• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Umum Subjek Yang Diteliti

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan beberapa karakteristik umum subjek yang diteliti (tabel 1).

Tabel 1. Persentase Distribusi Frekuensi Karakteristik Umum Subjek Yang Diteliti

Karakteristik Kelompok Dengan

Frekuensi Terbanyak

Kelompok Dengan Frekuensi Tersedikit

Jenis Kelamin Laki-laki

(100%) Perempuan (0%) Umur (tahun) 20 – 24 (27,5%) >30 (15%)

Pendidikan terakhir SMA

(66,7%)

Sarjana (3,3%)

Frekuensi Terbanyak Frekuensi Tersedikit Cara mengonsumsi ganja Dihisap seperti rokok

(93,3%)

Melalui bong (6,7%) Merasakan mulut kering

setelah konsumsi ganja sebelum direhabilitasi Ya (90%) Tidak (10%) Aktivitas setelah

mengonsumsi ganja sebelum direhabilitasi

Berkumur atau minum air putih

(36,7%)

Menyikat gigi (3,3%)

Jenis minuman yang sering dikonsumsi saat direhabilitasi

Air putih/mineral (83,3%)

Minuman manis (teh/kopi/jus) (3,3%) Banyaknya air putih yang

dikonsumsi (gelas/hari) saat direhabilitasi

6 (30%)

1 (3,3%)

Frekuensi menyikat gigi (kali/hari) saat direhabilitasi

2 (60%)

1 (10%) Waktu menyikat gigi saat

direhabilitasi

Pagi dan sore (56,7%)

Pagi (3,3%)

Berdasarkan tabel 1 maka dapat dideskripsikan beberapa karakteristik umum sebagai berikut. Jenis kelamin pada penelitian ini adalah laki-laki 100%. Umur subjek dengan frekuensi paling banyak adalah pada kelompok umur 20-24 tahun (27,5%) dan umur subjek dengan frekuensi paling sedikit adalah pada kelompok 25-29 tahun dan lebih dari 30 tahun (15%) dengan usia paling muda yaitu 16 tahun, usia yang paling tua yaitu 49 tahun, dengan rata-rata usia 24 tahun. Sementara itu, tingkat pendidikan terakhir yang paling umum adalah SMA (66,7%) dan yang paling jarang adalah jenjang Diploma dan Sarjana (3,3%).

Subjek yang diteliti mengonsumsi ganja paling sering dengan cara dihisap seperti rokok (93,3%) dan yang jarang dengan cara dihisap melalui bong (6,7%). Sebelum menjalankan masa rehabilitasi, diketahui 90% subjek merasakan mulut kering setelah mengonsumsi ganja. Karena itu, banyak subjek yang melaksanan beberapa aktivitas untuk menetralkan perasaan mulut kering setelah mengonsumsi ganja. Aktivitas yang paling sering dilakukan adalah berkumur atau minum air putih sebanyak 11 orang (36,7%) dan minum alkohol sebanyak 11 orang (36,7%), sedangkan yang paling sedikit adalah menyikat gigi sebanyak 1 orang (3,3%).

Pada saat menjalani masa rehabilitasi, jenis minuman yang paling sering dikonsumsi subjek yang diteliti adalah air putih atau air mineral yaitu sebanyak 26 orang (83,3%) dan yang paling jarang dikonsumsi adalah minuman manis seperti teh, kopi, ataupun jus yaitu sebanyak 4 orang (3,3%). Karena rata-rata jenis minuman yang dikonsumsi subjek saat menjalani masa rehabilitasi adalah air putih atau air mineral maka ditanyakan banyaknya air putih yang dikonsumsi subjek. Banyaknya air putih yang dikonsumsi subjek paling sering adalah 6 gelas/hari yaitu 9 orang (30%) dan yang paling jarang adalah 1 gelas/hari yaitu 1 orang (3,3%), 2 gelas/hari yaitu 1 orang (3,3%) 14 gelas/hari yaitu 1 orang (3,3%), dan rata-rata banyaknya air putih yang dikonsumsi yaitu 6 gelas/hari. Saat menjalani masa rehabilitasi, frekuensi menyikat gigi yang paling banyak dilakukan subjek yang diteliti adalah sebanyak 2 kali/hari sebanyak 18 orang (60%) dan yang paling sedikit adalah sebanyak 1 kali/hari sebanyak 1 orang (10%). Sedangkan, waktu menyikat gigi yang paling sering dilakukan subjek penelitian adalah pada pagi dan sore hari (56,7%) dan yang paling jarang adalah pada pagi dan malam hari (3,3%).

Saliva Yang Distimulasi

Tabel 2. Hubungan Mengonsumsi Ganja Dengan Volume, pH dan Kadar Ion Kalsium Saliva Yang Distimulasi Antara Kelompok Mantan Pecandu Ganja dan Kelompok Kontrol Kelompok n Rerata Volume (ml/5menit) ± SD p Rerata pH ± SD p Rerata Kadar Ion Kalsium (mmol/l) ± SD p Mantan pecandu ganja 30 7,7623 ± 3,16361 0,035* 7,400 ± 0,3107 0,236 0,99387 ± 0,261284 0,002* Kontrol 10 10,1500 ± 2,35816 7,530 ± 0,2406 1,30300 ± 0,216490

Uji T tidak berpasangan, signifikan p<0,05

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan mengonsumsi ganja dengan volume, pH dan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi antara kelompok mantan pecandu ganja dan kelompok kontrol (tabel 2). Kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) memiliki volume saliva (stimulasi) lebih tinggi yaitu 10,1500 ml/5 menit dengan standar deviasi (SD) 2,35816 dibandingkan dengan kelompok mantan pecandu ganja yaitu 7,7623 ml/5 menit dengan standar deviasi (SD) 3,16361. Berdasarkan hasil uji T tidak berpasangan didapatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara volume saliva (stimulasi) pada kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok kontrol. Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya ada hubungan antara mengonsumsi ganja dengan penurunan volume saliva yang distimulasi.

Kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) memiliki pH saliva (stimulasi) yaitu 7,530 dengan standar deviasi (SD) 0,2406 dan kelompok mantan

pecandu ganja yaitu 7,400 dengan standar deviasi (SD) 0,3107. Berdasarkan hasil uji T tidak berpasangan didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara pH saliva (stimulasi) pada kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok kontrol. Ini berarti hipotesis penelitian ditolak, artinya tidak ada hubungan antara mengonsumsi ganja dengan penurunan pH saliva yang distimulasi dan pada mantan pecandu ganja sudah tidak terjadi penurunan pH saliva (stimulasi).

Kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) memiliki kadar ion kalsium saliva (stimulasi) lebih tinggi yaitu 1,30300 mmol/l dengan standar deviasi (SD) 0,216490 dibandingkan dengan kelompok mantan pecandu ganja yaitu 0,99387 mmol/l dengan standar deviasi (SD) 0,261284. Berdasarkan hasil uji T tidak berpasangan didapatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kadar ion kalsium saliva (stimulasi) pada kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok kontrol. Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya ada hubungan antara mengonsumsi ganja dengan penurunan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi.

Kalsium Saliva Yang Distimulasi

Tabel 3. Hubungan Frekuensi Mengonsumsi Ganja Dengan Volume, pH dan Kadar Ion Kalsium Yang Distimulasi

Uji Oneway Anova, signifikan p<0,05

Hasil yang diperoleh (tabel 3) menunjukkan terjadi penurunan volume saliva (stimulasi) pada kelompok mantan pecandu ganja apabila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol), semakin sering seseorang mengonsumsi ganja maka semakin rendah pula volume saliva (stimulasi). Kelompok mantan pecandu ganja yang memiliki riwayat mengonsumsi ganja 1-4 kali per minggu menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) pada volume saliva

Kelompok Frekuensi Mengon-sumsi Ganja (kali/minggu) n Rerata Volume (ml/5me-nit) ± SD p Rerata pH ± SD p Rerata Kadar Ion Kalsium (mmol/l) ± SD p Kontrol 10 10,1500 ± 2,35816 7,530 ± 0,2406 1,30300 ± 0,216490 Mantan Pecandu Ganja 1-4 12 9,7417 ± 3,34637 0,714 7,442 ± 0,2746 0,502 0,97583 ± 0,212280 0,002* 5-8 8 7,5825 ± 2,11925 0,044* 7,462 ± 0,3114 0,643 1,16075 ± 0,326433 0,020* 9-12 3 7,4300 ± 2,92057 0,049* 7,233 ± 0,5508 0,148 1,11333 ± 0,162583 0,018* 13-16 2 5,2650 ± 0,75660 0,020* 7,350 ± 0,0707 0,450 0,88500 ± 0,007071 0,025* >16 5 4,4980 ± 1,07667 0,000* 7,320 ± 0,3564 0,216 0,74200 ± 0,136821 0,000*

(kontrol). Sedangkan kelompok mantan pecandu ganja yang memiliki riwayat mengonsumsi ganja 5–8 kali per minggu, 9–12 kali per minggu, 13–16 kali per minggu dan lebih dari 16 kali per minggu menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada volume saliva (stimulasi) apabila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol). Ini berarti terjadi penurunan volume saliva (stimulasi) yang signifikan pada mantan pecandu ganja dengan riwayat mengonsumsi ganja lebih dari 5 kali per minggu dan semakin sering seseorang mengonsumsi ganja semakin memiliki perbedaan volume saliva (stimulasi) dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol). Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya rerata volume saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh frekuensi mengonsumsi ganja.

Hasil yang diperoleh dari uji Oneway Anova (tabel 3) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara kelompok mantan pecandu ganja yang mengonsumsi ganja sebanyak 1-4 kali per minggu, 5-8 kali per minggu, 9-12 kali per minggu, 13-16 kali per minggu, dan lebih dari 16 kali per minggu dengan pH saliva (stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol). Ini berarti hipotesis penelitian ditolak, artinya rerata pH saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja tidak dipengaruhi oleh frekuensi mengonsumsi ganja.

Hasil yang diperoleh (tabel 3) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kelompok mantan pecandu ganja yang mengonsumsi ganja sebanyak 1-4 kali per minggu, 5-8 kali per minggu, 9-12 kali per minggu, 13-16 kali per minggu dan lebih dari 16 kali per minggu dengan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol). Ini berarti terjadi penurunan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) yang signifikan pada mantan pecandu ganja. Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya rerata kadar ion kalsium saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh frekuensi mengonsumsi ganja.

Kalsium Saliva Yang Distimulasi

Tabel 4. Hubungan Durasi Mengonsumsi Ganja Dengan Volume, pH dan Kadar Ion Kalsium Saliva Yang Distimulasi

Uji Oneway Anova, signifikan p<0,05

Hasil yang diperoleh (tabel 4) menunjukkan terjadi penurunan volume saliva (stimulasi) pada kelompok mantan pecandu ganja apabila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol), dimana terdapat penurunan berkala pada volume saliva (stimulasi) berdasarkan durasi mengonsumsi ganja. Kelompok mantan pecandu ganja yang memiliki riwayat mengonsumsi ganja selama 0-4 tahun dan 5-7 tahun menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05)

Kelompok Durasi Mengon-sumsi Ganja (tahun) n Rerata Volume (ml/5me-nit) ± SD p Rerata pH ± SD p Rerata Kadar Ion Kalsium (mmol/l) ± SD P Kontrol 10 10,1500 ± 2,35816 7,530 ± 0,2406 1,30300 ± 0,216490 Mantan Pecandu Ganja 0-4 17 8,8476 ± 3,31687 0,241 7,353 ± 0,2939 0,138 0,98867 ± 0,197070 0,004* 5-7 4 8,2650 ± 2,80928 0,253 7,625 ± 0,1708 0,586 0,92000 ± 0,226053 0,030* 8-10 4 6,6450 ± 1,62582 0,038* 7,500 ± 0,1826 0,863 1,11250 ± 0,105576 0,032* >10 5 4,5640 ± 1,16577 0,001* 7,300 ± 0,4743 0,160 0,96200 ± 0,401771 0,021*

pada volume saliva (stimulasi) apabila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol). Kelompok mantan pecandu ganja yang memiliki riwayat mengonsumsi ganja selama 8-10 tahun dan lebih dari 10 tahun menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada volume saliva (stimulasi) apabila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) Ini berarti terjadi penurunan volume saliva (stimulasi) yang signifikan pada mantan pecandu ganja dengan riwayat mengonsumsi ganja selama lebih dari 8 tahun dan semakin lama seseorang mengonsumsi ganja semakin memiliki perbedaan volume saliva (stimulasi) dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol). Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya rerata volume saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh durasi mengonsumsi ganja.

Hasil yang diperoleh dari uji Oneway Anova (tabel 4) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara kelompok mantan pecandu ganja yang mengonsumsi ganja selama 0-4 tahun, 5-8 tahun, 8-10 tahun dan lebih dari 10 tahun dengan pH saliva (stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol). Ini berarti hipotesis penelitian ditolak, artinya rerata pH saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja tidak dipengaruhi oleh durasi mengonsumsi ganja.

Hasil yang diperoleh (tabel 4) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kelompok mantan pecandu ganja yang mengonsumsi ganja selama 0-4 tahun, 5-8 tahun, 8-10 tahun dan lebih dari 10 tahun dengan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol). Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya rerata kadar ion kalsium saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh durasi mengonsumsi ganja.

Kadar Ion Kalsium Saliva Yang Distimulasi

Tabel 5. Hubungan Lamanya Berhenti Mengonsumsi Ganja Dengan Volume, pH dan Kadar Ion Kalsium Saliva Yang Distimulasi

Uji Oneway Anova, signifikan p<0,05

Hasil uji Oneway Anova (tabel 5) mengenai volume saliva (stimulasi) antara kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) berdasarkan lamanya berhenti mengonsumsi ganja. Hasil yang diperoleh (tabel 5) menunjukkan terjadi penurunan volume saliva (stimulasi) pada kelompok mantan pecandu ganja apabila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol. Kelompok mantan pecandu ganja yang telah berhenti mengonsumsi ganja selama 5-9 bulan menunjukkan tidak adanya yang signifikan perbedaan (p>0,05) pada volume saliva (stimulasi) apabila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) dengan nilai p yaitu 0,137. Kelompok mantan pecandu ganja yang telah berhenti mengonsumsi ganja selama 0-4 bulan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada volume saliva (stimulasi) apabila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) dengan

Kelompok Lamanya Berhenti Mengon- sumsi Ganja (bulan) n Rerata Volume (ml/5menit) ± SD p Rerata pH ± SD p Rerata Kadar Ion Kalsium (mmol/l) ± SD p Kontrol 10 10,1500 ± 2,35816 7,530 ± 0,2406 1,30300 ± 0,216490 Mantan Pecandu Ganja 0-4 21 7,6457 ± 3,14298 0,038* 7,390 ± 0,3161 0,233 0,95790 ± 0,271157 0,001* 5-9 9 8,0344 ± 3,38610 0,137 7,422 ± 0,3153 0,438 1,07778 ± 0,228789 0,047*

nilai p yaitu 0,038. Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya rerata volume saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh lamanya berhenti mengonsumsi ganja. Hal ini menunjukkan semakin lama seseorang berhenti mengonsumsi ganja maka efek yang menyebabkan penurunan volume saliva (stimulasi) akan semakin berkurang.

Hasil uji Oneway Anova (tabel 5) mengenai pH saliva (stimulasi) antara kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok kontrol berdasarkan lamanya berhenti mengonsumsi ganja. Hasil yang diperoleh dari uji ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara kelompok manatan pecandu ganja yang telah berhenti mengonsumsi ganja selama 0-4 bulan dan 5-9 bulan dengan pH saliva (stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) dengan nilai p yaitu 0,233; 0,438. Ini berarti hipotesis penelitian ditolak, artinya rerata pH saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja tidak dipengaruhi oleh lamanya berhenti mengonsumsi ganja.

Hasil uji Oneway Anova (tabel 5) mengenai kadar ion kalsium saliva (stimulasi) antara kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) berdasarkan lamanya berhenti mengonsumsi ganja. Hasil yang diperoleh dari uji ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kelompok mantan pecandu ganja yang telah berhenti mengonsumsi ganja selama 0-4 bulan dan 5-9 bulan dengan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) dengan nilai p yaitu 0,001; 0,047. Ini berarti hipotesis penelitian diterima, artinya rerata kadar ion kalsium saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja dipengaruhi oleh lamanya berhenti mengonsumsi ganja.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada 40 orang yang terdiri dari 30 orang pecandu ganja dan 10 orang yang tidak pernah mengonsumsi ganja sebagai kelompok kontrol. Setiap subjek yang diteliti diberikan pertanyaan sesuai dengan isi kuesioner terlebih dahulu dan subjek harus memenuhi beberapa kriteria inklusi, yaitu laki-laki berusia 16 – 49 tahun, konsumsi ganja terakhir kurang dari satu tahun sebelum penelitian dilakukan, sedang menjalani masa rehabilitasi di PSPP Insyaf Medan dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian. Kelompok kontrol pada penelitian ini merupakan mahasiswa laki-laki FKG USU berusia 20-24 tahun tanpa riwayat mengonsumsi ganja.

Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) jumlah pecandu ganja di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 9000 orang dan untuk kawasan Sumatera Utara, penyalahgunaan ganja mencapai 846 kasus pada tahun 2011.5-6 Penyalahgunaan ganja dapat mengakibatkan masalah kesehatan, baik sistemik maupun lokal pada rongga mulut. Menurut Cho CM, dkk, (2005) pada pecandu ganja sering terjadi masalah kesehatan gigi dan mulut seperti penyakit periodontal, karies, candidiasis serta perubahan pada epitel rongga mulut.7 Hal ini dapat terjadi karena ganja dapat meyebabkan perubahan pada sekresi saliva, dimana saliva merupakan cairan yang disekresikan oleh kelenjar saliva baik mayor maupun minor yang tersebar di rongga mulut dan memegang peranan penting dalam rongga mulut.15,22 Fungsi saliva, diantaranya sebagai lubrikan bagi jaringan rongga mulut, membantu proses pencernaan melaui enzim amilase dan lipase, menyediakan imunologi, menjaga keseimbangan pH rongga mulut, serta tempat bagi ion kalsium yang membantu proses remineralisasi. Kondisi saliva yang tidak baik dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan gigi dan mulut.15-19 Kondisi saliva yang dapat diteliti diantaranya melalui volume, pH dan kadar ion kalsium. Berdasarkan hal di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi ganja dengan volume, pH dan kadar ion kalsium

dalam saliva terstimulasi mantan pecandu ganja di pusat rehabilitasi Insyaf Medan tahun 2014 dan pengaruh frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja, terhadap rerata volume, pH dan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi. Pengumpulan volume saliva dilakukan dengan metode distimulasi karena metode ini lebih sering digunakan disebabkan oleh prosedurnya yang cukup mudah dilakukan dan umumnya dilakukan pada pasien dengan keluhan mulut kering. Seperti penelitian Ravenel MC., dkk (2012) di Amerika dilakukan pengumpulan saliva distimulasi pada subjek pecandu metamfetamin.16,42 Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Dilakukan uji T tidak berpasangan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi ganja dengan volume, pH dan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi antara kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol) dan uji Oneway Anova untuk mendapatkan hubungan frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja dengan volume saliva yang distimulasi, pH saliva yang distimulasi dan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi antara kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol). Dimana untuk semua uji statistik yang dilakukan, tingkat signifikan yang diinginkan adalah p<0,05.

5.1 Karakteristik Umum Subjek Yang Diteliti

Subjek yang diteliti merupakan para pecandu ganja yang sedang menjalani masa rehabilitasi di PSPP Insyaf Medan. PSPP Insyaf Medan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial RI berdasarkan KEPMENSOS RI No. 59/HUK/2003, mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA laki-laki yang datang berdasarkan laporan masyarakat ataupun dari pihak Kepolisian. Rehabilitasi meliputi bimbingan mental, sosial, fisik dan pelatihan keterampilan praktis agar mereka mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, rujukan regional, pengkajian dan penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundag-undangan yang berlaku. Di PSPP Insyaf, program rehabilitasi dilakukan selama sembilan bulan pada setiap kasus

penyalahgunaan narkotika tidak lagi diperbolehkan untuk mengonsumsi narkotika. Proses rehabilitasi sosial mencakup enam tahapan, yaitu pendekatan awasl, penerimaan, assessment, bimbingan sosial, resosialisasi, serta rujukan dan bimbingan lanjut.48

Berdasarkan hasil penelitian (tabel 1) maka dapat dilihat beberapa karakteristik umum mantan pecandu ganja, seperti umur, pendidikan terakhir, cara mengonsumsi ganja, keluhan mulut kering setelah konsumsi ganja aktivitas setelah mengonsumsi ganja, jenis minuman yang sering dikonsumsi, banyaknya air putih yang dikonsumsi, frekuensi menyikat gigi dan waktu menyikat gigi.

Jenis kelamin mantan pecandu ganja pada penelitian ini seluruhnya adalah laki-laki, hal ini sesuai dengan data menurut UNODC bahwa prevalensi mantan pecandu ganja laki-laki lebih banyak dari perempuan dan berdasarkan survey BNN bahwa lebih banyak laki-laki yang menjalankan rehabilitasi dibandingkan perempuan.4 Umur mantan pecandu ganja dengan frekuensi terbanyak adalah kelompok umur 20-24 tahun (27,5%) dan umur subjek dengan frekuensi paling sedikit adalah pada kelompok 25-29 tahun dan diatas 30 tahun (15%) dengan usia paling muda yaitu 16 tahun, usia yang paling tua yaitu 49 tahun dan rata-rata usia 24 tahun. Hasil pada penelitian ini berada pada rentang umur dari penelitian sebelumnya yaitu mantan pecandu ganja paling banyak terdapat pada kelompok umur 18-32 tahun dan menurut UNODC umur rentan mengonsumsi narkotika adalah pada umur 16-64 tahun. Dimana umur termuda pada penelitian ini adalah 16 tahun sesuai dengan data UNODC tersebut.4,37 Umur 20-24 tahun termasuk kedalam kelompok umur remaja akhir, dimana masa tersebut

merupakan masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Dalam masa ini mereka dihadapkan dengan berbagai perubahan yang berlangsung serba cepat dan tantangan dari lingkungan yang serba cepat pula. Mereka harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya sebagai persiapan menuju kedewasaan. Kadang-kadang proses perkembangan sebelumya telah ditandai dengan berbagai hambatan dan kegagalan sehingga dalam masa remaja situasinya menjadi makin sulit. Dalam situasi seperti ini

remaja besar kemungkinan menghadapi krisis dan salah satu pelarian dalam

menghadapi krisis ini adalah penggunaan obat terlarang atau minuman keras.49

Pada penelitian ini didapatkan tingkat pendidikan terakhir yang paling umum adalah SMA (66,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa pendidikan terakhir para mantan pecandu ganja pada umumnya adalah sekolah menengah.7,24 Tingkat pendidikan sekolah menengah merupakan tingkat pendidikan dengan siswa yang memiliki rentang umur remaja sehingga sering diitemukan kasus penyalahgunaan narkoba dan pada umumnya terjebak dengan alasan ingin coba-coba, untuk bersenang-senang, bujukan teman, masalah keluarga dan masalah di sekolah. Dan pada umumnya para remaja yang sudah terjebak masalah penyalahgunaan narkotika tidak melanjutkan pendidikannya lagi.49 Tingkat pendidikan juga menjadi hal yang penting untuk diketahui sehingga dapat dijadikan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam menyusun program penyuluhan kesehatan.

Ganja dapat dikonsumsi dengan cara dimakan, dicampur dengan minuman dan dihisap baik dalam bentuk lintingan ganja atapun melaui alat yang disebut bong. 1,16,31 Cara mengonsumsi ganja paling sering yang didapatkan dalam penelitian ini adalah dengan cara dihisap seperti rokok (93,3%). Hal ini sesuai dengan survey yang dilakukan oleh The Independent Drug Monitoring Unit (IDMU) bahwa 96% dari mantan pecandu ganja mengonsumsi ganja dengan cara dihisap atau dihirup dan 70% diantaranya menghisap ganja dengan cara dilinting seperti rokok. Cara ini merupakan yang paling efisien dalam mengonsumsi ganja dan memiliki efek yang cepat pada otak sehingga mantan pecandu ganja akan cepat merasakan euforia, halusinasi dan relaksasi. Selain itu, pipa air atau bong merupakan alat yang cukup mahal dan cendenrung tidak efisien untuk dibawa.1 Menurut hasil wawancara dengan subjek, para subjek mengaku lebih banyak yang menggunakan lintingan ganja karena di Indonesia sulit mendapatkan alat seperti bong dan harganya lebih mahal.

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan 90% subjek merasakan mulut kering yang ditandai dengan seringnya subjek merasa haus setelah mengonsumsi ganja dan hal ini sesuai dengan penelitian Schulzkatterbach M, dkk (2009) di Jerman yang menyatakan 84% dari mantan pecandu ganja mengeluhkan mulut kering setelah

saraf parasimpatis terinhibisi sehingga sekresi saliva hanya didapat melalui sistem saraf simpatis yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan menurunkan aliran darah ke kelenjar saliva, sehingga sel-sel asini mengalami atropi dan menghasilkan saliva dengan volume yang lebih sedikit, kental dan mengandung lebih banyak musin.20,42 Aktivasi langsung reseptor cannabinoid pada kelenjar saliva submandibula saat mengonsumsi ganja dapat menginhibisi sekresi saliva mantan pecandu ganja. 21 Akibat mulut yang terasa kering, banyak mantan pecandu ganja yang melaksanakan beberapa aktivitas untuk menetralkan perasaan mulut kering setelah mengonsumsi ganja tersebut. Aktivitas setelah mengonsumsi ganja yang paling sering dilakukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah berkumur atau minum air putih dan minum alkohol (36,7%). Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, didapatkan 69% mantan pecandu ganja mengonsumsi air putih setelah mengonsumsi ganja.24

Selama menjalani rehabilitasi, para mantan pecandu ganja umumnya mengonsumsi air putih atau air mineral (83,3%) dan rata-rata mengonsumi 6 gelas air putih per hari (30%). Hal ini perlu diketahui karena jenis minuman dapat mempengaruhi kualitas saliva seseorang.41 Temuan lain pada penelitian ini adalah bahwa pada

Dokumen terkait