ANALISIS RASIO KEUANGAN PENDEKATAN
CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)
DALAM RANGKA MENILAI TINGKAT KESEHATAN BANK
(Studi Kasus PT. BPR Depo Mitra Mandiri, Depok)
Oleh: Sri Setiawati
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Manajemen Bisnis Indonesia (STIE MBI) , Jurusan Akutansi Jl. Komjen Pol. M. Jasin ( Akses UI ) | No. 89, Kelapa Dua Cimanggis, Depok 16951
e-mail : cikalammar@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini ditulis oleh Sri Setiawati dan Meulya Putri, Pada bulan Mei 2015 sampai dengan September 2015, dengan judul : Analisis Rasio Keuangan Pendekatan CAR Dalam Rangka Menilai Tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT. Bank Perkreditan Rakyat Depo Mitra Mandiri, Depok ). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi apakah rasio keuangan dengan perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio) dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank dan mengetahui seberapa kuat rasio keuangan dengan perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio) untuk menilai tingkat kesehatan . Penelitian ini menggunakan metode analisis deskritif, yaitu menjelaskan tingkat kesehatan bank dengan menggunakan dengan memperhitungkan CAR (Capital Adequacy Ratio). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah berbagai buku literature dan penelitian lapangan seperti pengamatan langsung, wawancara, dan pengumpulan data yang menyangkut dokumen yang akan diteliti, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif, yaitu dengan cara menghitung dan menjabarkan data yang telah diperoleh menurut acuan PBI 8/18/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa CAR (Capital Adequacy Ratio) dapat digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank. Hasil dari analisis kesehatan bank menggunakan perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Pada periode 31 Desember 2011 sebesar 46,50%, Pada periode 31 Desember 2012 sebesar 43,44%, Pada periode 31 Desember 2013 sebesar 37,98%, Pada periode 31 Desember 2014 sebesar 42,37%. CAR PT. BPR Depo Mitra Mandiri diatas adalah sehat sudah diatas ketentuan Bank Indonesia PBI No.8/18/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 yaitu sebesar 8%.
Kata Kunci : Rasio keuangan, Kesehatan bank, Capital Adequacy Ratio
ABSTRACT
This research was written by Sri Sriawati and Meulya Putri, In May 2015 until September 2015, with the title: Analisys of Financial Ratio By CAR Model to Asses Bank Performance. (Case Study PT. Bank Rural Depo Mitra Mandiri, Depok). The aim of this study was to obtain information on whether the calculation of financial ratios with CAR (Capital Adequacy Ratio) can be used to assess the soundness of the bank and find out how strong the calculation of financial ratios with CAR (Capital Adequacy Ratio) to assess the level of health. This study uses descriptive analysis, which is explained by using the bank's soundness by calculating CAR (Capital Adequacy Ratio). Techniques of data collection is done by studying various books literature and field research such as direct
observation, interviews, and collection of data concerning documents to be examined, whereas the data analysis technique used is quantitative analysis, namely by calculating and lays out the data that has been obtained by reference PBI 8/18 / PBI / 2006 dated October 5, 2006. From the results of the study showed that the CAR (Capital Adequacy Ratio). can be used in assessing the health of banks. Results of the analysis of bank health using the calculation of CAR (Capital Adequacy Ratio), as follows In the period from December 31, 2011 amounted to 46.50%,In the period from December 31, 2012 amounted to 43.44%, In the period from December 31, 2013 amounted to 37.98%,In the period December 31, 2014 amounted to 42.37%. CAR PT. BPR Depo Mitra Mandiri above is healthy has been above the Bank Indonesia regulations PBI 8/18 / PBI / 2006 dated October 5, 2006 at 8%.
Key words:Financial ratio, Bank healthy, Capital Adequacy Ratio
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Kesehatan meupakan hal yang
penting dalam berbagai bidang
kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan
meningkatkan gairah kerja dan
kemampuan kerja serta kemampuan lainnya. Seperti halnya manusia yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga harus selalu menjaga kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya.
Dengan pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia yang antara lain ditandai dengan banyaknya bank – bank
yang bermunculan, maka sangat
diperlukan untuk pengawasan terhadap bank – bank tersebut. Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank sentral memerlukan suatu kontrol terhadap bank – bank untuk mengetahui bagaimana keadaan keuangan serta kegiatan masing – masing bank.
Sesuai Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank wajib memelihara
kesehatannya yang memberikan
pengertian bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kesehatan bank merupakan cerminan kondisi dan kinerja bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas
dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Selain itu, kesehatan bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait dan pihak tidak terkait.
Pihak yang terkait perusahaan yaitu pihak yang secara langsung terkait dengan perusahaan seperti pemilik,
pengurus dan pejabat eksekutif,
sedangkan pihak tidak terkait yaitu pihak yang tidak secara langsung terkait perusahaan atau pihak yang kerjasama
dengan perusahaan tersebut seperti
karyawan, nasabah, jasa perbaikan dan lain-lain. Penilaian kesehatan bank sangat penting dikarenakan bank mengelola dana dari masyarakat yang dipercayakan.
Maka dari itu, setiap pemangku
kepentingan (stakeholders) di perbankan wajib menjaga kepercayaan masyarakat
tersebut. Kesehatan suatu bank
merupakan kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara sesuai dengan
peraturan perbankan yang berlaku.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan memelihara kepercayaan masyarakat.
Dengan menjalankan fungsinya
diharapkan bank dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.
Namun, seperti yang diketahui akhir-akhir ini perbankan di indonesia diguncang oleh masalah yang menjadi
sorotan penting untuk dikaji
permasalahannya. Hal ini terkait dengan
penyalahgunaan kepercayaan yang
diberikan masyarakat kepada bank, antara lain adalah maraknya kasus pencucian uang dan penggelapan dana nasabah yang di lakukan oleh pejabat
bank itu sendiri dan salah urus
manajemen bank. Tentunya hal tersebut membuat tidak nyaman masyarakat yang ingin menyimpan dananya di bank, dan bank juga dianggap kurang profesional
dalam menjaga kepercayaan calon
nasabah maupun nasabahnya sendiri. Hal
ini akan berdampak negatif bagi
pencitraan dan nama baik bank, sehingga dapat mempengaruhi tingkat stabilitas keuangan dari bank itu sendiri. Oleh
karenanya, pembenahan internal
diperlukan agar kepercayaan yang
diberikan masyarakat dapat mewujudkan perbankan yang lebih mengedepankan sikap profesional.
Pada prinsipnya, tingkat kesehatan, pengelolaan bank, dan kelangsungan usaha bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari manajemen bank. Oleh karena itu, bank wajib memelihara dan memperbaiki tingkat kesehatanya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya, termasuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala terhadap tingkat kesehatannya
dan mengambil langkah-langkah
perbaikan secara efektif.
Manajemen didalam perusahaan mempengaruhi tingkat kesehatan bank, karena dengan manajemen yang baik perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Sehingga keuangan perusahaan berjalan sesuai dengan semestinya. Manajemen
yang baik menjalankan fungsi
manajemen dengan baik yaitu Planning
(Perencanaan), Organizing
(Pengorganisasian), Actuating
(Penindakan), Controling (Pengawasan).
Planing manajemen dapat dituangkan dalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan), dan tidak boleh lepas pengawasaan dari manajemen sehingga perusahaan berjalan sesuai dengan baik.
Selain manajemen perusahaan,
sumber daya manusia yang kompeten dalam bekerja sangat penting dalam menunjang kesehatan bank. Sumber
Daya Manusia merupakan asset
perusahaan yang sangat besar,
perusahaan cepat berkembang jika
sumber daya manusia bertanggung jawab atas yang dikerjakan dan memiliki prinsip maju bersama. Tanggung jawab yang dimiliki sumber daya manusia akan mencapai target kerja yang diharapkan karena mereka tidak puas dan malu saat pekerjaannya tidak terselesaikan, dengan jiwa tersebut kualitas perusahaan akan baik dan sehat.
Perusahaan pasti memberikan
reward bagi karyawan yang kompeten salah satunya dengan peningkatan gaji atau incentive karyawan tersebut . Dengan demikian karyawan merasa
memiliki nilai didalam perusahaan
tersebut, dan akan meningkatkan kulitas dalam bekerja sehingga gaji dan incentive karyawan selalu meningkat. Besarnya gaji dan incentive dapat mempengaruhi
gairah karyawan bekerja, banyak
berlomba – lomba mencapai target agar penghasilan bertambah, hal tersebut
selain biaya karyawan meningkat
perusahaan juga mendapat keuntungan atas kinerja karyawan dalam berlomba –
lomba mencapai target yang
meningkatkan penghasilan perusahaan. Sehingga perusahaan tercapai segala aspek baik manajemen, karyawan dan perusahaan.
Jajaran manajemen dan seluruh karyawan harus mengkaji pangsa pasar, apakah produk yang ditawarkan bank bersaing di pasar atau tidak, baik kredit
maupun tabungan sehingga dapat
diperhitungkan dalam tingkat kesehatan,
semakin banyak masyarakat yang
berpengaruh pada perhitungan keuangan perusahaan. Pendapatan utama bank dari pendapatan bunga atas kredit yang diberikan kepada masyarakat. Semakin banyak kredit yang diberikan pendapatan
perusahaan meningkat sehingga
perusahaan bisa mendapatkan laba yang maksimal. Sedangkan produk tabungan berguna untuk menghimpun dana yang akan disalurkan bank melalui kredit,
dengan penghimpunan dana dari
masyarakat bank cukup membayar bunga yang tidak terlalu besar dibandingkan
dengan bunga yang diperhitungkan
dalam pemberian kredit. sehingga dengan dana cukup yang dimiliki perusahaan maka usahanya akan berjalan lancar.
Kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat memiliki resiko, kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam – meminjam antara
bank dengan pihak lain yang
berkewajiban pihak peminjam untuk melunasi uangnya selain jangka waktu tertentu dengan pemberian kredit, tidak menutup kemungkinan masyarakat yang diberikan kredit tidak mampu membayar kreditnya sehingga terkategori debitur Non Performing Loan (Kredit Bermasalah) sehingga mempengaruhi penilaian kesehatan bank menjadi kurang
baik salah satu faktor yang
mempengaruhi hal tersebut antara lain usaha debitur menurun, kurang akurat dalam menganalisa sebelum menyetujui kredit, karakter debitur yang kurang komperatif, baik dan jujur, adanya Pemutusan Hubungan Kerja, bank tidak menguasai perputaran usaha debitur yang
diberikan kredit, dan kerja sama
marketing dan debitur sehingga data yang diberikan tidak sesuai keadaan. Dengan kondisi kredit bermasalah maka bank dinilai kurang baik karena kredit tersebut tidak produktif. Sesuai dengan PBI Nomor 13/26/PBI/2011 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif. Dalam
pasal 12 ayat 1 BPR wajib membentuk
Pembentukan Penyisihan Aktiva
Produktif umum dan khusus, besarnya
Pembentukan Penyisihan Aktiva
Produktif dapat mengurangi laba
perusahaan karena perusahaan harus membebankan pembentukan tersebut.
Mengingat persaingan bank di
indonesia semakin ketat akibat
banyaknya bank baru yang bermunculan,
kepercayaan masyarakat merupakan
salah satu kunci sukses yang mendorong kemajuan perusahaan. Masyarakat di era sekarang ini, lebih kritis dalam memilih tempat untuk menempatkan dananya dengan aman. Beranjak dari hal tersebut, PT. Bank Perkreditan Rakyat Depo Mitra Mandiri, sebagai bank yang berkembang terus melakukan evaluasi serta perbaikan guna mewujudkan misi “ menjadikan tempat yang sehat untuk berkarya,
berkehidupan dan mengembangkan
profesionalisme bagi semua” dan visi
“menjadikan perusahan unggul,
menghasilkan laba dan tumbuh secara berkelanjutan sehingga dapat memenuhi harapan pemilik dan stakeholder”.
Mengingat visi PT. Bank
Perkreditan Rakyat Depo Mitra Mandiri,
tersebut maka masalah kesehatan
menjadi penting agar PT. Bank
Perkreditan Rakyat Depo Mitra Mandiri tumbuh secara berkelanjutan, lebih dapat diterima oleh masyarakat dan tetap dipercaya oleh para nasabah, karyawan, regulator, kalangan perbankan, pemegang saham dan stakeholders lainnya.
Sesuai PBI No.6/10/PBI/2004
Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank baik secara individual maupun konsolidasi salah satunya menggunakan penilaian CAR (Capital Adequacy Ratio)
Dalam penelitian ini, penilaian
tingkat kesehatan bank dilakukan
terhadap faktor permodalan sesuai
dengan PBI Nomor 8/18/PBI/2006
tanggal 5 Oktober 2006 tentang
Bank Perkreditan Rakyat, Pendekatan tersebut memungkinkan bank Indonesia sebagai pengawas melakukan tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu. Dari Latar Belakang Penelitian tersebut dengan judul :
“Analisis Rasio Keuangan Pendekatan Capital Adequacy Ratio Dalam Rangka Menilai Tingkat Kesehatan Bank”. (Studi Kasus PT. Bank Perkreditan Rakyat Depo Mitra Mandiri, Depok ) Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang
Penelitian, maka dilakukan Identifikasi Masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apakah bank yang menjalankan
fungsinya dengan baik dapat
dikatakan sebagai bank yang sehat?
2. Apakah laporan keuangan dapat
digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank?
3. Apakah analisa rasio keuangan dengan perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio) dapat menilai tingkat kesehatan bank ?
4. Seberapa akurat analisis rasio
keuangan dengan perhitungan CAR
(Capital Adequacy Ratio) dapat
menilai tingkat kesehatan bank ? Batasan Masalah
Berdasarkan Identifikasi Masalah, maka Batasan Masalah dari penelitian ini adalah pendekatan risiko CAR (Capital Adequacy Ratio) sebagai ukuran kemampuan bank untuk mengolah modal serta penilaian Bank Indonesia terhadap permodalan bank yang telah ditentukan bobot tingkat kesehatan bank.
Rumusan Masalah
Berdasarkan Batasan Masalah,
maka Rumusan Masalah yang akan dibahas
adalah:
1. Apakah analisa rasio keuangan dengan perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio) dapat menilai tingkat kesehatan bank ?
2. Seberapa akurat analisis rasio
keuangan dengan perhitungan CAR
(Capital Adequacy Ratio) dapat
menilai tingkat kesehatan bank ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah, maka tujuan penelitian ini adalah memperoleh kebenaran sejauh mana hasil penelitian memperoleh informasi tentang :
1. Analisa rasio keuangan untuk menilai tingkat kesehatan bank menggunakan perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio).
2. Seberapa akurat rasio keuangan
dengan menggunakan perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio) untuk menilai tingkat kesehatan bank.
TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan meliputi bagian dari proses laporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta
materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca
menunjukkan/menggambarkan jumlah
aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu
perusahaan pada tanggal tertentu.
Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau
alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.
Sedangkan menurut Harahap
(2009:105), laporan keuangan
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Jenis Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2), laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan neraca dan laporan laba-rugi.
1. Neraca
Menurut Harahap (2009:107),
neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas pada saat tertentu. Neraca atau balance sheet adalah laporan
yang menyajikan sumber-sumber
ekonomis dari suatu perusahaan atau aset kewajiban-kewajibannya atau utang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Neraca harus disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan.
Oleh karena itu neraca tepatnya
dinamakan statements of financial
position. Karena neraca merupakan potret atau gambaran keadaan pada suatu saat tertentu maka neraca merupakan status report bukan merupakan flow report.
Menurut Riyanto (2010:19), aset dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu aset lancar adalah aset yang habis dalam satu kali perputaran dalam proses produksi dan proses berputarnya adalah dalam waktu yang pendek (umumnya
kurang dari satu tahun). Dalam
perputarannya yang satu kali ini, elemen-elemen dari aset lancar tidak sama cepatnya ataupun tingkat perputarannya, misalnya piutang menjadinya kas adalah
lebih cepat daripada inventory (apabila
penjualan dilakukan secara kredit),
karena piutang menjadi kas hanya
membutuhkan satu langkah saja,
sedangkan inventory melalui piutang dahulu barulah menjadi kas. Dengan kata lain, aset lancar ialah aset yang dapat diuangkan dalam waktu yang pendek. Sedangkan aset tetap adalah aset yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi. Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap selain aset itu dimiliki perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aset tersebut mempunyai umum kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan).
Menurut Munawir (2010:18),
hutang adalah semua
kewajiban-kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur.
Hutang atau kewajiban-kewajiban
perusahaan dapat dibebankan ke dalam kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek atau kewajiban
lancar adalah kewajiban keuangan
perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahaan, sedangkan
kewajiban jangka panjang adalah
kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayaran (jatuh temponya) jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca).
Menurut Riyanto (2010:240),
modal sendiri merupakan ekuitas yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Ekuitas dari sumber ini merupakan dana yang berasal dari pemilik perusahaan
atau dapat pula bersumber dari
2. Laporan Laba-Rugi
Menurut Munawir (2010:26),
laporan laba-rugi merupakan suatu
laporan yang sistematis tentang
penghasilan, beban, laba-rugi yang
diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba-rugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut:
a. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
b. Bagian kedua menunjukkan beban-beban operasional yang terdiri dari
beban penjualan dan beban
umum/administrasi (operating
expenses).
c. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi
pokok perusahaan, yang diikuti
dengan beban-beban yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non operating/financial income dan expenses).
d. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga
akhirnya diperoleh laba bersih
sebelum pajak pendapatan. Analisa Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010;35),
analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada
hubungan dan tendensi atau
kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta
perkembangan perusahaan yang
bersangkutan. Menurut Harahap
(2009:190), analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang
lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Sedangkan menurut Sundjaja dan
Barlian (2001:37), analisis laporan
keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.
Pengertian Bank
Bagi kebanyakan orang, pengertian
bank sering disamakan dengan
pengertian perbankan, padahal terdapat perbedaan antara bank dan perbankan.
Menurut Kuncoro (2002:68) bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dan tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa – jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaraan uang.
Menurut Undang-Undang RI
Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarkat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Hasibuan (2005:2) bank adalah badan usaha yang kekayaan terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotif profit juga social, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja.
Tingkat Kesehatan Bank
Surat Edaran Bank Indonesia merupakan petunjuk pelaksanaan dari
Peraturan Bank Indonesia No.
6/10/PBI/2004 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank wajib
melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank baik secara individual maupun konsolidasi. Bagi bank, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha diwaktu yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain dapat digunakan
sebagi sarana penetapan dan
implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan.
Penilaian tingkat kesehatan bank
penting artinya bagi pembentukan
kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko dalam kegiatan usahanya. Dengan penilaian tingkat kesehatan bank, diharapkan bank selalu dalam kondisi yang sehat sehingga tidak melakukan kegiatan yang merugikan masyarakat yang berhubungan dengan dunia perbankan.
Rasio Keuangan Bank
Untuk mengetahui kondisi
keuangan dan prestasi bank, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering digunakan
adalah rasio atau indeks, yang
menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan data keuangan yang lain.
Rasio yang digunakan bank
maupun non bank sebenarnya relatif tidak jauh berbeda. Menurut Peraturan
Bank Indonesia No.8/18/PBI/2006
Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat
untuk melakukan penilaian sendiri
penyediaan modal yang harus dipenuhi Bank Perkreditan Rakyat.
Analisis rasio yang akan digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan permodalan bank. Modal
berperan untuk menutup segala
kemungkinan risiko kerugian yang terjadi dalam kegiatan perdagangan surat-surat berharga dan perkreditan. Perhitungan CAR dirumuskan sebagai Tabel 1.
Tabel 1.
Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
KOMPONEN NO MIN AL BOB OT RISI KO % AT MR ATMR I. AKTIVA NERACA 1.1. Kas 0 1.2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 0 1.3. Kredit dengan agunan berupa SBI,
tabungan dan
deposito yang diblokir pada BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan, emas dan logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki debet 0 1.4. Kredit kepada Pemerintah Pusat 1 0 1.5. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan lainnya kepada bank lain
2 20
1.6.. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau Pemerintah Daerah
1 20
1.6.1. Kredit Pemilikan
Rumah(KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan yang pertama dengan tujuan untuk dihuni
1 40
1.6.2. Kredit kepada atau yang
dijamin oleh BUMN/BUMD 1 50 1.6.3. Kredit kepada Pegawai/Pensiunan 1 50 1.6.4. Kredit kepada Usaha Mikro dan Kecil 1 85
1.6.5. Kredit kepada atau yang dijamin oleh a. Perorangan b. Koperasi c. Kelompok dan perusahaan lainnya 1 100 1.7. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku) 100 1.8. Aktiva lainnya selain tersebut diatas 100
Sumber : Surat Edaran bank Indonesia Nomor 8/28/DPBPR tanggal 12 Desember 2006
Keterangan :
1. Diisi dengan jumlah nominal seterah dikurangi PPAP khusus yang wajib dibentuk oleh BPR (khusus untuk aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet) 2. Diisi dengan jumlah nominal seterah dikurangi PPAP khusus yang wajib dibentuk oleh BPR (khusus untuk aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet) kecuali Giro
Tabel 2
Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum
KETERANGAN JUMLAH SETIAP KOMPONE N JU ML AH MODAL I. MODAL I N T I 1.1. Modal disetor 1.2. Agio 1.3. Disagio -/- 1.4. Modal Sumbangan 1.5. Dana Setoran Modal 1.6. Cadangan Umum 1.7. Cadangan Tujuan 1.8. Laba Ditahan 1.9. Laba tahun-tahun lalu 1.10. Rugi tahun-tahun lalu 1.11. Laba tahun berjalan setelah dikurangi kekurangan PPAP (max 50% setelah dikurangi taksiran hutang PPh) 1.12. Rugi tahun berjalan -/- 1.13. Sub total 1.14. Goodwill -/-
Jumlah Modal Inti II. MODAL PELENGKAP 1.1. Cadangan revaluasi aktiva tetap 1.2. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Umum (maksimal 1,25% dari ATMR) 1.3.Modal Pinjam an 1.4. Pinjam an Subordi nasi (maksi mum 50% dari modal
inti) 1.5. Jumlah Modal Peleng kap (maksi mum 100% dari modal inti) III. JUMLAH MODAL (1.15+2.5) MODAL MINIMUM (8% X ATMR) JUMLAH KEKURANGAN MODAL RASIO KPMM(CAR) = JUMLAH MODAL ATMR
Sumber : Surat Edaran bank Indonesia Nomor 8/28/DPBPR tanggal 12 Desember 2006
Perhitungan Aktiva Tertimbangan Menurut Risiko (ATMR)
1. Dalam menghitung ATMR, pos-pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada pada risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko yang di dasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur, penjamin, atau sifat barang jaminan.
2. Dengan memperhatikan prinsip
sebagaimana dimaksud pada angka 1 maka rincian bobot risiko adalah sebagai Tabel 3.
Tabel 3 Rincian Bobot Risiko Bobot
Risiko
Keterangan
0% a. Kas.
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI). c. Kredit dengan angunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir pada BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan, emas dan logam mulia, sebesar nilai terendah antara angunan dan baki debet.
d. Kredit kepada Pemerintah Pusat
20% a. Giro, deposit berjangka, sertifikat deposit, tabungan serta tagihan serta tagihan lainnya kepada bank lain. b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau Pemerintah Daerah.
40% Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan Pertama dengan dengan tujuan untuk dihuni.
50% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Yang dimaksud dengan BUMN sebagai pinjaman adalah lembaga penjamin kredit milik Pemerintahan Pusat. Yang dimaksud dengan BUMD sebagi pinjaman adalah BUMD yang melaukan usaha sebagai perusahaan penjamin dan melakukan perjanjian kerjasama penjamin kredit milik Pemerintah Pusat. b. Kredit kepada Pegawai/Pensiunan, yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Pegawai/Pensiunan yang menerima kredit adalah;
2. Pegawai negri sipil (PNS), anggota TNI/POLRI pegawai lembaga negara atau pegawai BUMN/BUMD;
3. Pensiunan PNS, pensiunan anggota TNI/Polri, pensiunan pegawai lembaga negara atau
pensiunan pegawai
BUMN/BUMD;
a. Pegawai/Pensiunan dijamin dengan ansuransi jiwa dari perusahaan ansuransi yang dimiliki kriteria sebagi berikut :
b. Memiliki izin usaha dari intansi yang berwenang; c. Laporan keuangan terakhir
telah diaudit oleh akuntan publik dan memenuhi kententuan tingkat solvabilitas minimum sesuai
perundang-undangan yang berlaku; dan
d. Tidak merupakan pihak terkait dengan BPR;
Pembayaran angsuran/pelunasan kredit bersumber dari gaji pensiunan berdasarkan berdasarkan Surat Kuasa Memotong Gaji/Pensiunan kepada BPR. Dalam hal pembayaran gaji/pensiun dilakukan melalui Bank lain atau BUMN lain, maka BPR harus memiliki perjanjian kerjasama dengan Bank lain atau BUMN lain pembayar gaji/pensiun untuk melakukan pemotong gaji/pensiun
dalam rangka pembayaran
angsuran/pelunasan kredit; dan
BPR menyimpan asli surat pengangkatan pegawi atau surat keputusa pensiun atau Kartu Registrasi Induk Pensiun (KARIP) dan polis pertanggungan asuransi jiwa debitur.
85% Kedit kepada usaha mikro dan kecil. kredit kepada usaha mikro adalah kredit dengan plafon sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
100% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan, koperasi atau kelompok dan perusahaan lainnya.
b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku)
c. Aktiva lainnya selain tersebut di atas.
3. Aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan atau Macet dalam perhitungan ATMR dinilai sebesar nilai buku yaitu setelah
dikurang dengan Penyisihan,
Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP) Khusus lancar dari aktiva produktif dengan kualitas Kurang
Lancar, Diragukan dan Macet.
Penilaian kualitas aktiva produktif (KAP) dan PPAP mengacu pada
ketentuan Bank Indonesia yang
berlaku mengenai KAP dan
PPAPBPR.
Selain Capital Adequacy Ratio (CAR), terdapat beberapa rasio keuangan bank lainnya yang tidak kalah penting dengan rasio CAR (Dr. Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, 2008) antara lain :
1. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio merupakan
rasio yang digunakan untuk
mengukur komposisi jumlah kredit
yang diberikan dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. 2. Retrun on Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemajuan manajemen
bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula ROA yang terbentuk. Hal ini berarti bahwa bank semakin efektif dalam penggunaan aktiva dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini dihitungan dangan cara membandingkan laba sebelumnya pajak dengan rata-rata total asset. 3. Return on Equity (ROE)
4. Net interest Margin (NIM) 5. Biaya Operational / Pendapatan
Operational (BO/PO)
CAR merupakan indikator terhadap
kemampuan bank untuk menutupi
penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko, CAR juga menjadi indikator untuk melihat tingkat efisiensi dana modal bank yang digunakan untuk investasi. Apabila persentase CAR terlalu kecil (lebih rendah dari standar BI) maka bank tersebut termasuk ke dalam kategori
bank tidak sehat, namun apabila
persentase CAR terlalu besar berarti terlalu besar dana bank yang menganggur (idle fund). (Ahmad Faishol, 2007:153).
Berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia, Bank yang dinyatakan
termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8%.
CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:
CAR = Modal Inti + Modal Pelengkap X 100%
Menurut Lukman Dendawijaya (2000:122) Capital Adequacy Ratio
adalah Rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,penyertaan , surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana – dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain
– lain.
CAR merupakan indikator terhadap
kemampuan bank untuk menutupi
penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.
CAR = Modal Bank X 100% ATMR
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan
Penelitian ini menggunakan metode analisis desktiptif, yaitu menjelaskan
tingkat kesehatan bank dengan
menggunakan CAR (Capital Adequacy Ratio), berdasarkan PBI Nomor 8/18/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat. Deskripsi Data
Adapun jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
Data sekunder dalam penelitain ini yaitu laporan keuangan periode 31 Desember 2011, 31 Desember 2012, 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2014
Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sedangkan variabel dependen sering disebut juga sebagai variabel terikat, variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesehatan bank.
Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini untuk
memperoleh data yang relevan dalam
menganalisis permasalahan, maka
digunakan dua teknik yaitu :
1. Penelitian Pustaka (Library
Research).
2. Penelitian Lapangan (Field
Research) yaitu pengumpulan data lapangan dengan
a. Observasi b. Dokumentasi Teknik Analisa Data
Setelah proses pengumpulan data selesai, maka dilakukan analisis data. Dalam penelitian ini, untuk mengelola data dari hasil penelitian ini dengan menggunakan analisis kuantitatif, yaitu
dengan cara menghitung dan
menjabarkan data yang telah diperoleh menurut acauan CAR (Capital Adequacy Ratio),
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari data Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR) yang telah diolah dan menghasilkan total ATMR
berdasarkan masing-masing periode,
maka dapat dihitung modal minimum
yang harus dimiliki bank sebagai
penyangga terhadap kemungkinan
terjadinnya kerugian. Untuk
mendapatkan hasil modal minimum, maka rumus yang akan digunakan dalam
perhitungan berikut ini yaitu
menggunakan rasio CAR (Capital
Adequacy Ratio) yang menerapkan target modal minimum sebesar 8%
Tabel 4
Perbandingan Modal Minimum terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Per 31 Desember
2011, 2012, 2013, 2014
Dalam Ribuan Rupiah
Tahun CAR (%) Jumlah ATMR Modal Minimum 2011 8% 8.501.058 680.085 2012 8% 10.236.205 818.896 2013 8% 13.733.299 1.098.664 2014 8% 14.014.635 1.121.171
Sumber :PT. BPR Depo Mitra Mandiri (Diolah)
Sumber : PT. BPR Depo Mitra Mandiri (Diolah) Gambar 1
Grafik Perbandingan Jumlah Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Per 31
Desember 2011, 2012, 2013, 2014
Setelah diperoleh total modal minimum dari masing-masing periode, dapat diketahui bahwa semakin besar total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), maka semakin besar pula modal minimum yang dibutuhkan. Hal
ini menunjukan hubungan yang
signifikan antara risiko khususnya risiko kredit terhadap modal.
Untuk menganalisis Tingkat
Kesehatan Bank, tahap selanjutnya
adalah menghitung modal yang dimiliki
untuk risiko kredit. Sebelum
menganalisis perhitungan modal yang harus dimiliki, berikut data yang akan menunjang perhitungan berikutnya :
Tabel 5
Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimun Per 31 Desember 2011
Dalam Ribuan Rupiah
JUMLAH MODAL Jumlah
1. Modal Inti : a. Modal Setor 2.600.000 b. Cadangan 530.727 c. Laba ditahan 379.194 d.Laba-Rugi tahun lalu e. 50 % x Laba thn
berjalan (setelah pajak) 408.828 Sub.Jumlah 3.918.749 d. Faktor pengurang /kekurangan PPAP yg dibentuk Jumlah Modal Inti 3.918.749 2. Modal Pelengkap : a. PPAP ( Umum ) 35.978 b. Modal pinjaman Jumlah modal pelengkap 35.978 Jumlah Modal KPMM 3.954.726 Sumber : PT BPR Depo Mitra Mandiri (Diolah)
Tabel 6
Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Per 31 Desember 2012
Dalam Ribuan Rupiah
JUMLAH MODAL Jumlah
1. Modal Inti : a. Modal Setor 2.800.000 b. Cadangan 575.000 c. Laba ditahan 498.688 d.Laba-Rugi tahun lalu e. 50 % x Laba thn berjalan 526.053 0 5.000.000 10.000.000 15.000.000 31 -Des -11 31 -Des -12 31 -Des -13 31 -Des -14 Jumlah ATMR Modal Minimum
(setelah pajak) Sub.Jumlah 4.399.742 d. Faktor pengurang /kekurangan PPAP yg dibentuk
Jumlah Modal Inti 4.399.742 2. Modal Pelengkap : a. PPAP ( Umum ) 47.586 b. Modal pinjaman Jumlah modal pelengkap 47.586 Jumlah Modal KPMM 4.447.328 Sumber : PT BPR Depo Mitra Mandiri (Diolah)
Tabel 7
Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimun Per 31 Desember 2013
Dalam Ribuan Rupiah
JUMLAH MODAL Jumlah
1. Modal Inti : a. Modal Setor 3.000.000 b. Cadangan 625.000 c. Laba ditahan 727.601 d.Laba-Rugi tahun lalu e. 50 % x Laba thn berjalan (setelah pajak) 802.374 Sub.Jumlah 5.154.975 d. Faktor pengurang /kekurangan PPAP yg dibentuk
Jumlah Modal Inti 5.154.975 2. Modal Pelengkap : a. PPAP ( Umum ) 62.115 b. Modal pinjaman Jumlah modal 62.115 pelengkap Jumlah Modal KPMM 5.217.090 Sumber : PT BPR Depo Mitra Mandiri (Diolah)
Tabel 8
Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimun Per 31 Desember 2014
Dalam Ribuan Rupiah
JUMLAH MODAL Jumlah
1. Modal Inti : a. Modal Setor 3.200.000 b. Cadangan 675.000 c. Laba ditahan 1.371.154 d.Laba-Rugi tahun lalu
e. 50 % x Laba thn berjalan (setelah pajak)
634.685 Sub.Jumlah 5.880.839 d. Faktor pengurang
/kekurangan PPAP yg dibentuk Jumlah Modal Inti 5.880.839 2. Modal Pelengkap : a. PPAP ( Umum ) 57.779 b. Modal pinjaman Jumlah modal pelengkap 57.779 Jumlah Modal KPMM 5.938.618 Sumber : PT BPR Depo Mitra Mandiri (Diolah)
Berdasarkan tabel 4 sampai dengan tabel 8diatas menunjukan bahwa modal yang dimiliki dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini juga
dibuktikan dengan total aktiva
mengalami peningkatan.
Setelah diketahui perhitungan modal minimum yang harus dimiliki bank untuk menutupi segala risiko yang mungkin akan terjadi dikemudian hari, maka dapat dibandingkan dengan total modal yang dimiliki melalui data tabel 9. Hal ini dimaksudkan untuk dikategorikan sehat.
Tabel 9
Tingkat Kesehatan Bank
Per 31 Desember 2011, 2012, 2013, 2014
Dalam Ribuan Rupiah
Sumber : PT. BPR Depo Mitra Mandiri (Diolah)
Dari hasil Tabel 9 untuk
perhitungan tingkat kesehatan bank menggunakan perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio), nampak bahwa predikat bank per 31 Desember 2011 sd 31 Desember 2014 dalam kategori sehat, yaitu 8% sesuai ketentuan PBI No. 8/18/PBI/2006 tanggal 05 Oktober 2006. Analisis
Dari data yang diolah berdasarkan Tabel 10 , terjadi kenaikan pada total kredit, Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), modal minimum, dan modal yang dimiliki bank. Kenaikan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan modal minimum. Pada periode 31 Desember 2012 Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) mengalami peningkatan sebesar 20,41% (dibanding dengan periode 31 Desember 2011), pada periode 31 Desember 2013 Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) mengalami peningkatan sebesar 34,16% (dibanding dengan periode 31 Desember 2012), pada periode 31 Desember 2014 Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) mengalami peningkatan sebesar 2,05% (dibanding dengan periode 31 Desember 2013).
Sedangkan pada modal yang
dimiliki bank, pada periode 31 Desember 2012 mengalami peningkatan sebesar
12,46% (dibanding dengan periode 31 Desember 2011), pada periode 31 Desember 2013 mengalami peningkatan
sebesar 17,31% (dibanding dengan
periode 31 Desember 2012), pada periode 31 Desember 2014 mengalami peningkatan sebesar 13,83% (dibanding dengan periode 31 Desember 2013)
Tabel 10
Perbandingan ATMR dan Modal yang Dimiliki dalam % Per 31 Desember 2011, 2012, 2013,
2014
Periode ATMR (%) Modal yang
Dimiliki (%) 31-Des-12 Naik 20,41% Naik 12,46% 31-Des-13 Naik 34,16% Naik 17,31% 31-Des-14 Naik 2,05% Naik 13,83%
Sumber : PT. BPR Depo Mitra Mandiri (Diolah)
Dari data pada Tabel 10
menunjukan bahwa manajemen pada periode Desember 2011-Desember 2014 baik, dikarenakan persentase Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dibandingkan modal yang dimiliki pada periode 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2013 mengalami kenaikan yang cukup tinggi, sedangkan pada
periode 31 Desember 2014 juga
mengalami kenaikan namun tidak
signifikan jika dibandingkan pada
periode 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2013, hal tersebut dikarenakan
jumlah ATMR tidak mengalami
peningkatan yang signifikan meskipun jumlah aktiva mengalami kenaikan yang cukup tinggi dibandingkan pada periode
31 Desember 2013, hal tersebut
dikarenakan terdapat kenaikan jumlah penempatan dana kepada bank lain yang
cukup tinggi dibandingkan dengan
komponen aktiva lainnya pada periode 31
Desember 2014, namun dalam
perhitungan ATMR penempatan dana kepada bank lain dinilai bobot sebesar 20%. Sedangkan pada periode 31
Desember 2012 sampai dengan 31 Desember 2014, modal yang dimiliki bank mengalami kenaikan.
Berdasarkan analisa rasio keuangan
dengan menggunakan perhitungan
Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dikategorikan bahwa selama periode 31 Desember 2011 -31 Desember 2014 dalam predikat sehat.
Tabel 9 juga menunjukan bahwa modal yang harus dimiliki bank sudah melampaui ketentuan modal minimum yang telah disyaratkan. Pada periode 31 Desember 2011 perbandingan antara jumlah modal yang dimiliki bank dengan modal minimum yaitu Rp. 3.954.726,- > Rp. 680.085,- (dalam ribuan rupiah),
pada periode 31 Desember 2012
perbandingan antara jumlah modal yang dimiliki bank dengan modal minimum yaitu Rp. 4.447.328,- > Rp. 818.896,- (dalam ribuan rupiah), pada periode 31 Desember 2013 perbandingan antara jumlah modal yang dimiliki bank dengan modal minimum yaitu Rp. 5.217.090,- > Rp. 1.098.664,- (dalam ribuan rupiah),
pada periode 31 Desember 2014
perbandingan antara jumlah modal yang dimiliki bank dengan modal minimum yaitu Rp. 5.938.618,- > Rp. 1.121.171,- (dalam ribuan rupiah).
Terlihat jelas dalam beberapa periode yang telah diteliti, bahwa jumlah modal yang dimiliki PT. BPR Depo Mitra Mandiri lebih besar dibandingkan dengan modal minimum yang ditetapkan.
Hal ini menunjukan bahwa bank
memiliki modal yang cukup untuk
mengantisipasi potensi kerugian
dikemudian hari. Bank juga dapat dikatakan memiliki likuditas yang cukup karena bank memiliki modal yang memadai untuk mendanai aktivitasnya dan memenuhi kewajibanya saat jatoh tempo.
PENUTUP Kesimpulan
1. Penulisan ini bertujuan untuk Penelitian kesehatan PT. BPR Depo Mitra Mandiri selama periode 31 Desember 2011-31 Desember 2014 dinyatakan sehat, sudah diatas 8%
sesuai PBI No. 8/18/PBI/2006
tanggal 05 Oktober 2006 yaitu CAR pada periode 31 Desember 2011 sebesar 46,50%, 31 Desember 2012 sebesar 43,44%, 31 Desember 2013 sebesar 37,98% dan 31 Desember 2014 sebesar 42,37%, perlu kami Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan modal yang dimiliki bank mengalami peningkatan. Pada periode Desember 2011 – Desember
2014 total kredit mengalami
kenaikan sebesar 20,41%, 34,16% dan 2,05% ( khusus untuk periode 31
Desember 2014) mengalami
kenaikan namun tidak signifikan, hal tersebut dikarenakan jumlah ATMR tidak mengalami peningkatan yang signifikan meskipun jumlah aktiva mengalami kenaikan yang cukup tinggi dibandingkan pada periode 31
Desember 2013, hal tersebut
dikarenakan terdapat kenaikan
jumlah penempatan dana kepada
bank lain yang cukup tinggi
dibandingkan dengan komponen
aktiva lainnya pada periode 31
Desember 2014, namun dalam
perhitungan ATMR penempatan
dana kepada bank lain dinilai bobot sebesar 20% dan modal yang
dimiliki bank juga mengalami
kenaikan sebesar 12,46%, 17,31%, dan 13,83%
2. Jumlah modal yang dimiliki bank selama periode Desember 2011-Desember 2014 lebih besar dari
jumlah modal minimum yang
diperhitungkan yaitu 8% dari
ATMR. Perbandingan modal yang dimiliki bank dan modal minimum
2011-Desember 2014 sebesar Rp. 3.954.726,- > Rp. 680.085,- (dalam ribuan rupiah), Rp. 4.447.328,- > Rp. 818.896,- (dalam ribuan rupiah), Rp. 5.217.090,- > Rp. 1.098.664,- (dalam ribuan rupiah), Rp. 5.938.618,- > Rp. 1.121.171,- (dalam ribuan rupiah). Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah diuraikan, maka akan diberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut :
1. Bagi pihak manajemen PT. BPR Depo Mitra Mandiri perlu adanya
kegiatan seperti pembekalan
dalam manajemen risiko
khususnya risiko kredit, guna
menambah pengetahuan serta
keterampilan yang memadai
sehingga tugas dan tanggung
jawab dalam manajemen
perkredian dan permodalan dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Bagi akademis penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
tambahan guna melengkapi
penelitian yang akan datang. Sehingga bagi penulis skripsi ini
menambah wawasan tentang
perbankan khususnya mengenai kesehatan bank
DAFTAR PUSTAKA
IAI, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Januari, Salemba Empat IAI, 2009, Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan, Juni, Salemba Empat Ismail, 2014, Akuntansi Bank, Maret,
Kencana Prenadamedia Group Kamaruddin Ahmad, 2005, Akuntansi
Manajemen, Edisi Revisi Ketiga, Februari,PT.Rajagrafindo Persada.
Kasrmir, 2008, Analisis Laporan
Keuangan, Agustus, PT.
Rajagratindo Persada
Ketetapan MPR RI No.
XVIII/MPR/1998, Pedoman
Penghayatan Dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetia
Pancakarsa), November, MPRRI.
Ketetapan PBI No. 8/18/PBI/2006,
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat, Oktober, Bank Indonesia Lukman Surjadi, 2013, Akuntansi Biaya,
Juni, PT. Indeks
Malayu S.P. Hasibuan, 2007, Manajemen Sumberdaya Manusia, Juni, Bumi Aksara.
Mary Parker Follet, Handoko, 2000, Manajemen Personalia dan Sumber DayaManusia,Edisi 3, Juni, BBPE.
Rudianto, 2012, Pengantar Akuntansi, April, Erlangga.
Siswanto, 2009, Pengantar Manajemen, Jakarta, PT Bumi Aksara.
Sukrisno Agoes, Estralita Trisnawati, 2013, Akuntansi Perpajakan, Edisi 3, Maret, Salemba Empat.