• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI DAN RAGAM BAHASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VARIASI DAN RAGAM BAHASA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

VARIASI DAN RAGAM BAHASA

1.VARIASI BAHASA

Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi bukan hanya penuturnya yang tidak homogen tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.

Berdasarkan penggunanya berarti, bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya. Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:

 Variasi bahasa dari segi penutur a. Variasi bahasa idioiek

Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idioiek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing.

b. Variasi bahasa dialek

Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.

c. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal

Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi

bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.

d. Variasi bahasa sosiolek

Variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya.

e. Variasi bahasa berdasarkan usia

Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa. f. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan

Variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.

g. Variasi bahasa berdasarkan seks

Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi

bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.

(2)

h. Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur

Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.

i. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan

Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang lerkail dengan lingkat dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya.

j. Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur

Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan.

2. RAGAM BAHASA

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).

Ragam bahasa dapat timbul karena adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan yaitu : 1.Variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman

fungsi bahasa itu

2.Variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka raga.

Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.

Bahasa Indonesia memiliki banyak sekali ragamnya, hal ini dikarenakan bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya, antara lain :

(3)

a.Ragam bahasa Indonesia lama

Ragam bahasa Indonesia lama dipakai sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sampai dengan saat dicetuskannya Sumpah Pemuda. Ciri ragam bahasa Indonesia lama masih dipengaruhi oleh bahasa Melayu . Bahasa Melayu inilah yang akhirnya menjadi bahasa Indonesia. Alasan Bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia :

1)Bahasa Melayu berfungsi sebagai lingua franca,

2)Bahasa Melayu sederhana karena tidak mengenal tingkatan bahasa, 3)Keikhlasan suku daerah lain ,dan

4)Bahasa Melayu berfungsi sebagai kebudayaan

b. Ragam bahasa Indonesia baru

Penggunaan ragam bahasa Indonesia baru dimulai sejak dicetuskannya Sumpah Pemudapada 28 oktober 1928 sampai dengan saat ini melalui pertumbuhan dan perkembangan bahasa yang beriringan dengan pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia.

(4)

a.Ragam bahasa undang-undang

Ragam bahasa yang digunakan pada undang-undang yang berlaku untuk hukum Indonesia.

b.Ragam bahasa jurnalistik

Ragam bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita, disebut juga bahasa komunikasi massa yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa. Ciri utama dari ragam bahasa jurnalistik adalah komunikatif dan spesifik.

c.Ragam bahasa ilmiah

Ragam bahasa yang harus memenuhi syarat diantaranya benar (menurut kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat , dan sistematis.

Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah : 1)Bahasa Indonesia ragam baku

2)Pengunaan kalimat efektif

3)Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda

4)Pengunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias

5)Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan 6)Adanya keselarasan dan keruntutan antar proposisi dan antar alinea

d.Ragam bahasa sastra

Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.

(5)

e.Ragam bahasa bidang-bidang tertentu

Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi, komputer, ekonomi, hukum, dan psikologi. Contoh : diagnosis, USG dipakai dalam bidang kedokteran

3. Ragam bahasa berdasarkan media pembicaraan

a.Ragam bahasa lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang diucapkan oleh pemakai bahasa. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam bahasa lisan :

1)Memerlukan kehadiran orang lain

2)Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap 3)Terikat ruang dan waktu

4)Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara

Ragam bahasa lisan meliputi : 1)Ragam bahasa cakapan

(6)

Ragam bahasa yang digunakan saat berbicara dengan teman, berbicara dengan orang lain yang lebih muda atau berbicara tidak resmi.

2)Ragam bahasa pidato

Ragam bahasa yang digunakan untuk berpidato. 3)Ragam bahasa kuliah

Ragam bahasa yang digunakan saat perkuliahan, misalnya saat mahasiswa berbicara dengan dosen.

4)Ragam bahasa panggung

Ragam bahasa yang digunakaan saat pentas untuk menghibur orang lain.

Kelebihan :

1) Lebih jelas karena pembicara menggunakan tekanan dan gerak anggota badan, sehingga pendengar lebih mudah mengerti

2)Pembicara dapat langsung melihat ekspresi pendengar 3)Lebih bebas dalam mengungkapkan sesuatu

Kelemahan :

1)Pembicara sering mengulangi kalimat yang telah diucapkan

2)Pendengar belum tentu mendengar jelas apa yang dikatakan pembicara 3)Tidak semua orang bisa menyampaikan sesuatu dengan baik secara lisan

Contoh : pidato, presentasi

b.Ragam bahasa tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara

(7)

penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam bahasa tulis :

1)Tidak memerlukan kehadiran orang lain; 2)Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap; 3)Tidak terikat ruang dan waktu;

4)Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

Ragam bahasa tulis meliputi : 1)Ragam bahasa teknis

Ragam bahasa yang memperhatikan teknis atau cara penulisan. 2)Ragam bahasa undang-undang

Ragam bahasa menggunakan bahasa yang resmi. 3)Ragam bahasa catatan

Ragam bahasa yang singkat untuk mengingatkan sesuatu. 4)Ragam bahasa surat

Ragam bahasa untuk menyampaikan suatu informasi.

Kelebihan :

1)Informasi yang disajikan dapat dikemas di dalam media cetak 2)Dapat menambah kosa kata

(8)

1)Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.

2)Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.

Contoh : buku-buku pelajaran, majalah, koran, dll.

4. Ragam bahasa berdasarkan situasi

a.Ragam bahasa resmi

Ciri-ciri ragam bahasa resmi :

1)Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten; 2)Menggunakan imbuhan secara lengkap ;

3)Menggunakan kata ganti resmi ; 4)Menggunakan kata baku ; 5)Menggunakan EYD ;

6)Menghindari unsur kedaerahan .

(9)

Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal .

c.Ragam bahasa akrab

Penggunaan kalimat-kalimat pendek merupakan ciri ragam bahasa akrab. Kalimat-kalimat pendek ini menjadi bermakna karena didukung oleh bahasa nonverbal seperti anggukan kepala , gerakan kaki dan tangan tangan,atau ekspresi wajah.

d.Ragam bahasa konsultasi

Ketika kita mengunjunggi seorang dokter, ragam bahasa yang kita gunakan adalah ragam bahasa resmi. Namun, dengan berjalannya waktu terjadi alih kode. Bukan bahasa resmi yang digunakan, melainkan bahasa santai. Itulah ragam bahasa konsultasi.

5. Ragam bahasa berdasarkan penutur

a.Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek)

Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. BahasaIndonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda.

b.Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur

Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.

(10)

Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

Mengapa bahasa itu bervariasi ?

Ikuti

2 jawaban

Laporkan Penyalahgunaan

Jawaban

Jawaban Terbaik: Tuhan menciptakan manusia dalam keadaan berbeda (termasuk beda bahasa) supaya saling mengenal satu sama lainnya.

Bahasa itu tidak lepas dari budaya, lahir dari ide dan pemikiran manusia sehingga beda daerah, beda zaman, beda pula bahasanya.

Bahasa itu seperti makhluk hidup, bisa hidup dan mati seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, makanya akan bermunculan gaya bahasa baru (seperti bahasa gaul) dan punahnya beberapa bahasa kuno di masa yang akan datang.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Ragam

Bahasa Di Indonesia

Bahasa mengalami perubahan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai

(11)

sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.

Pengertian Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, lawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicaraan. Macam-macam Ragam Bahasa :

Ragam Baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.

Ragam Cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.

Ragam Hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan.

Ragam Kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.

Ragam Lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan non formal lainnya.

Ragam Resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi. Ragam Tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun non standar. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.

(12)

Ragam Bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.

Ragam Bahasa Perorangan atau Idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin S, dan lain sebagainya.

Ragam Bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, Medan, Sunda, Bali, Jawa, dan lain sebagainya.

Ragam Bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.

Macam-macam ragam bahasa yang disebutkan diatas dapat dibedakan lagi menjadi sebagai berikut :

1. Berdasarkan Pokok Pembicaraan : - Ragam bahasa undang-undang

- Ragam bahasa jurnalistik - Ragam bahasa ilmiah - Ragam bahasa sastra

2. Berdasarkan Media Pembicaraan : Ragam lisan antara lain meliputi : - Ragam bahasa cakapan

- Ragam bahasa pidato - Ragam bahasa kuliah - Ragam bahasa panggung Ciri-ciri ragam bahasa lisan : - Adanya lawan bicara

- Terikat waktu dan ruang

- Dapat dibantu dengan mimik muka/wajah, intonasi, dan gerakan anggota tubuh

- Unsur-unsur dramatika biasanya dinyatakan dihilangkan atau tidak lengkap

(13)

- Ragam bahasa teknis

- Ragam bahasa undang-undang - Ragam bahasa catatan

- Ragam bahasa surat

Ciri-ciri ragam bahasa tulis :

- Tidak mengharuskan kedatangan/kehadiran pembaca

- Diperlukan ejaan atau tanda baca Kalimat ditulis secara lengkap - Komunikasi resmi

- Wacana teknis

- Pembicaraan di depan khalayak ramai - Pembicaraan dengan orang yang dihormati

3. Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara, dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara, diantara nya :

- Ragam bahasa resmi - Ragam bahasa akrab - Ragam bahasa agak resmi

- Ragam bahasa santai, dan sebagainya

Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :

- Faktor Budaya atau letak Geografis - Faktor Ilmu pengetahuan

- Faktor Sejarah

Variasi Bahasa (Sosiolinguistik)

BAB 1 PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan beberapa kelompok tutur yang luas yang tentu saja ada tata bahasanya, sejarahannya, memiliki otonomi, dan standar digunakan sebagi alat komunikasi suatu negara, bahasa iptek, politik dan sebagainya serta dipahami secara baik oleh masyarakat tutur yang luas (mutually intelligibility).

(14)

Bahasa mempunyai dua aspek mendasar, yaitu bentuk, baik bunyi, tulisan maupun strukturnya, dan makna, baik leksial maupun fungsional dan structural. Jika kita memperhatikan bahasa dengan terperinci dan teliti, kita akan melihat bahwa bahasa itu dalam bentuk dan maknanya menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil atau besar antara pengungkapan satu dengan pengungkapan yang lain, lalu kita akan mendengarkan perbedaan-perbedaannya.

Seperti halnya yang kita ketahui di sekitar kita, setiap daerah hampir seluruhnya mempunyai bahasa daerahnya sendiri-sendiri atau bisa dikatakan meskipun istilahnya bahasa jawa akan tetapi bahasa jawa sendiri masih banyak macamnya yang dipergunakan disetiap daerah, begitu juga dengan bahasa arab, di negara-negara arab tidak semua bahasa mereka sama, akan tetapi masih banya ragam bahasa didalam bahasa arab itu sendiri.

Dari beberapa uraian diatas, makalah yang kami susun disini akan membahas berbagai macam variasi yang terdapat dalam bahasa dan fator-faktor yang mempengaruhi terjadinya ragam variasi bahasa itu sendiri.

B.Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian variasi bahasa

2. Mengetahui apa yang di maksud variasi dengan segi penutur

3. Mengetahui maksud variasi bahasa dari segi pemakaian

4. Mengetahui maksud variasi bahasa dari segi keformalan

(15)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Variasi bahasa

Sebagai sebuah langue (bahasa) mempunyai sistem dan sub sistem yang dipahami oleh semua penutur bahasa. Namun, karena penutur bahasa tersebut berada dalam masyarakat tutur yang bukan termasuk kumpulan manusia yang homogen, maka wujud bahasa yang kongkret yang (parole), menjadi tidak seragam. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi (catatan: istilah variasi sebagai padanan kata inggris variety bukan variation). Terjadinya keragaman disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogen, dan juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.[1]

Misalnya ketika kita membandingkan lafal atau perkataan atau tulisan dalam percakapan dua orang yang berlainan, kita akan lebih jelas melihat perbedaan-perbedaannya. Apalagi kalau kedua orang yang lafalnya atau bahasanya kita bandingkan itu dating dari daerah yang berlainan kelompok atau keadaan social yang berbeda, situasi bahasa dan tingkat formalitas yang berlainan, ataupun tahun atau zaman yang berlainan mak akan lebih terang dan nyata perbedaannya, seperti contoh:

yang disebut “kates” di suatu daerah tertentu menamakan “papaya”, dalam msuatu keadaan sosial kata “aku” dalam keadaaan social lain lebih sesuai dipakai “saya” .

perbedaan bahasa-bahasa itulah menghasilkan ragam-ragam bahasa yang disebut dengan istilah-istilah yang berlainan. Berikut ini ada istilah-istilah yang sering dipergunakan dalam variasi bahasa:

Ragam bahasa yang berhubungan dengan daerah atau lokasi geografis dinamakan dialek

Ragam bahasa yang berhubungan dengan kelompok social dinamakan Sosiolek

Ragam bahsa yang berhubungan dengan situasi berbahasa atau tingkat formalitas dinamakanFungsiolek

Ragam bahasa yang dihsilkan oleh perubahan bahasa sehubungan dengan perkembangan waktu dinamakan Bahasa yang lain-lain[2]

B. Variasi bahasa dari segi penutur

Adapun variasi bahasa berdasarkan kelompok ini bisa dikategorikan sebagai berikut:

(16)

1.

Idiolek yakni variasai bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang mempunyai

idiolek masing-masing. Idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pemilihan diksi, gaya bahasa, susunan kalimat, ekspresi, dan bahkan karena kelainan keadaan rohani dan kemampuan intelektual . Yang paling dominan adalah warna suara, kita dapat mengenali suara seseorang yang kita kenal hanya dengan mendengar suara tersebut. Idiolek melalui karya tulis pun juga bisa, tetapi disini membedakannya agak sulit. Perbedaan lain adalah disebabkan oleh usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan, ukuran tubuh, kepribadian, keadaan emosi, serta ciri-ciri khas pribadi.[3]

2. Dialek merupakan variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif,

yang berada pada suatu tempat, wilayah atau area tertentu. Bidang studi linguistik yang mempelajari dialek-diaek ini adalah dialektologi.

Para penutur dalam suatu dialek, yang berbeda dengan kelompok penutur lain, yang berada dalam dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandainya dialeknya juga. Misalnya:

Dialek bahasa jawa di Pasuruan memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan cirri yang dimiliki bahasa jawa di Lamongan atau lainnya. Akan tetapi orang Pasuruan dan Lamongan dapat berkomunikasi dengan orang lamongan ini dikarenakan dialek-dialek tersebut masih termasuk dalam bahasa yang sama yaitu bahasa jawa.akan tetapi pemahaman antara dialek daerah satu dengan lainnya bersifat relatif, artinya bias besar, bisa kecil atau juga bisa sangat kecil. Dan tetapi jikalau ketidak mengertian antara dialek satu ke dialek yang lain sangat tidak mengerti maka kedua dialek itu berbeda bukan dari bahasa yang sama, melainkan dari dua bahasa yang berbeda, akan tetapi karena historis keduanya adalah dari berasal satu bahasa maka keduanya juga dapat dianggap sebagai dialek-dialek dari bahasa yang sama.[4]

3. Kronolek atau Dialek Temporal merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh

kelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya:

Variasi bahasa Indonesia pada masa tigapuluhan, limpuluhan dan variasi yang digunakan pada masa kini. Ini dapat dilihat ketika kita membaca buku yang diterbitkan pada ketiga zaman tersebut, kita pasti akan melihat perbedaan bahasanya.[5]

4. Sosiolek atau Dialek Sosial merupakan variasi bahasa yang berhubungan dengan

status, golongan dan kelas social para penuturnya. Dalam sosiolinguistik, variasi inilah yang menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya seperti usia, pendidikan, keadaan social ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.

(17)

Misalnya:

Berdasarkan usia, kita bisa melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan anak-anak, remaja, orang dewasa dan orang yang trgolong lasnisa, jika kita perhatikan pasti kita dapat memahami perbedaan-perbedaan bahasanya.

Berdasarkan pendidikan, kita bisa melihat perbedaan variasai bahasa dari kalangan orang yang berpendidikan rendah dengan orang yang tidak berpendidikan sama sekali, bahasa atau kosa kata yang mereka gunakan pastinya berbeda.

Dalam hal seks, perbedaan bahasa yang dilakukan mahasiswi/ibu-ibu pastinya berbeda dengan bahasa yang di pergunakan mahasiswa/bapak-bapak.

Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas social para penuturnya biasanya dikemukakan orang variasi bahasa yang disebut Akrolek adalah variasi social yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi dari pada variasi social yang lainnya. Seperti bahasa jawa khusus yang digunakan oleh para bangsawan kraton Jawa.

Basilek adalah variasi social yang dianggap kurang bergengsi, atau dianggap paling rendah, seperti karma desa.

Vulgar adalah variasi social yang cirri-cirinya pemakai dari bahasa yaitu oleh mereka yang kurang terpelajar.

Slang adalah variasi social yang bersifat khusus dan rahasia, maksudnya digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh kalangan diluar kelompok itu

Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, contoh dalam bahasa Indonesia seperti “dok” maksudnya (dokter), “ndakada” (tidak ada) Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok-kelompok sosial tertentu namun tidak bersifat rahasia. Seperti ungkapan kelompok kalangan tukang batudisipat, diekspos, disiku dan ditimbang.

Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi-profesi tertentu dan bersifat rahasia. Seperti dalam dunia kejahatan digunakan ungkapan seperti barang dalam arti ‘mangsa’, kacamata dalam arti ‘polisi’.

Ken adalah variasi sosial tertentu yang bernada “memelas”, dibuat merengek-rengek, penuh dengan kepura-puraan. Biasanya digunakan oleh para pengemis.[6]

Memang agak sedikit membingungkan bila kita bertanya dimana letak perbedaan dan bagaimana membedakan antara bahasa dan dialek. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa dialek merupakan bahasa sekelompok masyarakat yang tinggal di suatu daerah tertentu. Dengan kata lain bahwa dialek tidak lain dari pada

(18)

suatu variasi bahasa yang berbeda secara konsisten dari variasi-variasi lain dari bahasa yang sama yang digunakan di kawasan-kawasan geografis yang berlainan dan oleh kelompok – kelompok social yang juga berlainan. Untuk menentukan apakah itu bahasa atau dialek, maka cara yang bisa digunakan adalah dilihat dari sejarahnya. Sedikit banyak akan bergantung pada hubungan sejarah keduanya. Kemudian ciri lain yaitu homogenitas, yaitu adanya kesamaan unsure – unsur bahasa tertentu. Misalnya para ahli dialektologi percaya bahwa apakah katakana saja X dan Y itu dua bahasa, dua dialek, atau dua subdialek, ataukah hanya sekedar dua variasi saja, dapat ditentukan dengan mencari kesamaan kosakatanya. Jika persamaannya hanya 20% atau kurang maka keduanya disebut bahasa. Tetapi kalau mencapai 40-60% keduanya disebut dialek, dan kalau bisa mencapai 90% maka jelas keduanya hanya merupakan dua variasi saja dari sebuah bahasa. Contohnya etnis jawa mengakui bahasanya adalah bahasa Jawa, terdiri dari beberapa dialek, antara lain dialek Bagelen (Jawa Tengah bagian selatan), dialek Solo-Yogya, dialek Jawa Timur (Surabaya, Malang, Mojokerto, Pasuruan), dialek Osing (Banyuwangi).[7]

C. Variasi bahasa dari segi pemakaian

Variasi bahasa yang berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya dinamakan Fungsiolek, Ragam, atau Register. Varias ini biasanya digunakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaiaan ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa, seperti bidang sastra, jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Biasanya variasi ini paling tampak dalam bidang kosakatanya, yakni biasanya setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai sejumlah kosa kata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Seperti halnya kalau dalam bahasa umum orang mengungkapkan sesuatu secara lugaas dan polos, tetapi dalam ragam bahasa sastra akan diungkapkan scara estesis.

Misalnya:

Orang mengatakan dalam bahaasa umumnya “saya sudah tua” tetapi dalam bahsa sastra Ali Hasjmi mengatakan dalam bentuk puisi

Pagiku hilang sudah melayang Hari mudaku sudah pergi

(19)

Sekarang petang dating membayang Batang usiaku sudah tinggi[8] D. Variasi bahasa dari segi keformalan

Dalam tingkat keformalannya, Martin Jos dalam bukunya The Five Clocks membagi variasi segi ini dalam lima tingkat atau disebut style (gaya bahasa)

1. Ragam Beku

Merupakan ragam bahasa yang paling resmi yang dipergunakan dalam situasi-situasi yang khidmat dan upacara-upacara resmi, dalam bentuk tertulis, ragam beku ini terdapat dalam dokumen-dokumen bersejarah seperti undang-undang dasar dan dokumn-dokumen penting lainnya.

Suatu kalimat yang dimulai dengan kata bahwa atau yang lainnya dapat dianggap sebagai ragam beku. Bentuk kalimat beku adalah lebih baku, kata-katanya lengkap, biasanya kalimatnya panjang, dan mennuntut sikap yang lebih serius dari penutur dan pendengarnya.

2. Ragam Resmi

Ragam bahasa yang dipakai dalam pidato-pidato resmi, rapat dinas, atau rapat resmi pimpinan suatu badan.

3. Ragam Usaha

Ragam bahasa yang sesuai dengan pembicaraan-pembicaraan biasa di sekolah, perusahaan-perusahaan, dan rapat-rapat usaha yang berorientasi kepada hasil atau produksi, dengan kata lain ragam ini berada pada tingkat yang paling operasional. 4. Ragam Santai

Adalah ragam bahasa santai antar teman dalm berbincang-bincang, rekreasi, olah raga, dan sebagainya.

5. Ragam Akrab

Ragam bahasa antar anggota yang akrab dalam keluarga atau tman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan artikulasi yang terang, tetapi cukup dengan ucapan-ucapan pendek. Hal ini desebabkan oleh adanya saling pengertian dan pengetahuan satu sama lain. Dalam tingkat inilah banyak dipergunakan bentuk-bentuk dan istilah-istilah khas bagi suatu keluarga atau sekelompok teman akrab.

Misalnya:

Perhatikan contoh kalimat-kalimat dibawah ini a. Saya tidak mengerti maksud saudara

b. Aku tidak mngerti maksudmu

(20)

Dari beberapa kalimat diatas dapat dilihat bahwasanya kalimat (a) lebih tinggi tingkatannya dari (b), dan kalimat (b) lebih tinggi dari kalimat (c). kalimat (a) kita sebut sebagai ragam usaha, sebab ragam inilah yang kita pakai sehari-hari dalam pekerjaan kita, kalimat (b) adalah ragam yang dipakai antar teman dalam keadaan bersantai dan kalimat (c) ialah ragam akrab yang dipakai antara orang-orang sebaya dalam keluarga atau teman –teman yang akrab sekali.[9]

E. Variasi bahasa dari segi sarana

Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan tulis atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya ketika bertelepon, bertelegraf, ber-internet (ber-email dan ber-chatting), dan ber-sms.

Adanya ragam bahas lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama. Ada ketidaksamaan wujud struktur ini adalah karena dalam dalam berbahasa lisan kita dibantu oleh unsur-unsur non linguistic yang berupa nada suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala dan sejumlah gejala-gejala fisik lainnya. Padahal di dalam ragam bahasa tulis hal-hal yang disebutkan itu tidak ada.

Misalnya:

Kalau kita menyuruh seseorang memindahkan sebuah meja yang ada dihadapan kita, maka secara lisan kita sambil menunjuk atau mengarahkan pandangan pada kursi itu cukup mengatakan, “tolong pindahkan meja ini!”. Tetapi dalam bahasa tulis karena tiadanya unsure penunjuk atau pengarahan pandangan pada meja itu maka kita harus menggunakan kata meja yang dihadapannya.[10]

(21)

BAB III PENUTUP SIMPULAN

Variasi bahasa adalah macam-macam bentuk bahasa yang berbeda.Terjadinya keragaman disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogen, dan juga karena kegiatan interaksi sosialyang mereka lakukan sangat beragam.

Variasi bahasa dari segi penutur terbagi menjadi empat macam, yaitu: idiolek,

dialek, kronolek/dialek temporal dan sosiolek.Variasi bahasa berkenaan dengan tingkat,

golongan, status, dan kelas sosial.

Variasi bahasa dari segi keformalanpemakaian dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan.

Variasi dari segi keformalan terbagi atas lima macam gaya (style), yaitu: gaya/ragam beku(frozen), gaya resmi (formal), gaya usaha (konsultatif), gaya santai (casual), dan gaya akrab(intimate).

Variasi dari segi sarana adalah dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, yakni misalnya dalam bertelepon dan betelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisdidasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama.

Home

About

Facebook Colleen

Colin: Bahasa Indonesia untuk

Indonesia

Colin untuk Indonesia

fun

jalan-jalan

Karya Q

lain-lain

Pendidikan

Tugas Kuliah

(22)

dialek, sosiolek, fungsiolek,

dan kronolek

colinawati February 9, 2012 dialek, sosiolek, fungsiolek, dan kronolek2012-02-09T15:12:03+00:00Tugas Kuliah No Comment

Apa yang dimaksud dengan dialek, sosiolek, fungsiolek, dan kronolek?

Jawab:

Dialek: yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya

relatif, yang berada di suatu tempat atau area tertentu. Bidang studi

yang mempelajari tentang variasi bahasa ini adalah dialektologi.

Ragam dialek berhubungan dengan daerah ternpat penutur didaerah

tertentu. Misalnya bahasa Jawa mempunyai banyak dialek diantaranya

dialek Banyumas, dialek Yogyakarta, dialek Surabaya.

Sosiolek: variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan dan

kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik variasi inilah yang

menyangkut semua masalah pribadi penuturnya, seperti usia,

pendidikan, keadaan sosial ekonomi, pekerjaan, seks, dsb. Sehubungan

dengan variasi bahasa yang berkenaan dengan tingkat, golongan,

status, dan kelas sosial para penuturnya disenut dengan prokem.

Fungsiolek: adalah variasi bahasa berkenaan dengan penggunanya,

pemakainya atau fungsinya. Fungsiolek disebut juga ragam atau

register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang

penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan.

Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut

bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya,

bidang sastra, jurnalistik, pertanian, militer, pelayaran, pendidikan, dan

sebagainya.

Kronolek: dialek temporal, yaitu ragam bahasa yang berhubungan

dengan perubahan bahasa dalam berlalunya waktu. Bahasa yang

digunakan dari waktu kewaktu tidak mesti sama, terkadang ada

(23)

bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, lima puluhan, ataupun

saat ini. lebih lengkap klik

disini.

Sosiolinguistik

(Suatu Pengantar)

(P.W.J. Nababan, 1986, Gramedia, Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN

A. Apakah sosiolinguistik itu?

1. Ilmu yang mempelajari hakikat dan ciri-ciri bahasa disebut linguistik (hlm. 1). Yang dipelajari yaitu unsur-unsur bahasa dan hubungan antar unsur-unsurnya (hlm.1).

2. Jika yang dipelajari itu hanya unsur bunyi dan hubungan bunyi yang satu dengan yang lain, maka lahirlah ilmu bunyi bahasa atau fonologi; jika yang dipelajari hanya bentuk-bentuk kata dan hubungan antara bentuk-bentuk itu, maka lahirlah ilmu bentuk kata atau morfologi; jika yang dipelajari hanya unsur penggabungan kata maka lahirlah ilmu gabungan kata atau sintaksis (hlm. 1).

3. Baik fonologi, morfologi, sintaksis, maupun yang lain hanyalah merupakan cabang dari linguistik, atau bagian dari linguistik (hlm. 1).

4. Sejak tahun 1960-an, beberapa ahli bahasa sendiri tidak puas dengan mempelajari bahasa tetapi lepas dari siapa yang menggunakan bahasa, kapan digunakan, kepada siapa seseorang menggunakan bahasa itu. Padahal, bahasa digunakan untuk berhubungan (berkomunikasi) (hlm.1).

5. Itulah sebabnya muncul ilmu yang memperlajari bahasa, tetapi dilihat dari dimensi sosialnya, misalnya, dilihat dari siapa yang mengucapkannya, di mana diucapkan untuk tujuan apa orang itu mengucapkan, kepada siapa ditujukan. Ilmu baru ini disebut ilmu bahasa sosial atau sosiolinguistik.

6. Setelah dipelajari dengan ilmu baru ini, ditemukan adanya variasi dalam suatu bahasa, misalnya, bentuk O , nggak, ndak, tak, tidak, yang semuanya dapat dipakai untuk menyatakan maksud “negatif”, dan semuanya penting (bd. hlm.1). 7. Mengapa terjadi variasi seperti itu? Karena pemakai bahasa itu bermacam-macam dilihat dari, antara lain, usianya, asalnya, pendidikannya, pekerjaannya, jenis kelaminnya, situasi ketika saling berkomunikasi. Semuanya ini tentu saja penting diperhatikan dalam pengajaran bahasa karena yang belajar bahasa adalah mereka yang berciri seperti itu (bd. hlm.1-2).

(24)

1. Topik utama kajian sosiolinguistik ada tiga:

a. kajian bahasa dilihat dari konteks sosial dan kebudayaan,

b. kajian hubungan antara ciri kebahasaan suatu bahasa dan fakstor sosial dan kebudayaan,

c. kajian fungsi sosial bahasa dan penggunaan bahasa dalam masyarakat (hlm.3). 2. Berdasarkan tiga topik utama itu, maka sosiolingustik mengkaji topik-topik : a. bahasa, dialek, adialek, dan ragam bahasa,

b. repertoar bahasa, c. masyarakat bahasa,

d. kedwibahasaan dan kegandabahasaan,

e. fungsi kemasyarakatan bahasa dan profil sosiolinguistik f. penggunaan bahasa,

g. sikap bahasa, h. perencaan bahasa, i. interaksi sosiolinguistik,

j. bahasa dan kebudayaan (hlm.3).

3. a. Idialok adalah sistem bahasa seseorang, misalnya, dalam kebiasaan berbahasa seseorang menggunakan kata cuma pada setiap komunikasinya (hlm.4). Dapat juga idiolek diartikan variasi bahasa pada diri seseorang.

b. Variasi bahasa yang dimiliki sekelompok orang disebut dialek. Ada yang disebut dialek geografi (sering hanya disebut dialek), ada dialek sosial (sosiolek), ada dialek fungsional (fungsiolek), ada kronolek (dialek yang disebabkan karena waktu).

c. Secara sosiolinguistik, bahasa itu adalah dialek-dialek yang penutur-penuturnya saling memahami maksud tuturan, atau saling mengerti maksud tuturan (hlm4). d. Dalam sosiolinguistik dipakai istilah ragam bahasa untuk dialek yang disebabkan oleh karena faktor-faktor komunikasi (misalnya, faktor penutur, tempat bicara, tujuan bicara) (hlm.5).

e. Repertoar bahasa adalah semua bahasa dan semua ragam bahasa yang diketahui dan dipakai seseorang (hlm. 5). Ada seseorang yang hanya mengetahui satu bahasa (bahasa pertama), dua bahasa (bahasa pertama dan kedua), tiga bahasa (bahasa pertama, kedua dan bahasa asing) (hlm. 5).

f. Masyarakat bahasa adalah sekumpulan manusia yang menggunakan sistem isyarat bahasa yang sama (hlm. 5).

g. Kedwibahasaan (bilingualisme). Istilah kedwibahasaan dipakai untuk dua pengertian dengan arti yang berbeda. Bilingualitas dipakai untuk pengertian mempergunakan dua bahasa dalam pergaulan hidup seseorang, dan bingualisme untuk pengertian kebiasaan untuk memakai dua bahasa (hlm.5). Dalam topik kedwibahasaan, antara lain, dibicarakan topik alih kode, campur kode, dan interferensi.

(25)

dan kedudukan bahasa dalam masyarakat. Itulah sebabnya, lalu muncul istilah bahasa nasional, bahasa negara, bahasa resmi, bahasa pendidikan, bahasa keagamaan, dan bahasa kelompok (hlm.6).

i. Dalam topik penggunaan bahasa dan laku bahasa (tindak bahasa) dibicarakan unsur-unsur di dalam tindak bahasa dan pilihan bentuk dan pilihan ragam bahasanya (hlm.7). Di dalam topik ini kita kenal akronim SPEAKING yang berisi unsur-unsur tindak berbahasa.

j. Di dalam topik sikap bahasa dibicarakan sikap seseorang terhadap suatu bahasa. Sikap berkaitan dengan senang tidaknya terhadap sesuatu. Jika sikapnya terhadap suatu bahasa itu positif (senang) maka seseorang akan termotivasi untuk

mempelajari, memakai bahasa itu.

k. Topik perencanaan bahasa membicarakan bagaimana bahasa dibakukan, dipelihara, dan dibina serta dikembangkan (hlm.7).

l. Dalam topik interaksi sosiolinguistik dibicarakan perlunya seseorang memiliki kemampuan di luar kemampuan linguistik, yaitu kemampuan komunikatif, dan kemampuan memahami makna yang sebenarnya dari unsur-unsur kebahasaan (hlm.8).

m. Topik bahasa dan budaya membicarakan hubungan antara bahasa dan kebuadayaan misalnya dibicarakan apa yang disebut relativitas kebahasaan (hlm.8). Dikenal hipotersis Sapir –Worf, yang isisnya pernyataan (pendapat) cara berpikir dan bertindak seseorang dipengaruhi oleh struktur dan kosa kata

bahasanya.

C. Apakah kegunaan sosiolinguistik?

1. Karena paparan bahasa dengan ilmu bahasa (linguistik) tidak dapat menjelaskan tindak bahasa manusia, karena yang dipaparkan hanya unsur-unsur bahasanya, maka lahirlah sosiolinguistik.

2. Dari sudut bahasa, bentuk kata nggak sama artinya dengan tidak. Akan tetapi, dari sudut pemakaiannya ada perbedaan penggunaan ; nggak digunakan dalam situasi tidak resmi, dan tidak dalam situasi resmi.

3. Sosiolinguistik menyadarkan kepada pemakai bahasa bahwa dalam pemakaian bahasa ada variasi bahasa, dan apa yang tidak baku ternyata tidak selalu salah. Kalimat Aku nggak ngerti. tidak serta merta salah meskipun bentuk kata nggak dan ngerti keduanya bentuk yang tidak baku.

4. Sosiolinguistik juga menyadarkan kita bahwa terhadap suatu bahasa, seseorang ada yang senang, tetapi ada yang tidak senang; jadi ada yang sikap bahasanya positif, ada yang negatif. Sikap atau perasaan ini mempengaruhi orang itu dalam mempelajari bahasa tersebut.

5. Bahasa yang masih dipakai akan selalu berkembang. Perkembangan bahasa dapat mengarah ke yang positif, tetapi juga dapat mengarah ke yang negatif. Oleh karena itu, perlu ada perencanaan bahasa, ada pembinaan bahasa, ada pembakuan bahasa. Kesadaran ini timbul dengan lahirnya sosiolinguistik.

(26)

6. Sosiolinguistik menyadarkan kepada kita bahwa untuk menjadi terampil berbahasa tidak cukup hanya memiliki kemampuan tatabahasa. Seseorang perlu memiliki juga kemampuan komunikatif (hlm.10). Kemampuan tata bahasa adalah kemampuan membentuk satuan-satuan bahasa (kata, frasa, klausa, kalimat). Kemampuan komunikatif adalah kemampuan memilih dan menggunakan satuan-satuan bahasa itu sesuai dengan konteks komunikasi (bd. hlm.10). Kesadaran inilah yang melahirkan pendekatan komunikatif (bukan pendekatan linguistik) dalam pengajaran bahasa (hlm.11).

7. Kesimpulannya, sumbangan sosiolinguistik kepada pengajaran bahasa adalah (a) penekanan pada kebermaknaan bahasa, (b) pengertian yang mendalam bahwa bahasa itu beragam (bervariasi), (c) tujuan pengajaran bahasa harus bersumber pada penggunaan bahasa dalam masyarakat, (d) bentuk-bentuk bahasa yang diajarkan disesuaikan dengan bentuk bahasa yang berfungsi dalam masyarakat. Ingatlah bahwa kalimat Kau ambilkan buku itu, Pak! tidak cocok diucapkan oleh seorang anak kepada bapaknya meskipun kalimat itu baku.

D. Bagaimana keadaan bahasa-bahasa d Indonesia secara sosiolinguistik?

1. Keadaan kebahasaan Indonesia secara sosiolinguistik cukup kompleks (hlm.12). Pada tahun 1970-an, di Indonesia dipakai 418 bahasa.

2. Satu dari bahasa-bahasa itu diangkat (dibaptis), yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, dan bahasa–bahasa yang lain adalah bahasa daerah (hlm.12). Ingat lagu Satu Nusa Satu Bangsa!

3. Bahasa-bahasa daerah yang dipelihara oleh rakyatnya sendiri akan dihormati dan dipelihara oleh negara (hlm.12).

4. Yang menarik adalah kenyataan sosiolinguistik ini. Yang sekarang dinamakan bahasa Indonesia itu dahulu hanya merupakan salah satu bahasa daerah, yang bernama bahasa Melayu, dan dipakai oleh rakyat di sekitar Kepulauan Riau. Penuturnya jauh lebih sedikit daripada penutur bahasa Jawa, Sunda, Bali. Anehnya, yang dipilih sebagai bahasa nasional dalam Kongres Pemuda (1928) adalah bahasa Melayu, bukan bahasa-bahsa daerah yang lain.

BAB II VARIASI DALAM BAHASA

A. Apa dan berapa variasi bahasa itu? (hlm.13-15)

1. Bahasa mempunyai dua aspek mendasar, yaitu aspek bentuk dan aspek makna (hlm.13). Aspek bentuk berwujud bunyi dan tulisan, serta strukturnya. Aspek makna berwujud makna leksikal, fungsional, dan struktural (hlm.13).

2. Jika dicermati, meskipun tulisannya sama, ucapannya dapat berbeda. Dalam bahasa Jawa ada kata wahing yang berarti ‘bersin’. Ucapan kata itu akan berbeda jika pengucapnya dari daerah yang berbeda. Yang satu mengucapkan [w a h I ŋ], yang lain [w a I ŋ]. Ada juga pemakaian kata yang berbeda untuk menyebut ‘orang yang melahirkan’. Ada kata ibu, mami, mama, simbok, simak, simbil, biyung, dan seterusnya. Dahulu dipakai kata kuli, kemudian dipakai kata buruh, berikutnya

(27)

dipakai kata karyawan.

3. Kesimpulannya adalah bahwa dalam bahasa ada variasi. Atau dalam bahasa ada ragam-ragam bahasa.

4. Ada empat jenis variasi (ragam) bahasa : (a) dialek, (b) sosiolek, (c) fungsiolek, dan (d) kronolek (hlm.14)

a. Dialek adalah variasi bahasa karena berbeda asal daerah penuturnya. Contohnya: ucapan [w a h I ŋ] (Jawa Solo) dan [w a I ŋ] (Jawa Yogyakarta). b. Sosiolek adalah variasi bahasa karena status sosial penuturnya berbeda. Contohnya: mama (status sosial tinggi) dan simbok (status sosial rendah). c. Fungsiolek adalah variasi bahasa karena situasi berbahasa yang berbeda. Contohnya: mengapa (formal), ngapa, ngapain, kenapa (tidak formal).

d. Kronolek adalah variasi bahasa karena perkembangan waktu. Contohnya: kuli (penjajahan zaman Belanda), karyawan (zaman merdeka) (hlm.14).

5. Masing-masing variasi atau ragam itu melahirkan ilmu (studi) yang berbeda. Yang mempelajari dialek disebut dialektologi atau linguistik geografis. Yang mempelajari sosiolek disebut sosiolinguistik atau sosiologi bahasa. Yang

mempelajari fungsiolek disebut pragmatik atau analisis wacana atau etnografi berbahasa. Yang mempelajari bahasa-bahasa yang berbeda disebut linguistik historis atau linguistik diakronis atau linguistik kontrastif (hlm.15).

B. Apakah dalam linguistik (linguistik umum ) terdapat variasi bahasa? (hlm.15-17) 1. Yang dimaksud variasi bahasa dalam linguistik adalah adanya variasi yang

disebabkan oleh faktor-faktor dalam bahasa itu sendiri, khususnya yang disebabkan karena unsur bahasa yang ada di muka, atau di belakangnya; atau karena unsur bahasa yang mendahului atau mengikutinya (hlm.16). Ini contohnya. Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi, Hasan, 2003:31), nama prefiks pada kata membaca adalah meng- . Ternyata prefiks meng- ini jika melekat pada kata yang dimulai dengan bunyi / b /, bentuknya berubah menjadi mem-, jika melekat pada kata yang dimulai dengan bunyi / d /, bentunya menjadi men-.

2. Secara sosiolinguistik, perubahan bentuk seperti itu disebut variasi internal atau variasi sistemik (hlm.15). Tentu pembaca masih ingat, dalam fonologi dikenal istilah alofon dan dalam morfologi dikenal alomorf, yang masing-masing berupa variasi.

3. Akan tetapi, dalam pemakaian bahasa juga ada variasi. Sufiks –kan ada yang mengucapkan [k a n], tetapi ada juga yang mengucapkan [k Ə n], padahal huruf-hurufnya sama. Di muka sudah diberikan contoh kata wahing ‘bersin’, ada yang mengucapkan [w a h I ŋ] dan ada yang mengucapkan [w a I ŋ]. Ada juga perbedaan bentuk kata dengan arti yang sama yaitu bentuk-bentuk nggak, ndak, tak, tidak. 4. Variasi-variasi bentuk itu kalau dicermati ternyata tidak disebabkan karena unsur bahasa di mukanya, ataupun di belakangnya. Variasi itu disebabkan karena faktor di luar bahasa. Variasi seperti inilah yang disebut variasi eksternal atau

(28)

variasi ekstrasistemik (hlm.15). Menurut Nababan (hlm.14), ada empat jenis variasi : dialek, sosiolek, fungsiolek, dan kronolek.

C. Apakah yang dikaji dalam sosiolek dan fungsiolek? (hlm.20-26)

1. Menurut Nababan (hlm.20), sosiolinguistik hanya mengkaji sosiolek dan

fungsiolek . Dialek dikaji dalam dialektologi dan kronolek dikaji dalam linguistik historis-komparatif.

2. Hakikatnya, sosiolinguistik mengkaji penggunaan bahasa oleh penutur-penutur tertentu dalam keadaan-keadaan yang sewajarnya untuk tujuan tertentu (hlm.20). dengan pengkajian seperti ini, kita menyadari bahwa bahasa itu berfungsi dalam kehidupan masyarakat.

3. Sebelum sosiolinguistik lahir, kita hanya tahu bahwa makna kalimat Hari ini panas sekali ruangan ini adalah pemberitahuan. Akan tetapi setelah sosiolinguistik lahir, maka kalimat itu bermakna perintah membuka jendela manakala yang mengucapkan seorang guru , sedang mengajar di kelas dan semua jendela tertutup.

4. Harus disadari bahwa setiap bahasa mempunyai banyak ragam yang dipakai dalam keadaan dan keperluan atau tujuan yang berbeda-beda (hlm.22). Ragam-ragam itu mewujud dalam ucapan, intonasi, bentuk kata, kata-kata, frasa, klausa, dan kalimat.

5. Salah satu aspek yang dipelajari dalam sosiolinguistik adalah tingkat formalitas (keresmian) ketika berbahasa (hlm.22). Menurut Martin Joos (1967), berdasarkan tingkat formalita ketika berbahasa, bahasa Inggris dibedakan menjadi lima : ragam baku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (consultative), ragam

santai(casual), dan ragam akrab (intimate) (hlm.22-23).

6. Dua kalimat ini sama maksudnya, tetapi berbeda fungsioleknya (tingkat formalitasnya).

Bapak Suparman menerangkan makna peristiwa itu. (ragam formal) Pak Parman terangkan arti kejadian itu. (ragam usaha)

7. Tiga kalimat ini juga sama maksudnya, tetapi berbeda ragam fungsioleknya (tingkat formalitasnya).

Saya tidak mengerti maksud Saudara. (ragam usaha) Aku tak mengerti maksudmu. (ragam santai)

Nggak ngerti. (ragam akrab)

8. Kalau dicermati dengan teliti dapat dilihat bahwa perbedaan antara tingkat formalitas ragam yang satu dengan ragam yang lain itu berupa perbedaan dalam (a) pilihan kata, (b) ucapan, (c) bentuk kata, dan (d) bentuk kalimat. Inilah contohnya:

cuma, hanya [k a n], [k Ə n] ngapain, mengapa

(29)

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan penelitian berjudul "Kajian Bahasa Tutur Ragam Pramuwisata ( Studi Deskrptif Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Memandu Wisatawan oleh Mahasiswa STP

Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji pemakaian bahasa ragam lisan oleh para khatib di Kotamadia Bandung, yang dikaitkan dengan empat aspek, yaitu lawan.. bicara, situasi,

Salah satu syarat bahasa yang baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau dianggap baku atau pemanfaatan ragam yang tepat

Terdapat dua situasi yang menggolongkan pemakaian bahasa di dalam masyarakat, yaitu situasi resmi dan tidak resmi. Situasi tidak resmi akan memunculkan suasana

Dalam bahasa Indonesia, ragam bahasa dapat dipelajari oleh semua lapisan masyarakat, baik pelajar maupun mahasiswa. Ragam bahasa merupakan variasi bahasa pemakaiannya

Berdasarkan ciri ragam (variasi) pemakaian kata sapaan (tutur sapa) dalam BMB terdapat dua ciri, yakni (1) ciri keformalan (formal) yang mengarah pada

Alih kode (code-switching) adalah penggunaan bahasa lain atau ragam bahasa lain pada satu percakapan untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain.. Alih

KASUS “ANJAY” STATIC VIEW : Bentuk, makna, dan Fungsi Struktur dan Kelas Kata Leksikal dan Gramatikal DINAMIC VIEW : Pemanfaatan potensi bahasa, pemakai dan pemakaian bahasa,