rr
I
fJ/}-/
IT
PANDANGAN
NujjャセョッNBBjャTENTANG POLITU(
SKRIPSI
Oleh:
AHMAD DEDY MUHDI
NIM: 102011023538
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMAISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH& KEGURUAN
PANDANGAN ISLAM TENTANG
POUTlK
PE'NDIDIKAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Strata Satu (S I)
Oleh:
Ahmad Dedi Muhdi
NIM: 102011023538
Dibawah Bimbingan,
,JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARTF HIDA YATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
Proposol
skripsi
yang
berjudul
"PANDANGAH
ISLA:V;
TENTANG
POLITIK PENDlDIKAN; Persepektif Historis" telshcliseminarkan rada hari
Kumis,: 15 September :::005. dan (elah disahkan oleh dose., pCll1bimbing mata
kuliah seminar proposal skripsi pada hari
NPセ」ZANP
.. ,
.,Ci.S.
Oktober 2006
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
8kripsi yang beljudul "PANDANGAN ISLAM TENTANG POLITIK
PENDIDIKAN" telah diujikan pada sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah &
Keguruan (FlTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada
hari Kamis, tanggal 16 November 2006. 8kripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat ulltuk memperoleh gelar 8arjalla Program Strata Satu (81) pada Jurusan
Pelldidikan Agama Islam (PAI)
Jakarta, 16 November 2006
SIDANG MUNAQASAH
Dekall,
Ketua Merangkap Allggota
Pellguji I
Drs.Aminudin Yuub,M.Ag NIP. 150282 685
Pembantu Dekan I,
Sekertaris Merangkap ,l\.llggota +'<ij
/lI!
__
セセ
セ
AzizFa lIIrrozi MANIP. 150202343
KATA
i':!"'ylセケャ セi i""'i
Segala puja teriring puji syukur penulis panjatkan ke hadirat
dengan karunia dan hidayah serta kekuatan berpikir yang diberikan-Nya jualah
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan eepat dan tampa hambatan apapun.
Adapun judulウォイゥエZセゥ ini adalah: "(Pandangan Islam Tentallg Politik Pendidikall)".
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah-eurahkan kepada seorang refonnis
sejati; pembawa risalah sud yakni Nabi Muhammad saw. yang telah membawa umat
manusia keluar dari kubangan lwnpm jahiJiyah menuju jalan yang diridhai oleh Allah
SWT.
Skripsi ini disusun dan ajukan kepada Fakultas 11mu Tarbiyah dan Kegmuan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan S1 (StTata l).
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis m!endapatkan banyak bantuan,
bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik seeara moril mauplill materiJ,
sekiranya patutlah dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Prot: Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Jlmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Jakarta yang juga menjadi pembimbing penulis dalam penulisan skripsi ini yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk pengembangan pemikiran
penulis dan senantiasa memberikan arahan dan nasehat demi terselesaikannya
Drs. Abdul Fattah Wibisono, M.Ag, Ketua Jumsan Pendidikan Agama Islam
beserta stafnya, yang telah banyak membantu penulis selama menjalani kuliah dan
ketika penyusunan skripsi ini.
Para Pimpinan beserta staf perpustakaan yang telaJl berkenan meminjamkan
buku-buku dan literatur lainnya kepada penulis, yaitu Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas lImu Tarbiyah dan Keguman,
Perpustakaan UNJ dan Perpustakaan Umum Islam Iman .lama'.
Kepada para dosen yang telal1 mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan
dan pengalaman kepada penulis dengan penuh kesungguhan serta penuh kesabaran.
Sahabat terdekat dan sekaligus adinda tercinta, Wini Sakinah, yang selalu
memberikan motivasi dan inspirasi terhadap penulis untuk segera menyelesaikan
skripsi ini. Kawan-kawan sepeljuangan di HMI: Kanda Roni Basty, Fauzi, Izul, Sofa,
dan lainnya. Kawan-kawan BEM-FITK 2005 - 2006: 111saI1, Khori, Hasanudin, Iman
dan lainnya. The Big FaI11ili of Che Mania: Sukry, Mat Ozi, Yordan, serta seluruh
temaI1-teman PAl Angkatan 2002 yang sudah menerima penulis sebagai teman
belajaI' di kan1pus. Dan kawan-kawan yang lainnya yaI1g tidak dapat penulis sebutkan
semuanya.
Khusus kepeda Ayahanda, Mohammad Sahronl. dan Ibunda, Mumuh
Mukhlasoh tercinta yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada penlllis,
sehingga penulis dapat menikmati daI1 mengenyam pendidikan mulai sejak keciI
sampai sekarang. Adik-adikku, Ahmad Fauzi, Ahmad Mukhlas, dan Susi Nurul
wisuda penulis, semoga kalian menjadi onmg yang diharapkan oleh orang tua kit5a
tercinta.
Akhirnya kcpada Allah SWT jualah penulis serahkan segaJanya selia
panjatkan doa semoga amal kebajikan mereka diterima disisi-Nya, selia diberikan
pahala yang berlipat ganda sesuai dengan amal perbuatanaya. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bennanfaat bagi penulis khususnya, selia bagi para pembaca
pada umumnya, terutama bagi dunia pendidikan Islam secara umum saat ini dan di
masa yang akan datang.
Jakarta, I November 2006
DAFTARISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .i
DAFTAR lSI .iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah I
B. ldentifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 5
I. Identifikasi Masalah 5
2. Pembatasan Masalah 6
3. Perumusan Masalah 6
C. Metode Penelitian 6
D. Tujuan Penelitian 8
E. Sistematika Penyusunan 9
BAB
n
POLITIK DAN PENDIDlKAN 10A. Hubungan Politik dan Pendidikan 10
B. Pengertian politik Pendidikan 13
I. Pengeltian Politik. 13
2. Pengertian Pendidikan 16
3. Pengertian Politik Pendidikan 24
BAB
m
NEGARA DAN PENDIDIKAN 29A. Tanggung Jawab Negara Terhadap Pendidikan 29
B. Pendidikan Sebagai Fungsi Negara 35
BAB IV PANDANGAN ISLAM TENTANG POLlTIK PENDIDIKAN 38
A. Politik Pendidikan dalam Tinjauan Sejarah Pendidikan Islam 38
B. Sintesis Tujuan Politik Pendidikan Dengan konsep Islam .46
BAB V PENUTUP 52
A. Kesimpulan 52
B. Saran 53
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Bclakang Masalah
Bagi sebagian besar pandangan masyarakat kita dulu-bahkan sampai kini
pun masih sering dijumpai-pendidikan dan politik adalah dua hal yang berbeda dan
terpisah serta antara keduanya tidak ada hubungan apapun. "Pendidikan ya
pendidikan, politik ya politik, jangan dicampuradukkan. Mempolitikan pendidikan
adalah suatu hal yang tercela". Itulah pendapat yang sering kita dengar.
Pandangan masyarakat ini tercermin dari para sikap politikus kita terdahulu
yang hanya memperhatikan masalah ekonomi dan politik, dengan mengesampingkan
masalah pendidikan. Mereka memandang pendidikan sebagai masalah yang relatif
tidak penting, pendidikan adalah suatu "non issue", suatu hal yang mudah, yang dapat
ditangani oleh siapa saja. Dalam hal ini ada satu hal yang dilupakan para politikus
kita, yaitu bahwa kondisi kehidupan pendidikan pada waktu sekarang akan
mempengaruhi kondisi kehidupan ekonomi dan politik di masa depan.1
Kadang juga masyarakat kita sering menimpakan sederet kesalahan pada
lembaga pendidikan semata (sekolah dan guru), ketika エ・セェ。、ゥ banyak macam
pelanggaran moral dan tindakan kejahatan yang meresahkan masyarakat. Sikap
demikian teIjadi karena masyarakat kita tidak mau ikut bertanggung jawab terhadap
I Sindhunata, (eel.),Menggagas Paradigma Earu Pendidikan; Demokratisasi Olonomi, Civil
2
pendidikan. Pendidikan hanya menjadi tanggwlg jawab sekolah dan guru semata,
bukan tanggung jawab orang tua, politikus, pengusaha dan anggota masyarakat
lainnya. Pandangan semacanl inilah yang kemudian membuat pendidikan kita rusak
dan tak ptmya masa depan.
Seharusnya tanggung jawab dikembalikan pendidikan pada posisi awal,
dimana pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak serta seluruh anggota
masyarakat ikut bersama-sama memikul tanggung jawab itu. Hal ini sesuai dengall
GBHNfTap. MPR No. IVIMPRfI978, antara lain sebagai berikut: "Pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam Iingkungan rumah tangga,
sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemelintah". Begitu pula dalam Tap. MPR No.
IIII988 menyebutkan: "Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan di dalam keluarga, sekoIah dan masyarakat. Karena itu pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah".2
Bahkan hal ini diperkuat dengan undang-undang SISDlKNAS No. 20 tahun 2003,
pasal 6 ayat 2 yang menyebutkan bahwa setiap warga negara bertallggung jawab
terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. Dari analisa diatas jelas
disebutkan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak, dimana
semuannya ikut berperan aktif dan bertanggung jawab dalam keberlangsungan proses
2Dra. Hj. Nur Uhbiyati,Jlmu Pendidikan [,lam,(Bandung; Pustaka Selia, 1998) Cet. 2, b.
3
pendidikan. Oleh karena, itu maka pandidikan terkait dengan politik, bahkan hams
menjadi issue politik.
Berbeda dengan masa lalu, kini banyak pihak melihat pendidikan sebagai
faktor politik dan kekuatan politik. Sebab pendidikan dan sekolah pada hakekatnya
pencem1inan dari kekuatan-kekuatan sosial-politik pemerintahan yang tengah
berkuasa, dan mempakan refleksi dari ordc penguasa yang ada. Sebab tujuan
pendidikan pada intinya adalah penjabaran dari filsafat negara dan tujuan politik
negara3• Dari penjelasan ini terlihat dengan jelas bahwa: politik atau negara
mempunyai peranan dan pengaruh penting bagi terciptanya ttuuan dan proses
pendidikan. karena semua ittl pada hakekatnya merupakan realisasi dari keinginan,
keputusan dan kewajiban para pemimpin yang sedang berkuasa.
Di negara Indonesia, pendidikan selalu berlangsung dalam konteks politik,
dimana pembangunan sistem pendidikan dimasuldmn kedalam kerangka kebulatan
kehidupan bangsa, ketahanan nasional dan politik negara Indonesia, yang
konsekuensinya semua kebijakan pendidikan ditenttlkan dengan keputusan politik
pemerintah. Hal ini mengaldbatkan pendidikan disamping unsur-unsumya yang
edukatif: Juga memuat dimensi-dimensi non edukatif--misalkan unsur sosial
ekonomi dan politis-yang pastinya ikut dalam menenlukan bentuk sistem
pendidikana nasional. dalam hal ini misalnya DD R1 No. 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen serta DD RI no. 20 talmn 2003 tcntang Sisdiknas adalah produk atau
:> Kartini karla no, Wmt'Gsan PoIWk; Mengenai Sistim Pendidikan Nasional, (Bandung:
4
aturan pendidikan nasional yang dibuat oleh sebuah lembaga politik (OPR dan
perangkatnya). Ini menandakan bahwa pendidikan dan politik adalah dua hal yang tak
bisa dipisahkan.
Oi dunia Islam, keterkaitan aulai'li pendidikan dan politik terlihat jelas.
Sejarah peradaban Islam banyak ditandai oleh kesungguhan para ulama dan umara
memperhatikan persoalan pendidikan dalam upaya memperknat posisi sosisl politik
dan pengikutnya. Rasid (1994) menyimpulkan dalam tesisnya bahwa dalan1 sejarah
perkembangan Islam, institusi politik ikut mewamai corak pendidikan yang
dikembangkan. Keterlibatan para penguasa dalam kegiatall pendidikan pada waktu itu
tidak sebatas dukwJgan moral kepada para peserta didik melainkan juga dalam bidang
administratif, keuangan, dan kurikulum, sebagaimana yang ditulisnya:
"Tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga pendidikan merupakan salah satu konstalasi politik. Peranan yang dimainkan oleh masjid-masjid dan madrasall-madrasah dalam mengokohkan kekuasaan politik para penguasa dapat dilihat dalam sejarah. Oilain pihak, ketergantw1gan kepada uluran tangan penguasa secara ekonomis membuat lembaga-lembaga tersebut hams sejalan dengan nuansa politik yang berlaku".4
Selain itu sejarah Islam juga telah mencatat bahwa madrasah Nizhan1iyah
yang didirikan oleh penguasa Bani Saljuk pada talJUn 457 H/l067 M, merupakan
instmmen kebijakan politik yang salah satu fungsi utamanya adalah untuk
4Abdurrasid.Madr(lsah Nidzamiyah; Study Tentang Hubungan Pendidikan Islam danPaUlik,
5
menanamkan doktrin kenegaraan yang memperkuat kerajaan.5 Hal ini menegaskan
bahwa hubungan antara politik didalam Islam demikian era!. Perkembangan
kegiatan-kegiatan kependidikan banyak dipengaruhi oleh para penguasa dan para penguasa
memerlukan dukungan untuk membenarkan dan mempertahankan kekuasaan dan
kepentingan politik mereka.
Berdasarkan pemikiran diatas, penulis tertarik untuk melakukan kajian ilmiah
dengan menyusun sebuah skripsi beljudul: "PANDANG.4N ISLAM Tl!-lVTANG
POLlTlK PENDlDlKAN".
B.Identifikasi, Pembatasan danPerumusan Masalab.
I.Identitil{asi Masalab
Dari latar belakang diatas, tampak bahwa hubungan antara politik dan
pendidikan sangat harmonis. Sejarah telah mencatat bahwa hubwlgan antara politik
dan pendidikan tidak hanya teljadi di negara-negara barat atau sekuler tetapi juga
terjadi di dunia Islam. Untuk mempeljelas semua itu, ada beberapa persoalan yang
akan di identifikasi, antara lain:
I. Bagaimana hubungan politik dan pendidikan?
2. Bagaimana kaitan negara dan pendidikan?
3. Bagaimana tiI\iauan sejarah pendidikan Islam terhadap politik pendidikan?
4. Bagaimana peran tokoh politik Islam terhadap pendidikan?
6
2. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi perluasan permasalahan dan untuk mempertajam selia
mempermudah analisa, maka daJam skripsi ini akan dibatasi pemlasalahan yang akan
diteliti. Adapun fokus dad skripsi ini adalaJl kajian sejaraJl pendidikan Islam dalam
mempraktekan politik pendidikan.
3. Pcrumusan masalab
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalaJl diatas, maka dirumuskan
sebuah masalah yang akan diteliti, yaJmi: Bagaimana pandangan sejarah Islam
tentang politik pendidikan?
C. Mctodc Pcnclitian
Metode yang akan digunakan dalam pennlisrnl skripsi ini adalah metode
kepustakaan (library research), yakni metode yrnlg dilakukan dengrnl menampilkrnl
data-data bahan penulisan melalui studi kepustakarnl. Setidaknya ada dua sumber
bacaan yang menjadi referensi penulisan skripsi ini. PertanJa, sumber primer, yaitu
buku-buku sejrn'ah pedidikan Islam. Kedua, sumber sekunder, yaitll karya ilmiah atau
bllku-buku yang membahas tentang politik pendidikan.
Adapun pembaJlasannya akrnl menggunakan metode deskriptif rnlalisis
historis, dengan menganalisis sejarah tokoh politikdan pendidikan Islam, yang
kemlldian sejarah tersebut di interpretasikan menjadi kerangka pemikirrnl dan
7
Sebagai analisis-filosofis terhadap kajian sejarah, penulis menggunakan
metode penelitian hermeneutik Wilhelm Dilthey,6 Metode penelitian Wilhelm Diltlley
adalah metode untuk penyusunan sejarah dengan dengan sebuah dasar epistimologi
banI. Hal ini dilatarbelakangi dari gagasannya tentang komprehensi atau pemahaman
yang memandang dunia dalam dua wajah, yaitu wajah dalam (interior) dan wajah luar
(ekterior), Dalam istilah Islam lahiriyah dan bathiniyah, Bagi Dilthey, sejarah bisa
dipandang dari dua sudut pandang, yaitu secara eksterior dan secara interior. Secm'a
eksterior, suatu peristiwa mempunyai tanggal dan tempat kejadian khusus atau
tertentu, sedang secara interior, peristiwa ihl dilihat atas dasar kesadarml atau keadaan
sadm',
Pada umumnya, dalam penelitian ilmiah hanya menggunakan satu dimensi
saJa, yaitu dimensi eksterior. Sementm'a bagi Dilthey, walaupun dimensi interior
adalall suatu konstruksi spekulatif, dimensi ini juga tidalc kalah pentingnya, Dimana
dimensi akan menemukan dan memahmlli makna dalam sejarah dm'i sekedar
penelitian historis, Sebab menurut Dilthey, data empiris (dimensi ekterior) hanya
menunjukan "pola-pola" atau hubungan-hubungan yang memberi makna pada
pengalmnan dan hidup kita, Sedmlgkan melalui intropeksi yang dikombinasikan
dengan interpretasi terhadap ekspresi (dimensi ゥョエ・イゥアイILNᆪLLBセセqイャャャャセqュャHAljョ・AQ・ュオォ。ョ
,
' -
. ..•...•...••...
.
i
"
I
6Wilhelm Dilthey adalah filusuf yang lahir padaャ。ョァァセヲZGヲAj }ゥャVカsュmnIsウウイTゥゥIQセi_Z。イセjエャセセゥwュセ
I
8
suatu system pola rantai (Squence-patlerns) atau bergantung bersama
(Zusammenhang) dalam sejarah.
Untuk mengoprasikan metode hermeneutic tersebut, Dilthey menggunakan
dua langkah yang hams dilakukan. Perlama, Interpretasi data dan kedua Riset
. h7
seJara .
Adapun teknik penulisan skripsi ini menggunakan bullu pedoman penulisan
skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguman (FITK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006.
D. Tujuan PeneIitian
Adapun yang menjadi dasar penulisan skripsi ini adalah :
I. Menambah kazanah pemikiran pendidikan Islam
2. Menganalisa sejarah politik pendidikan dalam Islam
3. Menganalisis pandangan Islam tentang politik pendidikan.
4. Memberikan kontribusi pemikiran tentang bagaimana sebenarnya politik
pendidikan itu dilaksanakan.
5. Menegaskan kembali pentingnya perhatian negara terhadap pendidikan.
E.Sistematika Penyusunan
Penyusunan skripsi ini dibagi dalam lima bab, yang dalam setiap bab-nya
dirinci lagi kedalam beberapa sub bab. Dengan uraian dibawah ini:
BABI
9
: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika
penyusunan.
BAB II : Politik dan pendidikan, terdiri dad pengertian politik, pengertian
pendidikan dan pengertian politik pendidikan, serta hubungall politik dan pendidikan
BAB III : Kaitan negara dim pendidikan, terdiri dari tanggung jawab negara
terhadap pendidikan dan pendidikan sebagai fungsi negara.
BAB IV :Pandangan Islam tentang politik pendidikan, terdiri dari politik
pendidikan daJan1 tinjauan sejarah pendidikan Islam dan sintesis hljuan politik
pendidikan dengan tujuan Islam.
BABU
POLITIK DAN I'ENDIDIKAN
A. Hubungan Politik dan Pendidikan.
Pendiclikan clan politik adalah dua elemen yang penting clalam sistem
sosial-politik di setiap negara, baik negara maju maupun negara bcrkembang. Kecluanya
bahu-mcmbahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat cli suatu negara.
Lebih dari itu, keclllanya satu sama lain saling saling menunjang dan saling mengisi.
Lembaga-Iembaga dan proses penclidikan berperan penting dalam membentuk
perilaku politik di negara tersebut. Begitu juga sebaliknya, lembaga-Iembaga dan
proses politik disuatu negara membawa dan1pak besar pacla karakteristik pendidikan
clinegara tersebut. Mochtar Buchori menyimpulkan dalam makalahnya yang beljudul
Peranan Pendidikan dalam Pembentukan Budaya Politik di Indonesia, bahwa
pendidikan mempllnyai pengaruh tak langsung terhaclap perilaku politik dan
terbentuknya budaya politik. Pendidikan dasar yang baik, yang menghasilkan
kemampuan intelektual yang memadai, pada waktlUlya akan melahirkan budaya
politik yang humanistic-patriotik. Sebaliknya pendidikan clasar yang gagalmemupuk
intelektualitas, pacla waktunya akan melahirkan budaya politik yang
hedonistic-egoistik. Dalam makalah tersebut dia menulis, sebagai berikut :
II
sekarang, tetapi pendidikan dapat berbuat banyak untuk tumt membentuk kehidupan ekonomi dan politik yang lebih baik dimasa depan".1
Jadi dad analisa ini terlihat jelas hubungan yang erat dan dinamis antara pendidikan
dan politik di setiap negara. Hubungan tersebut adalah realitas empiris yang telah
エ・セェ。、ゥ sejak awal perkembangan peradaban manusia sejak dahulu.
Hal senada juga sampaikan oleh pakar pendidikan, Dr. Kartini Kartono, la
menyebutkan bahwa pendidikan sebagai faktor politik dan kekuatan politik. Sebab
pendidikan dan sekolah pada hakekatnya pencerminan dari kekuatan-kekuatan
sosial-politik yang tengah berkuasa, dan mempakan refleksi dari orde penguasa yang ada.
Sebab tujuan pendidikan pada intinya adalah penjabaran dari filsafat negara dan
tujuan politik sebuah negara, yang pada hakekatnya merupakan realisasi dari
keinginan dan keputusan para pemimpin yang sedang berkuasa.2Menurutnya banyak
sekali aktivitas politik yang terjadi dalam rangka mewujudkan proses pendidikan di
sebuah negara. Di mana pemerintah, dengan kekuasaan, kewajiban dan pengaruh
politiknya ikut terlibat dalam membahas, merancang, dan mencari solusi dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan. Dalam
buku tersebut ia menyimpulkan sebagai berikut :
"Sesuatu masalah-termasuk masalah pendidikan-alcan menjadi masalal1 politik pada saat pemerintah dilibatkan untuk ikut menanganinya, atau
I Sindhunata, (cd.), Menggagas Paradigma Earu Pendidikan; Demokratisasi Otonomi, Civil
Society. Globlisasi,(yogyakmia;Kanisius, 2000), h, 18,
12
berkewajiban untuk memecahkannya. Keterlibatan pemerintah 1m disebut
sebagai aktivitas politik.,,3
Di negara-negara barat, kajian tentang hubungan antara pendidikan dan politik
dimulai oleh Plato dalam bukunya Republik. M. Sirozi dalmn bukunya mencoba
membedah pemikirml Plato tersebut, dia menyebutkan bahwa walaupun utamanya
dalam buku Plato tersebut membahas berbagai persoalan, tetapi buku tersebut juga
membahas hubungan antara idiologi dan institusi negara dengan tujuan dan metode
pendidikan. Plato mendemonstrasikan dalam buku tersebut bahwa dalmn budaya
helenik, sekolah adalah salah satu aspek kehidupan yang terkait dengan
lembaga-lembaga politik. la menjelaskan bahwa setiap budaya mempertahankan control atas
pendidikan ditmlgml kelompok-kelompok elit yang secm'a terus menems menguasai
kekuasaan politik, ekonomi, agama, dan pendidikan.Plato menggambarkan adanya
hubungan dinamis antara aktivitas pendidikan dengan aktivitas politik.4
Dmi kutipan-kutipan diatas menegaskan bahwa ada hubungan yang sangat
erat dml saling mempengamhi antara pendidikan dengan politik, dimmla keduanya
saling ketergantungan dan saling memberikan timbal balik.
3Ibid, h. 19
" M. Sirozi, Politik Pendidikan;Dinmnika lIuhllngan An/ora Kepentingan Kekuasaan dan
13
B. Pengertian Politi!, Pendidikan
I. Pengertian Politik
Secara etimologi politik asal mulanya diambil dari bahasa Yunani kuno dari kata
"Polis" yang artinya "masyarakat kota", seperti diungkapkim oleh Plato (429-347).5
Maksud kota dalam bahasa Yunani itu adalah negara yallg sedang berkuasa.
Sedangkan dalam pandangan Islam, politik diambil dari bahasa arab "Syiasah" yang
artinya strategi. Politik kemudian diserap kedalam bahas21 Indonesia dan bila
disimpulkan setidaknya ada tiga pengertian yang cukup mendasar menurut penulis,
yaitu:
I. Politik segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat, dan
sebagainya) mengenai Pemerintahan suatu negara atau terhadap negara
lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan juga dipergunakan sebagai nama
suatu disiplin IImu pengetahuan, yaitu ilmu politik.6
2. Politik adalah hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan.
lembaga-lembaga dan proses-proses politik, kelompok-kelompok kepentingan.
hubungan-hubungan intemasional dan tata pemerintahal1 yang
5Deliar Noer,Pemikiran Po/itik di Negri Baral,(Bandung; Mizan, 2000), Cet Vi. H. 3
14
semuanya merupakan kegiatan perorangan atau kelompok, dalam
kaitan hubungan kemanusiaan seCaI'a mendasar."
3. Politik juga dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang berkenaan
dengan pengambilan dan pelakSaIlaan kepntusan-keputusan. Politik
juga mengaIldung makna kegiatan atau proses "'System politik" secm'a
tidak langsung menunjukaIl eksistensi tatanan atau pola-pola
hubungan. Politik biasanya disamakan dengan penggunaffi1 pengaruh,
perjUaIlgan kekuasaaIl dan persaingaIl diantara individu dml kelompok
social seperti pengambilan keputusan, pencarian kekuasaan, dan
kegiatml yang menggunakan pengaruh.8
SedangkaIl tokoh-tokoh [s[anl berpendapat dml menclefinisikaI1l1ya agak seclikit
berbecla clm'i pengertian yang telah clisebutkan., diantaranya ialah :
a. Dr. Fuacl mohammacl Fachrudin, clalam bukunya yang berjudul
Pemikirml Politik Islam, menyebutkan tiga clefinisi dari politik.
Pertama, politik adalah satu ilmu pengetahuan mengenm
ketatanegaraan atau kenegaraan seperti tentang "TheOl'i of the state",
cara pemerintahaIl, clasar-dasar pemelintahan dan sebagainnya. Keclua,
politik adalah tipu muslihat, kelicikan akal dan daya upaya. Dalam arti
7Lembaga Pengkqjian Kebudayaan Nasional (LPKN), kamus besar IImu Pengelahuan,
(Jakarla: Golo Riwu, 1997), h. 868
15
ini politik itu dituduh segai perilaku yang kotor, keji dan tidak layak.
Ketiga, politik adalah kebijaksanaan yang digunakan dan dipakai
dalam setiap urusan dan tindakan. Definisi politik disini diambil dari
perspektif Islam, dimana tidak ada tipu musIihat dan kelicikan, yang
ada hanya budi pekerti yang luhur yang sesuai dengan arti dari Islam
itu sendiri.9
b. Islam adalah agama yang universal, yang tidak mendikotomikan dunia
dan akhirat serta mengatur semua tatanan kehidupan umatnya,
tenuasuk politik. Jadi politik adalah satu kesatuan dari Islanl itu
sendiri, karena pengertian politik menurut Islam adalah strategi dan
dalanl kehidupan sehari-hari kita perlu strategi.10
Dari berbagai definisi di atas, menurut penulis ada dua kecendrungan
pendefinisian politik, perlama: pandangan yang mengaitkan politik dengan Negara,
kedua: pandangan yang mengaitkan dengan kekuasaan, otoritas, atau dengan konflik.
Perbedaan kecendrungan ini erat kaitannya dengan pendekatan-pendekatan yang
dipergunakan oleh masing-masing pemikir.
9 Fuad Muhammad Fachrudin, Pemikiran Palilik /sIam,(Jakarta: Pedoman I1mu Jaya 1986),
H,2-3
'0 lnu Keneana Syafi'ic,aI-QuI' 'an dan IImu Politik,(Jakarta: PT IUncka Cipla, 1996), h,
l6
2. Pengertian Pendidikan
a. Pengeltian pendidikan secara umum
Seeara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu
"paidagogiek", "pais" berarti anak, "gogos" artinya membimbing/tuntutan; dan
"iek" artinya ilmu. Jadi menul'llt definisi ini, pendidikan atau pedagogik adalah ilmu
yang membicarakan bagaimana memberikan bimbingan kepada anak. Dalam bahasa
Inggris pendidikan diterjemahkan menjadi "education". "Education" berasal dari
bahasa YUIlani "educare" yang bermti membawa berkembangII.
Dalam kamus besm' bahasa Indonesia pendidikan berasal dm'i kata "didik"
yang mendapat awalan "pe" dan akhiran "an" yang mtinya proses pel'llbahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalanl usaha mendewasakan mm1Usia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, perbuatan, cm'a mendidikl2.
Sedmlgkan pengertian pendidikan secara te1l11inologi adalah "aktifitas dan
usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina
potensi-potensi pJibadinya, yaitu : rohmli ( pikir, karsa, rasa, cipta, dml budi nurani ) dml
jasmmli ( panca indera serta keterampilan-keteranlpilan )',13. Menul'llt Amier Daien
Indrakusuma pendidikan adalah bantuan yang diberikan dengml sengaja kepada anak
11 Madyo Ekosusilo R.B. Kasihadi,Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Efthar Publishing,
1987), cet.If,h. 12
12Depdikblld,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. X, h. 232
13 Tim Dosen F1P-IK1P Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya : Usaha
17
dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa14.
Konferensi pendidikan Islam se-dunia di Mekah (1977) rnendefinisikan bahwa
pendidikan adalah "suatu proses mengarahkan peliumbuhan manusia yang seimbang
melalui latihanjiwa, intelek, akal pikiran, perasaan sertajasmani,,15.
AdaplUl menumt H. Arifin pendidikan adalah "usaha orang dewasa secaJ'a
sadar untuk membimbing daJl mengembangkan kepribadian selia kemampuan anak
didik baik dalam bentuk formi! maupun non-formiI,,16. Dalam Garis-garis Besar
Haluan Negara ( ketetapan MPR R1 No. IVIMPR173 )dikatakaJl bahwa, pendidikaJl
pada hakekatnya adalah "usaha sadar lU1tuk mengembangkan kepribadian daJl
kemampuan di dalanl dan di Iuar sekolah dan berlangsung seumur hidup". Menumt
pendapat M. J. LaJlgefeld yaJlg disebut pendidikan ialah "pemberian bimbingan dan
bantuan rohani bagi yang masih memerlukan"I 7. Dalam Ulldang-Undang Sistem
PendidikaJl Nasional (UUSPN) No. 20, tahun 2003 pendidikan di mikan "usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingaJl, pengajaran dan
atau latihan bagi peranllya dimasa yang akan datang" 18.
14 Amier Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya Usaha Nasional,
1988), h. 27
ISJumal Didaktika Islamik ; Vol. I, No.4, November, h. 5
16 H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama (Dilingkungan sekolah dan
Ke1uarga), (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), cet. IV, h. 14
17 H. Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Distematis, (Yogyakarta : Andi
Offset, 1989), cet. XlII, h. 25
18
Akan tetapi makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Dengan clemikian. bagaimanapun scderhananya
peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjacli atau ber]langsung suatu proses
pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang
peraclaban Ulllat manusia, pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia
melestarikan hidupnya. Pendapat ini disampaikan oleh Tim dosen IKIP Malang dengan kesimpulan dibawah ini:
Setidaknya terdapat tiga pengertian pendidikan, yaitu :
a. Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan
membina potensi-potensi pribadinya baik ruhaninya (pikir, rasa, karsa, cipta
clan budi nurani) maupun jasmaninya (panca indra serta
keterampilan-keterampilan).
b. Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendiclikan,
isi, sistem dan organisasi pendiclikan. Lembaga ini meliputi: keluarga, sekolah
dan masyarakat (negara).
c. Basil atau potensi yang dicapai oleh perkembangan manusJa dan usaha
19
ini merupakan tingkat ォ・ャャQセオ。ョ ll1asyarakat dan kebudayaan sebagai satu
kesatuan.19
Adapun pendidikan dalam artinya yang luas bennakna ll1erubah dan
memindahkan nilai-nilai kebudayaan kepada setiap individu di dalam masyarakat.
Pendapat sell1acall1 ini disebutkan dalam buku Ensiklopedi Pendidikan, dalam buku
tersebut、セェ・ャ。ウォ。ョ sebagai berikut:
"Pendidikan dalam arti luas meliputi sell1ua perbuatlill dan usaba dari generasi tua untuk ll1engalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya selia keterampilannya (orang menamakannya juga "mengalihkan" kebudayaan, dalanl babasa Belanda disebut Culturoverdracht) kepada generasi muda sebagai usaha agar dapat memenuhi fungsi hbaik jasmani maupun rohani.20
Dari pendapat-pendapat diatas, dapat kita mengerti dan menyimpulkan bahwa
pendidikan itu dapat dilakukan melalui berll1acam-macam proses, tetapi pada
dasamya proses tersebut didasarkan pada pemindahan nilai dari suatu masyarakat
kepada setiap individu yang ada di dalamnya.
19 Tim Dosen FIP IKIP Malang, Kapita Selekta; Pengantar Dasar-dasar Pendidikan.
(Malang: IKIP Malang, 1981), h. 2
20Soegarda Poerbakawalja& H.A.H Harahaf,Ensiklopedi Pendidikan,(Jakarta; Gunung
20
b. Pengertian Pendidikan Islam
Setelah menguraikan pengertian pendidikan secara umum, penulis selanjutnya
membahas pengertian pendidikan Islam. Dalam konteks Islam, pendidikan memiliki
tenuinologi yang cukup vm1atif. Dalam bahasa Arab misalnya ada beberapa istilah
yang biasa dipergunakan dalmu pengertian pendidikan, seperti kata la'lim,
(r
:;:7),
larbiyah HセZ[IL
.
dan katala'dib(::,..,;,\;j..
I. Ta'lim HセIL berarti pengajarm1, seperti dalal11 firl11an Allah SWT
dalam al-Qur'an yang berbunyi:
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (.'Jenda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikallalu berfirman: "Sebulkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
'1
memang orang-orang yang benar!"·
2. Tarbiyah
HセIェ
berarti pendidikan, dengal1 kata kerjarabba (N[Nセ
)berartimendidik.22 Sebagail11ana finum1 Allah:
21 Departemen Agama RI (Depag RI), Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Terjemah ai-QuI"an, 1997), h. 14
22Zakiyah Daradjat,IImu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara dan Dirjen Lembaga
21
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu lerhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua lelah mendidik aku waklu
kecil",23
"
Oleh sebab itu pendidikal1 merupakan terjemahan dad kata tarbiyah (<;';:;1
yang berakar dari kata rabba HjセI berarti mendidik, mengasuh.24
3. Ta'dibHセLャ[Q berarti pendidikan yang berhubul1gan dengan prilaku atau
akhlak dalam kehidupan yang lebih mengacu pada peningkatan martabat manusia.25 Seperti sabda Rasul yang berbunyi:
(0)1>..,J1 01))) ...
セG|NヲZZイ[NNゥNゥ
セセゥNゥ
セス[L
j:.:..s15-
カセセ
Q
" . " . .". Y
Artinya: Dari abu Burdah dari Abu Musa al-Asy'ari I'll Nabi saw bersabda:
"laki-laki manapun yang memilki perempuan hendaklah ia
mendidiknya ...(HR. Bukhari)
Apabila uratan di atas diperhatikatl, maka ada perbedaan istilah tersebut,
la'lim lebih bersifat informatif, yaitu usaha pemberian ilmu pengetahuan sehil1gga
seseorang menjadi berilmu (tahu). lstilah la'dib mengesankatl proses pembinaatl
terhadap sikap moral dan etika dalatn kehidupan yang lebih mengacu pada
23Depag RI,Gp.Cit h. 428
24Mahmud Yunus,Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung: 1990), Cet. 1II, h. 138
22
peningkatan martabat manusia. Sedangkan tarbiyah mengandung makna lebih luas,
tercakup di dalamnya pengertianta'limdanta'dib.
Adapun pengertian pendidikan Islam, para tokoh pendidikan Islam saling
berbeda pendapat dalam mendefinisikannya. Dr. Yusuf al-Qardhawi memberikan
pengertian bahwa pendidikan Islam adalah "Pendidikan mallusia seutuhnya; akal dan
hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan
Islam menyiapkan manusia untuk hidup, dan menyiapkan untuk menghadapi
masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis d[ill pahitnya".26Ahmad
D. Marimba berpendapat "Pendidikan Islam adalah bimbingan menuju kepada
terbentuknya kepribadian jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama
Islam menuju kepada terbentuknya utama menurut ukuran Islam".27 Sedangkan
Syahminan Zaini mengatakan bahwa "pendidikarJ Islam adalah usalm
mengembangkan fitrall manusia sesuai dengan qiaran agama Islam, agar terwujud
manusia yang makmur dan bahagia".28 Ketiga pendapat ini clipmjelas secara lebih
teknis oleh Endang Saefuddin Anshari yang memberikan pengertian pendidikan
Islam sebagai "suatu proses bimbingan (pimpinan, tuntunan. usulan) oleh subjek
diclik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, dan lain
sebagainya) dan raga objek didik dengan bahan-ballan materi tertentu dan dengan alat
26 Yusuf al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna. telj. Bustani A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 39
27Ahmad D. Marimba,Gp. CiI.,h. 21
28 Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan ャセO。ュL (Jakarta: Kalam
23
perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai
dengan ajaran Islam.29
Adapun pengertian pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung adalah
"proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan
dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia
dan memetik hasilnya di akhirat.,,30
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli Pendidikan
Islam berbeda pendapat mengenai rumusan Pendidikan Islam. Ada yang
menitik-beratkan pada segi pembentukan akhlak (caracler building) anak, ada yang
menitikberatkan teori dan praktek, sebagian yang lain menghendaki terwujudnya
kepribadian muslim dan lain-lain. Perbedaan tersebut diakibatkan kepentingan dan
sudut pandang masing-masing ahli tersebut. Namun demiki,m, semua pendapat di
atas bertemu dalam pandangan bahwa "Pendidikan Islam adalah bimbingan yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik clalam masa perubahan agar ia memiliki
kepribadian muslim".
29 Endang Saefuddin Anshari, Pokok-pokok Pikiran tentang Islam. (Jakarta: Usaha
{nterprises, {976), h. 85
30Hasan Langgulung,Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (BanduI1g: AI-Ma'arit:
24
3. Pengertian Politik Pendidikan.
Politik pendidikan berasal dari dua suku kata yang disatukan (politik dan
pendidikan), yang masing-masing kata sudah didefinisikan. diatas. Adapun definisi
dari politik pendidikan itu sendiri, para tokoh banyak be:rpendapat dan secara
substsansi, definisi dari para tokoh tersebut tidak terlalu berbeda. Diantaranya, M.
Sirozi berpendapat bahwa politik pendidikan atau The Politics of Education adalah
kajian tentang relasi antara proses munculnya berbagai tl!iuan pendidikan dengan
cam-cara pcncapaiannya. Kajian ini lebih terfokus pada kekuatan yang menggerakan
perangkat pencapaian tujuan pendidikan dan bagaimana selta kemana perangkat
tersebut diarahkan. Kajian politik pendidikan terkonsentrasi pada peranan negara
dalam bidang pendidikan, sehingga dapat menjelaskan pola, kebijakan, dan proses
pendidikan serta berbagai asumsi, maksud dan outcome dari berbagai strategi
pembahan pendidikan dalam suatu masyarakat yang lebih baik.31 Definisi politik
pendidikan ini menekankan pada upaya negara dalam membawa arah pendidikan.
Dari definisi ini juga ditegaskan bahwa p<;,ndidikan sangat dipengamhi oleh kebijakan
negara dan tujuan-t4iuan pendidikan itu dibuat untuk kepentingan negar
Sedangkan Kartini Kartono dalam bukunya lebih menjelaskan pada
penjabaran politik pendidikan kedalam ketentuan-ketentuan operasional dan fungsi
dari politik pendidikan itu sendiri. Bagi dia politik pendidikan adalal1 sebuah proses
dimana politik dijadikan alat w1tuk menganalisa dan menghasilkan tujuan-tujuan
25
pendidikan, strategi pendidikan dan perencanaan pendidikan menjadi lebih
operasional. MaIm bagi dia penjabaran politik pendidikan bila dimasukan kedalam
ketentuan-ketentuan operasional itu akan menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
I. Tujuan-tujuan pendidikan yang khusus
2. Pengadaan dana-dana dan biaya (perencanaan pendidikan)
3. Kemungkinan mengadakan model-model altemativc, dalanl
pelaksanaan pendidikan (strategi pendidikan).
Dalam bukunya ia menyebutkan sebagai berikut;
"Politik pendidikan mempakan endapan dari politik negara di samping merupakan penjabaran tradisi bangsa, nilai-nilai dan konsepsi rakyat mengenai bentuk negara, bangsa dan pendidikan. Karena itu politik pendidikan sekaligus juga ll1enjadi fungsi kedaulatan nasional dalam membentuk tipe manusia dimasa sekarang dan diwaktu yang akan datang.,,32
Sedangkan ll1enumt Arcer, yang dikutip dari bukunya M. Sirozi, politik
pendidikan (The Politics of Education) hams dibedakan dengan politik kependidikan
(Educational politics). Ia ll1enjelaskan baIlwa istilah Educational politics mencakup
semua interaksi sosial yang mempengaruhi pendidikan, sedangkan The Politics of
Education hanya membicarakan aspek-aspek politik yang mempengamhi
d'd'k 33 pen 1 1 an.
32 Kartini kartono, Wawasan PaUlik; Mengenai Sistim Pendidikan Nasional, (Bandung:
Mandar Maju, 1990), h. 20
26
Dari beberapa definisi diatas, dapat kita simpulkan bahwa politik pendidikan
berbeda dengan kajian ilmu pendidikan lainnya (seperti administrasi pendidikan atau
manajemen pendidikan), yang lebih terfokus pada kajian tentang efektivitas sistem
pendidikan dan bentuk-bentuk organisasi pendiclikan. Seclang politik pendiclikan
merupakan kajian yang membahas antara kebutuhan dan pengaruh politik negara
terhadap pencliclikan clan sebaliknya kebutuhan dan pengaruh pendiclikan terhaclap
negara.
C. TujuanPolitik Pendidikan.
Dari definisi politik pendidikan diatas, sebenarnya sudah tersirat apa itu
tujuan dad politik pendidikan. Sebab definisi-definisi para tokoh diatas sedikit
memberikan ganlbaran atas tujuan poltik pendiclikan itu sendiri.
M. Sirozi berpendapat bahwa tujuan poltik pendidikan adalalJ menjadikan
institusi pendidikan yang ada dalam masyarakat sebagai alat kekuasaan dalam
membentuk sikap dan keyakinan politik yang dikehenclaki.J4 huuan politik
pendidikan ini berbagai aspek pembelajaran, terutama kurikulum dan bahan-bahan
bacaan, seringkali cliarahkan pada kepentingan politiktertentu. Dalam tujnan politik
pendidikan ini, diperlukan pemegang kebijakan atan pemerintah yang benar-benar
mengedepankan kepentingan politik bersama buka kepentingan politik kelompoknya.
Sebab kalau pemegang kebijakan atau pemerintahnya tidak clernikian, clikhawatirkan
akan menggunal,an pendidikan untuk kepentingannya semata.
27
Adapun Kartini Kartono, menjelaskan bahwa tujuan dari politik pendidikan
adalah untuk mencegah agar pendidikan dinegara tersebut tidak menjadi bentuk
pelayanan sosiol yang non-produktif dan tidak menimbnlkan ekses-ekses sosial
politik yang berbahaya.35 Pendapat ini dilatar belakangi dari pemikirannya tentang
definisi politik pendidikan diatas, yang menyatakan bahwa poltik adalah alat untuk
menganalisa menganalisa dan menghasilkan tujuan-tujuan pendidikan. Dalam tujuan
ini, negara dijadikan kontrol dalam upaya menciptakan proses pendidikan yang
bemmtu dan produktif.
Sedang Munawar Sholeh menjelaskan tujuan politik pendidikan lebih kepada
upaya politik dalam mensejahterakan pendidikan. Karena menumtnya, dengan
lahimya politik pendidikan akan mempertegas bagaimana upaya yang harus
dilakukan dalam mengelola pendidikan. Sebab esensi politik pendidikan selalu
dihadapkan selalu dihadapkan pada tiga persoalan pokok, membangun watak manusia
seperti apa yang ingin diwnjudkan, jenis keahlian dan apa s'lia yang dibutuhkan, serta
kapan dan berapa jumlah yang diperlukan di suatu waktu. Mnnawar menambahkan
ada empat hal yang harus diperhatikan dalam melihat politik pendidikan. Per/ama,
bagaimana merumnskan kebijakan dan program pendidikan yang mampn
menghasilkan manusia yang bisa berperan sentral dalam pembangnan. Kedua,
bagaimana merumuskan kebijakan dan program pendidikan yang mampu
menghasilkan manusia yang menguasai dan teranlpi l dalarn mengembangkan atan
35Kartini Kartono,Wawasan Palilik; Mengenai Sis/im Pendidikan Nasional,(Handung:
28
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga, bagaimana menunuskan
kebijakan dan program pendidikan yang mampu mendorong manusia mengenali
permasalahan yang dihadapi dan lingktmgan yang mel1lpengaruhinya. Keempat,
bagaimana merumuskan kebijakan dan program pendidikan yang mal1lpu
menghasilkan manusia berwatak dan memiliki kemampuan mernecahkan masalah.36
Dari tujuan-tujuan politik pendidikan di atas, dapat dianalisa bahwa tujuan
politik pendidikan pada prinsipnya sama dengan tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu
upaya l1lengembangkan potensi agar menjadi manusia yang kreartif, cerdas (inteltual.
El1losional dan spiritual), cakap, mandiri serta peduli terhadap lingkungannya. Hal ini
dikarenakan politik pendidikan adalah alat atau strategi bagail1lana menciptakan serta
mengelola sebuall pendidikan, di mana pelldidikan tersebut dapat mnghasilkan
peserta-peserta didik yang bennutu, berkualitas dan sesuai dengan karakteristik
bangsa.
36Munawar Sholeh,PaUlik Pendidikan;Jvlemhangun Sumber Daya Bangsa dengan
BABIU
NEGARA DAN PENDlDIKAN
A. Tanggung Jawab Negara Terhadap Pendidikan
Dari dcfinisi politik diatas, jclas mcnycbutkan ada kaitan politik dcngan
ncgara. Hal ini karena politik mcmpunyai konotasi dcngan pcmcrintahan dan
pcngaturan ncgara. Bahkan dalam pcngcrtian yang sCll1pit, proscs politik scngaja di
buat untuk mcncntukan kcpala pcmcrintahan disuatu ncgara.
Ncgara adalah salah satu bcntuk organisasi f011nal yang tcrbcsar dan tcrkuat
scrta banyak ll1cll1pcngaruhi tingkah laku manusia. Dikutip dalam buku Hasan
Langgulung, Etzioni (1967) mengatakan: kita dilahirkan di dalam
organisasi-organisasi, dididik dalam organisasi dan kcbanyakankita hidup dan bckerja untuk
organisasi. Kebanyakan kita akan mati diclalam suatu organisasi dan kalau wakumya
sudah datang untuk dikuburkan, maka organisasi yang bcsar, yaitu negara, hams
memberi izin tcrtulis untuk clikuburkan".I
Langgulung menambahkan, bahwa ncgara manapun di dunia, tcmtanla
ncgara-ncgara yang mcmpraktckkan systcm dcmokrasi, akan mcnjalankan umgsi
politiknya scbagai bcrikut:
I. Mcnciptakan keadilan clan persamaan di antara semua warga.
2. Memelihara pcrclamaian dan tata tcrtibdiseluruh kawasan negara tersebut.
I Prot: Dr. Hasan Langgulung,Peralihan Paradigma da/am Pendidikan Islam dan Sains
30
3. Membela dan mempertahankan negara dari ancaman atau serangan
musuh.
4. Menyediakan pelayanan umum dan kekuatan militer.
5. Memastikan parlisipasi aktif dan tanggung jawab pribadi kepada negara
dalam berbagai masalah.
6. Mengurus urusan-urusan keuangan negara.2
Dari ke enam fungsi politik diatas, salah satunya menunjukan bahwa negara berfungsi
dalam menyediakan pelayanan umum, dan salah satu bentuk layanan umum yang
penling adalah pengadaan lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah dalam negara
tesebut. Jadi bisa disimpulkan secara tidak langsung salah satu fungsi negara adalah
memberikan pendidikan secara adil kepada setiap warganya tanpa melihat
diskriminasi. Hal ini menunjukan bahwa negara mempunyai tanggung jawab serta
kewaj iban yang besar lerhadap pendidikan.
Di Indonesia, besamya tanggung jawab dan kewajiban tehadap pendidikan
tersirat dalam kontitusi negara Indonesia, yakni Undang Undang Dasar (UUD) 1945
pasal 31 ayat I yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhalc mendapatkan
pendidikan serta disebutkan dalam ayat 2 yang berbunyi bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan salu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur oleh undang-undang.
31
Penegasan tanggung jawab negara Indonesia terhadap pendidikan juga diatur
dan dijabarkan dalam sebuah undang-undang yang lebih praktis yang mengatur
pendidikan yang disebut Ondang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (OOSPN). Hal
ini bisa dilihat dalam OOSPN No. 20 tahun 2003 pasal II ayat I yang menyatakan
"pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi". Begitu pula dengan ayat 2-nya menyebutkan bahwa "pemerintah dan
pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima bel as tahun".
Disebutkan pula dalam pasal 50 ayat I yang menyebutkan bahwa pengelolaan sistem
pendidikan nasional merupakan tanggung jawab jawab menteri, selia ayat 2-nya
menyebutkan bahwa pemerintah menentukan kebijakannasionaJ dan standar nasional
pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.
Menegaskan pendapat di atas, Kartini Kartono menjelaskan dalanl bukunya
bahwa negara mempunyai tugas dan tanggung jawab yang paling besar yaitu masalah
pendidikan.3 Menurut analisanya, pada mulal1ya negara itu berasal dari kemauan
rakyat, dan dengan sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan hidup bersama atau
tujuan negara, yakni mensejahterakan kehidupan bangsa. fa menulisnya sebagai
berikut:
"Negara adalah salah satu bentuk gabungan pergaulan hidup dari manusia yang sudah tinggi tingkatnya; yaitu sebagai hasil persetujuan bersama untuk
32
membangun Negara. Jadi Negara adalah sesuatu dari, oleh, dan untuk sekelompok manusia yang disebut rakyat. Negara berasal dari kemauan rakyat, dan dengan sengaja dijadikan alat oleh rakyat untuk mencapai tujuan hidup bersan1a yaitu hidup aman, sejabtera dan bahagia".4
Tentunya untuk menciptakan sebuah negara yang mensejahterakan perlu didukung
oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Malm untuk menciptakan dan
membentuk 8DM berkualitas tersebut perlu sebuab pendidikan yang bermutu.
Meminjam lstilab Mangatas Tampubolon, "Pendidikall mcmegang peranall kunci
dalam mencetak 8DM berkualtas".5
Hal illi diperkuat oleh pendapat Cut Zahri HalUn yang menjelasan bahwa
pendidikan adalab salab satu sarana ulltuk meningkatkall kualitas 8DM, kareana
pendidikan memberikan tranformasi ilmu dan kebudaYfu"1n. Schingga kita menjadi
manusia yang cerdas dan kraetif. Dalam malmla1111ya menyimpulkan sebagai berikut:
"Pendidikan sampai saat illi dianggap sebagai unsur utama dalam pengembangan 8DM. 8DM lebih bemilai jika memiliki sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian, serta keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan berbagai bidang sector. Pendidikan mempakan salal1 satu alat untuk menghasilkan pembaban diri mallusia. Manusia akan dapat mengetahui segala sesuatu yang tidak atau belum diketahui sebelunmya. Pendidikan mempakan hak seluruh umat manusia. Hak untuk memperoleh pendidikan hams diikuti oleh kesempatan dan kemampuan sert kemauannya. Dengan demikian, dapat dilihat secm'a jelas betapa pcntingnya peranan pendidikan dalam meningkatkan kualitas 8DM agar sejajar dengan manusia lain, baik secm'a regional, nasional maupun intemasional.,,6
4Ibid. h. 16
5Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 032, Tahun ke-7, November 200], h. 665
33
Pendapat diatas menunjukan betapa pentingnya pendidikan dalam upaya peningkatan
terhadap SDM dan secara langsung peningkatan SDM ini akan memberikan dampak
terhadap kesejahteraan dan kemajuan suatu negara.
Kita bisa berkaca sejarah peradaban bangsa yang menunjukan bahwa
negara-negara yang bersedia menempatkan proiritas penting pada sector pendidikan dalam
proses pembangunan bangsanya, saat ini berada dalam kedaaan yang l1lakmur dan
menguasai berbagai macam ragam ilmu pengetahuan dlm teknologi. Hal ini dapat
dicontohkan dan dilihat pada negara Amerika Serikat, dan Jepang.7. Jadi seem'a tidak
langsung hal ini menunjukmI dan dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah kunci
bagi kel1lajuan suatu negm·a. Atas dasar inilah, malca lIegara l1lempunyai kepentingan
terhadap pendidikan serta berkewajiban dalal1l memperhatikan, mengurus bahkan
membiayai dunia pendidikan. Km'ella hanya dengan pendidikanlah tujum1-tujuan
negara seperti yang dikatakan diatas akan tercapai.
DaianI sebuah artikel di internet yang ditulis T.H Sucahyo menyebutkan
bahwa para tokoh pendidikan klasik Indonesia, seperti Doleter Wahidin Sudirohusodo
dmI Ki Hajar Dewantm'a begitu yakin bahwa pendidikan mempakmI resep mujarab
yang dapat l1lengentaskan bangsa dari keterbelakangan dan kemelaratan.8 Hal senada
juga diungkapkan oleh Munawar Sholeh, ia menulis dalanI bukunya bahwa
7Munawar Sholeh,Po{itik Pendidikan;Jvlembangun Sumber Daya Bangsa dengan
Peningkatan Kualitas Pendidikan,(Jakarta: IPE & Grafindo Khazanah IImu, 2005), h. 13
34
rendahnya sumber daya manusia (SDM) negara kita, dikarenakan rendahnya mntu
pendidikan. Pendidikan mempunyai peran penting, karena pendidikan akan mampu
meningkatkan SDM yang berkualitas, sehingga sumber daya alanl di tanah air akan
terolah dengan baik.,,9 Berdasarkan kutipan ini, dijelaskan bahwa SDM yang rendah
akan mengakibatkan lambannya perkembangan dan kem<tiuan negara dan faktor
utama penyebab rendahnya SDM adalah rendahnya kualitas pendidikan.
Bila kita menganalisa sejarah bangsa Indonesia pada zaman orde barn, yang
kebijakan pemerintahannya hanya memprioritaskan pembangunan fisik, mengenjot
pertumbuhan ekonomi dan sementara 'menelantarkan' pembangunan pendidikan,
akibatnya kemudian tercipta rakyat yang SDM-nya lemah dan menjadi negara yang
tertinggal serta klimaksnya terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998. Ketertinggalan
SDM bangsa Indonesia pada zaman orde barn ini bisa dilihat dalam buku Prof. Dr.
Dede Rosyada, MA, yang menuliskan bahwa menurnt laporan bank dunia tahun
1992, studi IEA (International Association for The Evaluation of Educational
Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa Indonesia dalam keterampilan
membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Selain itn, hasil studi
The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIU'iS-R, tahun 1999
memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP Indonesia
berada pada w-utan ke-32 untuk IPA, dan ke-34 untuk: Matematika. KetertinggaIan ini
juga terlihat dalam dunia Pergurnan Tinggi, menumt majalah Asia Week dari 77
35
universitas yang disurvei di Asia Pasifik temyata 4 universitas terbaik di Indonesia
hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke··68, k-73 dan lce-75.10 Ketertinggalan
dan rendalmya SDM pada saat itu tidak lain dikarenakan kecil--bahkan tidak-serius
dan perhatiannya pemerintah Indonesia dalam mengulUsi dunia pendidikan.
Kutipan-kutipan dan contoh di atas merupakanalasan, mengapa negara hams
peduli terhadap pendidikan. Tentllliya semua itu 、ゥャ。ォオォセュ dalam rangka tangglmg
jawab llegara gUlla mencapai tujuall-tujuannya serta dalam membangun kehidupan
waTga negara menjadi lebih baik.
B. Pendidikan sebagai fimgsi Negara.
Seperti disinggung diatas, balIwa negara menggunakan pendiclikan clalam
rangka mencapai tujuannya itu. Dalam konteks illi terlihat balrwa pellcliclikall aclalah
fullgsi llegara. Kartollo kartini melljelaskall, sebagai fungsi llegara, pencliclikall
telltunya, secara resmi melljacli lembaga formal clan legal.JJ Maka oleh kaTena itu
negara berkewajiban clan bertanggung jawab untuk mengurusi pencliclikan serta
membuat clan mengarahkan sistem pencliclikan menuju posisi icleal. Dia
menyimpulkan penclapatnya sebagai berikut:
"Kekuasaan negara mItam lain mencakup: menclirikan clan menjmI1in tegaknya pemerintahan, mellentukml bentuk negara, melinclungi warga negm'anya,
toProf. Dr. Dede Rosyada, MA, Paradigma Pendidikan lJemokralis: Sebuah Perlibalan Mosyarakat da/am Menye/enggarakan Pendidikan,(Jakarta,; Kencana, 2004}. h. 5
IIKmtini Katono, Wawasan PaUlik; A4engenai Sisfim Pendidikan Nasional,(Bandung:
36
mengurusi masalah-masalah sosial-ekonomi, keagamaan, kebudayaan, dan pendidikan untuk mencerdaskan rakyatnya. Karena itu sekolah, akademi, universitas dan agen-agen pendidikan yang memberikan informasi ilmiah dan edukasi kcpada rakyat pasti didorong dan dibantu keberadaannya oleh pemerintah. Dan tak dapat diingkari, bahwa perkembangan suatu negara banyak ditentukan oleh kualitas pendidikan serta kual1tas keahlian rakyatnya. Karena itu perlu diadakan system pendidikan dan persekolahan yang diatur dan diurus oleh negara.,,12
Bahkan sudah disinggung di atas, tujuan pendidikan pada intinya adalah
penjabaran dari filsafat negara. Dimana tujuan-tujuan pendidikan tercipta berdasarkan
tujuan negara. Di sini juga terlihat bahwa pendidikan merupakan fungsi negara.
Adapun salah satu fungsinya yaitu, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menciptakan anak-anak bangsa yang mempunyai karakter sesuai dengan falsafah
negara tersebut.
Sebagai fungsi negara, pendidikan tentunya harus selaras dengan negara.
Keselarasan ini terlihat pada eratnya keterkaitan antara elemen-elemen pendidikan
disuatu negara dengan prinsip-prinsip yang berlaku di negara tersebut
Berkenaan dengan ini, M. Sirozi menjelaskan bahwa sebagai fungsi negara,
pendidikan harus dikontrol oleh Negara13. Hal ini dilakukan agar pendidikan selaln
berjalan sesuai dengan peraturan dan penmdang-undangan yang berlaku. Sehingga
ketika pendidikan beljalan dalam lingkaran peraturan tersebut, maka pendidikan akan
menghasilkan apa yang dicita-citakan oleh negara.
12Ibid,h. 17-18
13PaUlik Pendidikan;Dinamika Hubungan An/m'a Kepentingan Kekuasaan dan Praktek
37
Menurut Dale, kontrol negara terhadap pendidikan umumnya dilakukan
melalui empat cara. Perlama, system pendidikan dilakukan seCal'a legal. Kedua,
system pendidikan dijalankan sebagai birokrasi, menekallkan ketaatan aturall dan
objetivitas. Ketiga, penerapall wajib pendidikan. Keempat, Reproduksi politik dan
ekonomi yang berlangsung disekolah berlangsllng dalam konteks politik tertentu.14
Dengan kontrol yang dilakukan negara terhadap kebijakan-kebijakall dan
praktik-praktik pendidikan,. diharapkan pendidikan terns berjalan dalam lingkaran
yang ideal, sehingga pendidikan dapat menghasilkan anak didik yang diharapkan oleh
negara.
BABIV
PANDANGAN ISLAM TENTANG POUTIK PENDIDIKAN
A. Politik Pcndidikan Dalam Tinjauan Scjarah Pcndidikan Islam
Sejarah pendidikan Islam pada hakekatnya tidak terlepas dari sejarah Islam.
Oleh sebab itu peJiodisasi sejarah pendidikan Islam berada dalam periode-periode
sejarah Islam itu sendiri. Secara garis besar Hartin Nasution membagi sejarah Islam
kedalam tiga periode, yaitu klasik, pertengahan dan modern.JSedangkan Dra. Zllhairi
dalam bllkunya membagi periodisasi sejarahー・ョ、ゥ、ゥォセュ Islam sesuai dengan kondisi
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam itu sendiri. Ia membagi sejarah
pendidikan Islam kedalam lima peJiode, yaitu:
1. Periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada zaman Nabi Muhammad SAW.
2. Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yang berlangsllng sejak
Nabi Muhammad SAW wafat sampai masa a1chir Bani Umayyah,
yang diwamai dengan berkembangnya ilmu-ilmu naqliah
3. PeJiode kejayaan (puncak perkcmbangan) pendidikan Islam, yang
berlangsnng sejak permulaan daulah Abbasiyah sampai dengan
jatuhnya Bagdad, yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu akliah
JDr..HuronNaslItion.Pembaharuan Do/am Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,(Jakarta:
39
dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan
kebudayaan Islam
4. Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya
Bagdad sampai jatuhnya Mesir ketangan Napoleon, yang ditandai
dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya
pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Bm·at.
5. Periode pembaharuan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak
pendudukml Mesir oleh Napoleon sampai masa kini, yang ditmldai
gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam. 2
Pembagian periodisasi dalam pendidikan Islam tersebut, sebenarnya hmlyalah sebagai
usaI1a untuk memudahkan urutan pembahasan saja, karena pada halcekatnya suatu
peristiwa sejarah selalu berkaitan dengml peristiwa-peristiwa lainnya, sepelii
peristiwa politik, sosial dan laiunya yang terjadi pada saat itl! atau sebelum peristiwa
ウセェュG。iQ itu teJjadi.
Begitu pula dengml sejm'aIl pendidikan Islam, tentullya selalu berkaitan
dengan peristiwa lainnya, telUtama dibidang politik. Sudah disinggung diatas, bahwa
sejarah pendidikan Islam tidalc lepas dari sejarah penyebaran Islam. Kita talm bahwa
dalam sejarah penyebaran Islam sangat bersinggungan dengan masalaI1 poIitik, malca
begitu pula dengan sejarah pendidikan Islam.
Dra. ZUhairi, menyebutkan bahwa pada masa pertumbuhan dan
perkembmlgan Islam, tujuml pendidikan IsImn adalah untuk menyampaikan ajaran
40
Islam kepada masyarakat agar mereka menerimanya menjadi sistem hidnp. Pada saat
itu Nabi Muhammad SAW, mengirimkan utusan-utusan keberbagai wilayah untuk
menyebarkan dan menyampaikan ajaran Islam.3 Selain itu, nabi juga membuat
kebijakan dimana masjid yang menjadi pusat pemerintahan pada saat itu dijadikan
juga sebagai pusat penyebaran pendidikan Islam. Dari sejarah ini terganlbar bahwa
pada masa nabi Muhammad SAW. politik dan pendidikan sudah mulai saling
bersinggungan, dimana kekuasaan dan kekuatan politik pada saat Nabi Muhanlmad
SAW tersebut, dijadikan alat untuk menyebarkan pendidikan Islam.
Usaha-usaha ini juga dilaI\iutkml oleh para KhulafilUr Rasyidin dan Bani
Ummayah, dimana pada masa itu mereka membuat kebijakan negaralah yang
merenea11akan, mengatm, da11 menerapka11 sistem pendidika11, karena menumt
khulafaur rasyidin negara adalah pihak yang paling bertanggung jawab mengurus
kebutuha11 rakyatnya, termasuk kebutuha11 terhadap ilmulpendidika11.4 Bahkan saat
itu, para pemimpin da11 pejabat pemerintahan/khulafaur rasyidin ikut andil dalam
merumuskan kebijaka11, seperti bentuk dan materi pendidika11, bahkml pm'a pemimpin
dan pejabat tersebut tidak jarang menjadi tenaga pengajm'/pendidik pada saat itu. Dra.
Zuhairi menyebutkan bahwa para Khulafaur Rasyidin seperti, Abu Bakar, Umm',
Utsman dan Ali bin abi Thalib pernah mengajm' dimadrasah Madinah. Umar dml Ali
3Ibid.h. 70
41
bin abi Thalib adalall seorang ahli Qiraat dan Fiqh, sedang Umar adalah seorang ahli
hadist.5
Pada masa Khulafaur Rasyidin dan Bani Umayyall membuat kebijalmn wltuk
menyebarkan Islam kewilayah-wilayah lainnya yang lebih luas. Sehingga dengan
meluasnya daerall Islam tersebut meluas pula daerah ajaran pendidikan Islam.
Perluasan tersebut dibarengi dengan pembuatan pusat-pusat pendidikan Islam pada
saat itu. Mahmud Yunus dalam bukunya menerangkan bahwa pusat-pusat pendidikan
tersebut tersebar dikota-kota besar, antara lain sebagai berikut:
I. Di kota Makkah dan Madinah (Hijaz)
2. Di kota Basrah dan Kufall (Irak)
3. Di kota Danlsyik dan Palestina (Syam
4. Di kota Fistat (Mesir).6
Berkembang dan tersebamya pusat pendidikan tersebut karena meluasnya kekuasaan
politik Islam pada saat itll. Jadi jelas bahwa keterkaitan politik dan pendidikan juga
terjadi pada Khulafaur Rasyidin dan Bani Umayyah.
Keterkaitan antara pendidikan dan politik juga terlihat jelas pada periode
kejayaan pendidikan Islam, hal ini ditandai oleh kesunggllhan para lllama dan llmara
dalam memperhatikan persoalan pendidikan dalam llpaya memperkuat posisi
sosial-politik kelompok dan pengiklltnya. Dalam buku yang berjudul Sejarah Sosial
501'. Cit,h. 73
42
pendidikan Islam, menjelaskan bahwa pada masa Daulah Abbasiyah yang di pimpin
oleh Khalifah Hamn al-Rasid dan puteranya al-Mak'mun, pendidikan Islam sangat
berkembang pesat dikarenakan pada saat itu pemerintah/negara sangat
memperhatikan dan konsen pendidikan. Dalam buku tersebut ditulis sebgai berikut:
"Daulah Abbasiyah mencapai puncak keemasaan dan kejayaan pada periode I.
Para khalifah pada periode I dikenal sebagai tokoh yang kuat, pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Kemalanuran pada saat ini mencapai tingkat yang tinggi. Populeritas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa khalifah Harun al-Rasid (786 - 809 M) dan puteranya Al-Ma'mun (813 - 833 M). Kekayaan yang dimiliki khalifah Harun al-Rasid darl puteranya Al-Ma'mun digunakan untuk kepentingan sosial seperti : lembaga pendidikan, kesehatan, rumah sakit, pendidikan ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, serta kesusasteraan berada pada zaman keemasan. Al-Ma'mun khaIifah yang dnta kepada Ilmu dan banyak mendirikan sekolah." 7
Perhatian para khalifah yang lebih terhadap pendidikan diatas, bukan semata
karena faktor pentingnya sebuah pendidikan atau karena kewajiban seorang
pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Tapi adakalanya perhatian terhadap
pendidikan tersebut juga digunakan para pembesar negara saat itu untuk mendapatkan
simpati dari rakyat dan untuk mempertahankan kedudukan dan kekuasaan politiknya.
Hal ini ditegaskan oleh Dra. Zuhairini dengan menulis sebagai berikut:
"Pada masa bangsa Turki mulai berpengaruh daIam pemerintahan bani abbasiyah, dan untuk mempertahankan kedudukan mereka dalam pemerintaIlan, mereka berusaha menarik hati kaum muslimin pada lmmmnya, dengan jalan memperhatikan pendidikan dan pengajaran bagi rakyat umum. Mereka berusaha untuk mendirikan sekolah-sekolaIl diberbagai tempat dan dilengkapi dengan
7Prof. Dr. Suwito, MA & Fauzan, MA [ed.],Sejarah Sasial Pendidikian/slam,(Jakarta:
43
segala sarana dan fasilitas yang diperlukan. Guru-guru digaji secara khusus untuk mengajar disekolah yang mereka dirikan."s
Keterlibatan penguasa terhadap pendidikan juga dijelaskan oleh Abdurrasyid
dalam Tesis-nya. Menurut dia bahwa dalam sejarah perkembangan Islam, institusi
politik ikut mewamai corak pendidikan yang dikembangkan. Keterlibatan para
penguasa dalam kegiatan pendidikan pada waktu itu tidak hallya sebatas clukungan
moral kepada pada peserta cliclik, melainkan juga clalam bidang aclministrasi,
keuangan dan kurikulum. Dia menulis sebagai berikut:
"Tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga pencliclikan merupakan salall satu konstalasi politik. Penman yang dimainkan masjicl-masjid dan madrasah-madrasah dalam mengokohkan kekuasaan politik para penguasa dapat clilihat dalam sejarah, dipihak lain ketergantungan kepada uluran tangan para penguasa secara ekonomis, membuat lembaga-lembaga tersebut harus sejalan dengan nuansa politik yang berlaku,,9.
Dari kutipan diatas, dengan tegas menyebutkan bahwa madrasah-madrasah dalam
sejarah pencliclikan Islam sering cligunakan untuk mengokohkan kepentingan
kelompok politik tertentu. Hal ini yang kemuclian menyebabkan kondisi politik
menentukan karakter Iembaga pendidikan atau madrasah maclrasah yang ada.
Diantara lembaga pendidikan Islam yang menjadi corong pesan-pesan politik
adalah madrasah Nidzamiyah yang didirikan oleh penguasa Rani Saljuk pada talmn
457 H/l 067 M. Dimana madrasah ini gunalmn untuk kepentingan negara dalam
gDra. Zuharini, dkk,ibid.h. 100
9Abdurrasid,Madrasah Nidzamiyah; Study Tenlang Hubungan Pendidikan Islam dan PaUlik,
44
menyebarkan dan menanamkan idiologi atan doktrin negara tersebut, yakni mazhab
syafi'ie.10Selain madrasah Nidzamiyah, menmut Syalabi, bahwa Idlalifah al-Ma'mun
juga mempolitisasi majlis Munazharah diistananya dalam rangka menyebarkan
paham Mutazilah yang merupakan mazhab resmi negara waktu itU.11 Begitu pnla
pada masa dinasti Fatimiyah (296 - 555 HI 908 - 1171 M}, pada masa ini ilmu
pengetahuan berkembang dengan pesat dan banyak mengahasilkan tokoh-tokoh
ilnman muslim. Agenda politik dalam negeri dinasti ini adalah hanya memiliki satu
tl\juan yaitu berusaha mengajak l11asyarakat untuk mel11eluk l11azhab Syi'ah
Ismailiyah. Maim untuk l11encapai agenda politiknya, Dinasti Fatimiyah ini
menggunakan lel11baga-lembaga pendidikan untuk menyebarkan doktrin
kenegaraannya tersebut.12
Pendapat diatas menegaskan bahwa hubungan politik didalal11 Islam tampak
demikian erat. Perkembangan kegiatan-kegiatan kependidikan banyak dipengaruhi
oleh para penguasa dan para penguasa mel11erlukan dukungan institusi-intitusi
pendidikan untuk membenarkan dan mempertahankan kekuasaannya.
Dalal11 sejarah pendidikan Islam di Indonesia, keterkaitan politik dan
pendidikan dapat dilihat pada sejarah zaman kesultanan Islam. pada masa ini
10Armai Arief(ed.),Sejarah Perlumbuhan Dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, Bandllng; Penerbit Angkasa, 2005. h. 66-67
II Dikutip dad buku M. Sirozi,PaUlik Pendidikan;Dinamika Hubungan Antm"a Kepenlingan
Kekuasaan dan Prak/ek Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h
4
12Prof. Dr. Sllwito, MA & Fallzan, MA [ed.],Sejarah Sasial Pendidikian/slam,(Jakarta: