• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Mengonsumsi Ganja Dengan Kadar Ion Kalsium Saliva Yang Distimulasi

HASIL PENELITIAN

5.4 Hubungan Mengonsumsi Ganja Dengan Kadar Ion Kalsium Saliva Yang Distimulasi

Ion kalsium berperan sangat penting dalam menjaga gigi agar tetap sehat, dimana ion kalsium dalam saliva berguna dalam proses remineralisasi dan mencegah larutnya enamel gigi. sehingga dengan memiliki kadar ion kalsium yang baik dapat mengurangi risiko terjadinya karies pada seserorang.17,27 Berdasarkan hasil pada penelitian ini (tabel 2) mengenai hubungan mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) dapat dilihat bahwa kadar ion kalsium saliva (stimulasi) pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pecandu ganja yaitu 1,30300 mmol/l dan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) pada kelompok pecandu ganja yaitu 0,99387 mmol/l. Berdasarkan uji statistik T tidak berpasangan diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kedua kelompok tersebut. Ini berarti ada hubungan antara mengonsumsi ganja dengan penurunan kadar ion kalsium saliva (stimulasi).

Hasil pada penelitian ini dapat disebabkan karena tidak terjadi penurunan pH pada pecandu ganja, sehingga tidak terjadi pula demineralisasi pada gigi pecandu ganja dan mengakibatkan kalsium pada gigi tidak larut ke dalam saliva.26,27 Menurut

meningkat secara signifikan (p<0,05) setelah 20 menit pemberian agonis THC dan bertahan selama 30 menit.29 Sedangkan pada penelitian ini, para pecandu ganja sudah berhenti mengonsumsi ganja.

Pada saat mengonsumsi ganja, aktivasi reseptor cannabinoid yang berada pada kelenjar saliva submandibula baik pada sel asini maupun pada sistem saluran kelenjar saliva submandibula mengalami kerusakan dan sebagian besar dari kandungan kalsium saliva berasal dari kelenjar saliva submandibula. Sehingga konsumsi ganja dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada pengeluaran kalsium pada saliva pecandu ganja.29 Kadar ion kalsium pada saliva juga dapat dipengaruhi oleh volume saliva. Dimana ketika aliran saliva meningkat maka konsentrasi protein total, sodium, kalsium, klorida dan bikarbonat juga akan meningkat.41 Sehingga pada penelitian ini dapat diketahui bahwa pada kelompok mantan pecandu ganja dengan volume saliva yang lebih rendah memiliki kadar ion kalsium yang lebih rendah juga.

Konsumsi ganja berpengaruh terhadap komposisi dan sekresi saliva termasuk akan mempengaruhi fungsi kalsium dalam saliva yang berperan sebagai penjaga struktur dan remineralisasi gigi.20,23 Ketika konsentrasi kalsium dalam saliva rendah maka akan menjadi salah satu faktor demineralisasi dan menyebabkan pecandu ganja rentan terhadap karies. Hal ini sesuai dengan penelitian Ditmyer, dkk. (2014) memberitahukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi dan keparahan karies pada pecandu ganja dimana pecandu ganja memiliki jumlah DMFT (decay, missing, filling teeth) dua kali lebih tinggi dibanding perokok biasa.36 Dan berdasarkan wawancara dengan pengurus panti rehabilitasi saat penelitian dapat diketahui bahwa tidak ada pelayanan kesehatan gigi dan mulut di panti rehabilitasi. Mengingat para mantan pecandu ganja memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut terutama karies maka dibutuhkan fasilitas berupa layanan kesehatan gigi dan mulut di panti rehabilitasi.

5.4.1 Hubungan Frekuensi, Durasi dan Lamanya Berhenti Mengonsumsi Ganja Dengan Kadar Ion Kalsium Saliva Yang Distimulasi

Hasil uji Oneway Anova pada penelitian ini (tabel 3) mengenai hubungan frekuensi mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) antara kelompok pecandu ganja dan kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva (stimulasi). Dimana pada kelompok pecandu ganja terjadi penurunan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol).

Hasil uji Oneway Anova pada penelitian ini (tabel 4) mengenai hubungan durasi mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) antara kelompok pecandu ganja dan kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva (stimulasi). Dimana pada kelompok pecandu ganja terjadi penurunan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol).

Hasil uji Oneway Anova pada penelitian ini (tabel 5) mengenai hubungan lamanya berhenti mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) antara kelompok pecandu ganja dan kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva (stimulasi). Dimana pada kelompok pecandu ganja terjadi penurunan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) bila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja (kontrol).

Berdasarkan hasil pada penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara mengonsumsi ganja dengan penurunan kadar ion kalsium saliva (stimulasi). Kadar ion kalsium saliva dipengaruhi oleh frekuensi mengonsumsi ganja, namun semakin sering, semakin lama ataupun semakin cepat berhenti subjek mengonsumsi ganja tidak terjadi penurunan kadar ion kalsium secara bertahap hal tersebut dapat disebabkan karena kadar ion kalsium dalam saliva juga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti keparahan karies dan kondisi oral hygiene seseorang, karena itu pada

baik kelompok subjek maupun kelompok kontrol.18,28

Dibandingkan penelitian-penelitian lainnya di luar Indonesia, penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan terutama karena dilakukan pada mantan pecandu ganja yang sudah berhenti mengonsumsi ganja. Sehingga perlu penelitian selanjutnya mengenai efek langsung konsumsi ganja pada saliva yang dilakukan pada subjek yang masih mengonsumsi ganja. Pada penelitian ini juga mengalami kesulitan karena pada umumnya pecandu narkotika menggunakan beberapa jenis narkotika sehingga dibutuhkan ketelitian saat melakukan wawancara dengan subjek penelitian.

Penelitian ini juga memiliki kekurangan karena jumlah sampel yang digunakan untuk setiap kelompok berbeda, seharusnya bila ingin melakukan penelitian analitik observasional antara satu kelompok dengan kelompok lainnya maka jumlah sampel pada tiap kelompok tersebut harus sama. Penelitian ini juga belum melakukan pemeriksaan oral hygene secara klinis dan memeriksa diet sebelum melakukan pengambilan sampel saliva baik pada kelompok mantan pecandu ganja maupun pada kelompok kontrol, sehingga penelitian ini belum begitu lengkap.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara mengonsumsi ganja dengan penurunan volume saliva (stimulasi) antara kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok kontrol dan hal ini dapat dipengaruhi oleh frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja. Tidak ada hubungan antara mengonsumsi ganja dengan penurunan pH saliva (stimulasi) antara kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok kontrol dan hal ini tidak dipengaruhi oleh frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja. Didapatkan juga bahwa ada hubungan antara mengonsumsi ganja dengan penurunan kadar ion kalsium saliva (stimulasi) antara kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok kontrol dan hal ini dipengaruhi oleh frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja. Melihat kondisi saliva mantan pecandu ganja yang kurang baik tersebut dan risiko terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup tinggi maka disarankan para mantan pecandu ganja dapat memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya dan melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter gigi.

BAB 6

Dokumen terkait