• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS LINGKUNGAN SUNGAI CODE DAN GAJAHWONG DITINJAU DARI KADAR Cu DAN Cr DALAM CUPLIKAN SEDIMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALITAS LINGKUNGAN SUNGAI CODE DAN GAJAHWONG DITINJAU DARI KADAR Cu DAN Cr DALAM CUPLIKAN SEDIMEN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS LINGKUNGAN SUNGAI CODE DAN GAJAHWONG DITINJAU

DARI KADAR Cu DAN Cr DALAM CUPLIKAN SEDIMEN

Elin Nuraini, Sunardi

PTAPB BATAN Yogyakarta

INTISARI

KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN SUNGAI CODE DAN GAJAHWONG DITINJAU DARI KADAR Cu DAN Cd DALAM CUPLIKAN SEDIMEN. Telah dilakukan penentuan kualitas kadar unsur Cu dan Cr dalam sedimen sungai Code dan Gajahwong dengan metode analisis aktivasi neutron cepat (AANC) menggunakan generator neutron. Cuplikan diambil dari beberapa tempat sepanjang sungai Code dan sungai Gajahwong. Cuplikan sedimen dibersihkan dari batuan, rumput dan pengotor yang lain, kemudian dikeringkan pada sinar matahari dan digerus dengan mortal porselin hingga halus dan homogen. Cuplikan diaktivasi dengan neutron cepat 14 MeV menggunakan generator neutron selama 30 menit dan dilakukan pencacahan dengan alat spektroskopi gamma (AccuSpec). Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar unsur Cu dan Cr pada lokasi sampling sungai Code dan Gajahwong terdistribusi merata dengan kadar unsur Cu masing-masing pada tahap I antara (32,18 – 44,17) ppm dan ( 25,08 – 51,24) ppm, sedang tahap II masing-masing (33,19 – 55,94) ppm dan (27,90 – 66,98) ppm. Kadar Cr pada tahap I masing-masing (29,78 – 69,66) ppm dan (43,73 – 63,34) ppm, sedang kadar unsur Cr pada tahap II adalah (45,86 – 87,52) ppm dan (49,31 – 76,28 ) ppm. Data ini menunjukkan bahwa sungai Code dan Gajahwong sudah tercemar oleh unsur Cu dan Cr, walaupun kadar masih relatif kecil. Jika dibandingkan dengan data NOAA kadar ini tidak melebihi batas ambang yaitu untuk unsur Cu 86 ppm dan untuk unsur Cr 95 ppm Kata kunci: kualitas sedimen, AANC, sungai Code dan Gajahwong

ABSTRACT

ENVIRONMENT HEALTH QUALITY OF CODE AND GAJAHWONG RIVER BASED ON CONCENTRATION OF Cu AND Cr IN SEDIMENT SAMPLES. Environment health quality of Code and Gajahwong river in regard to concentration of Cu and Cr element contents in sediment samples using fast neutron activation analysis (FNAA) method has been done. Samples were picked up along Code dan Gajahwong rivers. Samples were cleaned from grass, stone and then dried in sun shine then ground with mortal porcelain until homogeneous. Samples were activated with 14 MeV fast neutron using neutron generator for 30 minutes then counted with gamma spectrometry. The analysis results show that concentration of Cu dan Cr at Code and Gajahwong river are distributed along the river, with concentration of Cu in phase I are (32.18 – 44.17) ppm and (25.08 – 51.24) ppm respectively, while in phase II are (33.19 – 55.94) ppm and 27.90 – 66.98) ppm respectively. Concentration of Cr in phase I are (29.78 – 69.66) ppm and (43.73 – 63.34) ppm respectively, while concentration of Cr in phase II are (45.86 – 87.52)ppm and (49.31 – 76.28) ppm respectively. The data showed that Code and Gajahwong river have polluted of Cu and Cr elements although it is relatively small. If the data are compared with NOAA data, the experiment data is not exceeding threshold, where for Cu it is 86 ppm and 95 ppm for Cr element. Key words: sediment quality, FNAA, Code and Gajahwong rivers

I. PENDAHULUAN

Seiring dengan pembangunan perkotaan yang pesat dibidang industri, perhotelan, rumah sakit atau usaha kecil lainnya serta semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka sungai menjadi tempat alternatif yang sangat strategis untuk membuang limbah, sehingga akan mengubah kualitas air sedemikian rupa, sehingga air tidak dapat dimanfaatkan bagi keperluan pertanian, perikanan, penyediaan air bersih dan industri.

Dengan pesatnya pembangunan di sekitar sungai Code dan Code dan Gajahwong, maka muncul beberapa dampak positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif antara lain semakin banyaknya bahan buangan dari limbah rumah tangga, industri, rumah sakit maupun hotel yang masuk ke dalam badan air, sehingga menyebabkan menurunnya kualitas air sungai Code dan Code dan Gajahwong. Limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan industri tersebut sebagian atau seluruhnya akan sampai ke sungai. Sungai sebagai badan air sekaligus sumber daya air yang bersifat terbuka tentu mudah sekali tercemar oleh berbagai sumber pencemar. Seperti kita ketahui bahwa sungai mempunyai kapasitas terima (receiving

capacity) yang terbatas terhadap pencemar.

Untuk menyikapi masalah di atas Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan program kali bersih (PROKASIH) bekerja sama dengan Bapedalda serta BATAN Yogyakarta untuk mengadakan penelitian dan pemantauan terhadap beberapa sungai besar yang berada di Yogyakarta diantaranya sungai Code dan Gajahwong. Tujuan dari PROKASIH adalah meningkatkan kualitas air sungai, meningkatkan fungsi daya guna dan hasil guna lingkungan sungai, serta meningkatkan sumber daya dan kapasitas kelembagaan di bidang pengendalian pencemaran air[1].

Selain itu ada hal menarik yang ditemukan ketika pengambilan sampel, yaitu banyak hewan air yang hidupnya di dasar sungai telah mati dengan kondisi yang mengenaskan. Hasil analisis sementara dari kami yaitu terjadi pengendapan bahan pencemar pada sedimen sungai, dan hal inilah yang menyebabkan banyak hewan mati seperti kepiting, udang [2] dan ternyata sedimen tidak termasuk dalam parameter untuk penentuan baku mutu sungai di kelas manapun, tidak di kelas I, II, III, IV.

(2)

ISSN 0853 - 0823

Salah satu teknik untuk mengetahui kadar unsur dalam cuplikan sedimen adalah dengan aktivasi neutron cepat. Aplikasi teknik Analisis Aktivasi Neutron Cepat (AANC) untuk analisis multi unsur dalam berbagai jenis cuplikan bidang lingkungan, geologi dan biologi telah banyak dilakukan pada kegiatan penelitian yang dilakukan di BATAN. Analisis kualitatif dapat diperoleh dengan melakukan identifikasi nomor salur atau energi spektrum radiasi yang dipancarkan oleh cuplikan, sedangkan analisis kuantitatif dengan menghitung luas spektrumnya. Metode aktivasi neutron ini mempunyai ketelitian yang tinggi, tidak merusak bahan, dapat melacak beberapa isotop dalam waktu yang bersamaan, penyiapan cuplikan mudah dan cepat dan cuplikan tidak perlu banyak.

Dengan permasalahan di atas maka dalam makalah ini dilakukan analisis kualitas lingkungan sedimen sungai Code dan Code dan Gajahwong Yogyakarta secara kualitatif maupun kuantitatif dengan metode aktivasi neutron cepat (AANC) dengan tujuan mengidentifikasi jenis unsur dan mengetahui kadar unsur dalam sedimen sungai Code dan Code dan Gajahwong.

II. TEORI

Teknik analisis AANC didasarkan pada reaksi neutron cepat dengan inti, cuplikan yang akan dianalisis diirradiasi dengan menggunakan generator neutron. Inti atom unsur yang berada dalam cuplikan akan menangkap neutron dan berubah menjadi radioaktif dengan memancarkan sinar γ. Sinar γ yang dipancarkan umumnya memiliki energi yang karakteristik untuk setiap unsur/isotop, sehingga dapat diidentifikasi dengan menggunakan teknik spektroskopi gamma.

Jumlah cacah kejadian peluruhan selama waktu untuk pencacahan (tc) adalah[3]

     1  

dengan k = ε Y, ε = efisiensi pencacahan, Y = prosentasi peluruhan gamma (gamma yield), Ad = aktivitas

peluruhan,

λ

= ketetapan peluruhan.

Jumlah nuklida sasaran dapat dihitung dengan kesetaraan mol:

(2)

dengan m = massa cuplikan, NA = bilangan Avogadro, BA = berat atom unsur cuplikan,

a = kelimpahan relatif isotop cuplikan Dengan demikian persamaan (1) menjadi :

(3)

dengan φ = fluks neutron, σ = tampang lintang reaksi, λ = ketetapan peluruhan, ta = waktu yang diperlukan untuk iradiasi, td = waktu tunda (cooling time),

tc = waktu yang diperlukan untuk pencacahan,

a = kelimpahan relatif isotop cuplikan,

NA = bilangan Avogadro, BA = berat atom unsur cuplikan.

Persamaan (3) tersebut adalah sebagai dasar dan persamaan akhir analisis aktivasi.

Untuk menghitung kadar dalam cuplikan digunakan metode relatif atau komparatif, untuk itu diperlukan cuplikan standar yang mengandung unsur yang akan ditentukan, yang jumlah dan komposisi telah diketahui dengan pasti. Cuplikan standar tersebut disiapkan dengan perlakuan yang sama seperti cuplikan yang diselidiki dan diiradiasi bersama-sama, sehingga mengalami paparan neutron yang sama besarnya. Dengan membandingkan laju cacah cuplikan dan standar dapat dihitung kadar unsur didalam cuplikan dengan rumus

(4)

(3)

III. METODE PENELITIAN III.1. Bahan penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sumber radioaktif standar Co-60, Cs-137 dan Eu-152 untuk kalibrasi energi maupun kalibrasi efisiensi detektor, cuplikan standar Standard Reference

Material (SRM) 8704, foil Cu (activation foil) standar, cuplikan sedimen yang diambil dari beberapa lokasi

sungai Code dan Gajahwong, Yogyakarta.

III.2. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat generator neutron SAMES J-25 untuk aktivasi cuplikan, perangkat spektrometri gamma (Accuspect buatan CANBERA Model : A-ND-NSIC-A70-300) dengan detektor HPGe, alat pengambil cuplikan, gayung, nampan, sendok, alat preparasi cuplikan, nampan, saringan, alat penggerus vial polyethylene, neraca mekanik dan stop watch.

III.3. Penyiapan Cuplikan

Cuplikan sedimen diambil dari beberapa lokasi sepanjang sungai Code dan Gajahwong, seperti ditampilkan pada Tabel 1. Cuplikan sedimen dibersihkan dari batu, rumput dan tumbuhan, kemudian dikeringkan pada sinar matahari, setelah itu cuplikan digerus pada mortal porselin hingga halus dan homogen dan ditempatkan wadah polyethelen dan diberi label .

Tabel 1. Lokasi Pengambilan cuplikan sedimen sungai Code.

No. Tempat sampling

Sungai Code Sungai Gajahwong

1 Puncak Turgo Jembatan Tanen Hargobinangun 2 Jembatan Boyong Jembatan Ringroad Utara 3 Jembatan Sinduhadi Jembatan IAIN 4 Jembatan Ring Road Jembatan Kusuma Negara 5 Jembatan Sarjito Pertigaan Jalan Pramuka 6 Jembatan Tukangan Jembatan Rejowinangun 7 Jembatan Tungkak Jembatan Winong 8 Jembatan Karang Kajen Jembatan Ringroad Selatan 9 Jembatan Ringroad Selatan Jembatan Kanggotan, Bantul 10 Jembatan Ngoto

11 Jembatan Pacar Wonokromo

III.4. Iradiasi dan Pencacahan Cuplikan

Cuplikan diiradiasi dengan neutron cepat 14 MeV menggunakan generator neutron. Proses iradiasi dilakukan selama 30 menit dengan arus deuteron 800 µA, tegangan operasi generator neutron sebesar 110 kV. Setelah iradiasi selesai kemudian dilakukan pencacahan dengan alat spektrometer gamma (AccuSpec) menggunakan detektor HPGe.

III.5. Analisis spektrum

Cuplikan diaktivasi dengan neutron 14 MeV dari generator neutron selama 30 menit dan dilakukan pencacahan dengan alat spektroskopi gamma. Diperoleh beberapa puncak spektrum dengan energi yang dapat diketahui. Mengacu pada NAA (Neutron Activation Analysis) dan Neutron Activation Tables[4] dengan mempertimbangkan tampang lintang reaksi, waktu paro isotop, kelimpahan isotop, maka pada tiap-tiap puncak energi dapat ditentukan unsurnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk data awal pengambilan cuplikan, ditentukan 11 lokasi sepanjang sungai Code dan 9 lokasi sampling sungai Gajahwong. Tabel 2 dan 3 adalah hasil analisis kuantitatif dengan metode relatif terhadap cuplikan sedimen sungai Gajahwong dan Code, sedang Gambar 1, 2, 3 dan 4 memperlihatkan grafik sebaran kadar unsur sedimen terhadap lokasi pencuplikan baik sungai Gajahwong dan Code.

Untuk menentukan kadar unsur dalam cuplikan digunakan metode relatif dengan menggunakan persamaan (2). Hasil analisis kuantitatif dalam cuplikan, ditampilkan pada Tabel 2, sedang Gambar 1 dan 2 adalah grafik sebaran unsur Cu, dan Cr di sepanjang sungai Code dan Gajahwong.

(4)

ISSN 0853 - 0823 Tabel 2. Hasil analisis kuantitatif unsur Cr dan Cu cuplikan sedimen Gajahwong.

Lokasi Kadar unsur Cr (ppm) Kadar unsur Cu (ppm)

Tahab I Tahab II Tahab I Tahab II

1 32,75 ± 1,43 46,23 ± 2,56 32,18 ± 1,84 38,11 ± 1,57 2 29,78 ± 1,31 45,86 ± 2,47 33,77 ± 1,87 33,19 ± 1,88 3 34,49 ± 2,44 46,91 ± 2,39 35,06 ± 1,94 42,23 ± 1,87 4 43,60 ± 2,65 58,43 ± 2,67 37,26 ± 1,19 44,96 ± 1,98 5 58,22 ± 3,79 67,67 ± 3,77 38,17 ± 1,21 46,45 ± 2,33 6 56,37 ± 3,75 71,82 ± 3,81 43,38 ± 2,45 54,31 ± 2,36 7 63,42 ± 3,39 69,11 ± 3,89 42,10 ± 2,43 55,94 ± 2,19 8 63,18 ± 3,30 87,52 ± 3,93 41,64 ± 2,50 47,92 ± 2,28 9 69,66 ± 4,28 78,08 ± 3,82 44,17 ± 2,58 46,80 ± 2,20

Tabel 3. Hasil analisis kuantitatif unsur Cr dan Cu cuplikan sedimen sungai Code.

Lokasi Kadar unsur Cr (ppm) Kadar unsur Cu (ppm)

Tahap I Tahap II Tahap I Tahap II

1 45,61 ± 2,34 55,81 ± 3,22 25,08 ± 1,61 27,90 ± 1,76 2 43,73 ± 2,07 49,31 ± 2,06 42,61 ± 2,34 37,78 ± 1,05 3 44, 91± 2,63 56,36 ± 2,77 36,19 ± 1.78 53,59 ± 2,95 4 49,32 ± 2,76 53,26 ± 2,81 43,33 ± 2,07 50,54 ± 2,91 5 48,43 ± 2,83 59,04 ± 3,19 44, 11± 2,63 52,02 ± 2,94 6 49,67 ± 2,85 70,95 ± 3,34 49,32 ± 2,76 66,98 ± 2,19 7 51,23 ± 3,01 66,50 ± 3,62 48,43 ± 2,83 58,29 ±2,19 8 63,34 ± 3,87 76,28 ± 3,17 47,74 ± 2,87 53,92 ± 2,87 9 49,78 ± 3,87 65,71 ± 3,30 51,23 ± 3,51 60,59 ± 2,59 10 53,54 ± 3,29 69,43 ± 3,21 39,67 ± 2,85 32,89 ± 2,98 11 61,59 ± 3,43 72,90 ± 3,61 39,88 ± 2,17 46,75 ± 2,83 Keterangan: Tahap I, sampling Februari 08

Tahap II, sampling Agustus 08

(5)

Gambar 2. Grafik sebaran unsur Cr tahap I dan II sedimen Code.

Gambar 3. Grafik sebaran unsur Cu tahap I dan II sedimen Gajahwong.

(6)

ISSN 0853 - 0823

Salah satu kontributor dari tingginya pencemaran yang terjadi di Sungai Code dan Gajahwong adalah tingginya kegiatan industri yang terdapat di wilayah tersebut, dan tidak menutup kemungkinan industri tersebut membuang limbah ke badan sungai, baik secara langsung maupun tidak langsung. Diperoleh kadar unsur semakin ke hilir relatif semakin besar, dimungkinkan adanya akumulasi dari tempat lokasi sampling sebelumnya (ke arah hulu), tetapi kenaikan kadar unsur sangat bervariasi dan fluktuatif tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi sedimen di beberapa tempat, dipengaruhi juga oleh kecepatan pergerakan sedimen.

Dari Tabel 2 dan 3 dan Gambar 1, 2, 3 dan 4 terlihat hampir semua kadar unsur pada tahap II atau saat sampling pada musim kemarau terlihat kadarnya lebih besar jika dibanding saat sampling tahap I atau pada musim penghujan, karena hal ini disebabkan pada saat musim hujan arus sungai Code relatif lebih besar, sehingga sedimen tidak mengalami pengendapan dengan sempurna.

Kandungan unsur pada suatu perairan atau sungai Code dan Gajahwong dari waktu ke waktu selalu berubah-ubah seiring dengan meningkatnya limbah buangan dari sungai kecil yang mengalir ke sungai Code dan Gajahwong. Meningkat atau menurunnya kadar logam berat bisa disebabkan adanya pergerakan arus yang tidak stabil, curah hujan dan perubahan kondisi lingkungan yang terus-menerus hingga masuknya air limbah dari industri, rumah tangga, hotel dan lain-lain yang akan mempengaruhi kadar logam berat dalam air. Ini dapat berakibat makin tinggi kadar logam berat pada Sungai Code dan Gajahwong dan dapat berakibat terjadi pencemaran lingkungan dan merusak ekosistem di lingkungan sungai.

IV.1. Evaluasi unsur Cu

Dari Tabel 2 dan 3 serta Gambar 3 dan 4 terlihat kadar unsur Cu cenderung meningkat dari pencuplikan lokasi 1 sampai 9, pada sungai Gajahwong maupun pencuplikan laksi 1 sampai lokasi 11 pada sungai Code, hal ini mungkin ke arah hilir ada peningkatan polutan yang masuk ke sungai baik dari sektor industri, rumah sakit, pariwisata bahkan dimungkinkan dari limbah rumah tangga. Kadar unsur Cu pada tahap I baik di sungai Gajahwong maupun sungai terendah 32,18 ppm dan 25,08 ppm sedang kadar tertinggi 44,17 ppm dan 49,32 ppm hal ini akan mengalami kenaikan rata-rata 4,65 % dan 8,72 %, dengan kenaikan tertinggi masing-masing pada lokasi pencuplikan 6 atau daerah jembatan Rejowinagun untuk sungai Gajahwong dan lokasi 7 atau daerah jembatan Tungkak untuk sungai Code. Kadar unsur Cu pada tahap II baik di sungai Gajahwong maupun sungai terendah 33,19 ppm dan 27,90 ppm sedang kadar tertinggi 55,94 ppm dan 66,98 ppm hal ini akan mengalami kenaikan rata-rata 8,56 % dan 11,67 %, dengan kenaikan tertinggi masing-masing pada lokasi pencuplikan 7 atau daerah jembatan Winong untuk sungai Gajahwong dan lokasi 6 atau daerah jembatan Tukangan untuk sungai Code.

Keberadaan unsur Cu dapat masuk ke badan perairan melalui peristiwa pengikisan/erosi dari batuan mineral dan dari debu atau partikulat Cu yang ada dalam lapisan udara yang dibawa turun oleh air hujan. Secara alamiah unsur Cu masuk ke perairan sebagai akibat dari berbagai peristiwa alam yang unsur ini dapat bersumber dari peristiwa pengikisan dari batuan mineral. Secara non alamiah unsur Cu masuk ke dalam badan sungai akibat dari aktivitas manusia seperti buangan industri, pariwisata dan buangan rumah tangga, erosi batuan mineral dan pensenyawaan Cu di atmosfir yang dibawa turun oleh air hujan dan buangan rumah tangga[5].

IV.2. Evaluasi unsur Cr

Dari Tabel 2 dan 3 serta Gambar 1 dan 2 terlihat bahwa unsur Cr pada hampir semua cenderung mengalami kenaikan relatif terhadap pencuplikan 1 atau daerah Tanen, hargobinangun maupun Dusun Turgo baik pada sungai Gajahwong maupun Code. Kadar unsur Cr terendah maupun tertinggi pada sungai Gajahwong maupun Code masing-masing tahap I adalah 29,78 ppm dan 43,73 ppm serta 69,66 ppm dan 63,34 ppm, hal ini akan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 16,73 % dan 3,45 % dengan kenaikan tertinggi pada daerah pencuplikan 7 atau daerah Jembatan Winong untuk sungai Gajahwong serta daerah pencuplikan 8 atau daerah Karangkajen untuk sungai Code. Kadar unsur Cr pada sungai Gajahwong dan Code pada tahap II terrendah maupun tertinggi masing-masing 45,86 ppm dan 49,31 ppm serta 87,52 ppm dan 76,28, hal ini akan mengalami kenaikan rata-rata 11,35 % dan 4,97 % dengan kenaikan teringgi pada daerah pencuplikan 6 atau daerah Jembatan Rejowinagun pada sungai Gajahwong serta daerah pencuplikan 8 atau daerah Karangkajen untuk sungai Code.

Keberadaan unsur Cr dalam cuplikan sedimen di sepanjang sungai Code dan Gajahwong, hal ini dimungkinkan di daerah di sekitar aliran sungai Code dan Gajahwong ada pabrik penyamakan kulit dan memperbaharui velg sepeda yang keduanya banyak menggunakan unsur Cr sehingga dimungkinkan limbah Cr terbawa oleh air hujan mengalir ke bantaran sungai Code. Di samping itu sumber-sumber Cr berasal dari buangan industri-industri pelapisan Cr, pabrik tekstil, pabrik cat, pabrik tinta, penyamakan kulit, fotografi dan pembakaran minyak bumi [5].

(7)

Unsur Cr dapat masuk ke lingkungan dari berbagai sumber terutama dari kegiatan-kegiatan perindustrian, kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilisasi bahan-bahan bakar terutama minyak bumi dan dari pembakaran minyak bumi akan dilepaskan Cr ke udara 0,3 ppm. Sumber-sumber unsur Cr yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri dan buangan rumah tangga[5]. Dalam badan perairan, Cr dapat masuk dengan cara alamiah dan non-alamiah. Masuknya Cr secara alamiah disebabkan oleh berbagai faktor fisika, seperti pengikisan yang terjadi pada batuan mineral, disamping itu debu-debu dan partikel partikel Cr yang ada di udara akan turun oleh air hujan. Terjadinya pencemaran dikarenakan disekitar Sungai Code dan Gajahwong padat penduduk, rumah sakit serta sektor pariwisata yang terdapat di daerah tersebut hampir semua membuang limbah ke Sungai Code dan Gajahwong serta terdapat pula kiriman limbah yang mengalir dari hulu, tengah mengalir ke hilir. Juga terdapat industri pabrik kulit di mana Cr digunakan pada saat penyamakan kulit. Pada aliran dari bagian hulu, tengah maupun hilir juga terdapat perusahaan yang bergerak di bidang industri fotografi.

Untuk mengetahui hubungan kadar unsur antar lokasi sampling dilakukan uji statistik dengan menggunakan metoda ANOVA [6]. Hasil keluaran dari metode ANOVA ditampilkan pada Tabel 5, kaidah keputusan yang diambil dengan derajat kepercayaan (α) = 95 % atau tingkat signifikansi α = 0,05.

IV.3. Analisis terhadap tahap pencuplikan

Dalam analisis dengan metode ANOVA ini terhadap tahapan pencuplikan dengan hipotesis yang diajukan adalah:

Ho: tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kadar unsur untuk tahap 1 dan tahap 2 H1: ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kadar unsur untuk tahap 1 dan tahap 2

Tingkat kepercayaan 95 % atau tingkat signifikansi α = 0.05

Ho ditolak jika tingkat signifikansi < α = 0,05 dan sebaliknya Ho diterima jikasignifikansi > α = 0.05. Dengan data keluaran SPSS seperti pada lampiran I dapat diperoleh tingkat signifikansi unsur Cu masing-masing adalah 0,658, 0,687 dan 0,661, nilai ini di atas tingkat signifikansi 0,05 hal ini berarti Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan secara signifikan antara rata-rata kadar Cu untuk tahap 1 dan tahap 2, sedang unsur Cr diperoleh nilai signifikansi 0,000, hal ini berarti Ho ditolak karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, artinya ada perbedaan secara signifikan antara rata-rata kadar Cr untuk tahap 1 dan tahap 2.

IV.4. Analisis terhadap lokasi pencuplikan

Dalam analisis dengan metode ANOVA ini terhadap lokasi pencuplikan dengan hipotesa yang diajukan adalah:

Ho: tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kadar unsur untuk setiap lokasi sampling H1: ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kadar unsur untuk setiap lokasi sampling

Tingkat kepercayaan 95 % atau tingkat signifikansi α = 0,05

Ho ditolak jika tingkat signifikansi < α = 0,05 dan sebaliknya Ho diterima jikasignifikansi > α = 0,05 Dengan data keluaran SPSS dapat dikatakan bahwa tingkat signifikansi unsur Cu adalah 0,23 nilai ini di atas tingkat signifikansi 0,05 hal ini berarti Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan secara signifikan antara rata-rata kadar Cu untuk setiap lokasi sampling, sedang unsur Cr, diperoleh nilai signifikansi masing-masing 0,010, hal ini berarti Ho ditolak karena nilai signifikansi lebih kecil dar tingkat signifikansi 0,05, artinya ada perbedaan secara signifikan antara rata-rata kadar Cr untuk setiap lokasi sampling.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa kadar unsur Cu dan Cr terdistribusi merata pada setiap lokasi sampling baik pada sungai Code maupun Gajahwong. Kadar unsur Cu pada sungai Code tahap I masing-masing adalah (25,08 -51,23) ppm dan kadar Cu tahap II adalah (27,90- 66,98) ppm, sedang kadar Cu pada sungai Gajahwong masing-masing pada tahap I (32,18 – 44,17)ppm dan Tahap II (33,19 – 55,94)ppm. Kadar Unsur Cr pada sungai Code pada tahap I masing-masing (43,73 – 63,34)ppm sedang tahap II adalah (49,31 – 76,28)ppm dan Kadar unsur Cr sungai Gajahwong tahap I adalah (29,78 – 69,66) ppm dan kadar Cr tahap II (45,86-87,52) ppm. Dengan data ini menunjukkan bahwa sungai Code dan Gajahwong sudah tercemar oleh unsur Cu dan Cr, walaupun kadar masih relatif kecil. Jika dibanndingkan dengan data NOAA[7] kadar ini tidak melebihi batas yang ambang yaitu untuk unsur Cu adalah 86 ppm dan untuk unsur Cr adalah 95 ppm.

Diperoleh penomena bahwa kadar unsur makin ke hilir akan semakin besar, hal ini dimungkinkan karena adanya akumulasi kadar unsur dari lokasi sebelumnya.

(8)

ISSN 0853 - 0823 VI. UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Suraji dan saudara Agus Tri Purwanto yang telah membantu dalam aktivasi cuplikan dan proses pencacahan dengan spektroskopi gamma, semoga amal kebaikan Sdr. mendapat imbalan dari Allah SWT.

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.bapedal.go.id/pencemaran air

2. ANONIM, 2006. Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Sasaran Prokasih 2005, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah, DIY.

3. NARGOLWALLA, 1973. SAM..S. et. al., Activation Analysis with Neutron Generators, John Wiley and Sons, New York.

4. GERHARD ERDTMANN, 1976. Neutron Activation Tables, Kernchemie in Einzeldarstellungen Vol.6, Weinheim Verlag Chemie, New York.

5. HERYANDO PALAR, 2004, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, PT. Rineka Cipta, ISBN. 979-518-595-0, Jakarta.

6. SINGGIH ,S., 2003. Mengolah Data Statistik Secara Profesional SPSS Versi 10, Elex Media Komputindo,Kelompok Gramedia, Jakarta .

(9)

lampiran 1. Tahap a. Kadar Cu Descriptives KDR_CU 22 22 44 48.3295 50.1991 49.2643 14.60267 13.18421 13.78129 3.11330 2.81088 2.07761 41.8551 44.3535 45.0744 54.8040 56.0446 53.4542 26.75 29.55 26.75 80.54 73.26 80.54 N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence

Interval for Mean Minimum Maximum

tahap1 tahap2 Total

ANOVA KDR_CU 38.447 1 38.447 .199 .658 8128.288 42 193.531 8166.735 43 Between Groups Within Groups Total Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

- Sig = 0.658 > α = 0.05, Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan secara signifikan antara rata-rata

kadar Cu untuk tahap 1 dan tahap 2 b. Kadar Cr Descriptives KDR_CR 22 22 44 48.5655 65.8100 57.1877 8.30204 16.89764 15.78537 1.77000 3.60259 2.37973 44.8845 58.3180 52.3885 52.2464 73.3020 61.9869 25.08 28.29 25.08 63.34 90.95 90.95 N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence

Interval for Mean Minimum Maximum

tahap1 tahap2 Total

ANOVA KDR_CR 3271.118 1 3271.118 18.457 .000 7443.535 42 177.227 10714.653 43 Between Groups Within Groups Total Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

- Ho: tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kadar Cr untuk tahap 1 dan tahap 2 - H1: ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kadar Cr untuk tahap 1 dan tahap 2 - Tingkat signifikansi α = 0.05

- Ho ditolak jika sig < α = 0.05

- Sig = 0.000 < α = 0.05, Ho ditolak, artinya ada perbedaan secara signifikan antara rata-rata kadar

(10)

ISSN 0853 - 0823 Analisis lokasi 2. Lokasi a. Kadar Cu Descriptives KDR_CU 4 40.3875 10.96818 5.48409 22.9347 57.8403 27.90 52.84 4 46.1350 5.82377 2.91189 36.8681 55.4019 37.78 50.78 4 50.5675 5.22527 2.61264 42.2529 58.8821 45.73 56.36 4 56.6325 23.60294 11.80147 19.0750 94.1900 35.44 80.54 4 61.1925 10.87183 5.43592 43.8930 78.4920 51.02 72.02 4 55.8925 16.51340 8.25670 29.6160 82.1690 40.53 73.03 4 56.8125 13.84387 6.92194 34.7838 78.8412 43.45 69.22 4 48.3200 8.83605 4.41802 34.2599 62.3801 38.16 57.28 4 47.8050 17.42329 8.71164 20.0807 75.5293 30.23 64.81 4 39.5925 8.64331 4.32166 25.8391 53.3459 31.41 47.89 4 38.5700 12.10208 6.05104 19.3129 57.8271 26.75 49.75 44 49.2643 13.78129 2.07761 45.0744 53.4542 26.75 80.54 I II III IV V VI VII VIII IX X XI Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean Minimum Maximum ANOVA KDR_CU 2394.809 10 239.481 1.369 .237 5771.926 33 174.907 8166.735 43 Between Groups Within Groups Total Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

- Ho: tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kadar Cu untuk setiap lokasi - H1: ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kadar Cu untuk setiap lokasi - Tingkat signifikansi α = 0.05

- Ho ditolak jika sig < α = 0.05

- Sig = 0.237 > α = 0.05, Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan secara signifikan antara rata-rata

kadar Cu untuk setiap lokas b. Kadar Cr Descriptives KDR_CR 4 38.6975 14.54158 7.27079 15.5586 61.8364 25.08 55.81 4 48.6150 5.32742 2.66371 40.1379 57.0921 43.73 55.81 4 44.0550 8.98219 4.49110 29.7623 58.3477 36.19 56.36 4 48.9050 3.91931 1.95965 42.6685 55.1415 43.73 53.26 4 52.1850 6.61935 3.30967 41.6521 62.7179 44.91 59.04 4 60.8000 13.08869 6.54434 39.9730 81.6270 49.32 73.26 4 61.3000 13.63805 6.81903 39.5988 83.0012 48.43 76.50 4 72.8100 19.69417 9.84709 41.4722 104.1478 49.67 90.95 4 65.8050 18.07229 9.03615 37.0479 94.5621 49.78 85.71 4 68.3975 14.18848 7.09424 45.8205 90.9745 53.54 87.28 4 67.4950 15.38062 7.69031 43.0210 91.9690 49.78 85.71 44 57.1877 15.78537 2.37973 52.3885 61.9869 25.08 90.95 I II III IV V VI VII VIII IX X XI Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

(11)

ANOVA KDR_CR 5046.602 10 504.660 2.938 .010 5668.051 33 171.759 10714.653 43 Between Groups Within Groups Total Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

- Ho: tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kadar Cr untuk setiap lokasi - H1: ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kadar Cr untuk setiap lokasi - Tingkat signifikansi α = 0.05

- Ho ditolak jika sig < α = 0.05

- Sig = 0.010 < α = 0.05, Ho ditolak, artinya ada perbedaan secara signifikan antara rata-rata kadar

Gambar

Tabel 1.  Lokasi Pengambilan cuplikan sedimen sungai Code.
Tabel 2. Hasil analisis kuantitatif unsur Cr dan Cu cuplikan sedimen Gajahwong.
Gambar 2.  Grafik sebaran unsur Cr tahap I dan II sedimen Code.

Referensi

Dokumen terkait

disebut APBN dan APBD.Dalam pandangan Lewis (1994), rencana tahunan merupakan rencana pengontrol dengan pengertian bahwa ini adalah tahun dimana tahun demi tahun

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini ialah dengan melakukan pemantauan pada saat operasi, pemeriksaan peralatan listrik dan mekanik menggunakan thermography

Persentase jumlah penumpang yang membutuhkan transportasi umum yang menghubungkan daerah asal perjalanannya dengan Bandara Radin Inten II Lampung

Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima yang artinya penerapan kombinasi antar teknik relaksasi dan

Metode yang digunakan yaitu Regresi Linier dengan Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling.Hasil Penelitian Menunjukan

Karena metode dan strategi yang digunakan adalah metode diskusi dan tanya jawab dengan aneka strategi, maka mahasiswa diberi tugas yang bervariasi untuk membantu

Hasil analisis sidik ragam (Anova) menunjukkan variasi berat arang aktif kayu ulin memiliki pengaruh sangat nyata (p&lt;0,01) terhadap parameter Amoniak, sedangkan uji

Untuk mengetahui peringkat atau urutan faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap keterlambatan proyek konstruksi, berdasarkan relative importance index atau