BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu demi tercapainya suatu maksud dan beberapa tujuan,
(Kartono, 1993:76). Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan, proses dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati, sehingga orang lain bersedia
dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki pemimpin tersebut.
Kepemimpinan dapat timbul apabila terdapat faktor-faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor-faktor tersebut meliputi orang-orang, bekerja
dari sebuah posisi organisatori, dan timbul dalam situasi yang spesifik (Winardi,2000:48).
Menurut Tannenbaum, Weschler dan Massarik dalam Yulk (1994:5),
kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu serta diarahkan melalui proses komunikasi ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan. Menurut Siagian (2002:62) Kepemimpinan adalah kemampuan
sedimikian rupa, sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin
meskipun secara pribadi hal itu tidak disenanginya.
Menurut Sunindhia (1993:4) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar bekerja sama menuju
kepada suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama-sama. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata karma birokrasi.
Menurut Miftah Thoha (1997:142) pemimpin birokrasi merupakan : “
Pemimpin yang diangkat dalam suatu jabatan oleh pejabat yang berwenang. Dia menjadi pemimpin karena mengepalai suatu unit organisasi tertentu. Dia mempunyai bawahan atau staf sebagai pengikutnya. Para bawahan itu berada di bawah garis
komandonya. Mereka berada disitu karena sudah di atur oleh yang berwenang mengaturnya. Dinamakan pemimpin karena pada wujudnya ia bertugas memimpin, mengarahkan, mengendalikan baik orang-orang yang ada di kesatuannya ataupun fasilitas lain yang berada dalam wewenangnya”.
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Kouzes dan Posner (2004:13) ditemukan terdapat lima praktik kepemimpinan teladan, dan telah terbukti sangat relevan dengan perkembangan kepemimpinan itu sendiri selama ini, adalah sebagai
- Mencontohkan caranya
Gelar hanyalah sebuah pemberian, akan tetapi perilaku seseoranglah yang akan membuat seseorang tersebut mendapatkan penghargaan dari lingkungannya. Seorang pemimpin teladan mengetahui bahwa mereka apabila tetap memegang
teguh komitmen dan ingin mencapai standar tertinggi, mereka harus menjadi model dari perilaku yang mereka harapkan dari orang.
- Menginspirasikan visi bersama
Para pemimpin menginspirasikan visi bersama. Untuk membuat seseorang menerima sebuah visi, pemimpin harus mengenali para pengikutnya dan berbicara dalam bahasa mereka. Orang harus percaya bahwa pemimpin mengerti kebutuhan mereka ddan memperhatikan keinginan mereka.
- Menantang proses
Pemimpin adalah pionir, orang yang bersedia melangkah kedalam situasi yang tidak diketahui. Mereka mencari peluang untuk mencari inovasi, tumbuh,
dan melakukan perbaikan.
- Memungkinkan orang lain bertindak
Pemimpin teladan memungkinkan orang lain untuk bertindak. Mereka
- Menyemangati jiwa
Dalam hal ini pemimpin menyemangati jiwa para pengikutnya untuk terus melangkah. Tindakan tulus dalam usaha untuk memperdulikan mereka dapat mengangkat semangat dan membuat orang terus maju.
Adapun menurut Hadari Nawawi (1995:74), secara operasional dapat dibedakan atas fungsi pokok kepemimpinan:
1. Fungsi Instruktif
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi
perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang
yang dupimpin hanyalah melaksanakan perintah. 2. Fungsi Konsultatif
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan
keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3. Fungsi Parisipasi
yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan
dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing. 4. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan
wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab.
Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan
perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang sendiri.
5. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui
kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan. B. Kesadaran
1. Pengertian Kesadaran
Menurut Atkinson (2000:343), “Kesadaran merupakan suatu tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap stimulus internal maupun eksternal yaitu peristiwa-peristiwa lingkungan dan sensasi tubuh, memori, dan pikiran”.
yang isinya dapat dikomunikasikan hanya melalui bahasa dan perilaku”. Dari
pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran adalah keadaan sikap atau tingkah laku seseorang terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Evolusi kesadaran merupakan proses jangka panjang
dalam diri seseorang. Semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang, maka seseorang akan memiliki identitas dan pandangan yang lebih luas terhadap dunia.
Selanjutnya ada dua faktor yang mempengaruhi kesadaran manusia, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bimo Walgito (2004:48) dimana,
“Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran ada dua, yaitu “Faktor-faktor endogen dan “Faktor-faktor eksogen”. Faktor endogen adalah faktor yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi, faktor endogen merupakan faktor keturunan atau
pembawaan. Sedangkan faktor eksogen adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, antara lain pengalaman, alam sekitar, pendidikan, dan sebagainya. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran selain berasal dari dalam diri seseorang kesadaran juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Pengaruh lingkungan ini adalah berupa upaya-upaya yang dilakukan oleh aparat desa/kelurahan sebagai petugas pemungut pajak yang keberadaannya paling dekat dengan masyarakat.
Aparat desa/ kelurahan memberikan penyuluhan perpajakan kepada warga masyarakat tentang fungsi dan arti pentingnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bagi kelangsungan pembangunan daerah, sehingga diharapkan dapat tercipta suatu
2. Kesadaran Membayar Pajak
Menurut Soerjono Soekanto (1982:152), “Kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada”. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kesadaran untuk membayar pajak pada setiap individu sangat dipengaruhi oleh cara pandang masing-masing individu tentang pajak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk membayar pajak antara lain adalah tingkat pendidikan dan peranan aparat desa/kelurahan sebagai petugas
pemungut pajak. Seseorang yang berpendidikan tinggi seharusnya juga memiliki kesadaran yang tinggi pula dalam membayar pajak. Begitu juga dengan aparat desa/ kelurahan sebagai petugas pemungut PBB, seharusnya perangkat desa/ kelurahan
memberikan sosialisasi informasi tentang PBB dengan jelas dan rinci kepada masyarakat desa. Hal ini nantinya akan menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak yang berhubungan erat dengan ketaatan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Menurut Soerjono Soekanto (1982:159), Ada beberapa faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya kepatuhan hukum seseorang, antara lain:
1. Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum.
2. Pengetahuan tentang isi peraturan- peraturan hukum. 3. Sikap terhadap peraturan- peraturan hukum.
4. Pola-pola prikelakuan hukum.
kesadaran wajib pajak PBB terhadap kewajiban perpajakannya dapat dipengaruhi
oleh:
1. pengetahuan wajib pajak tentang PBB
2. pengetahuan wajib pajak tentang isi peraturan PBB yaitu
Undang-Undang No.12 Tahun 1994
3. cara pandang individu terhadap PBB
4. sikap petugas pemungut PBB terhadap wajib pajak 5. ketaatan wajib pajak dalam membayar PBB.
C. Pajak
1. Pengertian Pajak
Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau
definisi yang berbeda mengenai pajak. Menurut Rochmat Soemitro sebagaimana dikutip oleh Erly Suandy (2004:11), “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk simpanan publik (public saving) yang merupakan sumber utama
untuk membiayai investasipublic (public investment)”.
Sedangkan berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan disebutkan bahwa,
Menurut Sri dan Suryo (2003:4) mengatakan pajak adalah :
1. Dipungut dari semua rakyat yang menurut Undang-Undang wajib membayar pajak
2. Dimasukkan untuk membayar kas Negara (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/APBN)
3. Dapat di paksakan pembayarannya karena diatur oleh Undang-Undang.
4. Digunakan untuk pembayaran umum, artinya tidak terbatas pada sebagian orang saja tetapi menyeluruh untuk seluruh rakyat, baik untuk membayar pajak maupun
yang belum membayar pajak.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Kepala Desa sebagai wakil rakyat kepada Negara
2. Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang)
3. Berdasarkan Undang-Undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
4. Tanpa timbal balik jasa atau kontra prestasi dari Negara secara langsung dapat
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontra prestasi individual oleh pemerintah.
5. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara yakni
2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
a. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Secara umum PBB adalah pajak yang dikenakan kepada masyarakat yang mempunyai hak kepemilikan dari sebuah bidang tanah maupun bangunan yang
berdiri diatas tanah tersebut. Sedangkan menurut Rochmat Soemitro (2001:5), “Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta yang tidak bergerak, maka oleh sebab itu yang dipentingkan adalah obyeknya dan oleh sebab itu keadaan status orang atau badan yang dijadikan subyek tidak penting dan tidak mempengaruhi
besarnya pajak”. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan peneliti bahwa PBB adalah pajak yang dikenakan pada benda yang tidak bergerak.
Secara umum pengertian yang perlu dipahami dalam PBB antara lain:
1) Bumi adalah permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah pekarangan, tambang, dll.
2) Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan atau perairan. Selain itu yang termasuk dalam pengertian bangunan menurut Rochmat Soemitro (2001:9) adalah:
a) Jalan lingkungan yang terletak dalam satu komplek bangunan seperti hotel,
pabrik dan emplasemennya, dan lain-lain yang termasuk dalam satu kesatuan bangunan tersebut.
b) Kolam renang, jalan tol, pagar mewah, tempat olah raga, dan taman
c) Galangan kapal dan dermaga kapal.
d) Tempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas serta pipa minyak. e) Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
b. Asas Pajak Bumi dan Bangunan
Asas merupakan suatu dasar yang harus dianut dan diikuti dalam pelaksanaan suatu peraturan pemerintah. Asas berguna sebagai pedoman pelaksanaan agar kegiatan tersebut tidak keluar dari tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Asas PBB menurut Mardiasmo (2003:269) adalah: 1) Memberikan kemudahan dan kesederhanaan
Aturan yang berlaku sebaiknya tidak mempersulit sistem pembayaran dan
penarikan pajak. Birokrasi yang sederhana dan tidak berbelit-belit akan lebih mudah dilaksanakan oleh wajib pajak.
2) Adanya kepastian hukum
Pajak memberikan suatu jaminan yang berlandaskan aturan-aturan dan
norma-norma yang dituangkan dalam satu hukum tertulis. Hukum tertulis ini berisi tentang hak dan kewajiban wajib pajak dan pemungut pajak, sehingga jelas adanya tata aturan yang diterapkan serta sanksi-sanksi bagi yang
melanggarnya.
3) Mudah dimengerti dan adil
Aturan-aturan yang ada sebaiknya mudah dimengerti. Artinya, aturan yang
bahwa pajak dikenakan sesuai dengan proporsi yang seimbang, tidak berat
sebelah, sehingga pajak tidak akan merugikan salah satu pihak dan sebaiknya saling menguntungkan.
4) Menghindari pajak berganda
Aturan-aturan yang tertuang menjamin tidak adanya pajak ganda yang akan ditanggung oleh wajib pajak.
c. Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1994 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan, yang menjadi objek PBB adalah bumi dan bangunan. Bumi adalah permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik
yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang menjadi objek PBB adalah:
1) Bumi atau tanah dan perairan
2) Bangunan yang didirikan diatas tanah atau perairan tersebut.
Untuk memudahkan penghitungan besarnya PBB yang terutang, maka diadakan pengklasifikasian bumi dan bangunan. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai
jualnya. Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a) Letak tanah/bangunan
c) Pemanfaatan
d) Kondisi lingkungan dan lain-lain.
Sedangkan dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a) Bahan yang digunakan b) Rekayasa
c) Letak
d) Kondisi lingkungan dan lain-lain.
d. Objek Pajak yang Dikecualikan.
Tidak semua jenis objek dikenakan PBB, sehingga ada beberapa objek pajak yang dikecualikan atau tidak dikenakan PBB. Seperti yang tercantum dalam
Undang-Undang No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, objek pajak yang dikecualikan adalah sebagai berikut:
1) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, kesehatan, pendidikan, sosial, dan kebudayaan nasional yang
tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, seperti masjid, gereja, rumah sakit pemerintah, sekolah, panti asuhan, candi, dll.
2) Digunakan untuk tanah pemakaman, peninggalan purbakala, atau sejenis
dengan itu.
3) Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang
4) Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik.
5) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
e. Subjek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan
Subjek PBB adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau memperoleh manfaat atas
bangunan.
f. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan
Cara pembayaran PBB adalah wajib pajak yang telah menerima SPPT, SKP,
dan STP dari KPP Pratama atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya tepat waktu pada tempat pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT. Pembayaran PBB dapat dilakukan melalui:
1) Bank atau Kantor Pos dan Giro yang tercantum pada SPPT atau
2) Petugas pemungut PBB kelurahan/desa yang ditunjuk resmi.
3) ATM dan Counter Teller Bank DKI untuk objek pajak yang berada di wilayah Propinsi DKI Jakarta.
4) ATM dan Counter Teller Bank Jatim untuk objek pajak yang berada di wilayah Propinsi Jawa Timur.
5) ATM dan Counter Teller BPD Bali untuk objek pajak yang berada di
6) ATM BCA, ATM BII, ATM Bank Nusantara Parahyangan, dan Bank
Bumi Putera di mana saja untuk objek pajak seluruh Indonesia.
Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat- lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. Pajak yang terutang
berdasarkan SKP harus dilunasi selambat-lambatnya 1(satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak. Pajak yang terutang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% per bulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari
pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan(Mardiasmo, 2001:247). D. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Peningkatan Kesadaran
Masyarakat dalam Pembayaran PBB
Pengaruh kepemimpinan kepala desa ini merupakan kepemimpinan formal yang perilaku kepemimpinannya hanya fokus terhadap peraturan yang ada dan menjalankan sebaik-baiknya. Dalam hal ini pengaruh kepemimpinan yang berorientasi pada tugas yang ditugaskan, dikarenakan kepemimpinan kepala desa
merupakan kewenangan kepemimpinan yang didapatnya dari jabatan sebagai kepala desa, yang merupakan bagian dari system peranan formal. Kewenangan tersebut merupakan bagian dari system peranan formal. Kewenangan tersebut merupakan
kekuasaan legistimasi. Artinya kekuasaan yang melekat pada jabatan tersebut untuk meyakinkan bahwa individu yang berada dalam jabatan di bawahnya telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh peraturan yang ada.
camat seperti yang tercantum dalam peraturan pemerintahan No. 73 Tahun 2005.
Dengan demikian lurah juga termasuk salah satu pemimpin birokrasi. Menurut Miftah Thoha (1997:142) pemimpin birokrasi merupakan :
“Pemimpin yang diangkat dalam suatu jabatan oleh pejabat yang berwenang.
Dia menjadi pemimpin karena mengepalai suatu unit organisasi tertentu. Dia mempunyai bawahan atau staf sebagai pengikutnya. Para bawahan itu berada di bawah komandonya. Mereka berada disitu karena pada wujudnya ia bertugas memimpin, mengarahkan, mengendalikan baik orang-orang yang ada di kesatuannya
ataupun fasilitas lain yang berada dalam wewenangnya”.
Menurut Miftah Thoha perilaku kepemimpinan ada dua macam, yaitu : 1. Perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas, ciri-cirinya :
a. Meminta dan kadang-kadang memberi ketenangan (infomasi). b. Mengarahkan memperjelas peran yang harus dilakukan c. Menyimpulkan keterangan dan tugas yang dibebankan d. Memacu kea rah tercapainya tujuan
e. Mengendalikan kegiatan secara keseluruhan
Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas ini merupakan pemimpin birokrasi, seperti : Presiden, Wakil Presiden, Rektor, Dekan, Camat, Lurah yang melakukan
peranan formal sesuai yang ditugaskan.
a. Mendorong terwujudnya peran serta (participation)
b. Di dalam berkomunikasi lebih banyak menunjukan sikap sebagai fasilitator
c. Lebih menyukai usaha menurunkan tegangan tinggi (tension reliever)
d. Lebih bersikap sebagai pengamat terhadap proses pelaksanaan kerja dari pada pengendali.
e. Lebih menyenangi pemecahan masalah antar pribadi
f. Lebih bersikap mendukung dan memuji atas semua pelaksanaan kerja
bawahan.
Untuk perilaku kepemipinan ini biasanya kepemimpinan non birokrasi (Miftah Thoha, 1997:145).
Jadi, pengaruh kepemimpinan lurah itu sendiri merupakan bagian dari system pemerintahan formal yang di dapat dari wujud kewenangan jabatan dalam hirarki pemerintahan di Indonesia. Kepemimpinan ini memang selalu di wujudkan dalam suatu peranan formal yaitu jabatan sebagai lurah.
Menurut Terry (1991:142) dalam memotivasi terdapat asas dan pengaruh kepemimpinan lurah dalam memotivasi masyarakat dalam meningkatkan kesadaran terhadap pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan mencakup beberapa hal, yakni :
1. Asas Komunikasi
Asas komunikasi maksudnya menginformasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan dengan jelas kepada masyarakat.
informasi ataupun pemberian arahan dari lurah kepada masyarakat kelurahan.
Tujuannya adalah agar masyarakat lebih memahami tentang prosedur pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta manfaat dari PBB itu sendiri. Dengan asas komunikasi, kesadaran masyarakat akan semakin
meningkat. Sebab semakin banyak orang mengetahui suatu soal, semakin besar pula minat dan perhatiannya terhadap hal tersebut.
Menurut Terry (1991:144), komunikasi adalah cara untuk memudahkan manajemen, akan tetapi bukan kegiatan yang berdiri sendiri dan menjadi
sebagian yang pokok dari segala sesuatu yang dikerjakan.
Berkomunikasi mengandung arti luas daripada sekedar menuliskan sesuatu di dalamnya juga tercakup suatu pengertian. Tidak ada komunikasi
apabila tidak mengerti dan kekurangan tersebut merupakan penghalang utama dalam komunikasi.
Komunikasi yang baik merupakan motivasi, seluruh komunikasi terjadi dua arah, mendengarkan dan membaca adalah merupakan bagian-bagian
penting dari komunikasi.
Komunikasi merupakan salah satu sarana dalam memberikan aktivasi terhadap aparat kelurahan dan masyarakat, ini dapat dilihat dari beberapa
dimensi berikut ini : a. Memberikan Informasi
Memberikan informasi merupakan suatu tugas seorang pemimpin dimana
serta sanggup memberikan keterangan seputar pekerjaan.
b. Stabilisator
Merupakan unsur penengah yang menjembatani antara masyarakat dengan pemerintah dalam menangani konflik. Stabilisator menekankan pada kualitas
manusianya, yakni kualitas kedewasaannya dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu yang di bebankan kepadanya.
c. Fasilitator
Sikap fasilitator menunjukan adanya penghargaan yang hakikat terhadap
manusia sebagai pendukung utama organisasi, sikap fasilitator berasumsi bahwa manusia berkembang sesuai dengan kodrat lahiriahnya. Tugas pemimpin fasilitator memperlancar dan mempermudah perkembangan.
2. Asas Mengikutsertakan
Asas mengikutsertakan maksudnya mengajak bawahan, dalam hal ini masyarakat dan aparat untuk berpartisipasi dalam memberikan kesempatan kepada mereka agar mereka merasa termotivasi. Dengan cara ini bawahan
dalam hal masyarakat dan aparat merasa ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan akan meningkat (Hasibuan, 2003:45).
Dalam hal ini mengikutsertakan masyarakat dan aparat dapat dijelaskan dalam dimensi sebagai berikut :
a. Mendorong untuk berpartisipasi
manusia, dimana manusia satu mencoba menyadarkan ataupun
memperngaruhi manusia lainnya sehingga diharapkan mampu menyentuh dan menggugah perasaan. Dalam meningkatkan parisipasi bukan semata-mata menyuruh atau memaksa orang untuk melaksanakan kegiatan
tertentu tetapi lebih menyentuh kepada hati nurani. b. Memberi perhatian timbal balik
Perhatian timbal balik adalah memotivasi bawahan bawahan dengan mengemukakan leinginan, atau harapan dalam rangka pencapaian
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, disamping berusaha memenuhi kebutuhan yang diharapkan oleh bawahan. Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak atas bumi dan bangunan atau iuran rakyat kepada
Negara yang diambil berdasarkan obyek pajak berupa tanah atau perairan, yang bertujuan untuk memberikan manfaat bagi kelangsungan penyelenggaraan pemerintah.
Indikator dari peningkatan Pajak Bumi dan Bangunan adalah :
1. Kepatuhan dan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB meningkat.
Satu hal yang mempengaruhi kepatuhan dan dan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak adalah pemahaman wajib pajak terhadap arti peting
pajak itu sendiri, karena apabila masyarakat sebagai wajib pajak telah memahami arti penting pajak maka akan timbul kesadaran dalam membayar pajak dan hal ini tentu saja akan membantu kelancaran pelaksana pemungutan
2. Tercapainya target yang ditetapkan
Keberhasilan pemungutan PBB dapat tercapai apabila peran serta aktif masyarakat sebagai wajib pajak didukung dengan kesiapan aparat pemerintah
sebagai petugas pemungut.
Menurut Siagian (1997:22), memberikan definisi keberhasilan sebagai berikut : “yang dimaksud keberhasilan atau berhasil adalah keseuaian antara rencana yang telah ditetapkan atau ditargetkan dengan hasil yang dicapai pada saat dilaksanakan”.
Dengan melihat penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh kepemimpinan lurah terhadap peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan adalah adalah apa yang dilakukan oleh lurah dalam
melaksanakan hak dan kewajiban sebagai pelaksana actual jabatan yang di pegangnya dalam rangka untuk mendorong atau mengajak aparat dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
E. Kerangka Berpikir
Hakikat pemungutan pajak oleh Negara merupakan sebagai sumber pendapatan Negara yang digunakan untuk pelaksanaan pembangunan nasional. Ada berbagai macam pajak yang salah satunya adalah Pajak Bumi dan Bangunan. PBB
adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan, sebagai subyek pajak dari pajak bumi dan bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak dan memperoleh manfaat atas bumi dan bangunan. Hasil penerimaan pajak bumi dan
X
diserahkan kepada pemerintah daerah. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai
kewenangan dan tanggungjawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat.
Kelurahan merupakan lembaga perpanjangan pemerintah daerah yang dibawahnya masih terdapat desa sebagai lembaga yang keberadaannya paling dekatr
dengat masyarakat, maka desa memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa. Pemungutan PBB merupakan salah satu tugas kepala desa. Oleh karena itu, diharapkan kepala desa mampu untuk menggerakkan wajib pajak agar sadar akan arti pentingnya PBB sehingga mereka bersedia untuk memenuhi
kewajiban perpajakannya.
Kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
X : Variabel Independen, yaitu : kepemimpinan kepala desa
Y : Variabel dependen, yaitu : kesadaran masyarakat membayar PBB
: Pengaruh
Gambar 2.1. Model kerangka dasar penelitian pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap kesadaran masyarakat membayar PBB
F. Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2010:84). Dilihat dari latar belakang rumusan masalah dapat
Y
diajukan hipotesis sebagai berikut:
a. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak terdapat pengaruh positif dari kepemimpinan kepala desa terhadap kesadaran masyarakat membayar PBB.
b. Hipotesis Alternatif (Ha)