• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Publik (Public Space) 2.1.1 Pengertian Ruang Publik

Ruang publik adalah ruang dalam suatu kawasan yang dipakai masyarakat penghuninya untuk melakukan kegiatan kontak publik (Whyte dalam Carmona dkk. 2003). Ruang publik dapat berbentuk cluster maupun linier dalam ruang terbuka maupun tertutup. Beberapa contoh ruang publik antara lain: piazza, square, atrium, pedestrian (Gambar 1)

Gambar 1 Piazza del Campo di Sienna, Sebuah Ruang Publik Sumber: http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/12167 / budiyono.pdf

Menurut Ir. M. Fausal sebagai Kepala Sub Dinas Tata Kota DKI Jakarta (dalam kajian pengembangan ruang terbuka hijau oleh Budiyono), ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu tidak

(2)

tertentu. Ruang publik itu sendiri dapat berbentuk trotoar, ruang terbuka hijau, taman kota, hutan dan sebagainya. Apabila dilihat dari sifatnya ruang terbuka publik bisa dibedakan menjadi ruang terbuka publik privat (memiliki batas waktu tertentu untuk mengaksesnya dan kepemilikannya sangat pribadi, semisal Ancol), semi privat (ruang publik yang kepemilikannya pribadi namun bisa diakses langsung oleh masyarakat, semisal Senayan) dan umum (kepemilikannya oleh pemerintah dan bisa diakses langsung oleh masyarakat tanpa batas waktu tertentu, semisal Monas). Ruang terbuka publik bisa juga diartikan sebagai ruang interaksi.

Menurut Carr et al. dalam Carmona dkk. (2003), ruang publik dalam suatu permukiman akan berperan secara baik jika mengandung unsur antara lain:

a. Comfort, merupakan salah satu syarat mutlak keberhasilan ruang publik. Lama tinggal seseorang berada di ruang publik dapat dijadikan tolok ukur comfortable tidaknya suatu ruang publik. Dalam hal ini kenyamanan ruang publik antara lain dipengaruhi oleh environmental comfort yang berupa perlindungan dari pengaruh alam seperti sinar matahari, angin; physical comfort yang berupa ketersediannya fasilitas penunjang yang cukup seperti tempat duduk; social and psychological comfort.

b. Relaxation, merupakan aktifitas yang erat hubungannya dengan psychological comfort. Suasana rileks mudah dicapai jika badan dan pikiran dalam kondisi sehat dan senang. Kondisi ini dapat dibentuk dengan menghadirkan unsur-unsur alam seperti tanaman/pohon, air dengan lokasi

(3)

yang terpisah atau terhindar dari kebisingan dan hiruk pikuk kendaraan di sekelilingnya.

c. Passive engagement, aktifitas ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Kegiatan pasif dapat dilakukan dengan cara duduk-duduk atau berdiri sambil melihat aktifitas yang terjadi di sekelilingnya atau melihat pemandangan yang berupa taman, air mancur, patung atau karya seni lainnya.

d. Active engagement, suatu ruang publik dikatakan berhasil jika dapat mewadahi aktifitas kontak/interaksi antar anggota masyarakat (teman, famili atau orang asing) dengan baik.

e. Discovery, merupakan suatu proses mengelola ruang publik agar di dalamnya terjadi suatu aktifitas yang tidak monoton. Aktifitas dapat berupa acara yang diselenggarakan secara terjadwal (rutin) maupun tidak terjadwal diantaranya berupa konser, pameran seni, pertunjukan teater, festival, pasar rakyat (bazaar), promosi dagang.

2.1.3 Klasifikasi ruang publik

Marcus (1992) membagi publick space dalam 7 (tujuh) kategori, yaitu:

1. Neigborhood Park, didominasi oleh lapangan rumput hijau, tanaman dan pohon peneduh, biasanya berada pada lokasi permukiman dengan aktifitas beragam seperti kegiatan olah raga, bermain-main, berjalan-jalan, dan sebagainya. Termasuk dalam kegiatan ini adalah kegiatan pasif seperti

(4)

duduk-duduk untuk istirahat dan mandi matahari (sun bathing). Kegiatan pada taman ini sangat tergantung pada kepadatan disekitarnya dan lokasinya di lingkungan tersebut.

2. Mini Park, atau yang dikenal dengan sebuatan vest-pocket park, digunakan untuk kegiatan dengan skala local, luasnya hampir sama dengan luas satu sampai tiga rumah disekitarnya, pemakai taman ini biasanya anak-anak dan remaja (Gambar 2).

Gambar 2.2 Kegiatan Olahraga Masyarakat pada Ruang Terbuka Sumber: Data Primer (Dokumentasi pribadi)

3. Urban Plaza, biasanya didominasi oleh perkerasan, berada dipusat kota dan umumnya dikembangkan seiring dengan pertumbuhan bangunan tinggi disekitarnya. Beberapa plaza dimiliki oleh perorangan atau kelompok tertentu tetapi biasanya dapat diakses oleh umum.

4. Campus Outdoor Space, merupakan ruang terbuka dengan kombinasi halaman rumput dan perkerasan yang seimbang, terletak di dalam kampus,

(5)

digunakan untuk duduk-duduk, belajar, relaksasi, sosialisasi, atau sekedar lewat.

5. Elderly Housing Outdoor Space, merupakan ruang terbuka untuk berjalan-jalan, duduk-duduk, berkebun, terutama diperuntukkan bagi orang-orang lanjut usia yang bertempat tinggal disekitar ruang terbuka tersebut.

6. Day Care Open Space, adalah ruang terbuka untuk bermain bagi anak-anak pra sekolah (umur 3 samapai 5 tahun) tetapi tidak tertutup kemungkinan digunakan oleh kelompok umur lain. Lokasinya berada dalam pusat perawatan atau rehabilitasi kesehatan.

7. Hospital Outdoor Space, merupakan halaman, kebun, patio atau taman dari rumah sakit yang digunakan oleh pasien, staf rumah sakit, keluarga pasien dan juga pengunjung umum lainnya. Ruang terbuka ini mengandung unsur pengobatan terapi.

Ruang terbuka merupakan bagian dari penataan ruang suatu kawasan yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kawasan terdiri atas pertamanan, kawasan hijau kota, kawasan hijau rekreasi, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya (Fandeli, 2004).

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan, Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam

(6)

penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.

Maksud diselenggarakannya ruang terbuka menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 adalah untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem suatu kawasan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya dengan luasan yang harus direncanakan sebesar lebih kurang 25 % dari luas wilayah. Ruang terbuka (Open Space) memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi bio-ekologis dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial dan ekonomi. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam lingkungan perumahan secara seimbang dan lestari akan membentuk lingkungan yang sehat dan manusiawi (Purnomohadi, 2006).

Ruang Terbuka (Open Space), baik ruang terbuka publik maupun ruang terbuka privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota.

Ruang terbuka berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kawasan secara fisik, harus merupakan satu bentuk ruang terbuka yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kawasan, seperti

(7)

ruang terbuka untuk perlindungan sumber daya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat kehidupan liar.

Ruang terbuka untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan ruang terbuka pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kawasan tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kawasan.

Manfaat ruang terbuka (Open Space) berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati.

Manfaat lain ruang terbuka selain sebagai wahana penyerap air, masih banyak manfaat ruang terbuka yang membuatnya berharga untuk dilestarikan. Ruang terbuka mampu mengendalikan iklim mikro suatu lingkungan khususnya yang berkaitan dengan suhu. Suka atau tidak, kita harus mengakui bahwa suhu rata-rata kota-kota di Indonesia dalam 15 tahun terakhir ini telah meningkat. Selain diakibatkan adanya pemanasan global, juga makin rendahnya persentase luas ruang terbuka kota dibandingkan daerah terbangun ditengarai sebagai salah satu penyebabnya. Menurut pakar tata lingkungan Eko Budihardjo (1997) keberadaan ruang seluas kurang lebih 30 ha. yang dipenuhi pepohonan dapat menurunkan suhu lingkungan kurang lebih 2,5oC. Dapat dimengerti bahwa lahan yang ditumbuhi

(8)

pepohonan rindang memberi efek kanopi yang menahan radiasi panas matahari sebelum mencapai objek yang diteduhinya. Dedaunan yang berwarna hijau gelap menyerap panas radiasi matahari yang biasanya terpantulkan oleh objek lain (Todd, 1995).

Penelitian yang dilakukan oleh Lipsmeiter menunjukkan bahwa suhu diatas permukaan rumput bisa mencapai 5oC lebih rendah dibandingkan suhu permukaan yang diperkeras beton, sementara Todd (1995) menyebutkan perbedaan suhu 8oC antara permukaan tanah terbuka dengan permukaan berumput. Diketahui pula bersama bahwa manusia hidup nyaman dalam suhu yang sangat tertentu, Berkisar antara 10oC hingga 27oC, dengan kelembaban antara 40% – 75% (Laurie, 1994). Untuk suhu kerja, lebih terbatas lagi antara 18oC hingga 25o

Untuk mencapai taraf keberhasilan yang diinginkan, penting pula ditetapkan suatu rasio perbandingan antara jumlah penduduk dengan kebutuhan ruang terbuka. Prof. Michael Laurie, guru besar arsitektur lansekap dari University of California-Berkeley mengemukakan rasio minimal penyediaan 0,4 ha. ruang terbuka bagi setiap 800 jiwa penduduk. Ruang terbuka tersebut sebaiknya dapat dicapai dari setiap rumah dengan berjalan kaki, jadi jaraknya tidak melebihi 300 m. (Frick & Setiawan, 2002). Suatu hal yang cukup berat untuk dipenuhi dalam keadaan perekonomian yang sulit C . (Mangunwijaya, 1980). Sehingga dapat disimpulkan bahwa akumulasi ruang terbuka hijau yang tinggi dapat berperan secara signifikan dalam pengontrolan suhu lingkungan yang nyaman bagi penghuni.

(9)

seperti sekarang ini. Namun demikian, sekedar sebagai perbandingan, angka tersebut dapat dijadikan patokan ideal bagi perwujudan suatu lingkungan binaan nyaman yang kita cita-citakan bersama.

2.3 Pemanfaatan Ruang Terbuka pada Lingkungan/Perumahan

Ruang Terbuka (Open Space) pada lingkungan/permukiman dapat dioptimalkan fungsinya (Makalah Lokakarya “Pengembangan Sistem RTH Di Perkotaan” Dalam rangkaian acara Hari Bakti Pekerjaan Umum ke 60. Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum):

a. Sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan sosial di lingkungan tersebut, untuk mendukung aktivitas penduduk di lingkungan tersebut, fasilitas yang harus disediakan minimal bangku taman dan fasilitas mainan anak-anak. Selain sebagai tempat untuk melakukan aktivitas sosial, ruang terbuka dapat pula dimanfaatkan sebagai suatu community garden dengan menanam tanaman obat keluarga/apotik hidup, sayur, dan buah-buahan yang dapat dimanfaatkan oleh warga.

b. Dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan sosial lainnya di lingkungan tersebut. Fasilitas yang disediakan berupa lapangan untuk berbagai kegiatan, baik olahraga maupun aktivitas lainnya, beberapa unit bangku taman yang dipasang secara berkelompok sebagai sarana berkomunikasi dan bersosialisasi antar

(10)

warga, dan beberapa jenis bangunan permainan anak yang tahan dan aman untuk dipakai pula oleh anak remaja.

c. Ruang terbuka juga dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan penduduk dalam satu kompleks perumahan. Ruang ini dapat berupa taman aktif, dengan fasilitas utama lapangan olahraga (serbaguna), dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif, dimana aktivitas utamanya adalah kegiatan yang lebih bersifat pasif, misalnya duduk atau bersantai, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau dengan pohon-pohon tahunan (Tabel 2.1)

Tabel 2.1 Fungsi Ruang Terbuka (Open Space)

FUNGSI

MANFAAT

Langsung Tolak ukur Tidak langsung Tolak ukur

1. Ekologis 1.Menurunkan tingkat pencemaran udara 2. Meningkatkan

kandungan air tanah

a. Kadar pencemaran (CO, Pb, debu, dll) b. Jumlah dan kualitas

air tanah 1. Konservasi keanekaragaman hayati 2. Menurunnya penyakit ISPA k a. Keberadaannya b. Jumlah penderita ISPA

2. Sosial 1. Menurunkan tingkat stress masyarakat 2. Konservasi situs alami sejarah a. Jumlah penderita penyakit kejiwaan b. Keberadaan 1. Menurunkan konflik sosial 2. Meningkatkan keamanan kawasan 3. Meningkatkan produktivitas masyarakat a. Jumlah konflik sosial b. Jumlah kejadian criminal c. Output/jam 3. Ekonomi 1. Meningkatkan pendapatan masyarakat 2. Meningkatkan jumlah wisatawan a. Pendapatan masyarakat b. Jumlah kunjungan wisatawan 1. Efek ganda peningkatan jumlah wisatawan a. Pertumbuhan ekonomi

(11)

4. Arsitektural 1. Meningkatkan kerapian dan keteraturan kawasan 2. Meningkatkan kenyamanan kota 3. Meningkatkan keindahan kawasan a. Kerapian dan kebersihan kawasan b. Lebih nyaman(suhu,dll) c. Lebih indah 1.Menurunkan konflik sosial 2. Meningkatkan keamanan kawasan 3. Meningkatkan produktivitas masyarakat a. Jumlah konflik sosial b. Jumlah kejadian kriminal c. Output/jam Sumber: http://www.penataanruang.net/taru/Makalah/051130-rth.pdf

(12)

2.4

Dasar dari peran serta masyarakat terhadap penataan ruang adalah Peran Serta Masyarakat Terhadap Keberadaan Ruang Terbuka

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 39 tahun 1996 tentang Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dampak dari peran serta masyarakat perumahan terhadap penataan ruang terbuka dapat ditinjau dari sisi internal dan Sisi eksternal baik secara mikro (penataan pekarangan rumah tinggal berupa penghijauan pertamanan) maupun secara makro (usaha penghijauan lingkungan kawasan), berpengaruh terhadap aspek sosial ekonomi dan aspek sosial budaya.

2.4.1 Sisi internal

Pemberdayaan masyarakat perumahan tentang pentingnya ruang terbuka

dalam menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik, membawa dampak sosial budaya yaitu mengembangkan kesadaran masyarakat untuk mencintai tanaman serta melestarikan lingkungan. Kegiatan dalam pembangunan ruang terbuka hijau secara swadaya memberikan nilai kebersamaan sebagai suatu kegiatan gotong royong antar warga yang akan mempererat rasa kesatuan dan persatuan. Dengan demikian, rasa memiliki lingkungan kawasan akan menjadi dasar dalam pengembangan lingkungan menuju ketertiban, keindahan, keamanan, dan kenyamanan lingkungan.

(13)

2.4.2 Sisi eksternal

Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan peruntukan pembangunan ruang terbuka hijau akan meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan dari hasil tanaman penghijauan tanaman hias dan tanaman produktif, seperti:

1. Munculnya penjual tanaman penghijauan.

2. Menciptakan kesempatan kerja bagi petani tanaman dan buah-buahan. 3. Memberikan kesempatan tenaga kerja sebagai pengumpul bibit tanaman. 4. Munculnya petani tanaman produktif yang dapat memetik hasil setelah

pohon yang ditanam berbuah.

2.5 Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow

Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi. Kebutuhan maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya (Goble, Frank G.,1987)

Lima kebutuhan dasar Maslow disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial (Gambar 2.3).

(14)

Belogical and Physiological Needs Safety Needs

Belongingness and Love Needs Esteem Needs

Self Actualisation

Gambar 2.3 Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow 1. Kebutuhan Fisiologis (Belogical and Physiological Needs)

Contohnya adalah: Sandang/pakaian, pangan/makanan, papan/rumah,dan kebutuhan biologis seperti bernafas, buang air dan lain sebagainya.

2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan (Safety Needs)

Contoh seperti: Bebas dari penjajahan, ancaman, rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.

3. Kebutuhan Sosial (Belongingness and Love Needs)

Misalnya adalah: memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.

4. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)

(15)

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualisation)

Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.

2.6 Teori Motivasi Maslow

Motivasi adalah dorongan untuk mencapai tujuan tertentu. Dorongan itu bisa saja berbentuk antusiasme, harapan dan semangat. Semua yang kita lakukan setiap hari senantiasa dibayangi oleh adanya motivasi. Misalnya, seorang karyawan yang bekerja tentu saja memiliki motivasi bekerja, begitu pula seorang atlet memiliki motivasi bertanding, seorang pelajar dengan motivasi belajar, dan lain sebagainya.

Salah satu cara memahami hakekat manusia adalah dengan pendekatan yang lebih mengarah kepada teori tentang kepribadian manusia. Dewasa ini telah banyak hasil yang dicapai oleh para ahli psikologi dalam usaha untuk menyusun teori kepribadian. Pembahasan tentang kepribadian ini berkaitan erat dengan perilaku manusia yang salah satu determinannya adalah motivasi.

Berdasarkan penggolongan determinan perilaku manusia itulah para ahli psikologi mengemukakan teori-teorinya tentang motivasi. Di antara teori motivasi yang dikemukakan adalah teori aktualisasi diri yang pertama kali dikemukakan oleh Carl Rogers dan kemudian dikembangkan oleh Abraham H. Maslow. Abraham H. Maslow ini

(16)

dianggap sebagai tokoh madzhab ketiga dari aliran psikologi yang melakukan penelitan dengan cara meneliti orang-orang yang sehat sebagai obyeknya.

(17)

1. Hakikat Manusia

Tentang hakekat manusia Maslow berpendapat bahwa manusia memiliki satu kesatuan jiwa dan raga yang bernilai baik, dan memiliki potensi-potensi. Yang dimaksud baik itu adalah yang mengakibatkan perkembangan kearah aktualisasi diri.

2. Kebutuhan Pokok Manusia

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang akan selalu menjadi motivasi perilakunya, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan memiliki dan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri, dan aktualisasi diri. Untuk dapat sampai pada tingkat aktualisasi diri semua kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada tingkat sebelumnya harus terpenuhi. Selain kebutuhan pokok tersebut yang disebut basic needs manusia juga memiliki metaneeds sebagai kebutuhan pertumbuhan seperti keadilan, keindahan, keteraturan, dan kesatuan.

3. Kebutuhan Pokok sebagai Unsur Motivasi

Teori Motivasi Maslow dibentuk atas dasar teori hirarki kebutuhan pokok. Dengan kata lain pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok inilah yang memotivasi manusia berbuat sesuatu. Teori ini tidak sekedar bersifat homeostatis tetapi juga homeostatis psikologis. Bahkan pada tingkat puncak kebutuhan yang disusun Maslow mengarah kepada mistisisme.

Gambar

Gambar 1 Piazza del Campo di Sienna, Sebuah Ruang Publik  Sumber: http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/12167 / budiyono.pdf
Gambar 2.2  Kegiatan Olahraga Masyarakat pada  Ruang Terbuka  Sumber: Data Primer (Dokumentasi pribadi)
Gambar 2.3  Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow  1.  Kebutuhan Fisiologis (Belogical and Physiological Needs)

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu

pemeliharaan yang belum sempurna, baik itu yang menyangkut sistem perkandangan, sistem pemeliharaan, sistem gudang pakan, sistem pemberian pakan, dan program kesehatan

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah (1) bagi guru maupun siswa supaya lebih teliti dalam menggunakan program kuis interaktif tipe fill in the

tersebut, karena sejak saat itu Terdakwa tidak nampak di kesatuan dan pergi meninggalkan kesatuan tanpa ijin atasan yang berwenang, sampai kemudian pada tanggal

116 Sepatu Dinas Harian PDH Standard TNI Bahan Kulit split, hak karet warna hitam, sol rata sistem Pasang 325.000 dan Polri cetak vulkanisasi moulding model 1/2 pakai

Definisi konseptual dalam penelitian ini mencakup variabel bebas yang terdiri dari motivasi berprestasi, disiplin kerja dan kompetensi pedagogik, sedangkan variabel terikat

Keluhan utama penyakit atau kelainan hidung dapat berupa sumbatan hidung, secret hidung dan tenggorok, bersin, rasa nyeri di daerah muka dan kepala, perdarahan hidung

Jurusan Teknik Elektro FT UM PROPOSAL-TE Halaman 1 dari 11 Dokumen ini dan informasi yang dimilikinya adalah milik Jurusan Teknik Elektro FT UM dan bersifat rahasia.. Dilarang