Chapter: BAB 1 P ENDA H UL UA N 3
2010
PT.
CIGHISTARA
NUANGSA
[
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL
TATA RUANG (RDTR) KAWASAN
DENGAN PERATURAN ZONASI
CILEDUG (PR‐11)
]
Pekerjaan Penyusunan RDTR Kawasan Dengan Peraturan Zonasi, sesuai Surat Undangan Panitia No. 10/PAN‐PBJ/DTK/2010.Chapter: BAB 1 P ENDA H UL UA N 4
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 9 1.1 Latar Belakang ... 9 1.2 Maksud, Tujuan Sasaran dan Fungsi Penyusunan RDTR ... 9 1.2.1 Maksud Pekerjaan ... 9 1.2.2 Tujuan Pekerjaan ... 9 1.2.3 Sasaran Pekerjaan ... 10 1.2.4 Adapun fungsi perencanaan detail adalah; ... 10 1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan ... 10 1.4 Keluaran Pekerjaan ... 12 1.5 Metode ... 17 1.6 Pelaksanaan Pekerjaan ... 20 1.7 Kebutuhan Tenaga Ahli ... 21 1.8 Waktu Pelaksanaan... 22 1.9 Laporan Hasil Pekerjaan ... 22 BAB 2 PROFIL & PENGALAMAN PERUSAHAAN ... 23 2.1 Latar Belakang ... 23 2.2 Lingkup Jasa Konsultan ... 24 2.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 25 2.4 Pengalaman Perusahaan ... 26 2.5 Peralatan Perusahaan ... 28 BAB 3 PEMAHAMAN & TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) ... 30 3.1. Pemahaman Terhadap Latar Belakang ... 30 3.2. Pemahaman Maksud, Tujuan, Sasaran dan Fungsi Penyusunan RDTR ... 31 3.3. Pemahaman Terhadap Sasaran Pekerjaan ... 31 3.4. Pemahaman Terhadap Ruang Lingkup Pekerjaan ... 32 3.5. Pemahaman Terhadap Keluaran Pekerjaan ... 33 3.6. Pemahaman Terhadap Metode ... 33 3.7. Pemahaman Terhadap Pelaksanaan Pekerjaan ... 34Chapter: BAB 1 P ENDA H UL UA N 5 3.8. Pemahaman Terhadap Kebutuhan Tenaga Ahli ... 34 3.9. Pemahaman terhadap Waktu Pelaksanaan ... 35 3.10. Laporan Hasil Pekerjaan ... 35 3.11. Tanggapan Terhadap Latar Belakang ... 36 3.12. Tanggapan terhadap Tujuan dan Ruang Lingkup ... 36 3.13. Tanggapan terhadap Lingkup dan Keluaran Pekerjaan ... 37 3.14. Tanggapan terhadap Susunan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung ... 38 BAB 4 GAMBARAN UMUM/PROFIL WILAYAH PERENCANAAN ... 39 4.1. Wilayah Adinistrasi Kecamatan Ciledug ... 39 4.2. Kondisi Fisik dan Hidrologi ... 39 4.3. Demografi ... 45 4.4. Arahan Struktur Ruang ... 46 4.5. Rencana Penggunaan Lahan ... 49 4.6. Lokasi Kampung Kumuh ... 52 4.7. Data dan Rencana Jaringan Air Besih ... 53 4.8. Kedudukan Kecamatan Ciledug dalam RTRW Kota Tangerang ... 55 3.8.1 Kelengkapan Dokumen Rencana Tata Ruang ... 55 4.9. Strategi Pengembangan Tata Ruang ... 60 BAB 5 APRESIASI INOVASI ... 81 5.1. Muatan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) ... 81 5.2. Aturan Intensitas Pemanfaatan Ruang ... 88 5.3. Aturan Tata Massa Bangunan ... 91 5.4. Aturan Prasarana Minimum ... 92 5.5. Komponen – Komponen Analisis dalam Penyusunan RDTRK ... 93 5.6. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan RDTR ... 93 BAB 6 PENDEKATAN DAN METODOLOGI ... 95 6.1. Metodologi ... 95 6.2. Persiapan ... 99 6.2.1. Mobilisasi Peralatan dan Konsolidasi Tim Konsultan ... 99 6.2.2. Koordinasi dengan Pengguna Jasa ... 99 6.2.3. Inventarisasi RTRW dan RDTR di Wilayah Kota Tangerang yang Sudah Ada ... 99
Chapter: BAB 1 P ENDA H UL UA N 6 6.2.4. Pengumpulan Data dan Informasi yang Terkait dengan Kegiatan ... 99 6.2.5. Penyiapan Peta Dasar Skala 1: 5.000 ... 102 6.2.6. Perumusan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan ... 103 6.2.7. Penyusunan Rencana Kerja ... 103 6.2.8. Survei Lapangan, Pengumpulan Data dan Analisis ... 103 6.2.8.1. Inventarisasi/Pengumpulan Data‐data Kebijakan Pemerintah Kota Tangerang ... 103 6.2.8.2. Identifikasi Sistem, Prasarana dan Sarana Transportasi Kota ... 103 6.2.8.3. Identifikasi Ketersediaan dan Kualitas Prasarana dan Sarana Perkotaan ... 104 6.2.8.4. Identifikasi Kondisi dan Pola Tata Air ... 106 6.2.8.5. Identifikasi Kondisi Geologi dan Lingkungan Kota ... 106 6.2.8.6. Survei Peruntukan Lahan sampai Kedalaman Blok Peruntukan ... 106 6.2.8.7. Inventarisasi Warisan Budaya Kota: Gedung dan Kawasan Bersejarah ... 106 6.2.8.8. Pengumpulan Data Kependudukan dan Sosial Budaya ... 107 6.2.8.9. Survei dan Pengumpulan Data Ekonomi Kota ... 108 6.2.8.10. Review/Peninjauan Kembali terhadap RRTRW Kecamatan di Wilayah Kota Tangerang ... 110 7.2.2. Analisis Daya Dukung Prasarana, Sarana dan Utilitas ... 110 6.2.9. Analisis Daya Dukung Lingkungan ... 113 6.2.10. Analisis Potensi dan Permasalahan Fisik Kota ... 114 6.2.11. Analisis Kebutuhan Pelestarian Unsur‐Unsur Kota ... 115 6.2.12. Analisis Pemanfaatan Ruang ... 115 6.2.13. Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya ... 116 6.2.14. Analisis Pengembangan Ekonomi Kota ... 120 6.2.15. Analisis Potensi dan Permasalahan Sosial Ekonomi Kota ... 121 6.2.16. Analisis Kapasitas Pengembangan Kawasan ... 121 6.2.17. Analisis Kebutuhan Pengembangan Kawasan ... 121 6.3. Perumusan Rencana ... 127 6.3.1. Kriteria Rencana / Design ... 127 6.3.2. Perumusan Konsep Rencana Detail Tata Ruang Kota ... 128 6.3.3. Perumusan Tujuan Pengembangan Kota ... 129 6.3.4. Perumusan Rencana Struktur Dan Pola Ruang ... 129 6.3.5. Perumusan Rencana Blok Pemanfaatan Ruang ... 129
Chapter: BAB 1 P ENDA H UL UA N 7 6.3.6. Perumusan Peraturan Zonasi ... 131 6.3.7. Perumusan Arahan Pelaksanaan dan Pengendalian Pembangunan ... 132 BAB 7 ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN ... 141 7.1 Tahap Kegiatan ... 141 7.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ... 143 7.3 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ... 144 7.4 Tenaga Ahli Dan Tanggungjawabnya ... 145 7.5 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli ... 151 7.6 Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan ... 152 7.7 Laporan ... 153 7.1. Laporan Pendahuluan ... 153 7.2. Laporan Fakta dan Analisa ... 153 7.3. Laporan Draft Akhir ... 153 7.4. Laporan Akhir ... 153 7.5. Ringkasan Eksekutif ... 154 7.6. Album peta RDTR Kecamatan ... 154 7.7. CD Data dan Laporan ... 154 7.8 Staff Pendukung ... 155 7.8.1. Tenaga Ahli yang diperlukan ... 155 7.8.2. Tenaga Penunjang ... 155 7.9 Fasilitas Pendukung ... 157 BAB 15 PENUTUP ... 159
Daftar Tabel
Tabel 1 Daftar Peralatan PT. Cighistara ... 29 Tabel 2 Rencana Penggunaan Lahan Kecamatan Ciledug ... 52 Tabel 3 Inventarisasi Data Rencana Tata Ruang Kota Tangerang ... 57 Tabel 4 Luas Arahan Pemanfaatan Ruang Kota Tangerang 2006‐2016 (Ha) ... 76 Tabel 5 Muatan Rencana Detail Tata Ruang ... 82 Tabel 6 Kebutuhan Data Ekonomi Kota Sektor Formal Untuk Pemyusunan Rencana . ... 109Chapter: BAB 1 P ENDA H UL UA N 8 Tabel 7 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ... 144 Tabel 8 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Ahli ... 145 Tabel 9 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli ... 151 Tabel 10 Kualifikasi Personil yang diusulkan ... 156 Tabel 11 Daftar Peralatan ... 158
Daftar Gambar
Gambar 1 Struktur Organisasi ... 25 Gambar 2 Jumlah Bidang Tanah Terdaftar ... 78 Gambar 3 Luas Tanah yang dibebaskan oleh Pemkot ... 79 Gambar 4 BAGAN ALIR PENYUSUNAN RENCANA ... 98 Gambar 5 Kebutuhan Data Penduduk dan Sosial untuk Pemyusunan Rencana ... 107 Gambar 6 Metode Pendekatan Analisis Sistem Transportasi ... 111 Gambar 7 Metode Pendekatan Analisis Jumlah Penduduk ... 120 Gambar 8 Metode Pendekatan Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana ... 124 Gambar 9 Contoh : Rencana Blok Pemanfaatan Ruang ... 129 Gambar 10 Potongan dan Tampak Atas ... 135 Gambar 11 Contoh Pengaturan GSB dan KDB ... 135 Gambar 12 Contoh Pengaturan Ketinggian Bangunan ... 136 Gambar 13 Contoh Pengaturan Ketinggian Bangunan ... 137 Gambar 14 Contoh Peta Zonasi ... 138 Gambar 15 Contoh Legal Text Blok ... 139 Gambar 16 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan ... 140 Gambar 17 Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan ... 152Chapter: BAB 1 P ENDA H UL UA N 9
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPenyelenggaraan penataan ruang sebagaimana diatur dalam Undang‐undang No 26 Tahun 2007 (sebelum undang‐undang No. 24 Tahun 1992) terdiri dari kegiatan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencaaan tata ruang meliputi rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Kota Tangerang telah memiliki RTRW yang ditetapkan dengan Perda No. 23 Tahun 2000 dan 8 dari 13 RDTR kecamatan sudah di Perda kan.
Seiring dengan disusun kembali RTRW Kota Tangerang (saat ini sedang dalam proses legislasi), dan berlakunya Undang‐undang No. 26 Tahun 2007 yang mengamanatkan Peraturan Zonasi (Zoning Regulation) sebagai perangkat pengendalian pemanfaatan ruang, perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap RDTR Kecamatan yang sudah ada dengan ditambahkan substansi mengenai peraturan zonasi. Pada tahun 2010 ini dialokasikan dana untuk penyusunan RDTR Kecamatan dengan Zoning Regulation untuk 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Benda, Kecamatan Ciledug, Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Jatiuwung, dan Kecamatan Cibodas. 1.2 Maksud, Tujuan Sasaran dan Fungsi Penyusunan RDTR 1.2.1 Maksud Pekerjaan Maksud dari penyusunan RDTR adalah mewujudkan rencana detail tata ruang yang mendukung terciptanya kawasan strategis maupun kawasan fungsional secara aman, produktif dan berkelanjutan.
1.2.2 Tujuan Pekerjaan
Chapter: Sasa ra n Pek erjaan 10 Sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik kawasan,
Sebagai pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan pemberian perijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan.
1.2.3 Sasaran Pekerjaan
Sasaran dari perencanaan ini adalah untuk :
Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan permukiman dalam kawasan.
Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun dalam kawasan.
Terkendalinya pebangunan kawasan strategis dan fungsi kota, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat/swasta
Mendorong investasi masyarakat di dalam kawasan.
Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan masyarakat/swasta.
1.2.4 Adapun fungsi perencanaan detail adalah;
Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembangunan daerah.
Menajga konsstensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan fungsional dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien dalam perencanaan kawasan,
Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan melalui pengendalian program‐program pembangunan daerah.
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan penyusunan dokumen akademik Rencana Detail Tata Ruang merupakan penajabran dari RTRW Kota Tangerang.
Chapter: Ruang Lingkup Pekerjaa n 11 Lingkup wilayah penyusunan RDTR dengan peraturan zonasi adalah wilayah Kecamatan Ciledug (PR‐11). 2. Lingkup Substansi
Adapun muatan RDTR kawasan meliputi struktur dan sistematika tujuan dan sasaran pembangunan kawasan perencanaan, perumusan kebijakan dan strategi pengembagnan kawasan, identifikasi potensi dan masalah kawasan, analisis ruang makro dan mikro kawasan perumusan kebutuhan pengembangan dan penataan ruang kawasan, perumusan rencana detail tata ruang kawasan, perumusan dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang, sebagai mana digambarkan dalam uraian berikut; 1) Persiapan penyusunan RDTR 2) Pengumpulan dan pengolahan data; i. Inventarisasi ii. Elaborasi 3) Analisa kawasan perencanaan i. Analisa struktur kawasan perencanaan ii. Analisa peruntukan blok rencana iii. Analisa prasarana transportasi iv. Analisa fasilitas umum v. Analisa Utilitas umum vi. Analisa amplop ruang vii. Analisa kelembagaan dan peran serta masyarakat 4) Perumusan dan ketentuan teknis rencana detail i. Konsep rencana ii. Produk rencana detail tata ruang; 1. Rencana struktur ruang kawasan 2. Rencana peruntukan blok 3. Rencanan penataan bangunan dan lingkungan (amplop ruang) 4. Indikasi program pembangunan 5) Pengendalian rencana detail i. Tujuan
Chapter: Keluara n Pekerja an 12 ii. Komponen pengendalian 1. Zonasi 2. Aturan insentif dan dis insentif 3. Perijinan dalam pemanfaatan ruang 6) Kelembagaan dan peran serta aktif masyarakat i. Peran kelembagaan ii. Peran serta masyarakat 1.4 Keluaran Pekerjaan Keluaran dari kegiatan ini adalah Dokumen (Naskah) Akademik RDTR Kawasan yang dilengkapi dengan peraturan zonasi, terdiri dari : 1. Tujuan pengembangan kawasan 2. Rencana struktur ruang; a. Rencana persebaran penduduk b. Struktur Ruang c. Rencana Blok d. Rencana Skala Pelayanan Kegiatan e. Rencana Sistem Jaringan; i. Rencana system Jaringan pergerakan ii. Rencanan system jaringan utilitas 3. Rencana fasilitas umum 4. Rencana peruntukan blok 5. Rencana penataan bangunan dan lingkungan (Amplop Ruang) a. Tata Kualitas Lingkungan i. Keseimbangan kawasan dengan lingkungan sekitar ii. Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan iii. Pelestarian ekologis b. Tata Bangunan ; i. Pengauran kavling dalam blok peruntukan
ii. Pengaturan bangunan, yaitu perencanaan pengaturan massa bangunan dalam blok. Pengaturan ini terdiri atas:
1. Pengelompokan bangunan 2. Ekspresi arsitektur bangunan
iii. Penentapan kepadatan kelompok bangunan dalam kawasan perencanaan melalui pengaturan besaran berbagai elemen intensitas pemanfaatan lahan yang ada (seperti KDB, KLB dan KDH) yang mendukung terciptanya berbagai karakater khas dari berbagai blok atau sub blok;
Chapter: Keluara n Pekerja an 13 iv. Pengaturan ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yaitu
perencanaan pengaturan ketinggian dan elevasi bangunan, baik pada skala bangunan tunggal maupun kelompok bangunan pada lingkungan yang lebih makro (blok/kawasan). Pengaturan ini terdiri atas: 1. Ketinggian bangunan 2. Komposisi gars langit bangunan 3. Ketinggian lantai bangunan c. Arahan garis sempadan i. Sempadan bangunan ii. Sempadan sungai 6. Indikasi Program pembangunan a. Program yang dikelola pemerintah b. Program yang dikerjasamakan c. Program yang dipihak ketigakan/swasta d. System pembiayaan 7. Pengendalian Rencana Detail Tata Ruang a. Aturan zonasi Aturan zonasi merupakan ketentuan peruntukan ruang di setiap blok dan sub blok kawasan. Rencana pengembangan blok dan sub blok kawasan perencanaan akan ditentukan oleh klasifikasi kegiatannya, yang dapat dipisahkan dalam 3 (tiga) kawasan yaitu :
1) Peruntukan lahan dasar 2) Peruntukan lahan spesifik 3) Peruntukan lahan teknis
Peruntukan lahan dasar merupakan pokok kegiatan permukiman yang melandasi atura pemanfaatan lahan. Sedangkan peruntuk lahan spesifik adalah kegiatan yang menunjukkan penggunaan ruang yang diperbolehkan dalam pemanfaatan lahanya. Aturan teknis yang menunjukkan dimensi serta pola dari kegiatan spesifik diatur dalam pedoman teknis pemanfaatan antar ruang,
Selanjutnya pengaturan blok dan sub blok perencanaan dengan memberlakukan aturan dasar yang meliputi aturan wajib, atura anjuran utama dan aturan anjura, dalam konsep penataan kawasan serta mempermudah dalam pengontrolan implementasi atas aturan dasar tersebut.
A. Aturan Wajib.
Merupakan aturan yang disusun atas peraturan peruntukan ruang, penataan bangunan serta lingkungan dalam blok perencanaan secara
Chapter: Keluara n Pekerja an 14 mengikat sesuai dengan fungsi dan peran ruang yang ditaati/diikuti. Aturan wajib meliputi : i. Peruntukan ruang ii. Intensitas ruang iii. Kepadatan penduduk iv. Pemecahan blok dan sub blok v. Kebutuhan saranan daprasraana kawasan vi. Kualitas lingkungan B. Aturan Anjuran
Merupakan aturan yang disusun untuk melengkapi aturan wajib yang telah disepakati bersama pemegang hak atas tanah, dan pihak regulasi sehingga dapat ditaatin atau diikuti. Aturan ini meliputi:
i. Kualitas lingkungan
ii. Arahan bentuk, dimensi, gubahan dan perletakan dari suatu bangunan atau komposisi bangunan iii. Sirkulasi kendaraan iv. Sirkulasi pejalan kaki v. Pedestrian dan pedagang kaki lima vi. Ruang terbuka hijau dengna fasilitas dan tidak berfasilitas vii. Ulitilas bangunan dan lingkungan viii. Wajah arsitektur C. Aturan Khusus
Aturan khusus diberlakukan sebagai aturan tambahan pada kawasan yang memerlukan penanganan khusus. Contoh aturan kawasan khusus meliputi :
i. Aturan untuk kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) ii. Aturan untuk kawasan cagar budaya iii. Aturan untuk akwasan rawan bencana D. Kode Zonasi Ketentuan penamaan kode zonasi adalah sebagai berikut: setiap zonasi diberi kode yang mencerminkan fungsi zonasi yang dimaksud i. R (perumahan)
Zpna perumahan adalah peruntukan tanah yang terdiri dari kelompok rumah tinggal yang mewadahi perikehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya ii. K perdagangan dan Jasa
Zona perdagangan dan jasa adalah peruntuka tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan peerintahan, sarana umum
Chapter: Keluara n Pekerja an 15 produksi dan distribusi, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi.
iii. SU Sarana Umum
Zona sarana umum adalah kelopok kegiatan yang berupa sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana social, sarana olah raga dan rekreasi, srana pelayanan umum, sarana perbelanjaan/niaga, dan sarana transportasi dengan skala palayanan yang ditetapkan dalan rencana kota. iv. IG Industri dan PErgudangan
Zona industry dan pergudangan adalah peruntukan tanah yang difungsikan untuk pengembagnan kegiatan yang berhubungan dengna proses produksi dan tempat penyimpanan bahan mentah dan barang hasil produksi.
v. RT Ruang Terbuka Hajau
Zona ruang terbuka hijau adalah pengembangan ruang terbuka yang mempunyai makna historis, estetika, median ruang, kesimbangan ekologis, sebagai fungsi penghubung aktivitas‐ aktivitas kota yang berbeda dan tempat bersosialisasi yang potensial dikembangkan. Salah satu pengembangan ruang terbuka yang sangat penting di daerah perkotaan adalah pengembangan ruang terbuka hijau untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup, sarana pengaman lingkungan perkotaan, menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan. Keberadaan ruang terbuka hijau di perkotaan ini difungsikan sebagai perlindungan ekosistem, menciptakan K3, rekreasi, pengaman lingkungan hidup, penelitian dan pendidikan, perlindungan plasma nutfah, memperbaiki iklim mikro dna pengatur tata air.
vi. KS Khusus
Zona fungsi khusus adalah peruntukan tanah yang difungsikan untuk menampung kegiatan yang sifatnya khusus.
E. Nomor Blok
Untuk memberikan kemudahan referensi (georeferensi), maka blok peruntukan perlu diberi nomor blok. Untuk memudahkan penomoran dan mengintegrasikannya dengan daerah administrasi, maka nomor blok peruntukan dapat didasarkan pada kode pos (berdasarkan kelurahan) atau kode batas wilayah administrasi yang telah ada diikuti dengan 2 atau 3 digit nomor blok. Nomor blok dapat ditambahkan huruf bila blok tersebut dipecah menjadi beberapa sub blok.
Nomor blok = [kode pos/batas wilayah administrasi] – [2 atau 3 digit angka]. [huruf]
Chapter: Keluara n Pekerja an 16 Contoh nomor blok berdasarkan wilayah administrasi: Blok 07.01.001, …Blok 07.01.001a…., dst F. Aturan Kegiatan dan Penggunaan Lahan Aturan kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu zonasi penggunaan lahan dinyatakan dengna klasifikasi sebagai berikut: ‐ “I” = pemanfaatan diijikan (P, Permitted) Karena sifatnya sesuai dengan peruntuk tanah yang direncanakan. Hal ini berarti tidak aka nada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah terhadap pemanfaatan tersebut. ‐ “T” = pemanfaatan diijikan secara terbatas (R, restricted)
Pembatasan dilakukan melalui penentuan standar pembangunan mnimum, pemabtasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya yang berlaku di wilayah kabupaten/yang bersangkutan. ‐ “B” = Pemanfaatan memerlukan ijin penggunaan bersyarat (C,
Conditional)
Ijin ini sehubungan dengna usaha menanggulangi dampak pembangunan di sekitarnya (menginternalisasi dampak); dapat berupa AMDAL, RKL, RPL
‐ “‐“ = Pemanfaatan yang tidak diijinkan (Not permitted)
Karena sifatnya tidak sesuai dengna peruntukan lahan yang direncakan dan dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan disekitarnya.
G. Penyusunan Peta Zonasi
Peta zonasi adala peta yang berisi kode zonasi diatas blok dan sub blok yang telah dideliniasikan sebelumnya dengan skala 1:5000 dan atau yang setara dengan RDTRK. Pertimbangan penetapan kode zonasi diatas peta batas blok/sub blok yang dibuat berdasarkan ketentuan dapat didasarkan pada:
Kesamaan karakter blok peruntukan, berdasarkan pilihan: mempertahankan dominasi penggunaan lahan yang ada (eksisting)
Menetapkan fungsi baru sesuai dengan arahan fungsi pada RTRW
Menetapkan karakter khusus kawasan yang diinginakn Menetapkan tipologi lingkungan/kawasan yang diinginkan; Menetapkan jenis pemanfaatan ruang/lahan tertentu; Menetapkan batas ukuran tapak/persil maksimum/minimum; Menetapkan batas intensitas bangunan/bangun bangunan
masimum/minimum
Chapter: Met o de 17 Menetapkan batas kepadatan penduduk/bangunan yang
diinginkan
Menetapkan penggunaan dan batas intensitas sesuai dengan daya dukung prasarana (misalnya jalan) yang tersedia;
Kesesuaian dengan ketentuan khusus yang sudah ada (KKOP, pelabuhan, terminal, dll)
Karakteristik lingkungan (batasan fisik) dan administrasi Bila suatu blok perntukan akan ditetapkan menjadi beberapa kode zonasi, maka blok peruntukan tersebut dapat menjadi beberapa sub blok peruntukan. Pembagian sub blok peruntukan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan:
Kesamaan (homogenitas) karakteristik pemanfaatan ruang/lahan Batasan fisik seperti jalan, gang, sungai, brandgang atau batas persil Orientasi persil Orientasi bangunan Lapis bangunan
Sub blok peruntuk diberi nomor blok dengan memberikan tambahan huruf (a, b dan seterusnya) pada kode blok. Contoh : Blok 40132‐023 dipecah menjadi subblok 40132‐023.a dan 40132‐ 023.b b. Aturan Insentif dan dis insentif c. Perijinan 8. Kelembagaan dan Peran Masyarakat a. Kelembagaan b. Peran serta masyaraat
i. Bentuk dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan penataan ruang
ii. Bentuk dan peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang
iii. Tata cara peran serta masyarakat dalam pelaksanaan peraturan zonasi 1.5 Metode
Penyusunan naskah akademis peraturan zonasi, kawasan menggunakan metode pendekatan antara lain:
Chapter: Met o de 18 A. Identifikasi isu permasalahan dan potensi pengembagnan wilayah
perencanaan.
B. Kajian terhadap rencana dan program pemda kota tangeerang yang sedangn dan akan dilakukan pada wilayah perencaaan
C. Pengumpulan dan pengolahan data
Dan dan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan rencana detail haruslah terukur baik kualitas, kuantitas ataupun dimensi masing‐ masing obejk/komponen pembentuk ruang, diantaranya sebagai berikut: 1. Fisik dasar kawasan, meliputi informasi dan data : topografi, hidrologi,
geologi, klimatologi, oceanografi dan tata guna lahan
2. Kependudukan, meliputi jumlah dan persebaran penduduk menurut ukuran keluarga, uum, agama, pendidikan, dan mata pencaharian
3. Perekonomian ; meliputi data investasi, perdagangan, jasa, industry, pertanian, pariwisata, pendapatan daerah dan lain‐lain;
4. Penggunaan lahan, menurut luas dan persebaran kegiatan yang diantaranya meliputi: permukiman, perdagangan dan jasa, industry, pariwisata, pertanian dan lain‐lain
5. Tata bangunan dan lingkungan;
Tata bangunan meliputi: intensitas bangunan (KDB, KLB, KDH), bentuk bangunan, arsitektur bangunan, pemanfaatan bangunan, banguan khusus, wajah lingkungan, daya tarik lingkungan (node, landmark, dll), garis sempadan (bangunan, sungai danau/situ, SUTT) 6. Prasaranan dan utilitas umum a. Jaringan transportasi ‐ Jaringan ; jalan raya, rel kereta api dan jalur penerbangan (KKOP) ‐ Fasilitas (terminal, kargo, stasiun dan bandara) ‐ Kelengkapan jalan; halte, parker, dan jemnatan penyeberangan; ‐ Pola pergerakan (angkuran penumpang dan barang)
b. Air minum (system jaringan, bangunan pengolah, hidran); mencakup kondisi jairngan terpasang menurut pengguna, lokasi bangunan dan hidran, kondisi air tanah dan sungai, debit terpasang, dll;
c. Sewerage;air limbah rumah tangga
d. Sanitasi (system jaringan, bak control, bangunan pengolah); jaringan terpasang, prasarana penunjang dan kapasitas;
e. Drainase; system jaringan makro dna mikro dan kolam penampung f. Jaringan listrik; system jaringan (SUTT, SUTM, SUTR), gardu (induk,
distribusi, tiang/beton), sambungan rumah (domestic, non domestic) g. Jaringan komunikasi; jaringan, rumah telepon, stasiun stomat,
jaringan terpasang (rumah tangga, non rumah tangga, umum)
h. Gas;system jaringan, pabrik, jaringan terpasang, (rumah tangga, non rumah tangga)
Chapter: Met o de 19 i. Pengolahan sampah; system penanganan (skala individual, skala
lingkungan, skala daerah), sitem pengadaan (masyarakat, pemerintah daerah, swasta).
7. Identifikasi daerah rawan bencana, meliputi lokasi, sumber bencana, besaran dampak, kondisi lingkungan disik, kegiatan bangunan yang ada, fasilitas dan jalur kendali yang telah ada.
Data dan informasi diisusun dan disajikan dalam bentuk peta, diagram, table statistic, termasuk gambar visual kondisi lingkungan kwasan yang menunjang perecanaan detail tata ruang. Identifikasi tersebut harus pula tampak secara jelas dalam peta dilengkapi dengan wilayah administrasi hingga ke batas wilayah kelurahan, baik diterapkan dalam peta dengan skala 1:5000 maupun visualisasi digital (kamera, handicam). A. Elaborasi Data Lingkup pekerjaan elaborasi meliputi: 1. Elaborasi penduduk 2. Elaborasi kebutuhan sektoral Elaborasi penduduk harus memperhitungkan kemampuan kemampuan lokasi perencanaan menampung penduduk dalam kawasan perencanaan yang bersangkutan, dan terdistribusi menurut blok‐blok perencanaan. Berdasarkan alokasi penduduk tersebut dapat dielaborasi kebutuhan kebutuhan sektoral dengan menggunakan standard yang berlaku. Selanjutkan dari hasil elaborasi penduduk dan kebutuhan sketorak maka secara hipotesis sudah dapat dirumuskan serangkaian permasalahan dan friksi yang akan terjadi dalam lokasi perencanaan sehubungan dengan penerapan konsep Rencana Detail Tata Ruang. E. Analisa kawasan perencanaan 1. Analisa struktur ruang a. Analisa penduduk b. Analisa fungsi ruang c. Analisa system jaringan pergerakan 2. Analisa peruntukan blok a. Pembagian blok b. Peruntukan lahan c. Kawasan mitigasi bencana 3. Analisa fasilitas umum 4. Analisa prasarana transportasi 5. Analsa utilitas umum terdiri dari air minum, drainase, air limbah, persampahan, kelistrikan, telekomunikasi dan gas, 6. Analisa Amplop ruang
Chapter: Pelak sanaan Pek er jaa n 20 a. Intensitas pemanfaatan ruang
Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran pembangunan yang diperbolehkan berdasarkan batasan Koefisien Lantai Bangunan (KDB), koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), Koefisien Tapak Basement (KTB), koefisien Wilayah Terbangun (KWT) atau kepada bangunan dan penduduk.
b. Tata massa bangunan
Tata masa bangunan adalah bentuk, besaran, peletakan dan tampilan bangunan pada suatu persil/tapak yang dikuasai. Pengaturan tata massa bangunan mencakup antara lain:
1. Pertimbangan garis semapdan bangunan (GSB) dan jarak bebas bangunan
2. Pertimbangan garis sempadan sungai (GSS) dan jarak bebas bangunan 3. Pertimbangan garis sempadan danau/situ 4. Pertimabgan tinggi bangunan 5. Pertimbangan selubung bangunan 6. Pertimbangan tampilan bangunan 7. Analisa kelembagaan dan Peran Serta Masyarakat
Analisis kelembagaan dan peran serta masyarakat, dengan menkaji struktur kelembangaaan yang ada, fungsi dan peran lemabaga, mekanisme peran serta masyarakat, termasuk media serta jaringan untuk keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendaliaan serta pengawasan.
F. Perumusan konsep rencana
G. Perumusan konsep pengaturan zonasi
1.6 Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan penyusunan RDTR Kecamatan dengna peraturan zonasi dikerjasamakan dengna pihak kedua (penyedia jasa konsultansi). Tahapan pelaksanaan pekerjaan yang harus dilakukan oleh konsultan adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan dan pembahasan Laporan pendahuluan (1 bulan) yang lebih menekankan pada pembahasan review terhdap RDTR kecamatan yang sudah ada serta konsep Zoning Regulation secara umum dan penentuan kawasan strategis yang akan dibuatkan Zoning Regulationnya secara detail.
Chapter: Kebutuhan Tenag a Ah li 21 c. Penyusunan dan pembahasan draft laporan fakta dan analisa (3bulan) yang
berisikan ringkasan kondisi obyektif dan isu strategis (potensi dan permasalahan)
d. Penyusunan dan pembahasan draft laporan akhir (2 bulan) yang memuat konsepsi rencana dengan peraturan zonasi sebagaimana diatur dalam butir keluaran (4) diatas.
e. Diskusi terbuka dengna semua pemangku kepentingan melalui kegiatan FGD di kecamatan untuk menyampaikan scenario, strategi, konsep pengembangan ruang dan rencana sekaligus mendapatkan masukan.
f. Penyusunan dan ekspose laporan akhir (1 bulan) dengan peraturan zonasi g. Format rencana detail tata ruang mempertimbangkan factor ekonomis dan
kebutuhan pembangunan daerah, untuk itu pengaturan skala perencanaan adalah :
1. Produk RDTR mempunyai skala perencanaan 1:5000
2. Sedangkan kegiatan yang memerlukan pendetailan yang lebih rinci, kegiatan analisis dibuat dalam peta kerja 1 : 5000
3. Format peta analisis sekurang‐kurangnya skala 1:5000, untuk lingkungan yang lebih detail dibuat dalam skala 1:5000.
1.7 Kebutuhan Tenaga Ahli
Pekerjaan penyusunan dokumen akademik RDTR Kecamatan dilakukan oleh tim konsultan yang terdiri dari seorang tim leader dan tenaga ahli sebagai berikut ; 1. Ahli Perencana Kota/Planologi, Pendidikan S2 Perencana Kota, Pengalaman
minimal 5‐8 tahun, dengan tugas bertanggungjawab atas pelaksanaan pekerjaan mulai dari awal pekerjaan sampai dengan selesai. Mengkoordinasikan hasil pekerjaan setiap tenaga ahli dan menuangkannya dalam setiap buku laporan (Laporan Pendahuluan, Laporan Fakta Analisa, Draft Laporan Akhir dan Laporan Akhir). 2. Ahli arsitektur, S1 Teknik Arsitektur Perkotaan, pengalaman minimal 5 tahun. 3. Ahli Transportasi, S1 Teknik Sipil Transportasi, pengalaman minimal 5 tahun. 4. Ahli geodesi, S1 teknik Geodesi, pengalaman minimal 5 tahun. 5. Ahli Lingkungan, S1 teknik Lingkungan, pengalaman 5 tahun 6. Ahli Ekonomi Perkotaan, S1 Ekonomi Studi Pembangunan, pengalaman minimal 5 tahun 7. Ahli Sosial Budaya, S1 Sosial, pengalaman minimal 5 tahun. 8. Ahli Geologi Lingkungan, S1 Geologi, pengalaman minimal 5 tahun. Selain itu tim konsultan dibantu oleh asisten tenaga ahli dan tenaga pendukung sebagai berikut: 1. Asisten planologi (Perencanaan Wilayah dan Kota) 1 Orang
Chapter: Wak tu Pelak sanaa n 22 2. Juru gambar (Autocad) sebanyak 1 orang 3. Operator computer sebanyak 1 orang 4. Supir sebanyak 1 orang 5. Pramubakti sebanyak 1 orang 1.8 Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan pekerjaan penyusunan dokumen akademik RDTR dengan peraturan zonasi adalah 7 bulan sesuai pelaksanaan pekerjaan dalam butir 6 terhitung sejak ditandatanganinya kontrak.
1.9 Laporan Hasil Pekerjaan
Laporan hasil pekerjaan yang harus diserahkan oleh konsultan kepada PPTK yang ditunjuk oleh kepala dinas tata kota tangerang terdiri dari : a. Laproan Pendahuluan Sebanyak 10 eksemplar berwarna ukuran A4 dengan ukuran A3. Sebagai bahan pembahsasn harus disediakan 15 eksemplar copy laporan pendahuluan. b. Laporan Fakta dan Analisa, sebanyak 10 Eksemplar berwarna A3 sebagai bahan pembahasan harus disediakan 15 eksemplar copy laporan fakta dan analisa c. Draft Laporan Akhir, sebanyak 10 eksemplar berwarna A3. Sebagai bahan
pemabahasan harus disediakan 15 eksemplar copy draft laporan akhir d. Laporan Akhir, sebanyak 20 eksemplar berwarna ukuran A3
e. Ringkasan Eksekutif, sebanyak 20 eksemplar berwarna ukuran A4 dengan peta ukuran A3 f. Album Peta RDTR Kecamatan dengan zoning regulation sebanyak 5 eksemplar berwarna dengna skala 1:5000 g. CD Data Laporan dan peta sebanyak 5 buah
Chapter: BAB 2 PR OFIL & P ENGAL AM AN PER U SAHA AN 23
BAB 2 PROFIL & PENGALAMAN
PERUSAHAAN
2.1 Latar Belakang PT. CIGHISTARA NUANGSA adalah perusahaan nasional yang bergerak dibidangjasa konsultasi engineering dan manajemen. Berperan serta mendukung program pembangunan ditingkat pusat maupun daerah. Perusahanaan ini didirikan pada tahun 1983, dengan dilandasi oleh idealisme para profesional muda yang menyadari bahwa tantangan pembangunan nasional yang memang berat dan kompleks hanya bisa dihadapi dengan sikap profesional pula, dengan memadukan secara optimal unsur‐unsur waktu, dana dan sumber daya lainnya.
PT. CIGHISTARA NUANGSA memberikan jasa konsultasi di bidang engineering
dan manajemen, didukung tenaga ahli yang berpengalaman pada bidangnya. Komitmen kami dalam memberikan jasa adalah hasil yang efektif dari aspek teknis, biaya dan lingkungan.
Dalam rangka ini, penggalangan kerjasama baik dengan Instansi Pemerintah maupun swasta atau bahkan dengan pihak asing perlu dilakukan dengan semangat saling menguntungkan.
Kami menyadari akan keterbatasan‐keterbatasan yang ada, namun hal tersebut bukan merupakan hambatan untuk terus berkembang. Kami yakin, dengan pengalaman dan profesionalisme perusahaan yang didukung oleh tenaga ahli yang berkualitas akan memberikan hasil akhir optimal bagi pekerjaan yang dipercayakan kepada kami.
Chapter: Lingkup J asa Konsultan 24 2.2 Lingkup Jasa Konsultan
PT. CIGHISTARA NUANGSA memberikan layanan dengan jangkauan yang luas
antara lain: Bidang Pekerjaan Arsitektural Arsitektur Bangunan Telekomunikasi, Gedung, dan lain‐lain Arsitektur Interior Arsitektur Lansekap Bidang Pekerjaan Sipil Prasarana Transportasi: - Jalan, Jembatan, Simpang Susun dan Terowongan - Pelabuhan dan Prasarana Angkutan SDP Bidang Pekerjaan Tata Lingkungan Teknik Lingkungan ‐ Air Minum ‐ Penyehatan Lingkungan Permukiman ‐ Persampahan Pengembangan Kota dan Wilayah ‐ Penataan Perkotaan ‐ Pengembangan Wilayah
Chapter: Struktu r Organ isa si Perusahaan 25 2.3 Struktur Organisasi Perusahaan Gambar 1 Struktur Organisasi DIREKTUR
KEPALA DIVISI KEPALA BAGIAN
SEKRETARIS PERENCANA SIPIL/ ARSITEK PERENCANA LINGKUNGAN/ PLANOLOG EKONOMI & MANAJEMEN
ADMINISTRASI KEUANGAN PERSONALIA & MARKETING
TENAGA AHLI
TENAGA PENDUKUNG
Chapter: P en ga lam an Perusahaan 26 2.4 Pengalaman Perusahaan
PT. CIGHISTARA NUANGSA di dalam bidang Perencanaan, khususnya Bidang Tata
Lingkungan, telah memiliki pengalaman yang banyak. Namun demikian berikut ini disampaikan pengalaman perusahaan tujuh (7) tahun terakhir yang terkait langsung dengan pekerjaan di bidang Penataan Ruang.
1. Pekerjaan Rencana Pengelolaan KESR IMT‐GT Utara dan Selatan, dengan wilayah perencanaan mencakup Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu dan Jambi. Pemberi Pekerjaan dari Departemen Pekerjaan Umum, Kawasan tertinggal dan Perbatasan, Tahun 2003.
2. Pekerjaan Penyusunan Data Base dan Penyediaan Peta Rona Lingkungan Kawasan Pertambangan, dengan wilayah perencanaan mencakup Kalimantan Timur. Pemberi Pekerjaan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Timur, tahun 2004.
3. Pekerjaan Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang di DAS Bahorok, wilayah perencanaan mencakup wilayah DAS Bahorok, provinsi sumatera utara. Adapun pemberi pekerjaan dari Proyek Pembinaan Penataan Ruang Daerah, Dirjen Penataan Ruang Departem Kimpraswil, pada tahun 2004.
4. Pekerjaan Penyusunan Review Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Riau 2003‐2013, dengan wilayah cakupan Provinsi Riau. Adapun pemberi kerja dari Bapeda Provinsi Riau pada tahun 2004.
5. Pekerjaan Penyusunan RTRW Kabupaten Aceh Besar Provinsi NAD, dengan cakupan wilayah perencanaan yaitu provinsi NAD. Adapun pemberi kerja dari Bangpro Pembinaan Prasarana dan Sarana Permukiman Departemen Kimpraswil, pada tahun 2004.
6. Pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Koridor Jalan Lintas Tengah Sumatera, dengan cakupan wilayah perencaan adalah Lintas Tengah Sumatera. Adapun pemberi pekerjaan adalah Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang Kawasan Telah Berkembang, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum, padat tahun 2006.
Chapter: P en ga lam an Perusahaan 27 7. Pekerjaan Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten OKI dan Bangka Barat,
dengan cakupan wilayah perencanaan meliputi Provinsi Sumatera Selatan dan kabupaten Bangka Barat. Adapun pemberi pekerjaan adalah Proyek Pembinaan Penataan Ruang Daerah, Dirjen Penataan Ruang Dept. Kimpraswil, pada tahun 2005.
8. Pekerjaan Bantek Penyusunan Penataan Ruang dan Revitalisasi dan Kawasan (PRK) Teluk Kuantan, dengan cakupan wilayah perencanaan kabupaten Kuantan Sengigi, provinsi Riau, tahun 2005.
9. Pekerjaan Penyusunan RDTR Kecamatan Pinang Kota Tangerang, dengan wilayah cakupan perencanaan kota tangerang. Pemberi pekerjaan dari Dinas Tata kota Tangerang, pada tahun 2005.
10. Pekerjaan Penyusunan RTR KPE LONG APARI ‐ LONG PAHANGAI Prov.
Kalimantan Timur, cakupan wilayah rencana meliputi provinsi Kalimantan
timur. Pemberi kerja Satker Pembinaan Penataan Ruang Kawasan Sedang Berkembang Kegiatan Pembinaan Penataan Ruang Kawasan Sedang Berkembang. Pada tahun 2006.
11. Pekerjaan Penyusunan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Pesisir, dari Ditjend Pesisir dan Pulau‐pulau kecil. Pada tahun 2007.
12. Pekerjaan Penataan Koridor Pesisir Banda Aceh – Meulaboh, provinsi nanggroe aceh Darussalam. Dari Bappeda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pada tahun 2007.
13. Pekerjaan Penyusunan Review Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Tengah, dengan wilayah perencanaan mencakup provinsi Sulawesi Tengah, Pemberi tugas dari bappeda provinsi Sulawesi tengah pada tahun 2007.
14. Pekerjaan Penyusunan Tata Ruang dan Rencana Teknis Kawasan Andalan Terpadu Tolitoli, dengan wilayah perencanaan mencakup Kandal Terpadu Tolitoli. Pemberi pekerjaan dari Pimpro Perencanaan Program Pengembangan Kawasan Andalan Terpadu, pada tahun 2007.
Chapter: Peral atan Pe ru sa haan 28 15. Pekerjaan Bantek Pelaksanaan Penataan Ruang Kota Yogyakarta, cakupan
wilayah rencana yakni Yogyakarta. Pemberi pekerjaan dari Pekerjaan Umum Tata Ruang Wil II, pada tahun 2008.
16. Pekerjaan Penyusunan Recana Tata Ruang Kota (RTRK) Kabupaten Puncak. Pemberi pekerjaan dari Pemerintah Kabupaten Puncak Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Statistik (BAPPEDAS), pada tahun 2009.
17. Pekerjaan Penyusunan Studi Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT) Kota Siak, wilayah perencaan di Kabupaten Siak. Pemberi pekerjaan dari Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, pada tahun 2009.
18. Pekerjaan Penyusunan Tata Ruang Strategis Provinsi Lampung, dengan wilayah rencana provinsi lampung. Pemberi kerja dari Bapeda Lampung pada tahun 2009.
Semua pengalaman diatas telah dilaksanakan dalam kurun waktu dari tahun 2002 hingga tahun 2009 (7 Tahun).
2.5 Peralatan Perusahaan
PT. CIGHISTARA NUANGSA mempunyai beberapa peralatan yang menunjang dalam
pelaksanaan kegiatan perusahaan, daftar peralatan yang dimiliki seperti terlihat pada tabel 1.
Chapter: Peral atan Pe ru sa haan 29 Tabel 1 Daftar Peralatan PT. Cighistara
Chapter: BAB 3 P EMA H A MA N & T A NGGAPAN TERHADAP KE RAN G KA AC U A N KE RJ A (KAK ) 30
BAB 3 PEMAHAMAN &
TANGGAPAN TERHADAP
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
3.1. Pemahaman Terhadap Latar BelakangPada paragraph pertama (1), konsultan memahami bahwa UU penataan ruang yang telah di sahkan pada tahun 2007 telah menjadi payung hukum bidang penataan ruang, dan PP yang berada dibawahnya yakni peraturan pemerintah No 26 Tahun 2008 yang disahkan pada bulan maret 2008 menjadi acuan pembangunan sector dan daerah dimana Peraturan Pemerintah ini menjadi matra spasialnya dalam setiap rencana pembangunan. Selain itu konsultan juga memahami, bahwa RTRWN menjadi keharusan bagi pemerintah daerah untuk menjabarkan RTRWN tersebut dalam penyusunan rencana sektoral di daerah dan penyusunan peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Di Kota Tangerang sendiri saat ini telah ada 8 RDTR dari 13 Kecamatan dan sudah diperdakan. Sedangkan RTRW Kota sendiri dalam tahap legislasi.
Pada paragraph kedua (2), konsultan memahami bahwa sesuai amanat UU penataan ruang dengan adanya zoning regulation, maka pemerintah kota tangerang melakukan kegiatan penyusunan RDTR dengan tambahan zoning regulationnya..
Pada paragraph ketiga (3), konsultan memahami bahwa pada tahun anggaran 2010 anggaran yang tersedia di khususkan untuk 5 kecamatan yang telah dijelaskan.
Chapter: Pemahaman Mak sud , Tujuan, Sas ara n dan Fu n gs i Peny usunan RDTR 31 3.2. Pemahaman Maksud, Tujuan, Sasaran dan Fungsi Penyusunan RDTR
Konsultan sesungguhnya memahami, bahwa maksud dari pekerjaan ini adalah mewujudkan rencana detail tata ruang yang mendukung terciptanya kawasan strategis maupun kawasan fungsional secara aman, produktif dan berkelanjutan. Sedangkan tujuan dari pekerjaan ini, konsultan juga memahami bahwa terdapat dua (2) tujuan yang hendak di capai yakni ;
1. Sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik kawasan, 2. Sebagai pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan pemberian
perijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan.
Sedangkan sasaran dari pekerjaan ini, konsultan juga memahami bahwa sasaran yang hendak di capai yakni ;
Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan permukiman dalam kawasan.
Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun dalam kawasan.
Terkendalinya pebangunan kawasan strategis dan fungsi kota, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat/swasta
Mendorong investasi masyarakat di dalam kawasan.
Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan masyarakat/swasta
3.3. Pemahaman Terhadap Sasaran Pekerjaan
Konsultan memahami bahwa terdapat tujuh (7) sasaran untuk mencapai tujuan diatas. Sasaran adalah serangkaian proses dan tahapan yang harus dilalui sehingga dapat mencapai garis akhir yakni tujuan dari pekerjaan ini.
1) Melakukan identifikasi konsep‐konsep monitoring pemanfaatan ruang. 2) Melakukan identifikasi indicator‐indikator dalam melakukan monitoring
implementasi RTRWN (PP. No. 26 Tahun 2008)
3) Melakukan identifikasi kinerja sektor dalam pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRWN
Chapter: Pemahaman T er h ad ap Ru an g Li ng ku p Pek erjaan 32 4) Melakukan identifikasi kinerja pemerintah daerah dalam pemanfaatan
ruang yang sesuai dengan RTRWN
5) Menghasilkan rumusan metodologi/sistem yang tepat (ideal) untuk pemantauan pemanfaatan ruang.
6) Menghasilkan rumusan rencana aksi (Action Plan) dalam rangka pemantauan dan evaluasi implementasi RTRWN (PP No. 26 Tahun 2008).
Adapun fungsi dari perencaan ini, konsultan memahami terdapat beberapa hal penting yakni ;
Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembangunan daerah.
Menajga konsstensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan fungsional dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien dalam perencanaan kawasan,
Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan melalui pengendalian program‐program pembangunan daerah 3.4. Pemahaman Terhadap Ruang Lingkup Pekerjaan Konsultan memahami bahwa pekerjaan penyusunan dokumen akademik Rencana Detail Tata Ruang merupakan penjabaran dari RTRW Kota Tangerang. Dimana ; 1. Lingkup Wilayah Lingkup wilayah penyusunan RDTR dengan peraturan zonasi adalah wilayah Kecamatan Ciledug (PR‐11). 2. Lingkup Substansi Adapun muatan RDTR kawasan meliputi
a. struktur dan sistematika tujuan dan sasaran pembangunan kawasan perencanaan,
b. perumusan kebijakan dan strategi pengembagnan kawasan, c. identifikasi potensi dan masalah kawasan,
Chapter: Pemahaman T er h ad ap Keluaran Pek erjaa n 33 d. analisis ruang makro dan mikro kawasan perumusan kebutuhan
pengembangan dan penataan ruang kawasan,
e. perumusan rencana detail tata ruang kawasan, perumusan dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang, sebagai mana digambarkan dalam uraian berikut; 1) Persiapan penyusunan RDTR 2) Pengumpulan dan pengolahan data; 3) Analisa kawasan perencanaan 4) Perumusan dan ketentuan teknis rencana detail 5) Pengendalian rencana detail 6) Kelembagaan dan peran serta aktif masyarakat 3.5. Pemahaman Terhadap Keluaran Pekerjaan Konsultan Memahami bahwa keluaran dari kegiatan ini adalah Dokumen (Naskah) Akademik RDTR Kawasan yang dilengkapi dengna peraturan zonasi, terdiri dari : 1. Tujuan pengembangan kawasan 2. Rencana struktur ruang; 3. Rencana fasilitas umum 4. Rencana peruntukan blok 5. Rencana penataan bangunan dan lingkungan (Amplop Ruang) 6. Indikasi Program pembangunan 7. Pengendalian Rencana Detail Tata Ruang 8. Kelembagaan dan Peran Masyarakat 3.6. Pemahaman Terhadap Metode
Penyusunan naskah akademis peraturan zonasi, kawasan menggunakan metode pendekatan antara lain:
A. Identifikasi isu permasalahan dan potensi pengembagnan wilayah perencanaan.
B. Kajian terhadap rencana dan program pemda kota tangeerang yang sedangn dan akan dilakukan pada wilayah perencaaan
C. Pengumpulan dan pengolahan data
Dan dan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan rencana detail haruslah terukur baik kualitas, kuantitas ataupun dimensi masing‐ masing obejk/komponen pembentuk ruang,
Chapter: Pemahaman T er h ad ap P el ak san aa n P eker jaan 34 D. Elaborasi Data E. Analisa kawasan perencanaan F. Analisa struktur ruang G. Analisa peruntukan blok H. Analisa fasilitas umum I. Analisa prasarana transportasi
J. Analsa utilitas umum terdiri dari air minum, drainase, air limbah, persampahan, kelistrikan, telekomunikasi dan gas, K. Analisa Amplop ruang L. Analisa kelembagaan dan Peran Serta Masyarakat M. Perumusan konsep rencana N. Perumusan konsep pengaturan zonasi 3.7. Pemahaman Terhadap Pelaksanaan Pekerjaan Konsultan memahami bawah Pelaksanaan pekerjaan penyusunan RDTR Kecamatan dengan peraturan zonasi dikerjasamakan dengan pihak kedua (penyedia jasa konsultansi). Dimana Tahapan pelaksanaan pekerjaan yang harus dilakukan oleh konsultan adalah sebagai berikut : a. Penyusunan dan pembahasan Laporan pendahuluan; b. Pengumpulan data dan survey lapangan; c. Penyusunan dan pembahasan draft laporan fakta; dan d. Penyusunan dan pembahasan draft laporan akhir; e. Diskusi terbuka/FGD; f. Penyusunan dan ekspose laporan akhir;
g. Format rencana detail tata ruang mempertimbangkan factor ekonomis dan kebutuhan pembangunan daerah, untuk itu pengaturan skala perencanaan adalah :
1. Produk RDTR mempunyai skala perencanaan 1:5000
2. Sedangkan kegiatan yang memerlukan pendetailan yang lebih rinci, kegiatan analisis dibuat dalam peta kerja 1 : 5000
3. Format peta analisis sekurang‐kurangnya skala 1:5000, untuk lingkungan yang lebih detail dibuat dalam skala 1:5000.
3.8. Pemahaman Terhadap Kebutuhan Tenaga Ahli
Pekerjaan penyusunan dokumen akademik RDTR Kecamatan dilakukan oleh tim konsultan yang terdiri dari seorang tim leader dan tenaga ahli sebagai berikut ;
Chapter: Pemahaman ter h ad ap Wakt u Pelak sanaan 35 1. Ahli Perencana Kota/Planologi, Pendidikan S2 Perencana Kota; 2. Ahli arsitektur, S1 Teknik Arsitektur Perkotaan; 3. Ahli Transportasi, S1 Teknik Sipil Transportasi; 4. Ahli geodesi, S1 teknik Geodesi; 5. Ahli Lingkungan, S1 teknik Lingkungan; 6. Ahli Ekonomi Perkotaan, S1 Ekonomi Studi Pembangunan; 7. Ahli Sosial Budaya, S1 Sosial; 8. Ahli Geologi Lingkungan, S1 Geologi; Selain itu tim konsultan dibantu oleh asisten tenaga ahli dan tenaga pendukung sebagai berikut: 1. Asisten planologi (Perencanaan Wilayah dan Kota) 1 Orang 2. Juru gambar (Autocad) sebanyak 1 orang 3. Operator computer sebanyak 1 orang 4. Supir sebanyak 1 orang 5. Pramubakti sebanyak 1 orang 3.9. Pemahaman terhadap Waktu Pelaksanaan
Konsultan memahami bahwa qaktu pelaksanaan pekerjaan penyusunan dokumen akademik RDTR dengan peraturan zonasi adalah 7 bulan sesuai pelaksanaan pekerjaan dalam butir 6 terhitung sejak ditandatanganinya kontrak.
3.10. Laporan Hasil Pekerjaan
Laporan hasil pekerjaan yang harus diserahkan oleh konsultan kepada PPTK yang ditunjuk oleh kepala dinas tata kota tangerang terdiri dari : 1) Laproan Pendahuluan; 2) Laporan Fakta dan Analisa; 3) Draft Laporan Akhir; 4) Laporan Akhir; 5) Ringkasan Eksekutif; 6) Album Peta RDTR Kecamatan dengan zoning regulation; 7) CD Data Laporan dan peta.
Chapter: Tangg apan Ter h ad ap La ta r Be la ka ng 36
Konsultan juga ingin memberikan tanggapan (tanggapan = kritik, komentar) terhadap kerangka acuan kerja yang telah diberikan. Beberapa hal yang konsultan ingin tanggapi adalah sebagai berikut :
3.11. Tanggapan Terhadap Latar Belakang
Secara umum, dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAPP) telah dijelaskan secara rinci mengenai pekerjaan PENYUSUNAN RENCANA
DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN DENGAN PERATURAN ZONASI KECAMATAN CILEDUG (PR‐11). Selanjutnya, Konsultan telah mempelajari, menelaah dan memahami
materi dan uraian yang disampaikan dalam KAK beserta BAPP. Dari pemahaman tersebut maka Konsultan dapat menyusun metodologi pendekatan dan strategi pelaksanaan pekerjaan serta merancang seluruh proses pekerjaan ini agar dapat mencapai tujuan dan sasaran serta hasil yang telah ditetapkan.
Agar dicapai suatu hasil yang optimal dalam pekerjaan ini, Konsultan merasa perlu untuk memberikan tanggapan atas beberapa bagian dalam KAK.
Dalam Bab 3, juga telah dinyatakan bahwa Konsultan sangat memahami KAK yang diberikan, namun untuk melengkapi substansi yang terdapat dalam KAK yang diberikan maka Konsultan merasa perlu memberikan tanggapan, baik berupa masukan, komentar maupun usulan atau saran yang secara rinci akan diuraikan berikut ini.
3.12. Tanggapan terhadap Tujuan dan Ruang Lingkup
Terkait dengan metodologi pekerjaan, dalam KAK disebutkan tentang penerapan pendekatan partisipatif dalam perencanaan. Secara lengkap disebutkan: Diskusi/pendekatan partisipatif, yaitu dengan menyelenggarakan Lokakarya yang dihadiri oleh para stakeholders terkait, antara lain meliputi: Pemerintah Kota Tangerang, Pemerintah Kota (Kecamatan dan Kelurahan) dan masyarakat dari masing‐masing Kecamatan di seluruh Wilayah Kota Tangerang. Pelaksanaannya dilakukan dua kali, yaitu pada saat pengumpulan data dan perumusan potensi dan masalah.
Chapter: Tangg apan te rhad ap Lingkup dan Kel u aran Pek erjaa n 37 Konsultan mengusulkan pelaksanaan pendekatan partisipatif dilakukan pada saat pengumpulan data dan setelah perumusan rencana sehingga para stakeholder dapat menyaksikan dan memastikan seberapa jauh aspirasi mereka tertampung dalam rencana tata ruang.
Dalam tahapan kegiatan pekerjaan, tidak ditemukan informasi tentang jadwal penyerahan laporan sehingga Konsultan akan mengusulkan jadwal pelaporan seperti yang tercantum pada Usulan Teknis 7.
Laporan Antara dalam KAK berisi seluruh hasil pekerjaan tahap pengumpulan data, yang antara lain meliputi: hasil pengamatan lapangan, kajian literatur tentang ketentuan perundangan, produk‐produk tata ruang dan standar‐standar teknis yang berlaku serta hasil review terhadap RRTRW Kecamatan yang sudah ada (hasil pelaksanaan public hearing).
Konsultan mengusulkan agar dalam Laporan Fakta dan Analisa juga sudah memuat juga hasil analisis, yaitu rumusan potensi dan masalah sehingga ada kesamaan antara muatan draft Laporan Akhir dengan Laporan Akhir. Dengan demikian, tahapan pekerjaan juga akan menjadi lebih sederhana, yaitu : (1) persiapan, (2) survei, pengumpulan data dan analisis, (3) perumusan rencana. Tahap Persiapan diakhiri dengan penyerahan Laporan Antara, tahap survei diakhiri dengan penyerahan Laporan Antara, dan tahap perumusan rencana diakhiri dengan Laporan Akhir yang merupakan hasil penyempurnaan dari Draft Laporan Akhir.
3.13. Tanggapan terhadap Lingkup dan Keluaran Pekerjaan
Status hukum rencana rinci (rencana detail) pada tingkat kabupaten / kota adalah peraturan daerah (Perda, Pasal 24 ayat 1 UU No. 26/2007). Mengingat Kecamatan Benda Kota Tangerang bukan kota otonom maka ketentuan Pasal 24 UU tersebut tidak dapat diberlakukan. Dengan demikian, status hukum rencana rinci sebagai peraturan gubernur bagi Kota Tangerang masih dapat diterima.
Dokumen RRTR Wilayah Kecamatan (RDTR Kawasan Perkotaan) yang disusun ini akan menjadi Lampiran Peraturan Gubernur yang merupakan operasional pelaksanaan rencana tata ruang di wilayah Kota Tangerang. Dengan adanya dokumen ini, setiap
Chapter: Tangg apan ter h ad ap Susunan Tenag a Ah li dan Tenag a Pendukung 38 pelaku pembangunan di kawasan tersebut dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang apa yang seharusnya dan apa yang tidak boleh diakukan dalam keikutsertaannya mengembangkan kawasan. Dari sisi Pemerintah Kota Tangerang, dokumen ini akan menjadi ketentuan yang mengikat dalam mengarahkan dan mengendalikan pembangunan di wilayahnya.
3.14. Tanggapan terhadap Susunan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung
Dengan banyaknya tenaga ahli dan tenaga pendukung yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan ini maka tenaga ahli seperti Ahli Geodesi (GIS) yang jumlahnya 21 orang selayaknya dari awal sudah ada pembagian tugas di antara mereka, yaitu 1 orang tenaga ahli menangani dua kecamatan. Begitu juga dengan operator komputer yang jumlahnya juga 21 orang, sejak awal sudah harus diarahkan penugasan dan tanggung jawabnya yaitu 1 orang dua kecamatan. Dengan pembagian tugas seperti ini, maka satu orang tenaga ahli geodesi berkolaborasi dengan satu orang operator komputer.
Tim dengan personel yang jumlahnya sangat besar seperti ini sangat memerlukan kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang kuat dari Team Leader. Di samping itu, seorang Team Leader yang memimpin pekerjaan juga harus memiliki kompetensi yang tinggi, bukan hanya memenuhi syarat‐syarat formal sebagai lulusan S‐2.
Chapter: BAB 4 GA M B AR AN UM UM /P R O FI L WILA YA H PERENCA N AA N 39
BAB 4 GAMBARAN UMUM/PROFIL
WILAYAH PERENCANAAN
4.1. Wilayah Adinistrasi Kecamatan Ciledug Wilayah Kecamatan Ciledug memiliki luas wilayah sekitar 975 Ha. Secara administratif, Kecamatan Ciledug berbatasan dengan : Sebelah Barat : Kecamatan Pinang. Sebelah Timur : Kecamatan Larangan Sebelah Utara : Kecamatan Karang Tengah. Sebelah Selatan : Kecamatan Pondok Aren Kab. Tangerang.Kecamatan Periuk terdiri dari 8 Kelurahan yaitu : Kelurahan Parung Serab, Sudimara Barat, Sudimara Timur, Sudimara Selatan, Sudimara Jaya, Paninggilan, Paninggilan Utara, Tajur.
4.2. Kondisi Fisik dan Hidrologi
Kecamatan Ciledug terletak pada lahan dataran dengan ketinggian topografi antara 15 dpl hingga 21 dpl. Di bagian utara kecamatan umumnya ketinggian lahan berkisar antara 15 hingga 16 meter sedangkan di bagian tengah berkisar antara 16‐ 17 meter dan dibagian selatan ketinggian lahan berkisar antara 18 hingga 21 meter dpl. Berdasarkan analisis terhadap kondisi topografi tersebut, Kecamatan Ciledug memiliki kemiringan lereng kurang dari 5 %, berdasarkan criteria dari Maberry kemiringan lahan kurang dari 5 persen tersebut cukup sesuai bagi pengembangan permukiman dan perkotaan.
Disamping memiliki kesesuaian secara topografis, Kecamatan Ciledug juga cukup sesuai dikembangkan sebagai kawasan perkotaan ditinjau dari jenis tanah yang umumnya adalah latosol, podsolik merah kuning dan andosol. Jenis tanah tersebut umumnya
Chapter: Kond is i Fisik dan Hi d ro logi 40 cukup permebel dan stabil, sehingga cukup baik dalam meresapkan air hujan dan memiliki kestabilan dalam pondasi bangunan.
Lokasi yang menjadi limitasi bagi pengembangan perkotaan adalah di sepanjang sempadan sungai‐sungai yang mengalir di Kecamatan Ciledug seperti Kali Angke, Kali Sarua, Kali Wetan, Kali Pasanggrahan dan Kali Jibris. Sungai‐sungai tersebut merupakan elemen ruang yang cukup penting di Kecamatan Ciledug karena disamping sebagai badan air/hidrologi juga berfungsi sebagai elemen landscape yang potensial untuk dikembangkan. Umumnya kali‐kali tersebut mengalir dari Selatan ke Utara. Pada saat musim hujan debit air di sungai‐sungai tersebut umumnya meningkat tajam dan sering menimbulkan banjir khususnya di sekitar Kali Angke, Kali Sarua dan Kali Wetan. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi fisik dasar menurut Blok adalah sebagai berikut : Blok B1 Kondisi topografi di blok B1 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara sekitar 18 m dpl dan di bagian selatan sekitar 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 2 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir/genangan di bagian utara perumahan Tajur. Dibagian Timur dan Utara terdapat Kali Angke yang memiliki debit air cukup besar di musim hujan khususnya pada siklus 5 tahunan.
Ketinggian air sungai pada musim hujan umumnya lebih tinggi dibandingkan ketinggian lahan, sehingga sering menimbulkan bencana banjir. Upaya untuk menghindari banjir dilakukan dengan membangun tanggul penahan banjir serta penyediaan pompa drainase. Upaya mitigasi bencana banjir perlu dilakukan di blok ini dengan membangun tandon air dan mengembangkan bangunan/perumahan susun/apartemen dengan BCR/KDB rendah sehingga memiliki lahan yang cukup bagi daerah hijau yang dapat berfungsi resapan air.
Chapter: Kond is i Fisik dan Hi d ro logi 41 Blok B2 Blok B2 merupakan dataran dengan ketinggian lahan berkisar antara 18 hingga 20 m dpl dengan kemiringan rata‐rata kurang dari 5%. Kondisi kemiringan demikian cukup sesuai bagi pengembangan perkotaan. Dibagian Timur dan Barat Blok B2 merupakan lahan yang cukup rawan banjir sehingga perlu dikembangkan bangunan bertingkat berupa rumah susun atau apartemen serta pengembangan tandon air, sempadan sungai dan ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air.
Blok B3
Kondisi topografi di blok B3 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 15 m dpl dan di bagian selatan sekitar 18 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir khusunya di bagian timur Kali Angke. Untuk menghindari banjir perlu dilakukan normalisasi sungai dan peningkatan tanggul. Perlu dikembangkan jalur hijau sepanjang sempadan kali angke dan pengembangan perumahan dengan BCR rendah. Blok B4 Kondisi topografi di blok B2 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 19 m dpl dan di bagian selatan sekitar 21 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 3 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir/genangan di bagian selatan jalan Puri Kartika 4 dan lahan kosong di bagian timur Kali Wetan. Di bagian Barat Blok B2 terdapat Kali Wetan yang berpotensi menimbulkan banjir pada musim hujan. Upaya mitigasi bencana banjir perlu dilakukan di blok ini dengan membangun tandon air dan mengembangkan bangunan/perumahan susun/apartemen dengan BCR/KDB rendah serta ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air.