• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU LATERAL KELOMPOK TIANG BOR JEMBATAN PADA LERENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU LATERAL KELOMPOK TIANG BOR JEMBATAN PADA LERENG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Seminar Nasional Teknik Sipil IV-2014

ISBN: 978-602-70429-0-2

25

PERILAKU LATERAL KELOMPOK TIANG BOR JEMBATAN PADA

LERENG

Agus Setyo Muntohar

1a

, Ahmad Rizqi

1

, Bagus Soebandono

1

1

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Lingkar Selatan Tamantirto, Yogyakarta. Telp. +62-274-387656 (Ext. 229). Fax. +62-274-387646

a Email :muntohar@umy.ac.id

Abstrak

Naskah ini menyajikan studi kasus perilaku lateral fondasi tiang bor jembatan yang berada pada lereng. Perilaku lateral fondasi tiang bor dianalisis menggunakan metode elemen hingg. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji deformasi dan respon gaya pada tiang bor serta reaksi tanah (soil resistance) akibat beban yang bekerja pada fondasi jembatan dengan menggunakan metode elemen hingag. Fondasi jembatan yang dikaji adalah fondasi yang menopang pilar P3 pada Jembatan Tinalun di ruas Jalan Tol Semarang – Solo Paket II Seksi IV. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa respon maksimum tiang bor terhadap beban lateral terjadi pada pangkal tiang yaitu pertemuan antara tiang bor dan kepala tiang. Deformasi lateral maksimum terjadi pada baris tiang bor leading piles yaitu sebesar 0,029 m atau 0,17% dari panjang tiang. Gaya geser dan momen lentur maksimum juga terjadi pada tiang bor leading piles yaitu 920 kN untuk gaya geser dan 940 kNm untuk momen lentur. Reaksi tanah pada leading piles yang dominan terjadi pada lapisa tanah hingga 2 m di bawah kepala tiang dengan nilai 300 kN/m – 420 kN/m. Kata kunci: tiang bor, jembatan, lereng, gaya lateral, deformasi lateral.

Pendahuluan

Dalam analisis dan perencanaan fondasi tiang, perkiraan kuat dukung fondasi tiang terhadap beban aksial statik merupakan salah satu pokok kajian pada kebanyakan penelitian seperti dilakukan oleh Aspar (2010) dan Prakoso (2011). Namun, sebagian besar metode yang digunakan merupakan penyesuaian dari negara lain, maka penerapannya perlu dievaluasi jika diterapkan di Indonesia. Penyesuaian terhadap kondisi yang ada di lapangan juga merupakan salah satu yang harus diperhitungkan seperti kondisi yang terjadi pada fondasi jembatan yang berada pada pidang miring atau lereng. Dalam perkembangannya, analisis dan desain fondasi tiang juga banyak dilakukan dengan metode numerik seperti dilakukan oleh Zhang dan Small (2000), Wehnert dan Vermeer (2004), Tosini dkk. (2010), Kim dan Jeong (2011). Analisis numerik yang sering digunakan adalah metode elemen hingga untuk memprediksi perilaku fondasi tiang terhadap gaya dan deformasi, serta tekanan tanah yang terjadi (Said dkk., 2009). Selanjutnya gaya-gaya hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi kapasitas fondasi tiang berdasarkan kekuatan bahannya.

Perilaku lateral fondasi tiang bor tunggal (single pile) lebih banyak dikaji berdasarkan metode p-y (p-y

method) seperti dilakukan oleh peneliti sebelumnya antara lain Brown dkk., (1988), Duncan dkk. (1994), Ooi

dan Duncan (1994), Oii dkk. (2004) baik untuk tiang bor tunggal maupun tiang bor kelompok. Duncan dkk. (1994) menyebutkan bahwa metode p-y merupakan metode yang efektif untuk mengevaluasi perilaku momen lentur dan defleksi tiang. Namun, penerapan metode p-y untuk tiang bor kelompok dan berada tanah yang berlapis-lapis memerlukan faktor reduksi yang masih terus dikaji baik di laboratorium dan berdasarkan uji lapangan (McVay dkk., 1995; Zhang dkk., 2013). Metode p-y yang dikembangkan pada awalnya menganggap modulus tanah dasar atau reaksi tanah (soil resistance) yang konstan untuk satu lapisan tanah. Selanjutnya, metode elemen hingga dapat diterapkan untuk evaluasi lateral fondasi tiang (Kim dan Jeong, 2011; Higgins dkk., 2013).

Naskah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku gaya dan deformasi lateral kelompok tiang-bor jembatan yang berada di lereng. Perilaku fondasi tiang bor jembatan Tinalun pada lereng disimulasikan dengan metode elemen hingga tiga dimensi menggunakan Plaxis 3D Foundation. Jembatan Tinalun memiliki panjang total 330 meter yang didukung oleh kelompok tiang bor dibangun di daerah Klepu, Karangjati, Semarang, Jawa Tengah. Jembatan tersebut menghubungkan dua sisi jalan tol yang dibangun pada lereng (Gambar 1). Pergerakan tanah lateral dapat menimbulkan tambahan efek terhadap perilaku tiang yang dibebani secara aksial pada lereng. Muthukkumaran dkk. (2008) menyebutkan bahwa pergerakan tanah arah lateral dapat menambah defleksi tiang

(5)

Seminar Nasional Teknik Sipil IV-2014

ISBN: 978-602-70429-0-2

26

yang berbatasan dengan lereng atau galian. Kondisi ini dapat menimbulkan keruntuhan fondasi tiang. Oleh karena itu, perilaku lateral tiang pada lereng atau permukaan tanah yang miring masih memerlukan kajian lebih lanjut.

(a)

(b)

Gambar 1 (a) Tata letak pilar dan fondasi jembatan, (b) Penampang melintang jembatan Tinalun.

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

Penampang melintang jembatan dan tata letak fondasi serta kemiringan lereng seperti disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan hasil uji bor dan SPT, lapisan tanah dapat dikelompokkan menjadi 6 lapis tanah seperti pada Tabel 1. Struktur bawah jembatan Tinalun menggunakan fondasi kelompok tiang bor (group bored-pile) berbahan beton yang memiliki kuat tekan 30 MPa. Fondasi ini tersusun dari sejumlah kelompok tiang yang disatukan oleh kepala tiang (pilecap). Kepala tiang memiliki dimensi 13,8 m × 20 m dengan jumlah tiang bor sebanya 20 unit berdiameter 1,2 m dan panjang 17 m. Denah susunan fondasi tiang dan gaya-gaya yang bekerja pada pilar P3 disajikan pada Gambar 2.

Tabel 1 : Data sifat-sifat geoteknik tanah dari hasil pengeboran

Kedalaman Contoh Tanah Kadar Air, w (%) Berat jenis (Gs) Jenis tanah Parameter Kuat Geser Tanah Angka pori kondisi jenuh N-SPT rata-rata  (°) c (kPa) 4,5 - 5 26 % 2,69 Lanau berpasir 29 0,981 0,93 53 9,5 - 10 18 % 2,71 Pasir berkerikil 29 0,98 0,81 36 14,5-15 31 % 2,69 Lanau berpasir 29 0,98 1,00 33 19,5 - 20 32 % 2,69 Lanau berpasir 29 0,981 1,03 33 24,5 - 25 21 % 2,72 Pasir berkerikil 29 0,98 0,86 43 29,5 - 30 18 % 2,72 Pasir berkerikil 31 1,96 0,82 50

Keterangan: c = kohesi,  = sudut gesek internal

Pemodelan dan Analisis Elemen Hingga

Pemodelan dilakukan untuk mengetahui perilaku fondasi akibat beban struktur atas jembatan dan juga untuk mengetahui pengaruh lereng terhadap perilaku fondasi tiang bor hasil simulasi 3D dengan menggunakan Plaxis 3D Foundation. Geometri model 3D ditunjukkan pada Gambar 3. Pemodelan dibuat mengikuti tahapan konstruksi (construction stage) yang dilaksanakan di lapangan dimana dilakukan tahap konstruksi galian sebelum konstruksi tiang bor. Lapisan tanah dimodelkan sebagai material Mohr-Coulomb, dan tiang bor dimodelkan dengan model elastic-linear. Pada model numerik ini, lapisan tanah dan struktur dimodelkan sebagai

Pilar P3

Letak fondasi tiang bor yang dikaji

Letak fondasi tiang bor yang dikaji Pilar

(6)

Seminar Nasional Teknik Sipil IV-2014

ISBN: 978-602-70429-0-2

27

plane-strain. Data parameter tanah dan tiang bor yang digunakan untuk pemodelan diberikan pada Tabel 2 dan

3.

Gambar 2 Denah susunan fondasi tiang bor dan gaya yang bekerja

Tiang bor dimodelkan dengan massive circular pile yang berdiameter 1,2 m. Untuk memodelkan interaksi struktur – tanah pada tiang bor, maka diaktifkan nilai Rinter dengan nilai seperti pada Tabel 3. Kepala tiang

dimodelkan sebagai plate dan floor. Semua struktur tersebut adalah elemen yang bersifat elastic – isotropic. Ukuran kepala tiang adalah 13,8 m × 20 m dengan tinggi 3 m.

Tabel 2 : Parameter tanah yang digunakan sebagai data masukan untuk model PLAXIS 3D Foundation

Nomor Lapisan Kedalaman dry kN/m3 sat kN/m3  E (kPa) c, kPa  (o) Rinter Tipe Analisis Model Material 1 0 – 5 13,7 18,4 0,3 17550 0,981 29 0,351 Drained MC 2 5 – 10 14,7 19,1 0,3 50800 0,98 29 0,351 Drained MC 3 10 – 20 13,2 18,0 0,3 15360 0,98 29 0,351 Drained MC 4 20 – 30 14,7 19,1 0,3 67200 1,96 31 0,377 Drained MC

Keterangan : dry = berat volume tanah kering, sat = berat volume tanah jenuh, v = angka poisson, E =

modulus elastisitas, R-inter = koefisien interaksi struktur – tanah

Tabel 3 : Parameter yang digunakan sebagai data masukan model fondasi tiang bor dan kepala tiang dalam

PLAXIS 3D Foundation Struktur Dimensi Jenis Berat volume

 (kN/m3)

 E (kPa) Rinter Model

Material Tiang bor D = 1,2 m

Massive-circular pile 24 0,3 2,57x107 1 Elastic-linear Kepala tiang 13,8 m × 20 m Tinggi = 3 m Floor 24 0,3 2,57x107 1 Elastic-linear Fz (1) Fx (1) Fy (1) Fz (2) Fx (2) Fy (2) 1 6 11 16 2 7 12 17 3 4 5 10 15 19 20 9 14 8 13 18 Nilai gaya-gaya: Fx(1) = 8886 kN Fz(1) = 1127 kN Fy(1) = 2878 kN Nilai gaya-gaya: Fx(2) = 8829 kN Fz(2) = 792 kN Fy(2) = 2877 kN A B C D I II III IV V

(7)

Seminar Nasional Teknik Sipil IV-2014

ISBN: 978-602-70429-0-2

28

(a)

(b)

Gambar 3 Pemodelan PLAXIS 3D-Foundation (a) geometri 3D dan susunan tiang, (b) potongan arah kemiriangan lereng (arah X)

Prosedur Penghitungan Plaxis 3D Foundation

Kondisi awal tegangan-tegangan dalam tanah (initial condition) dihitung dengan menggunakan prosedur

K0 (K0-procedure) dan tekanan air dihitung secara langsung berdasarkan tekanan freatik. Penghitungan prosedur

iterasi dilakukan sebagai plastic calculation dengan pengaturan standar (default) dalam PLAXIS 3D Foundation. Penghitungan dibagi menjadi empat tahap konstruksi (stage of construction) yaitu penggalian lapisan tanah, akitivasi tiang bor, aktivasi kepala tiang, dan pembebanan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pergerakan Lereng

Pola deformasi total (Utot) tanah pada arah kemiringan lereng (arah-X) seperti digambarkan pada Gambar

4a. Deformasi lateral maksimum (Ux) terjadi di permukaan lereng yaitu sebesar 30 mm (Gambar 4b). Hasil

simulasi pada Gambar 4 menunjukkan pola keruntuhan yang terjadi pada tanah disekitar fondasi tiang bor. Nakazawa (2000) berpendapat bahwa apabila permukaan cenderung membentuk lereng, maka tegangan geser karena gaya berat atau gaya air rembesan dan gaya gempa timbul di dalam tanah fondasi. Akibat gaya – gaya yang bekerja didalam tanah, tanah akan memberikan gaya lateral . Maka, dengan keadaan struktur tanah yang membentuk lereng tersebut, tanah mengalami deformasi ke arah tanah yang memiliki elevasi lebih rendah.

(8)

Seminar Nasional Teknik Sipil IV-2014

ISBN: 978-602-70429-0-2

29

Dalam hal deformasi ini, tanah akan memberi pengaruh terhadap struktural fondasi tiang bor. Dengan kata lain, kemiringan lereng akan mempengaruhi aktifitas fondasi yang berada di kaki lereng..

(a) (b)

Gambar 4 Pola keruntuhan tanah hasil pemodelan Plaxis 3D Foundation (a) deformasi total elemen arah-X (b) kontur perpindahan arah-X.

Perilaku Gaya dan Deformasi Lateral Fondasi Tiang Bor

Beban-beban yang bekerja oleh struktur jembatan dan kemiringan lereng menyebabkan fondasi mendapat gaya lateral tambahan. Karakteristik gaya-gaya (gaya geser dan momen lentur) dan deformasi pada tiang-tang bor pada arah X ditunjukkan pada Gambar 5. Gaya – gaya dalam dan deformasi tiang akan tergantung pada kedalaman tiang bor. Diagram deformasi lateral tiang bor pada Gambar 5a menunjukkan arah pergerakn tiang yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa bahwa kepala tiang bersifat rigid yang mampu tiang bor bekerja dalam satu kesatuan untuk meneruskan beban yang bekerja. Secara umum deformasi lateral maksimum terjadi pada pangkal tiang atau ujung pertemuan antara tiang bor dan kepala tiang. Deformasi lateral terbesar dan terkecil terjadi masing-masing pada tiang nomor 1 dan 20, yaitu sebesar 0,029 m (0,17% dari panjang tiang) dan 0,012 m (0,07% dari panjang tiang). Keadaan ini menunjukkan bahwa tiang yang berada di baris depan (leading

piles) mengalami deformasi lateral yang lebih besar dari pada tiang yang berada di baris tengah (middle piles)

dan di baris belakang (trailing piles). Brown dkk. (1988), Oii dan Duncan (1994), dan Oii dkk. (2004) menyebutkan bahwa deformasi lateral tiang bor kelompok ditentukan oleh letak baris tiang bor terhadap beban lateral yang bekerja. Besarnya deformasi tiang yang satu dipengaruhi oleh deformasi tiang yang lainnya.

Perilaku gaya geser dan momen lentur yang terjadi pada fondasi tiang bor seperti yang terlihat pada Gambar 5b dan 5c menunjukkan bahwa tiang bor dapat dikategorikan dalam tiang panjang dengan ujung terjepit pada kepala tiang seperti yang di jelaskan oleh Broms (1964). Pada Gambar 5b tersebut dapat dijelaskan bahwa gaya geser terbesar terjadi pada pangkal tiang bor dimana sumber gaya lateral berasal. Gaya geser mengalami penurunan seiring bertambahnya kedalaman tiang bor. Hal ini dapat dimungkinkan karena ketika mengalami gaya horizontal, fondasi tiang memberikan perlawanan yang diakibatkan oleh sistem fondasi tiang yang terjepit (Das, 2011) seperti dijelaskan pada diagram momen lentur pada Gambar 5c. Memperhatikan perilaku gaya geser pada Gambar 5a dapat dikelompokkan 3 kelompok respon geser tiang bor terhadap beban yang bekerja yaitu (1) kelompok tiang bor (trailing piles) yang berbatasan dengan lereng (baris D), (2) kelompok tiang bor tengah (middle piles) pada baris B dan C, dan (3) kelompok tiang bor yang berbatasan dengan kaki lereng (leading

piles) pada baris D. Gaya geser yang terjadi pada tiang bor pada baris leading piles cenderung menghasilkan

nilai yang lebih besar daripada tiang bor pada trailing piles. Gaya geser terbesar terjadi pada tiang bor nomor 5 yang berada pada baris A yaitu sebesar 920 kN (berlawanan dengan arah beban lateral yang bekerja). Sedangkan gaya geser terkecil terjadi pada tiang bor nomor 15 yang berada pada baris C yaitu sebesar 30 kN.

Tiang-Tiang Bor Tanah Lapisan 1 Tanah Lapisan 2 Tanah Lapisan 3 Tanah Lapisan 4 Tanah Lapisan 5 Tanah Lapisan 6 Arah perg erakan ta nah

(9)

Seminar Nasional Teknik Sipil IV-2014

ISBN: 978-602-70429-0-2

30

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 5 Perilaku tiang bor pada arah kemiringan lereng (a) Deformasi lateral, (b) Momen Lentur, (c) Gaya Geser, (d) Reaksi tanah,

Perilaku lentur tiang dalam menerima beban yang bekerja dapat dijelaskan dari diagram momen letur pada Gambar 5c. Momen lentur maksimum terjadi pada pangkal tiang. Momen lentur pada pangkal tiang berkisar antara 200 kNm hingga 940 kNm. Momen lentur terbesar terjadi pada leading piles (baris A) yaitu sebesar 940 kNm, sedangkan momen lentur terkecil terjadi pada middle piles (baris B dan C) yaitu sebesar 213 kNm. Pada kedalaman tiang 8 m hingga 17 m, momen lentur yang terjadi relatif kecil berkisar 1% - 2% dari momen lentur maksimum. Dengan demikian dapat diketahui panjang jepitan (embedded length) rata-rata pada fondasi tiang bor yaitu 9 m atau 53% dari panjang tiang bor. Kondisi ini dapat tercapai karena sifat rigid dari kepala tiang dan reaksi tanah (soil resistance) dalam menerima beban (Gambar 5d). Reaksi tanah dalam tiang kelompok (group pile) mempuyai peran penting dimana tidak hanya menyatakan kemampuan tanah dalam menyalurkan beban yang bekerja pada tiang bor ke tanah tetapi juga dari tanah ke tiang bor terdekatnya. Untuk masalah yang dikaji dalam naskah ini, reaksi tanah (p) terhadap gaya lateral dihitung dengan menggunakan metode finite different untuk persamaan yang diturunkan dari diagram momen lentur seperti pada persamaan (1).

 

2 2

M z

p

z

(1)

dengan M adalah momen lentur pada panjang tiang z (Kim dan Jeong, 2011). Pada Gambar 5d, reaksi tanah maksimum terjadi pada pangkal tiang yang merupakan interaksi antara tanah – kepala tiang tiang bor. Selanjutnya, reaksi tanah cenderung berkurang dengan bertambahnya kedalaman dan relatif kecil (0,01% dari nilai maksimum) dan cenderung nol mulai kedalaman 2 m. Dalam hal ini reaksi tanah dominan diberikan oleh lapisan tanah pertama di bawah kepala tiang. Tiang bor yang berada pada baris leading piles memiliki nilai reaksi tanah yang terbesar yaitu 300 kN/m – 420 kN/m, sedangkan untuk middle piles memiliki nilai reaksi tanah dasar sebesar 120 kN/m – 300 kN/m dan nilai reaksi tanah untuk trailing piles sebesar 113 kN/m – 120 kN/m.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 -0.04 -0.03 -0.02 -0.01 0 0.01 0.02 K ed a la m a n T ia n g ( m ) Deformasi Lateral (m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Nomor Urut Tiang Bor

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 -200 0 200 400 600 800 1000 K ed a la m a n T ia n g ( m ) Gaya Geser (kN) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Nomor Urut Tiang Bor (sesuai Gambar 2) : 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 -1000 -800 -600 -400 -200 0 200 400 K ed a la m a n T ia n g ( m ) Momen Lentur (kN.m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Nomor Urut Tiang Bor (sesuai Gambar 2) : 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 -200 -100 0 100 200 300 400 500 K ed a la m a n T ia n g ( m ) Reaksi Tanah (kN/m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Nomor Urut Tiang Bor (sesuai Gambar 2) :

(10)

Seminar Nasional Teknik Sipil IV-2014

ISBN: 978-602-70429-0-2

31

Rendahnya nilai reaksi tanah pada trailing piles oleh Brown dkk. (1988) dijelaskan akan mengurangi efisiensi tiang bor kelompok.

KESIMPULAN

Perilaku tiang bor yang disimulasikan pada program PLAXIS 3D Foundation menunjukkan bahwa tiang bor akan mendapatkan pengaruh tekanan dari kemiringan lereng. Deformasi lateral maksimum (Ux) terjadi di

permukaan lereng yaitu sebesar 30 mm. Response tiang bor terhadap gaya geser dan momen lentur serta deformasi yang dominan terjadi pada pangkal tiang bor. Berdasarkan hasil simulasi dan analisis dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Deformasi lateral tiang terbesar terjadi masing-masing pada tiang pada baris leading pile sebesar 0,029 m atau 0,17% dari panjang tiang, dan deformasi lateral terkecil pada trailing piles sebesar 0,012 m atau 0,07% dari panjang tiang.

2. Gaya geser terbesar terjadi pada tiang bor leading pile yaitu sebesar 920 kN (berlawanan dengan arah beban lateral yang bekerja). Sedangkan gaya geser terkecil terjadi pada tiang bor middle pile yaitu sebesar 30 kN. Momen lentur pada pangkal tiang berkisar antara 200 kNm hingga 940 kNm. 3. Momen lentur terbesar terjadi pada leading piles yaitu sebesar 940 kNm, sedangkan momen lentur

terkecil terjadi pada middle piles yaitu sebesar 213 kNm. Pada kedalaman tiang 8 m hingga 17 m, momen lentur yang terjadi relatif kecil berkisar 1% - 2% dari momen lentur maksimum.

4. Tiang bor yang berada pada baris leading piles memiliki nilai reaksi tanah yang terbesar yaitu 300 kN/m – 420 kN/m, sedangkan untuk middle piles memiliki nilai reaksi tanah dasar sebesar 120 kN/m – 300 kN/m dan nilai reaksi tanah untuk trailing piles sebesar 113 kN/m – 120 kN/m.

DAFTAR PUSTAKA

Aspar, W.A.N. ,2010, Perilaku Tiang Bor Penopang Infrastruktur Pada Tanah Lunak Akibat Beban Statik,

Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 3, 166-173

Broms, B. 1964, The lateral resistance of piles in cohesive soils, Journal of the Soil Mechanics Division,

American Society of Civil Engineers, Vol. 90, No. SM2, March 1964,. 27–63.

Brown, D. A., Morrison, C., Reese, L. C., 1988, Lateral load behavior of pile group in sand. Journal of

Geotechnical Engineering, American Society of Civil Engineers, Vol. 114, No. 11, 1261-1276.

Das, B.M, 2011, Principles of Foundation Engineering, 7th Edition, Brooks/Coole, New York

Duncan, M., Evans, L.T., Ooi, P. S.K., 1994, Lateral load analysis of single piles and drilled shafts. Journal of

Geotechnical Engineering, American Society of Civil Engineers, Vol. 120, No. 5, 1018-1033.

Higgins, W., Vasquez, C., Basu, D., Griffiths, D., 2013, Elastic Solutions for Laterally Loaded Piles, Journal of

Geotechnical and Geoenvironmental Engineering, Vol. 139(7), 1096–1103.

Kim Y, Jeong S., 2011, Analysis of soil resistance on laterally loaded piles based on 3D soil–pile interaction,

Computers and Geotechnics, Vol. 38, 248–257

McVay, M., Casper, R., Shang, T.I., 1995, Lateral response of three-row groups in loose to dense sands at 3D and 5D pile spacing. Journal of Geotechnical Engineering, American Society of Civil Engineers, Vol. 121, No. 5, 436-441.

Muthukkumaran K., Sundaravadivelu R., Gandhi S. R., 2008, Effect of Slope on p-y Curves Due To Surcharge Load, Soils And Foundations, Japanese Geotechnical Society, Vol. 48, No. 3, 353–361

Nakazawa, Kazuto, dan Suryono, 2000, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Pradnya Paramita, Jakarta. Ooi, P S. K., Chang, B.K.F., Wang, S., 2004, Simplified lateral load analyses of fixed-head piles and pile groups.

Journal of Geotechnical Engineering, American Society of Civil Engineers, Vol. 130, No. 11, 1140-1151.

Ooi, P.S.K., Duncan, J.M., 1994, Lateral load analysis of groups of piles and drilled shafts. Journal of

Geotechnical Engineering, American Society of Civil Engineers, Vol. 120, No. 6, 1034-1050.

Prakoso, W., 2011, CPT-based Interpretation of Pile Load Tests in Clay-Silt Soil, Civil Engineering Dimension, Vol. 13, No. 1, 6-14

Said, I., Gennaro, V.D., Frank, R.,2009, Axysimmetric Finite Element Analysis of Pile Loading Tests,

(11)

Seminar Nasional Teknik Sipil IV-2014

ISBN: 978-602-70429-0-2

32

Tosini L., Cividini A., Gioda G., 2010, A numerical interpretation of load tests on bored piles, Computers and

Geotechnics , Vol. 37, 425–430.

Wehnert, M., Vermeer, P.A, 2004, Numerical Analysis of Load Tests on Bored Piles, Proceedings of the Ninth

International Symposium on Numerical Models in Geomechanics, 25 – 27 August 2004, Ottawa, Canada,

1-6.

Zhang, H.H., Small, J.C., 2000, Analysis of Capped Pile Groups Subjected to Horizontal and Vertical Loads,

Computers and Geotechnics, Vol 26, 1-21

Zhang, L., Zhao, M., Zou, X., 2013, Elastic-Plastic Solutions for Laterally Loaded Piles in Layered Soils.

Gambar

Tabel 1 : Data sifat-sifat geoteknik tanah dari hasil pengeboran  Kedalaman  Contoh  Tanah  Kadar  Air, w (%)  Berat
Gambar 2 Denah susunan fondasi tiang bor dan gaya yang bekerja
Gambar 3 Pemodelan PLAXIS 3D-Foundation (a) geometri 3D dan susunan tiang, (b) potongan arah  kemiriangan lereng (arah X)
Gambar 4 Pola keruntuhan tanah hasil pemodelan Plaxis 3D Foundation (a) deformasi total elemen arah-X (b)  kontur perpindahan arah-X
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jadi kembali kepada pokok pembahasan, berdasarkan pasa; 98 ayan (1) KUHAP, maka kepada pihak yang menjadi korban suatu tindak pidana, diberikan kemungkinan untuk dalam waktu yang

Perbedaan nilai terjadi karena perubahan performa komponen mekanik pada saat pengujian pertama dan berikutnya, sehingga hasil yang diperoleh akan berbeda antara masing

Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo merupakan aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran pasti atau dapat ditentukan dan memiliki jatuh tempo pasti di

Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul Tahun 2021 merupakan pemenuhan kebutuhan aspek perencanaan

Baik dalam KUHAP maupun Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer tidak mengatur secara tegas mengenai batas waktu kapan perlawanan

Yayasan Nurul Hayat mempunyai program memberikan beasiswa terhadap anak asuhnya yang mempunyai prestasi dalam akademik maupun non akademik. Hal tersebut dilakukan semata-mata

ditandai dengan datangnya masa pubertas. Sesuai dengan yang dinyatakan Alqorori “hingga si gadis kecil mencapai kesempurnaan dengan kematangan.. Hal ini menunjukkan

• eluhan utama, pada umumnya keluhan utama pada kasus tumor dan keganasan adalah nyeri pada daerah yang mengalami masalah.. Byeri merupakan keluhan utama  pada