitu menurut Yusrin (2012) yaitu:

1. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.

(8)

2. Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.

3. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda -beda serta membutuhkan waktu khusus.

4. Guru tidak mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 5. Waktu yang dibutuhkan banyak

6. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru 7. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Menurut Nurtavita (2011), kelebihan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) antara lain:

1. Memberi motivasi

Dengan pemberian nomor pada siswa merupakan hal baru bagi siswa dalam belajar sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar.

2. Menambah rasa percaya diri

Model NHT juga menambah rasa percaya diri siswa, karena dalam model ini ada pemanggilan nomor dalam menjawab hasil diskusi, sehingga dalam diri siswa timbul rasa percayadiri.

3. Siswa aktif

Model NHT akan menambah keaktifan siswa dalam belajar, karena siswa di perbolehkan memberika pendapat dan menukar pendapat, sehingga siswa aktif dalam belajar.

Sedangkan kelemahan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) menurut Nurtavita (2011) adalah :

1. Waktu ruang

Belajar dengan menggunakan model pembelajaran NHT memerlukan waktu yang agak panjang, supayasiswa lebih memahami materinya.

(9)

2. Membuat panik siswa

Model pembelajaran NHT juga dapat membuat grogi atau panik siswa, karena bagi nomor yang di panggil harus menjawab dan mereka panik saat pemanggilan nomor.

3. Membuat repot guru

Model pembelajaran NHT merupakan metode diskusi kelompok yang menggunakan nomor, sehingga sebelum pelajaran dimulai guru harus mempersiapkan nomor, ini membuat guru agak repot. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran NHT yaitu:

1. Membuat siswa lebih aktif selama proses pembelajaran

2. Adanya komunikasi dan interaksi anatara guru dan siswa dengan berdiskusi dan presentasi

3. Mendorong siswa untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah 4. Bisa saling bertukar pendapat dan mengembangkan ide-ide yang

dimilikki

5. Siswa akan lebih aktif dan percaya diri

Sedangkan kelemahan model pembelajaran NHT yaitu: 1. Suasana kelas akan sedikit ramai

2. Saat hendak duduk berkelompok membutuhkan waktu yang agak lama 3. Siswa yang pandai akan lebih mendominasi saat diskusi kelompok

sehingga membuat minder siswa lain 4. Memberikan efek panik terhadap siswa

2.1.3 Media Teka-teki Silang 2.1.3.1 Hakikat Media

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar yaitu segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar (Haryanto, 2012). Sedangkan menurut National Education Association ( Mulyadi, 2011:178) memberikan definisi media

(10)

sebagai bentuk-bentuk komunikasi, baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya.

Gerlach dan Ely (Mulyadi, 2011:176) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, potografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat bantu dalam proses pembelajaran berupa sarana fisik yang digunakan untuk menyampaikan materi yang dapat merangsang kemampuan berfikir dan keterampiran belajar.

2.1.3.2 Manfaat Media

Menurut Sudjana & Rivai dalam Herminegari (2012) manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

(11)

Menurut Sumato (Sa’dun Akbar, 2013:119) mengidentifikasi manfaat media yaitu:

1. Memperjelas penyajian pesan dan informasi

2. Meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga menimbulkan motivasi belajar dan interaksi secara langsung

3. Mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu 4. Memberikan kesamaan pengalaman belajar pada siswa

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan yaitu:

Manfaat media adalah untuk menarik perhatian serta memotivasi belajar siswa selama proses pembelajaran, memperjelas penyajian informasi guna memberikan kesamaan pengalaman belajar agar siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

2.1.3.3 Jenis-jenis Media Pembelajaran

Herminegari (2012) menyebutkan ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya :

1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik 2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya 3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan

sejenisnya

4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.

Mulyadi (2011:180) menyebutkan delapan jenis-jenis media pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Media visual

Media visual juga disebut media pandang karena media yang hanya dapat dilihat. Jenis media visual ini nampaknya paling sering digunakan oleh guru pada lembaga pendidikan untuk membantu menyampaikan isii dari tema pendidikan yang sedang disampaikan.

(12)

2. Media audio

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang nerangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk mempelajarai tema. Contoh media audio adalah program kaset suara dan program audio.

3. Poster

Poster merupakan suatu gambar yang mengkombinasikan unsur-unsur visual, seperti grafis, gambar dan kata-kata yang bermaksud menarik perhatian serta mengkomunikasikan pesan secara singkat.

4. Bagan

Bagan adalah gambaran dari sesuatu yang didiskusikan dengan garis, gambar dan kata-kata. Sebuah bagan dimaksudkan untuk memeragakan sesuatu pokok pelajaran yang menunjukkan adanya hubungan, perkembangan, atau perbandingan sesuatu.

5. Diagram

Diagram adalah suatu gambaran terbuka dari suatu objek atau proses. Maksudnya adalah sesuatu yang diterangkan irisannya atau penampangnya dengan gambar, garis dan kata-kata, misalnya penampang batang pohon, kulit manusia dan jantung.

6. Grafik

Grafik merupakan pemakaian lambang-lambang visual untuk menjelaskan data statistik. Guna mempermudah pengertian pembelajar, deretan angka-angka dapat digambarkan dengan lambang-lambang visual seperti garis-garis, titik-titik, gambar atau bentuk-bentuk tertentu sehingga menarik dan mudah dimengerti.

7. Peta datar

Peta adalah gambar yang menjelaskan permukaan bumi atau beberapa bagian daripada yang menunjukkan ukuran dan posisi yang relatif, menurut skala yang digambarkan.

(13)

8. Penggunaan Powerpoint Untuk Keperluan Mengajar

Untuk mempresentasikan materi, guru bisa menggunakan ptogram ini. Bila guru ingin mempresentasikan materi dengan menggunakan program powerpoint maka ada perangkat lain yang harus disiapkan oleh guru selain komputer, yaitu proyektor.

Dalam penelitian ini jenis media yang digunakan adalah media visual jenis bagan berbentuk teka-teki silang yang akan digunakan sebagai media pembelajaran.

2.1.4 Teka-teki Silang

Teka-teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk (Erlina, 2011) . Selain itu mengisi teka-teki silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasikan , selain juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer , selain itu juga berguna untuk pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara santai. Melihat karakteristik TTS yang santai dan lebih mengedepankan persamaan dan perbedaan kata , maka sangat sesuai kalau misalnya dipergunakan sebagai sarana peserta didik untuk latihan dikelas yang diberikan oleh guru yang tidak monoton hanya berupa pertanyaan-pertanyaan baku saja. Cara ini cukup menarik minat siswa, juga cara ini lebih memfokuskan siswa untuk mengingat-ingat materi yang telah dipelajarinya,sehingga semua siswa tidak ada yang berdiam diri, semuanya bekerja mengerjakan soal TTS (Muaalimin, 2014).

Teka-teki silang yang menjadi kegemaran lintas generasi ini, sesungguhnya merupakan hal baru, tetapi tidak begitu baru. Artinya, hal ini sudah berlangsung dari zaman ke zaman dengan format dan bentuk yang serupa tapi tak sama. Catatan sejarah menyatakan bahwa format TTS seperti sekarang sudah ada sejak zaman kuno. Bentuknya masih cukup sederhana, yaitu sebuah bujur sangkar berisi kata-kata, huruf-huruf yang sama pada bujur sangkar itu menghubungkan kata-kata secara vertikal dan horizontal (Khalilulah, 2012).

(14)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan TTS adalah suatu permainan mengisi ruang-ruang kosong berbentuk kotak dengan huruf-huruf yang disusun membentuk suatu kata sesuai dengan petunjuk pertanyaan yang di maksudkan untuk mengasah daya pikir siswa.

2.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.5.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. (Susanto, 2013:167) mengemukakan sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosesur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

Menurut Samantoa (2011:3) Ilmu pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harifah dapat di sebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam, sedangkan Widyastyanto (2011:1) menyatakan bahwa IPA (sains) merupakan salah satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta lingkungan alam buatan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah salah satu mata pelajaran pokok yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam melalui pengamatan dan penalaran serta mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta lingkungan alam buatan.

2.1.5.2 Tujuan IPA

Sesuai dengan Permendiknas no. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

(15)

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.5.3 Karakteristik IPA

IPA juga memilikki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Karakteristik tersebut menurut Jacobsor & Bergman (Susanto, 2013:171) meliputi:

1. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori.

2. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya.

3. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam.

4. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja.

5. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.

(16)

2.1.5.4 Ruang Lingkup Bahan Kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Depdiknas (2007: 485) Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut :

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya.

Menurut Peraturan Menteri Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA kelas V semester II meliputi energi dan perubahannya serta bumi dan alam semesta. Kedua aspek tersebut di jabarkan ke dalam dua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut

(17)

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan perubahannya 9. Memahami hubungan antara

gaya, gerak, dan energi serta fungsinya

5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)

5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat

10. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu model∕karya

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

6.2Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya

Bumi dan Alam Semesta 11. Memahami perubahan yang

terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan

7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi

7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya

7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air

7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan

7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb)

Dari SK dan KD di atas pokok bahasan dalam penelitian ini berkaitan dengan Pesawat Sederhana

2.1.5.5 Kisi-Kisi Kegiatan Observasi

Berkaitan dengan SK dan KD di atas peneliti memaparkan kisi-kisi observasi yang akan dilakukan sesui dengan materi yaitu pesawat sederhana dengan menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) dengan media teka-teki silang yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(18)

Tabel 2.2

Kisi-kisi Kegiatan Observasi Mata Pelajaran IPA

Kegiatan Diskripsi Kegiatan

Pendahuluan

1. Guru membuka pelajaran dengan salam dan Do’a dan mengabsen siswa

2. Guru melakukan apresepsi sebagai awal kegiatan pembelajaran

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

4. Guru menginformasikan langkah-langkah pembelajaran NHT dengan media Teka-teki silang

Kegiatan inti

a. Eksplorasi

1. Guru membagi kelompok terdiri dari 3-4 siswa 2. Guru menyajikan materi pembelajaran

b. Elaborasi

1. Siswa mengamati dengan cermat materi yang di sampaikan

2. Guru memberikan soal berkaitan dengan materi 3. Siswa mendiskusikan jawaban bersama kelompok 4. Guru menunjuk salah satu kepala nomor dari

kelompok tercepat

5. Kelompok tercepat maju menyampaikan hasil diskusi 6. Siswa menuliskan jawaban pada lembar teka-teki

silang c. Konfirmasi

1. Guru menyampaikan kesimpulan pembelajaran 2. Kelompok terbaik mendapat reward

3. Siswa mengerjakan soal evaluasi

(19)

2.1.6 Hasil Belajar

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat (Purwanto, 2013)

Menurut Agus Suprijono (2009:7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang di kategorisasi oleh para pakar pendidikan tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

Suprijono (2011:5) mengemukakan hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar berupa informasi verbal yang berbentuk bahasa, keterampilan intelektual yang mampu mempresentasikan konsep dan lambang, strategi kognitif yang berkaitan dengan kaidah memecahkan masalah, keterampilan motorik yang mampu melakukan serangkaian gerak jasmani, dan sikap yang mampu menjadikan nilai sebagai standar perilaku.

Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku, kemampuan, dan keterampilan siswa yang diperoleh melalui kegiatan belajar.

2.1.6.1 Cakupan Hasil Belajar

Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2009:6) hasil belajar mencakup kemampuan:

1. Domain kognitif

Domain kognitif adalah knowlage (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), aplication (menerapkan), analysis (menguraikan, Menentukan

(20)

hubungan), syintesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan evaluation (menilai).

2. Domain afektif

Domain afektif adalah reciving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

3. Domain psikomotorik

Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-rountine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan pdoduktif, teknik, fisik, sosial, menejerial, dan intelektual.

2.1.6.2 Jenis-jenis Hasil Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran pada akhirnya akan diperoleh output dan outcome dari kegiatan belajar. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (Agus Suprijono, 2009:5-6), hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsanagan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. 3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

(21)

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Horward Kingsley (Nana Sudjana, 2013:22) membagi tiga macam hasil belajar yakni:

1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengertian 3. Sikap dan cita-cita

Adapun macam-macam hasil belajar yang di kemukakan oleh Ahmad susanto (2013:6-10) yaitu sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep

Pemahaman adalah kemampuan menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.

2. Keterampilan proses

Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa

3. Sikap

Sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi, sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak.

Jadi jenis-jenis hasil belajar yang diperoleh siswa meliputi informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, kebiasaan, cita-cita, keterampilan motorik, pemahaman konsep, keterampilan proses serta perubahan sikap.

(22)

Sedangkan dalam penelitian ini hasil belajar dibatasi pada aspek kognitif terutama knowlage (pengetahuan, ingatan) dan comprehension (pemahaman).

2.1.6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan susuatu baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya (Ahmad Susanto, 2013:12). Berdasarkan teori tersebut Ahmad Susanto mengemukakan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal sebagai berikut:

1. Siswa

Dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani.

2. Lingkungan

Yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreatifitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.

Ruseffendi (Ahmad susanto, 2013:14-18) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam yaitu:

1. Kecerdasan anak

Kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran yang diberikan meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya.

2. Kesiapan dan Kematangan

Kesiapan dan lematangan adalah tingkat perkembangan dimana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses

(23)

belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan keberhasilan dalam belajar tersebut.

3. Bakat

Menurut chaplin, yang dimaksud dengan bakat adalah kemampuan potensi yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

4. Kemauan belajar

Salah satu tugas guru yang kerap sukar dilaksanakan ialah membuat anak menjadi mau belajar atau menjadi giat untuk belajar. Keengganan siswa untuk belajar mungkin disebabkan karena ia belum mengerti bahwa belajar sangat penting untuk kehidupan kelak.

5. Minat

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya.

6. Model penyajian materi pelajaran

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pula pada model penyajian materi. Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar.

7. Pribadi dan Sikap Guru

Siswa, begitu juga manusia pada umumnya dalam melakukan belajar tidak hanya melalui bacaan atau melalui guru saja, tetapi bisa juga melalui contoh-contoh yang baik dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan.

8. Suasana pengajaran

Faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar suasana pengajaran. Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru dan menumbuhkan suasana yang aktif diantara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran.

(24)

9. Kompetensi guru

Guru yang profesional memilikki kemampuan-kemampuan tertentu. Kemampuan-kemampuan itu diperlukan dalam membantu siswa dalam belajar. Keberhasilan siswa belajar akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru yang profesional.

10. Masyarakat

Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh karena itu, pantaslah dalam dunia pendidikan lingkungan masyarakatpun akan ikut mempengaruhi kepribadian siswa.

Wasliman dalam Ahmad Susanto (2013:12-15) mengatakan ada berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, baik faktor internal maupun eksternal . Secara terperinci uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2. faktor eksternal

faktor eksternal merupakan faktor yang yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Selain faktor internal dan eksternal Wasliman (Ahmad Susanto, 2013:13) juga mengatakan bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa.

(25)

Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar selain dari faktor internal dan eksternal, hasil belajar juga dipengaruhi oleh kecerdasan anak, kesiapan dan kematangan, bakat, kemauan belajar, minat, model penyajian materi pelajaran, pribadi dan sikap guru, suasana pengajaran, kompetensi guru, masyarakat, siswa itu sendir, lingkungan serta sekolah.

Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor eksternal khususnya pada metode mengajar dan media pembelajaran.

2.2 Penelitian Kajian Yang Relevan

Penelitian yang telah dilakukan oleh Lila (2013) dengan judul penelitian Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2012/1013. Berdasarkan pengujian, diketahui bahwa thitung> ttabel (2.756 > 2.020 dan signifikansi < 0.05 (0.009 < 0.05), maka Ho ditolak, atau hipotesis yang menyatakatan tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013, ditolak.

Penelitian kedua dilakukan oleh Nopi (2013) dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Salatiga. Berdasarkan pengujian Data dianalisis dengan menggunakan independent sample t test pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Hasil perhitungan penelitian ini didapat nilai t senilai 7.232 dengan tingkat signifikasi lebih kecil dari 0.005 yaitu 0.000. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional, hasil belajar IPS siswa kelas V SD yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) lebih baik dibandingkan siswa yang diajar menggunakan pembelajaran

(26)

konvensional, dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads Together) pengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD.

Penelitian ketiga di lakukan oleh Erna sumaryanti (2012) dengan judul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas IV di SD Negeri Depok Toroh Grobogan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Teknik analisis data menggunakan uji t yang merupakan hasil belajar dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan mean hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Mean hasil belajar kelompok eksperimen adalah 85,72 dan mean hasil belajar kelompok kontrol adalah 76,15. Selisih mean hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 9,567. Hasil penghitungan uji t diperoleh signifikansi sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05 (0,00 < 0,05) dan thitung sebesar 4,215 lebih besar dari ttabel sebesar 1,669 (4,215 > 1,669) maka hipotesis diterima, artinya terbukti ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar PKn siswa kelas IV di SD Negeri Depok Toroh Grobogan semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu di atas relevan dengan penelitian yang akan dilakukan karena sama-sama meneliti model pembelajaran NHT (Numbered Head Together).

2.3 Kerangka Berfikir

Berdasarkan uraian di atas tujuan akhir dari penelitian ini adalah membandingkan kelas kontrol yang tidak di kenai perlakuan dengan kelas eksperimen yang di kenai perlakuan menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) Dengan Media Teka-teki Silang. Kerangka berfikir dapat dilihat pada skema berikut ini:

(27)

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir Penelitian

Mata pelajaran IPA

(Pesawat Sederhana)

Model Pembelajaran NHT

Siswa menyimak materi yang di sampaikan

Pembentukan kelompok

Guru memberikan soal

Siswa mendiskusikan jawaban yang tepat

Pemanggilan nomor secara acak

Siswa menyampaikan hasil diskusi

Siswa menuliskan jawaban pada bagan teka-teki silang

Memperdalam pemahaman siswa

Melatih kerjasama siswa

Mengukur pemahaman

Bertukar pendapat dengan teman

Menguji kesiapan siswa

Menyampaikan hasil pemikiran siswa Menuangkan hasil pemikiran siswa Post-Test Unjuk Kerja

Hasil belajar siswa tinggi KKM ≥ 75

(28)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas hipotesis penelitian yaitu ada perbedaan hasil belajar IPA dengan model pembelajaran NHT berbantuan media teka-teki silang kelas 5 SDN Asemrudung 2 semester II Kecamatan Geyer tahun 2014 / 2015.

Gambar

Diagram  adalah  suatu  gambaran  terbuka  dari  suatu  objek  atau  proses.

Referensi

Dokumen terkait

 Periode pemantauan untuk kualitas udara ambien saat ini di Indonesia belum ada aturannya, namun sebaiknya juga dilakukan 6 bulan sekali untuk melihat pengaruh kualitas udara

70 Tahun 2012 beserta petunjuk teknisnya, serta berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Hasil Seleksi Sederhana Nomor : 602.1/12/SS-PSPP/POKJA-INDAGKOP/ULP-STG/VII/2014,

Bengkayang Bengkayang Pengadaan Langsung Rehabilitasi Drainase Jalan Ngura (depan Gedung Pancasila), Kec. Bengkayang Bengkayang Pengadaan Langsung Rehab Jembatan Ruas Jalan Lumar

Sehubungan dengan penaw aran yang masuk kurang dari 3 (tiga), dan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga untuk penaw aran paket pekerjaan

Penelitian ini menggunakan Analisis Wacana Kritis dengan pendekatan Norman Fairclough, dalam penelitian sebelumnya teori ini telah digunakan untuk membedah penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru dalam memberikan pembelajaran di sekolah dan pemilihan instransi untuk pelaksanaan praktek kerja

bersabda : : Masanya Masanya akan akan tiba tiba apabila. apabila tidak tidak ada ada apa apa pun yang pun yang

Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui komposisi gizi bahan utama (daging ikan sapu-sapu) dan produk otak-otak yang dipilih yaitu formula yang menggunakan