TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
4
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
5
4
5
TIm NasIONal PERCEPaTaN PENaNggulaNgaN KEmIsKINaN
BuKu PEgaNgaN REsmI TKPK daERah
PaNduaN PENaNggulaNgaN KEmIsKINaN
sEKRETaRIaT WaKIl PREsIdEN REPuBlIK INdONEsIa
PaNduaN
PENaNggulaNgaN
KEmIsKINaN:
BUKU PEGANGAN RESMI TKPK dAERAh
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
10
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
i
10
Judul: Panduan Penanggulangan Kemiskinan:
Buku Pegangan Resmi TKPK Daerah Foto: cortessy panoramio, wordpress.com disusun dan diterbitkan oleh:
Tim nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TnP2K) Cetakan Pertama, edisi Pertama (Januari 2011)
hak Cipta dilindungi undang-undang.
© 2010 Tim nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TnP2K) akses : www.tnp2k.wapresri.go.id
Kritik dan saran : tnp2k@wapresri.go.id
Korespondensi : Tim nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Kantor Wakil Presiden Republik indonesia
Jl. Kebon sirih no. 35 Jakarta Pusat 10110 Telp. 021-3912812
Fax. 021-3912-511 dan 021-391-2513 e-mail: tnp2k@wapresri.go.id Website: www.tnp2k.wapresri.go.id
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
10
i
KATA PENGANTAR
D
alam rangka meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan,
telah diterbitkan Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, mengamanatkan dibentuknya Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Nasional (TNP2K) yang diketuai oleh Wakil
Presiden. Selain itu diamanatkan pula pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan (TKPK) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebagai mitra kerja TNP2K.
Selanjutnya untuk mengatur mekanisme kerja TKPK Daerah, diterbitkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No 42 Tahun 2010 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Buku Panduan Analisis Kemiskinan di Daerah ini merupakan panduan kerja resmi
untuk TKPK Daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Buku panduan ini,
dimaksudkan untuk meningkatkan peran TKPK Daerah agar mampu melakukan: (1)
Analisis kondisi kemiskinan di daerah masing-masing; (2) Penyusunan anggaran
yang efektif dalam penanggulangan kemiskinan; dan (3) Koordinasi dan pengendalian
program-program penanggulangan kemiskinan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Prof. Dr. Ascobat Gani, yang
telah memberikan masukan untuk bidang kesehatan. Selain itu, terima kasih juga
kami sampaikan kepada Tim Decentralize Basic Education (DBE)-USAID yang telah
memberikan masukan untuk bidang pendidikan. Terima kasih disampaikan kepada
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
iii
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
ii
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
iii
ii
untuk melakukan diskusi dalam proses penyusunan buku panduan ini. Kami sampaikan
terima kasih kepada seluruh staf TNP2K yang telah berkontribusi pada penyusunan
panduan ini.
Seperti layaknya buku panduan lain, buku panduan ini bersifat dinamis sebagai
living document, untuk itu sangat terbuka segala masukan bagi penyempurnaan.
Sebagai penutup, kami berharap semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh
pemangku kepentingan yang bergerak dalam bidang penanggulangan kemiskinan di
Indonesia.
Jakarta, Januari 2011
Deputi Seswapres Bidang Kesejahteraan
Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan
Selaku Sekretaris Eksekutif Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
iii
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
ii
iii
DAFTAR SINGKATAN
AKB Angka Kematian Bayi
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APM Angka Partisipasi Murni
ATS Alat Tulis Sekolah
BAHP Bahan dan Alat Habis Pakai
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BCG Bacillus Calmette Guerin
BNI Bank Negara Indonesia
BOS Biaya Operasional Sekolah
BOSP Biaya Operasional Satuan Pendidikan
BPMKS Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta BPS Badan Pusat Statistik
BRI Bank Rakyat Indonesia
BTN Bank Tabungan Negara
DKI Daerah Khusus Ibukota
G-KDP Green Kecamatan Development Program
HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome
IPA Ilmu Pengetahuan Alam
IPS Ilmu Pengetahuan Sosial
JPSBK Jaring Pengaman Bidang Kesehatan
KB Keluarga Berencana
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
Km Kilo Meter
KP Kelautan dan Perikanan
KUR Kredit Usaha Rakyat
MDGs Millennium Development Goals
ND Neigbourhood Development
NTT Nusa Tenggara Timur
PBM Proses Belajar Mengajar PDRB Produk Domestik Regional Bruto Permendiknas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional PISEW Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Wilayah
PKH Program Keluarga Harapan
PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PPAUD Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini
PPIP Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan PPN Perencanaan Pembangunan Nasional
PUAP Peningkatan Usaha Agrobisnis Pertanian
Raskin Beras miskin
Rombel Rombongan Belajar
RTSM Rumah Tangga Sangat Miskin
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
SD/MI Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SMA/MA Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
SMP/MTs Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah SNP Standar Nasional Pendidikan
SPM Standar Pelayanan Minimum
TKPK Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan TKPKD Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
TNP2K Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Nasional UMKM Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
iv
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
v
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
iv
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
v
iv
v
DAFTAR ISI
K
ATA PENGANTAR...iDAFTAR SINGKATAN ... iii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ...ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
BAB II PANDUAN ANALISIS KONDISI KEMISKINAN DI DAERAH 2.1. Indikator Utama ... 3
2.2. Indikator Pendukung ... 5
2.3. Analisis Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat ... 6
2.3.1. Analisis Prioritas Bidang ... 6
A. Analisis Tren ... 5
A.1. Perbandingan Antar Waktu ... 6
A.2. Perbandingan Antar Wilayah ... 8
A.3. Perbandingan dengan Nasional ... 10
B. Analisis Relevansi dan Efektivitas ...11
C. Analisis Keterkaitan ... 13
2.3.2. Analisis Penentuan Wilayah Prioritas... 15
2.3.3. Ringkasan Kesimpulan Analisis ... 17
A. Menyimpulkan Program Pada Masing-Masing Bidang ... 17
B. Menyimpulkan Prioritas Wilayah ... 17
BAB III PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN YANG EFEKTIF DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 3.1. Analisis Anggaran Melihat Kesesuaian Alokasi Dengan Prioritas ... 20
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
vi
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
vii
vi
vii
3.2. Analisis Anggaran oleh Pemerintah Daerah Satu Tingkat Di Atasnya Untuk Melihat Distribusi Anggaran Dari Pemerintah Daerah
di Dalam Wilayahnya ... 21
3.3. Contoh Kasus Analisis Distribusi Anggaran: Bidang Kesehatan ... 22
A. Analisis Perkembangan Proporsi Anggaran Bidang Kesehatan Terhadap Total Anggaran 22 B. Analisis Pembiayaan Berdasakan Sumber Pembiyaan 22 C. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Penyelenggara Layanan 23 D. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Mata Anggaran 25 E. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Program 26 3.4. Contoh Kasus Analisis Gap: Bidang Pendidikan 27 A. Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) 27 B. Analisis Kebutuhan Pembiayaan Pendidikan Daerah 29 C. Analisis Perbandingan Proporsi Belanja Operasional Sekolah 31 D. Analisis Sumber Daya Pendidik dan Tenaga Kependidikan 31 BAB IV PEDOMAN KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 4.1. Pendahuluan ... 35
4.2. Klasifikasi Program Penanggulangan Kemiskinan... 36
4.2.1 Memperbaiki Program Perlindungan Sosial ... 36
4.2.2 Meningkatkan Akses Pelayanan Dasar ... 37
4.2.3 Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin ... 38
4.2.4 Pembangunan yang Inklusif ... 38
4.3. Program Penanggulangan Kemiskinan Nasional... 39
4.3.1 Program Keluarga Harapan (PKH) ... 40
4.3.2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri ... 45
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
vi
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
vii
vi
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indikator Utama Analisis Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat ... 4 Tabel 2. Relevansi dan Efektivitas Indikator Utama,
(Contoh Kasus: Provinsi NTT) ... 17 Tabel 3. Kabupaten/Kota Prioritas terkait dengan Indikator Utama dan Indikator
Pendukung (Contoh Kasus: Provinsi NTT) ... 18 Tabel 4. Belanja Kesehatan menurut Sumber Pembiayaan, Kabupaten
Ende 2008 ... 23 Tabel 5. Belanja Kesehatan Menurut Penyedia Layanan, Kabupaten
Ende 2008 ... 24 Tabel 6. Belanja Kesehatan Menurut Mata Anggaran Kabupaten Ende,
Tahun 2009 ... 25 Tabel 7. Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Kabupaten Ende,
Tahun 2009 ... 26 Tabel 8. Standar Biaya Operasi Non-Personalia per Sekolah/Program Keahlian, per
Rombongan Belajar, dan per Peserta Didik Menurut Jenjang Pendidikan
Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2009 ... 28 Tabel 9. Perhitungan BOSP Kota Surakarta Berdasarkan Permendiknas No 69/2009 .... 32 Tabel 10. Rasio Siswa/ Guru dan Rasio Rombel/Guru tingkat SD/MI Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2009/2010... 40 Tabel 11. Program Penanggulangan Kemiskinan Nasional dan Sasarannya ... 41 Tabel 12. Persyaratan dan Kewajiban Penerima Program Keluarga Harapan
Terkait dengan Kesehatan ... 42 Tabel 13. Skenario Bantuan Tunai Bagi Penerima PKH ... 42
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
viii
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
ix
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Indikator Angka Kematian Bayi dan Indikator Pendukungnya ... 6 Gambar 2. Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar
(SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur ... 7 Gambar 3. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Tahun 2002-2008... 7 Gambar 4. Perbandingan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI)
Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Nusa Tenggara Timur ... 8 Gambar 5. Perbandingan Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Nusa Tenggara Timur ... 9 Gambar 6. Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar
(SD/MI), 18Provinsi Nusa Tenggara Timur ... 10 Gambar 7. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Tahun 2002-2008... 10 Gambar 8. Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar
(SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur ...11 Gambar 9. Perbandingan Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa
Tenggara Timur dengan Rata-rata Nasional, Tahun 2002-2008. ... 12 Gambar 10. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI, Provinsi Nusa
Tenggara Timur... 13 Gambar 11. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Tahun 2002-2008... 13 Gambar 12. Perbandingan Tren Indikator Utama dengan Tren Indikator
Pendukung Bidang Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur ... 14 Gambar 13. Perbandingan Tren Indikator Utama dengan Tren Indikator
Pendukung Bidang Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur ... 14 Gambar 14. Penentuan Kabupaten/kota Prioritas Untuk Dilakukan Intervensi di Bidang Pendidikan Provinsi NTT ... 15 Gambar 15. Penentuan Kabupaten/kota Prioritas Untuk Dilakukan Intervensi
di Bidang Kesehatan Provinsi NTT ... 16 Gambar 16. Distribusi Belanja Sektor Terhadap Total Anggaran (Contoh Kasus: Kota Surakarta) ... 20 Gambar 17. Distribusi Anggaran Pendidikan dan Permasalahan Angka Partisipasi Murni,
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
viii
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
ix
viii
ix
Provinsi Nusa Tenggara Timur ... 21 Gambar 18. Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan -
Jenjang Sekolah Dasar (SD/MI) Kota Surakarta ... 29 Gambar 19. Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan -
Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) Kota Surakarta ... 30 Gambar 20. Perbandingan Proporsi Belanja Operasional Sekolah,
Kota Surakarta ... 31 Gambar 21. Perbandingan Pencapaian Proses Verifikasi Program Keluarga Harapan
(PKH) Menurut Provinsi ... 43 Gambar 22. Persentase Anak Berumur 10-17 Tahun Menurut
Jenis Kegiatan, 2009 ... 44 Gambar 23. Distribusi Pekerja Anak (Usia 5 -17 Tahun) Menurut Sektor
Ekonomi (Jiwa), 2009 ... 45 Gambar 24. Komposisi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri ... 46 Gambar 25. Proporsi APBD pada Pembiayaan PNPM Mandiri Menurut Provinsi Tahun
2011 ... 47 Gambar 26. Jumlah Kredit yang Terserap Menurut Provinsi per 31 Januari 2010 ... 48
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, bertujuan untuk meningkatkan efektivitas upaya pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan. Dibentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang merupakan wadah koordinasi di tingkat nasional. TNP2K memiliki tugas untuk melakukan koordinasi lintas pelaku untuk memastikan agar pelaksanaan dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan dapat terlaksana sesuai rencana. Secara lebih rinci, tugas-tugas tersebut di antaranya: 1) Menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan; 2) Melakukan sinergi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi program-program penanggulangan kemiskinan di Kementerian/Lembaga; dan 3) Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan.
Upaya percepatan penanggulangan kemiskinan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah pusat. Upaya menyeluruh hingga ke tingkat daerah perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi dan efektivitas penanggulangan kemiskinan. BerdasarkanPerpres No. 15 tahun 2010 juga telah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebagai salah satu mitra kerja TNP2K di tingkat daerah. Selanjutnya, diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 42 Tahun 2010 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Dan Kabupaten/Kota, untuk mengatur mekanisme kerja TKPK Daerah.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
2
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
3
2
3
Dalam upaya pelaksanaan percepatan penanggulangan kemiskinan di tingkat pusat dan daerah perlu dilakukan penguatan kelembagaan di tingkat nasional dan daerah. TKPK Daerah diharapkan mampu melakukan: (1) Analisis kondisi kemiskinan di daerah masing-masing; (2) Penyusunan anggaran yang efektif dalam penanggulangan kemiskinan; dan (3) Koordinasi dan pengendalian program-program penanggulangan kemiskinan.
Sebagai bagian dari upaya penguatan kapasitas kelembagaan, disusun buku panduan yang berisi petunjuk praktis analisis untuk perencanaan dan perumusan kebijakan/program penanggulangan kemiskinan. Buku panduan ini berisi petunjuk yang bersifat umum, sehingga penggunaannya dapat disesuaikan dengan kondisi di daerah masing-masing.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
2
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
3
2
3
BAB II
PANDUAN ANALISIS KONDISI KEMISKINAN
DI DAERAH
Sesuai dengan tugas pokok dan tanggungjawabnya, TKPK Daerah diharapkan mampu untuk berpartisipasi dalam menentukan arah perencanaan di daerahnya. Dimensi penyusunan kebijakan yang tepat melalui perencanaan dan penyusunan anggaran menjadi hal penting yang harus dilakukan oleh TKPK Daerah.
Untuk menunjang tugas dan tanggungjawab TKPK, pada panduan ini di sampaikan beberapa tahapan dan analisis kondisi kemiskinan serta dukungan anggaran dalam perencanaan penanggulangan kemiskinan. Pada bagian awal bab ini, dibahas mengenai indikator utama dan indikator pendukung untuk menganalisa kondisi kemiskinan di daerah. Pada bagian selanjutnya, beberapa pendekatan analisis kondisi kemiskinan disampaikan untuk dapat dijadikan acuan identifikasi untuk menentukan prioritas-prioritas penanggulangan kemiskinan di daerah. Pada bagian akhir bab ini, disampaikan pendekatan analisis penentuan prioritas wilayah dan dilengkapi dengan ringkasan kesimpulan hasil analisis
2.1. Indikator Utama
Terdapat 5 kelompok indikator yang harus diperhatikan dalam analisis kondisi kemiskinan di daerah, yaitu: (1) Indikator kemiskinan dan ketenagakerjaan; (2) Indikator sektor kesehatan; (3) indikator sektor pedidikan, (4) indikator infrastruktur dasar, dan (5) indikator ketahanan pangan. Setiap kelompok indikator terdiri atas indikator utama dan indikator pendukung. Indikator utama digunakan sebagai ukuran keberhasilan upaya pembangunan di masing-masing kelompok. Tabel 1 menyajikan indikator utama untuk masing-masing kelompok.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
4
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
5
4
5
Tabel 1.
Indikator Utama Analisis Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat
Bidang Indikator Utama
Kemiskinan dan Ketenagakerjaan Tingkat Kemiskinan
Tingkat Pengangguran
Kesehatan Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Balita
Angka Kematian Ibu Melahirkan Prevalensi Balita Kekurangan Gizi
Pendidikan Angka Partisipasi Kasar
Angka Partisipasi Murni Angka Melek Huruf Angka Putus Sekolah
Infrastruktur Dasar Akses Sanitasi Layak Akses Air Minum Layak Rasio Elektrifikasi
Ketahanan Pangan Perkembangan Harga Beras
Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama
Contoh
Indikator Utama: Angka Kematian Bayi (AKB) Konsep dan Definisi:
Jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun AKB per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Semakin kecil AKB, semakin dibutuhkan upaya besar untuk menurunkannya. Nilai AKB kurang dari 40 sangat sulit diupayakan penurunannya (hard rock), antara 40-70 tergolong sedang namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari 70 lebih mudah untuk diturunkan.
Kegunaan:
Indikator ini terkait langsung dengan kelangsungan hidup anak dan menggambarkan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat anak-anak tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB terkait langsung dengan kehamilan dan pelayanan kesehatan paska melahirkan, dengan demikian program-program untuk mengurangi AKB adalah program baik yang terkait dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus, maupun program pelayanan kesehatan ibu dan anak paska melahirkan. Sehingga, penggunaan AKB relevan untuk memonitor pencapaian target program-program peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak.
Konsep Perhitungan:
AKB = Banyaknya kematian bayi (di bawah 1 tahun) selama tahun tertentu X 1000 Banyaknya kelahiran hidup
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
4
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
5
4
5
2.2. Indikator Pendukung
Indikator pendukung adalah indikator yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan indikator utama. Indikator pendukung digunakan dalam tahapan-tahapan analisis terkait dengan penentuan prioritas kebijakan penanggulangan kemiskinan pada masing-masing kelompok. Indikator pendukung untuk masing-masing-masing-masing kelompok indikator utama harus dirumuskan sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing daerah.
Sebagai contoh, untuk bidang kesehatan, indikator utama adalah angka kematian bayi. Sebagai indikator pendukung dapat digunakan rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk, proporsi angka kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan, dan jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan. Indikator pendukung dipilih karena intervensi pada indikator-indikator pendukung tersebut dapat memperbaiki indikator utama.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
6
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
7
6
7
Perke 2.3.A
A prioritas analisis 2.3.1. A. A.1 Analisis penilaia indikato embangan I Angk Rasio DokteAnalisis Ko
Analisis kon s bidang d s tren, analis Analisis P Analisis T . Perbandin s tren pent an terhadap or. ndikator Uta ka Kematian Ba er per 100.000 Pondisi Kem
disi kemisk dan priorita sis relevans rioritas Bid Tren ngan Antar ting dilakuk p pencapaCo
ama dengan ayi Pendudukmiskinan d
kinan dan k as wilayah. si dan efekt dang r Waktu kan untuk m ian targetontoh Kas
Gambar 1. n Indikator P Timurdan Kesej
kesejahtera . Perumusa tivitas, dan a melihat pol dan sasarsus
Pendukungn Proporsi Kela Jarjahteraan
aan rakyat an prioritas analisis ket a pergerak an pemban nya, Provins ahiran Ditolong rak PuskesmasRakyat
bertujuan u s tersebut erkaitan. kan dari wa ngunan pad si Nusa Ten Tenaga Keseh s Terdekat untuk meru dilakukan aktu ke wa da masing ggara hatan umuskan dengan aktu dan -masingTIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
6
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
7
6
7
Contoh Kasus
Gambar 2.
Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur
Angka putus sekolah jenjang pendidikan dasar SD/MI di Provinsi NTT mengalami menurun pada tahun 2003-2006. Sedangkan pada tahun 2006-2009 mengalami peningkatan.
Gambar 3.
Perkembangan Angka Kematian Bayi, Provinsi Nusa Tenggara Timur
AKB di Provinsi NTT menurun dari sebesar 51 jiwa/1000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi sebesar 40,1 jiwa/1000 kelahiran hidup pada tahun 2008.
5,26 5,59 4,45 1,50 2,01 3,53 3,49 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pe rs en
Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Provinsi Nusa Tenggara Timur
51,0 48,7 40,1 30 35 40 45 50 55 60 2002 2006 2008 Ji wa
Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
8
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
9
8
9
A.2. Perbandingan Antar Wilayah
Analisis perbandingan antar wilayah dilakukan terhadap indikator. Analisis tersebut penting dilakukan untuk mengetahui posisi/capaian suatu daerah jika dibandingkan dengan daerah lainnya, provinsi, atau nasional. Pengambil kebijakan dapat menilai apakah posisi daerahnya relatif terhadap daerah lain, terhadap rata-rata provinsi, dan terhadap rata-rata-rata-rata nasional.
Selain itu, analisis ini penting untuk membandingkan capaian antar wilayah. Pemerintah provinsi dapat menentukan kabupaten/kota prioritas yang akan diintervensi dalam mendukung upaya pencapaian target yang telah ditentukan. Apabila data memungkinkan, pemerintah kabupaten/kota dapat pula melakukan analisis serupa terhadap kecamatan atau kelurahan di wilayahnya.
Contoh Kasus
Gambar 4.
Perbandingan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Masih terdapat kesenjangan (disparitas) angka putus sekolah jenjang pendidikan dasar (SD/MI)antar wilayah di Provinsi NTT. Beberapa wilayah, perlu memperoleh perhatian dan intevensi untuk mengurangi angka putus sekolah. Wilayah-wilayah tersebut di antaranya: Kabupaten Sumba Timur, Lembata, Ende, Manggarai Barat dan Manggarai Timur.
1,48 10,71 0,34 0,36 0,47 2,50 0,45 11,00 1,19 3,58 12,05 0,25 0,63 1,97 5,49 0,17 0,99 1,87 11,34 0,47 1,64 3,49 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 Su m ba B ar at Su m ba T im ur Ku pa ng TTS TTU Belu Alor Le m ba ta Fl ot im Si kk a En de Ng ad a M an gg ar ai Ro te Nd ao M an gg ar ai Ba ra t SB D Su m ba T en ga h Na ge ke o M an gg ar ai Ti m ur Sa bu R aij ua Ko ta K up an g
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
8
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
9
8
9
Contoh Kasus
Gambar 5.
Perbandingan Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi NTT, memiliki AKB di atas rata-rata Provinsi dan rata-rata Nasional. Pemerintah kabupaten/kota, terutama yang memiliki AKB di atas rata-rata provinsi dan rata-rata nasional, perlu melakukan intervensi khusus untuk menurunkan AKB.
50 ,6 3 62,9 4 48 ,3 5 41 ,7 5 37 ,1 0 47,2 1 43 ,1 9 42 ,8 3 37 ,9 4 34 ,4 1 50 ,9 4 40 ,3 5 40 ,5 2 39 ,1 3 44 ,3 0 56,3 7 59 ,4 1 55 ,7 2 22 ,0 5 40,06 32,2 0 10 20 30 40 50 60 70 SU M BA BA RA T SU M BA TIM UR KU PA NG TIM OR TE NG AH SE LA TA N TIM OR TE NG AH U TA RA BE LU ALOR LEM BA TA FL OR ES TIM UR SIK KA ENDE NGADA MANGG AR AI RO TE N DA O M AN GG AR AI B AR AT SU M BA BA RA T D AY A SU M BA TE NG AH NA GE KE O M AN GG AR AI T IM UR SA BU R AIJ UA KO TA KU PA NG Ji wa
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
10
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
11
10
11
A.3. Perbandingan dengan Nasional
Selain melakukan perbandingan antar waktu dan antar wilayah, perbandingan terhadap rata-rata nasional dengan menggunakan data antar waktu juga perlu dilakukan.
Contoh Kasus
Gambar 6.
Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pada tahun 2003-2009, Angka putus sekolah pada jenjang pendidikan dasar SD/MI Provinsi NTT lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional.
Gambar 7.
Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2002-2008
Angka kematian bayi (AKB) Provinsi NTT lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Nasional. Walaupun terjadi kecenderungan menurun, AKB tetap lebih tinggi dari rata-rata nasional.
5,26 5,59 4,45 1,50 2,01 3,53 3,49 2,97 2,96 2,97 3,17 2,41 1,81 1,64 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pe rs en
Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Provinsi Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Nasional
51,0 48,7 40,1 43,5 35,6 32,2 0 10 20 30 40 50 60 2002 2006 2008 Ji wa
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
10
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
11
10
11
B. Analisis Relevansi dan Efektivitas
Analisis Relevansi, ditujukan untuk menilai sejauh mana pembangunan yang
dijalankan di daerah mendukung sasaran nasional. Analisis relevansi dilakukan dengan membandingkan tren indikator utama kabupaten/kota terhadap trend provinsi dan nasional. Apabila tren suatu indikator provinsi sejalan dengan tren indikator nasional, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan yang dilakukan oleh provinsi mendukung sasaran nasional.
Contoh Kasus
Gambar 8.
Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pada tahun 2006 – 2008, kecenderungan angka putus sekolah SD/MI Provinsi NTT tidak sejalan dengan kecenderungan angka putus sekolah SD/MI tingkat nasional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada periode tersebut upaya penurunan angka putus sekolah di Provinsi NTT tidak sejalan untuk mendukung tujuan nasional. 5,26 5,59 4,45 1,50 2,01 3,53 2,97 2,96 2,97 3,17 2,41 1,81 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pe rs en
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
12
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
13
12
13
Contoh Kasus
Gambar 9.
Perbandingan Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Rata-rata Nasional, Tahun 2002-2008.
Pada tahun 2002-2009, kecenderungan AKB Provinsi NTT sejalan dengan kecenderungan AKB Nasional. Pada periode tersebut AKB Provinsi NTT memiliki tren yang sama dengan tren nasional yakni mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dengan demikian, selama periode tersebut, upaya untuk menurunkan AKB di Provinsi NTT sejalan untuk mendukung tujuan nasional.
Analisis Efektivitas, ditujukan untuk menilai apakah pembangunan yang dilakukan
oleh daerah efektif baik dalam mencapai tujuan nasional maupun tujuan pembangunan daerah. Efektivitas penanggulangan kemiskinan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
51,0 48,7 40,1 43,5 35,6 32,2 20 25 30 35 40 45 50 55 60 2002 2006 2008 Ji wa
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
12
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
13
12
13
Contoh Kasus
Gambar 10.
Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pada periode 2003-2010, APM provinsi NTT meningkat dari 96.42 persen pada tahun 2003 menjadi 97.88 persen pada tahun 2008. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa program yang mendukung peningkatan partisipasi sekolah di Provinsi NTT efektif khususnya pada jenjang pendidikan dasar SD dan MI.
Gambar 11.
Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2002-2008.
Pada periode tahun 2002-2008, AKB Provinsi NTT menurun dari 51 jiwa/1.000 kelahiran hidup menjadi 40,1 jiwa/1.000 kelahiran hidup. Dengan demikian, program-program yang mendukung penurunan angka kamtian bayi (AKB) di Provinsi NTT efektif dan berdampak positif terhadap kualitas kesehatan penduduk, khususnya kesehatan bayi.
C. Analisis Keterkaitan
Analisis prioritas bidang dilakukan dengan melihat tren indikator utama dengan tren indikator pendukungnya. Dengan menggunakan analisis ini diharapkan dapat ditentukan indikator-indikator mana yang perlu diprioritaskan untuk dilakukan intervensi. 88,27 90,79 92,00 91,58 91,61 91,72 92,46 92,13 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Pe rs en 51,0 48,7 40,1 20 25 30 35 40 45 50 55 60 2002 2006 2008 Ji wa
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
14
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
15
14
15
Contoh Kasus
Gambar 12.
Perbandingan Tren Indikator Utama dengan Tren Indikator Pendukung Bidang Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur
Dari gambar di atas, terlihat bahwa tren indikator utama, yaitu angka putus sekolah, menurun sejalan dengan menurunnya rata-rata jarak rumah tinggal dan sekolah.
Gambar 13.
Perbandingan Tren Indikator Utama dengan Tren Indikator Pendukung Bidang Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
Dari gambar diatas, terlihat bahwa tren indikator utama, yaitu angka kematian bayi, menurun sejalan dengan menurunnya rata-rata jarak rumah tinggal dan puskesmas, meningkatnya jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan, dan meningkatnya rasio bidan per 100.000 penduduk.
5,26 5,59 4,45 1,50 2,01 3,53 3,49 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Angka Putus Sekolah SD/MI (%)
4,16
3,93
2,26
2003 2006 2008
Jarak Sekolah Dasar (SD/MI) (Km)
51,0
48,7
40,1
2002 2005 2008
Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup)
37,3
45,1 46,2
2002 2005 2008
Kelehiran Ditolong Tenaga Kesehatan (%)
11,55
11,82
10,43
2002 2005 2008
Jarak Puskesmas Terdekat (Km)
48,8 46,7
81,9
2002 2005 2008
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
14
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
15
14
15
2.3.2. Analisis Penentuan Wilayah Prioritas
Analisis penentuan wilayah prioritasbertujuan untuk menentukan wilayah
mana yang segera memerlukan intervensi berdasarkan pengamatan terhadap
indikator utama dan indikator pendukungnya.
Contoh Kasus
Gambar 14.
Penentuan Kabupaten/kota PrioritasUntuk Dilakukan Intervensi Di Bidang PendidikanProvinsi NTT
Dengan menggunakan angka putus sekolah sebagai indikator utama dan jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan sekolah sebagai indikator pendukung, dapat ditentukan wilayah-wilayah yang menjadi prioritas intervensi. Wilayah prioritas berdasarkan tingginya angka putus sekolah dan jauhnya jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan sekolah adalah Kabupaten Sumba Timur. Prioritas kedua adalah wilayah dengan angka putus sekolah tinggi tapi jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan sekolah dekat, perlu dilakukan intervensi lebih jauh diluar menurunkan jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan sokolah. Wilayah-wilayah tersebut adalah Kabupaten Ende, Sumba Barat Daya, Manggarai Barat, dan Nagekeo.
Sumba Barat Kupang TTS TTU Sumba Timur
Sumba Barat Daya Nagekeo Ende Manggarai Barat Manggarai Timur Halmahera Tengah Alor Flores Timur Ngada Rote Ndao Kota Kupang 0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Ja ra k SD /M I T er de ka t
Angka Putus Sekolah
PRIORITAS 3 PRIORITAS 1 PRIORITAS 2 PRIORITAS 4
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
16
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
17
16
17
Contoh Kasus
Gambar 15.
Penentuan Kabupaten/kota Prioritas Untuk Dilakukan Intervensi Di Bidang KesehatanProvinsi NTT
Dengan menggunakan angka kematian bayi sebagai indikator utama dan kelahiran ditolong tenaga kesehatan sebagai indikator pendukung, dapat ditentukan wilayah-wilayah yang menjadi prioritas intervensi. Terdapat 5 wilayah yang menjadi prioritas pertama untuk dilakukannya intervensi dengan meningkatkan kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Wilayah-wilayah tersebut adalah Kabupaten Manggarai Timur, Halmahera Tengah, Flores Timur, Alor, dan Halmahera Timur. TTU Lembata Flotim Sikka Ngada Kota Kupang BeluEnde Nagekeo TTS Alor Manggarai Rote NdaoManggarai Barat
Sumba Barat
Sumba Timur Kupang
Sumba Barat Daya Sumba Tengah 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Ke la hi ra n Di to lo ng T en ag a K es eh at an
Angka Kematian Bayi
S i 2 PRIORITAS 4 PRIORITAS 2 PRIORITAS 1 PRIORITAS 3
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
16
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
17
16
17
A. Menyimpulkan Program Pada Masing-Masing Bidang
Untuk dapat melakukan intervensi yang tepat sasaran, perlu ada
penilaian terkait capaian masing-masing indikator.
Contoh Kasus
Tabel 2.
Relevansi dan Efektivitas Indikator Utama (Contoh Kasus: Provinsi NTT)
No Bidang Indikator Utama Relevan Efektif
1 Kemiskinan dan Ketenagakerjaan Tingkat Kemiskinan ¥ ¥
Tingkat Pengangguran ¥ ¥
2 Kesehatan Angka Kematian Bayi ¥ ¥
Angka Kematian Balita n.a n.a
Angka Kematian Ibu Melahirkan n.a n.a
Prevalensi Balita Kekurangan Gizi ¥ ¥
3 Pendidikan Angka Partisipasi Kasar X ¥
Angka Partisipasi Murni X ¥
Angka Putus Sekolah X ¥
Angka Melek Huruf ¥ ¥
4 Infrastruktur Dasar Akses Sanitasi Layak X ¥
Akses Air Minum Layak X ¥
Rasio Elektrifikasi ¥ ¥
5 Ketahanan Pangan Perkembangan Harga Beras n.a n.a
Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan
Pokok Utama n.a n.a
Sumber: Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat (TNP2K), 2010. Keterangan:
Kolom relevan dan efektif diisi dengan: ¥ jika relavan atau efektif;
X jika tidak relevan atau tidak efektif
B. Menyimpulkan Prioritas Wilayah
Dalam menentukan prioritas wilayah, analisis yang dapat digunakan di antaranya adalah dengan melihat distribusi antar wilayah maupun penentuan prioritas berdasarkan perbandingan antara indikator utama dengan indikator pendukung yang dapat diintervensi.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
18
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
19
18
19
Contoh Kasus
Tabel 3.
Kabupaten/Kota Prioritas terkait dengan Indikator Utama dan Indikator Pendukung (Contoh Kasus: Provinsi NTT)
Kabupaten
Indikator Utama:
AKB Indikator Pendukung: Penolong Kelahiran
Terlatih Prioritas
Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Sumba Barat ¥ ¥ 1
Sumba Timur ¥ ¥ 1
Kupang ¥ ¥ 1
Timor Tengah
Selatan ¥ ¥ 3
Timor Tengah Utara ¥ ¥ 4
Belu ¥ ¥ 2 Alor ¥ ¥ 3 Lembata ¥ ¥ 4 Flores Timur ¥ ¥ 4 Sikka ¥ ¥ 4 Ende ¥ ¥ 2 Ngada ¥ ¥ 4 Manggarai ¥ ¥ 3 Rote Ndao ¥ ¥ 3 Manggarai Barat ¥ ¥ 3
Sumba Barat Daya ¥ ¥ 1
Sumba Tengah ¥ ¥ 1
Nagekeo ¥ ¥ 2
Manggaai Timur n.a n.a n.a n.a n.a
Sabu Raijua n.a n.a n.a n.a n.a
Kota Kupang ¥ ¥ 4
Sumber: Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat (TNP2K) danWWFP UN. Keterangan:
Prioritas 1 adalah daerah dengan AKB tinggi dan Kelahiran ditolong oleh Petugas Kesehatan Rendah Prioritas 2 adalah daerah dengan AKB tinggi dan kelahiran ditolong oleh Petugas Kesehatan Tinggi Prioritas 3 adalah daerah dengan AKB rendah dan kelahiran ditolong oleh Petugas Kesehatan rendah Prioritas 4 adalah daerah dengan AKB rendah dan kelahiran ditolong oleh Petugas Kesehatan tinggi
Fokus intervensi diberikan kepada daerah yang masuk dalam prioritas 1 dan 2. Di daerah prioritas 1, jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang rendah menyebabkan tingginya AKB. Karena itu, intervensi diarahkan untuk meningkatkan jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan.Sedangkan di daerah dengan prioritas 2, walaupun jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan relatif tinggi namun AKB masih juga tinggi. Karena itu, dibutuhkan intervensi selain meningkatkan jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
18
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
19
18
19
BAB III
PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN YANG
EFEKTIF DALAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN
Anggaran pemerintah memegang peranan penting dalam penanggulangan kemiskinan. Alokasi anggaran seharusnya mencerminkan rangkaian prioritas sektoral maupun prioritas wilayah yang dirumuskan dalam analisis sebelumnya. Analisis distribusi anggaran ini akan menunjukkan apakah anggaran pemerintah daerah telah mencerminkan prioritas.
Analisis anggaran dapat dilakukan dalam dua tingkat. Pertama adalah analisis yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk melihat kesesuaian alokasi anggaran daerahnya, terkait dengan prioritas yang telah dirumuskan di bagian sebelumnya. Analisis ini akan diuraikan di bagian 3.1. Kedua adalah analisis yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah satu tingkat di atasnya untuk melihat distribusi anggaran dari pemerintah daerah di dalam wilayahnya. Analisis ini akan diuraikan di bagian 3.2.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
20
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
21
20
21
3.1. A p d ap
Alokasi an dialokasik mencermi Surakarta Urusan Rp54.8 Ur ad Analisis An Untuk pengeluaran dinilai apaka atas analisisprioritas bid
nggaran sektor kan untuk sekt nkan alokasi y . Uru Rp2 Kesehatan 8M (4.7%) rusan otda, PUMm keu Rp314.9 (27.3%) nggaran Me melihat kes n masing-m ah alokasi a s prioritas
dang yang
Distribus r pendidikan pa or pendidikan yang efektif ba U P usan Pek.Umum 215.5M (18.7% M, 9M elihat Kese sesuaian al masing sekt anggaran te wilayah yadiuraikan
Co
si Belanja S Kaling besar dib sebesar Rp 3 agi penanggula rusan Kelautan Perikanan Rp 19 (1.7%) m ) esuaian Alo lokasi angg tor terhada elah mencer ang diuraika
pada Bab
ontoh Kas
Gambar 16 Sektor Terha Kota Surakar bandingkan den 394,1 miliar, se angan kemiskin n Dan 9.2M okasi Deng garan denga p total APB rminkan prio an pada Ba2.
sus
. adap Total A rta ngan anggaran etara 34.1 per nan apabila se Ur Urusan Pend 394.1M ( gan Priorita an prioritas, BD. Dari ra oritas. Prior ab 2.dasar
Anggaran n untuk urusan rsen APBD. Al ktor pendidikan rusan Pertanian 21.8M (1.9%) didikan Rp 34.1%) as , dapat dibu asio tersebu ritasnya didrkan atas
n lainnya. Angg lokasi anggara n merupakan n Rp ) Urusan La Rp134.5M ( uat rasio ut dapat asarkananalisis
garan yang an tersebut prioritas di in-lain 11.6%)TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
20
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
21
20
21
3.2. Analisis Anggaran oleh Pemerintah Daerah Satu Tingkat di Atasnya untuk Melihat Distribusi Anggaran dari Pemerintah Daerah di Dalam Wilayahnya
Analisis anggaran perlu pula dilakukan oleh pemerintah provinsi untuk melihat kesesuaian prioritas dan anggaran pemerintah daerah kabupaten/kota di wilayahnya. Prioritasnya didasarkan atas analisis prioritas wilayah yang diuraikan pada Bab 2.
Contoh Kasus
Gambar 17.
Distribusi Anggaran Pendidikan dan Permasalahan Angka Partisipasi Murni, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pengalokasian anggaran tahun 2010 belum sepenuhnya sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Sebagai contoh: Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan merupakan daerah dengan APM relatif tinggi namun anggaran bidang pendidikannya lebih besar dibandingkan dengan anggaran pendidikan untuk daerah-daerah yang memiliki APM rendah.
0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 0 20 40 60 80 100 120 Su m ba B ar at Su m ba T im ur Ku pa ng TTS TTU Belu Alor Le m ba ta Fl ot im Si kk a En de Ng ad a M an gg ar ai Ro te Nd ao M an gg ar ai Ba ra t SB D Su m ba T en ga h Na ge ke o M an gg ar ai Ti m ur Sa bu R aij ua Ko ta K up an g Rp (J ut a) Pe rs en
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
22
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
23
22
23
3.3. Contoh Kasus Analisis Distribusi Anggaran: Bidang Kesehatan
Untuk menggambarkan distribusi anggaran, berikut disampaikan analisis anggaran kesehatan di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dalam melakukan analisis pembiayaan bidang kesehatan, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
A. Analisis Perkembangan Proporsi Anggaran Bidang Kesehatan terhadap Total Anggaran
Analisis dilakukan dengan membandingkan proporsi alokasi anggaran bidang kesehatan terhadap total pengeluaran APBD atau terhadap PDRB. Untuk daerah-daerah yang tertinggal dalam bidang kesehatan seyogianya ada peningkatan proporsi dari waktu ke waktu.
B. Analisis Pembiayaan Berdasakan Sumber Pembiyaan
Pembiayaan bidang kesehatan dapat berasal dari 2 sumber yaitu (1) pemerintah dan (2) non pemerintah. Analisis ini diperlukan agar pemerintah daerah dapat menyusun insentif agar pembiayaan bidang kesehatan dapat diperoleh dari luar APBD. Sumber-sumber pembiayaan tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Pemerintah
a. Pemerintah Pusat: APBN, Jaring Pengaman Bidang Kesehatan (JPSBK), Bantuan dan Pinjaman Luar Negeri
b. Pemerintah Provinsi: APBD Provinsi
c. Pemerintah Daerah: APBD Kabupaten /Kota 2. Non Pemerintah
a. Perusahaan swasta: biaya kesehatan karyawan b. Biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh Masyarakat c. Asuransi Kesehatan
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
22
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
23
22
23
Contoh Kasus
Tabel 4.
Belanja Kesehatan menurut Sumber Pembiayaan, Kabupaten Ende 2008
SUMBER PEMBIAYAAN TOTAL (RP) PERSEN PERKAPITA/TH (USD)
Pemerintah 60,015,708,501 84.62% 23.99 SB.1.1 Pemerintah Pusat/Depkes 6,589,237,322 9.29% SB.1.2 Pemerintah Provinsi/Dinkes 310,995,673 0.44% SB.1.3 Pemerintah Kabupaten/Kota 41,737,846,401 58.85% SB.1.4.2 Hibah 10,889,507,505 15.35% SB.1.5.4 Subsidi Premi PNS 488,121,600 0.69% Non Pemerintah 10,906,505,727 15.38% SB.2.4 Rumah Tangga 10,906,505,727 15.38% Grand Total 70,922,214,228 100.00% 28.35
Sumber: Ascobat Gani, 2010
Sumber pembiayaan bidang kesehatan terbesar di Kabupaten Ende pada tahun 2008 adalah dari pemerintah, yaitu sebesar Rp. 60,0 miliar atau hampir 84,62 persen dari total sumber pembiayaan. Sementara pembiayaan dari sektor non pemerintah adalah Rp. 10,9 miliar atau hanya sekitar 15,38 persen.Sementara itu, sumber pembiyaaan terbesar berasal dari pemerintah kabupaten, yaitu Rp. 41,7 miliar atau 58,85 persen dari total pembiayaan bidang kesehatan di Kabupaten Ende.
C. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Penyelenggara Layanan
Penyelenggara layanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu pemerintah dan non-pemerintah. Contoh penyelenggara layanan kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah
a. Dinas Kesehatan Pemerintah provinsi b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota c. RSUD
d. Puskesmas
e. Laboratorium Kesehatan Daerah
f. Fasilitas Kesehatan Pemerintah Lainnya 2. Non-Pemerintah
a. Fasilitas Kesehatan Swasta b. Desa Siaga
c. Lembaga Swadaya Masyarakat
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
24
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
25
24
25
Contoh Kasus
Tabel 5.
Belanja Kesehatan Menurut Penyedia Layanan, Kabupaten Ende 2008
PENYEDIA PELAYANAN TOTAL (RP) PERSEN
Pemerintah 60,895,286,146 85.86 PL 1.2 Pemerintah Provinsi/Dinkes 328,002,673 0.46 PL 1.3.1 Dinkes Kabupaten/Kota 34,788,631,905 49.05 PL 1.3.2 RSUD 18,085,298,046 25.50 PL 1.3.4 Puskesmas 763,935,072 1.08 PL 1.3.6 Labkesda 4,608,383,300 6.50
PL 1.3.7 Faskes Pemerintah Lainnya 2,321,035,150 3.27
Non Pemerintah 9,882,063,683 13.93
PL 2.1.9 Faskes Swasta Lainnya 9,663,353,183 13.63
PL 2.3.2 Desa Siaga 9,000,000 0.01
PL 2.3.5 LSM/Organisasi Keagamaan 209,710,500 0.30
PL 3 Tidak Jelas 144,864,400 0.20
Grand Total 70,922,214,228 100.00
Sumber: Ascobat Gani, 2010
Layanan kesehatan di Kabupaten Ende pada tahun 2008 sebagian besar disediakan oleh pemerintah yaitu sebesar 85.86
persen dari total belanja yang dikeluarkan. Sementara itu, sektor non-pemerintah hanya menyediakan sebesar 13,93 persen.Dinas Kesehatan Kabupaten adalah penyedia terbesar dengan menyediakan layanan sebesar 49,05 persen, selanjutnya diikuti oleh RSUD dan laboratorium kesehatan daerah masing-masing 25,50 dan 6,50 persen.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
24
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
25
24
25
D. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Mata Anggaran
Belanja kegiatan di sektor kesehatan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu: (1) Belanja Investasi; (2) Belanja Operasional; dan (3) belanja pemeliharaan.
Beberapa kegiatan yang termasuk dalam mata anggaran investasi adalah: Bangunan, konstruksi, alat medis, pendidikan pegawai dan investasi lainnya. Kelompok belanja operasional. adalah gaji, obat dan bahan medis; bahan non-medis, perjalanan, akomodasi, utilitas dan operasionalisasi lainnya. Sedangkan, kelompok belanja pemeliharaan adalah belanja pemeliharaan gedung, pemeliharaan alat non-medis, pelatihan serta pemeliharaan lainnya.
Contoh Kasus
Tabel 6.
Belanja Kesehatan Menurut Mata Anggaran Kabupaten Ende, Tahun 2009
MATA ANGGARAN TOTAL (RP) PERSEN
Investasi 20,242,666,845 28.54
MA.1.2 Bangunan/Konstruksi 12,373,535,965 17.45
MA.1.3 Pengadaan Alat Non-Medis 2,988,366,160 4.21
MA.1.4 Pengadaan Alat medis 4,615,544,380 6.51
MA.1.5 Fellowship Untuk Pendidikan Pegawai 165,000,000 0.23
MA.1.6 Investasi Lainnya 100,220,340 0.14
Operasional 45,650,247,896 64.37
MA.2.1 Gaji/Honorarium 19,993,742,519 28.19
MA.2.2 Obat dan Bahan Medis 17,383,607,437 24.51
MA.2.3 Bahan Non-Medis 1,301,581,490 1.84
MA.2.4 Perjalanan 4,188,635,446 5.91
MA.2.5 Akomodasi 2,207,100,128 3.11
MA.2.6 Utilities (Telepon, Listrik, Air) 208,343,514 0.29
MA.2.7 Biaya Operasional Lainnya 367,237,362 0.52
Pemeliharaan 5,029,299,487 7.09
MA.3.2 Gedung/Konstruksi 2,015,022,700 2.84
MA.3.3 Alat Non-Medis 749,227,100 1.06
MA.3.4. Alat Medis 128,498,887 0.18
MA.3.5 Pelatihan 1,801,350,600 2.54
MA.3.6 Pemeliharaan Lainnya 335,200,200 0.47
Grand Total 70,922,214,228 100.00
Sumber: Ascobat Gani, 2010
Berdasarkan hasil analisis, lebih dari setengah anggaran sektor kesehatan digunakan untuk kegiatan operasional, yaitu sebesar Rp 45,65 miliar (64,37 persen). Di dalam kelompok belanja operasional, pengeluaran untuk gaji dan obat serta bahan medis memperoleh porsi paling besar. Alokasi belanja untuk investasi yang relatif kecil menunjukkan rendahnya kemampuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Kabupaten Ende.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
26
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
27
26
27
E. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Program
Menurut program, anggaran belanja kesehatan diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu: (1) Program Kesehatan Masyarakat, (2) Program Kesehatan Perorangan, (3) Program Penunjang (Capacity Building).
Contoh Kasus
Tabel 7.
Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Kabupaten Ende, Tahun 2009
PROGRAM TOTAL (RP) PERSEN
Program Kesehatan Masyarakat 14,997,017,108 21.15
PR 1.1 KIA 1,789,936,829 2.52
PR 1.2 Gizi 529,165,600 0.75
PR 1.3 Immunisasi 250,209,538 0.35
PR 1.5 Malaria 7,147,062 0.01
PR 1.6 HIV/AIDS 107,281,285 0.15
PR 1.7 Penyakit Menular Lain 532,680,000 0.75
PR 1.9 KB 248,927,050 0.35
PR 1.10 Usaha Kesehatan Sekolah 38,465,000 0.05
PR 1.12 Kesehatan Lingkungan 10,649,674,005 15.02
PR 1.13 Promosi Kesehatan 769,817,416 1.09
PR 1.14 Penanggulangan Bencana 28,219,238 0.04
PR 1.15 Surveilans 42,994,085 0.06
PR 1.16 Program Kesehatan Masyarakat Lainnya 2,500,000 0.00
Program Kesehatan Perorangan 25,069,669,749 35.35
PR 2.1 Pelayanan Rajal 927,859,101 1.31
PR 2.2 Pelayanan Ranap 2,159,795,759 3.05
PR 2.3 Pelayanan Rujukan 4,444,890,100 6.27
PR 2.4 Pengobatan Umum (tidak jelas masuk PR 2.1- 2.3) 17,537,124,790 24.73
Program yang Menyangkut Capacity Building/Penunjang 30,855,527,371 43.51
PR 3.1 Administrasi & Manajemen 15,854,286,995 22.35
PR 3.3 Capacity Building 1,401,968,343 1.98
PR 3.4 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur 8,486,541,583 11.97
PR 3.5 Pengawasan (Monitoring dan Supervisi) 81,240,000 0.11
PR 3.6 Obat dan Perbekalan Kesehatan 5,014,666,210 7.07
PR 3.8 Program Capacity Building/Penunjang Lainnya 16,824,240 0.02
Grand Total 70,922,214,228 100.00
Sumber: Ascobat Gani, 2010
Distribusi anggaran program kesehatan masyarakat lebih kecil dibandingkan dengan anggaran program penunjang dan program kesehatan perorangan. Dari keseluruhan anggaran sektor kesehatan, hanya 21,15 persen yang digunakan untuk program kesehatan masyarakat. Anggaran program kesehatan masyarakat yang relatif lebih kecil berpotensi memperlambat pencapaian sasaran pembangunan dan sasaran pencapaian MDGs, khususnya pada bidang kesehatan.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
26
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
27
26
27
3.4. Contoh Kasus Analisis Gap: Bidang Pendidikan
A. Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
Untuk memberikan ilustrasi analisis gap pembiayaan pendidikan, berikut disampaikan contoh analisis alokasi anggaran dalam memenuhi kebutuhan standar biaya operasional pendidikan di Kota Surakarta.
Sektor pendidikan merupakan sektor yang memperoleh alokasi anggaran paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya, baik dari anggaran pusat (APBN) maupun anggaran daerah (APBD). Salah satu tujuan dari alokasi anggaran pendidikan yang besar adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu upaya pencapaian kualitas tersebut adalah dengan memastikan bahwa pemerintah daerah melakukan perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) dengan mengacu pada standar dan indeks pembiayaan pendidikan sesuai Permendiknas No 69 Tahun 2010.
Perhitungan Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) bertujuan untuk menentukan besarnya biaya operasional sekolah non-personalia agar proses belajar mengajar (PBM) dapat berjalan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Penghitungan BOSP pada awalnya didasarkan pada template yang dikembangkan oleh BSNP dan disesuaikan dengan kondisi dan aspirasi kabupaten/kota. BOSP dinyatakan dalam rupiah per siswa per tahun untuk masing-masing jenjang pendidikan.
Penghitungan BOSP dilakukan dengan menggunakan Jakarta sebagai acuan (lihat Tabel 8). Komponen biaya non-personalia yang digunakan untuk menghitung nilai acuan BOSP Jakarta meliputi biaya untuk:
1.
Alat Tulis Sekolah2.
Bahan & Alat Habis Pakai3.
Daya dan Jasa4.
Pemeliharaan & Perbaikan Ringan5.
Konsumsi6.
Transportasi7.
Asuransi8.
Pembinaan siswa9.
Penyusunan data dan laporan10.
Buku11.
Investasi ringan/perlengkapan PBM12.
Bantuan Siswa MiskinPenghitungan standar biaya operasi non-personalia tahun 2009 untuk masing-masing daerah dilakukan dengan mengalikan biaya operasi non-personalia DKI Jakarta dengan indeks masing-masing daerah. Indeks tersebut tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri No 69 Tahun 2010.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
28
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
29
28
29
SMP/MTS.
Contoh Kasus
Tabel 8.
Perhitungan BOSP Kota Surakarta Berdasarkan Permendiknas No 69/2009
No. Sekolah/ Program Keahlian
Biaya Operasi Nonpersonalia1
Indeks Biaya Pendidikan
Kota Surakarta
BOSP Kota Surakarta
(Rp Ribu) (Rp Ribu) Per Sekolah/ Program Keahlian Per Rombongan Belajar Per Peserta Didik Per Sekolah/ Program Keahlian Per Rombongan Belajar Per Peserta Didik 1. SD/MI 97.440 16.240 580 0,914 89.060 14.843 530 2. SMP/MTs 136.320 22.720 710 0,914 124.596 20.766 649 3. SMA/MA Bahasa 184.320 30.720 960 0,914 168.468 28.078 877 4. SMA/MA IPS 184.320 30.720 960 0,914 168.468 28.078 877 5. SMA/MA IPA 193.920 32.320 1010 0,914 177.243 29.540 923
Sumber: Permendiknas No 69 Tahun 2009.
1StandarbiayaoperasinonͲpersonaliapersekolah/programkeahlian,perrombonganbelajar,danperpeserta didikmenurutjenjangpendidikanProvinsiDKIJakarta,tahun2009.
Contoh untuk perhitungan BOSP di Kota Surakarta ditunjukkan pada Tabel 8. BOSP Surakarta sebesar Rp. 530 ribu/siswa untuk SD-MI dan Rp. 649 ribu/siswa untuk SMP/MTS.
Contoh Kasus
Tabel 8.
Perhitungan BOSP Kota Surakarta Berdasarkan Permendiknas No 69/2009
No. Sekolah/ Program Keahlian
Biaya Operasi Nonpersonalia1
Indeks Biaya Pendidikan
Kota Surakarta
BOSP Kota Surakarta
(Rp Ribu) (Rp Ribu) Per Sekolah/ Program Keahlian Per Rombongan Belajar Per Peserta Didik Per Sekolah/ Program Keahlian Per Rombongan Belajar Per Peserta Didik 1. SD/MI 97.440 16.240 580 0,914 89.060 14.843 530 2. SMP/MTs 136.320 22.720 710 0,914 124.596 20.766 649 3. SMA/MA Bahasa 184.320 30.720 960 0,914 168.468 28.078 877 4. SMA/MA IPS 184.320 30.720 960 0,914 168.468 28.078 877 5. SMA/MA IPA 193.920 32.320 1010 0,914 177.243 29.540 923
Sumber: Permendiknas No 69 Tahun 2009.
1StandarbiayaoperasinonͲpersonaliapersekolah/programkeahlian,perrombonganbelajar,danperpeserta didikmenurutjenjangpendidikanProvinsiDKIJakarta,tahun2009.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
28
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
29
28
29
B. Analisis Kebutuhan Pembiayaan Pendidikan Daerah
Terbatasnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah pusat untuk sektor pendidikan dalam bentuk BOS menyebabkan pentingnya peran daerah dalam menyediakan anggaran untuk membiayai pendidikan di daerahnya. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota memiliki peran untuk mendukung pembiayaan pendidikan di wilayahnya. Pemerintah daerah melalui anggaran pendidikan dalam APBD masing-masing dapat mengusahakan kebutuhan pembiayaan untuk memenuhi kekurangan pembiayaan dalam penye-lenggaraan pendidikan dasar di wilayahnya. Ilustrasi untuk Kota Surakarta disampaikan pada Gambar 18.
CONTOH KASUS Gambar 18.
Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan - Jenjang Sekolah Dasar (SD/MI) Kota Surakarta
Sumber: Hasil Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Kota Surakarta, 2010
Hasil perhitungan BOSP untuk SD/MI dengan menggunakan indeks Permendiknas adalah sebesar Rp 530,000 per siswa. Pemerintah pusat melalui alokasi BOS menyediakan sebesar Rp 400.000 per siswa. Sisanya sebesar Rp. 130,000 per siswa harus disediakan oleh pemerintah daerah. Jika Pemerintah Provinsi mengalokasikan Rp. 30.000 per siswa, maka pemerintah kota harus menyediakan Rp. 100,000 per siswa.
530.000 400.000 30.000 100.000 BOSP Pembiayaan APBD 2 - BPMKS KOTA APBD 1 - BOS-P APBN - BOS
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
30
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
31
30
31
Contoh Kasus Gambar 19.
Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan - Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) Kota Surakarta
Sumber: Hasil Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Kota Surakarta, 2010
Hasil perhitungan BOSP untuk SMP/MTS dengan menggunakan indeks Permendiknas adalah sebesar Rp 649,000 per siswa. Pemerintah pusat melalui alokasi BOS menyediakan sebesar Rp 575.000 per siswa.Sisanya sebesar Rp. 74,000 per siswa harus disediakan oleh pemerintah daerah. Jika Pemerintah Provinsi mengalokasikan Rp. 50.000 per siswa, maka pemerintah kota harus menyediakan Rp. 24,000 per siswa.
649.000 575.000 50.000 24.000 BOSP Pembiayaan APBD 2 - BPMKS KOTA APBD 1 - BOS-P APBN - BOS