• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UMUR TERHADAP BOBOT DAN DIAMETER OVARIUM SERTA KUALITAS OOSIT PADA DOMBA LOKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH UMUR TERHADAP BOBOT DAN DIAMETER OVARIUM SERTA KUALITAS OOSIT PADA DOMBA LOKAL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Umur Terhadap Bobot ... Wawan Abdul govur

PENGARUH UMUR TERHADAP BOBOT DAN DIAMETER OVARIUM

SERTA KUALITAS OOSIT PADA DOMBA LOKAL

THE EFFECT AGE ON OVARY WEIGHT AND DIAMETER WITH

OOCYTE QUALITY OF LOCAL SHEEP

Wawan Abdul Govur*, Siti Darodjah Rasad **, Nurcholidah Solihati ** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363

*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 **Dosen di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

e-mail : wabdulgovur@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian mengenai “Pengaruh Umur terhadap Bobot dan Diameter Ovarium serta Kualitas Oosit pada Domba Lokal” telah dilaksanakan pada tanggal 1 April – 28 April 2015. Lokasi pengambilan ovarium domba lokal di Tempat Pemotongan Hewan (TPH) Babakan Caringin Desa Sayang Kecamatan Jatinangor Sumedang, dan evaluasi kualitas oosit dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh umur terhadap bobot dan diameter ovarium serta kualitas oosit pada domba lokal. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan enam kali ulangan yaitu P1= Domba umur <1 tahun, P2= domba umur 1-2 tahun, dan P3= domba umur >2 tahun. Setiap perlakuan diulang sebanyak enam kali. Kesimpulan dari penelitian menunjukan bahwa umur memberikan pengaruh terhadap bobot dan diameter ovarium, tetapi umur tidak berpengaruh terhadap persentase kualitas oosit A dan B.

Kata Kunci : Umur, Bobot Ovarium, Diameter Ovarium, Kualitas Oosit, Domba Lokal

ABSTRACT

The research about “The Effect of Age on Ovary Weight and Diameter with Oocyte Quality of Local Sheep” has been conducted 1st April – 28th April 2015, The ovaries of local sheep took from Slaughter House Babakan Caringin Sayang Residence Jatinangor Sumedang, and the evaluation of the oocyte quality was done at Laboratory of Animal Reproduction and Artificial Insemination Faculty of Animal Husbandry Universitas Padjadjaran. The purposes of the research were to find out the effect of age on ovary weight and diameter with oocyte quality of local sheep. This research has used Completely Randomizes Design (CRD) with three treatments and six times replication are P1= age of sheep <1 year old, P2= age of sheep 1-2 years old, and P3= age of sheep >2 years old. The analysis result showed that the age of sheep was significant effected on ovary weight and diameter but not significant effected on oocyte quality A and B.

(2)

Pengaruh Umur Terhadap Bobot ... Wawan Abdul govur

PENDAHULUAN

Seperti yang telah diketahui kebanyakan pemotongan domba ditempat pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan domba betina umur produktif merupakan aset penting dalam usaha pembudidayaan ternak untuk meningkatkan populasi ternak di masa yang akan datang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan materi genetik domba betina tersebut yaitu dengan cara memanfaatkan ovariumnya.

Ovarium yang diperoleh dari TPH sebagai sumber penghasil oosit dapat menjadi produk yang berharga berupa embrio in vitro melalui kemajuan teknologi di bidang reproduksi In Vitro Fertilization (IVF). Embrio yang dihasilkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki karakteristik yang mirip seperti induknya yang telah dipotong.

Umumnya umur domba lokal betina yang berada di TPH sangat beragam, hal ini dikarenakan domba lokal dipasok dari beberapa daerah dengan jenis pemeliharaannya yang berbeda. Umur memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan organ reproduksi ternak terutama pada ovarium sebagai sumber oosit. Untuk mengetahui kualitas oosit yang baik maka diperlukan pengkajian mengenai pengaruh umur ternak tersebut, sehingga didapatka kriteria yang dapat menjelaskan pada umur berapa domba lokal yang dipotong di TPH dapat menghasilkan kualitas oosit yang baik.

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh umur terhadap bobot dan diameter ovarium serta kualitas oosit pada domba lokal yang didapat dari ovarium limbah TPH, sehingga diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah bagi para peneliti maupun akademisi sebelum melakukan penelitian IVF.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

1. Bahan Penelitian

Ternak percobaan domba lokal betina umur <1 - 3 tahun diambil ovariumnya sebanyak 36 buah yang diperoleh dari tempat pemotongan hewan (TPH) dari 18 ekor domba.

(3)

Pengaruh Umur Terhadap Bobot ... Wawan Abdul govur

2. Metode Penelitian

(1) Penentuan Umur Domba

Pada penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan umur ternak tersebut yakni domba lokal umur (< 1 tahun), (1 - 2 tahun), dan (> 2 tahun). Guna menduga umur ternak domba berdasarkan gigi seri harus dilakukan dengan cara membuka mulut domba kemudian melihat berapa jumlah gigi seri yang tumbuh (Frandson, 1993).

(2) Pengambilan Ovarium

Ovarium diambil dari ternak yang telah di potong dalam keadaan segar, kemudian ovarium dibilas dengan NaCl Fisiologis 0,9% yang sebelumnya telah ditambahkan dengan penicillin G (100 IU/ml) dan streptomycin sulfate (0,1 mg/ml) dan dimasukkan kedalam plastik berisi media yang sama. Selanjutnya disimpan dalam termos dengan temperatur yang dipertahankan pada suhu 35 O - 37 OC untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium (Budiyanto dkk, 2013).

(3) Pengukuran Bobot dan Diameter Ovarium

Menghitung bobot ovarium menggunakan neraca analitik sedangkan pengukuran diameter ovarium menggunakan jangka sorong. Perhitungan bobot dan ukuran ovarium di Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

(4) Koleksi dan Evaluasi Kualitas Oosit

Oosit dikoleksi dengan metode slicing menggunakan pisau dan pinset. Oosit yang telah dikoleksi, kemudian dievaluasi menjadi 4 kelompok kriteria kualitas yaitu A, B, C, dan D berdasarkan lapisan sel kumulus dan gambaran sitoplasma (Gordon, 2003). Oosit yang dikelompokan ke dalam kualitas A jika oosit memiliki lima lapis atau lebih sel kumulus dengan sitoplasma yang homogen dan berwarna hitam. Kualitas B adalah oosit yang memiliki kurang dari lima lapisan sel kumulus dengan sitoplasma yang homogen dan berwarna hitam. Kualitas C adalah oosit yang terlihat masih sedikit lapisan sel kumulus, zona pellucida yang terlihat dan sitoplasma yang tidak homogen. Kualitas D adalah oosit yang memiliki sitoplasma transparan, zona pellucida terlihat atau bahkan tidak ada sama sekali dan lapisan sel kumulus hampir hilang bahkan hilang seluruhnya.

(4)

Pengaruh Umur Terhadap Bobot ... Wawan Abdul govur

(5) Peubah yang diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah :

a. Bobot ovarium yang diukur menggunakan neraca analitik yang dikelompokan berdasarkan umur ternak yang sudah ditentukan.

b. Diameter ovarium yang diukur menggunakan jangka sorong yang dikelompokan berdasarkan umur ternak yang sudah ditentukan.

c. Kualitas oosit dilihat berdasarkan lapisan sel kumulus oophorus dan gambaran sitoplasma sesuai dengan umur ternak yang sudah ditentukan.

(6) Analisis Data

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pengulangan dilakukan sebanyak 6 kali dengan 3 perlakuan preservasi ovarium yaitu P1= Umur domba <1 tahun, P2 = Umur domba 1-2 tahun, dan P3= Umur domba >2 tahun. Analisis untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap seluruh kriteria kualitas oosit setelah data ditransformasi, salanjutnya pengujian statistik menggunakan Uji Khi Kuadrat.

(5)

Pengaruh Umur Terhadap Bobot ... Wawan Abdul govur

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium Domba Lokal

Hasil penelitian mengenai pengaruh umur terhadap bobot ovarium domba lokal terlihat bahwa perbedaan umur mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap bobot ovarium dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium Domba Lokal

Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 ... gram ... 1 0,234 0,629 1,180 2 0,549 0,573 1,195 3 0,452 0,736 0,909 4 0,297 1,086 1,238 5 0,283 1,039 0,537 6 0,817 0,669 1,201 Total 2,632 4,732 6,26 Rata-rata 0,438 0,788 1,043 Keterangan :

P1 : Umur domba <1 tahun P2 : Umur domba 1 – 2 tahun P3 : Umur domba >2 tahun

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa Terjadi peningkatan bobot ovarium mulai dari bobot rata-rata terendah yaitu dihasilkan oleh domba dengan umur <1 tahun (0,438 gram), kemudian domba umur 1-2 tahun (0,788 gram), dan bobot rata-rata ovarium domba tertinggi dihasilkan oleh domba umur >2 tahun (1,043 gram). Pada umumnya umur ternak dapat berpengaruh terhadap ukuran tubuh dan sistem endokrin ternak. Secara tidak langsung ini akan berpengaruh terhadap perkembangan organ reproduksinya. Ternak betina mempunyai sepasang ovarium, ovarium ini akan berkembang seiring dengan berkembangnya sistem organ lain.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hamdani dkk, (2008) pada ovarium sapi didapatkan bahwa bobot rata-rata ovarium tertinggi yaitu pada umur 4 tahun sedangkan bobot

(6)

Pengaruh Umur Terhadap Bobot ... Wawan Abdul govur

rata-rata ovarium terendah yaitu pada umur < 1 tahun. Hasil analisis statistik dari ketiga perlakuan tersebut menunjukan bahwa umur memberikan pengaruh yang berbeda nyata

(Fhitung > Ftabel 0,05) terhadap bobot ovarium. Hasil uji lanjut menggunakan uji Duncan

ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Signifikansi Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium

Perlakuan Rataan Selisih antar

Perlakuan LSR Signifikansi α = 0,05 P1 0,438 a P2 0,788 0,35 0,29 b P3 1,043 0,605 0,225 0,30 b

Kaidah Keputusan : Selisih rataan perlakuan (d) > LSR, artinya berbeda nyata.

Berdasarkan hasil uji Duncan menunjukkan bahwa domba umur <1 tahun memiliki bobot ovarium nyata lebih rendah di bandingkan dengan domba umur 1-2 dan >2 tahun. Sedangkan domba umur 1-2 tahun tidak berbeda nyata dengan domba umur >2 tahun. Hal ini diduga bahwa perkembangan organ reproduksi pada domba umur <1 tahun belum berkembang secara optimal, sedangkan domba umur 1-2 dan >2 sudah berkembang secara optimal. Menurut Andi dan dkk, (2013) enzim 12β-HSD yang berada dalam ovarium mulai aktif pada masa pubertas sehingga mengasilkan hormon estrogen dan progesteron, kemudian hormon tersebut menjadi signal dan berubah menjadi sel theca di dalam nucleus yang di stimulant oleh sintesis hormon protein FSH sehingga bobot ovarium domba umur 1-2 dan >2 tahun lebih.

Domba dengan umur lebih tua akan menghasilkan rataan bobot ovarium yang lebih berat dibandingkan dengan domba yang berumur <1 tahun. Salisbury dan Van Demark (1985) mengemukakan bahwa kenaikan bobot ovarium terjadi pada ternak yang menginjak umur tua, hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan tenunan pengikat akibat pertumbuhan ovarium yang tidak terhenti saat pubertas.

2. Pengaruh Umur terhadap Diameter Ovarium

Hasil penelitian mengenai pengaruh umur terhadap diameter ovarium domba lokal terlihat bahwa umur mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap diameter ovarium dapat dilihat pada Tabel 3.

(7)

Pengaruh Umur Terhadap Bobot ... Wawan Abdul govur

Tabel 3. Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium Domba Lokal

Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 ... gram ... 1 0,234 0,629 1,180 2 0,549 0,573 1,195 3 0,452 0,736 0,909 4 0,297 1,086 1,238 5 0,283 1,039 0,537 6 0,817 0,669 1,201 Total 2,632 4,732 6,26 Rata-rata 0,438 0,788 1,043 Keterangan :

P1 : Umur domba < 1 tahun P2 : Umur domba 1 – 2 tahun P3 : Umur domba > 2 tahun

Terjadi peningkatan diameter ovarium mulai dari rata-rata diameter terendah yaitu dihasilkan oleh domba dengan umur <1 tahun (9,754 mm), kemudian domba umur 1-2 tahun (11,745 mm), dan diameter ovarium domba tertinggi dihasilkan oleh domba umur >2 tahun (12,825 mm). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa umur memberikan pengaruh yang berbeda nyata (Fhitung > Ftabel 0,05) terhadap perubahan diameter ovarium. Hasil uji lanjut

menggunakan Duncan ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Signifikansi Pengaruh Umur terhadap Diameter Ovarium

Perlakuan Rataan Selisih antar

Perlakuan LSR Signifikansi α = 0,05 P1 0,438 a P2 0,788 0,35 0,29 b P3 1,043 0,605 0,225 0,30 b

Kaidah Keputusan : Selisih rataan perlakuan (d) > LSR, artinya berbeda nyata.

Berdasarkan hasil uji Duncan menunjukkan bahwa diameter ovarium domba umur <1 tahun nyata lebih rendah dibandingkan dengan domba umur 1-2 dan >2 tahun. Sedangkan antara domba umur 1-2 tahun dan >2 tahun tidak berbeda nyata. Hal ini diduga bahwa

(8)

Pengaruh Umur Terhadap Bobot ... Wawan Abdul govur

perkembangan organ reproduksi pada domba umur <1 tahun belum berkembang secara optimal sedangkan domba umur 1-2 dan >2 tahun sudah berkembang secara optimal.

Besarnya ukuran ovarium berkolerasi dengan umur dan ukuran tubuh ternak. Semakin besar ovarium maka semakin besar pula aktivitasnya, seperti sekresi hormon estrogen dan progesteron yang besar peranannya dalam siklus estrus (Hardjopranjoto, 1995). Arthur dkk,, (2005) mengemukakan bahwa besarnya ovarium akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur, selain itu jumlah anak yang dilahirkan akan mempengaruhi kenaikan bobot ovarium pula. Ovarium sapi yang telah beberapa kali beranak tampak lebih besar dibandingkan dengan sapi betina muda.

3. Pengaruh Umur terhadap Kualitas Oosit

Berdasarkan pengamatan mengenai pengaruh umur terhadap kualitas oosit domba lokal, maka diperoleh data rataan persentase kualitas oosit dalam berbagai jenis umur dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Persentase Jumlah Oosit Berdasarkan Kriteria Kualitas Oosit

Perlakuan Jumlah

Oosit

Rataan Jumlah Oosit

A B C D ... % ... P1 86 32,67 42,83 21,67 2,83 P2 95 28,33 29,50 19,00 23,67 P3 73 0,00 13,00 47,50 39,50 Keterangan :

P1 : Umur domba < 1 tahun P2 : Umur domba 1 – 2 tahun P3 : Umur domba > 2 tahun

Analisis data untuk mengetahui pengaruh umur terhadapa seluruh kriteria kualitas oosit yaitu mengunakan Uji Khi Kuadrat. Berdasarkan hasil pengujian statistik bahwa umur berpengaruh nyata (Fhitung > Ftabel 0,05) terhadap kualitas oosit.

Pada dasarnya Pelaksanaan IVF harus menggunakan kualitas oosit yang baik, yaitu dengan oosit mempunyai kumulus kompleks (kategori A dan B). Menurut Loos, dkk, (1989) bahwa oosit yang termasuk kedalam kualitas baik adalah sel kumulus kompak, berlapis-lapis

(9)

Pengaruh Umur Terhadap Bobot ... Wawan Abdul govur

dan rapat, ooplasma yang homogen, Cumulus Oocyte Complexe (COC) total terang dan trasparan. Gordon (2003), mengemukakan bahwa kualitas oosit A dan B dapat digunakan sebagai bahan dasar penerapan teknologi IVF. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kualitas oosit maka diperoleh data kualitas oosit A dan B. Pengaruh umur terhadap persentase oosit kualitas oosit A dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Umur terhadap Persentase Kualitas Oosit A

Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 ... % ... 1 17 33 31 2 13 20 38 3 23 27 40 4 29 22 33 5 14 30 40 6 30 71 23 Total 21,00 33,83 35,17 Rata-rata 3,5 5,638 5,861 Keterangan :

P1 : Umur domba < 1 tahun P2 : Umur domba 1 – 2 tahun P3 : Umur domba > 2 tahun

Berdasarkan data pada Tabel 6 hasil analisis ragam menunjukkan bahwa umur memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (Fhitung ≤ Ftabel 0,05) terhadap kualitas oosit A.

Hasil Penelitian mengenai pengaruh umur terhadap persentase oosit kualitas oosit B dapat dilihat pada Tabel 7.

(10)

Pengaruh Umur Terhadap Bobot ... Wawan Abdul govur

Tabel 7. Pengaruh Umur terhadap Persentase Kualitas Oosit B

Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 ... % ... 1 26 6 25 2 38 50 25 3 23 18 20 4 10 50 67 5 18 30 30 6 20 29 62 Total 22,50 30,50 38,17 Rata-rata 3,75 5,083 6,361 Keterangan :

P1 : Umur domba < 1 tahun P2 : Umur domba 1 – 2 tahun P3 : Umur domba > 2 tahun

Berdasarkan data pada Tabel 7 hasil analisis ragam menunjukkan bahwa umur memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (Fhitung ≤ Ftabel 0,05) terhadap kualitas oosit B.

Berdasarkan hasil analisis ragam bahwa umur tidak memberikan berpengaruh terhadap kualitas oosit A dan B, akan tetapi berdasarkan data jumlah rataan persentase kualitas oosit umur memberikan perbedaan terhadap persentase kualitas oosit yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Rataan Kualitas Oosit Berdasarkan Jenis Perlakuan yang Berbeda Perlakuan Kualitas Oosit (A + B) (C + D) ...%... P1 43,5 56,67 P2 64,33 35,5 P3 72,34 28 Keterangan :

P1 : Umur domba < 1 tahun P2 : Umur domba 1 – 2 tahun P3 : Umur domba > 2 tahun

(11)

Pengaruh Umur Terhadap Bobot ... Wawan Abdul govur

Berdasarkan data pada Tabel 8 rataan persentase kualitas oosit A dan B tertinggi dihasilkan oleh domba umur >2 tahun (72,34%), diikuti oleh domba umur 1-2 tahun (64,33%), dan kualitas terendah dihasilkan oleh domba umur <1 tahun (43,50%). Menurut Sodiq dan Abidin (2002), bahwa domba umur <1 tahun (6-12 bulan) sudah memasuki fase dewasa kelamin tetapi belum memasuki fase dewasa tubuh. Hal ini diduga merupakan salah satu faktor penyebab banyaknya oosit berkualitas C dan D (56,67%), hasil ini sesuai dengan pernyataan Harjopranjoto (1995), oosit abnormal dipengaruhi oleh umur ternak yang terlalu muda.

Umumnya domba umur 1-2 dan >2 tahun sudah memasuki fase dewasa kelamin dan dewasa tubuh, sehingga kualitas oosit lebih baik dibandingkan dengan domba umur <1 tahun. Semakin dewasa ternak semakin optimal pula fungsi organ reproduksinya. Salisbury dan Van Demark (1985), berpendapat pada sapi betina dara umumnya fertilitas akan meningkat secara berkesinambungan sampai berumur empat tahun, mendatar sampai umur enam tahun, dan akhirnya menurun secara bertahap seiring pertambahan usia.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil simpulan sebagai berikut ini :

• Umur berpengaruh nyata terhadap bobot dan diameter ovarium tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas oosit A dan B.

• Domba dengan umu >2 tahun menghasilkan rataan bobot dan diameter tertinggi serta menghasilkan persentase kualitas oosit A dan B tertinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing utama dan anggota yakni Dr. agr. Ir. Rd. Siti Darodjah Rasad, M.S., dan Dr. Nurcholidah Solihati, S.Pt, M.Si., yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian penelitian ini. Terima kasih kepada kedua orang tua penulis yakni Bapak Yusup, dan Ibu Junengsih, atas doa restu dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis dalam penelitian ini.

(12)

Pengaruh Umur Terhadap Bobot ... Wawan Abdul govur DAFTAR PUSTAKA

Adifa N.S., P. Astuti., dan D.T. Widayati. 2010. Pengaruh Penambahan Chorionic Gonadotrophin Pada Medium Maturasi Terhadap Kemampuan Maturasi, Fertilisasi, dan Perkembangan Embrio Secara In Vitro Kambing Peranakan Ettawa. Yogyakarta: Buletin Peternakan Vol.34(1).

Andi M., dan D. Latipudin. 2013. Biologi Sintesis Telur. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Arthur, G., D. Noakes, T, Parkinson, G.C.W. England, 2005. Arthur’s Veterinary Reproduction and Obstetrics, Eigh edition. Saunders.

Budiyanto, A., S. Gustari., D. Anggoro., D. Jatmoko., S. Nugraheni., E.N. Wahyu., dan D. Asta. 2013. Kualitas Morfologi Oosit Sapi Peranakan Ongole yang Dikoleksi secara In Vitro Menggunakan Variasi Waktu Transportasi. Acta Veterinaria Indonesiana Vol. 1. Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Karangmalang. 16 – 18.

Bone, J.F. 1988. Animal Anatomy and Physiology. 3th ed. Prentice-Hall, Inc. A Division of Simon & Schuster Englewood Cliffs. New Jersey USA. 19, 368, 412.

Denie, Heriyadi. 2011. Pernak-pernik dan Senarai Domba Garut. Unpad Press, Bandung. 68. Ensminger, M.E. 2002. Animal Science. 9th ed. Interstate Printers and Publishers Inc, Illinois. Frandson, RD. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press

Gasperz, V. 1995. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Edisi ke-1. Penerbit Tarsito, Bandung. 506-518; 572-575.

Gordon, I. 1994. Laboratory Production of Cattle Embryos. Biotechnology in Agriculture Series. Dublin Ireland.

Gordon, I. 2003. Laboratory of production Cattle Embryo. 2nd ed. CABI Publishing. Wallingford

Hafez, B. dan E.S.E. Hafez. 2000. Anatomy of Female Reproduction. In Reproduction in Farm Animals. Hafez, B. and E.S.E. Hafez (Eds.). 7rd ed. Lippincott Williams & Wilkins, USA.

Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press.Surabaya.

Herdis. 2000. Pemanfaatan Ovarium Sebagai Limbah Rumah Potong Hewan Untuk Meningkatkan Populasi Ternak Melalui Teknik Fertilisasi In Vitro. Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. 1-3.

Handani, M, D, Q., Ismaya, dan Kustono. 2008. Hubungan Antara Berat Badan Sapi Betina Peranakan Ongole dan Sapi Persilangan pada Tingkat Umur yang Berbeda Terhadap Ukuran dan Karakteristik Ovariumnya. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hidayatulloh, A., D.L Tita., dan R. Setiawan. 2014. Pengaruh Umur dan Body Condition Score Terhadap Bobot Ovarium dan Jumlah serta Kualitas sel Telur Sapi Betina

(13)

Pengaruh Umur Terhadap Bobot ... Wawan Abdul govur Lokal. Prosiding seminar peternakan berkelanjutan 6. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang

Hunter R.G.F, 1995. Fisilogi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik. Penerbit : ITB Bandung.

Lasienė, K., A. S. Vitkus. Valanciute, and V. Lasys. 2009. Morphological Criteria of Oocyte Quality. Medicina (Kaunas) 2009; 45(7). Departement of Histology and Embryology, Kaunas University of Medicine. Lituania. 509-515.

Lonergan, P., H. Sharif., P. Monagan., H. Wahid., M. Gallagaer., dan I. Gordon. 1991. the Effect of Follicle Size on The Type Of Bovine Oocyte Obtained for In Vitro Maturation. Proceeding of Seventh Meeting of the European Embryo Transfer Association. Cambridge.

Loos, de F., C.V. Vliet., V.P. Maurik., and T. Kruip. 1989. Morphology of Immature Bovine Oocyte. Gamete Res. 24: 197-204.

Marks, D.B., A.D. Marks., dan C.M. Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis. Penerbit EGC. Jakarta.

Mayes M. A., M.A. Sirard. 2001. The Influence of Cumulus-Oocyte Complex Morphology and Meiotic Inhibitors on The Kinetics of Nuclear Maturation In Cattle. Journal of Theriogenology.

Partodihardjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta

Priedkalns, J. 1989. Sistem Reproduksi Betina. Dalam: Buku Teks Histologi Veteriner II. Brown, D. (Ed.). Edisi Ketiga. UI Press, Jakarta.

Salisbury, G. W. dan N. L. VanDemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Diterjemahkan oleh R. Djanuar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Santosa, U. 2009. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Penebar Swadaya, Jakarta. 51 – 56.

Sodiq, A., dan Z. Abidin. 2002. Kambing Peranakan Etawa Penghasil Susu Berkhasiat Obat. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Tita, D.L. dan Ismudiono. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. Airlangga University Press. Surabaya. 33-37, 92.

Tiesnamurti, B. dan S.A., Asmarasari. 2006. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Domba Ekor Gemuk. Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketehanan Nasional. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Toelihere, M. R. 1977. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 200.

Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung

Winugroho, M., I. G. Y. Putu., A. Saepudin., Lubis., dan S. Kompiang. 1991. Interaction Between Liveweight, Body Composition, and Ovarian Activity of PO Cattle. Internationa Seminar on Livestock and Feed Development in the Tropic. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Yayan, Rismayanti. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat. Bandung.1

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran yang menggunakan pendekatan PMRI, aktivitas yang didesain berdasarkan karakteristiknya (penggunaaan konteks) yaitu situasi kontekstual pengukuran berat

Hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya siklus kenaikan dan penurunan konsumen, jika produk dan harga tidak diperhatikan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Pengaruh Brand KFC Terhadap Kepuasan Konsumen Muslim Di Mega Town Square (METOS) Palangka Raya Kalimantan Tengah

Sistem informasi akuntansi pengeluaran barang persediaan di PT Sriwijaya Baja Sakti memiliki kendala pada pencatatan persediaanya, hal ini diketahui karena sistem dan

racemosa terhadap parameter yang diamati untuk pengujian organoleptik (Tekstur, Mata, Insang, Bau) dan nilai mikrobiologi (TPC) masih dapat diterima konsumen sampai

memiliki aktivitas sebagai antibakteri baik terhadap Salmonella typhii maupun Shigella dysenteriae , yang ditandai dengan tidak terbentuknya zona bening di sekitar

syringae menggunakan kit deteksi yang dibuat (larutan aktif dan kertas detektor) maka dilakukan uji sensitifitas deteksi larutan aktif. Pengujian dilakukan dengan cara

Berdasarkan tugas dan fungsi BPD yang telah dipaparkan diatas, dimana BPD sebagai penyaulr aspirasi masyarakat seharusnya mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, namun