• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang

Ganja adalah tanaman Cannabis sativa yang diolah dengan cara mengeringkan dan mengompres bagian tangkai, daun, biji dan bunganya yang mengandung banyak resin.1 Ganja juga dikenal dengan nama lain yaitu cannabis, herb, mariyuana, weed, ataupun grass.2 Ganja termasuk salah satu narkotika golongan I yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi rasa nyeri dan dapat menimbulkan efek ketergantungan.3 Ganja telah menjadi narkotika yang paling banyak diproduksi, diperdagangkan dan dikonsumsi di seluruh dunia selama beberapa dekade terakhir. Produksi ganja di dunia mencapai 13.300 hingga 66.100 ton per tahun. Indonesia merupakan produsen ganja kedua terbesar di dunia setelah India dengan luas lahan ganja sekitar 422 hektar. Ganja dikonsumsi oleh 75% pecandu narkotika di dunia dengan jumlah pecandu sekitar 119 hingga 224 juta orang.4 Di Indonesia, jumlah pecandu ganja pada tahun 2007 mencapai 9000 orang atau setara dengan 25% dari total pecandu narkotika dan menurut Badan Narkotika Nasional untuk kawasan Sumatera Utara, penyalahgunaan ganja mencapai 846 kasus pada tahun 2011.5-6 PSPP Insyaf Medan merupakan pusat rehabilitasi sosial khusus laki-laki dan memiliki program masa rehabilitasi selama sembilan bulan. Menurut Badan Kesehatan Dunia, dengan mengonsumsi ganja secara teratur maka seseorang akan mengalami ketergantungan dan disebut sebagai pecandu, sehingga dapat dikatakan bahwa mantan pecandu ganja merupakan orang yang sudah tidak mengonsumsi ganja secara teratur dan tidak menunjukkan tanda-tanda ketergantungan.1

Ganja dapat dikonsumsi dengan berbagai cara. Dengan cara dihirup atau dihisap baik dengan dilinting kemudian dihisap seperti rokok, melalui pipa biasa, ataupun melalui pipa air yang biasa disebut dengan bong dan dengan cara dimakan ataupun diminum.1,2,7,8 Namun, cara menghisap atau menghirup ganja merupakan cara yang

paling populer dan paling sering digunakan karena lebih praktis serta dapat menimbulkan efek lebih cepat.7 Di dalam ganja terdapat 400 substansi aktif atau semi aktif, diantaranya adalah lebih dari 60 substansi bahan kimia aktif yang disebut dengan cannabinoid. Delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) merupakan salah satu cannabinoid yang paling penting dan memiliki sifat psikoaktif. Tanaman Cannabis sativa pada umumnya mengandung 150 mg THC.8-10 Kandungan THC juga bervariasi sesuai dengan cara pengolahannya, di dalam ganja terdapat sekitar 4–8 % THC dari total cannabinoid.1 Efek THC dalam tubuh bergantung pada dosis yang diterima seseorang, dosis penggunaan THC yaitu 5–25 mg.9 Ganja yang disalahgunakan dan dikonsumsi lebih dari dosisnya akan menimbulkan masalah kesehatan dan mempengaruhi struktur dan fungsi otak, sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, serta sistem reproduksi.2,7,8,9,11 Ganja mempengaruhi sistem tubuh manusia melalui ikatan THC dengan reseptor cannabinoid (CB).7 Reseptor cannabinoid memiliki konsentrasi yang tinggi pada otak sehingga efek akut dari mengonsumsi ganja adalah terjadinya perubahan emosional seseorang seperti halusinasi, euforia dan relaksasi.10,11-13 Bahkan setelah berhenti mengonsumsi ganja, para mantan pecandu ganja masih mengalami defisit fungsi fisiologis dan psikologis yang keparahannya bergantung pada usia ketika mengonsumsi ganja, lamanya mengonsumsi ganja, dan jumlah ganja yang digunakan.14

Pada pecandu ganja sering terjadi masalah-masalah penyakit gigi dan mulut seperti penyakit periodontal, karies, candidiasis serta perubahan pada epitel rongga mulut.7,11,13 Hal ini salah satunya disebabkan oleh kurang adekuatnya saliva pada pecandu ganja. Saliva merupakan cairan yang disekresikan oleh kelenjar saliva yang menjaga kelembaban rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor yang tersebar di mukosa mulut. Volume saliva yang adekuat dapat berfungsi seperti sebagai proteksi, lubrikasi mukosa, dan antimikroba. Ion kalsium merupakan buffer yang paling efisien dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh dan berguna dalam proses remineralisasi, mencegah larutnya enamel gigi dan membantu dalam mineralisasi plak. Kondisi saliva yang tidak baik dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan gigi dan mulut.15-19 Sekresi saliva diatur oleh sistem saraf otonom, yaitu sistem saraf parasimpatis dan sistem saraf simpatis.20 Aktivasi dari

langsung pada reseptor kelenjar saliva maupun aktivasi melalui mekanisme otak.21 Perubahan pada sekresi saliva dapat disebabkan oleh paparan radiasi, konsumsi obat-obatan terlarang dan merokok tembakau atau ganja.22

Reseptor cannabinoid juga ditemukan pada kelenjar saliva submandibula mamalia, yaitu pada sistem saluran kelenjar saliva (ductal system) dan pada sel asini. Aktivasi langsung reseptor cannabinoid pada kelenjar saliva submandibula saat mengonsumsi ganja dapat menginhibisi sekresi saliva pecandu ganja. Penelitian in vivo pada tikus yang dilakukan oleh Prestifilipo., dkk. (2006) ditemukan bahwa THC menurunkan aliran saliva dari kelenjar submandibula.21 Selain melalui aktivasi langsung, THC yang terakumulasi di sel saraf dapat menginhibisi kerja sistem saraf parasimpatis sehingga mengurangi sekresi saliva.11,23 Dalam penelitian Katterbach, dkk. (2009) 84% dari pecandu ganja mengalami mulut kering dan 91% merasa haus setelah mengonsumsi ganja.24 Selain itu, merokok ganja dapat mereduksi oksigen rongga mulut, meningkatkan koloni bakteri anaerob dan meningkatkan keasaman rongga mulut.25 Pada saat menghisap ganja, asap pembakaran ganja yang terdiri dari karbondioksida juga dapat menurunkan pH saliva dengan cara berikatan dengan kandungan air pada saliva, mengeluarkan ion hidrogen dan membentuk asam.26 Hidroksiapatit gigi yang berkontak dengan saliva yang bersifat asam dapat menyebabkan lepasnya ion kalsium dari dalam gigi dan larut ke dalam saliva sehingga ion kalsium dalam saliva akan meningkat saat mengonsumsi ganja.27,28 Penelitian in vivo Kopach O., dkk. (2011) juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsentrasi kalsium dalam saliva tikus secara signifikan setelah 20 menit pemberian agonis THC dan bertahan selama 30 menit.29

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan konsumsi ganja dengan volume, pH dan kadar ion kalsium dalam saliva terstimulasi pada mantan pecandu ganja di pusat rehabilitasi Insyaf Medan tahun 2014.

Dokumen terkait