• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KABUPATEN KARAWANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KABUPATEN KARAWANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK

DI KABUPATEN KARAWANG

Riyanto1, Inayati2

1. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

2. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

E-mail: riyanto1192@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang Implementasi Retribusi Izin Trayek Di Kabupaten Karawang. Pembahasan dilatarbelakangi oleh kondisi Kabupaten Karawang yang termasuk daerah Industri sehingga memerlukan sarana transportasi untuk mendukung mobilisasi baik orang maupun barang salah satunya angkutan kota. Kemudian dihubungkan dengan implementasi retribusi izin trayek sebagai instrumen wajib. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan teori Edward III dengan jenis deskriptif dan termasuk dalam penelitian cross sectional dengan teknik pengumpulan data berupa studi literatur dan studi lapangan. Data tersebut dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat empat faktor keberhasilan suatu implementasi kebijakan yaitu indikator komunikasi, indikator sumberdaya, indikator disposisi dan indikator struktur birokrasi yang masih tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Terdapat hambatan baik dari dalam maupun dari luar Kabupaten Karawang dalam melaksanakan Imleplementasi Retribusi Izin Trayek.

Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan Publik, Retribusi, Retribusi Izin Trayek.

The Analysis of Implementation Public Transportation Permits Charge Policy in Kabupaten Karawang

Abstract

This research discusses the Implementation of Public Transportation Permits Charge Policy in Kabupaten Karawang. Discussion based on the condition of Karawang which is an industrial area needs both human transportation and stuff transportation. Angkutan Kota is one of them linking by Implementation of Transportation Permits Charge Policy as a substantial instrument. This research is qualitative research based on the theory of Edward III and descriptive data analysis techniques. The results of this research shows that successful of public policy implementation must be contain of four factors there are communication, resources, disposition, and bureaucratic structure are not relevant to those the researcher found on the field. There are some obstacles both from internal and external of Karawang in the implementing of Public Transportation Permits Charge Policy.

(2)

Pendahuluan

Pesatnya pertumbuhan dan pembangunan di Kabupaten Karawang harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Pemerintah Kabupaten Karawang telah menyediakan infrastruktur untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan seperti sekolah, rumah sakit, jalan raya, dan sarana transportasi. Pertumbuhan dan pembangunan di Kabupaten Karawang harus ditunjang dengan sarana dan prasarana umum yang memadai, salah satunya sarana transportasi umum. Selain untuk memudahkan mobilitas barang dan manusia sarana transportasi umum juga merupakan potensi bagi daerah untuk menarik retribusi.

Salah satu retribusi yang berkaitan dengan transportasi umum adalah Retribusi Izin Trayek. Selama ini retribusi izin trayek belum memberikan masukan yang signifikan bagi Pemerintah Kabupaten Karawang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Padahal retribusi izin trayek memiliki potensi yang cukup besar apabila dapat dimaksimalkan. Potensi sebesar Rp 1 milyar tersebut di dapat dari sekitar 7.000 unit angkutan kota yang beroperasi di jalan namun belum memiliki atau telah habis masa izin trayeknya.

Permasalahan mengenai jumlah realisasi yang tak sebanding dengan jumlah potensi tentunya mencerminkan suatu masalah yang terjadi di lapangan. Baik itu permasalahan yang terdapat di tingkat hulu maupun di tingkat hilir. Oleh karena itu pada tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Karawang membuat Organisasi Perangkat Daerah yang baru yaitu Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Karawang untuk mengatasi masalah di tingkat hulu yaitu perizinan. Selain itu Pemerintah Kabupaten Karawang juga meningkatkan pengawasan di tingkat hilir melalui peran aktif dari anggota Dinas Perhubungan, Komunkasi dan Informatika Kabupaten Karawang. Optimalisasi penerimaan retribusi izin trayek diharapkan dapat mengoptimalkan tujuan dan sasaran pelaksanaan retribusi izin trayek yaitu mengatasi permasalah angkutan umum.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai implementasi kebijakan retribusi izin trayek di Kabupaten Karawang beserta faktor penghambatnya.

(3)

Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena dalam menganalisis suatu kebijakan publik dalam hal ini kebijakan retribusi izin trayek di Kabupaten Karawang peneliti menggunakan empat indikator, yaitu indikator komunikasi, indikator sumberdaya, indikator disposisi dan indikator struktur birokrasi sebagaimana yang diungkapakan oleh Edward III. Jenis penelitian berdasarkan tujuan penelitiannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Berdasarkan manfaat penelitiannya, penelitian ini termasuk penelitian murni karena penelitian ini bersifat untuk kepentingan akademis tanpa disponsori pihak manapun. Dilihat dari dimensi waktu, penelitian ini tergolong dalam penelitian cross sectional yang dilakukan dari bulan Maret 2014 hingga Juni 2014.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan pihak Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Karawang, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (DISHUBKOMINFO) Kabupaten Karawang, Pengusaha Angkutan Kota, dan Akademisi. Selain itu peneliti juga menggunakan data-data pustaka terkait dengan penelitian. Berdasarkan teknik analisis data, penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif. Dalam analisis data kualitatif, tidak semua data yang diperoleh berkaitan dengan penelitian. Oleh karena itu, peneliti melakukan pemilahan atas data-data yang diperoleh dan kemudian dilakukan analisis. Kemudian peneliti juga melakukan observasi di lapangan untuk menguatkan analisis atas temuan-temuan di lapangan terkait dengan retribusi izin trayek.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Administrasi retribusi berpengaruh kepada keberhasilan retribusi yang merupakan salah satu kajian dari Evaluasi Kebijakan yang menurut Anderson adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak (Anderson, 1975, hlm. 151). Keberhasilan pelaksanaan Retribusi Izin Trayek dapat dilihat dari implementasinya yaitu melalui setiap tahapan administrasi pemungutan retribusi. Uraian mengenai tahapan administrasi penerimaan retribusi terdiri dari menentukan wajib retribusi, menerapakan nilai retribusi terutang, memungut retribusi, pemeriksaan kelalaian retribusi, dan prosedur pembukuan yang baik.

(4)

Wajib Retribusi Izin Trayek Kabupaten Karawang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Karawang No 8 Tahun 2013 pasal 31 adalah orang pribadi dan/atau Badan untuk melakukan kegiatan angkutan atau pelayanan jasa angkutan umum pada trayek tetap dan teratur maupun tidak dalam trayek serta yang menyimpang dari trayek karena keperluan tertentu. Tarif Retribusi Izin Trayek untuk angkutan kota di Kabupaten Karawang adalah sebesar Rp 350.000/5 tahun. Tarif ini mulai berlaku sejak Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2013 sedangkan sebelumnya belum diketahui berapa tarif sebelumnya dan Peraturan Daerah yang mengatur.

Petugas pemungut Retribusi Izin Trayek adalah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Karawang. Tahap selanjutnya dalam tahapan administrasi retribusi adalah tahap pemeriksaan dan pengawasan terhadap kelalaian retribusi yang dilakukan oleh Wajib Retribusi. Aktor pengawasan atau petugas pengawas untuk Retribusi Izin Trayek adalah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Karawang. BPMPT berperan dalam pemungutan Retribusi Izin Trayek sekaligus sebagai pengawas administrasi Wajib Retribusi. Transparansi adalah salah satu prinsip dasar perizinan yang diungkapkan oleh Prasojo. Transparansi dapat dilakukan salah satunya adalah dengan cara melakukan pembukuan yang benar dan terbuka. Pembukuan adalah syarat mutlak untuk segala hal yang berhubungan dengan uang, Demikian juga penerimaan Retribusi Izin Trayek harus dibukukuan. Pihak yang bertanggung jawab melakukan pembukuan adalah pemungut retribusi yaitu BPMPT.

Analisis Implementasi Retribusi Izin Trayek Di Kabupaten Karawang

Dalam analisis ini digunakan teori yang dikemukakan oleh Edward III yaitu keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh banyak indikator atau faktor masing-masing indikator tersebut saling berhubungan. Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat indikator, yaitu: indikator komunikasi, sumberdaya, indikator disposisi dan indikator struktur birokrasi.

BPMPT merupakan Organisasi Perangkat Daerah yang baru dibentuk pada Bulan Maret 2012. BPMPT dibentuk untuk memudahkan proses perizinan yang sebelumnya dilakukan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) masing-masing instansi terkait namun sekarang dapat dilakukan terpusat dengan sistem satu pintu sehingga ditujukan untuk memudahkan proses pembuatan suatu perizinan. Namun Organisasi Perangkat Daerah yang baru dibentuk ini bukan tidak menemui hambatan dalam melaksanaan tugas pokok dan

(5)

fungsi. Masih terlihat ketidaksingkronan antara BPMPT dengan DISHUBKOMINFO. Ditujukkan dengan tidak berjalannya komunikasi dua arah yang terjalin antar kedua instansi tersebut. Bentuk komunikasi tersebut seperti pemberitahuan informasi mengenai retribusi izin trayek dari BPMPT kepada DISHUBKOMINFO.

Didalam indikator sumberdaya, implementasi kebijakan harus ditunjang oleh sumber daya manusia, material dan metode, apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan suatu kebijakan maka implementasinya tidak akan barjalan efektif dan efisien. Untuk retribusi izin trayek di kabupaten Karawang, sumber daya manusia terdiri dari petugas BPMPT, petugas DISHUBKOMINFO dan wajib retribusi. Sekarang ini, masih terjadi ketidakseimbangan perbandingan antara jumlah petugas dengan luasan dan jumlah lintasan trayek yang harus diawasi. Sumber daya selanjutnya adalah sumber daya peralatan (facilities). Di Kabupaten Karawang, peneliti hanya memfokuskan pada sumber daya material yang dimiliki oleh BPMPT dan DISHUBKOMINFO. Untuk BPMPT sendiri sumber daya material yang dimiliki dalam hal ini sarana dan prasarana penunjang tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari BPMPT dapat dikatakan sudah cukup baik. Peneliti menemukan kendaraan dinas operasional, sarana prasarana yang membantu bagi wajib retribusi seperti ruang tunggu yang nyaman sudah dilengkapi dengan pendingin ruangan, tempat duduk dengan jumlah yang memadai untuk menunggu dilayani, layar sentuh datar untuk membantu wajib retribusi mengetahui informasi mengenai status izin trayeknya, kemudian ada juga standing banner yang memuat informasi mengenai tata alur dan prosedur operasional standar dari BPMPT.

Implementor yang baik harus memiliki disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan dan ditetapkan pembuat kebijakan. Di dalam proses retribusi izin trayek ini implementornya adalah petugas BPMPT kemudian DISHUBKOMINFO dan juga Wajib Retribusi. Sikap dari petugas BPMPT dan DISHUBKOMINFO menjadi kunci utama berjalan baik atau tidaknya proses perizinan dan retribusi izin trayek ini. Pada observasi lapangan yang dilakukan oleh peneliti di BPMPT peneliti menemukan bahwa dalam hal komitmen yang dilakukan petugas BPMPT sudah berjalan cukup baik karena peneliti melihat tiap petugas BPMPT melakukan tupoksinya masing-masing. Kemudian pada saat peneliti melakukan observasi lapangan di DISHUBKOMINFO peneliti menemukan tingkat kejujuran dari petugas DISHUBKOMINFO yang masih rendah. Peneliti menemukan terdapat oknum yang menawari “jasa khusus” dalam melakukan proses pembuatan surat-surat kendaraan sebagai prasyarat untuk mengajukan izin trayek seperti pengetesan kelayakan kendaraan (KIR). Dalam hal komunikasi peneliti melihat sebagian besar petugas DISHUBKOMINFO kurang komunikatif dengan wajib retribusi.

(6)

Tidak sedikit wajib retribusi yang menganggap proses pembuatan surat-surat kelengkapan sebagai prasyarat untuk mengajukan izin trayek yang berbelit-belit cenderung dipersulit.

Di dalam implementasi kebijakan, indikator struktur birokrasi mempunyai peranan penting. Salah satu aspek struktur birokrasi adalah adanya prosedur operasi standar (standard operating procedures atau SOP). Fungsi SOP adalah menjadi pedoman bagi setiap pelaksanaan dalam bertindak. Retribusi Izin Trayek Kabupaten Karawang diatur dalam Perda No 8 Tahun 2013 mulai dari tata cara pemungutan retribusi, penagihan sampai dengan ketentuan-ketentuan lain apabila terjadi masalah sepanjang proses retribusi izin trayek ini berlangsung, seperti keberatan, lebih bayar, kurang bayar dan sanksi administrasi. Sebagaimana yang tercantum dalam Standar Prosedur Operasi izin trayek BPMPT Kabupaten Karawang dalam hal untuk mengurus perizinan dan pembayaran retribusi izin trayek hanya memakan waktu 10 hari kerja namun peneliti menemukan hal yang tidak sesuai dengan SOP 10 hari kerja tersebut. Peneliti menemukan bahawa wajib retribusi dalam hal ini pengusaha angkutan umum yang mengeluhkan lamanya proses kepengurusan izin trayek yang memakan waktu berbulan-bulan.

Faktor Penghamabat Dalam Melaksanakan Retribusi Izin Trayek Di Kabupaten Karawang

Kebutuhan transportasi di setiap daerah merupakan kebutuhan penting. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dibutuhkan peran dari semua pihak terkait, dalam hal Retribusi Izin Trayek yaitu BPMPT, DISHUBKOMINFO, serta segenap Wajib Retribusi. Dalam proses pencapaian hal tersebut, tentu saja pemerintah Kabupaten Karawang mengalami tantangan dan hambatan yang bersifat internal maupun eksternal.

Faktor penghambat internal yang pertama, adalah sarana dan fasilitas pendukung yang masih minim dimiliki oleh DISHUBKOMINFO dalam hal pengawasan di lapangan. Sehingga kurangnya pengawasan ditingkat hilir mengakibatkan banyak wajib retribusi yang enggan membayarkan kewajibannya. Hal ini terlihat dari data pada tabel di bawah ini menunjukkan peningkatan denda yang cukup signifikan dari tahun 2010 ke 2011 untuk jenis trayek angkutan umum yaitu sebesar 3.144 kasus. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel yang peneliti cantumkan berikut ini :

(7)

Tabel 1 Pelayanan Izin Trayek Angkutan Tahun 2010-2011 No Jenis Tahun 2010 2011 1 Trayek - SK 495 588 - KP 1.417 1.719 - Denda (kali) - 3.144 2 Karyawan - SK 71 76 - KP 362 359 - Denda - -

Kemudian faktor penghambat yang kedua adalah, lamanya proses kepengurusan izin trayek. Pada Standar Operasional Prosedur kepengurusan izin trayek yang dimiliki BPMPT, untuk memproses sebuah izin yang diajukan oleh wajib retribusi paling lama memakan waktu 10 hari kerja. Namun pada kenyataannya waktu yang dibutuhkan lebih dari 10 hari kerja.

Ketika peneliti melakukan observasi di lapangan, peneliti menemukan kejadian seperti ini disebabkan oleh tiga komponen yaitu wajib retribusi, BPMPT dan DISHUBKOMINFO, dan prosedur kepengurusan izin trayek. Wajib retribusi kurang mengetahui syarat untuk mengurus perizinan trayek yang menyebabkan wajib retribusi terpaksan datang dan kembali ke BPMPT berkali-kali hal ini tentulah memakan waktu yang tidak sebentar. Karena kurangnya syarat yang tidak dilengkapi oleh wajib retribusi maka pihak dari BPMPT tidak dapat langsung memproses izin trayek yang diajukan.

Kemudian BPMPT juga harus meminta rekomendasi dari DISHUBKOMINFO apabila wajib retribusi ingin mengajukan atau memperpanjang izin trayek dengan cara melampirkan surat kelaiakan jalan (KIR) yang diterbitkan oleh DISHUBKOMINFO, sedangkan jarak kedua instansi ini tidaklah dekat. Selain itu prosedur kepengurusan izin trayek yang berbelit-belit dan bertahap-tahap membuat proses kepengurusan izin trayek menjadi semakin memakan waktu.

Faktor penghambat yang ketiga yang berasal dari dalam adalah terdapat jalur atau lintasan trayek yang masih sepi bahkan tidak ada sama sekali armada angkutan kota yang beroperasi di lintasan trayek tersebut. Tetapi di lain sisi, terdapat lintasan trayek yang sudah jenuh daya tampungnya. Hal ini disebabkan oleh para pengusaha angkutan kota yang didominasi oleh orang pribadi lebih memilih untuk beroperasi di lintasan trayek yang banyak penumpangnya sehingga pengusaha tersebut lebih cepat mendapatkan keuntungan.

(8)

Faktor penghambat pelaksanaan implementasi Retribusi Izin Trayek tidak hanya berasal dari dalam Kabupaten Karawang tapi juga dari luar Kabupaten. Faktor penghambat dari luar Kabupaten Karawang adalah adanya angkutan umum berplat luar karawang (selain plat T) yang beroperasi di dalam wilayah Kabupaten Karawang. Misalnya bis angkutan umum yang memiliki tujuan dari dan ke Kabupaten Karawang masih banyak yang tidak berplat T (Karawang) sehingga pemerintah kabupaten karawang dalam hal ini pihak BPMPT tidak dapat menarik retribusi izin trayek namun eksternalitas negatif yang ditimbulkan akibat beroperasinya bis luar Kabupaten Karawang tetap harus ditanggung pemerintah kabupaten.

Selain itu faktor penghambat yang berasal dari luar Kabupaten Karawang adalah banyak industri perusahaan yang menggunakan jasa transportasi sewaan untuk mengantar dan menjemput tenaga kerja buruh. Hal inilah yang menyebabkan potensi pasar dari angkutan umum menjadi berkurang. Perusahaan diuntungkan dengan fasilitas jasa transportasi sewaan namun tidak demikian dengan para pengusaha angkutan umum. Hal inilah yang memberatkan para pengusaha angkutan umum dalam menutupi biaya operasi sehari-sehari. Akibatnya banyak pengusaha yang merasa keberatan untuk membayar retribusi izin trayek perpanjangan.

Gambar Bis Karyawan

Sumber : Data Peneliti

Oleh karena itu pengusaha angkutan kota menyiasati hal itu dengan berpindah trayek. Pengusaha angkutan kota lebih memilih jalur yang tidak begitu ramai tetapi tidak bersaing dengan angkutan karyawan yang disewa oleh perusahaan disbanding jalur yang ramai tetapi harus bersaing dengan angkutan karyawan. Hal inilah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ketimpangan jumlah armada angkutan kota yang beroperasi pada suatu lintasan trayek tertentu dengan lintasan trayek lainnya.

(9)

Simpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan pemaparan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa implementasi Retribusi Izin Trayek di Kabupaten Karawang secara umum telah dilaksakan sesuai dengan kriteria yang disebutkan oleh Edward III, meskipun ada beberapa hal yang tidak sejalan dengan teori tersebut. Indikator dari keberhasilan teori implementasi kebijakan publik yang diungkapkan oleh Edward III yaitu komunikasi, sumber daya, sikap, dan struktur birokrasi. Namun ada ketidaksesuaian antara lain :

• Komunikasi

Tidak berjalannya komunikasi dua arah yang terjalin antara BPMPT dengan DISHUBKOMINFO sehingga merugikan wajib retribusi yang ingin mengurus izin trayek maupun membayar retribusi izin trayek.

• Sumber Daya

• Baik sumber daya manusia maupun sumber daya peralatan yang masih kurang pada DISHUBKOMINFO. Sedangkan sumber daya yang terdapat pada BPMPT sudah dapat dikatakan baik.

• Sikap atau Disposisi

Di dalam indikator disposisi ini implementornya adalah petugas BPMPT kemudian DISHUBKOMINFO, dan juga Wajib Retribusi belum maksimal dalam menjalankan peran dan fungsi masing-masing.

• Struktur Birokrasi

Standar Operasional Prosedur yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan terkait dengan masalah lama waktu proses pengurusan retribusi izin trayek pada BPMPT.

Faktor penghambat dari dalam (internal) Kabupaten Karawang antara lain adalah sarana dan fasilitas pendukung yang masih minim dimiliki oleh DISHUBKOMINFO dalam hal pengawasan di lapangan sehingga kurangnya pengawasan ditingkat hilir mengakibatkan banyak wajib retribusi yang enggan membayarkan kewajibannya ditambah dengan kurangnya jumlah sumber daya manusia dari pihak DISHUBKOMINFO yang hanya berjumlah 12 petugas saja. Selain itu, proses pengurusan izin trayek yang memakan waktu lebih lama daripada lama waktu yang telah ditetapkan di dalam SOP. Kemudian terdapat ketimpangan jumlah armada angkutan kota yang beroperasi antara satu lintasan trayek yang satu dengan lintasan trayek yang lainnya. Sedangkan faktor penghambat dari luar (eksternal) adalah

(10)

terdapat angkutan umum berplat luar Karawang yang beroperasi di dalam wilayah Kabupaten Karawang. Selain itu banyak industri perusahaan yang menggunakan jasa transportasi sewaan untuk mengantar dan menjemput tenaga kerja buruh.

Dari simpulan tersebut, peneliti memberikan rekomendasi untuk ditingkatkan kerjasama dan komunikasi dalam hal pemberian informasi antara BPMPT dengan DISHUBKOMINFO sehingga terjadi koordinasi yang saling menguntungkan dikedua belah pihak, kemudian peningkatan Pengadaan sarana dan fasilitas bagi DISHUBKOMINFO untuk meningkatkan pengawasan di tingkat hilir. Selain itu peneliti juga memberikan masukan bagi ketiga instrumen dalam pelaksanaan implementasi retribusi izin trayek di Kabupaten Karawang yaitu pihak BPMPT, DISHUBKOMINFO, dan Wajib Retribusi agar meningkatkan peran dan fungsi masing-masing. Terakhir perlu ditingkatkan pelayanan dalam hal jangka waktu proses pembuatan izin trayek sesuai dengan SOP yang berlaku sehingga tidak menyulitkan wajib retribusi.

REFERENSI

Edwards III, George C. (1980) Implementing Public Policy. Washington: Congressional Quarterly Press.

Kurniawan, Panca dan Agus Purwanto. (2004). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia, Malang: Bayumedia Publishing.

Mansury, R. (1994). Panduan Konsep Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Bina Rena Prawira

Peraturan:

Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

---. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

---. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Retribusi Izin Tertentu di Kabupaten Karawang.

Situs Internet:

(11)

Realisasi Peneriman Daerah Kabupaten Karawang Tahun 2013, diunduh dari www.karawangkab.bps.go.id, tanggal 15 Maret 2014, pukul 21.05 WIB

Setengah Angkutan Umum Karawang tak Perpanjang Izin Trayek, diunduh dari www.pikiran-rakyat.com, tanggal 16 Maret 2014, pukul 17.20 WIB

Pengusaha Angkot Diminta Perpanjang Izin Trayek, diunduh dari www.radar-karawang.com, tanggal 16 Maret 2014, pukul 19.30 WIB

Gambar

Tabel 1 Pelayanan Izin Trayek Angkutan Tahun 2010-2011  No  Jenis  Tahun  2010  2011  1  Trayek  - SK  495  588  - KP  1.417  1.719  - Denda (kali)  -  3.144  2  Karyawan  - SK  71  76  - KP  362  359  - Denda  -  -
Gambar Bis Karyawan

Referensi

Dokumen terkait

Alasan penggunaan media lingkungan sebgai sumber belajar pada dasarnya lingkungan merupakan bagian terdekat dengan siswa dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan

Ekstrak teripang pasir (H. scabra) memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri S. Kemampuan daya hambat ekstrak teripang pasir tersebut tergolong sedang yaitu

Seluruh aparat Pemerintah Daerah khususnya aparat di bidang penertiban seperti Pol PP mempunyai kewajiban moral untuk menyampaikan informasi dan himbauan yang

$erdasarkan pengamatan, diperoleh hasil baha paku dikategorikan men&adi in group, sedangkan baud sebagai out grup- n!a. Paku dilihat hubungan kekerabatann!a

Oleh karena itu metode ini sebagai tahap awal memasukkan kromosom dengan nilai fitness yang paling baik atau beberapa kromosom dengan nilai fitness yang tinggi atau cukup

Penelitian pada PT.Indokarya Mandiri mengimplementasikan metode pendekatan Object Oriented Programming (OOP) dan untuk pengembangan sistem informasinya menggunakan

Pertama konsesi-konsesi tarip yang terlebih dahulu telah saling diberikan antara anggota-anggota GATT pada tahun 1947 di Jenewa dan pada tahun 1949 di Annecy seharusnya tidak

Pernyataan dengan kata-kata yang diucapkan dalam bentuk tembang atau dinyanyikan akhirnya Dharmagìtà dalam upacara agama Hindu dapat dinyatakan sebagai bahasa kebhaktian