1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi merupakan zaman dimana kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi semakin maju mengikuti perkembangan dunia. Hal ini sangat berpengaruh pada setiap kegiatan dan kehidupan manusia yang semakin maju pula. Kemajuan tersebut menuntut setiap individu untuk dapat menyeseuaikan dirinya dengan lingkungan. Salah satu dasar agar manusia mampu menyesuaikan diri adalah dengan adanya pendidikan yang diperoleh dari lahir hingga akhir hayat. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengetahuan yang baik diperoleh dari sebuah pendidikan dan pembelajaran yang baik pula.
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi pembangunan Indonesia antara lain dalam mempersiapkan Sumber Saya Manusia (SDM) yang berkualitas, mampu berkompetisi dalam perkembangan IPTEK, serta dapat mengantisipasi dan menjawab tantangan masa depan. Selain itu, pendidikan juga memegang peranan penting dalam perkembangan manusia baik individu maupun sebagai makhluk sosial, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Pendidikan sangat penting bagi setiap individu dalam kehidupan dan dalam bermasyarakat. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup.1 Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dilakukan untuk mendewasakan seseorang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lengeveld dalam Hasbullah bahwa pendidikan adalah usaha mempengaruhi, melindungi, serta memberikan bantuan yang tertuju kepada kedewasaan anak didiknya atau dengan kata lain membantu anak didik agar cukup mampu dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tanpa bantuan orang lain.2
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa penidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep dan pandangan mereka.
Pendidikan merupakan suatu usaha kelompok mengembangkan kemampuan masyarakat generasi muda mengenal dan menghayati nilai-nilai kebaikan dan kemuliaan hidup melalui potensi dan transformasi budaya masyarakat. Pendidikan dalam kehidupan aspek yang sangat penting, bahkan bangsa dan negara. Bagi Indonesia pendidikan merupakan saran untuk mencapai cita-cita. Fungsi pendidikan nasional sebagaimana
1
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 1-2
disebutkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokrasi serta bertanggung jawab.3
Terkait dalam hal pendidikan lain, di Indonesia terdapat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 yang menyebutkan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggapan terhadap tuntunan perubahan zaman.4 Pendidikan hendaknya dikelola, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dicapai dengan dilaksanakannya pendidikan yang berkualitas, tepat waktu, dan tepat guna untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kemajuan suatu Negara. Oleh sebab itu pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alenia keempat mencamtumkan
3 Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sikdikmas) beserta penjelasannya, (Bandung: Citra Umbara) 2003, hal. 7
4 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), hal.
tujuan Negara dalam bidang pendidikan yang berbunyi, “...memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sehingga pendidikan menjadi kebutuhan utama bagi setiap individu.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, menjadikan manusia yang bertakwa dan bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertkwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5
Pemerintah memberikan kesempatan kepada warga negaranya untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat sebagai suatu usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan kearah yang lebih baik. Pendidikan yang diperoleh individu sepanjang hayat sangat berpengaruh terhadap cara individu ketika beradaptasi dengan lingkungan. Pendidikan diperoleh melalui jalur formal, nonformal dan informal. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB VI Pasal 14 menyatakan bahwa “Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi pendidikan
5 Republik Indonesia “Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
menengah”.6
Pendidikan dasar yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut adalah pendidikan wajib 9 tahun, yakni sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama. Dengan demikian, secara formal dan institusional sekolah dasar masuk pada kategori pendidikan dasar.
Pendidikan dasar merupakan salah satu sarana bagi terciptanya pendidikan yang berkualitas. Adapun tujuan pendidikan dasar adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah.
Pendidikan sekolah dasar diselenggarakan dan dikembangkan terus-menerusguna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan menciptakan pendidikan yang berkualitas. Maka dari itu, untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan dan dalam rangka meciptakan pendidikan yang berkualitas tersebut disusunlah kurikulum sebagai sebuah aturan dan pedoman bagi gurudalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Penggunaan kurikulum dimaksudkan agar adanya batasan, aturan dan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan terdapat dalam kurikulum Sekolah Dasar adalah matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada disemua jenjang pendidikan dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, bahkan matematika dijarkan di
6 Permendiknas, Himpunan Lengkap Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,
taman kanak-kanak secara informal. Matematika sebagai salah satu kemampuan dasar yang dimiliki dan dikuasai oleh siswa. Matematika mempunyai peranan penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak hanya dalam bidang eksakta tapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan lainpun membutuhkan matematika.
Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan, Al-Qur’an juga telah memberikan contoh aspek matematika, diantaranya yang terdapat pada Q.S. Yunus/10: 5.
َ وُه
يِرَّلا
َ ل ع ج
َ سْم شلا
َ ءا ي ِض
َ س م قْلا و
ا ز ْوُو
َُي زَّد ق و
َ ل ِشا ى م
اوُم لْع تِل
َ د د ع
َ هيِىِّسلا
َ با س ِحْلا و
جا م
َ ق ل خ
ََُّللّا
َ كِل ذ
ََّلِّإ
َِّق حْلِب
جَُل ِّص فُي
َِتا ي ْلْا
َ م ْو قِل
۞ نوُم لْع ي
Ayat di atas, menjelaskan bahwa tentang yang telah diciptakan-Nya, hal itu merupakan tanda-tanda yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran kemampuan-Nya. Dia telah menjadikan sinar yang timbul dari matahari sebagai penerangan dan menjadikan bulan bercahaya. Ini berbeda dengan itu, agar di antara keduanya tidak ada keserupaan. Dia menjadikan peran matahari di siang hari dan peran bulan di malam hari. Dia pun telah menetapkan manzilah-manzilah untuk bulan bagi peredarannya. Pada mulanya ia kelihatan kecil, lalu bertambah besar cahaya dan bentuknya hingga menjadi bulan penuh pada malam purnama. Setelah itu mulai berkurang sedikit demi sedikit hingga kembali kepada keadaannya semula pada akhir bulan.7
7 Abdullah bin Muhammad Abu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir jilid 9, (Jakarta: Ilmu Pustaka,
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menjadikan matahari dan bulan menurut perhitungan, mereka beredar menjalani garis edar sehingga manusia mudah menghitung peredarannya. Oleh karena itu pentingnya perhitungan diperlukan matematika.
Matematika merupakan pengetahuan dasar yang harus dimiliki dan kuasai siswa selain membaca dan menulis, serta matematika sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika sebagai ilmu dasar dan ilmu pasti sangat perlu dikuasai dengan baik oleh siswa terutama sejak usia sekolah dasar. Selain itu dengan belajar matematika kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif. Sehingga konsep-konsep yang ada dalam pembelajaran matematika harus dapat dikuasai siswa dengan baik.
Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika.8 Tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut dapat dicapai dengan menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkontruksinya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget, bahwa pengetahuan atau
8 A. Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana
pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri.9
Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun sampai saat ini masih banyak siswa yang merasa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan bahkan menakutkan. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika.10
Matematika adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk suatu struktur yang abstrak dan hubungan antara hal-hal tersebut. Operasi hitung bilangan pecahan bukan hal yang mudah untuk dikuasai siswa, karena bilangan pecahan merupakan konsep yang abstrak. Sifat yang abstrak, menyebabkan siswa Sekolah Dasar (SD) mengalami kesulitan dalam memahami konsep dalam matematika. Oleh karena itu, digunakan model dan media pembelajaran yang menjadi perantara untuk memudahkan siswa memahami pelajaran operasi hitung bilangan pecahan.
9
Ibid., hal. 190-191
10 Rostina Sundayana, Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika,
Berdasarkan hal tersebut untuk memahami suatu konsep matematika, siswa harus diberi rangkaian kegiatan nyata sehingga dapat mudah dipahami dan lebih berkesan.11 Namun kenyataannya kebanyakan siswa-siswi merasa kesulitan dalam memahami konsep matematika terutama pada materi bilangan pecahan. Dan guru di MIN 20 Banjar mengaku belum menggunakan model pembelajaran treffinger dan media pembelajaran color card, saat ini masih menggunakan metode ceramah dan belum menggunakan model dan media pembelajaran tersebut. Hal tersebut menyebutkan siswa mudah lupa dan kurang berminat dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung bilangan pecahan.
Hal seperti ini terjadi di MIN 20 Banjar terutama di kelas V. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukakn, proses belajar mengajar di kela V MI pada pembelajaran matematika masih perlu ditingkatkan dan dilakukan perbaikan. Guru masih melakukan pembelajaran konvensional. Siswa cenderung pasif, hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan dari guru, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan tidak adanya penggunaan model dan media pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran terutama pada materi operasi hitung bilangan pecahan. Pada materi tersebut, hanya beberapa siswa saja yang mampu memahami materi operasi hitung bilangan pecahan.
11 Sitanggang Ahmadin, Alat Peraga Matematika Sederhana untuk Sekolah Dasar,
Peneliti tertarik menggunakan model pembelajaran treffinger dan media pembelajaran color card untuk membantu siswa dalam menyelesaikan materi bilangan pecahan. Sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan dapat mendorong siswa lebih aktif serta mempunyai pengalaman yang bermakna dalam menerapkan konsep matematika khususnya operasi hitung bilangan pecahan. Selain itu, materi pelajaran akan lebih mudah dipahami.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran treffinger dengan media color card. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian ini dengan mengambil judul “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Treffinger Dengan Media Color Card Pada Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V MIN 20 Banjar”.
B. Defenisi Operasional
Peneliti mendefinisikan operasional dari judul tersebut untuk menghindari interpretasi yang keliru, maka penulis memaparkan definisi operasional agar sesuai dengan maksud pembahasan, terutama mengenai sasaran yang menjadi topik bahasan.
1. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya ada efeknya, (pengaruh, akibatnya, kesannya).12 Jadi efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh penggunan model pembelajaran terffinger dengan media pembelajaran color card pada prestasi belajar Matematika siswa kelas V MIN 20 Banjar.
2. Penggunaan
Penggunan adalah kata dasar dari guna yang artinya faedah, manfaat atau fungsi. Sedangkan penggunaan adalah proses, cara, perbuatan penggunaan sesuatu atau pemakaian.13 Jadi, penggunaan yang dimaksud peneliti disini yaitu kegiatan guru dan siswa yang menggunakan model pembelajaran treffinger dengan media pembelajaran color card dalam pembelajaran Matematika kelas V MIN 20 Banjar.
3. Model Pembelajaran Treffinger
Model Pembelajaran Treffinger adalah salah satu model pembelajaran yang menekankan keaktifan dan kekreatifan dalam berpikir siswa untuk memperbaiki kualitas pembelajaran serta mempermudah dalam memecahkan masalah. Jadi, model pembelajaran treffinger yang peneliti maksud adalah suatu cara untuk mencapai
12 Wjs. Poerwadarmanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006),
cet. 3, hal. 311
13 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed, 3, (Jakarta:
suatu tujuan dalam pembelajaran dengan cara mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dengan bentuk berkelompok.
4. Media Pembelajaran Color Card
Media Pembelajaran Color Card adalah kartu warna yang berisi materi dan soal dimana siswa mendiskusikan apa hubungannya materi tersebut dengan soal. Jadi, yang dimaksud media pembelajaran color card adalah suatu media untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.14 Tujuannya untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran. Jadi, dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif (pengetahuan) siswa kelas V MIN 20 Banjar dengan model pembelajaran treffinger dengan media color card yang dinyatakan dengan angka.
6. Operasi Hitung Bilangan Pecahan
Bilangan pecahan adalah bilangan yang terdiri atas dua angka, yakni angka sebagai pembilang dan angka sebagai pembagi atau penyebut. Bilangan pecahan mempunyai bentuk dengan b≠0, dimana a disebut pembilang dan b disebut penyebut. Maksud pembelajaran operasi hitung bilangan pecahan disini yaitu proses pembelajaran yang
14 Sudjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989),
diterapkan pada kelas V, karena materi tersebut sulit dipahami yang berdampak pada prestasi belajar siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana hasil belajar pada model pembelajaran Treffinger dengan media Color Card pada pelajaran Matematika siswa kelas V MIN 20 Banjar?
2. Apakah model pembelajaran Treffinger dengan media Color Card efektif digunakan pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V di MIN 20 Banjar?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut, yakni:
1. Untuk mengetahui hasil belajar pada model pembelajaran Treffinger dengan media Color Card pada pelajaran Matematika siswa kelas V MIN 20 Banjar.
2. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran Treffinger dengan media Color Card pada hasil belajar Matematika siswa kelas V MIN 20 Banjar
E. Alasan Memilih Judul
Alasan yang mendasari penulis untuk mengadakan penelitian ini adalah:
1. Mengingat Matematika disebut ilmu pasti dan ilmu hitung bahasa maka perlu dipelajari dan diajarkan karena di dalam Matematika terdapat operasi hitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan sebagainya.
2. Melihat model pembelajaran dan media media pembelajaran ini sangat cocok untuk pembelajaran Matematika pada materi operasi hitung bilangan pecahan. Karena operasi hitung bilangan pecahan di dalam Matetamika ada lima macam, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan pemangkatan, meskipun konsep ini terdengar sederhana namun ada sebagian siswa yang masih kesulitan untuk memahaminya, dengan model pembelajaran dan media pembelajaran tersebut siswa mudah memahami dalam materi operasi hitung bilangan pecahan pembelajaran Matematika.
3. Model pembelajaran Treffinger dengan media Color Card belum pernah digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut, lebih khususnya di kelas V, sehingga peneliti tertarik untuk mengujicobakan model pembelajaran Treffinger dengan media Color Card.
F. Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan akan memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu dan pengetahuan bagi dunia pendidikan, khususnya memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang akdemik maupun non-akademik. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Memberikan gambaran keberhasilan serta rekomendasi perbaikan penggunaan model pembelajaran Treffinger dengan media pembelajaran Color Card dalam meningkatkan kemampuan pemahaman operasi hitung bilangan pecahan siswa dalam pembelajaran Matematika kelas V di MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) 20 Banjar.
b. Bagi Siswa
1) Siswa dapat mudah memahami dan menguasai operasi hitung bilangan pecahan dengan baik.
2) Dengan adanya model pembelajaran Treffinger dan media pembelajaran Color Card pmbelajaran Matematika dakan mudah dipahami oleh siswa.
c. Bagi Guru
Sebagai sumber tambahan wawasan dan intropeksi sudah sampai sejauh mana peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran (belajar mengajar) di kelas terutama materi operasi hitung bilangan pecahan dan sebagai inovasi pembelajaran agar lebih menarik. d. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan menjadi rujukan peneliti untuk pembelajaran selanjutnya.
G. Penelitian Terdahulu
Setelah penulis tinjau dari kajian pustaka, ternyata sudah ada beberapa hasil penelitian yang senada dengan judul yang penulis lakukan sebagai berikut:
Tabel I Penelitian Terdahulu
No. Nama Penelitian, Judul,
dan Tahun Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Ratna Sari, Efektivitas
Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Treffinger pada Materi Bilangan Pecahan di Kelas IV MIN Sungai Lulut Tahun Pelajaran 2015/2016 Menggunakan Model pembelajaran Treffinger pada bilangan pecahan Menggunakan Media Pembelajaran Color Card, hasil belajar, tempat penelitian, dan sampel yang diteliti yaitu kelas IV
2. Muhammad Noer,
Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Psikomotor Fisika Melalui Penerapan Pembelajaran Kreatif Model Treffinger pada Siswa Kelas X.A2 Ma Darel Hikmah Pekan Baru
Menggunakan Model pembelajaran Treffinger Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Treffinger dengan Media Color Card Pada Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V MIN 20
Banjar 3. Nurul Fatimah, Penggunaan
Model Pembelajaran
Treffinger Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Pada Materi Optika Geometris Kelas X Man Blora Tahun Pelajaran 2014/2015 Menggunakan Model pembelajaran Treffinger Menggunakan Media Pembelajaran Color Card, tempat penelitian, dan sampel yang diteliti yaitu kelas X
H. Hipotesis Masalah
Hipotesis merupakan kesimpulan atau jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian dan harus diuji melalui penelitian. Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.15 Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Terdapat dua jenis hipotesis yaitu hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis nol (Ho). Hipotesis alternative (Ha) adalah hipotesis yang akan diuji nyatakan dalam kalimat positif, sedangkan hipotesis nol (Ho) dinyatakan dalam kalimat negative.
Berdasarkan penjelasan diatas maka hopotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:
Hipotesis Alternatif (Ha): Penggunaan model pembelajaran Treffinger dengan media Color Card efektif digunakan
15 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta: Renika
pada mata pelajaran Matematika kelas V di MIN 20 Banjar.
Hipotesis Nol (Ho): Penggunaan model pembelajaran Treffinger dengan media Color Card tidak efektif digunakan pada mata pelajaran Matematika kelas V di MIN 20 Banjar.
Hipotesis yang diajukan selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan bantuan statistik melalui data-data yang terkumpul.
I. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari tiga bab dan terperinci lagi menjadi sub bab sebagai berikut:
BAB I adalah pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, alasan memilih judul, signifikansi penlitian, hepotesis masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II adalah landasan teori, berisi deskripsi teori tentang efektivitas, model pembelajaran treffinger, media pembelajaran color card, hasil belajar, dan operasi hitung bilangan pecahan.
BAB III adalah metode penelitian, berisi jenis dan pendekatan penelitian, populasi dan sampel penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisis data, dan prosedur penelitian.
BAB IV adalah laporan hasil penelitian, berisi deskripsi lokasi penelitian, penyajian data dan anlisis data, dan pembahasan hasil penelitian.