PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES PENYIAPAN TENAGA KERJA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Pendidikan
Oleh :
AYU PANDINI MAHARANI
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan suritauladan yang baik , terutama yang telah memberikan pendidikan yang bermanfaat bagi seluruh umat-Nya . Atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Pendidikan Sebagai Penyiapan Tenaga Kerja ”
Makalah ini di buat dengan tujuan untuk memberitahukan kepada pembaca mengetahui jelas tentang pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja . Selain itu , di harapkan makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca .
Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapat bantuan dukungan dari pihak terutama yang bersumber internet . Kami menyadari makalah ini belum sempurna , untuk itu penulis mohon kritik dan saran untuk perbaikan dalam penulisan makalah berikutnya .
Dalam kesempatan ini pula penulis mohon maaf atas kekurangan penulisannya maupun dalam pembahasannya .
Garut, September 2013
DAFTAR ISI
Kata pengantar... i
Daftar isi... ii
BAB I PENDAHULUAN ... iii
BAB II PEMBAHASAN...iv
A. Landasa teori pendidikan sebagai proses penyiapan tenaga kerja
B. Peranan pendidikan sebagai pemasok tenaga kerja terdididk dalam era globalisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES PENYIAPAN TENAGA KERJA
Pendidikan seperti sifat sasarannya, yaitu pada manusia mengandung banyak aspek
dan sifatnya sangat kompleks.oleh karena itu, tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai
untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Ada beberapa pendapat mengenai
pengertian pendidikan, yaitu:
1. Menurut orang yunani, pendidikan sebagai pedagogic, yaitu ilmu penuntun anak.
2. Menurut orang romawi, pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan
menuntun dunia,tindakan merialisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan.
3. Menurut orang jerman, pendidikan sebagai erziehung, yaitu setara dengan educare
yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
4. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan proses perbuatan , dan cara mendidik. Pengertian lain
pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak agar
dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,ahklak mulia, serta
1. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing
peserta sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar ini berupa
pembentukan sikap, pengetahuan dan ketrampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi
penting bagi pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam GBHN (BP.7 Pusat,
1990-96) sebagai arah dan kebijaksanaan umum butir 22 dinyatakan mengembangkan SDM dan
menciptakan angkatan kerja Indonesia yang tangguh, mampu, dan siap bekerja sehingga
dapat mengisi semua jenis tingkat lapangan kerja dalam pembangunan nasional. Selanjutnya
dalam butir 23 dinyatakan meningkatkan pemerataan lapangan kerja dan kesempatan kerja
serta memberikan perhatian khusus pada penanganan angkatan
1. Arah pembangunan ketenagakerjaan ialah pada peningkatan harkat, martabat,dan
kemampuan manusia serta kepercayaan pada diri sendiri.
2. Meningkatkan perencanaan ketenagakerjaan yang terpadu dan menyeluruh yang
bersifat nasional.
3. Menyempurnakan sistem informasi ketenagakerjaan yang mencakup penyediaan
dan permintaan tenaga kerja.
4.Meningkatkan upaya perlindungan tenaga kerja khususnya bagi tenaga kerja wanita.
Isi dari butir tersebut mencakup, pengadaan tenaga kerja, penyediaan kesempatan
tenaga kerja, perencanaan terpadu, penyempurnaan sistem informasi untuk penyediaan dan
B. PERANAN PENDIDIKAN SEBAGAI PEMASOK TENAGA KERJA
TERDIDIK DALAM ERA GLOBALISASI
1. Tenaga Kerja Terdidik
Menurut UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada
dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif. Unsur-unsur
pembentuk SDM / tenaga kerja meliputi keahlian, kejujuran, keadilan dan kekuatan fisik.
Tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. angkatan kerja, Penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri atas orang yang
bekerja, pencari kerja dan menganggur.
2. bukan angkatan kerja, penduduk yang termasuk golongan bukan angkatan kerja
terdiri atas anak sekolah, ibu rumah tangga, dan pensiunan. Golongan bukan angkatan kerja
ini jika mereka mendapatkan pekerjaan maka termasuk angkatan kerja. Sehingga golongan
bukan angkatan kerja disebut juga angkatan kerja potensial.
Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak
langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan
sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik,
pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat
dikelompokan berdasarkan:
. Kualitas (kemampuan dan keahlian)
Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. tenaga kerja terdidik, tenaga kerja yang memerlukan pendidikan tertentu sehingga
2. Tenaga kerja terampil, tenaga kerja yang memerlukan kursus atau latihan
bidang-bidang keterampilan tertentu sehingga terampil di bidang-bidangnya. Misalnya tukang listrik,
montir, tukang las, dan sopir.
3. tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih, tenaga kerja yang tidak membutuhkan
pendidikan dan latihan dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya tukang sapu, pemulung,
dan lain-lain.
b. Sifat kerjanya
berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu:
1. tenaga kerja rohani, tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang menggunakan pikiran,
rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan pengacara.
2. tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan
produksi. Misalnya tukang las, pengayuh becak, dan sopir.
2. pendidikan tenaga kerja terdidik
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat
dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi
susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri anak didik.
Pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasional adalah tenaga kependidikan yang
dalam menyelenggarakan pendidikan. Dalam konteks pendidikan dasar menengah pendidik
adalah guru. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Kedudukan guru bertujuan untuk melakasanakan sistem pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidkan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,
sehat,berilmu, cakap,kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Sedangkan kompetensi pendidik adalah mencakup kompetensi pedagogic,kompetensi
kepribadian,kompetensi sosial dan kompetensi professional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
Selama tiga dasawarsa terakhir, dunia pendidikan Indonesia secara kuantitatif telah
berkembang sangat cepat. Pada tahun 1965 jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 53.233
dengan jumlah murid dan guru sebesar 11.577.943 dan 274.545 telah meningkat pesat
menjadi 150.921 SD dan 25.667.578 murid serta 1.158.004 guru (Pusat Informatika,
Balitbang Depdikbud, 1999). Jadi dalam waktu sekitar 30 tahun jumlah SD naik sekitar
300%. Sudah barang tentu perkembangan pendidikan tersebut patut disyukuri. Namun
sayangnya, perkembangan pendidikan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kualitas
pendidikan yang sepadan. Akibatnya, muncul berbagai ketimpangan pendidikan di
tengah-tengah masyarakat, termasuk yang sangat menonjol adalah: a) ketimpangan antara kualitas
output pendidikan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan, b) ketimpangan kualitas
pendidikan antar desa dan kota, antar Jawa dan luar Jawa, antar pendudukkaya dan penduduk
miskin. Di samping itu, di dunia pendidikan juga muncul dua problem yang lain yang tidak
Pertama, pendidikan cenderung menjadi sarana stratifikasi sosial.
Kedua, pendidikan sistem persekolahan hanya mentransfer kepada peserta didik apa
yang disebut thedead knowledge, yakni pengetahuan yang terlalu bersifat text-bookish
sehingga bagaikan sudah diceraikan baik dari akar sumbernya maupun aplikasinya.
pembaharuan pendidikan telah dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, tetapi sejauh ini belum menampakkan hasilnya, malah bisa dikatakan gagal.
Sesungguhnya kegagalan berbagai bentuk pembaharuan pendidikan di tanah air kita bukan
semata-mata terletak pada bentuk pembaharuan pendidikannya sendiri yang bersifat erratic,
tambal sulam, melainkan lebih mendasar lagi kegagalan tersebut dikarenakan ketergantungan
penentu kebijakan pendidikan pada penjelasan paradigma peranan pendidikan dalam
perubahan sosial yang sudah usang. Ketergantungan ini menyebabkan adanya
harapan-harapan yang tidak realistis dan tidak tepat terhadap efikasi pendidikan.
Berbicara mengenai kedudukan guru sebagai tenaga professional, akan lebih baik jika
diketahui terlebih dahulu mengenai maksud kata profesi. Pengertian profesi memiliki banyak
konotasi, salah satu diantaranya tenaga pendidikan, termasuk guru. Secara umum profesi
diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut di dalam science dan
teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai
kegiatan yang bermanfaat. Sardiman menjelaskan bahwa pekerjaan professional akan
senantiasa menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak pada landasan intelektual yang
harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian dipergunakan demi kepentingan
sosial.[1]
Fakta lain tentang gagalnya pendidikan diantaranya adalah Pengangguran intelektual
di Indonesia cenderung terus meningkat dan semakin mendekati titik yang mengkhawatirkan.
Pada tahun 2003 jumlah pengangguran intelektual diperkirakan mencapai 24,5 persen.
mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan pasar kerja sehingga seringkali
tenaga kerja terdidik kita kalah bersaing dengan tenaga kerja asing. Fenomena inilah yang
sedang dihadapi oleh bangsa kita di mana para tenaga kerja yang terdidik banyak yang
menganggur walaupun mereka sebenarnya menyandang gelar.
Ciri-ciri keprofesian di bidang kependidikan sebagai berikut : (1) Diakui oleh
masyarakat dan layanan yang diberikan hanya dikerjakan oleh pekerja yang dikategorikan
sebagai suatu profesi. (2) Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan
dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik. Sebagai contoh misalnya profesi dibidang
keguruan, harus pula mempelajari psikologi, metodik, komputer dan lain-lain. (3) Diperlukan
persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum yang bersangkutan itu dapat melaksanakan
pekerjaan professional. (4) Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang
berkompeten saja yang diperbolehkan bekerja. (5) Memiliki organisasi professional untuk
meningkatkan layanan kepada masyarakat.
Pengertian profesi dengan segala ciri dan persyaratannya tersebut akan membawa
konsekuensi yang fundamental terhadap program pendidikan. Salah satu konsekuensi itu
diantaranya adalah berkenaan dengan accountability dari program pendidikan itu sendiri.
Bagi guru yang merupakan tenaga professional dibidang kependidikan dalam kaitannya
dengan accountability, bukan berarti tugasnya menjadi lebih ringan, justru menjadi lebih
berat dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.
3. Peran Pendidikan Bagi Tenaga Kerja Terdidik di Era Globalisasi
Istilah globalisasi menunjuk pada sebuah proses tumbuhnya kesadaran global bahwa
dunia merupakan sebuah lingkungan yang terbangun sebagai suatu kesatuan yang utuh. Ciri
barang, pengguna jasa secara internasional, pertukaran tenaga kerja internasional, aliran uang
internasional, dan aliran informasi internasional.
Dampak globalisasi dibidang ekonomi sektor pasar kerja yaitu
Dampak positif, Kebebasan gerak para kekerja yang semakin mengglobal memberikan
kesempatan kepada pekerja dari Indonesia untuk memperoleh lapangan pekerjaan di
perusahaan asing, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri.
Dampak negatif, maraknya para pekerja ilegal dan banyaknya pelanggaran HAM terhadap
tenaga kerja Indonesia di luar negeri.
Seiring dengan globalisasi disemua aspek kehidupan, termasuk ekonomi sektor tenaga
kerja, maka mutlak diperlukan peningkatan daya saing tenaga kerja. Kunci jawaban
peningkatan daya saing tenaga kerja terletak pada peningkatan kompetensi tenaga kerja itu
sendiri.
Jalur pendidikan merupakan tulang punggung pengembangan SDM yang dimulai dari
tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Sementara itu, jalur pelatihan dan pengembangan karir
di tempat kerja merupakan jalur suplemen dan komplemen terhadap pendidikan.
Pendekatan ketenagakerjaan merupakan pendekatan yang mengutamakan kepada
keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai
sektor pembangunan dengan tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu
diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik sehingga
tingkat kehidupannya dapat diperbaiki.
Pendidikan formal dianggap sebagai penentu dalam menunjang pertumbuhan
ekonomi, dan titik temu antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas
kerja, dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas
kerja, semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat.
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pendidikan berperan di dalam
meningkatkan produktivitas kerja.
Sejak awal tahun 2000, Indonesia telah meletakkan dasar pengembangan SDM
melalui standardisasi kompetensi, yang diperkuat dengan lahirnya UU 13 tentang
ketenagakerjaan yang menjadi dasar untuk mengembangkan SDM berbasis kompetensi
melalui pendidikan dan pelatihan, yang selanjutnya diikuti dengan PP 31 tahun 2006 tentang
Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Sislatkernas). dalam sislatkernas diatur tentang tiga pilar
pengembangan SDM, yaitu:
1. Standard Kompetensi
Standar Kompetensi kerja yang merupakan rincian dari pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang harus dikuasai oleh seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan secara
efektif di tempat kerja sesuai persyaratan pekerjaan.
2. Pelatihan berbasis kompetensi
Pengembangan SDM ditempuh melalui 3 jalur, yaitu pendidikan, pelatihan dan
pengembangan karir di tempat kerja. Agar dihasilkan SDM yang kompeten, maka pendidikan
khususnya pendidikan profesi dan pelatihan harus dikembangkan berdasarkan standar
kompetensi yang ada. Pendidikan dan pelatihan memproses SDM menjadi kompeten, dimana
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dibangun dan dikembangkan secara simultan
menjadi SDM menguasai aspek pengetahuan, keterampilan sekaligus sikap kerja sesuai
tuntutan standar kompetensi yang merupakan representasi dari kebutuhan industri atau pasar
kerja. Jadi fungsi lembaga pendidikan dan pelatihan adalah membangun kompetensi SDM
sesuai standar kompetensi yang ada (SKKNI, standar khusus/internasional).
3.Sertifikasi Kompetensi
Sertifikasi kompetensi bagi profesi merupakan proses penjaminan bahwa seseorang
Pembangunan sendiri merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural,
dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara keseluruhan. Dalam
proses pembangunan tersebut peranan pendidikan amatlah strategis.
Secara umum, peran pendidikan diantaranya adalah:
a) memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa,
b) mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong
perubahan sosial, dan
c) untuk meratakan kesempatan dan pendapatan. Peran yang pertama merupakan fungsi
politik pendidikan dan dua peran yang lain merupakan fungsi ekonomi.
Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional muncul dua
paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan kebijakan
pendidikan:
1. Paradigma Fungsional, melihat bahwa keterbelakangan dan kemiskinan dikarenakan
masyarakat tidak mempunyai cukup penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan
sikap modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal sistem
persekolahan merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan, melatih kemampuan
dan keahlian, dan menanamkan sikap modern para individu yang diperlukan dalam proses
pembangunan. Bukti-bukti menunjukkan adanya kaitan yang erat antara pendidikan formal
seseorang dan partisipasinya dalam pembangunan. Perkembangan lebih lanjut muncul, tesis
Humanlnvestmen, yang menyatakan bahwa investasi dalam diri manusia lebih
menguntungkan, memiliki economic rateofreturn yang lebih tinggi dibandingkan dengan
investasi dalam bidang fisik.
Paradigma Sosialisasi, melihat peranan pendidikan dalam pembangunan adalah:
b) kompetensi yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas,
c) secara urnum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan semakin banyaknya
warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan meningkatkan kehidupan masyarakat
secara keseluruhan.
Oleh karena itu, berdasarkan paradigma sosialisasi ini, pendidikan harus diperluas
secara besar-besaran dan menyeluruh, kalau suatu bangsa menginginkan kemajuan.
Melihat sekarang Persaingan global dibidang tenaga kerja tidak dapat dielak lagi,
sektor-sektor tertentu seperti pariwisata, akuntan, kesehatan, konstruksi, transportasi dan juga
perbankan saat ini telah dirasakan betapa pengaruhnya sudah sangat luar biasa, maka peran
pendidikan sebagai salah satu pilar utama pencetak tenaga kerja harus digalakkan lagi secara
efektif dan efisien agar menghasilkan tenaga kerja yang kompeten.
Salah satu cara untuk menghadapi hal ini adalah memastikan bahwa seluruh
infrastruktur pengembangan SDM kita telah siap. SKKNI telah ada, lembaga pendidikan
profesi dan lembaga pelatihan telah siap menghasilkan orang yang kompeten, lembaga
sertifikasi profesi yang memberikan jaminan dan pengakuan atas kompetensi profesi juga
telah tersedia, dan semuanya telah bekerja didalam suatu sistem yang dibangun secara
nasional dan telah menghasilkan orang-orang yang kompeten. Selanjutnya instansi teknis
dapat merancang kebijakan tentang pemberlakuan standardisasi dan sertifikasi kompetensi
bagi profesi terkait, dapat bersifat dianjurkan atau diwajibkan. pemberlakuan ini tanpa
terkecuali dan tidak boleh diskriminatif dan berlaku baik bagi tenaga kerja Indonesia maupun
bagi tenaga kerja asing. Dalam hal berlaku wajib kita harus memperhatikan kesiapan
infrastruktur pendukung, yaitu adanya standar kompetensi, lembaga pendidikan dan
Menurut penulis, dengan melihat segala hal yang telah dicoba agar tenaga kerja Indonesia
dapat bersaing dengan tenaga kerja asing, seharusnya tenaga kerja Indonesia bisa berbicara
banyak dilevel ketenagakerjaan internasional.
C. Penyiapan tenaga kerja guru.
Berbicara dengan guru, perlu kita ketahui bahwa guru merupakan peranan penting bagi
siswa. Para siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu
mengemban tugas dengan baik. Kendatipun dewasa ini kansep CBSA telah banyak
dikomendangkan dan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di sekolah, namun guru
tetap menempati kedudukan tersendiri. Pada hakekatnya para siswa hanya mungkin belajar
dengan baik jika guru telah mempersiapkan lingkungan positif bagi mereka untuk belajar.
Berbagai strategi yang di rancang dan dikembangkan baik terkait dengan Pelaksanaan
kurikulum, evaluasi, dalam sistem intruksional yang telah didesain dengan sistematik
membutuhkan tenaga guru yang professional. Guru yang professional adalah guru yang harus
memenuhi persyaratan profesinya dan berkemauan tinggi untuk mengembangkan potensi
siswa secara optimal. Guru dengan tingkat kemampuan professional semacam ini perlu
1.Tentang karakteristik peserta didik, terutama kemampuan dasar
kognitif,minat,bakat.
2.Hakekat dari semua cabang ilmu pengetahuan sebagai sumber ajar dan makna
sebagai objek belajar.
3.Menguasai /mengetahui psikologi dan teori belajar baik umum maupun khusus. 4.Menguasai/mengetahui filsafat pendiddikan nasional.
5.Menguasai berbagai model belajar.
6.Mengetahui/menguasai teknologi pendidikan. 7.sistem evaluasi.
Ada juga peranan guru baik di tinjau dari arti luas maupun dari arti sempit.yaitu:
Dalam arti luas:
1. Guru sebagai ukuran kognitif, tugas guru umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan
berbagai ketrampilan pada generasi muda.
2. Guru sebagai agen dan politik, guru sebagai moral masyarakat, karena fungsinya mendidik
warga masyarakat agar melek huruf, pandai berhitung,dan berbagai ketrampilan lainnya. 3. Guru sebagai innovator, berkat ilmu pengetahuan dan teknologi , maka masyarakat
senantiasa berubah dan berkembang dalam semua aspek.
Dalam arti sempit:
1.Guru sebagai model,membutuhkan guru sebagai percontohan dan dijadikan teladan ,karena
itu guru harus memiliki kelebihan, baik pengetahuan,ketrampilan, dan kepribadian.
Kelebihan itu tampak dalam disiplin pribadi yang tinggi dalam bidang-bidang intelektual,
emosional, kebiasaan-kebiasaan yang sehat,dan sikap yang demokratis.
2.Guru sebagai perencana, guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan
menjadi rencana –rencana yang operasional. Dalam perencanaan ini murid perlu di lihat
sehingga menjamin relevansinya dengan perkembangan kebutuhan dan tingkat pengalaman
mereka.
3.Guru sebagai peramal atau mendiagnosis kemajuan belajar murid,guru mengetahui bahwa
seberapa mana mereka telah berhasil dalam studynya.
4.Guru sebagai pemimpin, dalam kelasnya sekaligus sebagai anggota kelompok-kelompok
siswa.banyak tugas yang dilakukan oleh guru , seperti memelihara ketertiban kelas, mengatur
5. Guru sebagai petunjuk jalan kepada sumber-sumber, guru berkewajiban menyediakan
berbagai sumber yang memungkinkan akan memperoleh pengalaman yang kaya.
Sumber-sumber berupa dari guru, manusia, masyarakat, media dan kepustakaan. PENUTUP
Kesimpulan
Ada beberapa hal yang dapat di simpulkan dari artikel ini adalah:
1. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,ahklak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
2.Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing
peserta sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar ini berupa
pembentukan sikap, pengetahuan dan ketrampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi
penting bagi pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
3.Guru yang professional adalah guru yang harus memenuhi persyaratan profesinya dan
berkemauan tinggi untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal