• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sarana Air Bersih Rumah Sakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sarana Air Bersih Rumah Sakit"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari

kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit merupakan

tempat tindakan dan perawatan orang sakit, maka kualitas dan

kuantitasnya perlu dipertahankan setiap saat agar tidak mengakibatkan

sumber infeksi baru bagi penderita.

Rumah sakit memerlukan mutu air lebih dari mutu untuk keperluan

sehari-hari. Air sumur atau PAM mungkin cukup untuk kebutuhan air pada

umumnya tetapi untuk keperluan khusus perlu diperlakukan pengolahan

tambahan. Unit-unit pelayanan yang memerlukan mutu air secara khusus

antara lain: laboratorium, farmasi, CSSD, unit perawatan, bedah, laundry

dan peralatan mekanis tertentu (misalnya: unti pembuatan larutan

intravenous, cairan irigasi, pencucian gelas dan perlengkapan

laboratorium, irigasi selama prosedur bedah, melembabkan incubator

perawatan bayi), dan lain-lain.

Tergantung pada kelas rumah sakit dan berbagai jenis pelayanan

yang diberikan mungkin beberapa rumah sakit harus melakukan

pengolahan tambahan terhadap air minum dan air bersih yang telah

memenuhi standar nasional, misalnya bila air bersih digunakan sebagai

bahan baku air untuk dianalisa pada proses mesin pencuci ginjal

.

B.

Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan umum adalah sebagai penunjang pembelajaran sanitasi air

bersih Rumah Sakit.

(2)

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus adalah :

1. Sebagai pedoman dalam upaya peningkatan Sanitasi Air Bersih

di Rumah Sakit

2. Terselenggaranya peningkatan Sanitasi di Rumah Sakit

terutama pada penyedian Air Bersih.

C. Ruang Lingkup

Pembahasan dalam makalah ini meliputi :

1. Pengertian Sanitasi, Rumah Sakit, dan Sanitasi Rumah Sakit.

2.

Kebutuhan Air Minuman dan Air Bersih Rumah Sakit.

3.

Sumber Air Bersih Rumah Sakit.

4.

Pengelolaan Air Bersih Rumah Sakit.

5.

Pengawasan Kualitas Air di Rumah Sakit

6.

Sistem Distribusi Air dalam Bangunan Rumah Sakit

7. Instrumen Instalasi sanitasi Air Bersih Rumah Sakit.

8. Sistem Pendataan Sanitasi Air Bersih Rumah Sakit .

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai

'pemelihara kesehatan'. Menurut WHO, sanitasi lingkungan

(environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor

lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat

menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkem- bangan fisik,

kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan,

tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat

menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya

pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004).

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang di dalamnya

terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung)

dan kegiatan pelayanan kesehatan, selain dapat menghasilkan dampak

positif berupa produk pelayanan kesehatan yang baik terhadap pasien dan

memberikan keuntungan retribusi bagi pemerintah dan lembaga

pelayanan itu sendiri, rumah sakit juga dapat menimbulkan dampak

negatif berupa pengaruh buruk kepada manusia, seperti sampah dan

limbah rumah sakit yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan,

sumber penularan penyakit dan menghambat proses penyembuhan serta

pemulihan penderita.

Dalam lingkup Rumah Sakit (RS), sanitasi berarti upaya

pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik di

RS yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh

buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi

masyarakat di sekitar RS.

(4)

Dari pengertian di atas maka sanitasi RS merupakan upaya dan

bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di RS

dalam memberikan layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya.

B.

Kebutuhan Air Minuman dan Air Bersih Rumah Sakit.

Jumlah kebutuhan air minum dan air bersih untuk rumah sakit masih belum dapat ditetapkan secara pasti. Jumlah ini tergantung pada kelas dan berbagai pelayanan yang ada di rumah sakit yang bersangkutan. Makin banyak pelayanan yang ada di rumah sakit tersebut, semakin besar jumlah kebutuhan air. Di lain pihak, semakin besar jumlah tempat tidur, semakin rendah proporsi kebutuhan air per tempat tidur. Secara umum, perkiraan kebutuhan air bersih didasarkan pada jumlah tempat tidur. Kebutuhan minimal air bersih 500 liter per tempat tidur per hari.

C.

Sumber Air Bersih Rumah Sakit.

Berbagai sumber untuk penyediaan air bersih antara lain sungai, danau, mata air, air tanah dapat digunakan untuk kepentingan kegiatan rumah sakit dengan ketentuan harus memenuhi persyaratan, baik dari segi konstruksi sarana, pengolahan, pemeliharaan, pengawasan kualitas dan kuantitas.

Sebaiknya rumah sakit mengambil air PAM karena akan mengurangi beban pengolahan sehingga tinggal beban pengawasan kualitas airnya. Bila PAM tidak tersedia di daerah tersebut, pilihan yang ada sebaiknya air tanah menjadi pilihan utama terutama bila keadaan geologi cukup baik karena air tanah tidak banyak memerlukan pengolahan dan lebih mudah didesinfeksi dibanding air permukaan disamping juga kualitasnya relatif lebih stabil.

Bila air tanah juga tidak mungkin, terpaksa harus menyediakan pengolahan air permukaan. Untuk membangun sistem pengolahan perlu mempertimbangkan segi ekonomi, kemudahan pengolahan, kebutuhan tenaga untuk mengoperasikan sistem, biaya operasi dan kecukupan supply baik dari segi jumlah maupun mutu air yang dihasilkan.

(5)

D.

Pengelolaan Air Bersih Rumah Sakit.

Pengolahan air bervariasi tergantung pada karakteristik asal air dan kualitas produk yang diharapkan, mulai dari cara paling sederhana, yaitu dengan chlorinasi sampai cara yang lebih rumit. Makin jauh penyimpangan kualitas air yang masuk terhadap Permenkes No. 146 tahun 1990 semakin rumit pengolahan yang dilakukan.

Pengolahan-pengolahan yang mungkin dipertimbangkan adalah sebagai berikut

a.

Tanpa pengolahan (mata air yang dilindungi).

b.

Chlorinasi.

c.

Pengolahan secara kimiawi dan chlorinasi (landon air).

d.

Penurunan kadar besi dan chlorinasi (air tanah).

e.

Pelunakan dan chlorinasi (air tanah).

f.

Filtrasi pasir lambat (FPL) dan chlorinasi (sungai daerah pegunungan).

g.

Pra-pengolahan → FPL → Chlorinasi (air danau/waduk).

h.

Koagulasi → Flokulasi → Sedimentasi →Filtrasi →Chlorinasi (sungai).

i.

Aerasi →Koagulasi →Flokulasi →Sedimentasi →Filtrasi →Chlorinasi

(sungai/danau dengan kadar oksigen terlarut rendah).

j.

Pra-pengolahan →Koagulasi →Flokulasi →Sedimentasi →Filtrasi →Chlorinasi (sungai yang sangat keruh).

k. Koagulasi →Flokulasi →Sedimentasi →Filtrasi →Pelunakan →Chlorinasi (sungai).

E.

Pengawasan Kualitas Air di Rumah Sakit

Tujuan pengawasan kualitas air di rumah sakit adalah terpantau dan terlindungi secara terus menerus terhadap penyediaan air bersih agar tetap aman dan mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu/membahayakan kesehatan serta meningkatkan kualitas air.

Adapun sasaran pengawasan kualitas air ini terutama ditujukan kepada semua sarana penyediaan air bersih yang ada di rumah sakit beserta jaringan distribusinya baik yang berasal dari PDAM/BPAM maupun dikelola oleh rumah sakit yang bilamana timbul masalah akan memberi risiko kepada orang-orang yang berada dalam lingkup rumah sakit (pasien, karyawan, pengunjung). Perlindungannya ditujukan kepada mulai dari PDAM dan air baku yang akan diolah (apabila rumah sakit membuat pengolahan sendiri) sampai air yang keluar dari kran-kran dimana air diambil.

Kegiatan pokok pengawasan kualitas air adalah sebagai berikut : a. Inspeksi Sanitasi

Yang dimaksud inspeksi sanitasi adalah suatu kegiatan untuk menilai keadaan suatu sarana penyediaan air bersih guna mengetahui berapa besar kemungkinan sarana tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya yang

(6)

mengakibatkan kesehatan masyarakat menurun. Inspeksi sanitasi dapat memberikan informasi sedini mungkin pencemaran sumber air yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau makhluk lainnya yang dekat dengan sumber. Inspeksi sanitasi dilaksanakan sebagai bagian dari pengawasan kualitas air dan mencakup penilaian keseluruhan dari banyak faktor yang berkaitan dengan sistem penyediaan air bersih.

Langkah-langkah inspeksi sanitasi di rumah sakit adalah sebagai berikut :  Membuat peta/maping mulai dari reservoir/unit pengolahan sampai

sistem jaringan distribusi air yang terdapat dalam bengunan rumah sakit.

 Melakukan pengamatan dan menentukan titik-titik rawan pada jaringan distribusi yang diperkirakan air dalam pipa mudah terkontaminasi.

 Menentukan frekuensi inspeksi sanitasi.

 Menentukan kran-kran terpilih dari setiap unit bangunan yang ada di rumah sakit untuk pengambilan sampel dan penetuannya berdasarkan hasil pengamatan dari poin b.

b. Pengambilan Sampel

Sampel diambil dari sistem penyediaan air bersih guna mengetahui apakah air aman bagi konsumen di rumah sakit dan sampel ini harus dapat mewakili air dari sistem secara keseluruhan. Mengingat fungsi rumah sakit sebagai tempat pengobatan dan perawatan orang sakit dengan berbagai aktivitasnya maka frekuensi pengambilan sampel untuk pemeriksaan bakteriologik air dapat dilakukan setiap bulan sekali sedangkan untuk unit-unit yang dianggap cukup rawan seperti kamar operasi, unit-unit IGD, ICCU serta dapur (tempat pengolahan makanan dan minuman) maka pengambilan sampel dapat dilakukan setiap seminggu sekali. Untuk pengambilan sampel pemeriksaan kimiawi, frekuensi pengambilan dilakukan setiap 6 bulan sekali.

c. Pemeriksaan Sampel

Sampel air setelah diambil segera dikirim ke laboratorium yang terdekat untuk pemeriksaan bakteriologik air dapat memanfaatkan laboratorium yang ada di rumah sakit (bagi rumah sakit yang telah dilengkapi peralatan laboratorium pemeriksaan air) atau Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) sedang untuk pemeriksaan kimia air dapat diperiksa ke BLK atau BTKL (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan).

(7)

Parameter yang diperiksa di lapangan meliputi bau, rasa, warna, kekeruhan, suhu air, kejernihan, pH dan sisa chlor.

d. Tenaga Pengelola

Tenaga pengelola air bersih terdiri dari :

 Tenaga pelaksana dengan tugas mengawasi plambing dan kualitas air dengan kualifikasi D1 dan latihan khusus.

 Pengawasan dengan tugas mengawasi tenaga pelaksana pengelolaan air bersih dengan kualifikasi D3 dan latihan khusus.

e. Pencatatan dan Analisis

Setiap kegiatan yang telah dilaksanakan dilakukan pencatatan kemudian dianalisis. Tolak ukur pengawasan kualitas air adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 tahun 1990. Adanya penyimpangan dari kualitas air maka segera dilakukan pengecekan kembali/inspeksi ulang dan tindakan perbaikan dapat dilaksanakan.

F.

Sistem Distribusi Air dalam Bangunan Rumah Sakit

a.

Jenis Sistem Distribusi

Air dalam rumah sakit didistribusikan secara horizontal dan vertikal. Kran biasanya dipasang pada tiap dasar sambungan vertikal atau sambungan horizontal sehingga saluran bisa ditutup bila sedang diadakan perbaikan.

Sambungan Langsung dari Sumber

Sambungan paling sederhana adalah sambungan langsung dari sumber, dimana tekanan air dari pipa induk digunakan sebagai sumber tekanan untuk mendistribusikan air ke seluruh gedung rumah sakit. Dengan cara ini mungkin bisa melayani sampai tingkat 2 atau 3. Bila tekanan tidak memadai atau bangunan bertingkat jamak maka perlu tekanan tambahan (booster).

 Sambungan Langsung dan Booster

Untuk sistem ini dapat dikombinasikan antara pompa dan booster. Kapasitas pompa harus cukup besar sehingga memenuhi kebutuhan dan bila booster dijalankan tidak sampai terjadi tekanan negatif. Untuk menghindari tekanan negatif itu perlu disediakan tangki penampung booster. Tangki ini juga bermanfaat untuk kebutuhan darurat. Bila pompa booster dipasang tanpa tangki penampung booster maka harus dipasang saklar yang akan menjalankan pompa bila tekanan turun sampai tingkat yang telah distel (misalnya 30 psi).

(8)

Air dipompa ke reservoir dan didistribusikan secara gravitasi. Distribusi sistem gravitasi bisa untuk semua gedung atau hanya lantai atas yang tidak terjangkau oleh tekanan air dari saluran induk. Reservoir bisa dipasang menjadi satu dengan gedung atau terpisah. Tangki harus tertutup rapat kedap air, anti serangga, tahan terhadap korosi dan terhadap tekanan. Dipasang pipa ventilasi yang dilengkapi dengan penutup dari anyaman untuk mencegah pengotoran dan masuknya serangga. Demikian pula pada pipa tumpahan. Pipa penguras bisa dijadikan satu dengan pipa tumpahan, dipasang pada dasar tangki sehingga bisa dikuras habis. Pipa masuk ke dalam tangki harus disediakan “air gap” atau pipa inlet dipasang kira-kira 10 cm diatas pipa tumpahan. Bila tangkai juga disediakan untuk pemadam kebakaran, outlet untuk keperluan air bersih dipasang agak ke atas dari dasar reservoir sehingga reservoir akan tetap tersedia air untuk keperluan pemadam kebakaran. Tinggi tangki ditetapkan berdasarkan tekanan minimum yang diperlukan pada outlet tertinggi/terjauh. Kadang-kadang perlu dipasang penahan tekanan untuk mencegah tekanan berlebihan pada jaringan distribusi di lantai bagian bawah. Ukuran tangki reservoir tergantung pada jumlah yang ingin ditandon untuk keperluan sehari-hari dan pemadam kebakaran, siklus pemompaan, lamanya kebutuhan puncak dalam gedung dan kecepatan supply air ke dalam gedung selama penggunaan puncak.

 Sistem Tangki Bertekanan

Sistem ini terdiri dari pompa air kompresor udara dan tangki tertutup. Kira-kira 2/3 tangki berisi air dan seperti berisi tekanan udara. Air dari tangki langsung didistribusikan. Sistem ini biasanya digunakan bila tidak mungkin menggunakan sistem reservoir atau jumlah air yang diperlukan kurang dari 100 gram. Bila menggunakan sistem ini di bangunan yang tinggi, tekanan udara tinggi dalam tangki menyebabkan air mengabsorpsi udara yang akan kemudian dilepaskan dalam sistem air panas. Karena efek tersebut, sistem ini kurang disukai.

b. Sistem Air Panas  Jumlah

(9)

Perlu diperkirakan jumlah air bersih dan jumlah air panas yang dibutuhkan. Angka ini sangat bervariasi untuk setiap rumah sakit (American Society of Heating, Refrigerator and Air Condition Engineers 1967, menyarankan sekitar 300 – 400 liter per tempat tidur).

 Persyaratan Suhu

Untuk kebutuhan normal, 40°C merupakan suhu maksimal untuk bathtubs dan shower. Bila suhu air yang disediakan melebihi 40°C harus dipasang kran pengendali dan kran pencampur air panas dan dingin. Disarankan suhu air panas tidak melebihi 60°C. Bila diperlukan air lebih panas misalnya untuk keperluan dapur dan laundry, perlu dipasang sistem air lain atau ditambah booster pemanas.  Persyaratan untuk Dapur dan Laundry

Satu sumber memperkirakan bahwa laundry rumah sakit menggunakan air 40 liter per kg. Cucian, 60 % merupakan air panas. Juga diperkirakan 5 liter air panas per orang per sekali makan untuk dapur di Indonesia belum ada standar yang pasti. Secara umum untuk memperkirakan kebutuhan air panas untuk dapur dan laundry dapat didasarkan pada tipe dan jenis alat cuci yang digunakan, jumlah air panas diperlukan untuk kegunaan umum, lamanya penggunaan puncak air panas, suhu air pada kran, jenis dan kapasitas mesin/sistem pemanas air dan tipe sistem pemanas air yang diinginkan. Pada setiap sistem air panas harus dipasang sistem pengaman untuk mencegah terjadinya pecah atau ledakan saluran. Untuk ini dimohonkan dapat berkonsultasi lebih lanjut pada tenaga ahli sistem air panas.

G. Instrumen Instalasi sanitasi Air Bersih Rumah Sakit

a. Fasilitas penyediaan air minum dan air bersih

Harus tersedia air minum dan air bersih

Tersedia minimal 500lt/tempat tidur/hari

Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat

kegiatanyang membutuhkan secara berkesinambungan

Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan/kamar

harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan

tekanan positif

b. Fasilitas toilet dan kamar mandi

(10)

Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin

,bewarna terang, dan mudah dibersihkan

Pada setiap unit ruangan harus tersedia toliet ( jamban,

peturasan, dan tempat cuci tangan )tersedia khususnya unit

rawat inap dan kamar karyawan harus tersedia kamar mandi

Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi

dengan penahan bau (water seal)

Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dapur

,kamar operasi, dan ruang khusus lainnya

Lubang penghawaan harus berhubungan dengan udara luar

Toliet harus terpisah antara toilet pria dan wanita,unit rawat

inap, dan karyawan,karyawan dan toilet pengunjung

Tidak terdapat genangan air yang dapat menjadi tempat

perindukan nyamuk

c. Kualitas air yang digunakan di ruang khusus

Ruang Operasi

Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang sudah diolah

seperti air PDAM, Sumur bor,dan sumber lain untuk keperluan

operasi dapat melakukan pengolahan dengan catridge filter dan

dilengkapi dengan desinfeksi menggunakan ultraviolet (UV)

Ruang Farmasi dan hemodialis

Air yang digunakan untuk penyiapan obat penyiapan Injeksi dan

pengenceran dalam hemodialisis..

H. Sistem Pendataan Sanitasi Air Bersih Rumah Sakit

Tata laksana

a. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan survei

kualitas air antara lain :

Inspeksi sanitasi terhadap air minum dan air bersih

Pengambilan, pengiriman,dan pemeriksaan air bersih

Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan

laboraturium dan

Tindak lanjut berupa perbaikan antara sarana dan kualitas air,

b. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah

(11)

sarana penyediaan air sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan

Direktorat Jendral PPM dan PL Departemen Kesehatan.

c. Pengambilan sampel air pada sarana penyediaan air minum dan

atau air bersih rumah sakit tercantum dalam tabel.

(12)

Tabel 2.1 Jumlah sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologik menurut

jumlah tempat tidur

Jumlah Tempat Tidur

Jumlah Minuman Sampel Air per Bulan untuk

Pemeriksaan Mikrobiologik

Air Minum

Air Bersih

25-100

4

4

1001-400

6

6

401-1000

8

8

1000

˃

10

10

d. Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan

minimal 3 bulan dan titik pengambilan sampel masing masing pada

tempat penampungan (reservoir) dan keran sejauh reservoir.

Pemeriksaan Bakterioligi 1 bulan sekali.

e. Trik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologik

terutama pada keran air dari ruang dapur, ruang operasi, kamar

bersalinan,kamar bayi, ruang makan, dan tempat penampungan

(reservoir), secara acak pada keran keran sepanjang sistem

ditribusi, pada sumber air, dan titik lain yang rawan pencemaran.

f. Sampel air pada butir c dan d tersebut diatas dikirim dan

diperiksakan pada laboraturium berwenang atau yang ditetapkan

oleh Menteri Kesehatan atau Pemerintahan Daerah setempat.

g. Pengambilan dan pengiriman sampel air dilaksanakan sendiri oleh

pihak ketiga yang direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan.

h. Sewaktu-waktu Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/kota dalam

rangka pengawasan (ujipetik) penyelenggaraan penyehatan

lingkungan rumah sakit, dapat mengambil langsung sampel air

pada sarana penyediaan air minum dan atau air bersih rumah sakit

untuk diperiksakan dalam laboraturium.

i. Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan pemeriksaan

kualitas air untuk pengukuran sisa klor bila menggunakn

desinfektan kaporit,pH,dan kekeruhan air minum atau air bersih

(13)

yang berasal dari sistem perpipaan atau pengolahan air pada

titik/tempat yang dicurigai rawan pencemaran.

j. Petugas sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan kesehtan

lingkungan melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan

laboraturium.

k. Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter

yang menyimpang dari standar,maka harus dilakukan pengolahan

sesuai parameter menyimpang.

l. Apabila ada hasil Inspeksi sanitasi menunjukkan tingkat resiko

pencemaran amat tinggi harus dilakukan perbaikan sarana.

Penilaian dan Pendataan dilakukan dengan mempertimbangkan indikator

seperti berikut.

5

No

Variabel Upaya

Kesling

Bobot

Komponen yang

Dinilai

Nilai Skor

IV

Penyehatan air

(Jumlah Bobot 16)

1. Kuantitas

8

a. Tersedia air

bersih ˃

500

lt/tempat

tidur/hr dan

tersedia air

minum

sesuai

dengan

kebutuhan

70

b. Air minum

tersedia

pada setiap

tempat

kegiatan

30

2. Kualitas

5

a. Bakteriolog

is

80

(14)

b. Kimia

15

c. Fisika

5

3. Sarana

3

a. Sumber

PDAM, air

tanah diolah

50

b. Distribusi

tidak bocor

30

c. Penampung

an tertutup

20

5

Keputusan Menteri Kesehatan RI, No RI No

1204/MENKES/SK/X/2004, Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit,hlm . 55.

(15)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam lingkup Rumah Sakit (RS), sanitasi berarti upaya

pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik di RS

yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk

terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi

masyarakat di sekitar RS.

B. Saran

Sudah seharusnya sanitasi Rumah Sakit mengacu pada Keputusan

Menteri Kesehatan RI, No RI No 1204/MENKES/SK/X/2004, Tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, namun pada realita dan

kenyataannya sebagaian Rumah Sakit masih mengesampingkan peraturan

tersebut, seperti masih ditemukan bakteri coli diatas nilai ambang batas

pada air bersih Rumah Sakit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

baru pada pasien,pengunjung,maupun petugas kesehatan.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Sabarguna, B.S.,dkk.2011. Sanitasi Air dan Limbah Pendukung Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta:Salemba Medika.

http://izhalruztam.blogspot.com/2011/09/hygiene-sanitasi-rumah-sakit.html http://verawatyawaludin.blogspot.com/2012/02/sanitasi-rumah-sakit.html http://nurjanahmatkul.blogspot.com/2013/12/sanitasi-rs.html

Gambar

Tabel 2.1 Jumlah sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologik menurut  jumlah tempat tidur

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dan perhitungan didapat kebutuhan air bersih pada Rumah Sakit St Borromeus Gedung Carolus adalah 1,87875 m 3 /menit yang berdasarakan pada luas dan

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi Kegiatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Bersih Bidang Perumahan

Dari hasil FGD bersama Kepala Desa dan perangkat desa lain, diputuskan dusun Sidoharjo akan dibangun penyediaan air bersih pada titik mata air ke 6 yang

Berdasarkan analisis ketersediaan, kebutuhan dan jaringan sistem penyediaan air bersih untuk Desa Paputungan yang bersumber dari Sungai Dahiyango dapat

Perencanaan sistem penyediaan air bersih di Kelurahan Kayawu, yang memanfaatkan mata air Zake dan mata air Zanoreko dengan total debit 1,92 l/det mampu mencukupi

Dalam Perencanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air bersih didesa Pakuure Tinanian, yang dimanfaatkan sebagai sumber air diambil dari mata air Lolombulan karena debit

Dalam upaya mendapatkan air bersih untuk dikonsumsi warga, saat ini banyak warga yang mengambil air dari mata air di pinggiran sungai yang sudah dikelola oleh desa tetangga

 No.416/MenKes/Per/IX/1990, yang yang di di maksud maksud air air bersih bersih adalah adalah air air bersih bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang