• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIBLIOLOGI. Moody D. Goni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIBLIOLOGI. Moody D. Goni"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

17 BIBLIOLOGI Moody D. Goni

A. PENGERTIAN

Sebutan Alkitab atau bible (Inggris), berasal dari kata Yunani biblion, yang berarti “kitab” atau “gulungan”. Sedangkan kata “kitab suci” merupakan terjemahan dari kata Yunani graphe, yang artinya adalah “tulisan”. Di PB kata kerja Yunani grapho digunakan kira-kira 90 kali untuk menunjuk pada Alkitab. Sedangkan kata benda graphe digunakan 51 kali di PB. Istilah-istilah lain yang dipakai adalah kitab suci (Rom 1:2) dan “tulisan-tulisan yang Sakral” (Yunani hiera grammata, II Tim 3:15). Dalam II Timotius 3:16, menekankan bahwa tulisan-tulisan ini bukan merupakan tulisan-tulisan biasa tetapi pada faktanya “dinafaskan oleh Allah”, dengan demikian tulisan itu berotoritas dan tanpa salah dalam semua pengajarannya.1

B. ASAL-USUL ALKITAB

Pada dasarnya Alkitab berasal dari Allah. Ada banyak bukti bahwa Alkitab secara keseluruhan adalah kitab yang unik, yang berbeda dengan dengan tulisan lainnya. Keunikan tersebut dapat dilihat dari pernyataan yang ada dalam Alkitab yang menyaksikan karakter dirinya yang unik. Ada tiga ribu delapan ratus kali Alkitab menyatakan “Allah berfirman” atau “Demikianlah Firman Allah” (misalnya Kel 14:1; 20:1; Im 4:1; Bil 4:1; UL 4:2; Yes 1:10,24; Yer 1:11; Yeh 1:3). Selain itu Paulus juga mengakui bahwa hal-hal yang ia tulis merupakan perintah Tuhan (I Kor 14:37) dan semua orang percaya mengakui hal itu (I Tes 2:13). Petrus memprokalmasikan kepastian dari kitab suci serta kepastian untuk memperhatikan ketidakberubahan dan kepastian dari Firman Allah (II Pet 1:16-21). Yohanes juga mengakui bahwa pengajarannya berasal dari Allah. (I Yoh 4:6).2

C. PARA PENULIS KITAB SUCI

Alkitab adalah salah satu Buku, tetapi juga terdiri dari banyak buku yang ditulis oleh sekurang-kurangnya 40 penulis yang berbeda-beda, dalam periode tak kurang dari 1500 tahun, kebanyakan dari mereka tak pernah saling mengenal. Namun Alkitab adalah satu kesatuan yang kesinambungannya demikian jelas dan dapat saja dipikirkan seolah-olah buku itu hanya punya seorang penulis, yaitu Allah sendiri.

Dari keenampuluh enam buku di Alkitab, yang 55 dikenal baik penulisnya di sejarah dan tradisi. Yang 11 buku para penulisnya tidak diketahui adalah Hakim-hakim, Rut, 1 & 2 Samuel, 1 & 2 Raja-raja, 1 & 2 Tawarikh, Ester, Ayub dan Ibrani. Beberapa buku seperti Kejadian, Hakim-hakim, 1 & 2 Raja-raja dan 1 & 2 Tawarikh meliputi masa yang panjang dalam sejarah sehingga merupakan kemungkinan bahwa buku-buku ini berupa kumpulan catatan-catatan kuno yang digabungkan dan diedit oleh beberapa orang yang dipilih Allah, yaitu yang ada di akhir periode waktu yang dilukiskan di buku tersebut. Sebagai contoh, Musa mungkin merupakan pengumpul sumber-sumber yang menjadi buku kejadian. Mazmur dan Amsal adalah buku-buku yang ditulis oleh lebih dari seorang. Judul-judul yang ada pada sejumlah Mazmur menyarankan

1

Paul Enns, The Moody Hand Book Of Theology (Malang: SAAT, 2003)186. 2

(2)

18

ada sekitar 7 penulis yang berbeda-beda. Sebagai penulis Amsal adalah Salomo, Agur ( 30:1 ) dan raja Lemuel ( 31:1 ).

Semua penulis, terkecuali Lukas, adalah orang-orang Israel/Yahudi dan menulis dalam konteks agama Yahudi atau Kristen. Namun kata-kata yang mereka tulis mempunyai daya tarik

universal bagi semua bangsa di seluruh dunia.

Menarik untuk diperhatikan berbagai latar belakang pekerjaan penulis-penulis yang dapat diketahui yaitu: Dua penulis adalah Raja – Daud dan Salomo Dua penulis adalah Imam – Yeremia dan Yehezkiel Lukas seorang Dokter Dua penulis adalah Nelayan – Petrus dan Yohanes Dua penulis adalah Gembala – Musa dan Amos Paulus seorang Farisi dan Theolog Daniel seorang Negarawan Matius seorang Pemungut Cukai Yosua seorang Tentara Ezra seorang Ahli Kitab Nehemia seorang Juru Minuman.3

D. KESATUAN ALKITAB

Bersamaan dengan adanya perbedaan besar, Alkitab juga memiliki kesatuan yang menakjubkan. Perbedaannya sangat jelas yaitu terdiri dari enampuluh enam buku yang berbeda-beda yang ditulis dalam jangka waktu 1500 tahun. Buku-buku ini ditulis oleh sekitar 40 penulis yang berbeda-beda, yang hidup dalam budaya dan negara yang berbeda-beda, dari Mesir sampai Roma ke Babilon. Tulisan mereka meliputi hampir setiap jenis sastra, termasuk sejarah, hukum, puisi, nubuat, biografi, nyanyian, surat, perumpamaan dan Amsal. Adalah suatu mujizat bahwa mereka menghasilkan sebuah buku yang menjadi satu secara ajaib, dimana setiap penulis menyumbangkan bagian tertentu yang diperlukan, yang serasi dan tidak bertentangan dengan keseluruhannya.

Keharmonisan Pembagian Buku-buku: 1. Perjanjian Lama.

 5 Pentateukh/Pentateukh Historis (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan).  12 Buku sejarah (9 Sejarah Pra Pembuangan + 3 Sejarah Pasca Pembuangan). 9 Buku

Sejarah Pra Pembuangan terdiri dari : Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1 & 2 Samuel, 1 & 2 Raja-raja, 1 & 2 Tawarikh. 3 Buku Pasca Sejarah yaitu: Ezra, Nehemia, Ester.

 Buku Puisi yaitu: Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung.

 Nabi-Nabi, yangterdiri dari 17 Buku yaitu 5 Buku Nabi-Nabi Besar, antara lain: Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, Daniel. 12 Buku Nabi-Nabi Kecil yaitu Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya Hagai, Zakharia, Maleakhi. 2. Perjanjian Baru.

 Dasar Historis = 5 Buku yaitu: Matius, Markus, Lukas, Yohanes, Kisah Para Rasul.  Surat-Surat Doktrin (Surat-surat Gereja Kristen = 9 Buku = Roma, 1 & 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 & 2 Tesalonika). Surat-Surat Pastoral & Pribadi = 4 Buku (1 & 2 Timotius, Titus, Filemon). Surat-Surat Kristen = 9 Buku (Ibrani, Yakobus, 1 & 2 Petrus, 1,2 & 3 Yohanes, Yudas, Wahyu).4

3 Ibid

4 Ibid

(3)

19 WAHYU A. Definisi

Kata wahyu berasal dari kata Yunani “Apokalupsis” berarti “sebuah penemuan, mengungkapkan atau membuka. Oleh karena itu sebagian besar kamus mendefinisikan wahyu sebagai sebuah penyingkapan atau pembukaan selubung; membuat hal yang tersembunyi atau rahasia terungkap. Arti ini dipakai dalam Alkitab, misalnya: Efesus 1:17; Wahyu 1:1; Galatia 3:23; Galatia 1:12. Secara teologi wahyu menunjuk pada Allah yang menyatakan diri-Nya sendiri kepada manusia, dan mengkomunikasikan kebenaran kepada pikiran manusia di mana manusia tidak dapat menemukannya dengan cara lain.5

B. Manfaat Wahyu

Pada dasarnya manusia memiliki sifat-sifat tertentu dalam dirinya yang memampukan manusia untuk menerima wahyu dari Allah karena manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Sifat-sifat inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Manusia lebih tinggi karena manusia memiliki kehendak, akal budi, hati nurani dan roh yang bisa membuat manusia mengenal dan menyembah Allah. Namun karena dosa membuat pikiran, akal dan pemahamannya menjad gelap. Akibatnya manusia diasingkan dari kehidupan Allah dan menjadi musuh Allah melalui pikiran dan perbuatan-perbuatannya yang jahat (Efesus 4:17-18; Kolose 1:21).

Fakta bahwa manusia adalah makhluk ciptaan yang jatuh ke dalam dosa menunjukkan kebutuhannya terhadap wahyu Allah. Allah berinisiatif untuk menungkapkan diri-Nya sendiri kepada manusia, karena jika tidak, maka tidak mungkin manusia dapat mengetahuinya. Ayub 11:7.6 Pascal menyebutkan Tuhan sebagai Deus Absconditus (Allah yang tersembunyi), namun ia juga beranggapan bahwa Tuhan yang tersembunyi ini telah menyatakan diri-Nya, sehingga dengan demikian dapat dikenal.7

OTORITAS ALKITAB A. Pengertian Otoritas Alkitab

Definisi kata “kewibawaan” atau “otoritas” adalah terjemahan dari kata bahsa Inggris authority. Kata “kewibawaan” atau “otoritas” sering dipakai dalam bidang pemerintahan maupun organisasi. Namun kata “wibawa” secara umum memiliki arti yang sama yaitu kekuasaan dan hak member perintah yang harus ditaati. Menurut The Layman’s Library of Christian Doctrine, dalam arti yang luas, istilah kata “otoritas” berasal dari bahasa Latin auctor yang berarti “yang memulai, pencipta, sumber, pengarang.” Dengan demikian istilah “otoritas” memimpin pikiran kita kepada sumber kenyataan sejati dari segala sesuatu.8

Menurut Alkitab, kewibawaan Alkitab berasal dan bergantung kepada kewibawaan Allah. Kata dasar bahasa Yunani yang dipakai oleh Perjanjian Baru untuk kewibawaan adalah exousia. Kata ini berasal dari kata kerja impersonal exesti yang berarti “hukum”. Secara umum

5

Kevin Conner, A Practical Guide To Christian Belief (Malang: Gandum Mas, 2004) 41. 6 Ibid.

7

Henry Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 2003), 11, 8

Ichwei G. Indra, Tak Dapat Salah dan Tak Dapat Keliru, (Semarang: Pelayanan Mandiri “Mikhael”, 2003)49-50.

(4)

20

kata exousia berarti suatu hak untuk memutuskan dan suatu kuasa menyempaikan suatu keputusan. Secara khusus, kewibawaan Allah dalam Alkitab meliputi kedaulatan dan kuasa untuk memeerintah baik manusia maupun seluruh tatanan ciptaan.9

B. Permasalahan

Ada tiga aliran besar yang menetang otoritas Alkitab, yaitu: pandangan Roma Katolik, liberal, dan neo-ortodoks.

Roma Katolik menolak otoritas Alkitab disebabkan oleh keyakinan mereka atas kewibawaan Gereja dan tradisi Gereja. Di satu sisi Katolik menolak lewibawaan Alkitab sebab menempatkan kedudukan Gereja di atas kewibawaan Alkitab. Di sisi lain, Katolik menempatkan tradisi sejajar dengan Alkitab. Sesuai dengan keputusan Konsili Trente (1546-1563) yang menjelaskan bahwa kebenaran ajaran Kristus sebagian termuat dalam Alkitab dan sebagian termuat dalam tradisi yang tidak tertulis, yang telah diucapkan oleh Yesus sendiri kepada rasul-rasul-Nya.

Liberalisme dipengaruhi oleh renaissance (kebangunan kembali) dan gerakan humanisme, yang menyebabkan mereka menolak kewibawaan Alkitab. Teologi liberal berpendapat bahwa Alkitab boleh dikatakan tidak murni Firman Allah. Meskipun dalam situasi tertentu dapat menyebut Alkitab sebagai Firman Allah tanpa perasaan bersalah, tetapi secara teknis perkataan ini tidak dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang dikatakan oleh Harold Dewofe. Intinya, liberalism menolak kewibawaan Alkitab sebab mereka berpandangan bahwa Alkitab adalah hasil pikiran dari pengalaman religious manusia dan bukan diilhami Allah sehingga tulisannya tidak luput dari kesalahan.

Neo-ortodoks menolak kwibawaan Alkitab sebab mereka berpandangan bahwa Alkitab akan menjadi Firman Allah kalau Roh Kudus memberikan terang dan menerapkannya pada jiwa manusia. itu berarti bahwa Alkitab merupakan hasil karya manusia yang banyak kesalahan, tetapi kalau Allah menggunakannya untuk menguasai kita, maka Alkitab akan menjadi Firman Allah.10

C. Bukti Otoritas Alkitab 1. Menurut Perjanjian Lama.

Ada beberapa hal yang bisa dilihat dari PL yang menunjikkan otoritas atau kewibawaan Alkitab antara lain:

 Kewibawaan Alkitab dijelaskan dengan “… lalu Tuhan berfirman”, dan “demikianlah Firman Allah”. Disebutkan sebanyak 3808 kali dalam Perjanjain Lama menunjukkan bahwa Allah benar-benar berfirman.11

 Keaslian kitab-kitab Perjanjian Lama

Musa adalah penulis kitab Taurat. Kel 24:4 : “Lalu Musa menuliskan segala firman TUHAN itu.“ Kel 34:27-28 : “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel." Demikian juga dengan kitab- kitab yang lain menunjukkan kewibawaan. Misalnya, perbuatan dan tindakan Raja Hizkia dikatakan “tertulis dalam penglihatan Nabi Yesaya bin Amos” (II Tawarikh 32:32). Yesaya juga dikatakan telah menulis “riwayat Uzia dari awal sampai akhir” (II Tawarikh 26:22). Kitab nubuat 9 Ibid 10 Ibid. 11 Ibid

(5)

21

Yesaya dihubungkan dengan dia (1:1). Yeremia mendapatkan perintah, “tuliskanlah segala perkataan yang telah Kufrirmankan kepadamu dalam suatu kitab” (Yeremia

30:2). 12

 Kesaksian Kristus terhadap Perjanjaian Lama.

Kristus menerima PL sebagai naskah yang secara benar mencatat peristiwa-periatiwa dan ajaran-ajaran yang tercantum di dalamnya (Mat 5:17-18; Lukas 24:27; Yohanes 10:34-36). Dengan tegas sekali Yesus menerima berbagai ajaran PL sebagai benar, misalnya penciptaan alam semesta oleh Allah (Markus 13:9), penciptaan manusia secara langsung (Matius 19:4-5), penghancuran Sodom dan gomora (Lukas 17:28-30), Yunus di perut ikan (Matius 12:39-40) dan sebagainya. Jika Yesus itu Allah yang dinyatakan dalam keadaan manusia, maka pastilah Ia mengetahui semua fakta dalam sejarah PL, oleh karena itu kesaksiannya pasti benar.

 Bukti berdasarkan sejarah dan arkeologi.

Sejarah memberikan banyak bukti bahwa gambaran Alkitab tentang kehidupan di Mesir, Asyur , Babilonia, Madia-Parsi dan lain-lain itu sesuai dengan keyataan. Arkeologi juga menyajikan banyak bukti yang menguatkan catatan Alkitab. Contoh temuan arkeologi yang mendukung kebenaran Alkitab, misalnya; arkeologi menemukan bukti-bukti tentang bangsa Israel pernah tinggal di Mesir, bahwa mereka diperbudak di sana dan akhirnya meninggalkan Mesir. Ditemukan tulisan di lembah efrat yang menunjukkan pertempuran para raja seperti yang tercatat dalam kejadian 14. lembaran-lembaran Tel el-Amarna membuktikan bahwa kitab hakim-hakim dapat dipercayai. Dan masih banyak penemuan lain yang mendukung kebenaran Alkitab.13

2. Menurut Perjanjian Baru.

Sama seperti pengakuan para penulis Perjanjian Lama, demikian juga para penulis Perjanjian Baru memberikan kesaksian yang sama bahwa Alkitab itu berwibawa. Beberapa hal yang dapat dilihat antara lain:

 Para rasul memiliki keyakinan bahwa ajaran mereka adalah ajaran Tuhan. misalnya, Paulus meyakini bahwa ajarannya adalah perintah Tuhan (I Kor 14:37). Petrus mengakui tulisan Paulus dan menganggapnya setara dengan tulisan-tulisan lain (II Petrus 3:15-16).

 Para penulis kitab Perjanjian Baru adalah orang yang mengetahui betul apa yang ditulisnya. Mereka berkualifikasi untuk memberi kesaksian serta mengajarkan kebenaran Ilahi. Matius, Yohanes dan Petrus merupakan murid-murid Kristus dan saksi mata atas setiap perbuatan dan ajarannya (II Petrus 1:180. Markus menurut catatan Papias, adalah penafsir Petrus dan ia telah menulis secara teliti apa yang diingatnya dari ajaran Petrus. Lukas merupakan rekan seperjalanan Paulus. Sedangkan Paulus jelas sekali telah dipanggil dan ditugaskan oleh Kristus dan ia sendiri mengakui bahwa ia menerima Injil dari Kristus sendiri (Galatia 1:11-17). Yakobus dan Yudas adalah saudara sekandung Yesus Kristus. Selain itu, para penulis Perjanjian Baru adalah orang-orang yang jujur dan tulisan-tulisan mereka saling

12

Thiessen, 78-83 13

(6)

22

melengkapi. Serta isi kitab-kitab Perjanjian Baru cocok dengan sejarah dan pengalaman.14

 Kitab-kitab tersebut telah dipakai oleh bapak-bapak gereja yang mula-mula. Kesaksian jemaat mula-mula tentu sangat autentik. Shed berkata: jemaat mula-mula tidak menggunakan hak mereka untuk menyelidiki isi Kitab Suci, tetapi jemaat mula-mula itu menyaksikan siapa penulis kitab yang termasuk di dalam kanon Kitab Suci tersebut.15

 Kesaksian Kristus tentang Perjanjian Baru.

Cara Yesus memberikan kesaksian tentang Perjanjian Baru pasti berbeda dengan Perjanjian Lama sebab pada masa itu pengilhaman dan kanonisasi Perjanjian Baru belum terjadi. Namun Yesus memandang perlunya Perjanjian Baru sebagai penggenapan dan pelengkap Perjanjian Lama sehingga Ia memilih para rasul dan mengutus Roh Kudus turun untuk mempersiapkan Perjanjian Baru.

INERANSI A. Pengertian Ineransi

Pada dasarnya ineransi atau juga dikenal dengan ketidakbersalahan berarti tidak mungkin salah, bebas dari segala tanggung jawab untuk membuat kesalahan.16 Kamus Oxford mendefinisikan ineransi adalah kualitas atau kondisi dari keberadaan yang tanpa salah atau tidak salah; bebas dari kesalahan.17 Menurut E.J. Young, dengan kata ineransi mengartikan bahwa kitab suci memiliki kualitas bebas dari salah.

Sedangkan menurut Paul Enns, dalam mendefinisikan ineransi, penting juga untuk menyatakan apa yang tidak dimaksudkan oleh ineransi. Oleh karena itu Enns memberikan penjelasan yang lengkap tentang ineransi yaitu segai berikut:

1. Ineransi mengizinkan adanya keragaman dalam gaya bahasa.

Injil Yohanes ditulis dalam gaya bahasa yang sederhana, sesuai dengan apa yang dapat diharapkan dari seorang nelayan yang tidak berpendidikan. Lukas ditulis dalam kosa kata yang lebih indah karena ditulis

2. Ineransi mengizinkan adanya keragaman rincian dalam menjelaskan peristiwa yang sama. Fenomena ini secara khusus dilihat dalam Injil sinoptik. Adalah penting untuk mengingat bahwa Yesus berbicara dalam bahasa Aramik dan para penulis Kitab suci menulis dalam bahasa Yunani. Seorang penulis dapat menggunakan kata-kata yang sedikit berbeda untuk menjabarkan peristiwa yang sama, namun keduanya memberikan arti yang sama, walaupun ditulis dalam kata-kata yang berbeda. Ada alasan tambahan untuk rincian yang beragam. Penulis yang satu dapat melihat peristiwa itu dari satu sisi dan penulis Injil yang lain melihat dari sisi yang lain. Hal ini akan menghasilkan rincian yang kelihatannya berbeda, namun keduanya tetap akurat.

3. Ineranci tidak menuntut laporan kata demi kata dari suatu peristiwa. “pada masa dulu, bukanlah merupakan hal yang sama dilakukan untuk memberikan laporan pengulangan kata demi kata seriat sesuatu dituliskan”. Ada beberapa alasan untuk tidak adanya tuntutan kutipan kata demi kata. pertama, sebagaimana sudah disebutkan, penulis 14 Thiessen, 88-90. 15 Indra, 57-58. 16 Conner, 90-91. 17

(7)

23

menerjemahkan dari Aramik ke dalam Yunani pada waktu mencatat kata-kata Yesus. Kedua, dalam membuat referensi pada teks PL, tidaklah mungkin untuk membuka gulungan yang sangat panjang setiap kali akan mengutip suatu percakapan; lebih lanjut, gulungan itu tidak selalu siap sedia, oleh karena itu ada kutipan bebas dari PL.

4. Ineransi mengizinkan untuk tidak menggunakan bentuk tata bahasa standar. Sangat jelas adalah salah untuk memaksakan aturan tata bahasa Inggris pada kibat suci. Karena contohnya, dalam Yohanes 10:9, Yesus mendeklarasikan, “Aku adalah pintu,” sedangkan di ayat 11 Ia menyatakan, “Aku adalah gembala yang baik”. Dalam bahasa Inggris hal itu akan dinilai sebagai campuran metafora, tetapi hal itu bukan masalah dalam tata bahasa Yunani atau bahasa Ibrani. Dalam Yohanes 14:26, Yesus menunjuk pada Roh (pneuma=netral) dan kemudian menunjuk pada Roh sebagai “Ia (laki-laki)” (ekeinos=maskulin). Hal ini akan membuat ahli tata bahasa Inggris mengangkat alisnya, tetapi hal itu bukan masalah dalam tata bahasa Yunani.

5. Ineransi mengizinkan ayat-ayat problematik. Meskipun pekerjaan yang begitu luar biasa telah dilakukan dalam penulisan kitab suci, namun adalah tidak mungkin untuk memberikan solusi pada semua masalah. Dalam kasus-kasus tertentu, solusi menunggu penemuan dari para arkeologis; dalam kasus lain menunggu penelitian dari para ahli bahasa; dalam kasus lain solusinya tidak akan pernah ditemukan karena alasan lain. Solusi untuk beberapa masalah harus dipegang sambil menunggu. Namun jawabannya tidak pernah menyatakan adanya kontradiksi atau kesalahan dalam kitab suci. Apabila kitab suci dinafaskan oleh Allah maka secara keseluruhan tanpa salah.

6. Ineransi menuntut catatan itu tidak mengajarkan kesalahan atau kontradiksi. Pernyataan-pernyataan kitab suci, apapun yang dituliskan sesuai dengan hal-hal sebagaimana adanya. Rinciannya dapat beragam, tetapi hal itu tetap mencerminkan hal-hal sebagaimana adanya. Misalnya, dalam Matius 8:5-13, dicatat bahwa kepala prajurit datang pada Yesus dan berkata, “aku tidak layak”. Dalam bagian parallel di Lukas 7:1-10, dicatat bahwa penatua yang datang dan berkata tentang kepala prajurit itu, “ia layak”. Kelihatannya penatua itu datang lebih dahulu dan berbicara pada Yesus, dan kemudian kepada prajurit itu sendiri datang. Kedua catatan itu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

B. Pandangan Mengenai Alkitab Bisa Salah

Sejauh ini otoritas Alkitab sebagai Firman Allah yang tanpa salah telah diturunkan derajatnya oleh beberapa tokoh dan kelompok, di mana benih-benihnya sudah muncul pada akhir abad pertengahan, tetapi puncaknya adalah pada abad ke-17. Beberapa diantaranya adalah :18

1. Francis Bacon: Induktivisme

Bacon berpendapat bahwa semua kebenaran diungkapkan secara induktif. Dia melihat kebenaran dari sisi kegunaannya. Semua kebenaran bagi dia harus diuji melalui hasil-hasilnya. Dia juga memisahkan antara ilmu pengetahuan dan Alkitab. Karena itu menurutnya, Alkitab tidak dapat salah hanya dalam perkara-perkara rohani dan bukan mengenai perkara sejarah dan ilmu pengetahuan.

18

(8)

24 2. Thomas Hobes: Materialisme.

Hobes meragukan mujizat-mujizat. Dia menegaskan bahwa banyak hal di dalam firman Allah yang melampaui akal, yang tidak dapat diterima secara akal manusia. dia menganggap bahwa mujizat-mujizat dalam kitab-kitab Injil adalah bukan kenyataan sejarah, melainkan harus dimengerti sebagai perkara rohani atau sebagai cerita perumpamaan. Oleh karena itu ia menyatakan bahwa kita harus menerima dengan secara buta hal-hal yang tidak masuk akal dalam Alkitab.

3. Spinoza: Rasionalisme

Spinoza menggunakan rasionalisme deduktif, yang dengan teliti membangun suatu system kritik tinggi mengenai Alkitab. Kritik tinggi yang dibangun olehnya meliputi beberpa hal yaitu: bahwa semua kebenaran dapat diketahui secara matematika, Alkitab berisi kontradiksi-kontradiksi, Alkitab hanya berisi Firman Tuhan, Alkitab hanya berhubungan dengan hal-hal agama. Dia juga mengatakan bahwa Kebenaran Alkitab hanya bisa diuji dengan kriteria moral. Jika bagian Alkitab memuat pengajaran tentang kasih dan keadilan, itu adalah asli, jika tidak demikian itu bukan asli.

4. Hume: Empirisme Skeptik

Hume beranggapan bahwa mujizat tidak pernah terjadi. Alasannya bahwa hukum akan didasarkan pada tingkat yang paling tinggi. Sedangkan mujizat didasarkan pada tingkat kemungkinan yang terendah. Orang bijaksana selalu akan mendasarkan pada tingkat yang tertinggi. Menurutnya mujizat merupakan pelanggaran terhadap hukum alam. Termasuk Allah harus tunduk kepada hukum alam, dan akibatnya ia bukan Allah lagi.19

C. Bukti-Bukti bahwa Alkitab Tidak Dapat Salah

Seperti yang kita sudah pelajari sebelumnya bahwa Alkitab diinspirasikan oleh Allah, dengan demikian Alkitab memiliki otoritas sebagai Firman Allah karena itu Alkitab tidak dapat salah. Ichwei G Indra memberikan dua bukti bahwa Alkitab tidak dapat salah. Pertama, bukti deduktif yang menyatakan bahwa Allah adalah benar; Allah mengilhami Alkitab; maka Alkitab adalah benar. Kedua, induktif yaitu sikap Kristus sendiri terhadap Alkitab yang Nampak jelas dalam semua ajaran-Nya. Seperti: Matius 4:1-11; Yohanes 10:31-38; Matius 22:23-33; Matius 22:41-46.20

KANON ALKITAB

Kita telah membahas bahwa alkitab adalah ilhaman Allah, tetapi kita juga perlu mengetahui, bagaimana kita-kitab itu dapat dimasukkan dalam Alkitab. Dalam bahasa Yunani disebut kanon. Arti sebenarnya dari kata kanon ialah “kayu ukuran”, yang mengukur kehidupan dan asas atau undang-undang kepercayaan. Jadi kanon sebuah kitab artinya hak kitab itu untuk dimasukkan di dalam alkitab. Kanon juga berarti keputusan berwibawa dari sebuah dewan gerja. Dan bila dikaitkan dengan Alkitab, kanon berarti kitab-kitab yang telah diselidiki, dan dinyatakan memenuhi syarat, serta diakui sebagai diilhamkan oleh Allah sendiri. Dan tentunya hal itu terjadi atas pimpinan Roh Kudus.

19

Tindas, 25-30 20

(9)

25 1. Kanonitas kitab-kitab PL

Alkitab tidak mengatakan kapan kanon Alkitab itu diadakan. Tetapi ahli-ahli menyimpulkan bahwa buku torat mulai dikanonkan di masa Ezra (444 SM); buku-buku Nabi-nabi yang dikenal sebagaimana sekarang pada sekitar 200 SM dan bahwa tulisan-tulisan mendapat kewenangannya pada sekitar 100 SM. Jadi tidak diragukan lagi bahwa pada masa Yesus Kristus, kitab suci PL sudah menjadi kanon (Lukas 24:27). Kemudian pada tahun 90 orang-orang Yahudi mengadakan perhimpunan (Majelis) besar untuk mengesahkan dan mengakui PL sebagaimana yang kita gunakan sekarang. Sejak itu PL tidak dapat ditambah atau dikurangi isinya.

2. kanonitas kitab-kitab PB

Pengkanonan PB berakhir pada tahun 397. Rupanya pengkanonan yang pertama ialah kanon dari daftar kitab-kitab yang sah yang dipakai oleh jemaat yang mula-mula. Diantara jemaat yang mula-mula itu ada yang membuat daftar kanon dari kitab-kitab yang dianggap sah. Yang pertama dibuat oleh Origen pada tahun 210. kemudian pada tahun 315 Eusebius mengemukakan daftar kanon yang dibuatnya. Dan tahun 315 itu juga Athanasius sudah mengeluarkan daftar kanon kitab-kitab PB yang kita miliki sekarang. Kemudian dalam siding Majelis besar yang diadakan di Carthago pada tahun 397, PB diakui dan disahkan.21

Sumber Pustaka:

1. Paul Enns, The Moody Hand Book Of Theology (Malang: SAAT, 2003)186. 2. Tim Penyusun, Doktrin GPdI (Pare : Departemen Literatur GPdI), hal 1

3. Kevin Conner, A Practical Guide To Christian Belief (Malang: Gandum Mas, 2004) 41. 4. Henry Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 2003), 11,

5. Ichwei G. Indra, Tak Dapat Salah dan Tak Dapat Keliru, (Semarang: Pelayanan Mandiri “Mikhael”, 2003)49-50.

6. Arnold Tindas, Innerancy (Jakarta: HITS, 2005), 154.

21

Referensi

Dokumen terkait

KeTuhanan Kristus, Doktrin Keselamatan, Ibadah dan otoritas Firman Allah, Bertumbuh di dalam Kristus (Kolose 2:6-7), Iman, Kehendak dan Pimpinan Allah, Pencobaan, Penderitaan dan

        iii.      Atlit mempunyai pelatih, altlit turut aturan main Alkitab sehingga dihadiahi Allah mahkota-juara (stevanus) kekal (ayat 5).. Tabur benih

Kami mengakui Alkitab sebagai Firman Allah yang berwibawa dan sebagai dasar dari pengakuan iman dan dasar dalam praktek bergereja. Kami menyambut dalam persekutuan

 “Apakah Saudara percaya bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman Allah yang menunjukkan jalan keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus

46 Sembilan kriteria ini adalah: (1) mengatakan bahwa Alkitab sangat penting; (2) sangat setuju bahwa Alkitab adalah firman Allah yang tertulis dan secara total

Kesimpul-an bagi yang percaya Alkitab kanon terbuka adalah bahwa tidak ada doktrin yang absolut yang dapat disimpulkan dari Alkitab, karena Alkitab hanya salah satu

Dalam Alkitab Perjanjian Baru, Yakobus mengatakan bahwa jika kita meminta hikmat kepada Allah, Dia pasti akan memberikannya kepada kita.. Kita mendapat banyak hikmat dari firman

• Apakah Saudara percaya bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman Allah yang menunjukkan jalan keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus dan karena itu