• Tidak ada hasil yang ditemukan

D3 PER 1205413 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "D3 PER 1205413 Chapter1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen

yang sangat membahagiakan, tapi ada beberapa kasus dapat menjadi

momen yang menakutkan hal ini disebabkan pada wanita yang melahirkan

sering mengalami perasaan sedih dan takut sehingga mempengaruhi

emosional dan sensitifitas ibu yang dikenal dengan istilah postpartum

blues (Rahmawati, 2009). Adapun pengertian postpartum blues menurut

Machmudah (2010) adalah gangguan adaptasi mental yang terjadi pada

hari pertama setelah kelahiran bayi. Lamanya periode postpartum yaitu

sekitar 6-8 minggu dan wanita mengalami perubahan fisik yang kompleks.

Selain terjadinya perubahan-perubahan tubuh, pada periode postpartum

juga akan mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi psikologis (Bobak

& Jensen, 2005).

Pada perubahan kondisi psikologis, seorang ibu postpartum akan

mengalami adaptasi psikologis postpartum yaitu periode taking in (ibu

pasif terhadap lingkungan), periode taking hold (ibu merasa khawatir akan

ketidakmampuan merawat bayinya), dan periode letting go (ibu menerima

tanggung jawab sebagai ibu) (Bahiyatun, 2009). Sebagian wanita berhasil

menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lagi tidak berhasil

menyesuaikan diri dan mengalami gangguan psikologis seperti merasa

sedih, jengkel, lelah, marah dan putus asa dan perasaan-perasaan itulah

yang membuat seorang ibu enggan mengurus bayinya yang disebut

postpartum blues (Marshall, 2009).

Postpartum blues merupakan fenomena yang terjadi pada hari-hari

pertama postpartum yang telah dilaporkan sejak akhir abad ke-19. Puncak

gejala postpartum blues terjadi pada hari ke-3 sampai ke-5 postpartum

dengan durasi mulai dari beberapa jam sampai beberapa hari (Gonidakis,

(2)

Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya postpartum blues

antara lain fluktuasi hormonal, faktor psikologis dan kepribadian, adanya

riwayat depresi sebelumnya, riwayat kehamilan dan persalinan dengan

komplikaskan. Sedangkan faktor eksternal yaitu: persalinan section

caesarea, kehamilan yang tidak direncanakan, bayi berat badan lahir

rendah (BBLR), dan pada ibu yang menyusui dan mengalami kesulitan

dalam menyusui serta ibu yang tidak mempunyai pengalaman merawat

bayi (Henshaw, 2003).

Suatu penelitian di Negara yang pernah di lakukan seperti di Swedia,

Australia, Italia dan Indonesia dengan menggunakan EPDS (Edinburg

Postnatal Depression Scale) tahun 1993 menunjukkan 73% wanita

mengalami postpartum blues (Munawaroh, 2008). Prevalensi kejadian

postpartum blues dari berbagai negara, berkisar antara 10-34 % dari

seluruh persalinan. Angka kejadian postpartum blues di luar negeri

(Jepang) cukup tinggi mencapai 26-85%. Secara global diperkirakan 20%

wanita melahirkan menderita postpartum blues (Munawaroh, 2008).

Penelitian di Negara barat menunjukkan kejadian lebih tinggi

dibandingkan dengan yang pernah dilaporkan dari asia, pada penelitian

yang dilakukan terhadap 154 wanita pasca persalinan di Malaysia pada

tahun 2009 dilaporkan angka kejadian 3,9% terbanyak dari ras India

(8,9%), Melayu (3,0%), dan tidak adanya kasus pada ras Cina. Penelitian

di Singapura dilaporkan angka kejadiannya sebesar 1%. Sedangkan

penelitian pada tahun 2010 didapatkan angka postpartum blues sekitar

10%-20%. Di belanda tahun 2001 diperkirakan 2-10% ibu melahirkan

mengidap gangguan ini (Jofesson A, 2010).

Menurut Bobak (2005) di Indonesia kejadian posrpartum blues yaitu

50 – 70 % dan hal ini dapat berlanjut menjadi depresi postpartum dengan

jumlah bervariasi dari 5% hingga lebih dari 25% setelah ibu melahirkan.

Dari kantor BKKBN Provinsi Aceh di temukan data bahwa 7 dari 10 ibu

yang melahirkan di Provinsi Aceh pada tahun 2012 mengalami depresi

(3)

susah tidur merupakan keluhan yang paling sering di utarakan para ibu

pasca melahirkan (BKKBN, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2005) di DKI Jakarta

menunjukkan 120 dari 580 (25%) ibu yang menjadi respondennya

mengalami sindroma postpartum blues. Dan dari beberapa penelitian yang

telah dilakukan di Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya, ditemukan bahwa

angka kejadiannya 11-30 %, suatu jumlah yang tidak sedikit dan tidak

mungkin dibiarkan begitu saja (Sylvia, 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati dan Uke

(2006), menjelaskan bahwa kemungkinan terjadinya postpartum blues

disebabkan oleh pengalaman yang tidak menyenangkan pada periode

kehamilan dan persalinan sebanyak 38,71%. Faktor psikososial (dukungan

sosial sebanyak 19,35%, kualitas dan kondisi bayi baru lahir sebanyak

16,31%) serta faktor spiritual sebanyak 9,78% (Machmudah, 2010)

Persalinan lama dan persalinan dengan section caesarea merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya postpartum blues.

Postpartum blues terjadi karena kurangnya dukungan terhadap

penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktifitas dan

peran barunya sebagai ibu setelah melahirkan (Iskandar, 2007).

Proses persalinan yang lama akan menimbulkan kecemasan

khususnya pada ibu primipara. Kehamilan dan persalinan pada ibu yang

terlalu muda atau pada masa remaja memiliki beberapa resiko. Resiko

biasanya timbul karena belum siap secara fisik maupun psikis. Secara

psikis umumnya remaja belum siap untuk menjalankan perannya sebagai

ibu, maka yang akan muncul seperti ketegangan mental, kebingungan akan

peran sosial yang berubah dari seorang gadis remaja kemudian hamil dan

menjadi seorang ibu. Sedangkan jika seorang ibu baru memiliki anak

pertamanya pada umur dewasa madya (lebih dari 35 tahun) juga akan

mempengaruhi psikologinya. Ibu yang berumur lebih dari 35 tahun

seharusnya mulai mengembangkan minat pada kegiatan sosial

(4)

mengurus dan merawat anak yang masih kecil serta melakukan pekerjaan

rumah tangga pada saat yang bersamaan (Mahlopah, 2013).

Beberapa dugaan postpartum blues disebabkan oleh beberapa faktor

dari dalam dan luar individu. Salah satu faktor penyebab dari dalam

individu adalah adanya perubahan hormonal (Gondo, 2012). Selama

kehamilan, kadar estrogen dan progesteron meningkat akibat dari plasenta

yang memproduksi hormon tersebut. Akibat dari kelahiran plasenta saat

persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun tajam mencapai kadar

sebelum kehamilan dimulai pada hari ke-5 postpartum. Selain perubahan

hormonal, jenis persalinan merupakan salah satu faktor penyebab dari luar

individu terhadap terjadinya postpartum blues. Penelitian dari Dirksen dan

Andriansen (1985, dalam Dewi, Mariati & Wahyuni, 2011) menunjukkan

bahwa beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetric seperti

caesarea, episiotomi) dalam pertolongan melahirkan dapat memicu

postpartum blues.

Persalinan dengan operasi sectio caesarea merupakan intervensi

medis yang mungkin dapat menimbulkan reaksi emosional yang tidak

diharapkan. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmandani, Karyono dan

Dewi (2007) menunjukkan bahwa gejalan postpartum blues karena dipicu

proses persalinan secara sectio caesarea dengan alasan medis yang

menimbulkan konsekuensi beban finansial proses persalinan yang belum

terfikir sebelumnya, munculnya pandangan negatif dari tetangga karena

seharusnya bisa bersalin normal, luka operasi membekas, perasaan tidak

bisa benar- benar menjadi perempuan, terganggu aktivitas keseharian

karena luka operasi, luka operasi membuat subjek tidak bisa melakukan

upaya- upaya langsung untuk mengecilkan berat badannya.

Persalinan normal juga diketahui sebagai pemicu munculnya gejala

postpartum blues. Prevalensi gejala postpartum blues pada persalinan

nomal di kota Bengkulu sebesar 26%. Kualitas hidup wanita postpartum

dengan persalinan normal lebih baik dibandingkan dengan wanita

(5)

persalinan normal pervaginam tetap menjadi prioritas dalam mengakhiri

kehamilan (Dewi, Mariati & Wahyuni, 2011).

Ibu postpartum blues harus ditangani secara adekuat, karena peran

ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak juga dalam

hubungannya dengan peran ibu di keluarga. Untuk itu seorang ibu yang

berada dalam kondisi pasca melahirkan perlu mendapat dukungan dari

orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam menjalankan peran perawat

sebagai pendidik untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang postpartum

blues dengan memberikan informasi melalui penyuluhan-penyuluhan agar

ibu-ibu pasca melahirkan yang mengalami gangguan psikologis pasca

melahirkan tidak jatuh pada gangguan jiwa (Iskandar, 2007).

RSU Tingkat IV Sariningsih Bandung adalah rumah sakit negeri

kelas D. Rumah sakit ini bersifat transisi dengan kemampuan hanya

memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini juga

menampung rujukan yang berasal dari puskesmas. Hampir semua pasien

di Rumah Sakit Sariningsih merupakan istri dari TNI. Menurut Kamilah

(2011), dalam kehidupan seorang istri prajurit TNI, mereka akan

dihadapkan dengan berbagai situasi di lingkungan masing-masing.

Dibutuhkan kesiapan dalam mendukung dan setia mendampingi suami

dimana pun mereka berada, tetapi beratnya tugas suami terkadang menjadi

sebuah ancaman ketakutan bagi istri. Prajurit TNI pun seringkali

mendapatkan tugas ke luar daerah tempat tinggal, sehingga mengharuskan

untuk meninggalkan istri dan keluarga dalam waktu yang cukup lama.

Kondisi seperti ini dapat menimbulkan kecemasan pada istri TNI tersebut.

Kecemasan pada istri TNI juga dapat meningkat saat istri TNI sedang

hamil dan akan melahirkan namun suaminya sedang ditugaskan keluar

kota dan tidak bisa mendampinginya disaat melahirkan, karena dukungan

suami juga sangat berpengaruh pada proses persalinan. Hal ini bisa

menyebabkan kejadian postpartum blues.

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 11 April 2015 di

(6)

yang melahirkan di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih berjumlah 239

orang dalam waktu 3 bulan terakhir (Januari-Maret 2015). Dari 7 orang

ibu post partum di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Sariningsih

didapatkan bahwa 2 dari 3 orang ibu postpartum dengan persalinan normal

mengatakan merasa letih, susah tidur, tampak menangis kesakitan karena

luka jahitan, merasa tidak bahagia dan merasa tidak berguna. Sedangkan

dari 4 orang ibu postpartum dengan persalinan sectio caesarea, terdapat 2

orang diantaranya mengatakan merasa letih dengan operasi tersebut serta

merasakan sakit pada luka setelah operasi sehingga takut untuk bergerak,

sering merasa sedih jika ASI tidak keluar, merasa cemas, tidak nafsu

makan, dan mudah tersinggung.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Gambaran Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu

Nifas Berdasarkan Karakteristik di Rumah Sakit Umum TK IV

Sariningsih Kota Bandung”.

B.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengangkat

rumusan masalah “Bagaimana gambaran kejadian postpartum blues pada

ibu nifas berdasarkan karakteristik di Rumah Sakit Umum TK IV

Sariningsih Kota Bandung ?”.

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues

pada ibu nifas berdasarkan karakteristik di Rumah Sakit Umum TK IV

Sariningsih Kota Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues

berdasarkan usia pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV

(7)

b. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues

berdasarkan pendidikan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK

IV Sariningsih Kota Bandung.

c. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues

berdasarkan paritas pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV

Sariningsih Kota Bandung.

d. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues

berdasarkan jenis persalinan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum

TK IV Sariningsih Kota Bandung.

e. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues

berdasarkan penghasilan perbulan pada ibu nifas di Rumah Sakit

Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.

f. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues

berdasarkan pekerjaan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV

Sariningsih Kota Bandung.

g. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues

berdasarkan status kehamilan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum

TK IV Sariningsih Kota Bandung.

h. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues

berdasarkan dukungan sosial pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum

TK IV Sariningsih Kota Bandung.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmiah bagi perkembangan Ilmu Keperawatan Maternitas

dan meningkatkan mutu pendidikan sebagai penyedia sumber

pengetahuan khususnya tentang postpartum blues. Penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama

(8)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai sumber

informasi tentang terjadinya postpartum blues pada ibu nifas dan

sebagai kajian dan bahan pada saat melakukan praktik keperawatan

maternitas.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi

tambahan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat di Rumah Sakit

sebagai sumber informasi untuk mengidentifikasi gambaran kejadian

postpartum blues pada ibu nifas untuk selanjutnya bisa diberi tindak

lanjut seperti pembuatan program penyuluhan tentang postpartum

blues.

c. Bagi Rumah Sakit Sariningsih

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pelaksanaan

intervensi sesuai kebutuhan pasien dari Rumah Sakit Umum

Sariningsih.

E.Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah

Untuk mempermudah dalam penyusunan selanjutnya, maka penulis

memberikan rancangan isi dan materi yang akan dibahas, yaitu sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar

belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai

landasan teori tentang Pengertian Masa Nifas, Tahapan Masa Nifas,

Kebijakan Program Masa Nifas, Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa

Nifas, Pengertian Postpartum Blues, Gejala Postpartum Blues, Faktor

Penyebab Postpartum Blues, Karakteristik Postpartum Blues, Komplikasi

Postpartum Blues Akibat Tidak Ditangani, Pencegahan Postpartum Blues,

(9)

BAB III Metode Penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai

desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian,

prosedur penelitian dan analisa data.

BAB IV Temuan dan Pembahasan. Dalam bab ini akan diuraikan

mengenai pengolahan atau analisis data serta pembahasan temuan.

BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Dalam bab ini akan

diuraikan mengenai hasil analisis temuan. Selain itu, pada bab ini juga

dibahas mengenai rekomendasi bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Sumber Dana : APBD Kabupaten Lampung

The Analysis of the Main Characters’s Hatred Depicted in Sandra Brown’s Where There’s Smoke, English Department, Faculty of Letters, Jember University. Where There’s Smoke is

Dengan mengikuti perkuliahan praktek, diharapkan mahasiswa memiliki sikap tanggung jawab, mandiri dan dapat berinteraksi dengan dosen dan mahasiswa lain saat

Diberikan nama dan nilai mahasiswa, jika nilai tersebut lebih besar atau sama dengan 60 maka mahasiswa tersebut dinyatakan lulus jika nilai lebih kecil dari 60 maka dinyatakan

A. Research Matrix ... Research Guide ... Interview Guide ... Documentation Guide ... The School Facilities ... The Names of the Research Respondents ... The Tabulation of

ketentuan–ketentuan yang berlaku tentang Pengadaan Langsung dengan Prakualifikasi yang dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada Dinas Pertanian Peternakan

Berdasarkan paparan data dan juga permasalahan yang dihadapi oleh penumpang angkot Semarang, maka pembahasan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

Dalam ketentuan ini yang termasuk pengertia n keterangan-keterangan atau bukti-bukti yang tidak benar adalah apabila keterangan tersebut mengakibatkan kerugian pada Negara atau