10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kolaborasi yang dilakukan oleh stakeholder untuk mendukung, memotivasi dan mendorong masyarakat untuk melakukan pemberdayaan sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan serta kualiatas potensi yang ada di desa.
Pertama dari Rizka Ciptaningsih, Drs. Herbasuki Nurcahyanto, M.T Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Tahun 2018 dengan judul penelitian “Kolaborasi Stakeholders dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus di Desa Wonoyoso, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang)” Penelitian ini menunjukan adanya kolaborasi stakeholder di Desa Wonoyoso tidak berjalan dengan baik atau tidak sesuai dengan tujuan yang ditentukan sebelumnya. Stakeholders yang terlibat dalam kegiatan ini adalah: pemerintah desa, pemerintah kecamatan, DISPERMADES, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan yang diwakili oleh pihak Puskesmas. Stakeholders yang kurang aktif adalah pemerintah desa. Dampak dari pemberdayaan diantaranya: Adanya partisipasi masyarakat yang mengikuti kegiatan ini meningkat dalam bidang ekonomi dan kesehatan, peningkatan kualitas dalam bidang sumber daya manusia di desa Wonoyonso, membuka peluang kerja, jumlah peserta PAUD masih sedikit, dan timbul rasa iri atau ketidakadilan terkait porsi mereka dalam musrendes. Faktor penghambat: pihak desa yang pasif, kesempatan yang minim, tidak ada badan
11 koordinator khusus; Faktor pendukung: pemerintah daerah yang responsif, partisipasi masyarakat yang tinggi,organisasi yang telah memiliki ijin resmi.
Mustangin, Desy Kusniawati, Nufa Pramina Islami, Baruna Setyaningrum, Eni Prasetyawati Pendidikan Luar Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2017 dengan judul penelitian “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal Melalui Program Desa Wisata Di Desa Bumi Aji”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pemberdayaan yang ada di desa. Dalam penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif studi kasus. Adanya proses pemberdayaan masyarat di desa mampu menjadi percontohan dalam kegiatan masyarakat lainnya.
Dimas Luqito Chusuma Arrozaaq Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Tahun 2017 dengan judul penelitian "Collaborative Governance (Studi Tentang Kolaborasi Antar Stakeholders Dalam Pengembangan Kawasan Minipolitan di Kabupaten Sidoarjo". Dalam penelitian ini peneliti memiliki haraoan untuk memahami tahapan dari kolaborasi pemerintah berhubungan dengan peningkatan area pusat perekonomian di Kab. Sidoarjo. Sidoarjo dan juga kendala tentang implementasi proses kolaborasi.. Sebagai bentuk pembangunan dari area minapolitan Kab Sidoaro, pemerintah melalui Kementrian Kemaritiman mengimplementasikan program kerjasama dengan beberapa stakeholder dan komunitas. Dalam penelitian ini menjelaskan tentang tahapan kerjasama yang ada antara pemerintah, sektor swasta dan komunitas dalam Collaborative Governance Regime (CGR). Penelitian ini menggunakan empat komponen
12 utama dari Kick Emerson. Data menunjukkan bahwa ditemukan tahapan kerjasama dalam proses peningkatan area pusat perekonomian. Karena proses kerjasama melalui prinsip engagement, berbagi motivasi, dan kapasitas untuk bertindak bersama. kemudian proses berjalan dengan tindakan kolaboratif yang dapat mempengaruhi dampak semenatara. Penelitian ini juga menemukan ssalah satu kendala dalam implementasi kolaborasi yaitu kurangnya kontiniutas dalam kolaborasi.
Berdasarkan beberapa penelitian yang terdahulu untuk dijadikan perbandingan dan referensi untuk menulis penelitian saat ini agar menjadikan penelitian lebih efektif dan tidak mengulangi substansi penelitian yang telah dilakukan.
B. Kolaborasi Stakeholder
1. Pengertian Kolaborasi Stakeholder
Menurut Abdulsyani (1994:156) menjelaskan bahwa Kolaborasi merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang terdiri dari bentuk proses sosial, dalam proses memiliki tujuan dalam yaitu untuk memiliki perilaku saling menolong serta memahami kegiatan masing-masing.
Sementara Menurut Rizka & Herbasuki (2018)
menyebutkan bentuk kolaborasi diantaranya bentuk,
interaksi/komunikasi, kompromi/persetujuan dengan beberapa aspek dalam masyarakat.
13 Menurut Hertifiah &Sumarto (2003:29) menyimpulkan bahwa kata lain Stakeholder antara lain, perorangan, kelompok masyarakat, baik yang terlibat dalam suatu kepentingan pembangunan. Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh (Scheemer:2000) yang mengatakan “Stakeholders in a process are actors persons, groups or organizations with a vested interest in the policy being promoted”.
Sedangkan Gonsalves et.al dalam (Ali Dkk:2014) mendefinisikan atas stakeholder yaitu individu yang memilki dampak atau terdampak atas suatu program pembangunan baik sebagai perorangan maupun kelompok masyarakat di setiap strata yang ada dalam masyarakat.
Berdasarkan pengertian kolaborasi dan stakeholder diatas dapat disimpulkan bahwasannya kolaborasi stakeholder merupakan suatu bentuk kerjasama dan interakasi sosial dimana para pemangku kepentingan yang mempunyai peran untuk mengambil kebijakan dan sebagai aktor dalam mengajak masyarakat untuk melakukan perubahan dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan – tujuan yang ingin dicapai sebelumnya.
14 2. Unsur – Unsur Kolaborasi
(Salman 2012) menyebutkan bahwa kolaborasi mengandung unsur – unsur pembangunan yang dapat dikaitkan diantaranya:
a. Sumber Daya yakni terdiri pengelompokkan berdasarkan model kuantitas sumber daya alam, keuangan, manusia sampai sumber daya lain.
b. Organisasi merupakan kelompok atau individu yang merealisasikan fungsi dari peran untuk menggabungkan beragam sumber daya.
c. Norma yakni hal yang berhubungan dengan nilai ataupun ajaran
yang dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan capaian penghargaan terhadap prosedur yang dijalankan.
3. Klasifikasi Stakeholder
Menurut Nugroho (Ali dkk 2014) bahwasannya stakeholder dalam program pemberdayaan dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, yaitu:
a. Pembuat Kebijakan yakni, stakeholder yang mempunyai fungsi menjadi individu/kelompok yang menetapkan suatu kebijakan. b. Koordinator merupakan stakeholder yang mempunyai fungsi
15 c. Fasilitator merupakan stakeholder yang mempunyai fungsi menjadi penyedia dan mendekatkan masyarakat ke dalam sistem sumber yang dibutuhkan oleh masyarakat.
d. Implementer adalah stakeholder mempunyai fungsi sebagai penyelenggara kebijakan.
e. Akselerator yang merupakan stakeholder yang berperan untuk mempercepat dan memberikan kontribusi agar suatu program dapat berjalan sesuai sasaran atau bahkan lebih cepat waktu pencapaiannya.
C. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas 1. Pengertian Pemberdayaan Berbasis Komunitas
Pemberdayaan masyarakat adalah bentuk cara dalam meningkatkan kualitas SDM serta mengembangkan daerah melalui cara mengenali potensi – potensi yang ada dalam sumber daya manusianya maupun potensi yang ada di suatu daerah tersebut dan yang paling penting adalah masyarakat/warga setempat ikut serta dalam melakukan pemberdayaan tersebut.
Menurut (Harry:2006:65) menjelaskan bahwa
Community based development adalah capaian dari rancangan yang terorganisir dari atas, yang menjadikan masyarakat sebagai pelaksana (subyek pembangunan)
16 Sementara menurut (Suhartini DKK:2005) menjelaskan berdasarkan kasus pemberdayaan masyarakat miskin pekotaan di Kota
Surabaya merupakan Commnity based development adalah
implementasi kegiatan yang ditujukan untuk melaksanakan pemberdayaan kepada warga untuk meningkatkan keadaan sosial ekonomi dan lingkungan secara independen dan kontinu.
Agus Mengartikan bahwa Pemberdayaan Komunitas (community development) adalah sebuah preferensi pengembangan yang mengganti model pembangunan yang sentralistik menjadi partisipasitif. Melalui pendekatan ini pengelolaan sumber daya produktif tidak dirancang dan dikelola secara terpusat melainkan oleh warga setempat sesuai dengan masalah, kebutuhan, dan kondisi daerahnya. Prinisp dasarnya adalah kontrol atas suatu tindakan harus di pegang oleh mereka yang akan menanggung akibat tindakan tersebut. 2. Unsur – Unsur Pemberdayaan Komunitas
Menurut PBB (United Nations, 1983) dalam Agus dapat diringkas ada 6 unsur dalam pemberdayaan komunitas yang sangat penting, yaitu :
a. Sekelompok Individu,
b. Berada dalam sebuah komunitas, c. Merealisasikan keputusan bersama,
d. Untuk merancang dan melakukan tahap aksi sosial, e. Melakukan perubahan,
17 f. keadaan ekonomi, sosial, budaya, atau lingkungan mereka.
3. Metode Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan pemberdayaan masyarakat mempunyai
metode dalam pelaksanaannya menurut Rr. Suhartini A et al (2005:14) yaitu :
a. Pemberian Pendampingan Masyarakat
kegiatan Program Pemberdayan Masyarakat Miskin Perkotaan adalah pengembangan yang bertopang pada masyarakat, di mana bentuk pendekatan yang dipakai adalah bottom up, dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat itu sendiri, Oleh karena itu dalam melakukan kegiatan di kampung Tim Pendamping akan berperan menjadi motivator dan fasilitator.
b. Pemberian Pelatihan
Bentuk pelatihan yang akan dilakukan antara lain:
a) Pelatihan Kolektif untuk merecanakan program kegiatan yang dilaksanakan secara bersama - sama atau kelompok anggota masyarakat meliputi:
1) Lingkungan, rumah, dan keluarga sehat. 2) 10 program pokok PKK.
18 b) Pelatihan Individual untuk merencanakan program kegiatan yang dilaksaakan secara perorangan atau kelompok kecil masyarakat.
c) Bentuk Pelatihan Penghayatan SDM.
1) Pelatihan Sumber Daya Manusia (Individual) 2) Pelatihan Sumber Daya Manusia (Kolektif) 4. Bentuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Menurut Muchlisin Riadi (2020) Pemberdayaan ekonomi dilaksanakan dalam bentuk peningkatan taraf hidup masyarakat. Karena hal itu bentuk pemberdayaan yang tepat sesuai target sangat dibutuhan untuk menyediakan kesempatan kepada kelompok miskin agar merancang dan melakukan program pembangunan yang telah mereka putuskan sejak awal. Ada bentuk praktik pemberdayaan ekonomi masyarakat yaitu sebagai berikut:
a. Pemberian bantuan modal
Aspek permasalahan yang diterima masyarakat rentan akan pemenuhan dalam permodalan. Usaha pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi melalui aspek permodalan ini adalah dengan pemberian bantuan modal dengan tujuan tidak menimbulkan ketergantungan masyarakat. Pemecahan aspek modal ini dilakukan melalui penciptaan sistem yang kondusif baru
19 usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah untuk mendapatkan akses di lembaga keuangan.
b. Bantuan pembangunan prasarana
Upaya mendorong kapasitas produksi dan
menumbuhkan usaha. Komponen penting dalam usaha
pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi adalah
pengembangan prasarana produksi dan pemasaran.. c. Bantuan pendampingan
Pendampingan masyarakat masyarakat rentan akan daya untuk pemenuhan emang perlu dan penting. Tugas utama pendampingan ini adalah menyediakan tahap belajar atau cerminan dan mempunyai fungsi sebagai mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha kecil, maupun usaha menengah dengan usaha besar.
d. Penguatan kelembagaan
Pemberdayaan perekonomian awalnya hanya ditujukan
bagi masyarakat miskin dan rentan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara individu. Akan tetapi metode tersebut tidak berjalan maksimal karena perhitungan secara general berkaitan dengan target capaian pemberdayaan ekonomi sulit dicapai. Maka inovasi terbaru dilakukan untuk menguatkan akumulasi kapital yang dilakukan secara berkelompok. Jika
20 berkelompok antar individu memiliki peran yang sama untuk menentukan distribusi.
e. Penguatan kemitraan usaha
Pemberdayaan masyarakat dilakukan secara
berkelompok guna meningkatkan perekonomian mereka. Dimana daya saing tersebut tidak akan terjadi dengan pola keterkaitan antara usaha besar, kecil, dan menengah.
5. Tahap – Tahap Pemberdayaan
Menurut Wilson dalam Sugeng & Jemadi (2013:40) mengungkapkan empat tahapan dalam proses pemberdayaan sebagai berikut:
a. Penyadaran, Melihat hal ini menjadi bahan bagi kualitas sumber daya manusia yang dimiliki serta rencana & harapan akan kondisi mereka yang lebih baik dan efektif.
b. Pemahaman, Pemahaman atas pemberdayaan yang diberikan pada masyarakat berkaitan dengan diri mereka sendiri, aspirasi serta keadaan umum yang menjadi modal pemberdayaan. c. Memanfaatkan, Pemahaman yang masyarakat pahami berkaitan
dengan pemberdayaan digunakan untuk mengambil keputusan dalam kelompoknya .
d. Using, Memanfaatkan kemampuan dan kualitas suber daya manusia dalam hal ini pemberdayaan sebagai modal beraktivitas sehari – hari.
21 6. Karakteristik Pemberdayaan
Menurut definisi Asian Development Bank (ADB) yang dikutip oleh Latama, et.all (Zubaedi 2007:99) Proses pemberdayaan merupakan kegiatan yang bersifat komprehensif yang terdiri atas 5 karakteristik :
a. Berbasis lokal, yakni perencanaan dalam pembangunan yang diselenggarakan dalam area tertentu dan menggunakan modal lokal yang hasilnya dapat dinikmati masyarakat.
b. Berorentasi pada peningkatan kesejahteraan yaitu pemberdayaan berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bukannya meningkatkan produksi.
c. Berbasis Kemitraan yaitu membentuk usaha kemitraan untuk membuka akses terhadap sistem sumber sebagai pendukung dalam melakukan pembangunan masyarakat.
d. bersifat holistik, memiliki komsep menyeluruh yang berkaitan dengan semua aspek sumber daya alam lokal yang dipahami serta dimanfaatkan untuk menciptakan masyarakat mandiri. e. Berkelanjutan yaitu program pembangunan harus dirancang
dengan melihat proses kelanjutan perekonomian serta sosial.
Kondisi atas kelanjutan sosial yaitu
pembangunan/pemberdayaan yang sesuai dengan nilai dan norma dalam masyarakat.
22 pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas, peran komunitas sangat penting karena menyangkut peran masyarakat itu sendiri yang ada di dalam komunitas. Karena pemberdayaan dapat dilakukan jika masyarakat dapat berpartisipasi di dalamnya. Ada 3 (tiga) tahap peran komunitas dalam melakukan pemberdayaan yaitu:
a. Komunitas merupakan tempat bagi kelompok masyarakat yang menjadi atau berperan dalam menerima manfaat.
b. Komunitas sebagai konsumen yang memiliki kewajiban dalam melakukan pembayaran kegiatan pembangunan.
c. Komunitas merupakan aspek yang berperan besar dalam semua kegiatan pemberdayaan sebagai pemodal.