Lampiran 1
Skema Alur Pikir
1. Ganja adalah tanaman Cannabis sativa yang diolah dengan cara mengeringkan dan mengompres bagian tangkai, daun, biji, dan bunganya yang mengandung banyak resin serta (Iversen LL., 2000)
2. Ganja dikonsumsi oleh 75% pecandu narkotika di dunia dan 96% dari pecandu ganja mengonsumsi ganja dengan cara dihisap atau dihirup. (Iversen LL., 2000; United Nations Office on Drugs and Crime, 2012)
3. Ganja mengandung lebih dari 60 substansi bahan kimia aktif yaitu cannabinoid, cannaboid utama yang memiliki sifat psikoaktif adalah Delta-9-tetrahydrocannabinol (THC). (Ashton CH., 2001)
4. Ganja mempengaruhi sistem tubuh manusia melalui ikatan THC dengan reseptor cannabinoid. (Cho CM., dkk, 2005)
5. Ganja yang dikonsumsi lebih dari 25 mg akan menimbulkan masalah kesehatan, yaitu mempengaruhi struktur dan fungsi otak, sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, serta sistem reproduksi. (Earleywine M., 2002)
6. Masalah-masalah kesehatan gigi dan mulut yang biasa ditemukan pada pecandu ganja adalah karies, penyakit periodontal, candidiasis, serta perubahan pada sel epitel rongga mulut. (Cho CM., dkk 2008)
7. Reseptor cannabinoid ditemukan pada kelenjar saliva submandibula mamalia, yaitu pada sistem saluran kelenjar saliva (ductal system) dan pada sel asini. (Prestifilipo, dkk, 2006)
8. Saliva merupakan cairan yang disekresikan oleh kelenjar saliva yang memiliki fungsi penting dalam rongga mulut. Volume saliva yang adekuat dapat berfungsi sebagai proteksi dan lubrikasi mukosa, serta sebagai antimikroba. pH saliva penting dalam menjaga integritas gigi karena mempengaruhi proses demineralisasi hidroksiapatit. Ion kalsium merupakan buffer yang paling efisien dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh dan berguna dalam proses remineralisasi dan mencegah larutnya enamel gigi. (Almeida PV., dkk, 2008; Al – Zahawi SM, dkk, 2007)
10. Ganja memiliki efek parasimpatolitik sehingga terjadi xerostomia pada pecandu ganja (Veitz-Keenan, Ferraiolo, 2008)
11. 84% dari pecandu ganja mengalami mulut kering dan 91% merasa haus setelah mengonsumsi ganja yang menandakan terjadi hiposalivasi pada pecandu ganja. (Katterbach, dkk, 2009)
12. Dalam penelitian in vivo pada tikus didapatkan THC dapat menginhibisi sekresi saliva. (Prestifilipo, dkk, 2006)
13. Merokok ganja dapat mereduksi oksigen rongga mulut, meningkatkan koloni bakteri anaerob, dan meningkatkan keasaman rongga mulut sehingga mempengaruhi pH saliva. (Hurlbutt M., dkk, 2010)
14. Asap pembakaran rokok atau ganja yang terdiri dari karbondioksida menurunkan pH saliva dengan cara berikatan dengan kandungan air pada saliva, mengeluarkan ion hidrogen dan membentuk asam. (Tortora GJ., Derrickson B., 2006)
15. Hidroksiapatit pada gigi akan larut dalam saliva apabila berkontak dengan cairan ataupun saliva yang bersifat asam. (Dawes C., 2003; Khan GJ., dkk, 2005)
16. Pada penelitian in vitro terhadap tikus, didapatkan konsentrasi kalsium meningkat secara signifikan (p <0,05) setelah 20 menit pemberian agonis THC dan bertahan selama 30 menit. (Kopach O., dkk, 2011)
Ca10(PO4)6(OH)2 10Ca2+ + 6PO43– + 2OH– Solid Solution
CO2+H2O H2CO3 H++HCO3
Manfaat
1. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui jumlah volume saliva, nilai pH saliva dan kadar ion kalsium pada saliva pecandu ganja.
2. Memberikan informasi tambahan bagi pengelola kesehatan gigi dan mulut dalam merencanakan program penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut terhadap pecandu ganja dan mantan pecandu ganja.
Masalah
1. Apakah ada hubungan antara konsumsi ganja dengan volume saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja di pusat rehabilitasi Insyaf Medan tahun 2014?
2. Apakah rerata volume saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja? 3. Apakah ada hubungan antara konsumsi ganja dengan pH saliva yang distimulasi
pada mantan pecandu ganja di pusat rehabilitasi Insyaf Medan tahun 2014?
4. Apakah rerata pH saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja? 5. Apakah ada hubungan antara konsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva
yang distimulasi pada mantan pecandu ganja di pusat rehabilitasi Insyaf Medan tahun 2014?
6. Apakah rerata kadar ion kalsium saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja?
Tujuan
1. Untuk mengukur volume, pH, dan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi pada pecandu ganja di pusat rehabilitasi Insyaf Medan tahun 2014 berdasarkan frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja.
Lampiran 2
DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KUESIONER
No. Kartu :
Tanggal :
A. Identitas Responden
Nama : Umur :
Pendidikan terakhir:
B. Riwayat konsumsi ganja
1. Apak
ah Bapak/Saudara pernah mengonsumsi ganja?
A. Ya B. Tidak
2. Sudah berapa lama (tahun) Bapak/Saudara mengonsumsi ganja? (tuliskan) ... ...
3. Bagaimana cara Bapak/Saudara mengonsumsi ganja? A. Dihisap seperti rokok
B. Melalui bong
C. Lainnya, (tuliskan) ...
4. Seberapa sering Bapak/Saudara mengonsumsi ganja dalam seminggu (frekuensi konsumsi ganja)? (tuliskan)
5. Apakah Bapak/ Saudara sering merasa kering pada mulut setelah mengonsumsi ganja?
A. Ya B. Tidak
6. ... Apakah yang Bapak/Saudara lakukan setelah mengonsumsi ganja?
A. Menyikat gigi
B. Berkumur atau minum air putih
C. Meminum minuman manis (teh/kopi/jus)
D. Minum minuman ringan (minuman
bersoda/isotonik)
E. Tidak melakukan apa-apa
F. ... Lainnya, (tuliskan) ...
C. Kondisi saat ini
7. Sudah berapa lama (bulan) Bapak/Saudara berhenti mengonsumsi ganja? (tuliskan)
...
8. ... Sudah berapa lama (bulan) Bapak/Saudara menjalankan masa rehabilitasi?
(tuliskan)
...
9. ... Jenis minuman apa yang sering Bapak/Saudara konsumsi setiap hari?
... ...
11. ... Berapa kali Bapak/Saudara menyikat gigi dalam sehari? (tuliskan)
...
12. ... Kapan saja Bapak/Saudara menyikat gigi dalam sehari?(tuliskan)
D. Hasil Pengukuran
PENGUKURAN HASIL PENGUKURAN
Volume saliva ml/5 menit pH saliva
LEMBARAN PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Kepada Yth :
Saudara/Saudari
………
Bersama ini saya, Beactris Lamria (umur 21 tahun), yang sedang menjalani
program pendidikan sarjana pada Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera
Utara, memohon kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya
yang berjudul :
ANALISA VOLUME, pH DAN KADAR ION KALSIUM SALIVA YANG DISTIMULASI PADA PECANDU GANJA DI PUSAT REHABILITASI INSYAF MEDAN TAHUN 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah volume, nilai pH dan kadar
ion kalsium saliva yang distimulasi pada pecandu ganja di pusat rehabilitasi Insyaf
Medan tahun 2014.
Penelitian ini bersifat observasional analitik dimana akan dilakukan
pengumpulan saliva yang distimulasi dengan ortho wax dan diperiksa volume, pH dan
kadar ion kalsium pada sampel tersebut. Pada penelitian tersebut, untuk mendapatkan
identitas Saudara/i yang lebih rinci mengenai subjek yang akan diteliti maka subjek
penelitian akan diminta menjawab pertanyaan kuesioner sebanyak 12 (dua belas)
pertanyaan yang akan dijawab oleh Saudara/i sebagai subjek penelitian dan diberi
waktu ± 10 menit. Identitas Saudara/i sebagai subjek penelitian akan dirahasiakan oleh peneliti.
Jika Saudara/i mengerti isi dari lembar penjelasan ini dan bersedia untuk
menjadi subjek penelitian, maka mohon kiranya Saudara/i untuk mengisi dan
menandatangani surat pernyataan persetujuan sebagai subjek penelitian yang terlampir
pada lembar berikutnya. Saudara/i perlu mengetahui bahwa surat kesediaan tersebut
tidak mengikat dan Saudara/i dapat mengundurkan diri dari penelitian ini bila Saudara/i
Demikian lembar penjelasan ini saya perbuat, semoga keterangan ini dapat
dimengerti dan atas kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya
ucapkan terima kasih.
Medan, ……….. 2014
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin : L / P
Alamat :
Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama Beactris Lamria yang berjudul “Analisa Volume, pH dan Kadar Ion Kalsium Saliva Yang Distimulasi Pada Pecandu Ganja di Pusat Rehabilitasi Insyaf Medan Tahun 2014’’ dan menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di
kemudian hari.
Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.
Medan, 2014
Pembuat Pernyataan
(………...)
UNK-013 26
Penentuan Kadar Ion Kalsium Kontrol
UNK-015 28
UNK-016 29
Lampiran 7
LEMBAR PENGOLAHAN DATA
Karakteristik umum subjek
pendidikan terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
mulut kering setelah konsumsi ganja
Frequency Percent Valid Percent
kegiatan setelah konsumsi ganja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
D. Minum minuman ringan (minuman bersoda/isotonik)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
banyaknya air putih yang dikonsumsi
Frequency Percent Valid Percent
5 5 12,5 12,5 45,0
6 9 22,5 22,5 67,5
7 1 2,5 2,5 70,0
8 7 17,5 17,5 87,5
9 2 5,0 5,0 92,5
10 2 5,0 5,0 97,5
14 1 2,5 2,5 100,0
Total 40 100,0 100,0
frekuensi sikat gigi dalam sehari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 3 7,5 7,5 7,5
2 27 67,5 67,5 75,0
3 10 25,0 25,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
waktu menyikat gigi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid pagi 3 7,5 7,5 7,5
pagi dan malam 10 25,0 25,0 32,5
pagi dan sore 17 42,5 42,5 75,0
pagi, sore dan malam 6 15,0 15,0 90,0
pagi, siang dan malam 4 10,0 10,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
Descriptives
kelompok umur 30 1 3 2,20 ,761
pendidikan terakhir 40 1 5 2,93 ,694
cara mengonsumsi ganja 30 1 2 1,07 ,254
mulut kering setelah konsumsi ganja
30 1 2 1,10 ,305
kegiatan setelah konsumsi ganja
30 1 6 3,87 1,871
minuman yang sering dikonsumsi
40 1 3 1,15 ,427
banyaknya air putih yang dikonsumsi
40 1 14 5,88 2,594
frekuensi sikat gigi dalam sehari 40 1 3 2,18 ,549
waktu menyikat gigi 40 1 5 2,95 1,061
Uji normalitas volume
Explore
lamanya mengonsumsi ganja
Case Processing Summary
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Case Processing Summary
frekuensi mengonsumsi ganja Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
volume saliva yang distimulasi
dimension1
1-4 12 100,0% 0 ,0% 12 100,0%
5-8 8 100,0% 0 ,0% 8 100,0%
9-12 3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%
13-16 2 100,0% 0 ,0% 2 100,0%
>16 5 100,0% 0 ,0% 5 100,0%
Tests of Normality
frekuensi mengonsumsi ganja
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. volume saliva yang
distimulasi
dimension1
1-4 ,136 12 ,200* ,949 12 ,620
5-8 ,149 8 ,200* ,953 8 ,736
9-12 ,354 3 . ,820 3 ,164
13-16 ,260 2 .
>16 ,308 5 ,136 ,858 5 ,220 a. Lilliefors Significance Correction
lamanya berhenti mengonsumsi ganja
Tests of Normality
lamanya berhenti mengonsumsi ganja
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. volume saliva yang distimulasi
dimension1
0-4 ,153 21 ,200* ,920 21 ,085
5-9 ,212 9 ,200* ,912 9 ,333
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Case Processing Summary
lamanya berhenti mengonsumsi ganja
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
volume saliva yang distimulasi
dimension1
0-4 21 100,0% 0 ,0% 21 100,0%
Uji normalitas pH
Explore
Case Processing Summary
lamanya mengonsumsi ganja Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pH saliva yang distimulasi
0-4
0-4 17 100,0% 0 ,0% 17 100,0%
5-7 4 100,0% 0 ,0% 4 100,0%
8-10 4 100,0% 0 ,0% 4 100,0%
>10 5 100,0% 0 ,0% 5 100,0%
Tests of Normalityb
lamanya mengonsumsi ganja Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. pH saliva yang distimulasi
pH saliva yang distimulasi
dimension1
0-4 ,152 17 ,200* ,909 17 ,097
5-7 ,192 4 . ,971 4 ,850
8-10 ,208 4 . ,950 4 ,714
>10 ,263 5 ,200* ,900 5 ,410
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
frekuensi mengonsumsi ganja
Tests of Normality
frekuensi mengonsumsi ganja Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. pH saliva yang distimulasi
dimension1
1-4 ,190 12 ,200* ,857 12 ,055
5-8 ,176 8 ,200* ,879 8 ,183
9-12 ,191 3 . ,997 3 ,900
13-16 ,260 2 .
>16 ,215 5 ,200* ,901 5 ,415
a. Lilliefors Significance Correction
lamanya berhenti mengonsumsi ganja
Case Processing Summary
lamanya berhenti mengonsumsi ganja
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pH saliva yang distimulasi
dimension1
0-4 21 100,0% 0 ,0% 21 100,0%
5-9 9 100,0% 0 ,0% 9 100,0%
Tests of Normality
lamanya berhenti mengonsumsi ganja
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. pH saliva yang distimulasi
dimension1
0-4 ,159 21 ,175 ,903 21 ,051
5-9 ,250 9 ,112 ,858 9 ,092
Uji normalitas ion
Explore
lamanya mengonsumsi ganja
Case Processing Summary
lamanya mengonsumsi ganja Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kadar ion kalsium saliva yang distimulasi
lamanya mengonsumsi ganja Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. kadar ion kalsium saliva yang
distimulasi
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
b. There are no valid cases for kadar ion kalsium saliva yang distimulasi when lamanya mengonsumsi ganja = 5,000. Statistics cannot be computed for this level.
frekuensi mengonsumsi ganja
Case Processing Summary
frekuensi mengonsumsi ganja Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kadar ion kalsium saliva yang
distimulasi dimension1
1-4 12 100,0% 0 ,0% 12 100,0%
13-16 2 100,0% 0 ,0% 2 100,0%
>16 5 100,0% 0 ,0% 5 100,0%
Tests of Normality
frekuensi mengonsumsi ganja Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. kadar ion kalsium saliva yang
distimulasi
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
lamanya berhenti mengonsumsi ganja
Case Processing Summary
kadar ion kalsium saliva yang
distimulasi dimension1 kadar ion kalsium saliva yang
distimulasi dimension1
0-4 ,116 21 ,200* ,942 21 ,240
5-9 ,266 9 ,065 ,830 9 ,055
a. Lilliefors Significance Correction
Volume-pecandu-kontrol
T-Test
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean volume saliva yang distimulasi Pecandu ganja 30 7,7623 3,16361 ,57759
Kontrol 10 10,1500 2,35816 ,74572
Volume-Frekuensi
Oneway
Descriptives
volume saliva yang distimulasi
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
1-4 12 9,7417 3,34637 ,96601 7,6155 11,8679 5,56 16,66
5-8 8 7,5825 2,11925 ,74927 5,8108 9,3542 4,37 10,43
9-12 3 7,4300 2,92057 1,68619 ,1749 14,6851 5,50 10,79
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
>16 5 4,4980 1,07667 ,48150 3,1611 5,8349 2,69 5,48
kontrol 10 10,1500 2,35816 ,74572 8,4631 11,8369 7,39 14,00
Total 40 8,3593 3,13397 ,49552 7,3570 9,3615 2,69 16,66
ANOVA
volume saliva yang distimulasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
volume saliva yang distimulasi LSD Lower Bound Upper Bound
13-16
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Volume-durasi
Oneway
Descriptives
volume saliva yang distimulasi
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
0-4 17 8,8476 3,31687 ,80446 7,1423 10,5530 5,10 16,66
volume saliva yang distimulasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 119,933 4 29,983 3,988 ,009
volume saliva yang distimulasi
volume saliva yang distimulasi LSD Lower Bound Upper Bound
Multiple Comparisons
volume saliva yang distimulasi LSD Lower Bound Upper Bound
dimension2
Volume-lamanya berhenti
Oneway
Descriptives
volume saliva yang distimulasi
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
0-4 21 7,6457 3,14298 ,68585 6,2150 9,0764 2,69 16,66
5-9 9 8,0344 3,38610 1,12870 5,4317 10,6372 4,37 13,86
kontrol 10 10,1500 2,35816 ,74572 8,4631 11,8369 7,39 14,00
Total 40 8,3593 3,13397 ,49552 7,3570 9,3615 2,69 16,66
ANOVA
volume saliva yang distimulasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 43,709 2 21,855 2,383 ,106
Within Groups 339,340 37 9,171
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
volume saliva yang distimulasi LSD Lower Bound Upper Bound
dimension2
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
pH-pecandu-kontrol
T-Test
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean pH saliva yang distimulasi Pecandu ganja 30 7,400 ,3107 ,0567
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
pH saliva yang distimulasi
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
1-4 12 7,442 ,2746 ,0793 7,267 7,616 6,8 7,7
pH saliva yang distimulasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,299 5 ,060 ,646 ,666
Within Groups 3,149 34 ,093
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
pH saliva yang distimulasi LSD Lower Bound Upper Bound
dimension3
5-8 ,0675 ,1443 ,643 -,226 ,361
9-12 ,2967 ,2003 ,148 -,110 ,704
13-16 ,1800 ,2357 ,450 -,299 ,659
pH-durasi
Oneway
Descriptives
pH saliva yang distimulasi
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
0-4 17 7,353 ,2939 ,0713 7,202 7,504 6,8 7,7
5-7 4 7,625 ,1708 ,0854 7,353 7,897 7,4 7,8
8-10 4 7,500 ,1826 ,0913 7,209 7,791 7,3 7,7
>10 5 7,300 ,4743 ,2121 6,711 7,889 6,7 7,8
kontrol 10 7,530 ,2406 ,0761 7,358 7,702 7,1 7,8
Total 40 7,433 ,2973 ,0470 7,337 7,528 6,7 7,8
ANOVA
pH saliva yang distimulasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,457 4 ,114 1,337 ,276
Within Groups 2,991 35 ,085
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
pH saliva yang distimulasi LSD Lower Bound Upper Bound
pH-lamanya berhenti
Oneway
Descriptives
pH saliva yang distimulasi
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
0-4 21 7,390 ,3161 ,0690 7,247 7,534 6,8 7,8
5-9 9 7,422 ,3153 ,1051 7,180 7,665 6,7 7,8
kontrol 10 7,530 ,2406 ,0761 7,358 7,702 7,1 7,8
Total 40 7,433 ,2973 ,0470 7,337 7,528 6,7 7,8
ANOVA
pH saliva yang distimulasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,133 2 ,067 ,743 ,483
Within Groups 3,315 37 ,090
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
pH saliva yang distimulasi LSD Lower Bound Upper Bound
dimension2 kadar ion kalsium saliva yang
distimulasi
Pecandu ganja 30 ,99387 ,261284 ,047704
Ion kalsium-frekuensi
Oneway
Descriptives
kadar ion kalsium saliva yang distimulasi
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
1-4 12 ,97583 ,212280 ,061280 ,84096 1,11071 ,550 1,250
kadar ion kalsium saliva yang distimulasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1,327 5 ,265 5,038 ,001
Within Groups 1,791 34 ,053
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
kadar ion kalsium saliva yang distimulasi
kadar ion kalsium saliva yang distimulasi LSD Lower Bound Upper Bound
5-8 -,418750* ,130851 ,003 -,68467 -,15283
9-12 -,371333* ,167623 ,034 -,71198 -,03068
13-16 -,143000 ,192036 ,462 -,53326 ,24726
kontrol -,561000* ,125717 ,000 -,81649 -,30551 kontrol
dimension3
1-4 ,327167* ,098278 ,002 ,12744 ,52689
5-8 ,142250* ,108874 ,020 -,07901 ,36351
9-12 ,189667* ,151093 ,018 -,11739 ,49672
13-16 ,418000* ,177791 ,025 ,05669 ,77931
>16 ,561000* ,125717 ,000 ,30551 ,81649
Ion kalsium-durasi
Oneway
Descriptives
kadar ion kalsium saliva yang distimulasi
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
0-4 17 ,98867 ,197070 ,046450 ,89067 1,08667 ,550 1,250
5-7 4 ,92000 ,226053 ,130512 ,35845 1,48155 ,730 1,170
8-10 4 1,11250 ,105576 ,202788 ,46714 1,75786 ,890 1,720
>10 5 ,96200 ,401771 ,179677 ,46314 1,46086 ,520 1,600
KONTROL 10 1,30300 ,216490 ,068460 1,14813 1,45787 1,040 1,780
Total 40 1,07115 ,282768 ,044709 ,98072 1,16158 ,520 1,780
ANOVA
kadar ion kalsium saliva yang distimulasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,795 4 ,199 2,994 ,032
Within Groups 2,323 35 ,066
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
kadar ion kalsium saliva yang distimulasi LSD
(I) durasi mengonsumsi ganja (J) durasi mengonsumsi ganja Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
dimension2
Oneway
Descriptives
kadar ion kalsium saliva yang distimulasi
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
0-4 21 ,95790 ,271157 ,059171 ,83448 1,08133 ,520 1,720
5-9 9 1,07778 ,228789 ,076263 ,90191 1,25364 ,860 1,600
kontrol 10 1,30300 ,216490 ,068460 1,14813 1,45787 1,040 1,780
Total 40 1,07115 ,282768 ,044709 ,98072 1,16158 ,520 1,780
ANOVA
kadar ion kalsium saliva yang distimulasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,807 2 ,404 6,462 ,004
Within Groups 2,311 37 ,062
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
kadar ion kalsium saliva yang distimulasi LSD
(I) lamanya berhenti mengonsumsi ganja
(J) lamanya berhenti mengonsumsi ganja
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
dimension2 0-4
dimension3
5-9 -,119873 ,099572 ,236 -,32163 ,08188
kontrol -,345095* ,096024 ,001 -,53966 -,15053 5-9
dimension3
0-4 ,119873 ,099572 ,236 -,08188 ,32163
kontrol -,225222 ,114832 ,057 -,45789 ,00745 kontrol
dimension3
0-4 ,345095* ,096024 ,001 ,15053 ,53966
5-9 ,225222* ,114832 ,047 -,00745 ,45789
1. Iversen, L. The science of marijuana. New York: Oxford University Press, 2000.
4-18, 29-71, 207-31.
2. National Institute on Drug Abuse. Marijuana abuse
3. Republik Indonesia. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Lembaran Negara RI Tahun 2009, No. 143. Sekretariat Negara. Jakarta.
4. United Nations Office on Drugs and Crime. World Drug Report
5. Nurhidayat A, Amir N, Susami H, Brink W, Metzger D. Drug abuse and AIDS in
Indonesia: From Research to Drug Policy and Treatment. 2013. https://
www.jspn.or.jp/ journal/ symposium/ pdf/jspn108/ss429-432.pdf. (28 Juli 2013).
6. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Data Tindak Pidana Narkoba
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2011. 2012. http:// bnn.go.id/
portal/_uploads/ post/2012/05/10/20120510170025-10251.pdf. (10 Maret 2014)
7. Cho CM, Hirsch R, Johnstone S. General and Oral health implications of cannabis
use. Aus Dent J 2005: 50 (2): 70-4.
8. Earleywine, Mitch. Understanding marijuana. London: Oxford University Press,
2002; 122-65.
9. Ashton, Heather. Pharmacology and effects of cannabis: a brief review. Br J
Psychiatry 2001; 178: 101-6.
10. Kevin J. Marijuana addiction. 2008. http:// files. choosehelp. com.s3. amazonaws.
com/content/54b4fbce27b23724a0c66cb25cdad12f_80e2ccc_file_marijuana_addict
ion.pdf. (28 Juli 2013).
11. Maloney, William. The significance of illicit drug use to dental practice. 2010.
12. Bonsor, Kevin. How marijuana works. 2001. http:// science. howstuffworks.com/
marijuana.htm. (20 Agustus 2013).
13. Maloney, William. Significance of cannabis use to dental practice. N Y State Dent J
2011: 36-9.
14. Crean RD, Crane NA, Mason BJ. An evidence-based review of acute and long-term
effects of cannabis use on executive cognitive functions. J Addict Med 2011; 5:
1-8.
15. Jose, Maji. Essentials of oral biology. New Delhi: CBS Publishers, 2010: 284-8.
16. Walsh LJ. Clinical aspects of salivary biology for the dental clinician. International
Dentistry South Africa 2008; 2 (3): 16-30.
17. Malikha NZ, Murdiastuti K, Lastianny SP. Efek radioterapi area kepala dan leher
terhadap kadar kalsium saliva. 2008. http:// isjd. pdii. lipi.go.id/ admin/ jurnal/
15208117120. pdf. (8 November 2013).
18. Al-Zahawi MS, Al-Refai SA. The relationship between calcium, magnesium and
inorganic phosphate of human mixed saliva and dental caries. 2007. http:// www
.iasj. net/ iasj?func= fulltext&aId=40585. (20 Agustus 2013).
19. Woyceichoski IEC, Costa CH, de Araujo CM, dkk. Salivary buffer capacity, pH,
and stimulated flow rate of crack cocaine users. J Investig Clin Dent 2013; 4:
160-3.
20. Ekstrom J, Khosravani N, Castagnola M, Messana I. Saliva and the control of its
secretion. J Physiol Pharmacol 2009; 62: 95–9.
21. Prestifilippo JP, Solari JF, Cal CDL, dkk. Inhibition of salivary secretion by
activation of cannabinoid receptors. Exp Biol Med 2006; (231): 1421-9
22. Wenche S, Borgnakke, George W, dkk. Dry mouth (xerostomia): diagnosis,
causes, complications and treatment. 2011. http:// www.deltadentalid.com/ docs/
files/ Dry_mouth_research_review_for_dental_professionals_2011_08[1]. pdf. (28
Juli 2013) .
23. Veitz-Keenan A, Ferraiolo D. Cannabis use and xerostomia
cannabis use increase the risk of caries in cigarette smokers. Schweiz Monatschr
Zahnmed. 2009; 119: 576-83.
25. Hurlbutt M, Novy B, Young D. Dental caries: a pH-mediated disease. Can Dent
Hyg J 2010; 25(1): 9-15.
26. Tortora GJ, Derrickson B, Principle of anatomy and physiology. Washington DC:
John Wiley and Sons Inc, 2006: 1046-8.
27. Dawes C. What is the critical pH and why does a tooth dissolve in acid. J Can Den
Assoc 2003; 69 (11): 722-4.
28. Khan GJ, Mehmood R, Salah-ud-din, Marwat FM, Ihtesham-ul-haq,
Jamil-ur-rehman. Secretion of calcium in the saliva of long term tobacco users. J Ayub Med
Col Abbottabad 2005; 17(4): 1-3.
29. Kopach O, Vats J, Netsyk O, Voitenko N, Irving A, Fedirko N. Cannabinoid
receptors in submandibular acinar cells: functional coupling between saliva flyid
and electrolytes secretion and Ca2+ signalling. J Cell Sc 2011; 125: 1884-95.
30. Obrochta JC, McClure E, Frese P. Oral implications of chemical dependency &
substance abuse for the dental professional. 20
31. Burkhat NW. Marijuana
32. Anonymous. 7 negara penyalur ganja terbanyak (salah satunya indonesia). http://
thelikers. blogspot.com /2012/06/7 - negara- penyalur- ganja-terbanyak -salah.html.
(30 Juli 2013).
33. Anonymous. Glass/Plastic Bongs
2013).
34. Gettman, Jon. Marijuana and the human brain. 1995. http:// www. marijuanalibrary.
org/ brain2.html. (20 Agustus 2013).
35. Veersteeg PA, Slot DE, van der Velden U, van der Weijden GA. Effect of cannabis
36. Ditmyer M, Demopoulos C, McClain M, Dounis G, Mobley C. The effect of
tobacco and marijuana use on dental health status in nevada adolescents: a trend
analysis. J Adolesc Health 2012; 52(2013): 641-8.
37. Thomson WM, Poulton R, Broadbent JM, dkk. Cannabis smoking and periodontal
disease among young adults, JAMA 2008; 299(5): 525-31.
38. Rawal SY, Tatakis DN, Tipton DA. Periodontal and oral manifestations of
marijuana use. J Tenn Dent Assoc 2011; 92 (2): 26-31.
39. The National Organization for the Reform of Marijuana Laws. Cannabis smoke and
cancer: assesing the risk. 2006. http:// norml.org/ pdf_files/ norml_ cannabis_
smoke_ cancer.pdf. (1 Agustus 2013).
40. Langlais RP, Miller CS. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim. Alih
bahasa. Susetyo B. Jakarta: Hipokrates, 1994: 56.
41. Almeida PV, Gegio AMT, Machado MANM, De Lima AAS, Azevedo LR. Saliva
composition and functions: A comprehensive review. J Contemp Dent Pract 2008;
9: 1-8.
42. Sherwood L. Fisiologi manusia. Alih bahasa. Pendit BU. Jakarta: EGC, 1996:
196-209, 537-48.
43. Ravenel MC, Marlow NM,dkk. Methamphetamine abuse and oral health: a pilot
study of “meth mouth”. Quintessence Int 2012; 43 (3): 229-37.
44. Pacher P, Batkai S, Kunos G. The endocannabinoid system as an emerging target of
pharmacotherapy. Pharmacol Rev 2006; 58: 389–462.
45. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 4.
Jakarta: Sagung Seto, 2011. 368-9.
46. Wiener RC, Wu B, Crout R, et al. Hyposalivation and xerostomia in dentate older
adults. J Am Dent Assoc 2010; 141(3): 279-84.
47. Dokumentasi Penelitan
48. Anonymous. Profil PSPP “INSYAF”. http://insyaf.depsos.go.id/ modules. php?
/index.php/ konten /detail /puslitdatin /artikel/10682/
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan
penelitian cross sectional.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di:
1. Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf Medan
2. Laboratorium Penelitian Farmasi USU
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2014 sampai Mei 2014 yang mencakup
pengumpulan sampel, penelitian, pengolahan data dan hasil penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah pecandu ganja yang sedang menjalani proses
rehabilitasi di PSPP Insyaf Medan tahun 2014.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian diperoleh dari populasi saliva mantan pecandu ganja yang
sedang menjalani proses rehabilitasi di PSPP Insyaf Medan. Penentuan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik sampling purposive sampling yaitu pemilihan
diinginkan dapat terpenuhi.
3.3.2.1 Besar sampel
Besar sampel pada penelitian ini adalah 40 orang yang terdiri dari 30 orang
mantan pecandu ganja yang sedang menjalani proses rehabilitasi di PSPP Insyaf dan 10
mahasiswa FKG USU tanpa riwayat mengonsumsi ganja sebagai kelompok kontrol.
Pertimbangan penentuan besar sampel minimum berdasarkan rumus: 45
n = {1,64 + 0,842 }2
(0,2)2
n = 36,35
Keterangan :
n = Jumlah sampel minimal
α = level of significant, penelitian ini menggunakan α = 10%, sehingga Zα = 1,64
β = power of test, penelitian ini menggunakan β = 20% , sehingga Zβ = 0,842 Po = proporsi awal penelitian, pada penelitian ini digunakan Po = 50%
= proporsi yang diinginkan dari penelitian, pada penelitian ini digunakan
= 70%
– Po = 20%
3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Laki-laki berusia 16-49 tahun
2. Konsumsi ganja terakhir kurang dari satu tahun sebelum penelitian
n = {Zα + Zβ }2
3. Sedang menjalani masa rehabilitasi di PSPP Insyaf Medan
4. Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
3.4.2 Kriteria Ekslusi
1. Memiliki masalah kesehatan (dalam masa medical outing)
2. Memiliki gangguan kesehatan mental
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
3.5.1.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah mantan pecandu ganja
3.5.1.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah saliva pecandu ganja, yaitu:
1. Volume saliva yang distimulasi
2. pH saliva yang distimulasi
3. Kadar ion kalsium saliva yang distimulasi
3.5.1.3 Variabel Terkendali
1. Laki-laki berusia 16-49 tahun
2. Konsumsi ganja terakhir kurang dari satu tahun sebelum penelitian
dilakukan
3. Dalam masa rehabilitasi
3.5.1.4 Variabel Tidak Terkendali
1. Keadaan rongga mulut
3.5.1.5Variabel Kontrol
1. Mahasiswa laki-laki FKG USU tanpa riwayat mengonsumsi ganja
Variabel Tergantung:
Saliva pecandu ganja:
1. Volume saliva yang distimulasi 2. pH saliva yang distimulasi 3. Kadar ion kalsium saliva yang
distimulasi Variabel Terkendali:
1. Laki-laki berusia 16 – 49 tahun 2. Konsumsi ganja terakhir kurang dari
satu tahun sebelum penelitian dilakukan 3. Dalam masa rehabilitasi
Variabel Bebas:
Mantan Pecandu ganja
Variabel Tidak Terkendali:
1. Keadaan rongga mulut
Variabel Kontrol:
1. Mahasiswa laki-laki FKG USU tanpa riwayat mengonsumsi ganja 2. Usia 20 – 24 tahun
3.5.2 Definisi Operasional
Ganja adalah salah satu jenis narkotika yang terdiri dari daun, tangkai, biji dan bunga dari tumbuhan Cannabis sativa yang telah dikeringkan dan berwarna abu-abu
kehijauan.
Mantan Pecandu ganja adalah orang yang memiliki riwayat menggunakan atau menyalahgunakan ganja dan pernah mengalami ketergantungan pada ganja, baik
secara fisik maupun psikis.
Durasi mengonsumsi ganja adalah kondisi yang menunjukkan lamanya pecandu ganja telah mengonsumsi ganja dumulai dari waktu pertama kali mengonsumsi
ganja hingga berhenti mengonsumsi ganja.
Frekuensi mengonsumsi ganja adalah kondisi yang menunjukkan berapa kali pecandu ganja mengonsumsi ganja dalam satu minggu.
Lamanya berhenti mengonsumsi ganja adalah kondisi yang menunjukkan lamanya pecandu ganja berhenti mengonsumsi ganja dimulai dari hari terakhir
Pusat Rehabilitasi adalah tempat yang didalamnya terdapat suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu
narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.
Gangguan kesehatan mental adalah ketidakmampuan individu dalam berpikir, merasa dan bertindak ketika dihadapkan dengan stres, hubungan dengan orang lain dan
pengambilan keputusan.
Teknik pengumpulan saliva yang distimulasi merupakan cara untuk mengumpulkan saliva utuh distimulasi menggunakan ortho wax dengan metode spitting
dimana subjek membiarkan saliva tergenang dalam mulutnya tanpa ditelan dan subjek harus meludahkan saliva yang terkumpul didalam mulut secara berkala ke dalam tabung selama lima menit.
Waktu pengumpulan saliva yang distimulasi adalah waktu dilakukannya pengumpulan sampel saliva yaitu pada pagi hari, dua jam setelah subjek mendapatkan sarapan pagi.
Volume saliva yang distimulasi adalah jumlah saliva yang dihasilkan dengan rangsangan mekanis yaitu menggunakan ortho wax dan diketahui dengan cara menampung saliva dalam pot saliva kemudian ditimbang dengan timbangan digital dalam satuan ml/5 menit.
pH saliva yang distimulasi adalah nilai derajat keasaman saliva yang diukur menggunakan pH meter.
Kadar ion kalsium saliva yang distimulasi adalah jumlah kadar ion kalsium yang terdapat pada saliva dan didapatkan dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom dengan panjang gelombang 422,7 nm dalam satuan mmol/l.
3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
2. Timbangan digital
5. pH meter
6. Termos tempat sampel
7. Labu ukur 10 ml dan 25 ml
8. Corong
9. Kertas saring
10. Spuit 5 cc
11. Beaker glass 250 ml dan 500 ml
12. Pipet tetes
3.6.2 Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Sampel saliva
2. Ortho wax
3. Dry ice
4. Larutan aquabidest
5. Larutan baku kalsium
3.7 Pelaksanaan Penelitian 3.7.1 Pengisian Kuesioner
3.7.2 Pengumpulan Saliva Yang Distimulasi
Pengumpulan saliva dilakukan pada pagi hari, dua jam setelah sarapan pagi.
Subjek diminta untuk tidak mengonsumsi apapun selain air putih selama dua jam
sebelum pengambilan saliva. Subjek diminta untuk mengunyah ortho wax dan
mengumpulkan saliva dengan metode spitting selama lima menit secara berkala di
dalam pot saliva yang kemudian diberi label.
Gambar 10. Pengumpulan saliva yang distimulasi.47
3.7.3 Persiapan Sampel Saliva Yang Distimulasi
Pot saliva yang dukumpulkan kedua yang yang berisi minimal 1 ml saliva yang
telah dikumpulkan dan diberi label harus ditutup dengan rapat kemudian disusun di
dalam termos yang berisi dry ice dan dibawa ke Laboratorium Penelitian Farmasi USU
untuk melakukan pengukuran volume, pH, dan kadar ion kalsium dalam saliva
terstimulasi.
3.7.4 Pengukuran Volume Saliva Yang Distimulasi
jenis untuk saliva adalah 1,0 maka 1 gr saliva sama dengan 1 ml saliva.46
Gambar 11. Pengukuran volume saliva yang distimulasi.47
3.7.5 Pengukuran pH Saliva Yang Distimulasi
Pengukuran pH saliva dilakukan dengan cara mencelupkan pH meter yang telah
dikalibrasi sebelumnya ke dalam pot saliva kemudian catat hasil pH saliva yang
ditunjukkan pada alat.
Gambar 12. Pengukuran pH saliva yang distimulasi. 47
3.7.6 Pengukuran Kadar Ion Kalsium Saliva Yang Distimulasi 3.7.6.1 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium
Mengambil 1 ml larutan baku kalsium (1000 μg/ml) dengan menggunakan pipet
hingga garis tanda. Larutan tersebut (10 μg/ml) dipipet masing-masing 0,5 ml, 2,5 ml, 5 ml, 10 ml, 15 ml dan dimasukkan kedalam labu takar 50 ml kemudian lakukan
pengenceran dengan larutan aquabidest sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan
berkonsentrasi 0,1; 0,5; 1; 2; 3 μg/ml. Lakukan pengukuran larutan tersebut dengan
SSA pada panjang gelombang absorbansi maksimum 422,7 nm dan dibuat kurva
kalibrasi untuk larutan standar kalsium.
3.7.6.2 Pengukuran Kadar Ion Kalsium Sampel
Sampel saliva sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml dengan
menggunakan spuit. Larutan sampel saliva diencerkan dengan aquabidest sampai garis
tanda dan dihomogenkan. Larutan sampel disaring dengan kertas saring ke dalam labu
takar 10 ml dan dihomogenkan kembali. Lakukan pengukuran kadar kalsium pada
larutan sampel dengan menggunakan SSA pada panjang gelombang absorbansi
maksimum 422,7 nm.
Perhitungan kadar ion kalsium pada penelitian ini menggunakan rumus
molaritas agar didapatkan hasil dalam satuan mmol/l, yaitu:
Dengan keterangan, sebagai berikut:
1. M yaitu nilai molaritas dengan satuan mmol/l
2. c yaitu konsentrasi kalsium dengan satuan ppm
3. v yaitu volume pengenceran dengan satuan ml
4. ml yaitu volume saliva yang dipipetkan dengan satuan ml
Gambar 13. Pengukuran Kadar Ion Kalsium Sampel.47 Pemipetan 1 ml saliva
ke labu ukur 25 ml
Pengenceran sampel saliva
Larutan dihomogenkan
Larutan disaring
3.8 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi
yang meliputi gambaran statistik volume saliva, nilai pH saliva dan kadar ion kalsium
dalam saliva yang distimulasi berdasarkan frekuensi, durasi dan lamanya berhenti
mengonsumsi ganja. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji T tidak
berpasangan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi ganja dengan volume, pH
dan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi antara kelompok mantan pecandu ganja
dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) dan uji Oneway Anova
untuk mengetahui hubungan frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja
dengan volume, pH dan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi antara kelompok
mantan mantan pecandu ganja dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja
Pengumpulan saliva yang distimulasi dengan metode
spitting dalam pot saliva
Pemeriksaan saliva
Volume saliva yang distimulasi
Kadar ion kalsium saliva yang distimulasi pH saliva yang
distimulasi Menggunakan pH
meter
Pengukuran kadar ion kalsium
menggunakan Spektrofotometer
saliva dalam wadah dimasukkan ke dalam termos
berisi dry ice
Mantan Pecandu ganja laki-laki berusia 16-49 tahun
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini telah dilakukan pada mantan pecandu ganja yang sedang
menjalani masa rehabilitasi di Panti Rehabilitasi PSPP Insyaf Medan dengan jumlah
sampel 40 orang yang terdiri dari 30 orang mantan pecandu ganja laki-laki yang berusia
16-49 tahun, konsumsi ganja terakhir kurang dari satu tahun sebelum penelitian
dilakukan dan 10 orang mahasiswa laki-laki FKG USU berusia 20-24 tahun yang tidak
pernah mengonsumsi ganja sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini dilaksanakan pada
Januari sampai Februari 2014.
4.1 Karakteristik Umum Subjek Yang Diteliti
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan beberapa karakteristik
umum subjek yang diteliti (tabel 1).
Tabel 1. Persentase Distribusi Frekuensi Karakteristik Umum Subjek Yang Diteliti
Karakteristik Kelompok Dengan
Frekuensi Terbanyak
Kelompok Dengan
Frekuensi Tersedikit
Jenis Kelamin Laki-laki
(100%)
Pendidikan terakhir SMA
(66,7%)
Sarjana
Frekuensi Terbanyak Frekuensi Tersedikit
Cara mengonsumsi ganja Dihisap seperti rokok
(93,3%)
Berkumur atau minum air
putih
(36,7%)
Menyikat gigi
(3,3%)
Jenis minuman yang sering
dikonsumsi saat direhabilitasi
Banyaknya air putih yang
dikonsumsi (gelas/hari) saat
Waktu menyikat gigi saat
direhabilitasi
Pagi dan sore
(56,7%)
Pagi
(3,3%)
Berdasarkan tabel 1 maka dapat dideskripsikan beberapa karakteristik umum
sebagai berikut. Jenis kelamin pada penelitian ini adalah laki-laki 100%. Umur subjek
dengan frekuensi paling banyak adalah pada kelompok umur 20-24 tahun (27,5%) dan
umur subjek dengan frekuensi paling sedikit adalah pada kelompok 25-29 tahun dan
lebih dari 30 tahun (15%) dengan usia paling muda yaitu 16 tahun, usia yang paling tua
yaitu 49 tahun, dengan rata-rata usia 24 tahun. Sementara itu, tingkat pendidikan
terakhir yang paling umum adalah SMA (66,7%) dan yang paling jarang adalah jenjang
Subjek yang diteliti mengonsumsi ganja paling sering dengan cara dihisap
seperti rokok (93,3%) dan yang jarang dengan cara dihisap melalui bong (6,7%).
Sebelum menjalankan masa rehabilitasi, diketahui 90% subjek merasakan mulut kering
setelah mengonsumsi ganja. Karena itu, banyak subjek yang melaksanan beberapa
aktivitas untuk menetralkan perasaan mulut kering setelah mengonsumsi ganja.
Aktivitas yang paling sering dilakukan adalah berkumur atau minum air putih
sebanyak 11 orang (36,7%) dan minum alkohol sebanyak 11 orang (36,7%), sedangkan
yang paling sedikit adalah menyikat gigi sebanyak 1 orang (3,3%).
Pada saat menjalani masa rehabilitasi, jenis minuman yang paling sering
dikonsumsi subjek yang diteliti adalah air putih atau air mineral yaitu sebanyak 26
orang (83,3%) dan yang paling jarang dikonsumsi adalah minuman manis seperti teh,
kopi, ataupun jus yaitu sebanyak 4 orang (3,3%). Karena rata-rata jenis minuman yang
dikonsumsi subjek saat menjalani masa rehabilitasi adalah air putih atau air mineral
maka ditanyakan banyaknya air putih yang dikonsumsi subjek. Banyaknya air putih
yang dikonsumsi subjek paling sering adalah 6 gelas/hari yaitu 9 orang (30%) dan yang
paling jarang adalah 1 gelas/hari yaitu 1 orang (3,3%), 2 gelas/hari yaitu 1 orang (3,3%)
14 gelas/hari yaitu 1 orang (3,3%), dan rata-rata banyaknya air putih yang dikonsumsi
yaitu 6 gelas/hari. Saat menjalani masa rehabilitasi, frekuensi menyikat gigi yang paling
banyak dilakukan subjek yang diteliti adalah sebanyak 2 kali/hari sebanyak 18 orang
(60%) dan yang paling sedikit adalah sebanyak 1 kali/hari sebanyak 1 orang (10%).
Sedangkan, waktu menyikat gigi yang paling sering dilakukan subjek penelitian adalah
pada pagi dan sore hari (56,7%) dan yang paling jarang adalah pada pagi dan malam
Saliva Yang Distimulasi
Tabel 2. Hubungan Mengonsumsi Ganja Dengan Volume, pH dan Kadar Ion Kalsium
Saliva Yang Distimulasi Antara Kelompok Mantan Pecandu Ganja dan
Kelompok Kontrol
Uji T tidak berpasangan, signifikan p<0,05
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan mengonsumsi ganja dengan volume,
pH dan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi antara kelompok mantan pecandu
ganja dan kelompok kontrol (tabel 2). Kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja
(kontrol) memiliki volume saliva (stimulasi) lebih tinggi yaitu 10,1500 ml/5 menit
dengan standar deviasi (SD) 2,35816 dibandingkan dengan kelompok mantan pecandu
ganja yaitu 7,7623 ml/5 menit dengan standar deviasi (SD) 3,16361. Berdasarkan hasil
uji T tidak berpasangan didapatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan (p<0,05)
antara volume saliva (stimulasi) pada kelompok mantan pecandu ganja dengan
kelompok kontrol. Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya ada hubungan antara
mengonsumsi ganja dengan penurunan volume saliva yang distimulasi.
Kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) memiliki pH saliva
pecandu ganja yaitu 7,400 dengan standar deviasi (SD) 0,3107. Berdasarkan hasil uji T
tidak berpasangan didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05)
antara pH saliva (stimulasi) pada kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok
kontrol. Ini berarti hipotesis penelitian ditolak, artinya tidak ada hubungan antara
mengonsumsi ganja dengan penurunan pH saliva yang distimulasi dan pada mantan
pecandu ganja sudah tidak terjadi penurunan pH saliva (stimulasi).
Kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) memiliki kadar ion
kalsium saliva (stimulasi) lebih tinggi yaitu 1,30300 mmol/l dengan standar deviasi
(SD) 0,216490 dibandingkan dengan kelompok mantan pecandu ganja yaitu 0,99387
mmol/l dengan standar deviasi (SD) 0,261284. Berdasarkan hasil uji T tidak
berpasangan didapatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kadar ion
kalsium saliva (stimulasi) pada kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok
kontrol. Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya ada hubungan antara
Kalsium Saliva Yang Distimulasi
Tabel 3. Hubungan Frekuensi Mengonsumsi Ganja Dengan Volume, pH dan Kadar Ion
Kalsium Yang Distimulasi
Uji Oneway Anova, signifikan p<0,05
Hasil yang diperoleh (tabel 3) menunjukkan terjadi penurunan volume saliva
(stimulasi) pada kelompok mantan pecandu ganja apabila dibandingkan dengan
kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol), semakin sering seseorang
mengonsumsi ganja maka semakin rendah pula volume saliva (stimulasi). Kelompok
mantan pecandu ganja yang memiliki riwayat mengonsumsi ganja 1-4 kali per minggu
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) pada volume saliva
(kontrol). Sedangkan kelompok mantan pecandu ganja yang memiliki riwayat
mengonsumsi ganja 5–8 kali per minggu, 9–12 kali per minggu, 13–16 kali per minggu
dan lebih dari 16 kali per minggu menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
(p<0,05) pada volume saliva (stimulasi) apabila dibandingkan dengan kelompok tanpa
riwayat mengonsumsi ganja (kontrol). Ini berarti terjadi penurunan volume saliva
(stimulasi) yang signifikan pada mantan pecandu ganja dengan riwayat mengonsumsi
ganja lebih dari 5 kali per minggu dan semakin sering seseorang mengonsumsi ganja
semakin memiliki perbedaan volume saliva (stimulasi) dengan kelompok tanpa riwayat
mengonsumsi ganja (kontrol). Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya rerata
volume saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh frekuensi
mengonsumsi ganja.
Hasil yang diperoleh dari uji Oneway Anova (tabel 3) menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara kelompok mantan pecandu ganja yang
mengonsumsi ganja sebanyak 1-4 kali per minggu, 5-8 kali per minggu, 9-12 kali per
minggu, 13-16 kali per minggu, dan lebih dari 16 kali per minggu dengan pH saliva
(stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja
(kontrol). Ini berarti hipotesis penelitian ditolak, artinya rerata pH saliva yang
distimulasi pada mantan pecandu ganja tidak dipengaruhi oleh frekuensi mengonsumsi
ganja.
Hasil yang diperoleh (tabel 3) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
(p<0,05) antara kelompok mantan pecandu ganja yang mengonsumsi ganja sebanyak
1-4 kali per minggu, 5-8 kali per minggu, 9-12 kali per minggu, 13-16 kali per minggu
dan lebih dari 16 kali per minggu dengan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) bila
dibandingkan dengan kelompok kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol).
Ini berarti terjadi penurunan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) yang signifikan pada
mantan pecandu ganja. Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya rerata kadar ion
kalsium saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh frekuensi
Kalsium Saliva Yang Distimulasi
Tabel 4. Hubungan Durasi Mengonsumsi Ganja Dengan Volume, pH dan Kadar Ion
Kalsium Saliva Yang Distimulasi
Uji Oneway Anova, signifikan p<0,05
Hasil yang diperoleh (tabel 4) menunjukkan terjadi penurunan volume saliva
(stimulasi) pada kelompok mantan pecandu ganja apabila dibandingkan dengan
kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol), dimana terdapat penurunan
berkala pada volume saliva (stimulasi) berdasarkan durasi mengonsumsi ganja.
Kelompok mantan pecandu ganja yang memiliki riwayat mengonsumsi ganja selama
0-4 tahun dan 5-7 tahun menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05)
pada volume saliva (stimulasi) apabila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat
mengonsumsi ganja (kontrol). Kelompok mantan pecandu ganja yang memiliki riwayat
mengonsumsi ganja selama 8-10 tahun dan lebih dari 10 tahun menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan pada volume saliva (stimulasi) apabila dibandingkan dengan
kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) Ini berarti terjadi penurunan
volume saliva (stimulasi) yang signifikan pada mantan pecandu ganja dengan riwayat
mengonsumsi ganja selama lebih dari 8 tahun dan semakin lama seseorang
mengonsumsi ganja semakin memiliki perbedaan volume saliva (stimulasi) dengan
kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol). Ini berarti hipotesis penelitian
diterima, artinya rerata volume saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja
dipengaruhi oleh durasi mengonsumsi ganja.
Hasil yang diperoleh dari uji Oneway Anova (tabel 4) menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara kelompok mantan pecandu ganja yang
mengonsumsi ganja selama 0-4 tahun, 5-8 tahun, 8-10 tahun dan lebih dari 10 tahun
dengan pH saliva (stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat
mengonsumsi ganja (kontrol). Ini berarti hipotesis penelitian ditolak, artinya rerata pH
saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja tidak dipengaruhi oleh durasi
mengonsumsi ganja.
Hasil yang diperoleh (tabel 4) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
(p<0,05) antara kelompok mantan pecandu ganja yang mengonsumsi ganja selama 0-4
tahun, 5-8 tahun, 8-10 tahun dan lebih dari 10 tahun dengan kadar ion kalsium saliva
(stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok kelompok tanpa riwayat mengonsumsi
ganja (kontrol). Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya rerata kadar ion kalsium
saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh durasi
Kadar Ion Kalsium Saliva Yang Distimulasi
Tabel 5. Hubungan Lamanya Berhenti Mengonsumsi Ganja Dengan Volume, pH dan
Kadar Ion Kalsium Saliva Yang Distimulasi
Uji Oneway Anova, signifikan p<0,05
Hasil uji Oneway Anova (tabel 5) mengenai volume saliva (stimulasi) antara
kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja
(kontrol) berdasarkan lamanya berhenti mengonsumsi ganja. Hasil yang diperoleh (tabel
5) menunjukkan terjadi penurunan volume saliva (stimulasi) pada kelompok mantan
pecandu ganja apabila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi
ganja (kontrol. Kelompok mantan pecandu ganja yang telah berhenti mengonsumsi
ganja selama 5-9 bulan menunjukkan tidak adanya yang signifikan perbedaan (p>0,05)
pada volume saliva (stimulasi) apabila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat
mengonsumsi ganja (kontrol) dengan nilai p yaitu 0,137. Kelompok mantan pecandu
ganja yang telah berhenti mengonsumsi ganja selama 0-4 bulan menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada volume saliva (stimulasi) apabila
dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) dengan
nilai p yaitu 0,038. Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya rerata volume saliva
yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh lamanya berhenti
mengonsumsi ganja. Hal ini menunjukkan semakin lama seseorang berhenti
mengonsumsi ganja maka efek yang menyebabkan penurunan volume saliva (stimulasi)
akan semakin berkurang.
Hasil uji Oneway Anova (tabel 5) mengenai pH saliva (stimulasi) antara
kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok kontrol berdasarkan lamanya
berhenti mengonsumsi ganja. Hasil yang diperoleh dari uji ini menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara kelompok manatan pecandu ganja
yang telah berhenti mengonsumsi ganja selama 0-4 bulan dan 5-9 bulan dengan pH
saliva (stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi
ganja (kontrol) dengan nilai p yaitu 0,233; 0,438. Ini berarti hipotesis penelitian ditolak,
artinya rerata pH saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja tidak dipengaruhi
oleh lamanya berhenti mengonsumsi ganja.
Hasil uji Oneway Anova (tabel 5) mengenai kadar ion kalsium saliva (stimulasi)
antara kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi
ganja (kontrol) berdasarkan lamanya berhenti mengonsumsi ganja. Hasil yang diperoleh
dari uji ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kelompok
mantan pecandu ganja yang telah berhenti mengonsumsi ganja selama 0-4 bulan dan 5-9
bulan dengan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok
kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) dengan nilai p yaitu 0,001;
0,047. Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya rerata kadar ion kalsium saliva
yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh lamanya berhenti
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada 40 orang yang terdiri dari 30 orang pecandu ganja
dan 10 orang yang tidak pernah mengonsumsi ganja sebagai kelompok kontrol. Setiap
subjek yang diteliti diberikan pertanyaan sesuai dengan isi kuesioner terlebih dahulu
dan subjek harus memenuhi beberapa kriteria inklusi, yaitu laki-laki berusia 16 – 49
tahun, konsumsi ganja terakhir kurang dari satu tahun sebelum penelitian dilakukan,
sedang menjalani masa rehabilitasi di PSPP Insyaf Medan dan bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Kelompok kontrol pada penelitian ini merupakan
mahasiswa laki-laki FKG USU berusia 20-24 tahun tanpa riwayat mengonsumsi ganja.
Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) jumlah pecandu ganja
di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 9000 orang dan untuk kawasan Sumatera
Utara, penyalahgunaan ganja mencapai 846 kasus pada tahun 2011.5-6 Penyalahgunaan ganja dapat mengakibatkan masalah kesehatan, baik sistemik maupun lokal pada rongga mulut. Menurut Cho CM, dkk, (2005) pada pecandu ganja sering terjadi masalah kesehatan gigi dan mulut seperti penyakit periodontal, karies, candidiasis serta
perubahan pada epitel rongga mulut.7 Hal ini dapat terjadi karena ganja dapat meyebabkan perubahan pada sekresi saliva, dimana saliva merupakan cairan yang disekresikan oleh kelenjar saliva baik mayor maupun minor yang tersebar di rongga
mulut dan memegang peranan penting dalam rongga mulut.15,22 Fungsi saliva,
diantaranya sebagai lubrikan bagi jaringan rongga mulut, membantu proses pencernaan
melaui enzim amilase dan lipase, menyediakan imunologi, menjaga keseimbangan pH
rongga mulut, serta tempat bagi ion kalsium yang membantu proses remineralisasi.
Kondisi saliva yang tidak baik dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan gigi
dan mulut.15-19 Kondisi saliva yang dapat diteliti diantaranya melalui volume, pH dan
kadar ion kalsium. Berdasarkan hal di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
dalam saliva terstimulasi mantan pecandu ganja di pusat rehabilitasi Insyaf Medan
tahun 2014 dan pengaruh frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja,
terhadap rerata volume, pH dan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi.
Pengumpulan volume saliva dilakukan dengan metode distimulasi karena metode ini
lebih sering digunakan disebabkan oleh prosedurnya yang cukup mudah dilakukan dan
umumnya dilakukan pada pasien dengan keluhan mulut kering. Seperti penelitian
Ravenel MC., dkk (2012) di Amerika dilakukan pengumpulan saliva distimulasi pada
subjek pecandu metamfetamin.16,42 Jenis penelitian yang digunakan adalah
observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Dilakukan uji T
tidak berpasangan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi ganja dengan volume,
pH dan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi antara kelompok mantan pecandu
ganja dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) dan uji Oneway
Anova untuk mendapatkan hubungan frekuensi, durasi dan lamanya berhenti
mengonsumsi ganja dengan volume saliva yang distimulasi, pH saliva yang distimulasi
dan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi antara kelompok mantan pecandu ganja
dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol). Dimana untuk semua uji
statistik yang dilakukan, tingkat signifikan yang diinginkan adalah p<0,05.
5.1 Karakteristik Umum Subjek Yang Diteliti
Subjek yang diteliti merupakan para pecandu ganja yang sedang menjalani masa
rehabilitasi di PSPP Insyaf Medan. PSPP Insyaf Medan merupakan salah satu Unit
Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial RI
berdasarkan KEPMENSOS RI No. 59/HUK/2003, mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA laki-laki yang
datang berdasarkan laporan masyarakat ataupun dari pihak Kepolisian. Rehabilitasi
meliputi bimbingan mental, sosial, fisik dan pelatihan keterampilan praktis agar mereka
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, rujukan regional, pengkajian
dan penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerjasama
dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundag-undangan yang berlaku. Di
penyalahgunaan narkotika tidak lagi diperbolehkan untuk mengonsumsi narkotika.
Proses rehabilitasi sosial mencakup enam tahapan, yaitu pendekatan awasl,
penerimaan, assessment, bimbingan sosial, resosialisasi, serta rujukan dan bimbingan
lanjut.48
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 1) maka dapat dilihat beberapa karakteristik
umum mantan pecandu ganja, seperti umur, pendidikan terakhir, cara mengonsumsi
ganja, keluhan mulut kering setelah konsumsi ganja aktivitas setelah mengonsumsi
ganja, jenis minuman yang sering dikonsumsi, banyaknya air putih yang dikonsumsi,
frekuensi menyikat gigi dan waktu menyikat gigi.
Jenis kelamin mantan pecandu ganja pada penelitian ini seluruhnya adalah
laki-laki, hal ini sesuai dengan data menurut UNODC bahwa prevalensi mantan pecandu
ganja laki-laki lebih banyak dari perempuan dan berdasarkan survey BNN bahwa lebih
banyak laki-laki yang menjalankan rehabilitasi dibandingkan perempuan.4 Umur
mantan pecandu ganja dengan frekuensi terbanyak adalah kelompok umur 20-24 tahun
(27,5%) dan umur subjek dengan frekuensi paling sedikit adalah pada kelompok 25-29
tahun dan diatas 30 tahun (15%) dengan usia paling muda yaitu 16 tahun, usia yang
paling tua yaitu 49 tahun dan rata-rata usia 24 tahun. Hasil pada penelitian ini berada
pada rentang umur dari penelitian sebelumnya yaitu mantan pecandu ganja paling
banyak terdapat pada kelompok umur 18-32 tahun dan menurut UNODC umur rentan
mengonsumsi narkotika adalah pada umur 16-64 tahun. Dimana umur termuda pada
penelitian ini adalah 16 tahun sesuai dengan data UNODC tersebut.4,37 Umur 20-24
tahun termasuk kedalam kelompok umur remaja akhir, dimana masa tersebut
merupakan masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Dalam masa ini
mereka dihadapkan dengan berbagai perubahan yang berlangsung serba cepat dan
tantangan dari lingkungan yang serba cepat pula. Mereka harus menyelesaikan
tugas-tugas perkembangannya sebagai persiapan menuju kedewasaan. Kadang-kadang proses
perkembangan sebelumya telah ditandai dengan berbagai hambatan dan kegagalan