• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN B6 DAN KALSIUM DENGAN KEJADIAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWI DI SMA N COLOMADU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN B6 DAN KALSIUM DENGAN KEJADIAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWI DI SMA N COLOMADU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1588

HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN B6 DAN KALSIUM DENGAN KEJADIAN

SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWI DI SMA N COLOMADU

Elida Soviana1, Aprina Ria Putri2

1Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta email: elida.soviana@ums.ac.id

2Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta email: aprinaariputri@ymail.com

Abstrak

Premenstruasi sindrom merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang biasanya terjadi selama 6-10 hari sebelum menstruasi. Gejala yang ditimbulkan seperti nyeri pada payudara,depresi dan kram perut. Sindrom premesntruasi terjadi karena ketidakseimbangan antara hormone estrogen dan progesterone, dimana hormone estrogen mengalami peningkatan. Premestruasi pada remaja purei dapat mengganggu aktivitas dan konsentrasi belajar. Survey pendahuluan di SMA N Colomadu sebanyak 39 (72,3%) siswi mengelami PMS, 46.7% supan vitamin B6 tergolong kurang dan 42% asupan kalsium tergolong kurang. Tujuan pnelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin B6 dan kalsium dengan kejadian sindrom premestruasi pada siswi di SMA N Colomadu. Metode penelitian menggunakan rancangan penelitian crossectional dengan jumlah sampel 52 siswi diperoleh secara propotional random sampling. Data asupan vitamin B6 dan kalsium diperoleh dengan metode food

frequency semi quantitative, data PMS dengan menggunakan buku harian. Data dianalisis

dengan menggunakan uji Rank Spearman dan Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 34.6% siswi mengalami PMS tingkat sedang. Asupan vitamin B6 sudah lebih dari AKG yaitu 67.3% dengan rata-rata yaitu 1.26g dan sebanyak 71.2% asupan kalsium masih kurang dari AKG dengan rata-rata 1012g. Terdapat hubungan antara asupan vitamin B6 dengan kejadian sindrom premestruasi (p=0.002) dan kalsium dengan sindrom premestruasi (p=0.004).

Kata Kunci: Asupan vitamin B6, kalsium, sindrom premestruasi.

1. PENDAHULUAN

Pada fase remaja ditandai dengan perkembangan fisik, mental dan emosional. Selain itu, pada periode ini terjadi pematangan reproduksi yang ditandai dengan terjadinya menstruasi (menarche). Gejala yang dapat timbul pada saat menjelang mesntruasi adalah rasa yang tidak nyaman pada daerah perut sampai ketidakstabilan emosi. Hal ini terjadi selama 6-10 hari sebelum menstruasi dan akan hilang ketika menstruasi telah dimulai, Kondisi ini dikenal dengan premenstrual syndrome (PMS) atau sindrom premenstruasi (Ramadhani, 2012).

Sindrom premenstruasi ini pertama kali diperkenalkan oleh Frank pada tahun 1931, dimana Frank mengatakan bahwa terdapat lebih dari 150 gejala yang menyertai sindrom ini (Tenkir, 2002). Diperkirakan sebanyak

85% sampai 90 % wanita usia subur mengalami gejala fisik sebelum menstruasi untuk gejala ringan yang dialami sebagian perempuan yaitu 8% sampai 20%.

Remaja putri yang sering mengalami sindrom premenstrusi dapat menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari dan konsentrasi belajar. Karena gejala yang terjadi pada PMS antaralain nyeri pada payudara, depresi dan kram perut (Tambing, 2012)

.

Sindrom premenstruasi terjadi akibat perubahan hormonal yang terjadi sebelum menstruasi berlangsung, selain itu faktor gaya hidup seperti asupan gizi mikronutrien juga dapat mempengaruhi (Ramadani, 2012), zat gizi yang banyak diteliti karena keterkaitannya dengan sindrom premenstruasi adalah vitamin B6 dan kalsium. Wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi terjadi

(2)

1589

ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron, dimana hormon estrogen mengalami peningkatan (Khomsan, 2007).

Kadar esterogen yang meningkat akan menganggu proses kimia tubuh termasuk vitamin B6. Vitamin B6 dikenal sebagai vitamin antidepresan karena berfungsi mengontrol produksi serotonin yang penting dalam mengendalikan perasaan seseorang. Kadar serotonin berhubungan dengan kadar estrogen, terjadinya fluktuasi estrogen saat mengalami sindrom premenstruasi akan menurunkan kadar serotonin (Khomsan, 2007). Hal ini sejalan dengan pendapat Arisman (2008) yang mengemukakan bahwa perbaikan kadar vitamin B6 terbukti meringankan gejala sindrom pre menstruasi. Kebutuhan yang dianjurkan untuk Vitamin B6 untuk remaja sesuai dengan AKG 2013 sebanyak 1,2 mg. Sumber vitamin B6 paling banyak terdapat dalam hati, kacang-kacangan, kentang dan pisang (Almatsier, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jacobs (2002) dan Bedoya (2011), Zat Gizi Mikro seperti kalsium mempunyai peran yaitu meringankan gejala sindrom premenstruasi, penelitian klinis membuktikan bahwa suplementasi kalsium dapat membantu mengurangi gangguan psikis dan fisik yang diakibatkan oleh sindrom premenstruasi. Pemberian kalsium murni terbukti secara signifikan menghasilkan 50% pengurangan gejala sindrom premenstruasi. Asupan tinggi kalsium dengan jumlah 1336 mg/hari dapat memperbaiki gejala sindrom premenstruasi yaitu gangguan mood, perilaku dan nyeri selama menstruasi.

Menurut Linder dalam Devi, dkk (2010) apabila terjadi defisiensi mineral kalsium pada fase luteal akan mengakibatkan iritabilitas neuromuskuler sehingga dapat meningkatkan keluhan sindrom premenstruasi. Menurut Arisman (2008) kebutuhan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja)-1200mg (remaja) dan untuk sumber kalsium yang baik meliputi susu dan hasil olahan susu seperti keju, serealia, kacang-kacangan, tahu, tempe, sayuran hijau dan ikan yang dimakan dengan tulang seperti ikan kering.

Faktor yang mempengaruhi kejadian sindrom premestruasi selain zat gizi mikro

yaitu aktifitas fisik juga dapat mempengaruhi kejadian sindrom premenstruasi. Penelitian yang dilakukan Tambing (2012) menyebutkan bahwa defisiensi endorfin dalam tubuh dapat mengakibatkan sindrom premenstruasi, namun dengan aktivitas fisik yang tinggi dapat merangsang hormon endorfin keluar dan menimbulkan perasaan tenang saat sindrom premenstruasi terjadi. Hal ini membuktikan bahwa aktifitas fisik yang tinggi dapat menurunkan resiko terjadinya sindrom premenstruasi.

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di SMA N Colomadu terhadap 54 siswi, peneliti mendapatkan hasil bahwa sebanyak 39 (72,3%) siswi mengalami gejala sindrom premenstruasi. Gejala yang dirasakan meliputi nyeri payudara, nyeri punggang dan sakit perut. Terdapat 46.7% Asupan vitamin B6 tergolong kurang dan 42% asupan kalsium tergolong kurang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin B6, kalsium dan aktifitas fisik terhadap kejadian sindrom premenstruasi pada siswi di SMA N Colomadu.

2. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Sindrom premenstruasi terjadi pada saat fase luteal, pada fase ini akan terjadi keketidakseimbangan antara hormon esterogen dan pogesteron, dimana esterogen

akan menekan progesterone yang

menyebabkan gejala-gejala fisik. Vitamin B6 atau Piridoksin mempunyai peran dalam biosintesis neurotransmitter dan steroid. Salah satu contohnya biosintesis steroid adalah serotonin. Serotonin berperan penting pada kejadian sindrom pramenstruasi. Saat kadar piridoksin rendah dalam darah, maka biosinteis serotonin akan terganggu, sehingga memicu timbulnya ovulasi terlalu awal dan terjadi pergantian pola estrogen dan progesterone (Saryono, 2009).

Menurut khomsan (2007) serotonin memiliki pengaruh dalam mempengaruhi perasaan seseorang dimana vitamin B6 ini berperan sebagai koenzim dan metabolisme protein termasuk didalamnya asam amino triptofan yang berkaitan dengan serotonin

(3)

1590

selanjutnya serotonin disintesis dari asam amino triptofan dengan bantuan vitamin B6, berdasarkan hal ini maka diperlukan asupan vitamin B6 yang cukup untuk mengurangi perasaan emosional yang merupakan gejala terjadinya sindrom premenstruasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anityo (2009) Pemberian vitamin B6 menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap turunnya gejala psikologis sindrom premenstruasi.

Kalsium merupakan salah satu mineral yang berperan dalam meringankan PMS. Menurut Linder dalam Devi, dkk (2010) apabila terjadi defisiensi mineral kalsium pada fase luteal akan mengakibatkan iritabilitas neuromuskuler (kekejangan dan kontraksiurat daging yang tak terkendali) sehingga dapat

meningkatkan keluhan sindrom

premenstruasi. Hal lain yang perlu diperhatikan, defisiensi kalsium dapat menyebabkan rendahnya sekresi esterogen dari tubuh. Tingginya hormon esterogen akan menyebabkan retensi cairan dalam tubuh yang menyebabkan pembengkaan. Menurut laporan

archives of internal medicine, diet kaya

kalsium dapat menekan resiko terkena PMS sampai 40%. Peningkatan asupan kalsium mempengaruhi kadar hormone esterogen selama menstruasi (Soekantri dan Harahap, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jacobs (2002) dan Bedoya (2011) bahwa dengan pemberian kalsium murni terbukti secara signifikan menghasilkan 50% pengurangan gejala sindrom premenstruasi. Asupan tinggi kalsium dengan jumlah 1336 mg/hari dapat memperbaiki gejala sindrom premenstruasi yaitu gangguan mood, perilaku,dan nyeri selama menstruasi. Penelitian klinis membuktikan bahwa suplementasi kalsium dapat membantu mengurangi gangguan psikis dan fisik yang diakibatkan oleh sindrom premenstruasi

3. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan crossectional. Tempat penelitian di SMA N Colomadu pada bulan November 2015. Jumlah sampel penelitan sebanyak 52 siswi dengan pengambilan sampel secara propotional random sampling.

Definisi operasional varibel untuk variable asupan vitamin B6 dan kalsium yaitu Banyaknya asupan bahan makanan yang mengandung zat Vitamin B6 dan kalsium yang dikonsumsi oleh subjek penelitian. Dinilai dengan menghitung asupan vitamin B6 dan kalsium yang diperoleh dari metode

food frequency semiquantitative yang

kemudian dibandingkan dengan AKG yang dibutuhkan per individu, dihitung dengan satuan milligram (mg). Pengisian kuesioner ini dilakukan dalam waktu 2 bulan.

Kejadian sindrom premenstruasi adalah keluhan yang dirasakan siswi berupa gejala fisik, psikis dan tingkah laku sebelum terjadinya menstruasi dan akan berhenti setelah menstruasi terjadi. Pengkategorian menjadi 4 yaitu kategori sangat ringan, ringan, sedang dan berat. Pengukuran kejadian sindrom premenstruasi ini menggunakan form harian gejala sindrom premestruasi yang diisi selama 2 siklus menstruasi dan dimulai dari 2 minggu setelah hari terakhir menstruasi berakhir.

Data asupan vitamin B6 dengan kejadian PMS dianalisis dengan menggunakan uji Rank

Spearman sedangkan data asupan kalsium

dengan kejadian PMS diuji dengan menggunakan Pearson Product Moment.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswi SMA N Colomadu kelas XI. Karakteristik berdasarkan umur menarche merupakan umur pada saat pertama kali seseorang tersebut mengalami menstruasi (Prince, 2006). Distribusi subjek berdasarkan umur menarche dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Frekunesi Subjek berdasarkanUmur Menarche Umur Menarche Frekuensi Persentase (%) 10 tahun 5 9,6 11 tahun 13 25,0 12 tahun 13 25,0 13 tahun 15 28,8 14 tahun 6 11,5

Berdasarkan Tabel 1 sebanyak sepertiga subjek penelitian mengalami

(4)

1591

menstruasi pertama kali (Menarche) pada umur 13 tahun. Rata-rata umur menarche subjek adalah 12.08±1.18 dengan umur menarche minimal subjek 10 tahun dan maksimal 14 tahun.

B. Distribusi Asupan Vitamin B6, Kalsium dan Kejadian Sindrom Menstruasi. 1) Asupan Vitamin B6

Asupan B6 kurang apabila rata-rata asupan < 2.1 mg dan asupan B6 cukup apabila rata-rata asupan ≥ 2.1 mg. Distribusi subjek berdasarkan Asupan Vitamin B6 dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Asuan Vitamin B6

Asupan B6 Frekuensi (n) Presentase (%) Kurang 17 32.7 Cukup 35 67.3 Total 52 100.0

Berdasarkan hasil penelitian asupan Vitamin B6 subyek penelitian masuk pada kategori cukup yaitu 36 siswi (67.3%). Rata-rata asupan Vitamin B6 pada subyek penelitian adalah 1.26 ± 0.23 mg, dimana asupan terendah pada subyek penelitian yaitu 0.80 mg dan asupan Vitamin B6 tertinggi yaitu 2.0 mg.

Vitamin B6 mempunyai fungsi menyeimbangkan zat anti depresan pada tubuh yang mana pada saat premenstruasi kadar hormon esterogen pada wanita akan meningkat dimana membawa zat depresan. Peran Vitamin B6 ini dapat membantu wanita menjalani haid nya dengan lebih santai (Adriyani, 2013). Hasil wawancara melalui FFQ

Semiquantitative bahwa untuk asupan

yang termasuk dalam kategori kurang subjek penelitian rata-rata jarang

mengkonsumsi makanan yang

mengandung Vitamin B6 yaitu hati, kacang-kacangan dan ikan dengan frekuensi 1-2 x minggu dan untuk subjek yang masuk dalam kategori cukup rata-rata sering mengkonsumsi sumber makanan dari serealia, kacang-kacangan dan pisang.

2) Asupan Kalsium

Asupan kalsium kurang apabila asupan <1200 mg dan asupan kalsium lebih apabila asupan ≥1200 mg. Distribusi subjek berdasarkan asupan kalsium dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Asupan Kalsium.

Asupan Kalsium Frekuensi (n) Presentase (%) Kurang 37 71.2 Cukup 15 28.8 Total 52 100.0

Berdasarkan hasil penelitian asupan kalsium sebagian besar subyek masuk pada kategori kurang yaitu 37 siswi (71.2%). Rata-rata asupan kalsium pada subjek penelitian adalah 1012 ± 213.6 mg, dimana asupan terendah pada subjek penelitian yaitu 526.6 mg dan asupan kalsium tertinggi yaitu 1362.2 mg.

Kalsium berfungsi dalam

pembentukan tulang dan berperan dalam proses pembentukan hormone, enzim yang mengatur pencernaan dan metabolisme (Djunaedi, 2000). Kalsium merupakan salah satu mineral yang berfungsi sebagai anti stress, stress ini merupakan salah satu gejala dari sindrom premenstruasi maka dengan asupan kalsium yang terpenuhi akan mengurangi gejala sindrom premenstruasi (Khomsan, 2003). Dari hasil wawancara melalui kuesoiner FFQ semi kuantitatif bahwa subjek penelitian rata-rata sering mengkonsumsi sumber dari susu, sarden, dan sayuran seperti bayam. Sebagian besar subjek penelitian yang termasuk pada kategori kurang karena jarang mengkonsumsi susu dan ikan yaitu dengan frekuensi 2-3 per minggu.

3) Sindrom Premenstruasi

Gejala Sindrom Premenstruasi dikategorikan meliputi gejala sangat ringan, ringan, sedang dan berat. Subyek penelitian dikategorikan gejala PMS sangat ringan apabila skor rata-rata ≤10, gejala PMS ringan 11-18, gejala PMS sedang 19-30 dan gejala PMS berat ≥31. Distribusi subjek berdasarkan Gejala

(5)

1592

Sindrom Premenstruasi dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Subjek

Berdasarkan Gejala Sindrom

Premenstruasi.

Gejala PMS Frekuensi(n) Presentase (%) PMS Sangat ringan 7 13.5 PMS Ringan PMS Sedang PMS Berat 10 18 17 19.2 34.6 32.7 Total 52 100.0

Berdasarkan Tabel 4, gejala sindrom premenstruasi subjek penelitian sebagian besar masuk pada kategori gejala PMS sedang yaitu 18 siswi (34.6%). rata-rata gejala PMS pada subyek penelitian adalah 24.23 ± 11.1. Skor gejala PMS terendah subyek penelitian yaitu 6 dan skor gejala PMS tertinggi yaitu 52. Sebagian besar subjek penelitian mengalami gejala fisik berupa nyeri perut dan payudara.

Dampak dari kejadian sindrom premenstruasi tersebut dapat mengganggu kualitas kesehatan, konsentrasi siswi dikelas, dan keaktifan saat proses belajar yang akan berdampak pada prestasi belajar siswi.

C. Hubungan Asupan Vitamin B6 dengan Kejadian Sidrom Premenstruasi.

Tabel 5. Hasil Analisis Asupan

Vitamin B6 dengan Sindrom

Premenstruasi V ar ia b el M ea n ± S D M ed ia n M in Max p-val u e* Asupan Vitamin B6 1.2±0.2 1.2 0.8 2 0.002 Sindrom PMS 24.2±11. 1 24.5 6 52

Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata asupan Vitamin B6 subjek penelitian adalah 1,2±0,2 mg per hari dan rata-rata skor gejala sindrom premenstruasi 24,2±11,1. Berdasarkan hasil uji Rank

Spearman diperoleh nilai p = 0.002

(p<0.05) dengan nilai r= -4,425. Berarti

bahwa ada hubungan antara asupan Vitamin B6 dengan kejadian sindrom premenstruasi pada siswi SMA N Colomadu. Nilai r menunjukan hubungan yang berlawanan yaitu semakin tinggi konsumsi Vitamin B6 maka kejadian sindrom premenstruasi semakin rendah. Vitamin B6 Berkaitan dengan kofaktor sintesis neurotransmitter seperti serotonin, Ketika kadar serotonin rendah dalam darah maka akan timbul gejala somatic dan afektif sindrom premenstruasi. Serotonin mempunyai peran penting dalam kejadian sindrom premenstruasi, saat kadar piridoksin dalam darah menurun maka biosintesis serotonin terganggu, sehingga memicu terjadinya pola pergantian esterogen dan progresteron. Menurunnya kadar serotonin akibat terjadinya fluktuasi esterogen dan dapat dikatakan sebagai salah satu penyebab sindrom premenstruasi (Suryono, 2009).

Harkinson (2005) menyatakan bahwa Salah satu zat gizi mikro yaitu Vitamin B6 dapat memperbaiki salah satu gejala sindrom premenstruasi berupa suasana hati yaitu triptofan (suatu asam amino esensial) dimana Vitamin B6 atau Piridoksin yang mempunyai peran sebagai koenzim dan metabolisme protein yang termasuk didalamnya berupa asam amino triptofan yang berkaitan dengan serotonin, karena serotonin disintesis dari asam amino triptofan dengan bantuan Vitamin B6.

Impi (2004) terhadap mahasiswi fakultas kesehatan masyarakat UNDIP bahwa terdapat hubungan antara rata-rata konsumsi vitamin B6 dengan kejadian sindrom premenstruasi dengan r =-0,323, semakin tinggi konsumsi Vitamin B6 maka kejadian sindrom premenstruasi semakin rendah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Anityo, dkk (2009) menunjukkan bahwa vitamin B6 secara signifikan berpengaruh terhadap turunnya gejala psikologi sindrom premenstruasi.

(6)

1593

D. Hubungan Asupan Kalsium dengan Kejadian Sidrom Premenstruasi. Tabel 6. Hasil Analisis Asupan Kalsium

dengan Sindrom Premenstruasi

V ar ia b el M ea n ± S D M ed ia n M in Max p-val u e* Asupan Kalsium 1012± 213.6 1044 526 1362 0.004 Sindrom PMS 24.2±11. 1 24.5 6 52

*uji pearson product moment

Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalsium subjek penelitian adalah 1012±213 mg per hari dan rata-rata skor gejala sindrom premenstruasi 24,2±11,1. Berdasarkan hasil uji Pearson Product

Moment diperoleh nilai p = 0.004

(p<0.05) nilai r = -0,397, berarti bahwa ada hubungan antara asupan kalsium dengan kejadian sindrom premenstruasi pada remaja putri SMA N Colomadu. Nilai r menunjukan hubungan yang berlawanan yaitu semakin tinggi konsumsi kalsium maka kejadian sindrom premenstruasi semakin rendah.

Pada beberapa studi menyatakan bahwa sindrom premenstruasi terjadi karena hipokalsemia, wanita yang menderita PMS memiliki pasokan kalsium yang rendah pada tubuhnya, apabila terjadi pada fase luteal maka kadar kalsium serum akan turun ketingkat yang abnormal. Hal ini menyebabkan peningkatkan Parathyroid hormone (PTH) sehingga akan menyebabkan kadar esterogen meningkat (Nancy, 2001). Menurut Brunner dan Suddarth (2001) kadar esterogen yang meningkat dalam darah dapat menyebabkan gejala depresi dan beberapa gangguan mental, dimana gejala ini merupakan salah satu penyebab dari sindrom premenstruasi.

Kalsium merupakan salah satu mineral yang mempunyai peran sebagai

anti stress, dimana stress merupakan salah satu gejala psikis yang terjadi selama pra menstruasi. Menurut Linder dalam Devi, dkk (2010) apabila terjadi defisiensi kalsium pada fase luteal maka akan meningkatkan kekejangan hal ini dapat meningkatkan keluhan sindrom premenstruasi pada wanita.

Sindrom premenstruasi terjadi akibat defisiensi kadar kalsium. Kalsium merupakan salah satu mineral yang terbukti dapat menggurangi secara signifikan manifestasi gejala sindrom premenstruasi yang meliputi gangguan mood, depresi dan mual.

Kusumatutik (2013), menyatakan bahwa terdapat hubungan antar asupan kalsium terhdap kejadian sindrom premenstruasi pada siswi SMA Bhineka Karya 2 Boyolali. Penelitian lain yang dilakukan Nurmalasari (2013) pada siswi di SMA N Tasikmalaya menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi kalsium dengan kejadian sindrom premenstruasi.

5. KESIMPULAN

Hasil analisis rata-rata asupan vitamin B6 1,26±0,23 mg per hari. Sebanyak 32,7%. Hasil analisis rata-rata asupan kalsium 1012±213,6 mg per hari. Sebanyak 71,2% masuk kategori kurang. Konsumsi asupan Vitamin B6 dan kalsium sesuai dengan kebutuhan dapat menurunkan gejala sindrom premenstruasi.

6. REFERENSI

Adriyani, A. 2013. Panduan Kesehatan

Wanita. Solo: As-Salam Group

Anintyo., Nikmawati, N., Warsono, T. 2009. Pengaruh Vitamin B Kompleks (B1, B2 B3, Kalsium Pentotenat, Asam Nikotinat) terhadap kejadian sidrom premenstruasi pada Mahasiswi Prodi Kebidanan Magelang tahun 2009.

Skripsi. Politeknik Kesehatan Depkes

Semarang.

Arisman, MB. 2008. Gizi dalam Daur

(7)

1594

Bedoya, P., Joann, E., Susan ,EH., Walter, CW., Susan RJ., Lisa CT., Alayne G , Carol B., and Elizabeth R. 2011. Dietary B vitamin intake and incident premenstrual syndrome. The American

Journal Of Clinical Nutritional.

93:1080–6.

Berthone-Johnson ER, Hakirson ES, Bendich A. Johnson RS, Willet CW, Manson E. 2005. Calcium and Vitamin D Intake And Risk Of Incident Premenstrual Syndrome. Arch Intern Med. 165 (11):1246-52

Devi, M.,Syarier,H., Damanik, R.,Sulaeman, A., Setiawan, B., Dewi, R. 2010. Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Kejadian Sindrom Pramesntruasi Pada Remaja Putri. PGM . 32(2): 197-208 Djunaedi, H. 2000. Kalsium. Majalah

Kedokteran Indonesia. 12:565-589 Harkinson, ES. 2011. Dietary B Vitamin

Intake and Incident Premenstrual Syndrome. The American Journal of Clinical Nutritional. 93:1080-60

Impi, M. 2004. Hubungsn Tingkat Konsumsi Vitamin B6 dengan Kejadian Sindrome Premenstruasi pada Mahasiswi Regular Semester II-IV Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

Skripsi. Universitas dipomegoro

Jacobs T, Susan. 2002. Mikronutrients and the premenstrual Syndrome: Case For Calcium 2000. J Am Coll Nutr. 19 (2): 220-7

Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi untuk

Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo.

Persada

Khomsan, A. 2007. Pangan dan Gizi untuk

Kesehatan. Jakarta: PT. Kompas Media

Nusantara

Kumatutik, W. 2013. Hubungan antara Asupan Gizi Vitamin B6 dan Kalsium terhadap Kejadian Pra Menstruasi Sindrom pada Siswi kelas X SMA bhineka Karya 2 Boyolali. Skripsi. UMS

Nancy, F. 2001. Calcium and PMS. A New Theory on the Relationship between

Nutrition Bytes Journal. 7(1).

University of California

Nurmalasari, Y. 2013 Kebiasaan KOnsumsi Pangan Sumber Kalsium dan Kejadian Sindrom Premenstruasi (PMS) pada Remaja Putri di SMA N 5 Tasikmalaya tahun 2013. Skripsi. Universitas Siliwangi

Nurlaela, E., Widyawati., Prabowo, T. 2008. Hubungan aktifitas Olahraga dengan Kejadian Sindrom Premenstruasi.

Jurnal Ilmu Keperawatan. 3 (1): 15

Prince. 2006. Gangguan Sistem Reproduksi

Perempuan. Jakarta: ECG

Ramadani, M. Premenstrual Syndrome. 2012.

Jurnal kesehatan masyarakat. l(1)

Saryono. 2009. Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta: Nuha Medika

Tambing, Y. Aktifitas Fisik dan Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja. Tesis. UGM. Yogyakarta: 2012

Tenkir, A., Fisseha, N., dan Ayele, B. 2002. Premenstrual Syndrome Prevalence and Effect on Academic and Social Performances of Stidents in Jimma University. Ethiopia. Ethiop Jpurnal

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kaitannya dengan faktor – faktor pada bagian I, aktor – aktor utama yang paling berperan dalam penyusunan Strategi Pemasaran Produk Tabungan Britama Junio pada PT Bank

That is why the writer intends to conduct a research of movies entitled “THE IMPACT OF SAMURAI’S SOCIETY ON NATHAN ALGREN IN EDWARD ZWICK’S THE LAST SAMURAI :

2) Bagi para investor atau calon investor dapat melakukan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal, karena hasil penelitian ini menemukan

Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan

[r]

Dalam rangka pelaksanaan kebijakan Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 72 ayat (1) huruf b

AMIN 0616077501 UNIVERSITAS..

pada ayat (1), menteri teknis/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian mengusulkan kebutuhan anggaran program yang berbasis Desa kepada Menteri untuk ditetapkan