• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islamic Center Kota Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Islamic Center Kota Makassar"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

ISLAMIC CENTER DI MAKASSAR

ACUAN PERANCANGAN

Tugas Akhir – 477 D51 06

Periode II

Tahun 2013-2014

Oleh :

SRI WAHYUNI RUSTAM

D511 09 254

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nyalah, penulisan Skripsi Perancangan ini sebagai persyaratan untuk ujian sarjana pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin dapat diselesaikan.

Penulisan ini merupakan Skripsi Perancangan Tugas Akhir Sarjana Arsitektur dengan judul :

ISLAMIC CENTER DI MAKASSAR

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan kemampuan, waktu dan tenaga sehingga penulisan ini masih terdapat berbagai kekurangan. Meskipun demikian diharapkan penulisan ini dapat memenuhi standar persyaratan yang ada dan bermanfaat bagi kita semua.

Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih penulis haturkan sebagai penghargaan atas segala bimbingan, bantuan dan dukungan, kepada :

1. Bapak Ir. H. Samsuddin Amin, MT. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Imriyanti, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing II yang sabar membimbing, memberikan arahan dan masukan selama penulisan. 2. Bapak Baharuddin Hamzah, ST., M. Arch., Ph.D selaku Penasehat

Akademik Tahun 2012-2014 dan Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

3. Bapak Ir. Waluya Hadi, MT., selaku Penasehat Akademik Tahun 2009-2012.

4. Bapak Abdul Mufti Radja, ST., MT., Ph.D dan Ir. H. Muh. Fathien

Azmy, Msi. selaku pengelola Studio Tugas Akhir Jurusan Arsitektur

(4)

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Hasanuddin atas segala ilmu yang telah diberikan, serta segenap staf dan karyawan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

6. Ayahanda Ir. Rustam Muh. Saleh (Alm) dan Ibunda Dahlia, BA., saudari-saudariku Sukma Indra Ayu, S.Pd., Indah Maya Sari, dan

Dini Utami, serta Kakanda Sakaria Saenong, S.Kom. sekeluarga

yang tidak henti-hentinya memberi dorongan, semangat, kasih sayang, harapan, dan doa yang tak pernah putus.

7. Sahabat-sahabatku Irin Kusumawati, S.Pd., Dewi Kusuma, S.Pd.,

Melliyana Nurdin, Amd.Keb., Faradillah A.R., S.ST., Nurhijrah, ST., Yumi, ST., Epin, ST., Uppa, ST., Sakinah Munas, Ratna Sari R., dan A. Hardiyanti H., yang selalu memberikan dukungan dan semangat,

dan Suryadarmadi Sadar sekeluarga terima kasih atas dukungan dan semua bantuannya selama ini.

8. Teman-teman seperjuangan Studio Akhir Periode II Tahun 2013/2014 dan saudara-saudariku mahasiswa Jurusan Arsitektur Angkatan

2009 telah memberikan semangat, dukungan, kenangan dan

ke-bersamaan yang telah tercipta.

9. Serta seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam penyusunan skripsi perancangan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan jika ada hal yang tidak berkenan. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Makassar, Februari 2014

SRI WAHYUNI RUSTAM D511 09 254

(5)

ABSTRAKSI

Pembangunan bidang agama yang telah dilaksanakan sejak Indonesia merdeka telah memberikan dampak seperti meningkatnya pemahaman keagamaan masyarakat, semaraknya kegiatan-kegiatan sosial keagama-an atau meningkatnya jumlah tempat-tempat ibadah serta meningkatnya jumlah jamaah haji. Namun pada saat yang sama terjadi peningkatan dekadensi moral melalui aksi pornografi kriminalitas maupun kenakalan remaja. Dua fenomena tersebut tampaknya saling berseberangan. Di satu sisi pembangunan agama terus berjalan tetapi di sisi lain perilaku negatif tidak berkurang (Sumber : Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2009), sehingga kehadiran suatu wadah yang dapat

memfasilitasi dan menjembatani permasalahan yang ada dalam masyarakat dalam batasan-batasan keagamaan ini masih sangat dibutuhkan, menelaah sedikit demi sedikit untuk mendapatkan suatu informasi yang benar dan menyeluruh tentang Islam.

Keberadaan Islamic Center di Makassar ini dilatarbelakangi adanya tuntutan terhadap pemenuhan sarana yang lebih baik seiring dengan perkembangan kegiatan keagamaan di Makassar (Sumber : RUTRK Kota

Makassar, 2016), sehingga dengan adanya fasilitas Islamic Center ini

diharapkan dapat menjembatani kehidupan sosial masyarakat dengan kaidah-kaidah Islam dalam perubahan dinamika sosial budaya di era sekarang ini. Islamic Center yang merupakan tempat pemusatan aktifitas dan pengembangan Islam, maupun pengembangan masyarakat yang kreatif dan berakhlak mulia, dengan menerapkan konsep regionalisme dalam kaitannya dengan unsur lokal yang ada. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan aspirasi serta citra dan arsitektur di Indonesia, khususnya di Kota Makassar.

(6)

ABSTRACT

Development in the field of religion which has been implemented since Indonesia's independence has an impact such as increased understanding of people's religious , social activities splendor of religious or increasing the number of places of worship as well as the increasing number of pilgrims. But at the same time an increase in moral decadence through pornography crime and juvenile delinquency. Two apparently opposing phenomena. On the one hand the development of religion continues to run but on the other hand does not diminish the negative behavior (Source : Regulation of the Minister of Religious Affairs of the Republic of Indonesia No. 36 of 2009), so the presence of a container that can facilitate and bridge the existing problems in the community in religious restrictions are still is needed, examines bit by bit to get a correct and thorough information about Islam .

The existence of the Islamic Center in Makassar charges against a backdrop of a better means of compliance with the development of religious activity in Makassar (Source : RUTRK Makassar , 2016 ), so the presence of the Islamic Center facility is expected to bridge the social life of the community with the principles of Islam the socio-cultural dynamics of change in today's era. Islamic Center which is where the concentration of activity and the development of Islam, as well as the development of a creative community and noble, by applying the concept of regionalism in relation to existing local elements. In addition it is expected to enhance the image and aspirations as well as the architecture in Indonesia, particularly in Makassar.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAKSI ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Pembahasan ... 3

D. Lingkup Pembahasan ... 4

E. Metode Pengumpulan Data ... 4

F. Sistematika Pembahasan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Islamic Center ... 7

1. Pengertian Islamic Center... 7

2. Pengertian Kebudayaan Islam... 8

3. Konsep Kebudayaan Islam ... 9

4. Unsur Seni dalam Kebudayaan Islam... 10

B. Tinjauan Khusus Islamic Center... 10

1. Sejarah Perkembangan Islamic Center ... 10

2. Persyaratan Islamic Center... 12

3. Klasifikasi Islamic Center ... 16

(8)

5. Bentuk dan Struktur Organisasi Islamic Center ... 18

6. Lingkup Kegiatan ... 19

7. Pola Pengembangan Islamic Center ... 21

C. Tinjauan Khusus Arsitektur Islam... 22

1. Pengertian Arsitektur Islam... 22

2. Perkembangan Arsitektur Islam... 23

a. Perkembangan Arsitektur Islam di Jazirah Arab... 23

b. Perkembangan Arsitektur Masjid Kuno di Indonesia . 26 3. Karakteristik Bangunan pada Arsitektur Islam ... 27

4. Peran Budaya Arsitektur Islam ... 32

5. Kaligrafi pada Arsitektur Islam ... 33

D. Pendekatan Perancangan Islamic Center ... 35

E. Tema Perancangan Islamic Center... 36

F. Akar Budaya Arsitektur Bugis-Makassar... 38

G. Studi Banding... 42

1. Studi Banding Bangunan Islamic Center ... 42

a. Masjid Al-Markaz Al-Islami ... 42

b. Jakarta Islamic Center... 43

c. Islamic Center of America ... 44

2. Perbandingan Studi Banding Bangunan Islamic Center . 45 3. Kesimpulan Hasil Studi Banding Bangunan Islamic Center... 47

BAB III TINJAUAN ISLAMIC CENTER DI MAKASSAR A. Tinjauan Umum Makassar ... 49

1. Kota Makassar... 49

a. Profil Wilayah ... 49

b. Orientasi Wilayah ... 51

c. Kondisi Demografi dan Sosial Budaya Kota Makassar ... 52

(9)

3. Tinjauan Tentang Kecamatan Rappocini ... 59

a. Luas Wilayah... 59

b. Jumlah Penduduk... 60

c. Sosial... 62

B. Studi Pengadaan Islamic Center di Makassar ... 64

1. Potensi Pengadaan Islamic Center di Makassar ... 64

2. Tujuan Pengadaan Islamic Center di Makassar ... 64

3. Fungsi dan Peranan Islamic Center... 64

C. Pendekatan Arsitektur ... 65

1. Pendekatan Perancangan Makro ... 65

a. Pendekatan Penentuan Lokasi... 65

b. Pendekatan Penentuan Lahan/Tapak ... 67

2. Pendekatan Perancangan Mikro... 72

a. Program Kegiatan Islamic Center... 72

1) Pelaku Kegiatan ... 72

2) Aktifitas Pelaku Kegiatan ... 73

b. Pendekatan Kebutuhan Ruang ... 75

c. Pendekatan Besaran Ruang ... 76

d. Pendekatan Pola Tata Ruang ... 77

e. Pendekatan Tata Fisik Bangunan ... 78

1) Pendekatan Bentuk Dasar dan Penampilan Bangunan... 78

2) Pendekatan Interior dan Eksterior Bangunan ... 79

3) Orientasi Bangunan dan Ruang ... 81

f. Pendekatan Sistem Struktur dan Material ... 83

BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan Umum... 89

B. Kesimpulan Khusus ... 89

1. Aktifitas yang diwadahi... 90

(10)

BAB V ACUAN PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DI MAKASSAR

A. Konsep Dasar Perancangan Makro ... 92

1. Konsep Pemilihan Lokasi Islamic Center di Makassar ... 92

2. Alternatif Lokasi Islamic Center di Makassar ... 93

a. Kecamatan Tamalate ... 93

b. Kecamatan Rappocini ... 95

3. Kawasan Mamminasata ... 96

4. Analisis Penentuan Tapak ... 96

5. Konsep Analisis Tapak ... 100

a. Konsep Awal Tapak ... 100

b. Konsep Fisik Tapak ... 100

1) Luasan Tapak ... 100

2) Sirkulasi ... 100

3) View (arah pandang) dari dan keluar tapak ... 101

4) Penentuan Arah Kiblat ... 101

5) Kebisingan dan Penzoningan ... 101

6) Orientasi Matahari dan Arah Angin ... 102

7) Sistem Utilitas ... 102

8) Vegetasi ... 102

B. Konsep Tata Ruang Mikro ... 102

1. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang ... 102

a. Kebutuhan Ruang... 102

b. Besaran Ruang... 104

2. Penentuan Organisasi dan Pengelompokan Ruang ... 113

a. Karakter dan Sifat Ruang ... 113

b. Pengelompokan Ruang ... 114

c. Hubungan Ruang ... 114

1) Hubungan secara makro... 114

2) Hubungan secara mikro ... 115

(11)

4. Penentuan Bentuk dan Penampilan Bangunan ... 118

a. Bentuk Dasar Bangunan ... 118

b. Penampilan Bangunan ... 118

5. Penataan Ruang Luar (Eksterior) ... 119

a. Area Ruang Luar ... 119

b. Perencanaan Lansekap ... 121

c. Plaza... 121

6. Penentuan Bentuk dan Penampilan Bangunan ... 121

a. Eksterior ... 121

b. Interior ... 121

7. Penentuan Sistem Sirkulasi Ruang ... 122

8. Sistem Struktur ... 123

a. Modul Struktur ... 123

b. Sistem Struktur ... 124

1) Sistem Struktur Bawah (Substruktur) ... 124

2) Sistem Struktur Pendukung... 124

3) Sistem Struktur Atap/Penutup ... 124

9. Utilitas ... 125

a. Sistem Pencahayaan ... 125

b. Sistem Penghawaan ... 127

c. Sistem Akustik... 129

d. Sistem Pengadaan Air Bersih... 130

e. Sistem Pembuangan Air Kotor ... 130

f. Sistem Pengolahan Sampah ... 130

g. Sistem Jaringan Listrik ... 131

h. Sistem Komunikasi ... 132

i. Sistem Penanggulangan Kebakaran ... 132

j. Sistem Penangkal Petir ... 133

Daftar Pustaka ... xvi

Daftar Lampiran ... xviii Lampiran

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Masjid Al-Aqsha ... 24

Gambar 2. Masjid Jami di Isfahan ... 24

Gambar 3. Hagia Sophia... 25

Gambar 4. Interior Kubah Ayasofia, Istanbul, Turki... 25

Gambar 5. Masjid di Fort de Kock ... 26

Gambar 6. Bentuk Mesjid Sederhana ... 28

Gambar 7. Masjid Berbentuk Dome ... 29

Gambar 8. Bentuk Kolom pada Arsitektur Masjid... 30

Gambar 9. Denah Masjid ... 30

Gambar 10. Ornamen ... 31

Gambar 11. Minaret Masjid ... 31

Gambar 12. Diagram Taksonomi Reagionalisme... 38

Gambar 13. Masjid Al-Markaz Al-Islami ... 42

Gambar 14. Master plan pembangunan JIC ... 43

Gambar 15. Wujud fasade dan selasar JIC... 44

Gambar 16. Islamic Center of America ... 44

Gambar 17. Penentuan Fungsi Detail Tata Ruang Kota (DRTK) Kota Makassar Tahun 1999/2000-2009/2010 ... 56

Gambar 18. Pola Pembangunan Akses Tepi Pantai ... 58

Gambar 19. Tapak Perancangan Islamic Center ... 66

Gambar 20. Model Sistem Parkiran ... 69

Gambar 21. Perencanaan Vegetasi dalam Pemanfaatan Arah Angin ... 71

Gambar 22. Sebuah Contoh Pola Permukiman Darussalam ... 77

Gambar 23. Gambar Orientasi Ruang... 82

Gambar 24. Bentuk Dasar Lipatan ... 84

(13)

Gambar 26. Pondasi Batu Kali/Gunung ... 87

Gambar 27. Pondasi Poer... 88

Gambar 28. Pondasi Pancang ... 88

Gambar 29. Kecamatan Tamalate ... 94

Gambar 30. Kecamatan Rappocini ... 94

Gambar 31. Tapak Alternatif 1 ... 97

Gambar 32. Tapak Alternatif 2 ... 98

Gambar 33. Tapak Terpilih... 99

Gambar 34. Skema Sistem Pengolahan Sampah ... 131

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis-jenis Kaligrafi ... 33

Tabel 2. Perbandingan Islamic Center... 45

Tabel 3. Hasil Analisa Perbandingan Studi Banding ... 47

Tabel 4. Luas Wilayah Kota Makassar... 49

Tabel 5. Sebaran dan Kepadatan Penduduk di Kota Makassar, 2011 ... 50

Tabel 6. Penduduk menurut Wilayah Administrasi dan Agama... 53

Tabel 7. Rencana Fungsi Struktur Tata Ruang BWK di Makassar Tahun 2011 ... 57

Tabel 8. Data Kependudukan Kecamatan Rappocini, Makassar Tahun 2011 ... 60

Tabel 9. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan Rappocini, 2011 ... 61

Tabel 10. Data Jumlah Penduduk Beragama Islam dan Jumlah Masjid di Kecamatan Rappocini, 2011 ... 63

Tabel 11. Pola Sirkulasi ... 69

Tabel 12. Jenis Vegetasi dan Fungsinya ... 70

Tabel 13. Analisa Keb. Ruang Berdasarkan Pelaku dan Jenis Kegiatan... 103

Tabel 14. Besaran Ruang Masjid di Islamic Center Makassar. 105 Tabel 15. Besaran Ruang Pengelola Islamic Center di Makassar ... 106

Tabel 16. Besaran Ruang PPP Islamic Center di Makassar ... 107

Tabel 17. Besaran Ruang Perpustakaan Islamic Center di Makassar ... 108

(15)

Tabel 19. Besaran Ruang Hunian Islamic Center di

Makassar ... 110

Tabel 20. Besaran Ruang Serbaguna Islamic Center di

Makassar ... 111

Tabel 21. Besaran Ruang Pos Keamanan Islamic Center di

Makassar ... 111

Tabel 22. Besaran R.Servis dan Parkiran Islamic Center di

Makassar ... 112

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan bidang agama yang telah dilaksanakan sejak Indonesia merdeka telah memberikan dampak seperti meningkatnya pemahaman keagamaan masyarakat, semaraknya kegiatan-kegiatan sosial keagamaan atau meningkatnya jumlah tempat-tempat ibadah serta meningkatnya jumlah jamaah haji. Namun pada saat yang sama terjadi peningkatan dekadensi moral melalui aksi pornografi kriminalitas maupun kenakalan remaja. Dua fenomena tersebut tampaknya saling berseberangan. Di satu sisi pembangunan agama terus berjalan tetapi di sisi lain perilaku negatif tidak berkurang

(Sumber : Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009), sehingga kehadiran suatu wadah yang dapat

memfasilitasi dan menjembatani permasalahan yang ada dalam masyarakat dalam batasan-batasan keagamaan ini masih sangat dibutuhkan, menelaah sedikit demi sedikit untuk mendapatkan suatu informasi yang benar dan menyeluruh tentang Islam.

Sebagai kota besar, Makassar dimana dihuni oleh berbagai macam suku bangsa, baik dari yang berasal dari Sulawesi maupun dari bagian lain Indonesia. Masyarakat pendatang dan asli telah bercampur hidup bergandengan. Kota Makassar sebagai kota dengan penduduk Islam terbanyak berdasarkan dari data jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2011 yaitu sebesar 1.352.136 jiwa, pemeluk Islamnya sekitar 1.172.978 jiwa (86,75%), Kristen 90.728 (6,71%), Katolik 50.299 (3,72%), Hindu 5273 (0,39%) dan Budha 32.856 (2,43%). (Sumber :

Data Statistik jumlah penduduk tahun 2011, Badan Pusat Statistik Kota Makassar).

(17)

Kegiatan di bidang kerohanian semakin berkembang, tidak hanya terbatas pada kegiatan ibadah saja tetapi kegiatan-kegiatan lain seperti seminar Islam yang dihadiri ± 800 orang (FMIPA UNHAS,

2012), pameran nasional atau pameran karya yang dihadiri ± 300

orang dari berbagai kalangan (www.makassarkota.go.id, 2012), diskusi PHBI (Panitia Hari Besar Islam) mengenai lokasi pelaksanaan shalat ied yang semakin bertambah (Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat

Pemko, 2012), dan jumlah jamaah haji yang semakin bertambah.

Berdasarkan jumlah pendaftar calon jamaah haji tahun ini mencapai angka 18.215 orang dan yang masuk dalam daftar tunggu atau waiting

list sebanyak 17.111 orang (Walikota Makassar, 2012).

Untuk menunjang semua kebutuhan tersebut, maka media ini harus mampu mengakomodasi semua kebutuhan, baik ekonomi maupun pelatihan keterampilan lainnya tanpa meninggalkan agama sebagai pusat kegiatan. Bangunan fisik yang bisa menampung kebutuhan tersebut adalah Islamic Center. Manfaat dari Islamic Center adalah menciptakan sebuah hubungan antara manusia dan Tuhan yang lebih masif baik dalam hal ibadah ataupun aktifitas keagamaan lainnya. Begitu juga hubungan dengan sesama manusia maupun dengan alamnya membutuhkan wadah untuk bersosialisasi, dari hubungan ini dapat terwujud dengan adanya bangunan (Jabbar, 1988:79).

Keberadaan Islamic Center di Makassar ini dilatarbelakangi adanya tuntutan terhadap pemenuhan sarana yang lebih baik seiring dengan perkembangan kegiatan keagamaan di Makassar (Sumber : RUTRK

Kota Makassar, 2016), sehingga dengan adanya fasilitas Islamic

Center ini diharapkan dapat menjembatani kehidupan sosial masya-rakat dengan kaidah-kaidah Islam dalam perubahan dinamika sosial budaya di era sekarang ini. Islamic center yang telah ada di Kota Makassar yaitu IMMIM dan masjid Al-Markaz Al-Islami. Namun IMMIM lebih berpusat pada pendidikan Islam yang dimana bangunan

(18)

penunjang seperti bangunan resepsi berada di lokasi yang lain. Sedangkan pada masjid Al-Markaz Al-Islami berpusat sebagai tempat ibadah dengan fasilitas penunjang yang dianggap masih kurang representatif ditinjau dari sistem pengolahan dan pelayanan, pola pengaturan, persyaratan ruang dan lain-lain.

Kota Makassar memiliki ragam suku dan budaya, namun budaya masyarakat di Makassar sering mengalami perubahan seiring berjalan-nya waktu. Melihat semua perubahan modernisasi pembangunan di Makassar yang terjadi dikarenakan secara fungsional pun sudah tidak sesuai lagi dengan masyarakat modern. Oleh karena itu, hal yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi dengan tetap memperhatikan budaya dan unsur-unsur lokal yang ada di Makassar.

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka timbul suatu ide untuk merancang sebuah Islamic Center yang merupakan tempat pemusatan aktifitas dan pengembangan Islam, maupun pengem-bangan masyarakat yang kreatif dan berakhlaq mulia, dengan mene-rapkan konsep regionalisme dalam kaitannya dengan unsur lokal yang ada. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan aspirasi serta citra dan arsitektur di Indonesia, khususnya di Kota Makassar.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana menyajikan bangunan “Islamic Center”, sebagai tempat beribadah yang nyaman, kreatif, dan inovatif bagi masyarakat umat Islam, dengan menerapkan konsep regionalisme dan arsitektur Islam dalam desain perancangan bangunan tersebut di Kota Makassar.

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam desain Islamic Center dengan tema “Konsep Regionalisme dan Arsitektur Islam” adalah :

(19)

1. Menyediakan suatu wadah yang lebih spesifik untuk menampung serta mewadahi segala kegiatan Islam dan juga sebagai sarana untuk menampung dan menyalurkan segala aspirasi yang positif dari generasi muda, khususnya di wilayah Makassar dan sekitar-nya.

2. Menjadikan semua kegiatan Islam di wilayah Makassar dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya, serta menciptakan suatu bangunan yang memiliki nilai estetika sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam melakukan aktifitas didalamnya.

3. Supaya dapat menjembatani kehidupan sosial masyarakat dengan kaidah-kaidah Islam dalam perubahan dinamika sosial budaya di era sekarang ini.

D. LINGKUP PEMBAHASAN

1. Pembahasan dibatasi pada hal-hal yang erat kaitannya dengan studi Islamic Center di Kota Makassar

2. Pembahasan dibatasi pada Islamic Center sebagai wadah sosial keagamaan, pendidikan agama dan pusat pengembangan dakwah Islam, yang selalu diorientasikan pada faktor penentu perencanaan fisik dan dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur dan disiplin ilmu yang lain yang masih relevan dan menunjang pada tujuan pembahasan. 3. Wilayah pembahasan dibatasi hanya pada Kota Makassar yang

menjadi perencanaan lokasi sebagai pusat kegiatan Islam.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam mengumpulkan data-data yang berguna bagi proses perencanaan dan perancangan ini, perolehan data ataupun referensi yang digunakan melalui :

(20)

Pengumpulan data dan informasi, dengan melakukan studi litera-ture dan wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten, kemudian melakukan survey lapangan.

2. Analisa data, dengan mengidentifikasi masalah dengan mengelom-pokkan dan mengaitkan masalah yang satu dengan yang lain. 3. Studi Literatur

Yaitu mencari data-data umum dari literatur yang berhubungan dengan Islamic Center ini. Literatur yang digunakan adalah studi ruang dan gerak, data arsitek, dan sebagainya.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Penyusunan proposal perencanaan dan perancangan Islamic Center di Makassar dibagi dalam beberapa bab, sebagai berikut : 1. Bagian I : PENDAHULUAN

Latar belakang dibuatnya Islamic Center di Makassar ini yang sesuai dengan zaman Islam ini yang menggunakan arsitektur Islam sebagai konsepnya, lingkup pembahasan perencanaan dan perancangan Islamic Center di Makassar ini, serta sistematikanya penulisan dan perancangan.

2. Bagian II : TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

Tinjauan teoritis umum terhadap perancangan Islamic Center, dan tinjauan khusus mengenai bentuk dengan menerapkan konsep Arsitektur Islam, serta kelengkapan relevansi data, pustaka pendukung, dan studi banding yang relevan dengan Islamic Center. 3. Bagian III : PERMASALAHAN

Berisi data–data umum yang dibutuhkan dalam perancangan Islamic Center dengan menerapkan konsep Arsitektur Islam. Seperti tinjauan khusus Kota Makassar dan tinjauan pengadaan Islamic Center yang berbentuk kekhasan Kota Makassar dengan menerapkan konsep Arsitektur Islam.

(21)

4. Bagian IV : ANALISIS

Merupakan tahap penyusunan, pendekatan konsep dasar perencanaan yaitu mengatasi permasalahan dalam upaya untuk mencari pemecahan masalah serta hubungan antara berbagai elemen untuk mendapatkan penyelesaian yang terpadu.

Pendekatan konsep dasar perencanaan yang merupakan konsep keseluruhan yang siap ditransformasikan ke arah peran-cangan yang meliputi:

a. Titik tolak pendekatan.

b. Secara makro yaitu pendekatan dan penentuan lokasi/site. c. Secara mikro yaitu pendekatan kebutuhan ruang berdasarkan

analisa kegiatan, besaran ruang, pola dan perwujudan ruang serta tata fisik bangunan yang siap ditransformasikan dalam program atau rancangan fisik bangunan.

5. Bagian V : KONSEP PERANCANGAN

Konsep perancangan sebagai hasil analisis dan solusi

terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi dan dirumuskan pada bagian permasalahan. Konsep dasar perancangan mencakup program ruang, luasan total perancangan, serta hubungan skematik antar program ruang. Perancangan tapak mencakup pencapaian, sirkulasi ruang luar, pola parkir, serta penataan ruang luar atau lansekap. Perancangan bangunan mencakup gubahan massa, fasade bangunan, sirkulasi ruang dalam, sistem dan struktur massa bangunan, utilitas bangunan, pencahayaan, pengudaraan, serta akustik yang sesuai dengan fungsi bangunan.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Islamic Center

1. Pengertian Islamic Center

Pengertian Islamic Center dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 dapat dijelaskan secara terurai sebagai berikut : a. Islam : Agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad

SAW, berpedoman kepada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.

b. Center/Pusat :

1) Tempat yang terletak di bagian tengah; 2) Titik-titik yang di tengah-tengah;

3) Pusar;

4) Pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan; 5) Orang yang membawahi berbagai bagian.

Pengertian dasar Islamic Center diambil dari beberapa sumber dan pendapat yang dikeluarkan oleh para ahli dan pakar-pakar keagamaan, antara lain : Dirjen Binmas Islam DEPAG R.I. (2004), adalah sebagai berikut: “Islamic Center adalah lembaga keagamaan yang dalam fungsinya sebagai pusat pembinaan dan pengembangan Agama Islam, yang berperan sebagai mimbar pelaksanaan da’wah dalam era pembangunan. Sedangkan pen-dapat lain tentang pengertian Islamic Center, Drs. Sidi Gazalba mengatakan: “Islamic Center adalah wadah bagi aktifitas-aktifitas kemasyarakatan yang berdasarkan Islam. Islam dalam pengertian-nya sebagai agama maupun Islam dalam pengertian yang lebih luas sebagai pegangan hidup (way of life). Dengan demikian aktifitas-aktifitas didalamnya mencakup nilai-nilai peribadatan yang sekaligus nilai-nilai kemasyarakatan”.

(23)

Disamping pendapat-pendapat tersebut di atas terdapat pen-dapat lain yang pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama seperti yang dikatakan oleh Prof. Syafii Karim, yaitu: “Islamic Center merupakan istilah yang berasal dari negara-negara barat yang dimana minoritas masyarakatnya beragama Islam. Jadi untuk memenuhi segala kebutuhan akan kegiatan-kegiatan Islam mereka kesulitan untuk mencari tempat. Untuk itu aktifitas-aktifitas Islam tersebut dipusatkan dalam suatu wadah yang disebut Islamic Center.”

Jadi, dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Islamic Center memiliki pengertian yaitu wadah fisik yang menampung beberapa kegiatan dan penunjang ke-islaman. Diantara kegiatan-kegiatan tersebut terdiri dari kegiatan ibadah, mu’amalah dan dakwah. Islamic Center juga mempunyai peran sebagai pusat atau sentral informasi keislaman baik bagi umat muslim maupun bagi masyarakat yang ingin mengetahui dan ingin belajar tentang Islam.

2. Pengertian Kebudayaan Islam

Secara ontologis, kebudayaan ada karena adanya manusia. Oleh karena itu, kebudayaan adalah manusia, jika tidak ada manusia maka tidak akan ada kebudayaan. Kebudayaan adalah manusia dalam arti manusia sebagai suatu eksistensi.

Budaya merupakan suatu hal yang bersifat totalitas komplek dari gagasan-gagasan dan hal-hal yang dihasilkan oleh manusia di dalam pengalaman sejarahnya. Budaya menjadi pola pikir dan tindakannya yang melandasi kegiatan manusia yang mem-bedakannya dengan manusia lainnya. Budaya juga dapat digam-barkan sebagai cara manusia untuk beradaptasi dengan ling-kungannya dalam mencapai keinginan serta tujuannya.

(24)

Adapun agama menyentuh aspek dasar yang paling menentu-kan dalam kehidupan usia, yaitu kepercayaan yang melekat pada dirinya. Karena letaknya pada tempat yang mendasar itu, ke-yakinan agama dapat mempengaruhi pola pikir, pola tingkah laku, dan bahkan etos kerja pemeluknya.

Bila ditarik garis batas antara agama dan kebudayaan, maka akan terlihat benang merah yang membatasi antara Tuhan dan manusia, maka wilayah agama dan kebudayaan itu menempati wilayahnya sendiri-sendiri dan ada kalanya pula keduanya berada dalam wilayah yang sama yaitu wilayah kebudayaan agama.

Dalam tinjauan sejarahnya, agama bukan hanya melahirkan kebudayaan, akan tetapi juga menyebabkan transformasi ke-budayaan yang berkembang dalam masyarakat. Dalam pandangan Islam, kebudayaan pada hakikatnya merupakan perjalanan panjang manusia dari perjalanan manusia memasuki kehidupan masa depan yang jauh menuju ke akhirat untuk memenuhi Tuhannya. Kebudayaan merupakan bekal untuk memenuhi dan kembali kepada-Nya, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an yaitu :

Siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal saleh dan janganlah ia memper-setukukan Tuhannya dalam beribadat kepada-Nya. (QS. Al Kahfi : 110)

3. Konsep Kebudayaan Islam

Konsep kebudayaan Islam dalam tinjauan terminologinya ialah tata cara atau perilaku hidup yang sesuai dengan ajaran Islam. Maka seluruh aspek kehidupan manusia hendaknya berakar dari Al-Qur’an dan Hadist. Adapun ciri kebudayaan Islam, antara lain : a. Berdasarkan tauhid menolak segala bentuk keberhalaan yang

(25)

b. Watak dan sasarannya selalu bersifat humani dan universal. c. Menempatkan prinsip-prinsip moralitas sebagai elemen dasar

bagi semua segi kehidupan manusia.

d. Mempercayai ilmu pengetahuan yang berdasarkan kebenaran serta terpusat kepada aqidah yang murni.

e. Bersikap penuh toleran terhadap perbedaan-perbedaan. 4. Unsur Seni dalam Kebudayaan Islam

Seni berakar pada persepsi awal Islam terhadap Tuhan, alam, manusia, dan kehidupan. Akar itu kemudian tumbuh menjadi suatu emosi dan cita rasa seorang muslim, lalu mengembangkannya se-hingga melahirkan suatu karya ekspresi keindahan.

Seni Islami merupakan seni terapan maupun murni yang tidak terlepas dari nilai ibadah. Salah satu karya cipta yang mengandung nilai baik, benar, bermutu, dan berguna yaitu seni kaligrafi Islam. Islam sangat menghargai seni dan sangat mengagungkan keindahan, seni bukan hanya ciptaan manusia saja, tetapi juga mencakup segenap ciptaan Allah SWT. Bentuk-bentuk estetika, pada dasarnya merupakan sesuatu yang dinamis, terus bergerak dan berkembang dan karenanya terbuka untuk semua bentuk perubahan. (Musdalifa, dkk, 2004)

B. Tinjauan Khusus Islamic Center

1. Sejarah Perkembangan Islamic Center

Secara umum, proses perkembangan Islamic Center sangat berkaitan erat dengan proses pembinaan dan pengembangan masyarakat Islam yang telah dicontohkan pada masa pemerintahan Rasulullah SAW, dimana beliau menjadi salah satu pelopor utama dalam membentuk masyarakat Islam sekaligus memelihara dan mempertahankannya. Hal tersebut mengacu pada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al- Muddatsir ayat 1-7.

(26)

Artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (QS. Al-Muddatstsir : 1-7)

Wahyu ini merupakan penjelasan secara umum tentang tugas dalam menyampaikan risalah-Nya yaitu mengajak umat manusia menyembah Allah yang Maha Esa, yang tiada beranak dan tidak pula diperanakkan serta tidak ada sekutu bagi-Nya.

Adapun usaha-usaha yang terlebih dahulu dikerjakan oleh Rasulullah SAW pada masa itu antara lain :

a. Mendirikan masjid.

Beliau dahulukan mendirikan masjid, sebelum mengerjakan bangunan-bangunan lainnya selain rumah tempat kediaman beliau sendiri, sebab masjid mempunyai potensi yang sangat vital, dalam menyatukan umat dan menyusun kekuatan lahir dan batin untuk membina masyarakat Islam atau daaulah

Islamiyah berlandaskan semangat tauhid.

b. Menjalin hubungan silaturahmi dengan semua kaum.

Rasulullah berusaha menjalin dan mempererat hubungan silaturahmi antara satu kaum dengan yang lainnya. Hal tersebut yang kemudian melahirkan satu ikatan masyarakat Islam yang kuat dengan semangat kerja gotong royong, senasib sepenang-gungan, sesakit, sesenang dengan semangat persaudaraan Islam.

c. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam.

Pada masa pemerintahan masyarakat Islam, Rasulullah SAW berusaha menentukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat Islam baik dari segi politik.

(27)

2. Persyaratan Islamic Center

Menurut buku petunjuk pelaksanaan proyek Islamic Center di seluruh Indonesia tahun 1976 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Departemen Agama RI, Islamic Center di Indonesia harus memiliki beberapa persyaratan yang akan berfungsi sebagai kontrol kegiatan. Diantara persyaratan tersebut adalah Islamic Center harus memiliki:

a. Tujuan Islamic Center

Tujuan Islamic Center adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan kehidupan beragama Islam yang meliputi aspek aqidah, ibadah, maupun muamalah dalam lingkup pembangunan nasional.

2) Sebagai lembaga pendidikan non-formal keagamaan se-hingga dapat menjadi salah satu mata rantai dari seluruh sistem pendidikan nasional, dengan Allah SWT., cakap, cerdas, terampil, tangkas, berwibawa dan berguna bagi masyarakat dan Negara.

3) Ikut serta meningkatkan dan mengembangkan ilmu penge-tahuan serta keterampilan untuk membangun masyarakat dan Negara Indonesia.

b. Fungsi Islamic Center

Sebagai suatu lembaga yang mempunyai ruang lingkup yang spesifik dibidang agama dan ilmu, maka dasar pemikiran yang dapat menunjang fungsi suatu Islamic Center adalah sebagai berikut :

1) Tempat ibadah (shalat, zikir).

2) Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial budaya).

3) Tempat pendidikan. 4) Tempat santunan sosial.

(28)

6) Tempat pengobatan para korban perang. 7) Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa. 8) Aula dan tempat menerima tamu.

9) Tempat menawan tahanan, dan

10)Pusat penerangan atau pembelaan agama.

Berdasarkan fungsi masjid pada masa lampau berperan sedemikian luas, sepertinya tidak relevan lagi dengan keadaan yang ada sekarang. Namun, hal ini tidak berarti bahwa masjid tidak dapat berperan di dalam hal-hal tersebut. Khususnya Masjid harus mampu melaksanakan kesepuluh peran tadi. Paling tidak melalui uraian para pembinanya guna mengarah-kan umat pada kehidupan duniawi dan ukhrawi yang lebih berkualitas.

Di dalam Muktamar Rishalatul Masjid di Makkah tahun 1975, hal ini telah didiskusikan dan disepakati, bahwa suatu masjid baru dapat dikatakan berperan dengan baik apabila memiliki ruangan, dan peralatan yang memadai untuk:

1) Ruang shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. 2) Ruang-ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka

keluar masuk tanpa bercampur dengan pria baik digunakan untuk shalat, maupun untuk Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

3) Ruang pertemuan dan perpustakaan.

4) Ruang poliklinik, dan ruang untuk memandikan dan meng-kafani jenazah.

5) Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja. Dalam artikel di sebuah website membagi beberapa fungsi masjid berdasarkan fungsinya yaitu:

(29)

a) Ibadah

Semua muslim yang telah baligh harus menunaikan shalat lima kali sehari. Walaupun beberapa masjid hanya buka pada hari jum’at, tapi masjid yang lainnya menjadi tempat shalat sehari-hari. Pada hari jum’at, semua muslim yang laki-laki baligh diharuskan pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah shalat di masjid, berdasar-kan surah Al-Jum’ah ayat 9:

Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.

Shalat Jenazah, biasanya juga diadakan di masjid. Shalat Jenazah dilakukan untuk muslim yang telah meninggal, dengan dipimpim seorang imam. Shalat jena-zah dilakukan di area sekitar masjid.

b) Amal

Rukun ketiga dalam Rukun Islam adalah zakat. Setiap muslim yang mampu wajib menzakati hartanya sebanyak dua setengah persen dari jumlah hartanya. Masjid, sebagai pusat komunitas umat Islam, menjadi tempat penyaluran zakat bagi yatim piatu dan fakir miskin. Pada saat Idul Fitri, masjid menjadi tempat penyaluran zakat fitrah dan membentuk panitia amil zakat.

2) Fungsi sosial

a) Pusat kegiatan masyarakat

Banyak pemimpin Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, berlomba-lomba untuk membangun masjid. Seperti kota Mekkah dan Madinah yang berdiri di sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, kota Karbala juga dibangun di dekat makam Imam Husein. Kota Isfa-han, Iran dikenal dengan Masjid Imamnya yang menjadi

(30)

pusat kegiatan masyarakat. Pada akhir abad ke-17, Syah Abbas I dari dinasti Safawi di Iran merubah kota Isfahan menjadi salah satu kota terbagus di dunia dengan membangun Masjid Syah dan Masjid Syaikh Lutfallah di pusat kota. Ini menjadikan kota Isfahan memiliki lapangan pusat kota yang terbesar di dunia. Lapangan ini berfungsi sebagai pasar bahkan tempat olahraga.

b) Pendidikan

Fungsi utama masjid yang lainnya adalah sebagai tempat pendidikan. Beberapa masjid, terutama masjid yang didanai oleh pemerintah, biasanya menyediakan tempat belajar baik ilmu keislaman maupun ilmu umum. Sekolah ini memiliki tingkatan dari dasar sampai menengah. Walaupun ada beberapa sekolah yang menyediakan tingkat tinggi. Beberapa masjid biasanya menyediakan pendidikan paruh waktu, biasanya setelah subuh, maupun pada sore hari. Pendidikan di masjid ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh pelajaran, mulai dari keislaman sampai sains. Selain itu, tujuan adanya pendidikan di masjid adalah untuk men-dekatkan generasi muda kepada masjid.

Pelajaran membaca Qur'an dan bahasa Arab sering sekali dijadikan pelajaran di beberapa negara ber-penduduk. Beberapa masjid juga menyediakan penga-jaran tentang hukum Islam secara mendalam. Madrasah walaupun letaknya agak berpisah dari masjid, tapi tersedia bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu keislaman.

c) Kegiatan dan pengumpulan data

Masjid juga menjadi tempat kegiatan untuk mengum-pulkan dana. Masjid juga sering mengadakan bazar,

(31)

dimana umat Islam dapat membeli alat-alat ibadah maupun buku-buku Islam. Masjid juga menjadi tempat untuk akad nikah, seperti tempat ibadah agama lainnya. Jadi fungsi Islamic Center sebagai komunikator, mediator dan fasilitator dalam menampung aspirasi kerjasama umat yang dilaksanakan melalui berbagai institusi seperti musyawarah, rapat-rapat dan pertemuan atau halaqah ilmiah, dan sarana informasi lainnya.

3. Klasifikasi Islamic Center

Di Indonesia Islamic Center diklasifikasikan menjadi: a. Islamic Center Tingkat Pusat

Yaitu Islamic Center yang mencakup lingkup nasional dan mempunyai masjid bertaraf Negara, yang dilengkapi dengan fasilitas penelitian dan pengembangan, perpustakaan, museum dan pameran keagamaan, ruang musyawarah besar, ruang rapat dan konferensi, pusat pembinaan kebudayaan dan agama, balai penyuluhan rohani, balai pendidikan dan pelatihan Mubaligh, pusat Radio Dakwah dan sebagainya.

b. Islamic Center Tingkat Regional

Yaitu Islamic Center yang mencakup lingkup propinsi dan mempunyai masjid bertaraf propinsi, yaitu masjid raya yang dilengkapi dengan fasilitas yang hampir sama dengan tingkat pusat tetapi bertaraf dan berciri regional.

c. Islamic Center Tingkat Kabupaten

Yaitu Islamic Center yang mencakup lingkup lokal kabupaten dan mempunyai masjid bertaraf kabupaten, yaitu masjid agung, yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang bertaraf lokal dan lebih banyak berorientasi pada operasional pembangunan dakwah secara langsung.

(32)

d. Islamic Center Tingkat Kecamatan

Yaitu Islamic Center yang mencakup lingkup kecamatan dan mempunyai masjid yang tarafnya kecamatan, yang ditunjang dengan fasilitas-fasiltas seperti balai dakwah, balai kursus kejuruan, balai pustaka, balai kesehatan dan konsultasi mental, fasilitas kantor dan asrama ustadz/pengasuh.

4. Sifat, Status dan Pengelolaan Islamic Center

a. Sifat dan status kelembagaan Islamic Center adalah:

1) Koordiantif partisipatif dalam arti penanganan serta penge-lolaannya bersifat koordinatif interdepartemen tingkat pusat maupun daerah seluruh masyarakat Kanwil dan Kantor Agama setempat, serta partisipasi dalam arti seluruh masya-rakat baik dana partisipasi langsung maupun dana sosial keagamaan serta tenaga.

2) Dana dari pemerintah dapat berbentuk subsidi inpres atau dana kerohanian Presiden, PELITA, B.K.M, dana dari daerah APBD, BAZIS, dan sebagainya.

3) Kantor Depag dibantu lembaga dakwah sosial dan pen-didikan keagamaan setempat adalah pengelola Islamic Center tersebut yang diangkat/dikukuhkan oleh pejabat setempat tiap periode kurang lebih tiga tahun.

4) Dikaitkan dengan Dirjen Bimas Islam, Islamic Center merupakan Puspenag (Pusat Penerangan Agama) bagi wilayah yang bersangkutan.

b. Pengelola Islamic Center adalah sebagai berikut :

Status organisasi Islamic Center adalah organisasi semi ofisial (setengah resmi) sesuai dengan tujuan dan fungsinya untuk menggerakkan partisipasi masyarakat untuk membangun. Untuk tingkat propinsi ditetapkan oleh KDH tingkat 1 atas usul Kanwil setempat.

(33)

5. Bentuk dan Struktur Organisasi Islamic Center a. Bentuk dan struktur organisasi Islamic Center

Organisasi/professional dengan sistem pengurus dan Anggaran Rumah Tangga yang seragam. Bentuk dan Tata Laksana organisasi disusun sebagai berikut:

1) Dewan Pembina

Dewan Pembina diambil dari unsur-unsur ulama, kyai, pendidik, tokoh masyarakat dan penguasa (umara) yang mempunyai bobot kekuasaan dan wibawa yang cukup untuk wilayah/daerah masing-masing.

Susunan dewan pembina sekurang-kurangnya 9 orang yang terdiri dari:

a) Seorang Ketua Umum b) Dua orang Wakil Ketua c) Seorang Sekretaris d) Lima orang Anggota 2) Dewan Pengurus

Dewan pengurus diambil dari unsur-unsur penguasa (umara), mubaligh pendidik dan penyuluh agama yang merupakan pelaksana langsung Islamic Center.

Susunan dewan pengurus harian sekurang-kurangnya 20 orang terdiri dari:

a) Seorang Ketua Umum b) Dua orang Wakil Ketua c) Dua orang Sekretaris d) Dua orang Bendahara

e) Seorang Ketua Bidang Dakwah

i. Seorang Ketua Bidang Pustaka dan Kursus ii. Seorang Ketua Bidang Pembina Anak-anak iii. Seorang Ketua Bidang Dana dan Logistik iv. Tujuh orang staf operasi/pengajar/instruktur

(34)

Bentuk susunan dan jumlah pengurus disesuaikan dengan kebutuhan dan bergantung dari ruang lingkup pelayanannya, nasional, regional dan lokal. Jangka waktu kepengurusan (periode) ditetapkan selama 3 tahun.

Sifat dan model administrasi menganut sistem adminis-trasi pendidikan, terutama adminisadminis-trasi kursus (adminisadminis-trasi pendidikan non formal). Prinsip dan pembiayaan rutin, dan pembinaan harus mengarah pada swadaya masyarakat. Biaya dari pemerintah berupa subsidi rutin sampai di-pandang mampu untuk mandiri/swadaya dan swakarya. 6. Lingkup kegiatan

Sesuai dengan buku Pedoman Pelaksanaan Islamic Center di Indonesia, maka lingkup kegiatan Islamic Center dapat dikelom-pokkan sebagai berikut:

a. Kegiatan Ubudiyah/Ibadah Pokok

1) Kegiatan Shalat, meliputi: Shalat wajib lima waktu dan shalat sunnah baik yang dilakukan secara individu maupun berjama’ah.

2) Kegiatan Zakat

a) Penerimaan zakat.

b) Pengumpulan zakat dan penyimpanan. c) Pengolahan/pembagian zakat.

3) Kegiatan Puasa a) Shalat tarawih

b) Kegiatan pesantren kilat/mental training c) Membaca Al-Qur’an/tadarrus

4) Kegiatan Naik Haji, meliputi: pendaftaran, pemeriksaan ke-sehatan, penataran/penyuluhan, latihan manasik haji, cara pakaian ihrom, cara ibadah di perjalanan, praktek hidup beregu dan mengkoordinasi keberangkatan.

(35)

5) Upacara peringatan Hari Besar Islam

a) Hari Besar Idul Fitri : membayar zakat fitrah yang dibayarkan sebelum hari raya tiba, shalat idul fitri.

b) Hari Raya Idul Adha : Shalat Idul Adha, menyembelih hewan qurban untuk dibagikan fakir miskin.

c) Hari Maulid Nabi Muhammad SAW, meliputi kegiatan perayaan dengan dilengkapi acara kesenian.

d) Hari Isra’ Mi’raj, meliputi kegiatan perayaan, seminar, dan ceramah.

e) Hari Nuzulul Qur’an, meliputi kegiatan perayaan dan lomba membaca Al-Qur’an.

b. Kegiatan Muamalah/Kegiatan Kemasyarakatan 1) Kegiatan penelitian dan pengembangan

a) Meneliti dan pengembangan b) Penerbitan dan percetakan c) Seminar, diskusi, dan ceramah d) Training dan penataran

e) Kursus Bahasa Arab dan Inggris f) Siaran Radio Islam

g) Pameran-pameran

2) Kegiatan sosial kemasyarakatan

a) Kursus keterampilan dan perkoperasian b) Konsultasi hukum dan konsultasi jiwa

c) Pelayanan kebutuhan umat, seperti buku-buku, kitab, baju dan perlengkapan muslim, makanan, kebutuhan sehari-hari dan sebagainya.

d) Pelayanan sosial

i. Bantuan fakir miskin dan yatim piatu. ii. Pelayanan pembinaan ceremony. iii. Pelayanan penasehat perkawinan. iv. Bantuan pelayanan khitanan missal.

(36)

v. Bantuan santunan kematian dan pengurusan jenazah vi. Pelayanan pendidikan, meliputi taman kanak-kanak

dan madrasah diniyah.

vii. Pelayanan kesehatan, meliputi bantuan kesehatan, Poliklinik dan BKIA .

3) Kegiatan pengelola

Meliputi kegiatan administrasi yang mengkoordinir dan mengelola seluruh kegiatan yang ada.

4) Kegiatan penunjang a) Pelayanan kafetaria

b) Pelayanan pemondokan/guest house, untuk menginap Imam, Khotib, dan petugas rutin serta tamu, alim ulama, mahasiswa/pelajar dan para cendikiawan dari luar.

7. Pola Pengembangan Islamic Center

Pola pengembangan Islamic Center khususnya di Indonesia diprioritaskan pada daerah pengembangan kawasan Islam dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain :

a. Pengembangan ekonomi b. Pengembangan areal c. Pengembangan fisik

d. Pengembangan kegiatan-kegiatan Islam

Sedangkan untuk pengembangan penyiaran Islam dititik-beratkan pada :

a. Tersedianya sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang lainnya

(37)

C. Tinjauan Khusus Arsitektur Islam

1. Pengertian Arsitektur Islam

Islam secara umum : Islam berasal dari kata “Salima” yang artinya penyerahan diri, tunduk, dan patuh untuk mendapatkan salam, artinya keselamatan dan kedamaian. Secara etimologis Islam berarti salam, keselamatan, penyerahan, kesucian, kebebasan, kebahagiaan dan kesebagaian. Arsitektur Islam secara umum dan salah satu pengertian menurut Nana Cahyana (1980) : a. Arsitektur Islam adalah perangkat penataan ruang, bangunan

dan merupakan refleksi produk transformasi konsepsi akar budaya, pandangan hidup tradisi orang-orang muslim itu sendiri yang menghayati dan taat berpedoman pada Qur’an dan Al-Hadist.

b. Arsitektur Islam adalah ilmu seni bangunan termasuk pe-rencanaan perancangan rekayasa penataan suatu kawasan perkotaan, lingkungan pemukiman, lansekap sekelompok bangunan, bangunan sifat karakter gaya bangunan sistem struktur, ruang dalam fasilitas dan perlengkapan bangunan serta sarat dengan jiwa Islami yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Arsitektur Islam secara etimologi maknanya adalah arsitektur yang tunduk dan pasrah kepada sunnatullah. Atau arsitektur yang diciptakan manusia sebagai khalifah penjaga bumi yang tunduk kepada ketetapan Allah.

Aspek arsitektur Islam memang menjadi sangat luas. Arsitektur Islami bukan hanya bicara mengenai wadah hubungan manusia dengan Tuhannya tetapi juga hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan manusia dalam konteks ketundukannya

(38)

terhadap hukum Allah demi sejahteranya alam ini (rahmatan lil

alamin). (Dicky Hendrasto, Kompas 17 Desember 2000).

Wikipedia.or.id (2013) kaidah arsitektur Islam, antara lain :

a. Di dalam dan luar bangunan tidak terdapat gambar/ornamen yang makhluk hidup yang utuh.

b. Di dalam dan luar bangunan terdapat ornamen yang mengingat-kan kepada yang Maha Indah Allah SWT.

c. Hasil desain bangunan tidak ditujukan untuk pamer dan ke-sombongan.

d. Pengaturan ruang-ruang ditujukan untuk mendukung menjaga akhlak dan perilaku.

e. Posisi toilet tidak dibolehkan menghadap atau membelakangi kiblat.

f. Keberadaan bangunan tidak merugikan tetangga disekitar. g. Pembangunan sampai berdirinya bangunan seminimal mungkin

tidak merusak alam.

h. Menggunakan warna yang mendekatkan kepada Allah, seperti warna-warna alam.

2. Perkembangan Arsitektur Islam

a. Perkembangan Arsitektur Islam di Jazirah Arab

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, perkembangan arsitektur Islam di Jazirah Arab mulai disebarkan keluar dari jazirah arab oleh khalifah-khalifah Islam. Berikut sejarah perkembangan arsitektur Islam di Jazirah Arab :

1) Masa Dinasti Umayyah Ibukota: Damaskus Negara : Syria/Suriah

Kemajuan umat Islam dalam bidang ilmu dan seni arsitektur Islam telah dimulai semenjak Dinasti Umayyah berkuasa dalam kekhalifahan Islam. Khalifah Abdul Malik bin

(39)

Marwan (685-705 M) mulai memperkenalkan konsep kubah pada arsitektur masjid.

Gambar 1. Masjid Al-Aqsha

Sumber : google.com, 2013

2) Masa Dinasti Abbasiyah Ibukota: Baghdad

Negara : Iraq

Perkembangan arsitektur Islam pada masa Abbasiyah bermula sekitar abad ke-II. Salah satu ciri pembeda arsitektur Abbasiyah dan Umayyah adalah pengaruh budaya lokal. Bangunan Umayyah bercorak Arab-Romawi, sedang-kan bangunan Abbasiyah bercorak Persia dan Asia Tengah.

Salah satu contoh arsitektur masjid yang dibangun pada era itu adalah masjid Jami di Isfahan. Masjid tersebut berbentuk oval dengan tiang besar dan dindingnya penuh dengan warna serta kaligrafi dilengkapi menara.

Gambar 2. Masjid Jami di Isfahan

Sumber : www.google.com, 2013

Marwan (685-705 M) mulai memperkenalkan konsep kubah pada arsitektur masjid.

Gambar 1. Masjid Al-Aqsha

Sumber : google.com, 2013

2) Masa Dinasti Abbasiyah Ibukota: Baghdad

Negara : Iraq

Perkembangan arsitektur Islam pada masa Abbasiyah bermula sekitar abad ke-II. Salah satu ciri pembeda arsitektur Abbasiyah dan Umayyah adalah pengaruh budaya lokal. Bangunan Umayyah bercorak Arab-Romawi, sedang-kan bangunan Abbasiyah bercorak Persia dan Asia Tengah.

Salah satu contoh arsitektur masjid yang dibangun pada era itu adalah masjid Jami di Isfahan. Masjid tersebut berbentuk oval dengan tiang besar dan dindingnya penuh dengan warna serta kaligrafi dilengkapi menara.

Gambar 2. Masjid Jami di Isfahan

Sumber : www.google.com, 2013

Marwan (685-705 M) mulai memperkenalkan konsep kubah pada arsitektur masjid.

Gambar 1. Masjid Al-Aqsha

Sumber : google.com, 2013

2) Masa Dinasti Abbasiyah Ibukota: Baghdad

Negara : Iraq

Perkembangan arsitektur Islam pada masa Abbasiyah bermula sekitar abad ke-II. Salah satu ciri pembeda arsitektur Abbasiyah dan Umayyah adalah pengaruh budaya lokal. Bangunan Umayyah bercorak Arab-Romawi, sedang-kan bangunan Abbasiyah bercorak Persia dan Asia Tengah.

Salah satu contoh arsitektur masjid yang dibangun pada era itu adalah masjid Jami di Isfahan. Masjid tersebut berbentuk oval dengan tiang besar dan dindingnya penuh dengan warna serta kaligrafi dilengkapi menara.

Gambar 2. Masjid Jami di Isfahan

(40)

3) Masa Utsmaniyah Ibukota: Istanbul Negara : Turkey

Kerajaan Usmani (1300-1922) meninggalkan khadzanah arsitektur yang kaya, mulai dan istana, benteng, masjid, hingga makam. Ciri khas masjid di Turki terletak pada kubahnya yang indah yang dikelilingi menara tinggi.

Masjid yang kini menjadi salah satu objek wisata dunia itu memiliki interior yang megah, ratusan jendela yang menawan, marmer mewah, serta dekorasi indah. Masjid itu juga menampilkan pertautan simbolis antara kemegahan masjid sebagai lambang sultan yang besar kekuasaannya dan keagungan masjid sebagai sarana keagamaan.

Gambar 3. Hagia Sophia

Sumber : www.google.com, 2013

Gambar 4. Interior Kubah Ayasofia,Istanbul,Turki

(41)

Setelah mengenal bentuk atap meruncing yang merupa-kan titik awal dari pengembangan bangunan masjid yang bersifat megah, berkesan perkasa dan vertikal. Pengem-bangan lengkungan-lengkungan pada pintu-pintu masuk, untuk memperoleh kesan ruang yang lebih luas dan tinggi. (www.belajardesaindanarsitektur.blogspot.com/2012)

b. Perkembangan Arsitektur Masjid Kuno di Indonesia

Berdasarkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1999, arsitektur masjid-masjid kuno di Indonesia bila dibandingkan dengan arsitektur masjid-masjid kuno di dunia Islam lainnya, sangat sederhana. Arsitektur masjid suatu tempat/wilayah seringkali dipengaruhi oleh kondisi setempat, atau dengan kata lain dipengaruhi oleh arsitektural yang berkembang di tempat itu, sebelum Islam masuk.

Mengenai atap yang bertingkat, rupanya dapat diwakili oleh bangunan Jawa lainnya, yang disebut rumah joglo. Tipe atap rumah joglo ini menjadi benih Bari atap tumpang pada masjid. Alasan estetika kemudian menjadikan bentuk atap rumah joglo pada masjid memakai bentuk tingkat untuk mengimbangi ukuran ruangnya yang besar (Wirjosuparto 1961/1962; 1986).

Gambar 5. Masjid di Fort de Kock

(42)

Menurut C.F. Pijper (1992: 24), Indonesia memiliki arsitektur masjid kuno yang khas yang membedakannya dengan bentuk-bentuk masjid di negara lain.

Masjid Pontianak, masjid ini merupakan salah satu masjid kuno di Kalimantan Barat yang menggunakan konstruksi kayu, berdiri di atas tiang, dan terletak di pinggir sungai. Secara umum, di Kalimantan Barat dan Selatan banyak didapati masjid-masjid yang dibangun di pinggir sungai, karena sungai merupakan salah satu sarana transportasi yang penting.

Di Sulawesi, Masjid Tua Bungku merupakan salah satu masjid kuno yang banyak dikunjungi masyarakat. Atapnya tumpang lima dengan kombinasi bentuk kubah pada bagian puncaknya. Ragam hias (ornamen) pada rumah tradisional Bugis-Makassar merupakan salah satu bagian tersendiri dari bentuk dan corak rumah tradisional Bugis-Makassar. Selain berfungsi sebagai hiasan, juga dapat berfungsi sebagai simbol status pemilik rumah.

Adapun contoh kebudayaan Islam di Indonesia, antara lain : 1) Di bidang seni, yaitu syair, kaligafi, hikayat, suluk, babad, tari

saman, tari zapin.

2) Di bidang fisik, yaitu masjid, istana, keraton.

3) Di bidang pertunjukan, yaitu wayang, hadrah, qasidah. 4) Di bidang tradisi, yaitu aqiqah, khitanan, halal bihalal. 3. Karakteristik Bangunan pada Arsitektur Islam

Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam per-kembangan arsitektur Islam adalah masjid, madrasah, kuburan dan benteng/istana, walaupun secara spesifik tidak ada yang menonjol dalam arsitektur Islam, kecuali pada bangunan tempat ibadah

(43)

(masjid). Di sini, nuansa arsitektur Islam yang terlihat pada masjid sangat jelas dan menonjol dibandingkan dengan bangunan lainnya.

Berikut adalah karakteristik bangunan pada arsitektur islam, antara lain :

a. Masjid 1) Sejarah

Masjid pertama yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hijrah dari Mekkah ke Madinah adalah Masjid Quba, lalu kemudian Masjid Nabawi. Ciri dari kedua masjid ini hampir sama dengan masjid-masjid Madinah lainnya mengikutinya, yaitu sangat sederhana. Bentuknya empat persegi panjang, berpagar dinding batu gurun yang cukup tinggi. Tiang-tiangnya dibuat dari batang pohon kurma, atapnya terbuat dari pelepah daun kurma yang dicampur dengan tanah liat. Mimbarnya juga dibuat dari potongan batang pohon kurma, memiliki mihrab, serambi dan sebuah sumur.

Pola ini mengarah pada bentuk fungsional sesuai dengan kebutuhan yang diajarkan Nabi. Biasanya masjid pada waktu itu memiliki halaman dalam yang disebut shaan, dan tempat shalat berupa bangunan yang disebut liwan.

2) Bentuk

Gambar 6. Bentuk Mesjid Sederhana

(44)

Bentuk yang terjadi pun sesuai dengan konstruksinya. Kemudian, sesuai dengan tuntunan shalat bahwa shaf (barisan dalam shalat) harus lurus dan rapat, maka bentuk yang dapat menciptakan ruang luas tanpa banyak diganggu oleh kolom-kolom yaitu bentuk dome dengan gaya-gaya yang dapat disalurkan melalui lengkungan-lengkungannya.

Gambar 7. Masjid Berbentuk Dome

Sumber : www.google.com, 2013

Kubah adalah salah satu ciri atau identitas masjid, dengan kubah itu tercipta suasana yang agung, sehingga manusia merasa kecil di hadapan Khaliknya. Bentuk dome membuat ruang di bawahnya memiliki suasana tenang dan orang yang sedang shalat akan merasa kecil. Kualitas ruang yang tercipta demikian agung.

Untuk mendesain sebuah masjid, diperlukan tiga prasyarat, yang maksudnya untuk dapat menstimulir ke-khusyukan dalam beribadat. Ketiga prasyarat itu antara lain : a) Harus selalu bersih, dalam arti mudah dibersihkan dan

mudah pemeliharaannya.

b) Tenang, yaitu menciptakan “suasana” yang dapat men-dorong lahirnya ketenangan.

c) Sakral tapi ramah.

Bentuk yang terjadi pun sesuai dengan konstruksinya. Kemudian, sesuai dengan tuntunan shalat bahwa shaf (barisan dalam shalat) harus lurus dan rapat, maka bentuk yang dapat menciptakan ruang luas tanpa banyak diganggu oleh kolom-kolom yaitu bentuk dome dengan gaya-gaya yang dapat disalurkan melalui lengkungan-lengkungannya.

Gambar 7. Masjid Berbentuk Dome

Sumber : www.google.com, 2013

Kubah adalah salah satu ciri atau identitas masjid, dengan kubah itu tercipta suasana yang agung, sehingga manusia merasa kecil di hadapan Khaliknya. Bentuk dome membuat ruang di bawahnya memiliki suasana tenang dan orang yang sedang shalat akan merasa kecil. Kualitas ruang yang tercipta demikian agung.

Untuk mendesain sebuah masjid, diperlukan tiga prasyarat, yang maksudnya untuk dapat menstimulir ke-khusyukan dalam beribadat. Ketiga prasyarat itu antara lain : a) Harus selalu bersih, dalam arti mudah dibersihkan dan

mudah pemeliharaannya.

b) Tenang, yaitu menciptakan “suasana” yang dapat men-dorong lahirnya ketenangan.

c) Sakral tapi ramah.

Bentuk yang terjadi pun sesuai dengan konstruksinya. Kemudian, sesuai dengan tuntunan shalat bahwa shaf (barisan dalam shalat) harus lurus dan rapat, maka bentuk yang dapat menciptakan ruang luas tanpa banyak diganggu oleh kolom-kolom yaitu bentuk dome dengan gaya-gaya yang dapat disalurkan melalui lengkungan-lengkungannya.

Gambar 7. Masjid Berbentuk Dome

Sumber : www.google.com, 2013

Kubah adalah salah satu ciri atau identitas masjid, dengan kubah itu tercipta suasana yang agung, sehingga manusia merasa kecil di hadapan Khaliknya. Bentuk dome membuat ruang di bawahnya memiliki suasana tenang dan orang yang sedang shalat akan merasa kecil. Kualitas ruang yang tercipta demikian agung.

Untuk mendesain sebuah masjid, diperlukan tiga prasyarat, yang maksudnya untuk dapat menstimulir ke-khusyukan dalam beribadat. Ketiga prasyarat itu antara lain : a) Harus selalu bersih, dalam arti mudah dibersihkan dan

mudah pemeliharaannya.

b) Tenang, yaitu menciptakan “suasana” yang dapat men-dorong lahirnya ketenangan.

(45)

Gambar 8. Bentuk Kolom pada Arsitektur Masjid

Sumber : www.google.com, 2013

3) Denah

Gambar 9. Denah Masjid

Sumber : www.google.com, 2013

Sejak awal dibangunnya sebuah masjid, denah yang ada berbentuk segi-empat. Hal ini dilakukan secara logis sesuai dengan kebutuhan shaf-shaf dalam shalat berjamaah. Bentuk persegi akan membuat ruang-ruang yang terbentuk dapat dimanfaatkan seluruhnya, sedangkan denah yang ber-bentuk sudut-sudut tertentu (lancip) akan membuat ruangan banyak yang terbuang menjadi mubazir.

Arah kiblat yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan ruang-ruang terbuang percuma, sehingga dalam peren-canaan sebuah masjid hal ini harus benar-benar diperhati-kan.

(46)

4) Ruang Dalam dan Ornamen

Kubah atau dome di bagian dalam ruang masjid adalah suatu konsep untuk menciptakan suasana sakral serta perasaan diri yang sangat kecil di hadapan Khalik tanpa dipenuhi hiasan keduniaan yang glamour yang jauh dari menimbulkan rasa sakral.

Gambar 10. Ornamen

Sumber : www.google.com, 2013

Ada beberapa corak ornamen atau ornamentik, diantaranya corak abstrak sebagai “ornamen arabesk” yang terdiri dari corak geometris dan corak “stilasi” dari tumbuh-tumbuhan dan bunga-bungaan. Ornamen atau gaya orna-mentik dapat divisualisasikan dengan huruf-huruf atau kaligrafi, seperti huruf “Arab Kufa” dan “Karmalis” adalah merupakan salah satu ornamen geometris yang berisi tulisan lafazd Al-Qur’an sebagai hiasan.

5) Menara

Gambar 11. Minaret Masjid

(47)

Sebelum shalat dimulai, untuk menyatakan waktu shalat itu sudah tiba, biasanya dikumandangkan adzan. Dengan berkembangnya teknologi, ditemukan sistem pengeras suara yang kemudian dimanfaatkan juga untuk kegunaan adzan. Namun, tetap menggunakan menara. Dan terlihat bahwa fungsi menara tidak hanya sebagai simbol saja tetapi juga fungsional. Dan karena letaknya yang tinggi maka dapat saja bila kemudian dijadikan aksen atau ikon (point of interest). 6) Madrasah

Madrasah adalah bangunan yang berfungsi sebagai institusi pendidikan dan pengajaran, terutama ilmu-ilmu keislaman. Sebagai sebuah bangunan terpisah dari masjid, madrasah fokus pada kegiatan pendidikan dan pengajaran termasuk bangunan madrasah dilengkapi dengan iwan (ruang beratap atau berkubah yang terbuka pada salah satu pinggirnya) dengan karakteristiknya lebih mengarah kepada ‘’ekspresi kecintaan kepada ilmu’’.

4. Peran Budaya Arsitektur Islam

Dari paparan di atas dapat kita menyimpulkan mengenai konsep arsitektur Islami dengan kebudayaan setempat, yaitu :

a. Konsep arsitektur Islami sangat luas pemaknaannya, hingga simbol-simbol yang selama ini digunakan dalam dekorasi bangunan-bangunan peribadatan maupun sekolah-sekolah Islam.

b. Konsep kebudayaan setempat yang bersinergi dengan arsitek-tur Islami untuk menambah khasanah arsitekarsitek-tural.

c. Perencanaan perancangan rekayasa penataan suatu kawasan perkotaan, lingkungan pemukiman, lansekap sekelompok bangunan, bangunan sifat karakter gaya bangunan, sistem struktur, ruang dalam fasilitas dan perlengkapan bangunan

(48)

serta sarat dengan jiwa Islami yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

d. Perangkat penataan ruang, bangunan dan merupakan refleksi produk transformasi konsepsi akar budaya pandangan hidup, tradisi orang-orang muslim itu sendiri yang menghayati dan taat berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.

5. Kaligrafi pada Arsitektur Islam

Penulisan kaligrafi merupakan salah satu bentuk keindahan Al-Qur’an yang disebut juga seni menulis indah. Kaligrafi diciptakan dan dikembangkan oleh kaum Muslim sejak kedatangan Islam.

Karya kaligrafi identik dengan tulisan Arab, kata kaligrafi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani (Kalios : indah dan graphia : tulisan). Sebagai seni tulis yang melahirkan karya artistik yang bermutu tinggi, kaligrafi memiliki aturan dan teknik khusus dalam pengerjaannya yang bergantung pada prinsip geometri dan aturan tentang keseimbangan.

Tabel 1. Jenis-jenis Kaligrafi

No. Kaligrafi Sejarah Karakter Penggunaan

1

Kufi Model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi.

Berkembang pertama kali di Kota Kufah, Irak.

Huruf yang sangat kaku, patah-patah, dan sangat formal.

Penyalinan Al-Qur’an periode awal 2 Tsuluts Sangat ornamental dengan banyak hiasan tambahan dan mudah dibentuk dalam

komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan yang tersedia.

Bisa ditulis dalam bentuk kurva, dengan kepala meruncing dan terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interaksi yang kuat.

Ornamen arsitektur masjid, sampul buku, dan dekorasi interior. 3 Naskhi

Paling sering dipakai umat Islam, baik untuk menulis naskah keagamaan maupun tulisan sehari-hari. Gaya Naskhi termasuk gaya penulisan kaligrafi tertua.

Hurufnya

sederhana, nyaris tanpa hiasan tambahan, sehingga mudah ditulis dan dibaca.

Untuk menulis mushaf Alquran sampai

(49)

4

Riq'ah Hasil pengembangankaligrafi gaya Naskhi dan Tsuluts, yang dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Usmaniyah Hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan untuk ditulis cepat.

Untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya 5 Ijazah (Raihani)

Perpaduan antara gaya Tsuluts dan Naskhi, yang dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah

Usmani.

Hurufnya seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab). Untuk penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. 6 Diwani Dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif. Kemudian,

disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah dan kaligrafer Daulah Usmani di Turki akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16.

Bulat dan tidak berharakat. Keindahan tulisannya bergantung pada permainan garisnya yang kadang-kadang pada huruf tertentu meninggi atau menurun, jauh melebihi patokan garis horizontalnya. Menulis kepala surat resmi kerajaan, untuk ornamen arsitektur dan sampul buku 7 Diwani Jali Pengembangan gaya Diwani. Gaya penulisan kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hafiz Usman, seorang kaligrafer terkemuka Daulah Usmani di Turki.

Mirip Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk. Harakat yang melimpah ini lebih ditujukan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca. Untuk aplikasi yang tidak fungsional, seperti dekorasi interior masjid atau benda hias

8

Farisi Dikembangkan olehorang Persia dan menjadi huruf resmi bangsa ini sejak masa Dinasti Safawi sampai sekarang.

Mengutamakan unsur garis, ditulis tanpa harakat, dan tebal-tipis huruf dalam 'takaran' yang tepat. Dekorasi eksterior masjid di Iran, yang dipadukan dengan warna-warni arabes. 9

Moalla Tergolong bagiankaligrafi jenis yang berkembang di Iran. Kaligrafi ini

diperkenalkan oleh Hamid Ajami, seorang kaligrafer kelahiran Teheran.

Gaya yang tidak standar, dan tidak masuk dalam buku panduan kaligrafi yang umum beredar. Kaligrafi ini masih masuk dalam daftar jenis-jenis kaligrafi dalam wikipedia Arab Sumber : www.wikipedia.com, 2013

(50)

D. Pendekatan Perancangan Islamic Center

Dalam perancangan Islamic Center, pendekatan yang digunakan adalah:

1. Hablum mina Allah yaitu meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan kepada Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Adz-Dzariyaat ayat 56.

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah-ku.(QS. Adz-Dzariyaat [51] ; 56).

2. Hablum mina annas, yaitu mempererat hubungan silatuhrahmi antarsesama umat Islam dan membina kerukunan hidup antara umat beragama sebagaimana dalam Al-Qur’an surah Al-Tahrim ayat 6 dan surah Al-Hujjarat ayat 10 dan 13.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya ialah manusia dan batu”. (QS. Al-Tahriim [66] ; 6)

Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah saudaramu karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-Hujuraat [49] ; 10)

Artinya: “Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan menjadi seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulai diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui dan Maha mengenal”. (QS. Al-Hujaraat [49] ; 13)

3. Hablumminal Alamin, yaitu menjalankan fungsi sebagai khalifah yakni menjaga kelestarian dan keutuhan alam semesta sebagai-mana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 60.

Artinya: Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu kami berfirman” pukulah batu itu dengan tongkatmu” lalu memancaralah dari padanya dua belas mata air. sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezky Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan”.(QS. Al-Baqarah [2] ; 60).

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran Pengumuman Pelelangan Gagal Kegiatan Jasa Konsultansi Perencanaan Review Desain Pembangunan Islamic Center Tahun Anggaran 2016. Nama Perusahaan

Dengan inI kami mengundang Saudara untuk mengikuti Pembuktian Kualifikasi Jasa Konsultansi dengan Sistem Seleksi Sederhana untuk :. Perencanaan Teknis Pembangunan Kawasan

Kalimantan Timur memliki beberapa wisata religi diantaranya Masjid Baitul Muttaqien atau dikenal dengan Islamic Center Kalimantan Timur Samarinda, Masjid Sirathal

Bangunan masjid memiliki bentukan yang berbeda dengan bangunan lainnya yang ada di kawasan Islamic Center Kabupaten Sambas, karena bangunan masjid menjadi bangunan

pengembangan agama serta kebudayaan, yang bersifat non formal. Lembaga ini berupa pusat kegiatan islam atau disebut

Islamic Center ini dengan merumuskan masalah dari batasan-batasan masalah yang ada sehingga dari rumasan tersebut dapat disimpulkan tujuan dan manfaat dari

seperti ini dimaksudkan agar pengunjung tidak merasa bosan dengan sirkulasi dan perjaianan yang akan dilewati di dalam kawasan Islamic Center Tegal

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan dalam hal pengingkatan fungsi Masjid Islamic Center sebagai destinasi wisata adalah Keindahan bentuk dan keunikan