• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN CHOLESTEROL DAN KUNING TELUR DI DALAM BAHAN PENGENCER TRIS-SITRAT DAN AIR KELAPA MUDA TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR SAPI POTONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN CHOLESTEROL DAN KUNING TELUR DI DALAM BAHAN PENGENCER TRIS-SITRAT DAN AIR KELAPA MUDA TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR SAPI POTONG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN CHOLESTEROL DAN KUNING TELUR DI

DALAM BAHAN PENGENCER TRIS-SITRAT DAN AIR KELAPA MUDA

TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR SAPI POTONG

LUKMAN AFFANDHY

Loka Penelitian Sapi Potong Grati ABSTRACT

The Effect of Cholesterol and Egg Yolk in the Tris Sitrat and Coconut Water to the Quality of Chilled Semen of Beef Cattle The productivities increase of beef cattle by means cross breeding with alternative technology of semen processing as optimum. This research was conducted at Beef Cattle Research Station, Grati from January to December 2002. Six bulls were used in this study (three heads Peranakan Ongole/PO and three heads Simmental crossbred bulls). The pattern design was used Block Experimental Design of factorial 2 X 2 X 2 (factor 1: tris-sitrat VS water coconut diluter; factor 2: 0 vs 0,5 mg cholesterol; factor 3: 10 vs 20% egg yellow) with six replications. The parameters were: semen volume, concentration, color, mortality, motility, abnormality and pH (fresh semen) and % motile, % live, % mortality, % abnormal and pH (Chilling Semen). The sperm concentration of straw was 50 million per ml sperm. The observation was held for 0,1,3, and 7 days for chilling semen and after diluting. The observation on fresh semen quality of PO bull was better than those of Simmental crossbreed, but the semen volume of Simmental crossbred were higher (5.8 ± 0.8 ml/ejaculation) than those on PO bull (3.5 ± 1.6 ml/ejaculation). The result showed that % motile, % live and pH or chilling semen on Simmental and PO bulls with water coconut or tris-sitrat diluter stored at temperature 50C during three days were not different and the motilities on Simmental and PO bulls were 43 – 53% and 41 – 63%, respectively. However, storing 50C during 7 days showed that water coconut diluter were higher than tris-sitrat. The effect of factor 10% vs 20% of yellow egg and adding cholesterol were not different. The price of coconut water was cheaper Rp 200, -/6 ml material than Rp700, -/6ml material. It was concluded that the semen qualities and quantities of PO and Simmental bulls were good and found used as bulls due to the standard and the processing of chilling. The processing methods of chilling semen bulls found to use water coconut diluter before 7 days stored temperature 50C and the processing technology of chilling semen bulls found to use tris-sitrat diluter with 10% yellow egg and not cholesterol for all. Key words: Beef cattle, processing technology, chilled semen

PENDAHULUAN

Usaha memperoleh bakalan yang cepat dalam meningkatkan produktivitas sapi potong adalah melalui program pemuliaan secara kawin silang dapat menggunakan teknologi pengolahan semen yang efisien dengan memanfaatkan bahan - bahan pengencer lokal maupun pengencer yang sudah paten secara optimal sehingga akan diperoleh hasil yang baik.

Selama ini program pemuliaan untuk memperoleh sapi - sapi bakalan di sentra - sentra pembibitan usaha sapi potong dengan memanfaatkan cross breeding (kawin silang) antara bangsa sapi - sapi lokal dan bibit unggul melalui program IB dengan menggunakan semen beku. Namun dalam pelaksanaan program IB dengan menggunakan semen beku di lapang masih dijumpai adanya kendala, diantaranya tingkat Post Thawing Mortality (PTM) rendah (dibawah 40%) dan daya beli semen beku pejantan unggul di masyarakat pedesaan rendah serta kurang terjangkaunya distribusi semen beku terutama pada daerah - daerah terpencil (KOMARUDIN-MA’SUM et al., 1993; YUSRAN et al., 2001). Rendahnya angka PTM tersebut kemungkinan disebabkan cara pengolahan semen atau bahan

pengencer yang tidak sesuai. Hasil penelitian beberapa diluter pada sapi Madura yang dapat digunakan adalah diluter tris dan sitrat dapat mencapai angka lebih 40% (AFFANDHY et al., 1998; UMIYASIH et al., 1999). Bahan lain yang dapat digunakan sebagai pengencer semen sapi potong adalah air kelapa, bahkan bahan diluter air kelapa dan kuning telur ini lebih serasi untuk mempertahan daya hidup spermatozoa (QOMARIYAH et al., 2001). Teknologi alternatif yang dapat digunakan untuk pengolahan semen dalam rangka program cross breeding secara cepat dan dapat langsung dikerjakan di lapangan baik secara peternakan intensif (industri) maupun secara berkelompok pada peternakan rakyat (Cooperate farming), yaitu menggunakan teknologi semen cair (chilled semen). SITUMORANG et al. (2001a) melaporkan bahwa persentase kebuntingan didapat lebih tinggi dengan menggunakan semen cair dibandingkan dengan semen beku dan tidak terdapat perbedaan yang nyata dari pengaruh penyimpanan sampai 6 hari semen cair pada suhu 5oC terhadap persentase ke buntingan. Hasil yang didapat selaras dengan teori mengenai peranan cholestrol yang berfungsi mengatur aktivitas protein membran sel selama fluktuasi temperatur dan disebut sebagai

(2)

regulator fluiditas; kolestrol juga ikut menjaga intregitas membran plasma. Kandungan cholestrol yang rendah dalam plasma semen dalam spermatozoa sebagai salah satu penyebab kerentanan spermatozoa terhadap cold sock sehingga kehilangan viabilitas spermatozoa setelah pembekuan (SITUMORANG et al., 2002). Hal ini sependapat dengan PARTODIHARDJO (1992) menyatakan bahwa daya tahan semen yang telah diencerkan dapat dipengaruhi oleh komposisi dan suhu pengencer. Dalam pembuatan semen cair perlu penambahan kuning telur dengan konsentrasi 10% untuk melindungi perubahan temperatur serta tetap ditambahkan glyserol yang berfungsi sebagai penghasil fruktose (ARIFIANTI, 1991). QOMARIAH et al. (2001) menyatakan bahwa kadar kuning telur 25-30% dengan air kelapa 70-75% merupakan kombinasi yang paling baik dalam mempertahankan daya hidup spermatozoa domba Priangan pada penyimpanan suhu 5oC. Untuk mempertahankan daya hidup lebih lama perlu penambahan bahan - bahan lain yang dibutuhkan oleh spermatozoa selama penyimpanan seperti yang dikemukan oleh SITUMORANG et al. (2001b) dengan penambahan Proline dan Carnitine pada semen cair dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa sampai dengan 10 hari pada suhu 5oC.

Teknologi alternatif semen cair dengan menggunakan bahan diluter alternatif yang murah dan mudah didapat, merupakan terobosan baru untuk memanfaatkan keberadaan sapi jantan unggul di setiap wilayah pembibitan sapi potong akan memperluas penyebaran bibit sapi bakalan, khususnya pada sentra -sentra pembibitan sapi potong. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kualitas semen cair dan daya hidup spermatozoa dalam pengencer Tris -sitrat dan air kelapa muda dengan penambahan Cholesterol dan kuning telur, dengan harapan akan diperoleh teknologi pengolahan semen cair murah dan mudah didapat serta dapat diaplikasikan pada pengguna guna meningkatkan efis iensi penggunaan pejantan di lapangan sehingga produktivitas sapi potong dan pendapatan peternak meningkat.

MATERI DAN METODE

Penelitian menggunakan tiga ekor sapi jantan hasil persilangan (pejantan Simmental dan betina PO) dan tiga ekor sapi jantan PO. Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan kandang percobaan Loka Penelitian Sapi Potong, di Grati Pasuruan sejak bulan Januari hingga Desember 2002. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial 2 X 2 X 2, yaitu (1) faktor bahan pengencer air kelapa dan Tris -Sitrat, (2) faktor cholesterol, yaitu 0 mg

Penelitian pengolahan dan pengawetan semen sapi potong ini menggunakan teknologi alternatif semen cair. Pakan pejantan yang diberikan selama penelitian adalah rumput gajah 20-30 kg/ekor/hari dan konsentrat komersil sebesar 7–8kg/ekor/hari.

Penampungan semen ditampung dengan menggunakan vagina buatan satu kali seminggu; secepatnya segera dievaluasi, meliputi volume, warna, konsistensi, konsentrasi sperma, pH, motilitas (massa dan individu) dan morfologi spermatozoa (normal dan keabnormalan). Alat yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas semen segar meliputi: mikroskop, haemositometer, pH meter dan seperangkat alat pemeriksaan semen.

Prosedur teknologi pembuatan semen cair :

1. Menimbang bahan pengencer Tris -Sitrat sebesar 100 ml dengan komposisi sebagai berikut: 3,028 g larutan Tris, 100 ml aquades, 1,675 g asam sitrat, 1,250 g fruktosa, Penicillin 0,0525 g dan Streptomycin 0,075 g

2. Pemisahan kuning telur diawali dengan membersihkan kuning telur menggunakan alkohol 70% dan kertas tissue hingga kering, kemudian kulit telur dipecah, tumpahkan ke dalam alat pemis ah telur. Kuning telur dipindahkan pada kertas saring, yang selanjutnya dengan hati - hati kertas saring dimiringkan, gunanya membersihkan putih telur yang tersisa. Kuning telur dipindahkan pada kertas saring dan dimasukkan pada gelas piala 50 ml

.

3. Pembuatan pengencer Tris sitrat dan air kelapa dengan penambahan kuning telur 10% dan 20%. Air kelapa sebelum digunakan disaring dan pHnya dibuat netral (7) dengan menambahkan larutan NaOH 0,1N; yang selanjutnya ditambahkan antibiotika (penecillin dan streptomycin) yang volumenya sama dengan larutan Tris -Sitrat.

4. Penambahan larutan Gleserol untuk semen cair sebesar 2,4% (larutan A) dan 5,6% (larutan B). 5. Pengenceran semen dengan menghitung persen

hidup, konsentrasi sperma, banyaknya pengencer dengan melihat terlebih dahulu kualitas semen dengan kreteria: Gerakan massa ++ sampai dengan +++, motilitas >70%, tidak bau kencing, konsentrasi sperma >750 juta/ml sperma dengan konsistensi sedang sampai dengan kental dan warna putih kekuningan hingga cream. Pengencer pengawetan semen untuk penyimpanan suhu 50C

.

Tahap selanjutnya dilakukan pengenceran sesuai dengan perlakuan. Konsentrasi sperma untuk

(3)

suhu 5oC (didalam kulkas), dengan cara menghitung pengenceran adalah

jumlah sperma 5 kotak x 400 x 50.000 x % hidup Semen cair =

50 juta = X1.kali Maka perhitungan pengencerannya adalah sebagai berikut: semen cair diperoleh X1 kali berarti 1 cc

semen + (X1-1) cc pengencer, maka pengencer A +

B = 25 cc (berasal dari 5 kt + 20 tris) berarti 25/(X1-1)=Y1

6. Pendinginan (dari temperatur 35oC ke 5oC selama 40-60 menit). Semen + pengencer A langsung ditaruh di Cooler dari suhu 35oC hingga suhu 5oC sambil ditambah pengencer A sebanyak 3 kali). Dievaluasi (% motil, pH dan % hidup). Semen cair dapat dikemas dalam straw dan masukkan kulkas 5oC. Parameter yang diamatai meliputi % motil, % hidup, % abnoramal dan pH semen dengan waktu pengamatan selama: 0, 1, 3 dan 7 hari pada suhu 5oC untuk semen cair. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis varian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas semen segar

Evaluasi pengamatan semen segar pada pejantan sapi potong PO dan silangan Simmental dilakukan secara makroskopis meliputi volume, warna,

konsistensi atau derajat kekentalan, pH dan evaluasi secara mikroskopis meliputi gerakan massa, gerakan individu, konsentrasi, persen hidup dan abnormal disajikan pada Tabel 1.

Dari hasil pengamatan kualitas semen segar pada kedua pejantan sapi potong tersebut menunjukkan bahwa pejantan PO memiliki kualitas semen segar yang lebih baik daripada pejantan silangan Simmental (Tabel 1), namun volume semen pada sapi Simmental lebih tinggi 5,8±0,8 ml/ejakulasi daripada pejantan sapi PO (3,5±1,6 ml/ejakulasi). Rendahnya volume semen pada pejantan sapi PO dikarenakan berat badan sapi PO lebih rendah (343,0±64,9 kg) dibandingkan dengan berat badan silangan Simmental, yaitu 387,3 ± 3,2 kg. Banyaknya volume semen setiap ejakulasi pada sapi potong tergantung pada umur, berat badan, kesehatan reproduksi, daya kekuatan tubuh dan frekuensi penampungan (HUNTER, 1982; DJANUAR, 1985; WIJAYA; 1992). Hasil ini sama dengan hasil evaluasi volume semen segar sapi potong di peternak yang menunjukkan bahwa pada pejantan Simmental didapatkan volume semen segar mencapai 4-5 ml/ejakulasi dan pejantan PO mencapai 3,6 ml/ejakulasi (AFFANDHY et al.,2002). HUNTER (1982) melaporkan bahwa volume semen pejantan sapi potong di lapang dapat mencapai 4-8 ml/ejakulasi. Demikian pula volume semen pejantan Simmental dan PO ini masih lebih baik dibandingkan dengan volume semen sapi Madura, yaitu volumenya hanya 2,3 cc/ejakulasi dengan konsentrasi sekitar 300 juta/cc sperma, namun libido pada sapi Madura baik, yaitu 3-5 detik (ARYOGI dan YUSRAN, 1994).

Tabel 1. Hasil pemeriksaan kuantitas dan kualitas semen segar pejantan sapi potong

Bangsa sapi potong Parameter

Simmental X PO PO

Volume (ml/ejakulasi) 5,8 ± 0,8 3,5 ± 1,6

Warna Putih kekuningan-cream Cream

Konsistensi Sedang-kental Kental

PH semen 7,0 ± 0,1 7,0 ± 0,1

Konsentrasi sperma (juta/ml) 1428,3 ± 574,9 2074,3± 480,4

Gerakan Massa ++ s/d +++ +++

Gerakan individu/motilitas (%) 80,7 ± 0,1 84,5± 2,8

Abnormal (%) 4,3 ± 6,8 2,8 ± 2,8

Sperma hidup (%) 79,8 ± 6,6 85,7 ± 10,7

Berat badan ternak 343,0 ± 64,9 378,3 ± 3,2

+++ =gerakan cepat sekali seperti awan berputar ++ =gerakan cepat tidak berawan

(4)

Walaupun kualitas semen segar pada pejantan sapi PO lebih tinggi daripada pejantan Simmental, namun setelah dievaluasi kedua bangsa pejantan tersebut masih dikatagorikan baik sesuai dengan standar Balai Inseminasi Buatan Singosari, yaitu untuk pembuatan semen beku diharapkan mempunyai konsentrasi spermatozoa lebih dari 500 juta/ml (HEDAH, 1992). Hal tersebut dapat dibuktikan dengan konsistensi dan warna semen segar pejantan PO maupun Simmental masih dalam batas normal dan dikatagorikan baik. Konsentrasi spermatozoa yang masing-masing adalah 2074,3

±

480,0 juta/ml (PO) dan 1428,3

±

574,9 juta/ml (Simmental) (Tabel 1). DJANUAR (1985) menyatakan bahwa air mani yang keruh dan kental dalam keadaan yang wajar akan memiliki konsentrasi yang tinggi, demikian pula warna putih kekuningan pada semen berasal dari lipochrom sel epitel kelenjar ampula dan masih normal. Hasil pengamatan gerakan massa pada kedua pejantan Simmental dan PO diperoleh hasil ++ dengan ciri - ciri terlihat gelombang kecil, tipis, dan banyak agak lamban, sedangkan gerakan massa +++ menandakan ciri - ciri gerakan cepat sekali seperti awan berputar (PARTODIHARJO, 1992). Dengan demikian, walaupun kualitas semen kedua pejantan tersebut berbeda, tetapi masih memenuhi persyaratan sesuai yang distandarkan pejantan sapi potong untuk diproses sebagai semen cair, yaitu konsentrasi spermatozoa diatas 1000 juta/ml dengan gerakan massa lebih dari ++

hingga +++ dan persen hidup sperma lebih besar 70% (Tabel 1).

Kualitas semen cair

Motilitas, sperma hidup dan pH semen pejantan Simmental dan PO pada penyimpanan suhu 5oC dengan berbagai bahan pengencer pada semen cair selama 0, 1, 3 dan 7 hari Tabel 2 dan 3.

Motilitas, sperma hidup dan pH semen cair pejantan Simmental antara bahan pengencer yang berasal dari air kelapa dan Tris -Sitrat yang disimpan pada suhu 5oC hingga hari ke–3 tidak menunjukkan perbedaan, tetapi pada hari ke-7 ternyata bahan pengencer yang berasal air kelapa motilitasnya lebih tinggi 27- 46% daripada pengencer Tris -Sitrat (16-23%), namun pH dan sperma hidup tidak ada perbedaan (Tabel 2). Sementara itu, pengaruh konsentrasi kuning telur dan penambahan cholesterol sebesar 0,5 mg tidak berpengaruh terhadap kualitas semen cair pada penyimpanan 0 jam hingga hari ke-7. Dengan demikian air kelapa dapat digunakan sebagai bahan alternatif untuk pembuatan semen cair pada sapi potong dengan waktu simpanannya kurang dari 7 hari dan tidak perlu penambahan cholesterol, tetapi perlu penambahan kuning telur dengan konsentrasi 10% dan glyserol.

Tabel 2. Motilitas, sperma hidup dan pH semen pejantan Simmental pada penyimpanan suhu 5oC dengan berbagai bahan

pengencer semen cair selama 0, 1, 3 dan 7 hari

Bahan pengencer air kelapa Bahan pengencer tris-sitrat Significant Parameter evaluasi Waktu

A B C D E F G H 1 2 3 0 jam 58.0 64.0 62.0 66.0 68.0 68.0 69.0 69.0 0.00 0.30 0.20 1 hari 45,0 53,6 59,0 58,0 58,0 59,0 61,0 59,2 0,14 0,14 0,72 3 hari 48,0 47,0 51,0 43,0 46,7 50,0 50,0 53,0 0,16 0,27 0,89 % Motil 7 hari 27,0 46,0 27,5 35,0 22,5 15,8 23,3 17,5 0,01 0,76 0,63 0 jam 68,0 69,4 68,8 74,6 64,8 78,8 74,6 72,0 0,62 0,71 0,10 1 hari 62,8 62,5 68,2 69,4 66,0 78,2 69,6 71,7 0,54 0,69 0,41 3 hari 61,9 56,6 66,9 58,8 61,3 65,8 69,4 70,3 0,11 0,15 0,65 % hidup sperma 7 hari 56,7 65,2 39,5 46,0 55,3 56,6 65,8 58,5 0,36 0,66 0,14 0 jam 7,0 7,0 6,9 7,0 6,9 6,9 7,0 7,0 0,55 0,76 0,55 1 hari 6,7 6,7 6,7 6,8 7,1 7,2 7,2 7,1 0,00 0,64 0,63 3 hari 6,7 6,7 6,9 6,8 7,0 7,0 68,0 7,0 0,12 0,51 0,70 p H 7 hari 6,7 6,9 6,9 6,8 6,9 7,0 7,0 7,0 0,11 0,67 0,69 A = Air kelapa + 10%KT +0 cholesterol E = Tris-Sitrat + 10% KT+0 cholesterol

B = Air kelapa + 10%KT +0,5 mg cholseterol F = Tris-Sitrat + 10% KT+0.,5 mg cholseterol C = Air kelapa + 20%KT +0 cholestero G = Tris -Sitrat + 20% KT+0 mg cholseterol D = Air kelapa + 20%KT + 0,5 mg cholesterol H = Trsis -Sitrat + 20% KT+0,5 mg cholseterol 1 = Efek pengencer 2 = Efek cholesterol

(5)

Tabel 3. Motilitas, sperma hidup dan pH semen pejantan PO pada penyimpanan suhu 5oC dengan berbagai bahan pengencer semen cair selama 0,1,3 dan 7 hari

Bahan pengencer air kelapa Bahan pengencer tris-sitrat Significant Parameter Waktu evaluasi

A B C D E F G H 1 2 3 0 jam 67,5 75,0 73,8 73,8 75,0 77,5 75,0 76,3 0,21 0,73 0,30 1 hari 56,3 66,2 60,0 67,5 66,3 67,5 61,3 62,5 0,67 0,78 0,26 3 hari 55,0 58,0 52,0 50,0 53,7 58,7 57,5 62,5 0,12 0,85 0,95 % Motil 7 hari 35,7 36,3 42,5 37,5 33,0 27,5 29,2 25,0 0,01 0,83 0,55 0 jam 71,0 68,8 64,1 72,5 78,5 75,5 71,8 74,8 0,36 0,99 0,36 1 hari 70,9 68,3 63,9 71,5 76,7 70,3 70,8 63,7 0,40 0,36 0,88 3 hari 70,8 65,2 63,8 66,8 67,5 62,5 70,5 48,5 0,54 0,56 0,30 % Hidup sperma 7 hari 57,8 63,1 62,1 54,0 58,8 52,9 45,3 42,9 0,15 0,26 0,59 0 jam 7,0 7,0 7,0 7,0 7,2 7,0 7,1 7,0 0,00 0,44 0,17 1 hari 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,1 7,0 7,1 0,26 0,26 0,13 3 hari 7,1 6,9 7,0 6,6 7,2 7,1 7,2 7,2 0,01 0,55 0,10 p H 7 hari 6,8 6,9 6,9 6,9 6,8 6,9 6,9 6,9 0,74 0,57 0,57 A = Air kelapa + 10% KT + 0 cholesterol E = Tris-Sitrat + 10% KT + 0 cholesterol

B = Air kelapa + 10% KT + 0,5 mg cholseterol F = Tris-Sitrat + 10% KT + 0.,5 mg cholseterol C = Air kelapa + 20% KT +0 cholestero G = Tris -Sitrat + 20% KT + 0 mg cholseterol D = Air kelapa + 20% KT + 0,5 mg cholesterol H = Tris-Sitrat + 20% KT + 0,5 mg cholseterol 1 = Efek pengencer 2 = Efek cholesterol

3 = Efek KT KT = kuning telur

Motilitas, sperma hidup dan pH semen cair dari pejantan sapi PO yang disimpan pada suhu 5oC antara bahan pengencer, persentase konsentrasi kuning telur dan penambahan cholesterol 0,5 mg/cc bahan pada penyimpanan 0 jam, 1 hari hingga hari ke-3 tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, tapi pada terjadi perbedaan pH pada hari ke tiga antara bahan pengencer namaun masih dalam batas normal. Pada hari ke-7 terjadi perbedaan mortalitas (P=0,01) dan penurunan motilitas pada bahan pengencer yang berasal dari air kelapa hingga mencapai 48%, dan bahan pengencer Tris -sitrat hingga 59% (Tabel 3).

Dengan demikian motilitas, persen hidup sperma dan pH semen cair pejantan Simmental dan PO antara bahan pengencer yang berasal dari air kelapa dan Tris -Sitrat pada penyimpanan suhu 5oC sampai hari ke–3 tidak menunjukkan perbedaan. Kualitas semen masih dalam batas normal, yaitu dengan kisaran persen motil 43-53% (Simmental) dan 50-63% (PO) (Tabel 2 dan 3). Ini berarti sampai hari ke tiga kebutuhan nutrisi atau lingkungan dari kedua bahan pengencer Tris -sitrat maupun air kelapa masih terpenuhi dan sesuai bagi kehidupan dan pergerakan spermatozoa di dalam semen cair yang dibuktikan dengan masih netralnya pH (Tabel 2 dan 3) dan rendahnya tingkat kematian maupun abnormalitas (Lampiran 1 ). PARTODIHARDJO (1992) menyatakan bahwa daya tahan semen yang telah diencerkan dapat dipengaruhi oleh komposisi dan suhu pengencer. Pada hari ke-3 kemungkinan masih sedikit

sekali terjadi kerusakan membaran sel karena bahan pengencer tersebut mengandung makanan dan antibiotik serta bersifat buffer. Oleh karena itu, sprmatozoa dapat mengatur kehidupan sendiri di dalam pengencer dengan jalan menghemat energi seperti yang dikemukakan oleh (HAMMERSTED sitasi oleh PUTU et al., 2001) menyatakan bahwa spermatozoa hanya dapat hidup tergantung dari penggunaan energi yang tersedia pada seminal plasma atau pengencer dan tidak dapat mensintesa sendiri energi yang diperlukan baik untuk proses metabolisme maupun memperbaiki kerusakan sel yang terjadi selama pendinginan. Penurunan motilitas semen cair pejantan Simmental maupun PO dengan bahan pengencer Tris –sitrat atau air kelapa pada suhu 5oC pada hari ke-3 masih dibawah 30%, dan hasil tersebut masih lebih baik daripada selama proses pembekuan, yaitu terjadi kematian spermatozoa berkisar antara 30 hingga 50% (GOLDMAN et al., 1991; HEDAH et al., 1993).

Hasil pengamatan pada hari ke-7 memperlihatkan bahwa motilitas semen cair pejantan Simmental dari bahan air kelapa adalah lebih tinggi (27-46%) daripada Tris -sitrat (16-23%); demikian pula motilitas semen cair pejantan PO adalah 36-43% pada pengencer air kelapa dan 25-33%pada pengencer Tris -Sitrat, tetapi kadar pH dan persen hidup sperma maupun tingkat kematian serta abnormalitas tidak ada perbedaan (Tabel 2 dan 3; Lampiran 1). Hal serupa yang dilaporkan SITUMORANG et al. (2001a), yang menyatakan bahwa tingkat

(6)

kebuntingan 60% pada sapi perah didapat pada penyimpanan semen cair pada hari ke 6 dengan menggunakan bahan pengencer Tris -sitrat. Pada penyimpanan setelah hari ke-7 dengan bahan Tris -sitrat kemungkinan mulai terjadi kerusakan membran sel spermatozoa karena adanya kekurangan zat-zat tertentu dan lingkungan yang tidak sesuai, akibatnya mulai terjadi penurunan, yaitu lebih 70%. Pada pengencer air kelapa terjadi penurunan sekitar 50% (HEDAH et al., 1993). Penambahan kuning telur dan cholesterol sebesar 0,5 mg tidak berpengaruh terhadap kualitas semen cair pada pengamatan 0 jam hingga hari ke-7. Hal ini disebabkan karena fungsi cholesterol sebagai regulator fluiditas, yaitu mengatur aktivitas membran sel selama fluktuasi temperatur tidak berpengaruh pada kualitas semen cair (SITUMORANG et al., 2002).

Dengan demikian air kelapa dapat digunakan sebagai bahan alternatif untuk pembuatan semen cair pada sapi potong pada dengan masa simpan kurang dari 7 hari, tanpa perlu penambahan cholesterol, tetapi perlu penambahan kuning telur dengan konsentrasi 10% untuk melindungi sel dari perubahan temperatur serta tetap ditambahkan glyserol yang berfungsi sebagai penghasil fruktose (ARIFIANTI, 1991). QOMARIAH et al. (2001) menyatakan bahwa kadar kuning telur 25-30% dengan air kelapa 70-75% merupakan kombinasi yang

paling baik dalam mempertahankan daya hidup spermatozoa domba Priangan pada penyimpanan suhu 5oC. Untuk mempertahankan daya hidup lebih lama perlu penambahan bahan-bahan lain yang dibutuhkan oleh spermatozoa selama penyimpanan seperti yang dikemukan oleh (SITUMORANG et al.,2001b) dengan penambahan Proline dan Carnitine pada semen cair dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa sampai dengan 10 hari pada suhu 5oC.

Perhitungan biaya bahan pengencer

Bahan pengencer yang digunakan untuk pembuatan semen cair, selain menggunakan bahan pengencer Tris -sitrat, dapat pula menggunakan bahan pengencer air kelapa muda dengan biaya sebesar Rp. 200,- per 6 ml, sedangkan bila menggunakan Tris -sitrat adalah Rp 700,- per 6 ml cairan Tris. Hasil penelitian ini lebih murah bila dibandingkan hasil penelitian pembuatan semen beku pada sapi Madura per 100 ml bahan pengencer Tris, yaitu sebesar Rp. 8.400,- (UMIYASIH et al., 1999). Dengan demikian pengencer dari air kelapa lebih efisien dan kemungkinan merupakan teknologi alternatif yang dapat diterapkan di lapangan. (Tabel 4).

Tabel 4. Perhitungan biaya bahan pengencer pembuatan semen cair dan beku pada masing - masing perlakuan /6 ml bahan (dalam rupiah)

Biaya bahan pengencer (Rp/6 ml) Macam bahan tambahan

Air kelapa Tris-Sitrat

Tanpa cholesterol + kuning telur 10% air kelapa = 30 glyserol = 97 kuning telur = 20 147 Tris-sitrat = 560 glyserol = 97 kuning telur = 20 677 Cholesterol 0,5mg/cc + kuning telur 10% air kelapa = 30 glyserol = 97 cholesterol = 12 kuning telur = 20 159 Tris-sitrat = 560 Glyserol = 97 Cholesterol = 12 Kuning telur = 20 639 Tanpa cholesterol + kuning telur 20% air kelapa = 30 glyserol = 97 kuning telur = 40 167 Tris-sitrat = 560 Glyserol = 97 Kuning telur = 40 697 Cholesterol 0,5mg/cc + kuning telur 20% air kelapa = 30 glyserol = 97 cholesterol = 12 kuning telur = 40 179 Tris-sitrat = 560 Glyserol = 97 Cholesterol = 12 Kuning telur = 40 709 Rata-rata (Rp) 163=200* 680=700*

Harga ini setiap campuran 6 ml bahan dengan kurang lebih 1,2 ml semen segar (tergantung konsentrasi) akan menghasilkan straw sebanyak antara 15-20 buah/1,2 ml semen segar. * =dibulatkan

(7)

KESIMPULAN DAN SARAN

Disimpulkan bahwa pejantan sapi potong silangan Simmental dan PO yang berasal dari peternakan rakyat mempunyai kualitas semen yang baik dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan semen cair dengan bahan pengencer alternatif dari air kelapa dan Tris -sitrat dengan konsentrasi 10% kuning telur, memiliki daya tahan penyimpanan hingga hari ketiga, motilitasnya lebih 40% (dibawah 7 hari). Disarankan dalam pembuatan semen cair tidak mempergunakan cholesterol dan perlu penambahan kuning telur serta antibiotika maupun glyserol guna melindungi spermatozoa dari sock dan mikroorganisme.

DAFTAR PUSTAKA

AFFANDHY, L., P. SITUMORANG, D.B. WIJONO, ARYOGI, dan P.W. PRIHANDINI. 2002. Evaluasi dan alternatif

pengelolaan reproduksi usaha ternak sapi potong pada konsisi lapang. Laporan. Loka Penelitian Sapi Potong. (Unpublish).

AFFANDHY,L., U. UMIYASIH dan KOMARUDIN-MA’SUM. 1998.

Evaluasi Kualitas Semen Beku Sapi Madura dengan Berbagai Diluter dan Tingkatan Kandungan Kuning Terlur yang Berbeda. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor.

ARIFIANTI, I., M.R. TOELIHERE, N. NURDIANI dan S. WUWUH. 1991. Pengaruh Berbagai Kadar Gliserol dan Jumlah Spermatozoa Terhadap Daya Tahan hidup didalam Semen Cair Pada Domba Priangan. dalam: Proc. Seminar Nasional USA Peningkatan Produktivitas Peternakan dan Perikanan. Vol 1 Bidang Peternakan Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro Semarang: 65-67.

ARYOGI dan M.A. YUSRAN. 1994. Libido dan Semen Quality of Madura Bulls on Smallholder Farmer on Dry Season in East Java, Indonesia. Proc of 7th AAAP Anim. Sci. Conggress Vol. III, Bali: 97-98.

DJANUAR, R. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi

Buatan Pada Sapi. Gadjah Madah Univ. Press. hlm. 59 (Terjemahan).

GOLDMAN,E.E., J.E. ELLINGTON, F.B FARREL and R.H. FOOTE. 1991. Use of Fresh and Frozen Thawed Bull

Sperm InVitro. Theriogenology: 35-204.

HEDAH, D. 1992. Peranan Balai Inseminasi Buatan Singosari Dalam Meningkatkan Mutu Sapi Madura Melalui Inseminasi Buatan. dalam Proc. Pertemuan Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengembangan Sapi Madura. Sub Balitnak Grati: 92-100.

HEDAH, D., E. HERMIWIYANTI dan SARASTINA. 1993. Perkembangan Teknologi Proses Pembuatan Semen Beku Pros. Pertemuan Pembahasan Hasil Penelitian Seksi Bibit Sapi Madura. Sub Balitnak Grati: 59-64. Komarudin-Ma’sum, M. A. Yusran, A. Musofie dan L.

Affandhy. 1993. Kualitas Semen Beku Sapi Madura dalam Distribusinya Di Pulau Madura. dalam: Pros. Pertemuan Pembahasan Hasil Penelitian Seleksi Bibit Sapi Madura. Sub Balitnak Grati: 43-48.

PARTODIHARDJO, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Cetakan ketiga. Fakultas Kedokteran dan Veteriner. Institut Pertanian Bogor. Penerbit Mutiara Sumber Wijaya, Jakarta Pusat

.

PUTU, I. G., P. SITUMORANG, E. TRIWULANINGSIH, A. LUBIS, T. SUGIARTI, D.A. KUSUMANINGRUM dan R. G.

SIANTURI. 2001. Uji Multilokasi Penggunaan Semen Cair di Dua Propinsi.. Laporan Tahunan. Balai Penelitian ternak Ciawi 2001: hlm. 23.

QOMARIYAH, S. MIHARDJA dan R. IDI. 2001. Pengaruh Kombinasi Kuning Telur dengan Air Kelapa Terhadap Daya Tahan Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Domba Priangan pada Penyimpanan 5oC. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor: SITUMORANG, P., E. TRIWULANINGSIH, A. LUBIS, T. SUGIARTI,

dan C. WIWIE. 2001a. Optimalisasi penggunaan chilling semen untuk meningkatkan persentase kebuntingan sapi perah. Laporan Tahunan 2000/2001. Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor.

SITUMORANG, P., E. TRIWULANINGSIH, A. LUBIS, W. CAROLINE dan T. SUGIARTI. 2001b. Pengaruh Prolin,

Carnitine Terhadap Daya Hidup Spermatozoa yang Disimpan dalam suhu 5oC (Chilling Semen). JITV. 6(1): 1-6.

SITUMORANG, P., A. R. SETIOKO, T. SUGIARTI, E.

TRIWULANINGSIH, D. A. KUSUMANINGRUM, R. G. SIANTURI, I-G. PUTU dan A . LUBIS. 2002. Pengaruh Penambahan Kolesterol Terhadap Daya Hidup Spermatozoa Sapi, Itik dan Entok Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan: 230-239. UMIYASIH, U., L. AFFANDHY dan D. B. WIJONO. 1999.

Pengaruh Beberapa Bahan Pengencer Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Madura Berbagai Tingkatan Konsentrasi Spermatozoa. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor.hlm. 154-161. WIJAYA, I. N. S. 1992. Pengaruh Musim dan Umur Terhadap

Kualitas dan Kuantitas Air Mani sapi Friesian holstein di Balai Inseminasi Buatan Singosari. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga Surabaya. hlm. 51 (Skripsi).

(8)

Lampiran 1. Mortalitas dan abnormalitas spermatozoa semen cair pejantan Simmental dan PO pada penyimpanan suhu 5oC dengan berbagai bahan pengencer semen cair selama 0, 1, 3, dan 7 hari

Bahan pengencer air kelapa Bahan pengencer tris-sitrat Parameter Waktu

Evaluasi A B C D E F G H

Pejantan sapi Simmental

0 jam 27,6± 6,3 27,0,± 5,2 23,2± 9,9 19,4± 8,3 27,2± 11,8 17,8± 11,7 22,5± 13,0 24,0± 12,2 1 hari 29,0± 8,5 30,3±13,5 23,3±15,0 20,8±15,5 25,5± 7,5 16,2± 14,6 23,0± 8,2 23,2± 15,4 3 hari 26,3± 10,3 33,4± 4,9 23,0±10,4 30,3±7,50 29,0± 9,2 26,7± 12,5 26,0± 13,5 23,3± 20,6 Mortalitas (%) 7 hari 32,0± 1,4 26,0± 0,1 45,5±10,7 39,5± 5,7 33,5± 2,12 35,0± 33,9 27,0± 48,1 31,0± 11,4 0 jam 4,4± 3,8 4,2± 2,5 8,2± 1,8 6,0± 5,7 8,0± 7,0 3,6± 2,3 2,5± 1,7 3,5± 1,7 1 hari 8,2± 6,7 8,0± 6,3 8,2± 3,9 10,5± 6,8 8,5± 7,0 6,0± 6,1 7,7± 3,8 6,0± 2,9 3 hari 12,0± 8,7 9,0± 7,5 10,3±10,4 10,3± 6,9 9,7± 2,3 7,7± 4,0 4,7± 2,5 7,0± 5,2 Abnormal (%) 7 hari 12,0± 4,2 9,5± 9,2 15,0± 6,2 14,5± 2,7 10,5± 0,7 9,0± 1,4 8,0± 2,8 10,5± 6,4 Pejantan sapi PO 0 jam 24,0± 18,8 26,5,± 9,0 25,5±16,2 19,0±17,4 17,0± 13,6 18,8± 11,6 22,0± 10,0 18,0± 6,7 1 hari 23,2± 7,5 20,5± 6,5 21,5± 9,7 16,8± 8,4 18,3± 4,3 25,8± 3,4 24,8± 12,8 30,7± 7,2 3 hari 27,0± 21,2 29,7±23,5 24,7±17,0 21,3±11,5 30,0± 20,9 30,0± 19,7 27,7± 10,1 38,7± 7,8 Mortalitas (%) 7 hari 39,0± 4,2 30,0±12,7 30,0± 2,8 34,5±12,1 38,5± 9,2 39,5± 13,5 42,5± 13,5 43,0± 12,5 0 jam 5,5± 1,3 5,5± 1,3 10,5± 6,5 8,8± 5,4 4,5± 5,4 5,8± 3,3 6,3± 2,6 7,3± 3,9 1 hari 6,8± 3,9 11,8±11,6 15,2± 6,3 12,3± 8,7 5,0± 3,4 4,3± 5,0 5,0± 0,8 6,0± 4,3 3 hari 3,0± 0,1 5,7± 2,1 11,3± 9,5 12,0± 7,7 2,7± 0,6 8,0± 3,0 2,7± 2,5 13,0± 6,0 Abnormal (%) 7 hari 4,0± 1,4 7,5± 6,4 8,5± 3,5 12,0± 8,1 3,0± 6,4 8,5± 2,1 13,0± 7,4 14,5± 9,5 A = Air kelapa + 10% KT + 0 cholesterol E = Tris-Sitrat + 10% KT + 0 cholesterol.

B = Air kelapa + 10% KT + 0,5mgcholseterol F = Tris-Sitrat + 10% KT + 0,5 mg cholseterol C = Air kelapa + 20% KT + 0 cholesterol G = Tris-Sitrat + 20% KT + 0 mg cholseterol

D = Air kelapa + 20% KT + 0,5mg cholesterol H = Trsis -Sitrat + 20% KT + 0,5 mg cholseterol KT = Kuning telur

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kualitas semen sapi Pesisir yang diukur dari motilitas, persentase hidup, abnormalitas dan membran plasma utuh pada

Evaluasi dilakukan untuk melihat perubahan persentase motilitas, persentase hidup dan membran plasma utuh spermatozoa domba Garut pada semen cair yang telah diberi

Kualitas Semen Beku Sapi Brahman dengan Dosis Krioprotektan Gliserol yang Berbeda dalam Bahan Pengencer Tris Sitrat Kuning Telur.. Applied Veterinary Andrology and

Penelitian bertujuan untuk mengetahui media simpan dengan suhu yang terbaik untuk mempertahankan kualitas semen cair sapi Peranakan Ongole yang diencerkan dengan

sapi Peranakan Ongole (PO) Kebumen yang berumur 2 tahun sebanyak 2 ekor, sebelum dilakukan penampungan semen, pejantan-pejantan yang akan ditampung semennya secara

Evaluasi dilakukan untuk melihat perubahan persentase motilitas, persentase hidup dan membran plasma utuh spermatozoa domba Garut pada semen cair yang telah diberi

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa motilitas spermatozoa dari semen beku sapi perah berpengencer tris sitrat kuning telur diperlakukan dengan 4 metode thawing

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa motilitas spermatozoa dari semen beku sapi perah berpengencer tris sitrat kuning telur diperlakukan dengan 4 metode thawing