• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA TERHADAP KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DI KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRITAHUN 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA TERHADAP KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DI KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRITAHUN 2012."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA

TERHADAP KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DI KECAMATAN

PARBULUAN KABUPATEN DAIRI TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

Satri Togatorop

NIM 3103331052

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Satri Togatorop

Nim : 3103331052

Jurusan : Pendidikan Geografi

Fakultas : Ilmu Sosial

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiblakan/plagiasi, maka

saya bersedia menerima sanksi atau hukuman atas perbuatan tersebut.

Medan, Juni 2014

Saya yang membuat pernyataan,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa yang telah melimpahkan rahmat

dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak

program bantuan stimulan perumahan swadaya terhadap kondisi sosial masyarakat di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012”. Adapun tujuan dari pada

penelitian ini adalah sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan, namun

berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuan, bimbingan dan arahan baik secara moral, spiritual maupun

material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, sebagai Rektor Universitas Negeri

Medan beserta stafnya.

2. Bapak Dr. H. Restu, M.S, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial sekaligus

sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan

penulis dalam melaksanakan penelitian hingga skripsi ini dapat terselesaikan

sesuai dengan rencana

3. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan

Geografi.

4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

5. Ibu Dra. Minah Sinuhaji M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa.

6. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd, dan Bapak Drs. Kamarlin Pinem, M.Si, selaku

dosen penguji.

7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu yang

tak ternilai hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Hajat Siagian yang telah memperlancar administrasi.

9. Kepala dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dan Camat Parbuluan beserta

stafnya yang telah memberi kemudahan selama peneliti melakukan penelitian.

Serta seluruh responden yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan

(6)

selama perkuliahan dan sampai pada penyusunan skripsi.

11.Teman-teman di Jurusan Pendidikan Geografi, A ekstensi stambuk 2010

spesial buat Vhiwietri Geography: Serepia Carolina Purba, Dewi Mardelina

Siagian, yang telah menjadi sahabat setia selama penyusunan skripsi ini.

12.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca khususnya jurusan geografi Universitas Negeri Medan.

Medan, Juni 2014 Penulis

(7)

ABSTRAK

Satri Togatorop, NIM 3103331052. Dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya terhadap kondisi sosial masyarakat di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya terhadap kondisi perumahan di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012. (2) Dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya terhadap kehidupan masyarakat di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Parbuluan 30 desember 2013 sampai 30 januari 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penerima BSPS di Kecamatan Parbuluan sebanyak 160 KK dengan sampel sebanyak 114 KK. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi tidak langsung dan teknik studi documenter yang dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif.

(8)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Kerangka Teori ... 12

B. Penelitian Yang Relevan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Lokasi Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel... 33

C. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 37

A. Kondisi Fisik ... 37

(9)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan Hasil ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(10)

No Uraian Hal

1. Klasifikasi MBR ...22

2. Luas Kecamatan Parbuluan per Desa Tahun 2012 ...37

3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012 ...40

4. Jumlah Penduduk Setiap Desa di Kecamatan Parbuluan 2011 ...41

5. Distribusi Lembaga Pendidikan di Kecamatan Parbuluan ...42

6. Sarana Kesehatan di Kecamatan Parbuluan ...43

7. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ...45

8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...47

9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...47

10. Jumlah Anak Penerima BSPS ...48

11. Distribusi Responden Berdasarkan Bentuk Bantuan yang Diterima...49

12. Pencairan Dana Tahap I ...50

13. Pencairan Dana Tahap II...51

14. Distribusi Responden Berdasarkan Bentuk Renovasi ...51

15. Proses Pengerjaan Bangunan ...52

16. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pengerjaan Bangunan ...53

17. Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Sumber Daya Alam ...54

18. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Terhadap BSPS ...55

19. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan utama Tiap Bulan ...56

20. Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Tabungan ...56

21. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mengatasi Kekurangan Dana ...57

22. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Rumah Setelah Dibangun ....58

23. Distribusi Responden Berdasarkan Dana Tambahan ...59

24. Distribusi Responden Berdasarkan Jaminan Atas PinjamanHutang ...60

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

1 Skema Kerangka Berfikir ...32

2 Peta Administrasi Kabupaten Dairi ...38

3 Peta Kecamatan Parbuluan ...39

4 Sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan masyarakat ...53

(12)

No Uraian Hal

1 Daftar Angket ...76

2 Lampiran ...81

2 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi...92

3 Surat Pengajuan Judul Proposal Penelitian ...93

4 Nota Tugas ...94

5 Lembar Persetujuan Seminar Proposal Penelitian ...95

6 Undangan Seminar ...96

7 Daftar Hadir Mahasiswa ...97

8 Berita Acara Perbaikan Proposal Penelitian ...98

9 Lembar Perbaikan Seminar Proposal Penelitian ...99

10 Persetujuan Penelitian ...100

11 Penerbitan Surat Izin Penelitian ...101

12 Surat Izin Mengadakan Penelitian ...102

(13)

74

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Bowo. 2006. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Prasarana Dasar Permukiman yang Bertumpu pada Swadaya Masyarakat di Kota Magelang. Tesis. Semarang: Program pascasarjana magister teknik pembangunan wilayah dan kota. Universitas Diponegoro.

Bryant corolie dan Louise. G. White (198). Manajemen pembangunan (alih bahasa

Riyanto. L), Jakarta : LP3ES.

Budihardjo, Eko. 1994. Percikan Masalah Arsitektur, Perumahan, Perkotaan. Cetakan ketiga. Bandung: Gadjah mada University press.

Http://Bantuan-Stimulan-Pembangunan-Perumahan-Swadaya-Bsps. Tanggal diakses 3 Mei 2013/11.11 wib.

http:// Perumahan-Swadaya- Sosialisasikan-Program- Tanggal Diakses 19 Mei 2013/22.14 wib.

http://Pengentasan Kemiskinan di Desa Tanggal Diakses 21 Juni/ 2013/ 21.59 Wib.

Http://Program-Pembangunan-perdesaan-yang-Harus-Dilakukan-dalamPerencanaan-Pembangunan-Pemrdesaan/ Tanggal Diakses 21 Juni 2013/ 22.25 Wib.

Kartono, Kartini.1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: CV. Mandar Jaya.

Koestofer ,dkk. 1995. Perspektif Lingkungan Desa Kota. Jakarta: Ui Press.

Murniati, Heri. 2010. Subsidi Kpr-Rsh pada Perumahan Bumi Sudiang Permai, Makassar. Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponegoro.

Nugroho, Nanang Pujo (2010). Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro.

Nurhaida, H.S. 2003. Studi Implementasi Program Penataan Permukiman Kumuh di Kelurahan Mojosongo. Tesis. Surakarta: Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

(14)

Panudju, B. 1999. Pengadaan Perumahan Kota dengan Peran Serta Masyarakat

Berpenghasilan Rendah. Bandung: PT. Alumni.

Peraturan Menteri Pembangunan Perumahan No.5/PERMEN/M/2007 tentang Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 08/Permen/M/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Stimulan Untuk Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Melalui Lembaga Keuangan Mikro/ Lembaga Keuangan Non Bank.

Pinem, Mbina. 2010. Geografi Permukiman. Diktat. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan.

Yudohusodo, Siswono, dkk. 1991. Rumah untuk Seluruh Rakyat, INKOPPOL, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Sugiharto, 2010. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah. Medan: USU press

Surat sekertariat daerah Pemprovsu no 648/1764/2012 tentang Kriteria yang Berhak Mendapat Bantuan Bedah Rumah.

Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

UU RI No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman .

UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang persyaratan rumah sehat.

UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik Teori dan Proses, (Edisi Revisi),Yogyakarta: Media Pressindo.

Wursanto, 1987. Pokok-pokok Perencanaan. Yogyakarta: Kanisius.

Yunus, Hadi.S. 1987. Geografi Perumahan dan beberapa Permasalahan Permukiman. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kegiatan Pembangunan nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan internasional yang lazim disebut dengan Global Governance. Peranan

pemerintah dalam kegiatan perencanaan dan implementasi program-program

pembangunan adalah memacu pertumbuhan dalam negara, yang tercermin dalam

posisinya, antara lain pertama, sebagai pelaksana kebijaksanaan ekonomi; kedua,

sebagai konsumen, produsen, sekaligus investor; ketiga, sebagai pengelola

perusahaan (negara); dan keempat, sebagai pengatur masyarakat/ regulator,(Usman

,1985).

Pada hakikatnya pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu

masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan

keragaman kebutuhan dasar individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada

didalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih

baik secara material maupun spiritual. Pembangunan yang didominasi oleh

pemikiran yang cenderung memandang proses pembangunan sebagai serangkaian

tahapan yang berurutan, yang pasti akan dialami oleh setiap negara yang disepakati

dan menjadi komitmen.

Masalah kualitas perumahan menjadi masalah di negara-negara yang sedang

berkembang, tetapi juga terjadi di negara maju. Indonesia sebagai salah satu negara

yang berkembang tidak lepas dari masalah perumahan dan lingkungannya.Oleh

(16)

perdesaan, permasalahan yang ditimbulkannya pun mempunyai realisasi yang

berbeda pula.

Pembangunan desa dan masyarakat pedesaan terus didorong melalui peningkatan koordinasi dan peningkatan pembangunan sektoral, pengembangan kemampuan sumber daya manusia, pemanfaatan sumber daya alam dan penumbuhan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat sehingga mempercepat peningkatan perkembangan desa swadaya dan desa swakarsa menuju desa swasembada.(Ketetapan MPR II/MPR, 1998)

Pada kenyataannya, untuk mewujudkan rumah yang memenuhi persyaratan

tersebut bukanlah hal yang mudah. Ketidakberdayaan mereka memenuhi kebutuhan

rumah yang layak huni berbanding lurus dengan pendapatan dan pengetahuan

tentang fungsi rumah itu sendiri. Pemberdayaan fakir miskin juga mencakup upaya

rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni melalui program Bantuan Stimulan

Perumahan Swadaya (Bsps) tahun 2012.

Masalah permukiman dipelajari dalam ilmu Geografi yang berwujud sebagai

study Geografi permukiman. Permukiman dalam arti sempit adalah rumah atau

tempat tinggal atau bangunan tempat tinggal, sedangkan dalam arti luas adalah

perihal tempat tinggal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat tinggal.

Perhatian study Geografi permukiman secara kontinum eksistensinya dapat

digolongkan menjadi permukiman perkotaan atau (Rurban settlement), dan

permukiman perdesaan/Rural Settlement (Yunus, 1987)

Pada suatu artificial senttlement skala mikro, sorotan utamanya adalah pada

housing (Rumah). Komponen-komponen yang disoroti meliputi bangunan-bangunan

rumah yang digunakan untuk berlindung dari ancaman dari lingkungannya . Rumah

yaitu lingkungan sosio- cultural-fisik alami bangunan yang ada, baik secara

(17)

3

multidimensional, maka ia dipandang sebagai suatu proses yang mencakup berbagai

perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,

penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan masalah kemiskinan.

Rumah merupakan kebutuhan primer bagi manusia sebagai tempat tinggal dan menetap. Rumah sebagai kebutuhan pokok manusia, tidak hanya sebatas rumah sebagai bangunan tempat tinggal saja. Keberadaan rumah dapat berdimensi sosial, ekonomi, maupun budaya. Rumah sebagai tempat tinggal yang diperlukan oleh manusia untuk memasyarakatkan dirinya karena pada hakekatnya rumah merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi. Dalam proses ini, individu diperkenalkan pada nilai dan adat kebiasaan yang berlaku (Siswono, 1991)

Kebutuhan manusia terhadap rumah berjenjang sesuai dengan tingkat

penghasilannya, yaitu :

1. Kebutuhan Fisiologis (tempat berlindung, tempat istirahat dll)

2. Rasa aman (beribadah, menyimpan barang dll)

3. Kebutuhan Sosial (sebagai sarana berinteraksi sosial)

4. Harga diri, kehormatan dan ego

5. Aktualisasi diri (Budiardjo, 1994)

Pemenuhan kebutuhan akan perumahan oleh masyarakat berpenghasilan

rendah sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, dan kita ketahui bahwa

pembangunan perumahan tidaklah dengan biaya yang sedikit, sehingga mereka tidak

mampu melakukannya sendiri, mengingat masyarakat berpenghasilan rendah yang

ada di kecamatan parbuluan adalah masyarakat yang mayoritas petani lebih

mengutamakan kebutuhan akan pangan jika dibandingkan dengan kebutuhan akan

(18)

Masyarakat berpenghasilan rendah adalah kelompok masyarakat yang

mengalami tekanan ekonomi, sosial, budaya dan politik yang cukup lama dan dapat

menimbulkan budaya miskin”. Sedangkan menurut Asian Development Bank (ADB)

masyarakat berpenghasilan rendah adalah masyarakat yang tidak memiliki akses

dalam menentukan keputusan yang menyangkut kehidupan mereka; secara sosial

mereka tersingkir dari institusi masyarakat; rendahnya kualitas hidup; buruknya etos

kerja dan pola pikir mereka serta lemahnya akses mereka terhadap aset lingkungan

seperti air bersih dan listrik. Menurut Permenpera No. 5/PERMEN/M/2007

masyarakat berpenghasilan rendah 2 adalah masyarakat dengan penghasilan dibawah

dua juta lima ratus ribu rupiah per bulan (Lewis dalam Budihardjo, 1991).

Memenuhi kebutuhan rumah yang dilakukan Pemerintah adalah dalam

rangka peningkatkan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Sebagai kebutuhan dasar

manusia rumah merupakan syarat untuk memperoleh kesejahteraan. Bahkan suatu

tolak ukur kesejahteraan sebagaimana dituangkan dalam UU Nomor 4 tahun 1992

tentang “Perumahan dan Permukiman” bahwa rumah sebagai kebutuhan dasar

manusia, dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan juga berfungsi sebagai sarana

pembinaan keluarga, maka kebutuhan perumahan merupakan suatu kebutuhan yang

harus dipenuhi. Sudah menjadi kewajiban negara dalam rangka mensejahterakan

warganya untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah agar dapat memenuhi

kebutuhan akan perumahannya.

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.8/PERMEN/M/2006,

menyatakan “Perumahan swadaya diartikan sebagai rumah atau perumahan yang di

(19)

5

individu. Konsep perumahan swadaya lebih menekankan pada peningkatan

pembangunan dan pengelolaan secara mandiri dan berkelanjutan”.

Menurut pendapat akhir Presiden terhadap RUU tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman dalam Rapat Paripurna DPR RI tahun 2010 di Gedung

Nusantara II DPR RI, Jakarta. “Undang-Undang tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman secara keseluruhan mencerminkan adanya keberpihakan yang kuat

sekaligus memberikan kepastian bermukim terhadap masyarakat berpenghasilan

rendah,”. Bedah rumah masyarakat berpenghasilan rendah merupakan program

unggulan dalam Masterplan Percepatan Pengurangan dan Pengentasan Kemiskinan

(MP3KI), yang anggarannya masuk dalam pos belanja bantuan Kemenpera.

Sebanyak 18 Desa dari 8 Kecamatan di Kabupaten Dairi memperoleh dana

masing-masing Rp 250 juta dari APBN.

Realisasi bantuan bedah rumah dari kementerian perumahan rakyat sangat

menyentuh kebutuhan rakyat miskin yang ada di Kecamatan Parbuluan. Kediaman

sejumlah keluarga marginal bakal lebih layak dibanding kondisi sebelumnya, sebab

mengandalkan uang sendiri, perbaikan dirasa hal yang berat. Pemerintah Pusat

melalui Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) memberikan Bantuan

Stimulan Perumahan Swadaya untuk tahun 2012 – 2013 ke Kabupaten Dairi sebesar

Rp 37,5 miliar yang di dalamnya termasuk Kecamatan Parbuluan. Dana untuk BSPS

atau dikenal bedah rumah itu diberikan bagi masyarakat berpenghasilan rendah

(MBR). Sesuai data BPS (Badan Pusat Statistik) terdapat 15 ribu rumah tidak layak

huni di Dairi, Karena itu pemerintah menganggarkan biaya Rp 6 juta per rumah

(20)

Kondisi perumahan yang tidak layak huni masih dijumpai di Kecamatan Parbuluan,

pada tahun 2012 tercatat 559 unit rumah yang tidak layak huni yang tersebar di 11 desa, hal

ini didukung dengan adanya rumah yang lantainya masih terbuat dari tanah, dinding rumah

yang sudah lapuk/ rusak, tidak memiliki MCK, dan masih ada rumah panggung yang terlihat

tidak kokoh lagi. Kondidi perumahan yang terlihat di Kecamatan Parbuluan layak mendapat

perhatian dan bantuan dari pemerintah melalui program bantuan stimulam perumahan

swadaya (BSPS) untuk membantu masyarakat dengan latar belakang masyarakat

berpenghasilan rendah. Bagi masyarakat kecamatan Parbuluan BSPS menjadi

program yang sangat menyentuh kehidupan masyarakat berpenghasilan rendah yang

ada di Kecamatan Parbuluan dan pemerintah juga berharap dengan adanya program

ini benar-benar memberikan dampak yang signifikan bagi perbaikan kondisi

perumahan masyarakat. Adapun kondisi fisik perumahan yang menjadi sasaran

program BSPS sekaligus dinilai tidak mampu memperbaiki atau memenuhi

kebutuhan perumahannya adalah berupa rumah yang lantainya terbuat dari tanah,

atapnya bocor, jendela yang tidak memiliki ventilasi yang cukup memadai, tidak

memiliki MCK, serta dinding rumah yang rusak. Dengan demikian Kecamatan

Parbuluan layak menjadi sasaran program BSPS.

Pada umumnya masyarakat sangat peka terhadap program bantuan

pemerintah dan mereka berusaha untuk menjadi sasaran bantuan tersebut. Demikian

halnya usaha pembangunan rumah layak huni di Kecamatan Parbuluan melalui

program seperti ini memang sangat baik dan sangat mulia kelihatannya. Dengan

program ini masyarakat dengan latar belakang berpenghasilan rendah mendapat

bantuan untuk perbaikan kondisi rumah. Program bantuan stimulan perumahan

swadaya tentu membawa dampak perubahan kondisi fisik perumahan bagi

(21)

7

bantuan stimulan perumahan swadaya. Akan tetapi program ini tidak sepenuhnya

memberikan dampak yang positif bagi mereka yang menerima bantuan tersebut. Jika

dampak positif dari program ini membawa perubahan kondisi fisik perumahan dari

tidak layak huni menjadi layak huni, namun dijumpai beberapa kendala atau bahkan

menjadi masalah bagi masyarakat penerima bantuan stimulan perumahan swadaya.

Mengingat dana atau biaya untuk pembangunan/ perbaikan rumah memerlukan biaya

yang besar, selain itu kerusakan kondisi fisik perumahan masyarakat tidaklah sama

sehingga bentuk perbaikannya juga akan berbeda. Masyarakat mengakui jika hanya

mengandalkan dana tersebut tidak cukup untuk pembangunan ataupun perbaikan

rumah mereka, sehingga masyarakat justru harus berusaha keras untuk mencari biaya

tambahan untuk menambah biaya yang dari pemerintah tersebut. Dalam kondisi

perekonomian lemah yang ada pada masyarakat tentu bukan hal yang mudah bahkan

menjadi ketegangan dan berat untuk mereka atasi.

Masalah keterbatasan dana yang dialami oleh masyarakat penerima dana

BSPS tidak sepenuhnya adalah kekurangan dari pemerintah, per lu diingat bahwa

dana BSPS hanyalah sebagai rangsangan kepada masyarakat, seharusnya

masyarakat penerima dana BSPS diutamakan masyarakat yang memiliki dana

simpanan atau tabungan yang telah diperuntukkan untuk pembangunan perumahan

mereka, dan ini juga menjadi kriteria penerima bantuan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah yang tertuang dalam peraturan menteri perumahan rakyat nomor 06

tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan bantuan stimulan perumahan swadaya

yaitu didahulukan yang telah memiliki rencana membangun atau meningkatkan

kualitas rumah yang dibuktikan dengan: memiliki tabungan bahan bangunan, telah

(22)

yang dapat dijadikan dana tambahan BSPS, dan memiliki tabungan uang yang dapat

dijadikan dana tambahan BSPS. Hal inilah yang menjadi kendala yang dijumpai di

lapangan, masyarakat penerima BSPS secara umum tidak memiliki tabungan atau

dengan kata lain tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan, ini juga menjadi hal

yang sangat sulit diterapkan oleh pemerintah setempat ketika akan mendata

masyarakat penerima dana BSPS. Hal ini disebabkan masyarakat yang tidak

memiliki dana simpanan atau tabungan merasa diasingkan dan mereka menuntut

kepada perangkat desa karena merasa mereka lebih layak untuk dibantu. Setelah

menjalani proses sudah dipastikan masyarakat yang menerima dana BSPS akan

terkendala mencari dana tambahan yang pada akhirnya bermuara pada hutang.

Penelitian ini mengkaji bagaimana sebenarnya dampak program bantuan

stimulan perumahan swadaya terhadap kehidupan masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas perumahan, yang dalam hal ini adalah masyarakat penerima

bantuan stimulan perumahan swadaya. Peneliti juga ingin mengkaji bagaimana

masyarakat mengatasi masalah yang dihadapi khususnya keterbatasan dan

kurangnya dana untuk perbaikan dan peningkatan kualitas perumahan di Kecamatan

parbuluan Kabupaten Dairi, mengapa terlihat adanya kesenjangan perubahan

kondisi fisik perumahan dengan jumlah (nominal) dana bantuan yang sama ( 6 juta ).

Adapun perbedaan yang dijumpai di lapangan adalah adanya rumah yang hanya

direnovasi sebahagian, (bagian atap saja, bagian lantai saja, atau MCK saja)

sementara itu ada juga perubahan kondisi fisik perumahan yang signifikan yaitu

terlihat beberapa rumah menjadi semi permanen, dan permanen.

Kesenjangan perubahan kondisi fisik perumahan setelah adanya program

(23)

9

lingkungan. Perbedaan geografis daerah akan berpengaruh terhadap dampak

program ini. Dalam hal ini sumber daya alam dan sumber daya manusia tentu akan

menjadi faktor yang sangat berperan mempengaruhi dampak program BSPS.

Ketersediaan sumber daya alam seperti pasir, batu, kayu tentu akan memberikan

keringanan bagi masyarakat demikian halnya sistem sosial dan kekerabatan dalam

proses pengerjaan/ pembangunan juga akan berpengaruh. Dengan demikian

penelitian ini akan mengkaji dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya

terhadap kondisi sosial di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dituliskan di atas, maka

masalah yang dapat diidentifikasikan dala m penelitian ini adalah : Dampak program

Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya terhadap kondisi fisik perumahan di

Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012, Perubahan kondisi sosial

masyarakat penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya setelah adanya

program BSPS, peran pemerintah untuk mensejahterahkan masyarakat

berpenghasilan rendah dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan, Perbedaan

kondisi fisik dan non fisik terhadap pelaksanaan pembangunan perumaha

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah penelitian, maka permasalahan penelitian

yang diidentifikasi tersebut perlu dibatasi agar penelitian ini lebih terarah. Berpegang

pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka permasalahan pada

penelitian ini dibatasi pada dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya

terhadap kondisi sosial masyarakat di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun

(24)

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah dituliskan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya terhadap

kondisi perumahan di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012?

2. Bagaimana dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya terhadap

kehidupan masyarakat di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dirancangkan, maka tujuan penelitian

yang diharapkan adalah :

1. Untuk mengetahui dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya

terhadap kondisi perumahan di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun

2012.

2. Untuk mengetahui dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya

terhadap kehidupan masyarakat di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi setelah

adanya program BSPS.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan rujukan

bacaan dan wacana baru untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan dampak

program bantuan stimulan perumahan swadaya di Kecamatan Parbuluan Kabupaten

Dairi. Secara rinci hasil penelitian diharapkan manfaat sebgai berikut :

1. Memberikan informasi tentang dampak program bantuan stimulan perumahan

swadaya terhadap kondisi perumahan di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi

(25)

11

2.

Memberikan informasi tentang kehidupan masyarakat penerima Bantuan Stimulan

Perumahan Swadaya di Kecamatan Parbuluan setelah adanya program BSPS.

3. Sebagai bahan masukan untuk pemerintah, khususnya pemerintah daerah dalam

penigkatan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah dalam memenuhi

kebutuhan akan perumahan.

4. Sebagai bahan bandingan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian lanjutan

atau sejenisnya.

5. Menambah wawasan peneliti tentang dampak program Bantuan Stimulan

(26)

45

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data-data hasil penelitian yang telah diperoleh di

lapangan melalui alat pengumpul data primer berupa angket. Pemaparan data hasil

penelitian ini pada dasarnya berusaha mencari dan mengetahui bagaimana dampak

program bantuan stimulan perumahan swadaya (BSPS) terhadap kondisi sosial dan

perumahan di Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi tahun 2012 yang terdiri dari 114

responden yang tersebar di 3 Desa daerah penelitian yang meliputi Desa Bangun, Desa

Parbuluan IV, dan Desa Parbuluan V.

1. Identitas Responden

a. Umur Responden

Komposisi umur masyarakat penerima dana BSPS di Kecamatan Parbuluan dapat dilihat

pada tabel 8.

(27)

46

Dari tabel 8 terlihat bahwa masyarakat penerima dana BSPS di Kecamatan Parbuluan

tergolong dalam masyarakat yang produktif, dengan demikian swadaya masyarakat juga

tergolong tinggi . Suhardjo dan Patong dalam Simanjuntak. B, (1986) menyatakan

bahwa umur produktif manusia berkisar 15-45 tahun, komposisi usia demikian cukup

baik jika dilihat dari kapasitas kerja mereka dan diharapkan akan lebih dinamis dalam

mengikuti kegiatan pembangunan serta mempunyai kemampuan berusaha yang lebih

baik sebagai mana upaya untuk meningkatkan pendapatan.

b. Status Kepemilikan Rumah

Status kepemilikan rumah penerima dana bantuan stimulan perumahan swadaya

(BSPS) di Desa Parbuluan IV, Desa Parbuluan V, dan Desa Bangun Kecamatan

Parbuluan adalah 100 % milik sendiri. (Sumber Kantor Camat Tahun 2012). Status

kepemilikan rumah adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh masyarakat

penerima BSPS yaitu milik sendiri. Rumah dengan status milik sendiri akan lebih

memotivasi dan lebih peduli akan kualitas perumahan karena akan dihuni dalam jangka

yang panjang atau bahkan sampai akhir hidupnya.

c. Tingkat Pendidikan

Pendidikan memiliki peran penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Pendidikan masyarakat penerima BSPS masih tergolong rendah terlihat

bahwa banyak yang berpendidikan dasar saja (SD-SMP) sehingga masyarakat tidak

mampu untuk bersaing dalam lapangan pekerjaan dan hanya bisa bekerja di sektor

informal dibidang pertanian. Untuk mengetahui tingkat pendidikan penerima BSPS

(28)

Tabel 9. Disribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No Tingkat

Pendidikan Desa Bangun

Desa

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

d. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan atau mata pencaharian masyarakat penerima BSPS, hasilnya

dapat dilihat pada tabel 10 .

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa bahwa masyarakat penerima BSPS di Kecamatan

Parbuluan pekerjaannya mayoritas sebagai petani, hal ini dipengaruhi tingkat pendidikan

yang masih rendah sehingga tidak mampu bersaing untuk dunia pekerjaan serta

didukung oleh kondisi fisik tanah yang subur yang cocok dijadikan lahan pertanian.

e. Jumlah Anak

Anak merupakan tanggung jawab bagi setiap orang tua. Banyaknya jumlah anak

(29)

48

biaya hidup, semakin banyak anak maka semakin banyak juga biaya yang diperlukan.

Untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki oleh para penerima BSPS di Kecamatan

Parbuluan, hasilnya dapat dilihat pada tabel 11, yang menunjukkan bahwa di kecamatan

parbuluan tepatnya di 3 desa yang menjadi objek penelitian angka kelahiran masih

tinggi, budaya yang menyatakan banyak anak banyak rejeki masih melekat, walaupun

sebenarnya banyak anak banyak kebutuhan juga.

Tabel 11. Jumlah Anak Masyarakat Penerima BSPS di Kecamatan Parbuluan

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

2. Gambaran Umum Pelaksanaan Program BSPS di Kecamatan Parbuluan

a. Pengetahuan Responden terhadap Syarat Syarat Penerima BSPS

Setiap penerima BSPS harus mengetahui syarat- syarat penerima BSPS hal ini

tentu sangat penting untuk menunjang kelancaran pembangunan perumahan. Seluruh

masyarakat penerima BSPS telah mengikuti sosialisasi tentang syarat-syarat penerima

BSPS yang dilakukan di tiap desa yang diatur oleh setiap kepala desa beserta stafnya

sesuai dengan syarat-syarat penerima BSPS.

b. BSPS sebagai Stimulan terhadap Masyarakat untuk Membangun Rumah.

Program BSPS yang dilaksanakan di kecamatan parbuluan diharapkan mampu

(30)

untuk membangun atau memperbaiki kondisi perumahan dari kondisi yang tidak layak

huni menjadi layak huni. Pada dasarnya kondisi perekonomian yang lemah menjadi

alasan yang kuat bagi mereka untuk tidak terfikirkan membangun rumah walaupun

kondisinya sudah tidak nyaman. Masyarakat tentu lebih mengutamakan kebutuhan akan

pangan, dan kebutuhan anak seperti kebutuhan sekolah dan yang lainnya, namun adanya

program BSPS ternyata sangat memotivasi masyarakat untuk membangun dan

memperbaiki rumah mereka, dan seluruh masyarakat penerima bantuan stimulan

perumahan swadaya mengakui alasan membangun dan memperbaiki rumah adalah

karena adanya program BSPS.

c. Bentuk Bantuan yang Diterima oleh Responden

Bentuk bantuan yang telah dirancang oleh pemerintah adalah bantuan dengan

nominal Rp. 6 juta. Dengan demikian masyarakat diberi kebebasan untuk merenovasi

bagian rumah yang dianggap perlu untuk direnovasi, dalam hal ini yang diutamakan

adalah bagian rumah yang sudah mengalami kerusakan yang lebih parah. Untuk

mengetahui bentuk bantuan yang diterima oleh masyarakat penerima BSPS dapat dilihat

pada tabel 12

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Bentuk Bantuan yang Diterima di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No Bantuan yang

(31)

50

Tabel 12 menunjukkan bahwa bentuk bantuan yang diterima oleh masyarakat

berbeda-beda yang disebabkan oleh adanya peraturan baru yang diterapkan oleh

pemerintah, khususnya pemerintah setelah adanya pertimbangan bahwa bantuan dalam

bentuk uang tunai dinilai kurang tepat karena hasilnya tidak maksimal yang disebabkan

adanya pengalihan dana BSPS untuk keperluan yang lainnya melihat keadaan tersebut

pemerintah mengalihkan bantuan dalam bentuk bahan bangunan.

d. Sumber bahan material

Salah satu kemudahan yang dirasakan oleh masyarakat penerima BSPS adalah

memperoleh bahan material. Masyarakat dibantu oleh tim pemberdaya masyarakat

(TPM) yang telah dihunjuk oleh pemerintah pada tiap-tiap daerah sehingga masyarakat

tidak membeli sendiri ke toko bangunan.

Contoh daftar bahan bangunan yang telah diajukan sesuai kebutuhan masyarakat

penerima BSPS kepada TPM dalam dua tahap pencairan dengan jumlah

Rp.3.000.000,00 seperti terlihat pada tabel 13 dan tabel 14.

Tabel 13. Pencairan Dana BSPS Tahap I Dalam Bentuk Bahan Bangunan di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No Jenis material Volume Satuan Harga satuan Jumlah (Rp)

(32)

Tabel 14. Pencairan Dana BSPS Tahap II Dalam Bentuk Bahan Bangunan di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No Jenis material Volume Satuan Harga satuan Jumlah (Rp)

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

e. Bentuk Renovasi yang Dilakukan Masyarakat Penerima BSPS

Bentuk renovasi yang dilakukan oleh masyarakat penerima BSPS dapat dilihat

pada tabel 15.

Tabel 15. Distribusi Responden Berdasarkan Bentuk Renovasi di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

Sumber : Data Primer Olahan, 2014.

Dari tabel dapat dilihat bahwa BSPS sangat merangsang masyarakat dalam perbaikan

rumahnya hal ini terlihat bahwa presentase renovasi total lebih tinggi dengan demikian

kualitas perumahan juga akan lebih tinggi.

f. Proses Pengerjaan Bangunan

Proses pengerjaan bangunan perumahan yang disarankan oleh pemerintah adalah

(33)

52

Perangkat desa juga diharapkan bisa mengarahkan masyarakat dengan cara membentuk

kelompok untuk bergotong royong, namun proses pengerjaan bangunan yang dilakukan

oleh masyarakat penerima BSPS berbeda-beda, seperti yang terlihat pada tabel 16.

Tabel 16. Proses Pengerjaan Bangunan yang Dikerjakan oleh Masyarakat di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No Proses

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Dari tabel 16 dapat dilihat penggunaan jasa ahli bangunan lebih tinggi dari pada

gotong royong hal ini disebabkan beberapa alasan yaitu kurangnya kepercayaan kualitas

bangunan jika tidak dikerjakan oleh ahli, masyarakat merasa lebih lama jika melakukan

pembangunan melalui gotong royong walaupun sebenarnya system gotong royong

adalah system yang disarankan oleh pemerintah untuk mengurangi biaya pengeluaran

dari masyarakat, karena dengan menggunakan jasa ahli bangunan maka masyarakat

harus mehgeluarkan biaya lagi.

g. Waktu yang Dibutuhkan untuk Pengerjaan Bangunan

Untuk mengetahui waktu yang dihabiskan untuk proses pembanguan rumah

masyarakat di kecamatann Parbuluan dapat dilihat pada tabel 17. Pada tabel 17 terlihat

bahwa tidak ada pembangunan rumah melampaui batas waktu yang telah ditetapkan oleh

pemerintah yaitu 100 hari setelah serah terima bantuan telah ditandatangani oleh

(34)

Tabel 17. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pengerjaan Bangunan di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No

Sumber : Data Primer Olahan, 2014.

h. Penerima BSPS yang Memanfaatkan Sumber Daya Alam

Sumber daya alam (SDA) yang terdapat di Kecamatan Parbuluan dapat dilihat pada gambar 4 dan 5.

Gambar 4. Sumber Daya Alam Berupa Pasir di Desa Bangun Tahun 2014.

(35)

54

Sumber daya alam yang dapat digunakan untuk menunjang pembagunan

perumahan adalah sumber daya alam berupa pasir, batu, dan kayu. Sumber daya alam

Kayu pada umumnya ada di 3 daerah penelitian, sementara sumber daya alam berupa

pasir dan batu ditemukan di dua daerah penelitian yaitu desa Parbuluan IV, dan Desa

Parbuluan V. Jumlah masyarakat penerima dana BSPS yang memanfaatkan sumber daya

alam di Kecamatan Parbuluan dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Sumber Daya Alam di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Dari tabel 18 diatas dari 114 responden menunjukkan bahwa sumber daya alam

berupa kayu adalah sumber daya alam yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat

dengan demikian masyarakat tidak perlu membeli dari toko bangunan hal ini juga akan

mengurangi biaya masyarakat. Sementara untuk sumber daya alam berupa pasir dan batu

masyarakat masih mengeluarkan biaya karena keberadaan sumber daya alam tersebut

tidak dikelola oleh masyarakat setempat melainkan orang lain. Jika ada beberapa

orangyang bisa menikmatinya adalah karena alasan tertentu yaitu masih memiliki ikatan

keluarga dengan pihak pengelola, masyarakat yang masih tuan tanah, atau masyarakat

(36)

i. Tanggapan Masyarakat terhadap BSPS.

Tanggapan masyarakat terhadap dana BSPS adalah baik, bagi masyarakat

pemerintah telah membantu masyarakat melalui dana BSPS untuk perbaikan dan

pembangunan rumah mereka. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap dana

BSPS dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Distribusi Responden Menurut Tanggapan terhadap Program BSPS di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No Tanggapan

Sumber : Data Primer Olahan, 2014.

Dari tabel 19 terlihat bahwa BSPS berhasil memotivasi masyarakat untuk

membangun/ memperbaiki kondisi perumahan, karena sebelum adanya program BSPS

masyarakat tidak terfikir untuk membangun/ memperbaiki rumah mereka, akan tetapi

walaupun dan bantuan 6 juta tidak cukup untuk pembangunan dan perbaikan perumahan

masyarakat mengakui BSPS adalah perangsang untuk membangun.

3. Keadaan Ekonomi Responden

a. Jumlah Penghasilan Utama.

Masyarakat penerima dana BSPS di Kecamatan Parbuluan adalah masyarakat

yang berpenghasilan rendah terbukti dari tingkat penghasilan masih rendah. Untuk

(37)

56

Tabel 20. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Utama Tiap Bulan di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Dari tabel 20 terlihat bahwa bahwa pendapatan masyarakat penerima dana BSPS

masih sangat rendah sehingga layak menjadi sasaran program BSPS.

b. Tabungan Masyarakat Penerima BSPS

Tabel 21 menunjukan bahwa Sebagian besar penerima BSPS tidak memiliki

dana simpanan atau tabungan, hal inilah yang menjadi kelemahan penerapan program

BSPS karena pada dasarnya masyarakat yang menjadi sasaran BSPS adalah masyarakat

yang sudah memiliki tabungan atau asset yang dapat digunakan sebagai dana tambahan

untuk biaya pembangunan sehingga keadaan ini juga yang memicu terjadinya beban

hutang yang harus ditanggung oleh masyarakat penerima BSPS.

Tabel 21. Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Tabungan di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No Ada tidaknya

(38)

4. Masalah Dalam Pelaksanaan Program BSPS

a. Jenis Masalah

Pelaksanaan program BSPS pada dasarnya disambut baik oleh masyarakat

kecamatan Parbuluan. Namun pada pelaksanaanya kurangnya dana menjadi kendala

yang berat bagi masyarakat, karena dana BSPS tidak cukup untuk perbaikan dan

pembangunan rumah mereka. Seluruh masyarakat penerima dana BSPS di Parbuluan IV,

Parbuluan V, dan Desa Bangun, mengakui keterbatasan dana merupakan kendala yang

paling utama.

b. Cara Mengatasi Masalah

Masalah keterbatasan dana yang dihadapi oleh masyarakat penerima BSPS tidak

dibiarkan begitu saja. Masyarakat berusaha keras untuk mengatasi masalah tersebut, cara

yang ditempuh oleh masyarakat adalah dengan mencari pinjaman baik kepada saudara,

tetangga atau warga setempat, atau bahkan berutang pada toko bangunan.

Tabel 22. Distribusi Responden Berdasarkan Cara mengatasi Kekurangan Dana di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No Cara mengatasi kekurangan dana

(39)

58

Dari tabl terlihat bahwa masyarakat pada umumnya berhutang kepada keluarga

hal ini juga untuk mengurangi resiko baik dalam hal jaminan atau bunga pinjaman yang

bisa dibicarakan secara kekeluargaan sebab jika meminjam kepada orang lain akan

terbebani dalam hal bunga atau jaminan. Masyarakat juga tidak melakukan pinjaman ke

Bank hal ini dikarenakan masyarakat tidak terlalu paham dengan prosedur yang

dianggap masih rumit dengan persyaratan-persyaratan dari pihak bank.

5. Dampak Sosial Program BSPS terhadap Responden

a.Kondisi Perumahan

Secara umum kondisi perumahan masyarakat jauh lebih baik dari kondisi

sebelumnya. Adanya peningkatan kualitas rumah dari kondisi tidak layak huni menjadi

layak huni menunjukkan keberhasilan dari program BSPS yang telah diterapkan oleh

pemerintah. Layak tidaknya kondisi perumahan masyarakat penerima BSPS hasilnya

dapat dilihat pada tabel 23.

Tabel 23. Distribusi Responden Berdasarkan Sesuai Tidaknya Kondisi Perumahan Setelah Program BSPS di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No Kondisi setelah program BSPS

(40)

Gambar 8. Kondisi Fisik Rumah Mulai Dari 0% - 100 % dengan Status Layak Huni di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

Gambar 9. Kondisi Fisik Rumah Mulai Dari 0% - 100 % dengan Status Tidak Layak Huni di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

b. Dana Tambahan BSPS

Tambahan dana yang dikeluarkan masyarakat dapat dilihat pada tabel 24. Pada

tabel terlihat dari 114 responden menunjukkan bahwa besarnya tambahan biaya

tergantung pada bentuk renovasi yang dilakukan oleh masyarakat penerima BSPS.

Tabel 24. Distribusi Responden Berdasarkan Dana Tambahan di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No Dana tambahan yang dikeluarkan

(41)

60

c. Jaminan atas Pinjaman

Mengatasi kekurangan dana dengan cara meminjam bagi sebahagian masyarakat

harus memberikan jaminan utang masyarakat. Adapun jaminan yang diberikan oleh

masyarakat adalah berupa tanah, rumah, dan hasil panen yang akan dipanen. Untuk

mengetahui jaminan pinjaman yang diberikan masyarakat, dapat dilihat pada tabel 25.

Tabel 25. Distribusi Responden Berdasarkan Jaminan atas Pinjaman/ Hutang di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No Jaminan atas

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Dari data tabel 25 di atas terlihat bahwa sebagian besar masyarakat meminjam

tanpa ada jaminan, hal ini menunjukkan bahwa kekerabatan dan kepercayaan terhadap

masyarakat masih ada karena masyarakat yang meminjam tanpa jaminan pada umumnya

karena meminjam pada saudara atau famili, sementara yang menggunakan jaminan

adalah karena masyarakat meminjam pada masyarakat tanpa ada ikatan keluarga yang

dekat.

e. Beban Hutang.

Beban hutang merupakan dampak dari program BSPS. Beban hutang masyarakat

(42)

Tabel 26. Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Beban Hutang di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No Beban hutang Desa

Sumber : Data Primer Setelah, 2014

Dari tabel 26 menunjukkan bahwa beban hutang harus ditanggung oleh masyarakat

sebagai akibat dana BSPS senilai 6 juta tidak cukup untuk biaya perbaikan dan

pembangunan rumah. Dengan demikian dampak dari program BSPS selain membawa

perubahan dalam peningkatan kualitas rumah ternyata juga membawa beban hutang

terhadap kehidupan masyarakat.

B. Pembahasan

1. Dampak BSPS Terhadap Kondisi Perumahan di Kecamatan Parbuluan.

a. Kondisi Fisik Rumah

Peningkatan kualitas perumahan di Kecamatan Parbuluan merupakan dampak

dari pelaksanaan program BSPS yang secara umum berjalan dengan baik, hal ini terlihat

dari perubahan status perumahan masyarakat dari status tidak layak huni menjadi layak

huni. Peningkatan kualitas rumah dari tidak layak huni menjadi layak huni sebanyak

90,35% yang meliputi renovasi dinding, atap, lantai dan MCK, sementara rumah

dengan status tidak layak huni adalah rumah yang belum memenuhi kriteria rumah layak

huni Sebanyak 9,64%. Adanya rumah yang tidak layak huni yang ditempati oleh

masyarakat penerima dana BSPS pasca program BSPS 2012 adalah masyarakat dengan

(43)

62

tambahan untuk biaya perbaikan dan pembangunan rumah, masih terlihat kondisi rumah

yang dalam keadaan rusak. Secara umum kondisi rumah yang tidak layak huni adalah

kerusakan di bagian MCK 47,82 %, untuk bagian lantai yang masih rusak 30,43%,

bagian dinding 13,04%, dan untuk bagian atap yang masih rusak 8,69% dengan kata lain

masyarakat lebih mendahulukan perbaikan atap, dinding, sementara untuk lantai dan

MCK masih dibelakangkan. Perbedaan status rumah adalah gambaran perbedaan

swadaya masyarakat, semakin tinggi kualitas rumah yang dibangun oleh masyarakat

semakin tinggi pula swadaya masyarakat.

b. Bentuk Bantuan yang Diterima oleh Responden

Pemerintah telah menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan untuk

masyarakat berpenghasilan rendah untuk membangun atau merenovasi perumahan

mereka dengan nominal enam juta rupiah. Pencairan dana dilakukan dalam 2 tahap,

dengan perhitungan 50 % tahap I dan 50 % tahap kedua. Adapun pencairan tahap kedua

jika dana pertama telah direalisasikan dengan baik yang dibuktikan dengan laporan

survey dari tim pemberdaya masyarakat (TPM) yang telah ditentukan pada tiap-tiap

daerah, selain pencairan dana yang bertahap penyaluran bantuan juga tidak serentak di

Kecamatan Parbuluan. Hal ini disebabkan masyarakat harus menyiapkan beberapa

berkas atau administrasi sehingga masyarakat yang cepat melengkapi berkas dan

persyaratan akan lebih dahulu menerimanya, namun beberapa masyarakat juga ada yang

terlambat mengurus berkas sehingga pencairan juga harus ditunda.Pada awalnya

pemerintah menyerahkan bantuan dalam bentuk uang tunai 50 % atau senilai tiga juta

rupiah, namun pencairan dana pertama dengan bentuk uang sebesar tiga juta rupiah

(44)

fungsikan oleh penerima pada akhirnya bisa mengakibatkan ketidak berhasilan

program ini sehingga pemerintah kembali mempertimbangkan bentuk bantuan yang

akan diberikan kepada masyarakat yang belum mengambil dana, dengan kata lain

masyarakat yang telah lebih dahulu menerima bantuan dalam bentuk uang tunai telah

memberikan pembelajaran serta pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil

langkah selanjutnya. Dengan kondisi ini pemerintah mengubah bentuk bantuan yang

akan diberikan kepada masyarakat tidak dengan uang tunai lagi tetapi dalam bentuk

bahan material bangunan, sehingga masyarakat yang terlambat mengurus berkas ternya

bernilai positif juga dimana dana BSPS digunakan dengan tepat (100 % dalam bentuk

material bangunan). Dalam hal ini TPM berpartisipasi aktif untuk membantu

masyarakat, dengan menetapkan satu toko bangunan yang dijadikan sebagai penyalur

material sementara masyarakat hanya memberikan daftar bahan bangunan yang mereka

butuhkan.

c. Bentuk Renovasi yang Dilakukan Masyarakat Penerima BSPS

Bentuk renovasi yang dilakukan oleh masyarakat tentu akan berbeda-beda hal ini

dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah faktor ekonomi, serta kondisi fisik

rumah, karena tingkat kerusakan juga berbeda-beda. Beberapa masyarakat hanya

merenovasi atap, dinding, lantai, dan MCK yang mereka anggap yang lebih penting dan

perlu diperbaiki, hal ini juga dipengaruhi dengan kesanggupan dana masyarakat.

Sementara itu ada juga masyarakat yang melakukan renovasi total rumah mereka,

bahkan sampai pada bentuk permanen. Ada dua sisi pada masyarakat yang melakukan

renovasi total, pertama dana yang bisa dikelola lebih banyak / ekonominya lebih baik,

(45)

64

mereka berani meminjam / mencari dana tambahan yang lebih besar. Dari bentuk

renovasi yang dilakukan oleh masyarakat sebanyak 31,57 % adalah renovasi total

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa BSPS sangat memotivasi masyarakat untuk

memperbaiki/membangun rumah, hal ini terlihat dari swadaya masyarakat yang besar

terhadap program yang diterapkan oleh pemerintah, sementara masyarakat yang tidak

renovasi total lebih memilih untuk memperbaiki komponen rumah di bagian atap dan

dinding dengan alasan jika rumah bocor kenyamanan penghuni akan lebih terganggu

mengingat bahwa curah hujan di Kecamatan Parbuluan tergolong tinggi setiap tahunnya.

Selain itu Kecamatan Parbuluan yang berada di dataran tinggi menyebabkan cuaca

dingin keadaan ini menjadi alasan bagi masyarakat untuk memperbaiki dinding karena

dinding rumah yang rusak akan menyebabkan penghuni rumah kedinginan akibat angin

yang masuk melalui celah-celah dinding kususnya di malam hari sehingga akan

mengganggu waktu istrahat. Sementara itu komponen rumah seperti lantai dan MCK

tidak terlalu diprioritaskan oleh masyarakat dengan alasan lantai tanah atau lantai semen

yang rusak tidak terlalu bahaya jika dibandingkan dengan atap bocor dan untuk MCK

masyarakat bisa mengatasinya dengan menggunakan kama mandi umum atau lahan di

belakang rumah mereka.

d. Proses pengerjaan Bangunan

Proses pengerjaan bangunan yang disarankan oleh pemerintah adalah dengan

cara gotong royong, hal ini juga dimaksudkan untuk menekan biaya pengeluaran

masyarakat. dan perangkat desa telah mengatur pembagian kelompok yang sekaligus

untuk mereka bergotong royong. Selain mengurangi biaya pengeluaran tradisi bergotong

(46)

sistem kekerabatan sosial. Namun yang menjadi kelemahan bergotong royong adalah

waktu untuk pengerjaan akan cenderung lebih lama jika dibandingkan dengan

pengerjaan dengan ahli bangunan. Inilah yang menjadi pertimbangan bagi masyarakat

penerima BSPS, selain itu beberapa masyarakat juga lebih memilih untuk menggunakan

jasa ahli bangunan dengan asumsi hasilnya jauh lebih memuaskan, walaupun dengan

memakai jasa ahli bangunan masyarakat harus menambah biaya lagi hal ini terlihat

bahwa 63,15% masyarakat lebih memilih untuk menggunakan jasa ahli bangunan

dengan demikian dapat juga dilihat bahwa nilai gotong royong di Kecamatan Parbuluan

sudah mulai luntur.

e. Waktu yang Dibutuhkan untuk Pengerjaan Bangunan

Waktu pengerjaan rumah juga menjadi salah satu ketentuan yang harus dipatuhi

oleh masyarakat penerima BSPS, sesuai dengan keputusan pejabat pembuat komitmen

penyediaan rumah swadaya di wilayah sumatera tentang penetapan penerima dana BSPS

tahun anggaran 2012 di kabupaten Dairi, harus menyelesaikan peningkatan kualitas

perumahan dengan jangka waktu 105 hari terhitung sejak pengambilan dana pada buku

tabungan dari Bank. Penetapan waktu pengerjaan bangunan juga salah satu cara

pemerintah untuk memotivasi masyarakat agar lebih serius dalam pembangunan yang

sedang dilakukan, jika masyarakat tidak memenuhi waktu yang telah ditentukan akan

dikenakan sanksi berupa denda. Penetapan peraturan tentang waktu pengerjaan

bangunan di Kecamatan Parbuluan bisa terlaksana dengan baik, hal ini dibuktikan

dengan pengerjaan bangunan tidak melebihi batas waktu yaitu 105 hari, masyarakat

penerima BSPS bisa menyelesaikan bangunan rumah tidak lebih dari 3 bulan. Lamanya

(47)

66

volume bangunan yang dikerjakan ternyata tenaga yang mengerjakan juga menjadi

sangat penting, rumah yang dikerjakan oleh ahli bangunan sebanyak 63,15% di

Kecamatan Parbuluan membutuhkan waktu yang lebih singkat yaitu selama 30 hari

sementara itu bangunan yang dikerjakan oleh sistem gotong royong lebih membutuhkan

banyak waktu yaitu 60 hari.

2. Dampak BSPS terhadap Kondisi Kehidupan Masyarakat.

a. Beban Hutang.

Beban hutang harus ditanggung oleh masyarakat penerima BSPS di Kecamatan

Parbuluan, masyarakat dengan latar belakang berpenghasilan rendah dan pada umumnya

tidak memiliki tabungan harus mencari dana tambahan dengan cara berhutang. Hal ini

sudah menjadi konsekuensi yang harus diterima dan masyarakat juga mengakui mereka

sudah iklas dengan hal itu. Jika peningkatan kualitas rumah sudah mereka dapatkan

maka beban hutang adalah hal yang tidak bisa mereka hindari, dengan demikian BSPS

membawa dampak terhadap kondisi perumahan dan membawa dampak terhadap kondisi

kehidupan masyarakat di Kecamatan Parbuluan. Beban hutang yang harus ditanggung

oleh masyarakat adalah sebagai akibat dari kelemahan penerapan peraturan/ syarat

penerima dana BSPS, yang seharusnya diberikan kepada masyarakat yang telah

memiliki tabungan atau aset lain yang dapat dijadikan sebagai sumber dana tambahan

tapi pada kenyataannya sebanyak 76,31% masyarakat penerima BSPS tidak memiliki

tabungan sehingga untuk mencari dana tambahan pembangunan rumah mereka adalah

dengan cara meminjam/hutang. Sementara itu 23,68% masyarakat yang memiliki

tabungan sekalipun ternyata harus menanggung hutang juga hal ini dikarenakan

(48)

terlihat bahwa 97,36 masyarakat adalah berhutang, sementara masyarakat sebanyak

2,63% yang tidak menanggung hutang adalah masyarakat yang dibantu oleh keluarga

dengan sukarela misalnya bantuan dari anak-anak mereka yang sudah bekerja dan

masyarakat yang hanya sedikit merenovasi bagian rumah, misalnya dinding saja,atau

atap saja.

Rendahnya pendidikan masyarakat penerima BSPS di Kecamatan Parbuluan

juga menjadi salah satu alasan untuk masyarakat kurang memahami program BSPS.

Kurangnya pemahaman akan program pemerintah ini yang beranggapan bahwa bantuan

pemerintah ditujukan bagi seluruh masyarakat miskin/ kurang mampu, sehingga

masyarakat berusaha untuk menjadi sasaran penerima bantuan tanpa memikirkan akibat

yang harus mereka tanggung.

b. Dana Tambahan BSPS.

Dana tambahan merupakan dana yang harus dikeluarkan setiap masyarakat

dengan kata lain dana diluar dari BSPS. Hal inilah yang menjadi tanggung jawab bagi

seluruh masyarakat penerima BSPS di Kecamatan Parbuluan mengingat dana dari

pemerintah hanya sebagai stimulan. Dana tambahan yang dikeluarkan oleh masyarakat

berbeda-beda hal ini disebabkan bentuk bangunan dan renovasi yang dilakukan oleh

masyarakat juga berbeda-beda, semakin besar renovasi yang dikerjakan maka semakin

besar pula dana tambahan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat, selain itu masyaakat

yang menggunakan jasa ahli untuk pengerjaan bangunan tentu akan menambah biaya

yang lebih jika dibandingkan dengan masyarakat yang bergotong royong. Penambahan

dana oleh masyarakat maksimal sampai 15 juta tentu bukan hal yang mudah mengingat

(49)

68

penghasilan dibawah 1 juta. Adanya penambahan dana yang dilakukan oleh masyarakat

mengharuskan masyarakat untuk meningkatkan intensitas bekerja. Intensitas kerja

masyarakat semakin meningkat, hal ini juga sebagai bukti bahwa swadaya masyarakat

juga tinggi, dan seluruh masyarakat penerima BSPS melakukan berbagai upaya untuk

meningkatkan pendapatan. Menjadi buruh juga salah satu cara masyarakat untuk

mendapatkan uang untuk mentupi pinjaman sesuai dengan batas waktu yang telah

ditentukan.

c. Jumlah Penghasilan Utama.

Pendapatan merupakan balas jasa yang diterima seseorang setelah melakukan

suatu kegiatan tertentu. Dari berbagai jenis aktifitas manusia yang dilakukan apalagi

bernilai ekonomi tentunya mengharapkan imbalan dari apa yang dilakukannya. Hal ini

merupakan salah satu indikator dalam menentukan sejauh mana tingkat perekonomian

para Penerima BSPS di Kecamatan Parbuluan, semakin tinggi jumlah pendapatan

kesejahteraan keluarga juga akan lebih meningkat. Jumlah penghasilan utama atau

pendapatan masyarakat penerima dana BSPS di Kecamatan Parbuluan masih tergolong

rendah sebanyak 63,15% masyarkat penerima BSPS adalah dengan penghasilan dibawah

1 juta inilah yang menjadi alasan bahwa masyarakat di Kecamatan Parbuluan layak

menjadi sasaran program BSPS. Rendahnya pendapatan masyarakat dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan yang rendah yang membuat masyarakat tidak bisa bersaing untuk

mendapatkan pekerjaan dan hanya bisa bekerja di sektor pertanian bahkan hanya bisa

mengelola ladang dengan keahlian yang rendah juga. Hal inilah yang menjadi alasan

(50)

d. Ada Tidaknya Tabungan Masyarakat Penerima BSPS.

Perumahan swadaya diartikan sebagai rumah atau perumahan yang di bangun

atas prakarsa dan upaya masyarakat baik secara berkelompok maupun secara individu.

Konsep perumahan swadaya lebih menekankan pada peningkatan pembangunan dan

pengelolaan secara mandiri dan berkelanjutan. Pemberian stimulan untuk perumahan

swadaya dimaksudkan untuk mendorong masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)

untuk membangun atau memperbaiki perumahan agar dapat menempati rumah dan

lingkungan yang layak huni. Dengan demikian masyarakat harus lebih berupaya untuk

perbaikan atau pembangunan perumahan, dengan kata lain masyarakat harus lebih aktif

dengan stimulan yang diberikan oleh pemerintah.

Untuk menunjang pembangunan yang bertumpu pada swadaya masyarakat

diharapkan telah memiliki dana simpanan atau tabungan yang telah dipersiapkan untuk

perbaikan atau pembangunan rumah. Dengan demikian program BSPS akan berjalan

lebih lancar. Hal ini juga menjadi kriteria penerima bantun BSPS yang telah ditetapkan

pemerintah yaitu didahulukan yang telah memiliki rencana membangun atau

meningkatkan kualitas rumah yang dibuktikan dengan: memiliki tabungan bahan

bangunan, telah mulai membangun rumah sebelum mendapatkan bantuan stimulan,

memiliki aset lain yang dapat dijadikan dana tambahan BSPS dan memiliki tabungan

uang yang dapat dijadikan dana tambahan BSPS dan ternyata 76,31% masyarakat

penerima BSPS di Kecamatan Parbuluan dengan latar belakang berpenghasilan rendah

tidak memiliki tabungan, hal ini disebabkan pendapatan yang diperoleh sangat sedikit

masyarakat juga mengakui pendapatan yang tidak menetap sangat tidak memungkinkan

(51)

70

sehari-hari. Tidak adanya tabungan masyarakat menjadi kelemahan pelaksanaan

pembangunan bahkan pemicu adanya hutang masyarakat. Pemerintah setempat

mengakui kesulitan untuk menerapkan hal ini, banyak masyarakat tidak terima dengan

hal itu, mereka justru menuntut bahwa mereka yang tidak memiliki tabungan adalah

masyarakat berpenghasilan rendah serta menjadi alasan untuk ditolong sehingga

pemerintah akhirnya mengikutsertakan masyarakat yang tidak memiliki tabungan,

dengan syarat bahwa masyarakat telah bersedia mencari biaya tambahan dengan usaha

mereka sendiri.

e. Masalah dalam Pelaksanaan Program BSPS.

Permasalahan yang paling mendasar dalam pelaksanaan program BSPS di

Kecamatan Parbuluan adalah dalam hal kekurangan dana. Dana bantuan dengan nominal

enam juta rupiah bukanlah dana yang cukup untuk pembangunan sebuah rumah. Jumlah

dana yang diberikan oleh pemerintah tentu tidak cukup, sehingga kekurangan dana

menjadi masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat penerima BSPS di Kecamatan

Parbuluan. Adanya masalah kekurangan dana yang dihadapi oleh masyarakat adalah

sebagai konsekuensi tabungan yang tidak dimiliki oleh masyarakat penerima BSPS.

f. Cara Mengatasi Masalah.

Cara yang ditempuh untuk mengatasi masalah kekurangan dana yang dialami

oleh masyarakat penerima BSPS di Kecamatan Parbuluan adalah dengan cara mencari

pinjaman sebagai dana tambahan, jika tidak maka pembangunan rumah mereka tidak

akan tercapai atau dalam kondisi yang tanggung. Pinjaman yang dilakukan oleh

msyarakat secara umum adalah kepada saudara, tetangga, dan ada juga yang utang

(52)

dari saudara dengan demikian masyarakat masih terbantu berbeda halnya dengan

masyarakat yang meminjam pada warga setempat atau berhutang bahan pada toko

bangunan pada umumnya mereka harus memberikan jaminan atas pinjaman tersebut

g. Jaminan atas Pinjaman

Mengatasi kekurangan dana dengan cara meminjam bagi sebahagian masyarakat

harus memberikan jaminan hutang masyarakat. Adapun jaminan yang diberikan oleh

masyarakat adalah berupa tanah, rumah, dan hasil panen dari ladang mereka, jika

mereka tidak menepati waktu pengembalian maka tanah, rumah atau jaminan lainnya

yang akan berpindah kepada orang yang telah memberikan pinjaman. Sebanyak 42,9 %

masyarakat memberikan jaminan atas pinjaman itu artinya sebanyak 42,9% masyarakat

beresiko kehilangan tanah, rumah dan hasil panen apabila tidak bisa mengembalikan

pinjaman tersebut. Pada umumnya pengadaan jaminan adalah bagi masyarakat yang

meminjam pada tetangga, atau hutang pada toko akan tetapi jika pinjaman adalah pada

saudara pada umumnya mereka tidak memberikan jaminan tetapi dengan modal

kepercayaan dan kekeluargaan.

h. Masyarakat yang Memanfaatkan Sumber Daya Alam.

Sumber daya alam adalah segala bentuk kekayaan alam yang tersedia di alam

yang dapat dipergunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumber

daya alam yang tersedia di Kecamatan Parbuluan yang dapat digunakan sebagai bahan

material bangunan adalah batu, pasir, dan kayu. Sumber daya alam yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa harus membeli adalah kayu. Masyarakat

Kecamatan Parbuluan yang mayoritas adalah petani yaitu sebanyak 50 % pada

Gambar

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan    Parbuluan Tahun 2011
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012
Tabel  11. Jumlah Anak Masyarakat Penerima BSPS di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.
Tabel 12. Distribusi Responden  Berdasarkan Bentuk Bantuan yang Diterima di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu fungsi penting dari keberadaan Bursa Efek adalah menyediakan jaringan perdagangan efek atau sebagai pasar sekunder untuk setiap efek yang tercatat. Melalui

Data sensus Kota Pariaman disusun oleh kantor BPS setempat di tahun 2007. Untuk tujuan kajian, batas-batas administrasi dari BAPPEDA diedit tim kajian untuk mencocokkannya dengan

Pemaknaan Komunitas Blogger terhadap YouTube sebagai Media Ekspresi (Studi Resepsi pada Komunitas Blogger Ngalam).. Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik

Microsoft excel menyediakan fungsi untuk menghitung (hitung) akar suatu bilangan, anda bisa menghitung akar kuadrat, akar pangkat tiga, dan seterusnyaa. Berikut ini adalah

Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi dampak program BSPS terhadap kondisi sosial berdasarkan variabel meringankan beban masyarakat setelah adanya program BSPS beban

Sebagai tindaklanjut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP), maka sebagian kewenangan perizinan

Mata kuliah ini akan mempelajari pentingnya memahami dan mengaplikasikan konsep keamanan pangan dalam industri hasil pertanian mulai dari bahan baku sampai ke tangan konsumen

Shalom, Saya Indra, saat ini di pendoa ISS, sedikit kesaksian dari saya bahwa yang menjadi pergumulan saya dan istri adalah karena usaha bangkrut dan terbelit hutang sehingga