• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Dan Masalah Pada Taman Ayun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Potensi Dan Masalah Pada Taman Ayun"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

1

DATA OBJEK

1.1 Lokasi

Taman Ahyun (mengwi) merupakan suatu Pura yang terletak di desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Mengwi, Bali. Sekitar 12 km di arah barat daya Kota Denpasar, terletak pada pada sekitar jalur jalan nasional (Mengwitani – Singaraja) dan provinsi (Mengwi – Blahkiuh), dan berada pada koordinat 8°32'33.45" Lintang Selatan 115°10'20.48" Bujur Timur, dengan ketinggian 125 meter dari permukaan laut.

Gambar 1.1.1 Peta Lokasi Pura Taman Ahyun, Mengwi, Bali Sumber: Google Maps

(2)

2

Pura yang merupakan peninggalan zaman Kerajaan Mengwi ini tercatat sebagai “Kerajaan Air” yang merupakan sumber pengairan bagi para petani di daerah ini (Subak Batan Badung dan Beringkit). Dibangun pada tahun 1634, pendiri pura ini adalah raja pertama Mengwi, yaitu Cokorda Sakti Blambangan. Dalam pembangunanya, beliau dibantu oleh arsitek yang berasal dari Tionghoa, namun walaupun demikian tidak ada unsur kebudayaan Tionghoa pada sama sekali pada pura ini.

Halaman pura ditata sedemikian indah dan dikelilingi oleh telaga yang kemudian dipagar pada tahun 1937. Pada halaman ini juga dihiasi oleh meru-meru yang menjulang tinggi dan megah yang diperuntukan baik bagi leluhur kerajaan maupun bagi para dewa yang berstana di pura-pura lain di Bali. Pura Taman Ahyun adalah Pura Keluarga bagi Kerajaan Mengwi.

Gambar 1.1.2 Zoning Wilayah Fasilitas Umum pada Kecamatan Mengwi

(3)

3

1.2 Sejarah

Awalnya, alasan mengapa pura ini didirikan karena pura-pura kahyangan jagad yang saat itu tersedia jaraknya terlalu jauh untuk dijangkau oleh masyarakat Mengwi. Maka dari itu, Sang Raja mendirikan sebuah tempat pemujaan dengan beberapa bangunan sebagai penyawangan (simbol) daripada 9 pura utama yang ada di Bali, seperti Pura Besakih, Pura Ulundanu, Pura Batur, Pura Uluwatu, Pura Batukaru, dan pura utama lainnya yang ada di Bali. Dengan lokasi yang ada di satu areal, Beliau berharap rakyat kerajaan tidak usah jauh-jauh jika ingin melakukan persembahyangan.

Dahulu Pura ini merupakan pura Paibon/Pedarman Keluarga Puri Mengwi, namun kemudian berkembang menjadi Pura Kahyangan Jagat. Piodalan di pura ini dilakukan setiap Anggara Kasih Medangsya atau setiap 210 hari (enam bulan sekali). Adapun yang bertindak sebagai pengemong-nya adalah keluarga Puri Gede Mengwi dan dibantu seluruh masyarakat se-kecamatan Mengwi yang terdiri dari 38 desa adat dengan sebutan Mangu Kertha Mandala.

Semula taman ini bernama Taman Ahyun. Asal mula kata Taman Ahyun berasal dari kata Taman yang bisa berarti taman atau kebun dan kata Ahyun dari kata Hyun yang berarti keinginan. Pura ini didirikan pada sebuah taman yang dikelilingi oleh kolam/telaga yang dapat memenuhi keinginan. Kata Hyun itulah yang berubah menjadi Ayun. Namun pengertian Ayun ini sedikit berbeda dari kata Hyun tersebut. Kata Ayun ini berarti indah, cantik. Jadi Taman Ayun berarti sebuah taman atau kebun yang indah dan cantik.

1.3 Fungsi

Adapun beberapa fungsi Pura Taman Ayun adalah sebagai berikut:

a. Sebagai Pura penyawangan (Pengawatan) sehingga masyarakat Mengwi yang ingin sembahyang ke pura-pura besar seperti Pura Besakih, Pura Uluwatu, Pura Batur, Pura Batukaru, Ulundanu, dan lainnya, cukup datang ke Pura Taman Ayun ini;

b. Sebagai pemersatu dari masyarakat dengan beberapa garis keturunan yang sama-sama beribadah di tempat ini;

(4)

4

c. Pura ini memiliki fungsi ekonomi, karena telaga yang mengelilingi juga

dipakai sebagai air irigasi untuk mengairi sawah-sawah disekitar pura; d. Taman Ayun ini juga dipakai sebagai tempat berkumpulnya para anggota

kerajaan.

e. Keberadaan pura ini, oleh masyarakat dan pemerintah setempat dianjurkan ke The World Heritage Center atau UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) untuk dijadikan salah satu world heritage (warisan budaya dunia);

f. Sebagai salah satu pusat kegiatan wilayah di kawasan Taman Ayun (Rencana Tata Ruang Kawasan Taman Ayun).

1.4 Tipologi

Pura ini dilengkapi dengan dasar candi yang proporsional terbagi menjadi 3 halaman (Tri Mandala). Di setiap halaman didirikan Bangunan/Bale tertentu sebagai bagian dari fasilitas pura untuk tujuan khusus. Adapun pembagian Tri Mandala tersebut adalah:

a. Halaman Luar (Jaba Sisi/Nista Mandala)

Secara umum areal ini diperuntukkan untuk kegiatan peristirahatan setelah sembahyang. Pada areal ini terdapat bagian sebagai berikut:

• Kolam/telaga yang mengelilingi candi, bertujuan untuk membendung pengairan irigasi, fungsinya adalah menampung atau menjaring air dari sungai yang kemudian membagikannya ke semua hilir sawah (Subak); • Wantilan yang berfungsi sebagai arena panggung untuk pementasan kesenianBali (pengembangan kebudayaan), biasanya dipentaskan pada saat setelah odalan pura;

• Kolam Air mancur alami, merupakan gravitasi sebagai bagian dari lansekap tanah;

• Toilet; • Loket;

• Pelinggih : Pura Luwur, Bale Bundar, Sambyangan, serta Pelinggih Siluh Resi.

(5)

5

b. Halaman Pusat (Jaba Tengah/Madya Mandala)

Secara umum areal ini diperuntukkan untuk kegiatan kesenian. Pada areal ini terdapat bagian sebagai berikut:

• Bale Loji; • Bale Kulkul; • Bale Saka 4; • Bale Pangubengan; • Papelik; • Gedong; • Panggungan; • Bale Gong; • Loket.

c. Halaman Utama (Jeroan/Utama Mandala)

Secara umum areal ini diperuntukkan untuk kegiatan persembahyangan umat. Pada areal ini terdapat pelinggih sebagai berikut: • Persimpangan Puncak Padang Dawa;

• Persimpangan Gunung Batukaru; • Pelinggih Ratu Nyoman Sakti; • Candi Pengayat Saru Gading;

• Persimpangan Pedanda Sakti Wawu Rauh; • Pelinggih Ratu Ngurah Sakti;

• Persimpangan Uluwatu; • Persimpangan Pura Sakenan; • Persimpangan Pura Sada, Paibon; • Persimpangan Gunung Batur; • Persimpangan Gunung Agung; • Persimpangan Gunung Bratan; • Padma Tiga;

• Persimpangan Maspahit; • Persimpangan Batu Ngaus;

(6)

6

• Persimpangan Pasuruhan;

• Pelinggih Ratu Pasek; • Bale Panca 5 Resi; • Bale Murda;

• Gedong Pengangge; • Bale Saka Kutus; • Bale Saka Enam; • Bale Pawedan; • Pengaruman; • Panggungan; • Sambyangan.

(7)

7

Secara lengkap bisa dilihat pada denah Pura Taman Ayun sebagai berikut:

Gambar 1.4.1 Denah Pura Taman Ayun, Mengwi, Bali Sumber: Internet

(8)

8

2

PERKEMBANGAN OBJEK

2.1 Perkembangan Pura Taman Ayun

Sejarah perjalan Pura Taman Ayun sebagai objek wisata sejarah, dimulai dari dibangun tahun 1634. Fungsi Pura Taman Ayun yang dulunya merupakan pura paibon keluarga Puri Mengwi. Awalnya, pura ini didirikan Karena pura-pura yang saat itu tersedia jaraknya terlalu jauh untuk dijangkau oleh masyarakat Mengwi. Lalu karena semakin banyak pengayah dan warga sekitar Puri Mengwi yang bersembahyang, maka pura dipugar pada tahun 1937 dilengkapi dengan pelinggih tambahan berupa meru-meru yang diperuntukan baik bagi leluhur kerajaan maupun para dewa yang berstana dipura-pura lain di Bali. Saat ini fungsi pura Taman Ahyun menjadi meningkat dari pura paibon/pedarman menjadi kahyangan jagad.

Pura Taman Ahyun diketahui perkembangannya sebagai objek wisata tidak terlepas dari peranan wisatawan asing yang datang ke Bali untuk berwisata sekitar tahun 1960. Sejak saat itu Taman Ayun pun semakin ramai dikunjungi turis asing dan domestik. Kawasan luar pura Taman Ayun ditetapkan sebagai wisata budaya berdasarkan Peraturan Bupati Badung No. 7 Tahun 2005 tanggal 7 Februari 2015 tentang Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Badung. Hal ini diperkuat dengan Keputusan Bupati Badung No. 1400 Tahun 2002 tentang RTRK Taman Ayun di Kecamatan Mengwi.

2.2 Analisis Keadaan Tapak 2.2.1 Keadaan Tanah

Pada dasarnya tata ruang dari Pura Taman Ayun ini di batasi oleh pagar, vegetasi, serta perairan. Hal ini dapat terlihat dari perairan yang mengelilingi objek. Pembatas ini merupakan batasan yang tercipta secara alami, sedangkan pada bagian pagar serta vegetasi merupakan pembatas buatan, karakter yang tercipta dari Pura Taman Ayun ini adalah bagian perairan yang mengelilingi

(9)

9

merupakan sumber mata air yang terdapat pada bagian Pura. Kemudian pada bagian tapak memiliki neraca air tanah yang tinggi, sehingga kualitas tanah memiliki pH kelembaban yang tinggi dan kualitas iklim/ udara disekitar tapak memiliki kesejukan yang tinggi.

Berikut adalah bentuk dari tapak objek :

Pada gambar sketsa menjelaskan pada tapak merupakan pusat dari sumber air, kemudian ukuran dari tapak pada Pura Taman Ayun bervariasi, pada bagian Nista Pura memiliki ketinggian level tanah yaitu 80 cm, kemudian pada bagian

Gambar 2.2.1.1 Skema Bentuk Tapak Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 2.2.1.2 Skema Kontur Tapak Sumber: Dokumentasi Pribadi

(10)

10

Madya dan Utama memiliki ketinggian masing-masing 150 cm. Pada tapak dari pura ini merupakan lahan yang berkontur landai, dengan ketinggian kurang lebih 3,5 meter.

2.2.2 Vegetasi

Pemakaian vegetasi yang berfungsi sebagai penyejuk dari pura Taman Ayun juga merupakan suatu keindahan visual yang terlihat dari jenis-jenis tanaman dan pemakaian rumput yang hijau sebagai usaha untuk menyejukkan tapak. Vegetasi yang diberikan merupakan vegetasi yang sebagaian hidup atau tumbuh pada daerah yang pH airnya lembab, seperti pohon cemara dan beringin yang memiliki tingkat kerindangan yang tinggi. Untuk membatasi bagian pura dengan area air juga terdapat vegatasi yaitu pohon bambu.

Keterangan Gambar: Vegetasi diletakkan pada bagian pendestrian untuk pengunjung, sehingga pengunjung mendapatkan kesejukan saat berjalan. Kemudian area tapak yang ditutupi oleh rerumputan membuat visual civitas menjadi nyaman dan bagus untuk dilihat.

Gambar 2.2.2.1 Vegetasi yang Terdapat di Pura Taman Ayun Sumber: Dokumentasi Pribadi

(11)

11

Keterangan Gambar: Pada bagian yang dilingkari merupakan vegetasi bambu yang digunakan untuk membatasi area tapak dengan perairan yang disekililing tapak, hal ini berfungsi untuk mengurangi erosi pada sekitar tapak atau lahan. Kemudian pada bagian Madya terdapat beberapa area yang memiliki vegatasi yang tinggi dan rimbun, hal ini juga berfungsi sebagai area hijau untuk memperbaiki dan menyejukkan sirkulasi pada area Objek.

2.2.3 Material

Gambar 2.2.2.2 Pembatas Berupa Pohon Bambu Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 2.2.3.1 Area Pedestrian pada Pura Taman Ayun Sumber: Dokumentasi Pribadi

(12)

12

Selanjutnya pada bahan material atau elemen yang terdapat pada objek adalah menggunakan material yang mencirikan budaya atau culture dari kebudayaan Bali. Pada bagian wantilan penggunaan material pada saka, serta pada upper structure merupakan material kayu. Kemudian pada material Bale kulkul, Candi Bentar, serta Kori Agung merupakan material yang menggunakan bata merah. Selanjutnya pada bagian atap dari bangunan Pura yaitu menggunakan atap jerami, yang merupakan ciri khas dari kebudayaan Bali.

Gambar 2.2.3.2 Bagian saka serta bagian upper structure yang menggunakan material dari bahan Kayu.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 2.2.3.3 Pada bagian badan dari Bale Kul-kul menggunakan material bata merah, serta pada bagian penutup

atas menggunakan serabut jerami. Sumber: Dokumentasi Pribadi

(13)

13

2.3 Kebudayaan

Dari segi Culture atau kebudayaan pada masyarakat Mengwi, atau lebih tepatnya pada masyarakat Bali, yaitu kebudayaan untuk mengadu ayam, dengan diberikannya tempat khusus yaitu berupa wantilan, dimana wantilan juga merupakan tempat berkumpulnya masyarakat untuk melihat pertarungan ayam. Pada intinya wantilan ini bermanfaat sebagai pemersatu dari masyarakat serta mempererat tali silaturahmi antar bermasyarakat. Uniknya pada bangunan wantilan ini terdapat diorama atau gambaran dari kegiatan pertarungan ayam/tajen itu sendiri.

Gambar 2.2.3.4 Area pendestriannya menggunakan material dari bahan batu paras, hal ini dapat ditemukan pada seputaran provinsi Bali.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 2.3.1 Wantilan yang terdapat diorama dari kegiatan Tajen Sumber: Dokumentasi Pribadi

(14)

14

3

POTENSI & PERMASALAHAN

3. 1 Potensi

Pada dasarnya fungsi dari Taman Ayun ini merupakan tempat untuk ibadah persembahyangan dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Mengwi. Seiring waktu berlalu, pura yang memiliki arti penting bagi masyarakat desa Mengwi ini pun mendapatkan pengakuan sebagai world heritage oleh UNESCO. Sebagai salah satu dari kebudayaan dunia, maka potensi yang dapat dilihat salah satunya adalah dari segi ekonomi bagi masyarakat sekitar maupun bagi daerah itu sendiri. Kebudayaan tradisional Bali pada umumnya dan kebudayaan ciri khas Badung pada khususnya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang hendak mencari destinasi pariwisata yang sarat akan nuansa spiritual dengan kebudayaan yang kental.

Pada tahun 2016 saja, di triwulan pertama pada tahun tersebut, pura ini rata-rata dapat menarik kurang lebih 13.000 pengunjung asing serta 6.000 pengunjung lokal. Secara nyata tentunya jumlah wisatawan ini dapat memberikan dampak yang signifikan bagi daerah Mengwi termasuk masyarakatnya sendiri. Hal ini dapat menjadi acuan indikator peningkatan ekonomi daerah sekitar.

Disisi lain, Pura Taman Ayun ini memiliki julukan “Kerajaan Air”, bukan tanpa sebab nama itu diberikan karena pura ini dikelilingi oleh telaga yang juga merupakan sumber irigasi bagi subak-subak yang ada disekitar pura ini. Sistem pengairan yang baik merupakan salah satu hal penting dalam subak dan dapat menjadi acuan keberhasilan saat musim panen. Sehingga jelas bahwa keberadaan sumber pengairan ini dapat menjadi faktor pendorong perekonomian masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai petani.

Secara kasat mata, fungsi dasar taman kota sendiri yang biasa digunakan sebagai tempat rekreasi juga dapat meningkatkan sisi psikologis dari masyarakat sekitar. Fungsi rekreasi ini dapat membantu meningkatkan semangat kerja setelah penat akan kegiatan-kegiatan dikantor. Ditambah lagi sebagai tempat

(15)

15

persembahyangan, pura ini juga dapat meningkatkan sisi spiritual dari masyarakat sekitar yang juga dapat membantu meningkatkan psikologis dari masyarakat. Terdorongnya semangat dan meningkatnya psikologis masyarakat untuk bekerja tentu akan berdampak pula pada penghasilan masyarakat itu secara tidak langsung.

Selain itu, sebagai world heritage tentu saja pura ini memiliki potensi sebagai culture center pada Kecamatan Mengwi ini. Pura ini dapat memberikan informasi kebudayaan pada masyarakat sekitar maupun wisatawan lokal yang hendak mempelajari kebudayaan Bali maupun Badung dengan segala ke-bhineka-annya. Lebih jauh lagi, bukan hanya masyarakat lokal, namun turis asing pun dapat pula mempelajari kebudayaan Bali, sehingga diharapkan nantinya kebudayaan Bali dan Badung akan berkembang serta dikenal di mancanegara.

3.2 Permasalahan

Permasalahan yang di hadapi adalah pengelolaan keruangan dan maintenance pura Taman Ayun. Menurut hasil survey yang telah dilakukan, masalah yang paling disoroti adalah tentang kebersihan, kenyamanan, dan keamanan. Apabila permasalahan ini dapat ditangani, maka tidak menutup kemungkinan akan lebih banyak turis yang berkunjung ke pura ini, mengingat Pura Taman Ayun merupakan warisan kebudayaan dunia yang sudah di tetapkan oleh UNESCO.

Selanjutnya adalah mempertahankan keaslian/originalitas serta menjaga dan merawat pura Taman Ayun ini agar tidak banyak berubah dan bergeser dari aspek keruangan serta bangunan/pelinggih yang ada di pura ini, juga dalam segi filosofi dan nilai-nilai yang ada didalamnya. Adanya kerusakan maka akan berdampak pada pemugaran. Jika pemugaran dilakukan dengan tetap mempertahankan material yang digunakan maka pemugaran baik untuk dilakukan. Namun pada saat ini bahan atau material pembentuk dari bangunan/pelinggih pada zaman sekarang sudah semakin sulit ditemukan. Sehingga dampaknya akan adanya perubahan dari segi material jika pemugaran dilakukan.

(16)

16

Untuk permasalahan dalam bidang sosial hampir tidak ditemukan, Karena adanya hubungan baik antara pihak Puri Mengwi, sebagai pengelola Taman Ayun, dengan masyarakat sekitar (Desa Adat, Subak). Di karenakan pihak Puri mengayomi desa adat sekitarnya dengan memberikan air telaga sebagai aliran irigasi subak pada Batan Badung dan Beringkit. Permasalahan yang muncul terjadi, apabila perairan di kolam tercemar maka, irigasi yang dialirkan ke subak-subak akan menjadi tercemar. Dari hasil survey, telaga pada Pura Taman Ayun ini akan meningkat volume airnya jika terjadi hujan dalam skala intens, hal ini dikarenakan terdapat sampah yang menghambat aliran air pada telaga ini.

Untuk masalah keruangan, yang ditakuti sekarang ini adalah terjadinya alih fungsi lahan subak yang berdekatan dengan objek pura Taman Ayun ini, yang ditakutkan akan mengancam status pura Taman Ayun sebagai culture landscape oleh UNESCO. Selain itu juga ditakutkan adanya masalah pencemaran lingkungan terhadap sumber air menjadi pemasok air utama untuk telaga di Pura Taman Ayun.

Permasalahan yang paling krusial yang dapat dilihat adalah peralihan fungsi dari Pura Taman Ayun ini, yang awalnya berfungsi sebagai tempat

Gambar 3.2.1 Berikut merupakan bagian kolam yang ada pada Pura Taman Ayun, dari kondisi kolam memiliki air yang keruh dikarenakan

alitran air yang tersumbat akibat sampah. Sumber: Dokumentasi Pribadi

(17)

17

persembhyangan, namun sekarang menjadi pusat/objek wisata. Dilihat dari segi kebudayaan atau agama yang mengkhususkan Pura sebagai tempat ibadah maka sudah jelas bahwa fungsi tersebut tidak boleh di-nomor-dua-kan, digeser, ataupun dihilangkan. Sebagai world haritage jelas baik bagi Taman Ayun untuk “menglobalkan” kebudayaan Bali dengan membuka akses Pura ini untuk umum. Namun alangkah baiknya jika pura yang merupakan tempat suci bagi umat Hindu tetap dijaga kesakralannya dengan tetap mengadakan persembahyangan dan upacara-upacara adat di Pura Taman Ayun ini.

Kemudian ada juga permasalahan pada area pendestrian di Pura Taman Ahyun, dimana pendestriannya memakai batu paras, yang apabila tidak dirawat menjadi gampang terkena lumut. Hal ini membuat pengunjung menjadi tidak nyaman, dikarenakan jalannya menjadi licin. Untuk penanganannya bisa menggunakan bahan yang tahan lumut, atau melapisi batu dengan menggunakan coating.

Masalah lainnya yaitu pada sebagian area yang tergenang, dimana kualitas tanah pada area tersebut kurang menyerap debit air yang tinggi pada saat volume hujan yang tinggi. Untuk penanggulangannya yaitu dengan menanam vegetasi yang mudah atau membutuhkan daya serap air yang tinggi, contohnya saja yaitu

Gambar 3.2.2 Salah satu area pendestrian yang mengalami kendala pada saat hujan, dikarenakan jalan menjadi licin dan berlumut.

(18)

18

pohon cemara atau kamboja yang membutuhkan debit air dalam jumlah yang banyak.

Permasalahan lain yang disoroti juga terjadi pada bagian pintu masuk Pura Taman Ahyun, dimana pada bagian depan ditutupi oleh paving block. Hal ini mengakibatkan daya resap dari debit atau volume air hujan menjadi terganggu, sehingga pada bagian depan Pura Taman Ahyun menjadi tegenang air. Untuk penanggulangannya yaitu dengan menggunakan paving grass block, sehingga permasalahan debit air tinggi pada saat hujan bisa ditanggulangi.

Gambar 3.2.3 Berikut adalah area yang tergenang air hujan. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.2.4 Enterance Pura Taman Ayun yang tergenang oleh air hujan.

Gambar

Gambar 1.1.1 Peta Lokasi Pura Taman Ahyun, Mengwi, Bali  Sumber: Google Maps
Gambar 1.1.2 Zoning Wilayah Fasilitas Umum pada Kecamatan  Mengwi
Gambar 1.4.1 Denah Pura Taman Ayun, Mengwi, Bali  Sumber: Internet
Gambar 2.2.1.1 Skema Bentuk Tapak  Sumber: Dokumentasi Pribadi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 12 (a) Vaskuler dengan ikatan tipe III pada buku bagian ujung sebelah dalam bambu tali, (b) Vaskuler dengan ikatan tipe IV pada ruas bagian pangkal sebelah inti

Dari data-data yang diperoleh di atas menunjukan bahwa gambar/ilustrasi yang digunakan pada baju kaos yang dijual pada obyek wisata Pura Tanah Lot dan Taman Ayun belum

Untuk area hijau baik di dalam tapak maupun di dalam bangunan akan dipilih beberapa jenis vegetasi yang dapat mengurangi jumlah polutan udara dan rindang sehingga

Gambar 12 (a) Vaskuler dengan ikatan tipe III pada buku bagian ujung sebelah dalam bambu tali, (b) Vaskuler dengan ikatan tipe IV pada ruas bagian pangkal sebelah inti

Satu spasi digunakan dalam bagian halaman abstrak, nama bab, judul tabel, dan caption (keterangan) gambar yang lebih dari satu baris, teks kutipan langsung yang terdirti dari 4

Hasil perhitungan nilai INP digunakan untuk analisis struktur vegetasi naungan porang di berbagai area studi, sehingga akan diketahui jenis vegetasi naungan yang

Asosiasi digunakan untuk mengetahui hu- bungan antara pohon damar asam dengan vegetasi lain di sekitarnya, dalam penelitian ini indeks asosiasi dengan vegetasi

Jenis Vegetasi Bagian yang digunakan Cara pengolahan Cara Pemakaian Tanaman Pangan Kemiri Biji Dihaluskan Ditambahkan dalam Makanan. Langsat Buah Tanpa