• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERLANJUTAN. Dr. Ir. Bianpoen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBERLANJUTAN. Dr. Ir. Bianpoen"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KEBERLANJUTAN

Dr. Ir. Bianpoen

Abstract

Nowadays almost every formal document on development and city planning, used the word "sustainability". This paper deals with city planning only

and attempts to explain the meaning of sustainability for a city, using Jakarta as a case

Keywords : sustainability, city planning

Abstrak

Istilah "keberlanjutan" sekarang sering dijumpai di hampir semua dokumen resmi yang menyangkut pembangunan dan perencanaan kota. Tulisan ini membatasi diri pada perencanaan kota saja, dan berusaha menjelaskan arti keberlanjutan untuk sebuah kota dengan kasus Jakarta.

Kata kunci : keberlanjutan, perencanaan kota

PENDAHULUAN

Tulisan ini bertujuan menjelaskan pengertian keberlanjutan untuk sebuah kota dengan kasus Jakarta. Keberlanjutan berarti suatu proses yang dapat berlangsung terus-menerus. Untuk itu 4 prinsip hams dipertahankan, yaitu :

1. Daur ulang nutrisi 2. Pakai energi matahari 3. Mencegah "overgrazing "

4. Mempertahankan keaneka-ragaman hayati

' Dosen Jurusan Arsitektur, FDTP, UPH

(2)

Keempat prinsip diatas berlaku untuk lingkungan alam. Bagaimana untuk lingkungan buatan/kota? Jika diteliti satu persatu maka kita memperoleh gambaran sebagai berikut:

1. Prinsip Daur Ulang Nutrisi

Prinsip ini dapat dipakai dalam sebuah kota, khususnya kota-kota di Indonesia. Semua limbah, gas, cair, padal dibuang begitu saja ke lingkungan alam. Usaha untuk mengolah limbah itu sebelum mencemari lingkungan memang sudah ada. Sayangnya hanya ada di atas kertas. Dalam hal ini kita bisa banyak belajar dari Jepang. Di Jepang hampir semua limbah sudah didaur ulang.

2. Prinsip Pakai Energi Matahari

Energi matahari masih belum populer di Indonesia, walau pun teknologinya sudah tersedia. Semua energi masih diproduksi dengan memakai batu-bara, atau gas atau solar.

3. Prinsip Mencegah Overgrazing

Prinsip ini tidak berlaku untuk sebuah kota. Kota adalah suatu buatan manusia dan tergantung manusia itu apakah ia membangun kota untuk satu juta orang atau untuk 12 juta orang. Semua itu tergantung teknologi, dana

dan motivasi manusia itu sendiri.

4. Prinsip Mempertahankan Keanekaan-ragaman Hayati

Keaneka-ragaman hayati jelas tidak dipakai pada saat manusia membangun atau memperluas kota. Semua unsur alam dibasmi dulu dan diganti dengan bahan-bahan mati seperti batu, beton, aspal, plastik, dsbnya.

Uraian di atas memperlihatkan bahwa semua prinsip yang berlaku di alam tidak dipakai di lingkungan buatan atau kota. Dari tinjauan itu, sudah dapat disimpulkan bahwa sebuah kota jelas-jelas tidak berkelanjutan secara alami. Akan tetapi manusia dengan teknologinya dapat membuatnya seolah-olah berkelanjutan. Tentunya dalam wujud yang sangat berbeda, sehingga timbul pertanyaan apakah yang dimaksud dengan "kota yang berkelanjutan"?

Pertama-tama perlu disadari bahwa yang tidak berkelanjutan adalah wadan fisik kota tersebut. Bangunan-bangunan, jalan, jembatan, saluran semua dapat

(3)

dibongkar setiap saat dan dibangun kembali atau tidak. Hal lain yang juga tidak berkelanjutan adalah manusia sebagai individu, karena secara alami umur manusia sudah dibatasi. Keberlanjutan kota berarti keberlanjutan masyarakat kota, yang sangat hetrogen dan juga dapat berubah-ubah. Maka dengan pembatasan seperti di atas, kota berkelanjutan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kota Berkelanjutan adalah sebuah kota yang masyarakatnya berkelanjutan secara seimbang dan dinamis dalam lingkungan hidup kota yang tetap berada dalam batas-batas daya dukung, daya tampung dan daya dukung sosialnya.

Dalam rumusan di atas terdapat beberapa pengertian yang memerlukan penjelasan lebih lanjut, yaitu pengertian (a) Masyarakat yang Berkelanjutan, (b) Daya Dukung, (c) Daya Tampung dan (d) Daya Dukung Sosial Kota.

MASYARAKAT YANG BERKELANJUTAN (MB)

MB memiliki 4 karakteristik utama:

(1) Keamanan ekonomis (Economic security) (2) Keterpaduan ekologis (Ecological integrity) (3) Kualitas hidup (Quality of life)

(4) Pemberdayaan dengan tanggung jawab (Empowerment with responsibility)

1. Keamanan Ekonomis (KeEkon)

KeEkon berarti adanya usaha-usaha dan lembaga-lembaga yang sehat dibidang keuangan dan dibidang sosial seperti adanya latihan, pendidikan bagi karyawamkaryawan dan adanya kesempatan bagi karyawan-karyawannya untuk ikut menentukan dalam semua hal yang menyangkut diri mereka sendiri. MB adalah suatu masyarakat yang memungkinkan kekayaan/uang mereka sebagian besar tetap beredar dalam komunitas mereka. KeEkon tidak berarti sekedar penciptaan lapangan kerja, tetapi penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat yang bersangkutan sendiri. Menilai baik buruknya KeEkon tidak memakai ukuran-ukuran konvensional, seperti Produk Domestik Bruto, atau pertumbuhan Ekonomi atau Penghasilan Asli Daerah dan sebagainya. KeEkon justru memakai nilai-nilai

(4)

ekonomis dibidang sosial, kemanusiaan dan sumber daya alam setempat dengan melihat apakah unsur-unsur tersebut sudah/belum dimanfaatkan secara adil dan keberlanjutan ?.

Contoh-contoh :

• jika nilai-nilai sosial dan kemanusiaan tidak dipakai untuk mengukur KeEkon maka yang terjadi adalah kondisi ekonomis di Indonesia sejak Orde Baru sampai sekarang, yang hanya terpaku pada angka pertumbuhan ekonomi. Hasilnya adalah suatu masyarakat yang berada di tepi jurang desiintegrasi dan lingkungan alam Indonesia yang berada dalam kondisi sangat kritis.

• Wilayah kota yang lingkungan alamnya telah diganti dengan lingkungan buatan, jelas tidak banyak memiliki sumber daya alam. Akan tetapi selalu masih ada seperti dalam hal kota Jakarta. Jakarta memiliki 13 sungai besar yang sekaligus melintas kota, pernah memiliki banyak lahan basah, danau-danau kecil, rawa-rawa, hutan bakau, terumbu karang, pulau-pulau. Semua itu dikelola secara berkelanjutan bahkan dihancurkan satu per satu.

• Masyarakat yang bermukim di bantaran sungai, di pinggir rel kereta api, di bawah jembatan dan sebagainya, dianggap tidak memiliki nilai ekonomis apapun, bahkan merugikan pertumbuhan ekonomi kota. Oleh karena itu mereka secepat mungkin harus "dilenyapkan". Inilah kesalahan mendasar yang belum dapat dimengerti oleh para pengelola kota sekarang dan yang membuat kota tidak memiliki KeEkon.

2. Keterpaduan Ekologis (KeEkol)

KeEkol memperhatikan cara-cara masyarakat dan pemerintahnya mengelola sumber daya alam yang dibutuhkan dan semua limbah yang dihasilkan. Dalam hal ini kota Jakarta memberikan contoh yang jelas tentang ketidak keterpaduan ekologis yang dimaksud.

Contoh-contoh:

• Sumber air bersih yang dibutuhkan oleh masyarakat Jakarta berasal dari sungai-sungai di luar Jakarta. Sekarang daerah aliran sungai-sungai tersebut sedang dirusak oleh pembangunan fisik walaupun sudah ada peraturan-peraturan yang melarang pembangunan itu. Kerusakan daerah aliran

(5)

sungai-sungai itu menyebabkan sungai-sungai-sungai-sungai tersebut kering pada musim kemarau dan meluap pada musim hujan. Kewenangan mengelola daerah aliran sungai-sungai itu memang kewenangan Pemerintah Jabar. Akan tetapi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup warganya, dan kalau kelangsungan itu terancam, maka Pemprov Jakarta tetap bertanggung jawab dalam bentuk apa pun.

• Sampah yang volumenya mencapai 25.000 m3 per hari, di Jakarta, terangkut oleh Dinas Kebersihan sebanyak kurang Iebih 50%. Sampah yang diangkut dibuang begitu saja dialam terbuka sehingga merusak lingkungan dan menimbulkan segala macam penyakit diantara masyarakat sekitar. Sampah yang tidak terangkut sebagian besar masuk ke sungai-sungai dan akhirnya masuk ke laut, mematikan hutan bakau dan terumbu karang yang masih tersisa.

3. Kualitas Hidup (KH)

KH menyangkut kesehatan fisik dan mental manusia sebagai individu dan sebagai masyarakat. Aspek-aspek yang harus dilibatkan adalah:

• Kenikmatan yang pasti karena kondisi badan yang sehat dan tingkat pendidikan tertentu yang dimiliki dan memadai untuk kehidupan yang wajar.

• Cukup pangan fisik dan mental.

• Pemukiman yang memadai, fasilitas umum dan utilitas pokok dalam jangkauan. ekonomis dan jarak (jalan kaki) penghuni-penghuninya.

• Lingkungan fisik yang aman dan nyaman. • Keadilan dalam semua aspek kehidupan. • Kesetaraan gender.

• Peran serta masyarakat dalam kegiatan hidup sehari-hari. • Harkat dan kehormatan manusia (dignity).

Kelangsungan hidup sangat erat berkaitan dengan subyektivitas manusia dan kebudayaannya, sehingga tidak ada satu nilai yang berlaku secara umum/universal. Oleh karena kelangsungan hidup menyangkut manusia sebagai

(6)

individu dan sebagai masyarakat, maka kelangsungan hidup harus bergerak di kedua aspek itu secara seimbang dan serasi.

4. Pemberdayaan dengan Tanggung Jawab

Pemberdayaan dengan Tanggung Jawab berarti memberdayakan masyarakat yang belum berdaya dan memberikan mereka tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang mereka lakukan, seperti tanggung jawab terhadap visi hari depan yang mereka rumuskan sendiri. Dalam pemberdayaan dengan tanggung jawab terdapat suatu kegiatan yang dinamakan "Reaching in", yang berarti mengikutsertakan sebanyak mungkin orang dan ide-ide dalam suatu proses, agar keputusan-keputusan yang diambil dalam proses itu dapat mencerminkan keinginan sebagian besar masyarakat yang bersangkutan.

Demikian 4 karakteristik pokok masyarakat yang berkelanjutan. Perlu ditekankan bahwa masyarakat berkelanjutan bukan suatu kondisi akhir, atau suatu sasaran yang harus dicapai, melainkan suatu proses untuk memperbaiki secara terus-menerus, kualitas hidup dan lingkungan hidup masyarakat yang bersangkutan. Hal ini sangat dekat dengan rumusan "The Independent Commission on Population and Quality of Life'" 1996, (ICPQL) tentang Keberlanjutan, dan yang berbunyi :

"Sustainability is the sustainable improvement of the quality of life".

DAYADUKUNG (DD)

Untuk lingkungan alam Daya Dukung didefinisikan sebagai berikut: • "Sejumlah species tertentu yang hidup lestari di tempat tertentu tanpa merusak

lingkungannya", atau

• "Populasi maksimal, flora-fauna (termasuk manusia) yang dapat dihidupi oleh suatu ekosistem, tanpa merusak ekosistem tersebut".

Untuk suatu lingkungan buatan atau kota, rumusan di atas tidak dapat dipakai. Manusia dapat membuat sebuah kota untuk sejumlah manusia yang ia inginkan. Akan tetapi, apakah dalam usahanya itu, manusia merusak lingkungannya atau tidak, itu adalah masalah kedua dan menjadi inti pengertian

(7)

Daya Dukung sebuah kota. Mengenai Daya Dukung (DD), The Independent Commission on Population and Quality of Life (ICPQL), 1996, membuat suatu rumusan sebagai berikut:

"Carrying capacity can be defined as the maximal sustainable load that humankind can impose on the environment before it loses its capacity to support human activity ".

Di tempat lain The Independent Commission on Population and Quality of Life bicara tentang "Carrying capacity means all the support systems for human life".

Jika kedua rumusan di atas digabung dan disederhanakan maka definisi Daya Dukung sebuah kota adalah :

"Semua unsur-unsur alam dan buatan yang mendukung kehidupan manusia di lingkungan perkotaan adalah Daya Dukung kota tersebut".

Pada umumnya sebagian besar unsur-unsur tersebut berada di luar kota.

DAYA TAMPUNG (DT)

Daya Tampung adalah kemampuan lingkungan alam untuk menampung limbah kota. Jika kemampuan itu terlampaui maka lingkungan alam tersebut akan mengembalikan limbah itu ke manusia.

Contoh-contoh:

• Pembuangan sampah di Bantar Gebang, Bekasi. Daya tampung alam terlampaui dan akibatnya adalah manusia menjadi sakit dan lingkungan sekitarnya menjadi rusak, termasuk udara, air permukaan dan air tanahnya. • Udara di Jakarta. Pencemaran udara akibat lalu-lintas bermotor sudah

melampaui daya tampung udara Jakarta. Akibatnya, manusia menjadi sakit dan harus mengeluarkan biaya untuk pengobatan sebanyak US $ 2,2 milyar dalam satu tahun (1989)(4).

• Air yang tercemar di Jakarta mengakibatkan masyarakat harus mengeluarkan US $ 302 juta / tahun untuk biaya pengobatan (1990)(4).

(8)

DAYA DUKUNG SOSIAL KOTA (DDSK).

Sebuah kota, sebagai buatan manusia, memiliki banyak lembaga, formal dan tidak formal, pada semua tingkatan organisasi kota, dari Gubernur sampai dengan para pedagang kaki lima. Lembaga-lembaga itu mengatur kehidupan sehari-hari dan merupakan suatu sistem yang sangat rumit. Sistem tersebut terdiri atas banyak subsistem yang saling berinteraksi secara negatif dan atau positif. Selain itu subsistem-subsistem itu juga berinteraksi, secara sendiri-sendiri atau secara bersama, dengan subsistem-subsistem yang berada di luar kota, seperti subsistem daya dukung dan subsistem daya tampung kota. Mengetahui adanya interaksi-interaksi itu maka menjadi jelas bahwa berfungsinya sebuah kota tergantung berfungsinya subsistem-subsistem itu, secara baik atau tidak. Indikasi-indikasi bahwa daya dukung sosial kota berfungsi tidak baik adalah adanya kesenjangan, konflik horisontal, kejahatan, ketidak-adilan, tidak adanya kesetaraan gender dan sebagainya. Semua indikasi itu ada di Jakarta. Maka dengan melihat daya dukung sosial kota saja, kita sudah dapat mengetahui bahwa Jakarta sekarang berada dalam proses yang tidak berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Bianpoen, Madrim D.G., Siti S.Santoso, Ronald S, Pengkajian Indikator-Indikator Keberlanjutan Untuk Perkotaan, The World Bank - Jakarta: PSIL-PPs Universitas Indonesia, 1994

Kline, E, Sustainable Community Indicators. How to Measure Progress, 1997 Nebel, B.J. & Wright, R.T, Environmental Science, London: Prentice-Hall

International United, 1993

Roseland, M.Ed, Eco-City Dimensions, Gabriola Island, BC, Canada: New Society Publishers, 1997

The Independent Commission on Population and the Quality of Life (ICPQL), Caring for the Future, Oxford: Oxford University Press, 1996

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Ehrenberg dan Smith (2012: 171) pengalokasian waktu untuk bekerja atau waktu luang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu.. Dilihat seseorang yang mengalokasikan

0,027 Job Satisfaction 1 Saya dituntut untuk belajar hal baru dipekerjaan saya 0,000 0,720 Valid dan reliabel 2 Saya diharuskan memiliki keterampilan yang tinggi

Walaupun disudutkan secara tidak langsung oleh pihak lain, akan tetapi dengan kebesaran hati dan tidak terlepas dari rasa persatuan kebangsaan Muhammadiyah tetap

- TP IV melakukan penyuluhan kepada masyarakat RT 01, 02, dan 03 di RW 10, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja mengenai kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dan

Pada daerah yang dicurigai ada sarcoptes scabei diolesi paravin oleh karena berat jenis sarcoptes scabei lebih kecil dari paravin, sehingga sarcoptes scabei naik keatas lalu

Peta Sebaran Penduduk Terdampak Banjir di Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan ft U-INSPIRE Indonesia.. Peta Sebaran Penduduk Terdampak Banjir di Kota Banjarbaru

30a Total Eksposur, tidak termasuk dampak dari penyesuaian terhadap pengecualian sementara atas penempatan giro pada Bank Indonesia dalam rangka memenuhi ketentuan giro wajib

- Masih kurangnya dukungan peraturan perundangan-undangan dalam pengelolaan Potensi KPHP Model Mukomuko. Analisis Lingkungan Internal. Tingginya produktivitas lahan