• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI SISTEM BANTUAN STIMULAN PEMBIAYAAN PERUMAHAN SWADAYA DI KABUPATEN MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI SISTEM BANTUAN STIMULAN PEMBIAYAAN PERUMAHAN SWADAYA DI KABUPATEN MALANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI SISTEM BANTUAN STIMULAN PEMBIAYAAN PERUMAHAN

SWADAYA DI KABUPATEN MALANG

Oky Juniarko, Surjono, M. Ruslin Anwar

Program Magister Teknik Sipil Minat Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono No. 167 Malang 65145 Telp. (0341) 587710

e-mail: juniarkoo@yahoo.co.id

ABSTRAK

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup. Namun demikian, tidak semua individu memiliki kemampuan yang sama dalam memenuhi kebutuhan rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi mekanisme sistem Bantuan Stimulan Pembiayaan Perumahan Swadaya (BSP2S) di Kabupaten Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif untuk menggambarkan mekanisme sistem bantuan stimulan serta teknik Important Performance Analysis (IPA) untuk mengevaluasi kinerja program bantuan stimulan. Program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya dengan mekanisme hibah murni merupakan salah satu upaya dalam memenuhi backlog perumahan di Kabupaten Malang selain mekanisme kredit pemilikan rumah (KPR). Pemanfaatan bantuan stimulan melalui pembangunan rumah baru (PB) mampu mengurangi sekitar 0,23% dari total backlog (43.930 unit) kebutuhan rumah tahun 2011. Beberapa hal yang perlu ditingkatkan pada program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya yaitu aspek koordinasi, besar dana bantuan, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas pembangunan prasarana sarana dan utilitas (PSU).

Kata Kunci : Perumahan Swadaya, Pembiayaan Perumahan, Kekurangan Kebutuhan Rumah.

ABSTRACT

House is one of the basic human need for survival. However, not all individuals have the same ability to comply housing needs. The aim of this study was to evaluate the mechanism of BSP2S system in Malang. The research method used are descriptive analysis method to describe the mechanism of the housing stimulant grants and Important Performance Analysis (IPA) to evaluate the performance of the housing stimulant finance program . The housing finance programs with a pure grant mechanism is an effort in complying the housing backlog besides mortgages mechanisms. Utilization of the housing stimulant grants through the home construction was able to reduce approximately 0.23% backlog (43 930 units) of housing need in 2011. Some things that need to be improved in housing finance programs are coordination aspect, the grants amount, improving the quality of human resources and the quality of infrastructure.

Keywords: self-built housing, housing finance, backlog.

PENDAHULUAN

Selain sandang dan pangan, rumah menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup. Beraneka ragam bentuk dan desain rumah diciptakan manusia dari waktu ke waktu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan alam tempat tinggalnya. Rumah juga merupakan lingkungan terkecil yang berfungsi sebagai tempat manusia berinteraksi dalam proses tumbuh kembang sepanjang waktu. Oleh karena sifatnya yang mendasar, maka setiap tahun selalu terjadi peningkatan kebutuhan rumah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.

Orientasi pembangunan perumahan dan permukiman saat ini lebih menitikberatkan pada permasalahan pembiayaan yang murah. Apabila sumber pembiayaan yang murah belum tersedia

maka masyarakat yang sebenarnya memiliki kapasitas untuk membeli rumah tidak terbantu, kehilangan kesempatan memiliki rumah dan kemudian dari waktu ke waktu akibat inflasi daya belinya menurun dengan harga rumah yang semakin naik. Dengan demikian, prioritas

penyediaan rumah harus dimulai dari

memperbaiki sisi permintaan (demand) untuk

memastikan bahwa masyarakat yang

berpenghasilan rendah benar-benar dapat

memiliki sebuah daya beli yang efektif untuk penyediaan rumah. Selain itu, masih diperlukan dukungan terhadap pembangunan rumah secara swadaya oleh masyarakat karena masyarakat sebenarnya sudah berusaha maksimal dan tinggal memerlukan dorongan-dorongan yang kuat dari pemerintah termasuk penyediaan PSU (Prasarana Sarana Utilitas) maupun penyediaan layanan

(2)

publik yang memadai di lingkungan perumahan. Swadaya ini secara tidak langsung akan

meringankan pemerintah dalam mengatasi

backlog perumahan.

Beberapa mekanisme pembiayaan

perumahan bagi MBR yang telah dijalankan pemerintah antara lain Tabungan Perumahan (Teperum), Kredit Pemilikan Rumah (KPR), JAMSOSTEK, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan lain-lain. Program-program tersebut ternyata belum sepenuhnya menjangkau seluruh lapisan MBR. Umumnya MBR yang bekerja dan berpenghasilan relatif tetap saja yang dapat menikmati fasilitas tersebut. Padahal, umumnya MBR lebih banyak yang bekerja pada sektor informal dengan pendapatan tidak menentu. Sejauh ini dana yang tersedia di perbankan maupun lembaga keuangan terkait merupakan dana jangka pendek dan mahal

sementara keperluan dana pembiayaan

perumahan bagi MBR bersifat jangka panjang dan murah. Diperlukan suatu mekanisme khusus agar MBR non-bankable memiliki kemampuan finansial menjadi bankable. Untuk menjembatani kesenjangan tersebut Kementerian Perumahan Rakyat melalui pemerintah daerah mulai tahun 2008 mencanangkan program Bantuan Stimulan Pembiayaan Perumahan Swadaya (BSP2S).

Program bantuan ini merupakan upaya

memampukan masyarakat berpenghasilan rendah dalam hal pemilikan rumah yang layak.

Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah yang mendapatkan bantuan pembiayaan perumahan sejak tahun 2008. Pada tahun 2008 – 2010 sistem pembiayaan perumahan berupa dana bergulir kemudian pada tahun 2011 sejak berlakunya Permen No 14 Tahun 2011 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan

Perumahan Swadaya, sistem pembiayaan

perumahan menjadi hibah murni. Perubahan tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai kendala diantaranya keterbatasan kemampuan ekonomi masyarakat, penggunaan suku bunga yang cukup tinggi pada sistem dana bergulir serta kualitas sumber daya yang masih rendah.

Beberapa tahun terakhir telah banyak

dilakukan penelitian terkait pembiayaan

perumahan. Penelitian-penelitian terdahulu

menitikberatkan pada analisis mekanisme sistem

pembiayaan perumahan dengan sasaran

masyarakat berpenghasilan rendah bankable dengan mekanisme Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). Sementara pada studi ini sasarannya adalah MBR non-bankable yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah yang layak huni melalui bantuan stimulan pem-

biayaan perumahan swadaya.

Tujuan utama penelitian adalah

mengevaluasi mekanisme sistem bantuan

stimulan pembiayaan perumahan swadaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi mekanisme sistem bantuan stimulan yang meliputi aspek sasaran penerima

bantuan, sumber pembiayaan, mekanisme

pencairan dana, mekanisme pelaksanaan dan bentuk pemanfaatan dana bantuan. Tahapan ini juga mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan

dari masing-masing sistem yang pernah

diimplementasikan.

Setelah tahapan identifikasi di atas, langkah selanjutnya adalah menilai kinerja program bantuan stimulan. Dari hasil penilaian kinerja tersebut kemudian digunakan untuk memberikan masukan berupa rekomendasi yang relevan terhadap kinerja program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya yang lebih efektif pada masa mendatang.

METODE PENELITIAN

Adapun yang menjadi wilayah studi pada penelitian ini adalah kecamatan-kecamatan di Kabupaten Malang yang pernah mendapat bantuan pembiayaan perumahan (BSP2S) pada tahun 2011, yaitu Kecamatan Wajak, Kecamatan Tajinan, Kecamatan Wagir, Kecamatan Ngajum, Kecamatan Tumpang, Kecamatan Bululawang dan Kecamatan Dau.

Populasi dalam penelitian adalah

masyarakat berpenghasilan rendah yang ada di

tujuh kecamatan di Kabupaten Malang.

Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah yang layak huni. Masyarakat non-bankable umumnya bekerja pada sektor informal dengan pendapatan tidak menentu dan memiliki akses yang sangat kurang terkait pembiayaan perumahan yang layak (Ferguson, 1999).

Sebelum diberikan bantuan pembiayaan perumahan, kelompok masyarakat ini harus melewati tahap seleksi berdasarkan kriteria Permenpera No. 14 Tahun 2011. Besarnya sampel yang diperlukan akan dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Amirin, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari survei

pendahuluan melalui Kantor Perumahan

Kabupaten Malang, tercatat bahwa jumlah penerima bantuan stimulan pada tahun 2011 sebanyak 700 KK, maka jumlah KK yang akan

dijadikan sampel sebanyak 88 KK . Sampel

(3)

kecamatan yang ada di Kabupaten Malang dengan tujuan agar populasi dari tiap-tiap kecamatan dapat terwakili.

2

1 Ne

N

n

2

1

,

0

.

700

1

700

n

88

n

Keterangan:

n

= ukuran sampel

N

= ukuran populasi

e

= persen kelonggaran ketidaktelitian karena

kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir/ diinginkan (Amirin 2011).

Studi ini menggunakan derajat

kepercayaan 90 % atau e = 0,1.

Output dari penelitian ini adalah

evaluasi sistem bantuan stimulan pembiayaan

perumahan swadaya di Kabupaten Malang.

Metode analisis yang digunakan untuk

mencapai tujuan penelitian antara lain:

1. Identifikasi mekanisme sistem bantuan

stimulan pembiayaan perumahan swadaya

Identifikasi mekanisme sistem bantuan stimulan melalui metode analisis statistik deskriptif dengan penyajian data berupa paparan tabel dan gambar. Identifikasi meliputi aspek sasaran penerima bantuan, sumber pembiayaan, mekanisme pencairan dana, mekanisme pelaksanaan dan bentuk pemanfaatan dana bantuan. Tahapan ini juga mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari masing-masing sistem yang pernah diimplementasikan dengan metode deskriptif komparatif.

Tabel 1. Variabel Penelitian Variabel Sub variabel Mekanisme sistem

bantuan pembiayaan perumahan

- Mekanisme dana bergulir (revolving fund) - Mekanisme hibah murni Kelebihan dan

kelemahan sistem bantuan

- Sasaran penerima bantuan - Sumber pembiayaan - Mekanisme pencairan dana - Mekanisme pelaksanaan - Bentuk pemanfaatan dana

bantuan

- Pemberdayaan masyarakat - Partisipasi masyarakat

2. Evaluasi kinerja program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya

Untuk mengevaluasi kinerja program

bantuan stimulan digunakan teknik

Important Performance Analysis (IPA). Data yang digunakan dalam analisis ini berasal dari kuisioner yang disebar kepada penerima bantuan stimulan. Metode ini mengkombinasikan atribut-atribut tingkat kepentingan dan kepuasan program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya (Tabel 2)

Tabel 2. Atribut IPA.

No. Atribut

1. Sosialisasi program bantuan stimulan

2. - Kriteria dan persyaratan sebagai penerima bantuan stimulan

3. Koordinasi KSM dengan lembaga pada lingkup desa/ kelurahan

4. - Kinerja UPK/BKM 5. Kinerja TPM

6. Pengawasan/ pendampingan dari satker dan pokja kabupaten/pusat

7. Besar dana bantuan stimulan

8. - Mekanisme penyaluran/ pemanfaatan dana bantuan stimulan

9. Jangku waktu proses pengajuan usulan hingga realisasi

10. - Pemberdayaan masyarakat mulai proses pengajuan usulan hingga realisasi

11. Pelatihan untuk meningkatan kualitas sumber daya penerima dana bantuan stimulan (KSM)

12. Kualitas pembangunan rumah baru (PB) 13. Peningkatan kualitas rumah (PK)

14. Kualitas pembangunan prasarana sarana dan utilitas (PSU)

Adapun tahapannya yaitu:

a. Pembobotan rata-rata tingkat kepuasan dan kepentingan

b. Penentuan tingkat kesesuaian (tingkat kepuasan kinerja)

c. Pengelompokan prioritas dengan diagram kartesius

3. Rekomendasi peningkatan kinerja program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya

Dari hasil penilaian kinerja (IPA) kemudian digunakan untuk memberikan masukan berupa rekomendasi yang relevan terhadap

kinerja program bantuan stimulan

pembiayaan perumahan swadaya yang lebih efektif pada masa mendatang. Rekomendasi berupa saran yang didasarkan pada ukuran

(4)

tingkat kepentingan (importance) dan kualitas pelayanan (performance).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Bantuan Stimulan Pembiayaan Perumahan Swadaya

Berbagai kebijakan pemerintah dalam mengatasi kekurangan kebutuhan perumahan

(backlog) khususnya bagi masyarakat

berpenghasilan rendah (MBR) sampai dengan saat ini telah banyak dilakukan. Masyarakat yang

tergolong non-bankable cenderung

mengupayakan pembangunan perumahan secara swadaya mengingat regulasi kepemilikan rumah secara kredit harus menyediakan jumlah uang muka yang besar dan angsuran yang tinggi.

Program pemberian bantuan pembiayaan perumahan swadaya di Kabupaten Malang

dimulai sejak tahun 2008. Sejak awal

pelaksanaan tahun 2008 hingga tahun 2010 sistem pembiayaan yang digunakan adalah sistem dana bergulir. Dana bergulir pembangunan rumah diberikan dalam bentuk stimulan. Dari tahun ke tahun timbul berbagai kendala sehingga pada tahun 2010 program pembangunan rumah dengan sistem dana bergulir tidak dapat dilanjutkan kembali. Kendala yang dimaksud antara lain:

 Belum optimalnya uji kelayakan kredit penerima bantuan. Hal ini terindikasi dari semakin tingginya angka kredit macet dari tahun 2008-2010, masing-masing 37,66% pada tahun 2008, 43,29% pada tahun 2009 dan 50,11% pada tahun 2010 (Data Laporan Keuangan BSP2S LKM/LKNB Kanindo Syariah dan Koperasi Pergu Singosari Tahun 2010). Hal ini dikarenakan mayoritas masyarakat merupakan masyarakat yang

bekerja pada sektor informal dengan

penghasilan tidak menentu setiap hari/ bulan sehingga angsuran atas pinjaman tidak selalu dibayar tepat pada waktunya;

 Pemberlakuan beban bunga dan uang jasa oleh pengelola/pelaksana kegiatan sehingga

memberatkan masyarakat yang sudah

terbebani dengan angsuran untuk

LKM/LKNB;

 Tidak ada sanksi yang tegas terhadap keterlambatan/ tunggakan dalam pembayaran angsuran ke LKM/LKNB. Apabila terjadi kemacetan kredit maka masyarakat hanya mendapatkan teguran (tanpa pengembalian dana pinjaman) dari pengelola dan pada tahap selanjutnya masyarakat tersebut tidak diikutkan dalam program yang sama;

 Sosialisasi pada tingkat desa/ kelurahan ma-

sih relatif rendah (1-2 kali) sehingga terkadang menimbulkan salah persepsi pada

masyarakat terkait penyaluran maupun

pemanfaatan dana (Sumber: hasil wawancara dengan staff Kantor Perumahan Kabupaten Malang Tahun 2012).

Berlakunya Permenpera No. 14 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah memberikan kesempatan yang lebih besar khususnya MBR non-bankable untuk memiliki rumah yang layak. Hal yang mendasari perubahan sistem bantuan adalah untuk melaksanakan penyaluran dana bantuan

stimulan perumahan swadaya yang lebih

akuntabel dan mempercepat penyampaian

permohonan bantuan stimulan perumahan

swadaya kepada menteri perlu memfungsikan

Unit Pengelola Kegiatan atau Badan

Keswadayaan Masyarakat (UPK/BKM). Selain itu, dengan perubahan sistem bantuan yang sekarang bersifat hibah dimaksudkan agar pemanfaatan dana bantuan stimulan perumahan swadaya lebih tepat sasaran dan tepat dalam penggunaannya.

Bantuan stimulan merupakan fasilitasi pemerintah berupa sejumlah dana yang diberikan

kepada masyarakat berpenghasilan rendah

(MBR) untuk membantu pelaksanaan

pembangunan perumahan swadaya. MBR yang dimaksud adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah yang layak huni.

Sejauh ini dana hibah yang dipergunakan

untuk stimulan pembangunan perumahan

swadaya di Kabupaten Malang dialokasikan dalam APBN dan pelaksanaannya berpedoman pada peraturan menteri disesuaikan dengan peraturan daerah propinsi atau peraturan daerah

kabupaten/ kota). Dana bantuan stimulan

disediakan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) satuan kerja di lingkungan Kemenpera. DIPA daerah berupa anggaran untuk verifikasi usulan bantuan stimulan perumahan swadaya dari UPK/BKM, penyusunan DED PB, PK, pembangunan PSU, pengawasan dan

monitoring pelaksanaan kegiatan serta

operasional pokja kabupaten. Adapun besarnya anggaran dana bantuan stimulan pembangunan perumahan swadaya pada tahun anggaran 2011 sekitar Rp. 6.400.000.000. Dari seluruh anggaran

dana stimulan yang ada paling banyak

dialokasikan untuk kegiatan peningkatan kualitas rumah (PK) sebesar 46,88% (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat penerima bantuan stimulan telah memiliki rumah

(5)

untuk ditinggali namun mengalami kerusakan

pada bagian-bagian tertentu sehingga

memerlukan bantuan untuk peningkatan kualitas rumah.

Gambar 1. Alokasi anggaran dana bantuan

stimulan Tahun 2011.

Pemanfaatan dana stimulan melibatkan satuan kerja yang ada di Kabupaten Malang serta lembaga-lembaga yang sengaja dibentuk untuk mengawasi bantuan pembangunan perumahan swadaya disetiap desa/ kelurahan sasaran. Adapun pokja lingkup kabupaten kegiatan pelaksanaan pembangunan rumah swadaya dari dana bantuan stimulan terdiri dari unsur

perwakilan Kantor Perumahan Kabupaten

Malang, Bappeda Kabupaten Malang, Badan Pertanahan Kabupaten Malang dan Dinas Sosial Kabupaten Malang. Sementara untuk satuan kerja

pada lingkup kecamatan mengikutsertakan

perangkat yang ada di masing-masing kecamatan (Gambar 2).

Perubahan mekanisme sistem bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya dari mekanisme dana bergulir menjadi hibah murni mampu meningkatkan kapasitas masyarakat

khususnya dari aspek ekonomi. Dengan

mekanisme sistem hibah murni, masyarakat

menjadi terbantu. Dana hibah tanpa

pengembalian tersebut kemudian dimanfaatkan untuk pembangunan rumah baru (PB) sebesar 15,63%, peningkatan kualitas rumah(PK) sebesar 46,88% dan pembangunan PSU sebesar 37,50% (Gambar 3 s/d Gambar 6). Dengan demikian, bantuan stimulan melalui pembangunan rumah baru (PB) mampu mengurangi sekitar 0,23% dari total backlog (43.930 unit) kebutuhan rumah tahun 2011.

Kelebihan dan Kelemahan Sistem Bantuan Stimulan Pembiayaan Perumahan Swadaya Mekanisme Dana Bergulir Dan Hibah Murni Sasaran penerima bantuan

Sejak terjadi perubahan sistem bantuan stimulan pada tahun 2011, sasaran terfokus pada MBR yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah yang layak huni. Masyarakat umumnya bekerja pada sektor informal dengan pendapatan tidak menentu dan memiliki akses yang sangat kurang terkait pembiayaan perumahan yang layak (non-bankable).

Gambar 2. Mekanisme pelaksanaan dana stimulan perumahan swadaya. 15,63% 46,88% 37,50% Pembangunan rumah baru (PB) Peningkatan kualitas rumah (PK) Pembangunan PSU Kemenpera (Deputi PPS) Pokja pusat Pokja kabupaten Satuan kerja (Satker) KSM UPK/ BKM TPM Pusat Desa/ kelurahan Kabupaten Garis Pelaporan Garis Koordinasi Keterangan

(6)

Sumber pembiayaan

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Malang, angka kebutuhan rumah pun semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat masih terdapat kekeurangan sekitar 43.930 unit

rumah pada tahun 2011

(http://perumahan@malangkab.go.id diakses 30 April 2011). Sementara kemampuan pemerintah mengakomodasi kebutuhan rumah secara kredit

maupun pengembangan pembangunan rumah swadaya sangat terbatas. Backlog rumah yang tidak mampu terealisasi pada tahun ini akan terus terakumulasi hingga tahun berikutnya. Akibatnya

dana yang dialokasikan untuk stimulan

pembangunan rumah swadaya bagi MBR non-bankable tentunya semakin besar. Kondisi seperti ini berimbas pada besarnya alokasi anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk sektor perumahan.

Gambar 3. Wilayah yang mendapat bantuan stimulan untuk pembangunan rumah baru (PB).

(7)

Gambar 5. Wilayah yang mendapat bantuan stimulan untuk pembangunan PSU.

Gambar 6. Alokasi pemanfaatan dana stimulan per kecamatan.

Mekanisme pencairan dana

Penyaluran dana bantuan stimulan

perumahan saat ini tidak lagi melalui

LKM/LKNB sebagaimana pada masa sistem dana bergulir. Padahal apabila dikaji secara lebih mendalam terdapat aspek positif apabila tetap dilakukan. Melalui LKM/LKNB masyarakat

berpenghasilan rendah pada sektor informal lebih mudah mengakses pinjaman dari pada harus ke lembaga keuangan seperti bank yang menuntut adanya persyaratan penghasilan yang tetap, jaminan kredit, jumlah uang muka yang tinggi dan sulitnya memproses pencairan kredit yang nilainya kecil. Selain itu, pengenaan bunga/ jasa (asal sesuai dengan kemampuan masyarakat)

(8)

pada mekanisme dana bergulir dengan LKM/LKNB mampu mengembangkan nilai bantuan sebelum akhirnya digulirkan kembali. Sementara dengan sistem hibah, dana bantuan stimulan bersifat habis (sekali pakai).

Mekanisme pelaksanaan

Dari sisi lembaga kemasyarakatan,

perbedaan paling mendasar dari sistem

pembiayaan dana bergulir dan hibah adalah

keberadaan UPK/BKM. Dengan adanya

UPK/BKM pada lingkup setiap desa/ kelurahan koordinasi maupun pengawasan saat pelaksanaan kegiatan pembangunan rumah lebih terkontrol.

Terkait jangka waktu pelaksanaan,

mekanisme bantuan stimulan pembiayaan

perumahan swadaya dengan sistem dana bergulir membutuhkan waktu yang cukup lama. Bantuan stimulan yang diterima masyarakat harus diangsur kembali bersama bunga/ jasa paling banyak 30 kali angsuran (2,5 tahun). Perubahan mekanisme dana bergulir menjadi hibah murni memberikan efek yang sangat signifikan bagi proses pembangunan perumahan rumah swadaya di Kabupaten Malang. Sesuai dengan regulasi baru saat ini, masyarakat diharuskan membangun rumah dengan dana bantuan yang sudah diperoleh mengikuti usulan yang diajukan dalam jangka waktu yang telah ditentukan (umumnya 4-6 bulan). Peraturan ini tentu saja mempersingkat waktu pelaksanaan kegiatan pembangunan rumah menjadi lebih cepat.

Bentuk pemanfaatan dana bantuan

Melalui mekanisme hibah murni, dana bantuan dimanfaatkan juga untuk pembangunan prasarana utilitas umum (PSU). Kelengkapan sarana dan prasarana pada lingkungan tempat tinggal diperlukan untuk menunjang aktifitas dan aksesibilitas masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat sebenarnya

telah coba diimplementasikan dalam program bantuan stimulan dengan sistem dana bergulir. Bentuk pemberdayaan pada masa itu adalah

membentuk masyarakat menjadi kelompok

swadaya masyarakat (KSM). Pembentukan KSM dimaksudkan agar masyarakat dapat berperan secara aktif dalam menyusun usulan program bantuan kepada pemerintah. Hal ini sangat efektif karena dengan demikian masyarakat yang benar-benar mengerti permasalahan yang terjadi pada lingkungan tempat tinggalnya. Optimalisasi program bantuan stimulan perumahan swadaya dilakukan dengan tidak terlalu mengandalkan jasa konstruksi (konsultan/ tukang bangunan)

untuk membangun rumah. Akan tetapi, pada

implementasinya tidak semua masyarakat

penerima bantuan terlibat karena keterbatasan fisik yang sudah menua. Selain itu beberapa alasan lain yang ditemukan yaitu, kualitas sumber daya yang rendah dan masyarakat penerima bantuan merupakan pekerja sektor informal yang harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Partisipasi masyarakat

Sistem dana bergulir pada dasarnya

bertujuan untuk meningkatkan partsipasi

masyarakat dengan mengutamakan prinsip

kemandirian dan pemberdayaan masyarakat itu

sendiri dalam pengembangan perumahan

swadaya. Namun, kondisi tersebut tidak

didukung dengan kualitas sumber daya yang memadai sehingga dalam melakukan analisis

perumusan kegiatan aksi melalui metode

interdisiplin, proses pembelajaran terstruktur dan selanjutnya masyarakat mengawasi keputusan

dan berkepentingan dalam menjaga serta

sekaligus memperbaiki struktur dan kegiatan yang dilakukan. Selain itu, mata pencaharian

yang didominasi pada sektor informal

mengakibatkan masyarakat kesulitan dalam memenuhi prosedur untuk memperoleh dan mengembalikan dana pinjaman (Gambar 7).

Gambar 7. Pergeseran tingkat partisipasi

masyarakat. (Sumber: Pretty 1994)

Pemberian dana cuma-cuma (mekanisme sistem hibah murni) masyarakat terdorong untuk berpartisipasi karena tidak perlu mengembalikan dana pinjaman yang diberikan. Rasa memiliki

menjadi lebih tinggi dan mengakibatkan

masyarakat mempunyai beban moral terhadap keberhasilan pembangunan rumah swadaya di

lingkungan tempat tinggalnya walaupun

partisipasi masyarakat terhenti seiring

berakhirnya bantuan tersebut.

Partisipasi Mobilisasi Swadaya Partisipasi Interaktif Partisipasi Fungsional Partisipasi Insentif Partisipasi Konsultasi Partisipasi Informasi Partisipasi Pasif Dana Bergulir Hibah Murni

(9)

Tabel 3. Perbandingan Mekanisme Sistem Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya

Aspek Mekanisme

Dana bergulir Hibah Sasaran penerima bantuan Belum menjangkau MBR non-bankable. MBR non-bankable. Sumber pembiayaan APBN, APBD, swasta, donor/hibah dan swadaya masyarakat.

APBN dan APBD.

Mekanisme pencairan dana Melalui LKM/LKNB. Tidak melalui LKM/LKNB Mekanisme pelaksanaan - Dana stimulan bersifat dana bergulir (dapat digulirkan kembali) dan dapat dikembangkan. - Belum ada lembaga yang secara khusus mengawasi program. - Jangka waktu pelaksanaan sekitar kegiatan 2,5 tahun (30 angsuran), bisa lebih lama tergantung ketepatan pengembalian. - Dana bantuan stimulan bersifat hibas (tidak berkembang). - Adanya UPK/BKM yang berfungsi mengawasi proses pembangunan pada tingkat desa/ kelurahan. - Jangka waktu pelaksanaan kegiatan 4-6 bulan. Bentuk pemanfaatan dana bantuan

PB & PK PB, PK & PSU

Pemberdayaan masyarakat - Pembentukan KSM - Pelibatan masyarakat sebatas mengidentifikasi permasalahan dan rencana usulan yang akan diajukan. - Pembentukan KSM - Pelibatan masyarakat mulai tahap persiapan hingga pelaksanaan pembangunan (walaupun tidak semua). Partisipasi masyarakat - Bertujuan untuk meningkatkan partsipasi masyarakat dengan mengutamakan prinsip kemandirian masyarakat itu sendiri - Tidak didukung dengan kualitas sumber daya yang memadai. - Keberhasilan program bantuan lebih terjamin. - Partisipasi masyarakat terhenti seiring berakhirnya bantuan.

Kinerja Program Bantuan Stimulan Pembiayaan Perumahan Swadaya

Secara keseluruhan masyarakat penerima bantuan stimulan di Kabupaten Malang merasa puas (nilai kepuasan 85,89%) terhadap kinerja

atribut-atribut sistem bantuan pembiayaan

perumahan swadaya, namun tetap diperlukan upaya peningkatan kinerja untuk setiap atribut

terutama atribut-atribut yang dinilai oleh

responden berada di bawah nilai kesesuaian rata-rata seluruh atribut (Gambar 8 dan Tabel 4).

Gambar 8. Diagram kartesius sistem bantuan

stimulan pembiayaan perumahan swadaya di Kabupaten Malang.

Tabel 4. Penilaian Masyarakat Terhadap Sistem Bantuan Stimulan Pembiayaan Perumahan Swadaya di Kabupaten Malang

Kuadran No. Atribut

I (Lanjutkan

kinerja)

1 Sosialisasi program bantuan stimulan 2 Kriteria dan persyaratan sebagai

penerima bantuan stimulan 4 Kinerja UPK/BKM

12 Kualitas pembangunan rumah baru (PB)

13 Peningkatan kualitas rumah (PK) II

(Berlebihan)

8 Mekanisme penyaluran/ pemanfaatan dana bantuan stimulan

III (Prioritas

rendah)

5 Kinerja TPM

6 Pengawasan/ pendampingan dari satker dan pokja kabupaten/pusat 9 Jangku waktu proses pengajuan usulan

hingga realisasi

10 - Pemberdayaan masyarakat mulai proses pengajuan usulan hingga realisasi

IV (Prioritas

utama)

3 Koordinasi KSM dengan lembaga pada lingkup desa/ kelurahan 7 Besar dana bantuan stimulan

11 Pelatihan untuk meningkatan kualitas sumber daya penerima dana bantuan stimulan (KSM)

14 Kualitas pembangunan prasarana sarana dan utilitas (PSU)

Rekomendasi Sistem Bantuan Pembiayaan Perumahan Swadaya

Prioritas utama yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan kinerjanya meliputi:

(10)

 Koordinasi KSM dengan lembaga pada lingkup desa/ kelurahan.

Penyesuaian jadwal untuk rapat ataupun sosialisasi agar pertukaran informasi dapat berjalan dengan baik. Solusi teknis yang dapat dilakukan antara lain penyediaan hari khusus untuk berkoordinasi dan dilaksanakan pada malam hari.

 Besar dana bantuan stimulan.

Biaya operasional pembangunan/ perbaikan rumah cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya sementara besar dana bantuan stimulan relatif tetap. Untuk menekan anggaran pembangunan/ perbaikan perlu

dipertimbangkan efisiensi menyangkut

pengadaan material dan teknologi

pembangunan, tenaga kerja yang digunakan, prioritasi penerima bantuan serta alternatif sumber pembiayaan lain.

 Pelatihan untuk meningkatan kualitas sumber daya penerima dana bantuan stimulan (KSM).

Pelatihan berupa pelatihan administrasi (membaca, menulis dan bersosialisasi) serta

pelatihan dasar pertukangan. Pada

pelaksanaannya kegiatan pelatihan dibantu Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) dan satker/ pokja kabupaten sehingga dengan demikian masyarakat bisa diberdayakan secara lebih maksimal.

 Kualitas pembangunan prasarana sarana dan utilitas (PSU).

Untuk itu diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas pembangunan PSU sehingga

dengan pembangunan PSU diharapkan

mampu menunjang aktifitas kegiatan

masyarakat sehari-hari.

SIMPULAN

Program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya dengan mekanisme hibah murni merupakan salah satu upaya dalam memenuhi kekurangan kebutuhan perumahan

(backlog) di Kabupaten Malang selain

mekanisme kredit pemilikan rumah (KPR). Sistem bantuan stimulan yang bersifat dana

bergulir dan hibah murni pada dasarnya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dana hibah dimanfaatkan untuk pembangunan rumah baru (PB), peningkatan kualitas rumah(PK) dan

pembangunan PSU. Pemanfaatan bantuan

stimulan melalui pembangunan rumah baru (PB) mampu mengurangi sekitar 0,23% dari total backlog (43.930 unit) kebutuhan rumah tahun 2011.

Secara keseluruhan, masyarakat merasa puas dengan kinerja program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya sistem hibah murni. Namun, masih terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan terutama aspek koordinasi, besar dana bantuan, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas pembangunan prasarana sarana dan utilitas (PSU).

DAFTAR PUSTAKA

Amirin, Tatang M. 2011. “Populasi dan Sampel Penelitian 4: Ukuran Sampel Rumus Slovin”.

http://tatangmanguny.wordpress.com. (Diakses 7 April 2011)

Anonim. 2010. Laporan Keuangan BSP2S Kabupaten Malang. Malang: Kanindo Syariah dan KPRI Pergu Singosari. Anonim. 2011. Peraturan Menteri Pembangunan

Perumahan No 14 Tahun 2011

Tentang Pedoman Pelaksanaan

Bantuan Stimulan Perumahan

Swadaya Bagi Masyarakat

Berpenghasilan Rendah. Jakarta:

Kemenpera.

Ferguson, Ronald F. & Sara E. Stoutland. 1999.

Reconceiving the Community

Development Field. In Urban

Problems and Community

Development. Washington DC:

Brookings Institute Press.

Pretty, J.N, Stephen Bass, Barry Dalal-Clayton. 1994. Participation In Strategies For Sustainable Development. London:

Institute for Environment and

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian
Gambar 2. Mekanisme pelaksanaan dana stimulan perumahan swadaya.
Gambar 3. Wilayah yang mendapat bantuan stimulan untuk pembangunan rumah baru (PB).
Gambar 5. Wilayah yang mendapat bantuan stimulan untuk pembangunan PSU.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya terhadap kondisi perumahan di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi yaitu

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari Implementasi program Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya (BSP2S)

Dalam hal ini sudah sejauh mana implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dalam penyediaan rumah layak huni di Kecamatan Padang Laweh kabupaten

Setelah memahami lebih dalam mengenai Implementasi Kebijakan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Untuk Menciptakan Rumah Yang Layak Huni Masyarakat

Komunikasi antar badan pelaksana, dalam hal ini adalah semua unsur yang terlibat dalam program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) yakni Tim Teknis Kabupaten, Kecamatan dan

Bias Dengan ini peneliti menyimpulkan terkait dengan idikator Bias dalam peneyelenggaraan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya masyarakat bahwa belum maksimal, tetapi bagi

1 Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Provinsi Bengkulu Who, 2 Menjelaskan kepada masyarakat mengenai program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Says what, 3 Media cetak yaitu poster dan

Dokumen Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia