PELAKSANAAN PERMAINAN TRADISIONAL
DALAM MENDUKUNG PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BERMAIN (KB) ALAM USWATUN KHASANAH,
KRONGGAHAN, GAMPING, SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Maryanti NIM 09102244026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOYAKATA
PERSETUJUAN
Skripsi
yang
berjudul ?ELAI(SANIAu{N PERMAINAN TRADISIONALDALAM
MENDUKUNG PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAKUSIA
DINI
DI
KELOMPOKBERMAIN
(KB)
ALAM
USWATUNKHASANAH, KRONGGAHAN, GAMPING, SLEMAN" yang disusun oleh Maryanti, NIM 09102244026 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
13 Desember2073 II,
Nur Djazifah M. Si.
198601
200t
NIP. 1954041v
., M.
Si.
WidfrSURAT PERI\TYATAAN
Dengan
ini
saya menyatakan bahwa skripsiini
benar-benar karya saya sendiri. Sepat{ang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbi&an omng lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
13 Desember2013
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
“Senjata yang paling ampuh di muka bumi ini adalah jiwa manusia yang penuh
dengan semangat”
(Ferdinand Foch)
“Jangan pernah mengeluhkan kekurangan yang ada pada diri, tapi teruslah
mencari kekuatan yang ada dalam diri untuk memberikan sesuatu yang terbaik
bagi diri sendiri dan orang lain”
PERSEMBAHAN
Atas karunia Allah SWT
Saya persembahkan karya ini kepada:
1. Kedua orang tuaku, yang selalu mendo’akan dan kasih
sayang yang tak pernah putus.
2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta.
PELAKSANAAN PERMAINAN TRADISIONAL
DALAM MENDUKUNG PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BERMAIN (KB) ALAM USWATUN
KHASANAH, KRONGGAHAN, GAMPING, SLEMAN
Oleh Maryanti NIM 09102244026
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pelaksanaan permainan tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia dini, (2) faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan permainan tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia dini.
Penelitian ini merupakan penelitian deskripstif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pengelola, pendidik, orang tua peserta didik, dan peserta didik Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Trianggulasi yang dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan trianggulasi sumber dan metode.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan permainan tradisional meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (a) Perencanaan yaitu dengan pengembangan isi kurikulum yang meliputi penyusunan rencana pembelajaran tahunan (RKT), program semester (PROMES), rencana kegiatan mingguan (RKM) dan rencana kegiatan harian (RKH), serta persiapan jenis permainan tradisional, (b) pelaksanaan terdiri dari kegiatan pembuka, inti, dan penutup, (c) evaluasi meliputi observasi, catatan anekdot (anecdot record), percakapan, dan unjuk kerja. Jenis permainan tradisional yang digunakan meliputi Jamuran, Cublak-Cublak Suweng, Dingklik Oglak-Aglik,dan Engklek. Dari kegiatan tersebut ditemukan adanya perkembangan perilaku sosial anak yaitu kerjasama, kemurahan hati, simpati, empati, kesantunan, sportifitas, pengendalian diri dan kepedulian. (2) Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan permainan tradisional yaitu: (a) kurikulum yang terstruktur membantu pendidik menyiapkan kegiatan permainan tradisional, (b) motivasi bermain dari peserta didik cukup tinggi, (c) fasilitas dan lingkungan yang mendukung proses pelaksanaan permainan tradisional. Faktor yang menghambat yaitu: (a) konsentrasi anak yang mudah berubah-ubah, (b) kurangnya waktu yang digunakan untuk pelaksanaan permainan tradisional, (c) keterbatasan pengetahuan pendidik tentang jenis permainan tradisional yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan di Universitas
Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan, bimbingan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, terimakasih telah memberikan
kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana
sehingga studi saya berjalan dengan lancar.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan fasilitas
untuk kelancaran dalam proses penelitian ini.
4. Ibu Nur Djazifah ER., M. Si dan Ibu Widyaningsih, M. Si selaku dosen
pembimbing yang telah berkenan mengarahkan, memberi masukan dan
membimbing skripsi hingga selesai.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan.
6. Ibu Wahyuthin Nafi’atul F, ST. selaku ketua PAUD Alam Uswatun Khasanah
atas ijin dan bantuan dalam penelitian.
7. Pengelola dan pendidik PAUD Alam Uswatun Khasanah yang telah
membantu dalam pengambilan data penelitian.
8. Orang tua saya, Ibu Rochaniah dan Bapak Mujiman tercinta atas segala doa,
kasih sayang, dan segala dukungannya untukku.
9. Adik-adikku tersayang Maelani dan Ela yang telah memberikan semangat,
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian... 10
F. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Permainan Tradisional ... 13
1. Pengertian Bermain dan Permainan... 13
2. Klasifikasi Bermain ... 14
3. Pengertian Permainan Tradisional... 15
4. Jenis Permainan Tradisional ... 17
5. Manfaat Permainan Tradisional... 19
B. Kajian Tentang Perkembangan Perilaku Sosial Anak ... 21
2. Pengertian Perilaku... 22
3. Perkembangan Perilaku Sosial Anak... 24
4. Aspek- Aspek Perkembangan Perilaku Sosial Anak ... 25
5. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku Sosial Anak ... 27
6. Permainan Tradisional dalam Mendukung Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini ... 28
C. Kajian Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ... 30
1. Pengertian PendidikanAnak Usia Dini ... 30
2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini ... 32
3. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini ... 34
4. Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini ... 35
5. Kurikulum Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini ... 37
D. Kelompok Bermain(Play Group)... 40
E. Penelitian yang Relevan ... 42
F. Kerangka Berfikir... 42
G. Pertanyaan Penelitian ... 46
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 47
B. Subjek Penelitian... 48
C. Setting Penelitian... 48
D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 49
E. Instrumen Penelitian... 53
F. Teknik Analisis Data ... 54
G. Keabsahan Data ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Keadaan Lokasi Penelitian ... 59
1. Letak Geografi Lembaga ... 59
2. Sejarah Singkat Berdirinya Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasnah ... 59
3. Dasar Hukum ... 62
5. Struktur Kepengurusan Lembaga... 65
6. Data Peserta Didik ... 66
7. Sarana dan Prasarana... 67
8. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 69
9. Kemitraan ... 71
10. Kurikulum ... 71
B. Hasil Penelitian ... 74
1. Alasan Pelaksanaan Permainan Tradisional Dalam Pembelajaran ... 74
2. Alokasi Waktu Pelaksanaan Permainan Tradisional... 76
3. Pelaksanaan Permainan Tradisional Dalam Mendukung Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini Di Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah ... 77
4. Hasil Permainan Tradisional Dalam Mendukung Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini... 96
5. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Permainan Tradisional ... 109
C. Pembahasan ... 111
1. Pelaksanaan Permainan Tradisional Dalam Mendukung Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini ... 111
2. Hasil Permainan Tradisional Dalam Mendukung Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini... 118
3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Permainan Tradisional... 120
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 122
B. Implikasi ... 125
C. Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 127
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Jenis Permainan Tradisional Anak di DIY ... 18
Tabel 2. Teknik Pengumpul Data ... 53
Tabel 3. Daftar Peserta Didik Kelompok Anggrek ... 66
Tabel 4. Sarana dan Prasarana KB Alam Uswatun Khasanah ... 67
Tabel 5. Daftar pendidik Dan Tenaga Kependidikan ... 69
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 45
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Pedoman Dokumentasi ... 131
Lampiran 2. Pedoman Observasi ... 132
Lampiran 3. Kisi-Kisi Pedoman Observasi... 133
Lampiran 4. Pedoman Wawancara ... 134
Lampiran 5. Catatan Lapangan ... 140
Lampiran 6. Catatan Dokumentasi... 152
Lampiran 7. Display, Reduksi dan Kesimpulan Hasil Wawancara ... 153
Lampiran 8. Foto Hasil Penelitian ... 163
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan investasi terpenting dalam mengembangkan
sumber daya manusia di masa depan. Dimana pendidikan pada dasarnya adalah
proses komunikasi yang mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung dari generasi ke
generasi (Fuad Ihsan: 46).
Para pendiri bangsa meyakini bahwa peningkatan taraf pendidikan
merupakan salah satu kunci utama mencapai tujuan negara yakni bukan saja
mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga menciptakan kesejahteraan umum
dan melaksanakan ketertiban dunia. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan
bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan
kualitas dan kesejahteraan hidupnya.Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang
SISDIKNAS:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Dalam hal ini tujuan pendidikan bukanlah semata-mata hanya dengan
menyekolahkan anak di sekolah untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan
yang ditransfer oleh pendidik, namun tujuan pendidikan lebih luas dari itu yaitu
mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan anak usia dini sebaiknya mulai diberikan sejak awal baik
dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, kerena merekalah yang
kelak akan membangun bangsa menjadi bangsa yang lebih maju. Pendidikan anak
usia dini merupakan pendidikan yang memiliki fungsi utama mengembangkan
semua aspek perkembangan anaksejak lahir sampai usia 6 tahun yang meliputi
perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan
emosional. Masa ini merupakan periode awal pertumbuhan dan perkembangan
anak yang sangat pesat yang ditandai dengan berbagai periode penting yang
fundamental dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir
perkembangannya.
Pendidikan anak usia dini yang dilakukan baik dalam keluarga, sekolah
maupun masyarakathendaklah dapat mencakup seluruh aspek perkembangan anak
melalui kegiatan yang menyenangkan. Dimana dalam pendidikan anak usia dini
berbicara mengenai seluk beluk pendidikan anak yang tidak lepas dari masalah
tentang petumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, dalam pendidikan
perlu dipraktikkan pembelajaran yang dapat menjadikan anak merasa senang,
kreatif, dan aktif sehingga anak tidak merasa terbebani atau tertekan tanpa
meninggalkan tahapan perkembangan kecerdasan yang harus dicapai oleh anak
sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Anak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila pendidikan
tahun sekitar 50%, 4-8 tahun mencapai 80%, dan 100% kapasitas kecerdasan di
capai setelah umur 8 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan fungsional sel-sel
otak anak tersebut membutuhkan berbagai pemberian rangsangan dan situasi
pendidikan yang tepat untuk mendukung dan mengoptimalkan seluruh
kemampuan anak, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun sekolah (Novan
Ardy Wiyani & Barnawi, 2012: 32).
Ditinjau dari sejarahnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), di Indonesia
mulai diperhatikan oleh pemerintah secara sungguh-sungguh dan mencakup
rentang usia antara 0-6 tahun sejak tahun 2002. Saat ini PAUD sudah menjadi
"Gerakan Masyarakat Secara Nasional (National Public Movement) masyarakat
sehari-hari sudah terbiasa membicarakan pentingnya PAUD bagi masa depan
putra-putrinya. Meskipun pemahaman dan kemauan masyarakat selama ini sudah
sangat bagus, data BPS tahun 2011 menunjukkan dalamkurun waktu terakhir
Angka Partisipasi Kasar (APK-PAUD) hingga saat ini baru mencapai 34,54 %
untuk usia anak 0-3 tahun dan 55,90 % untuk usia 3-6 tahun.Pemerintah
menargetkan pada tahun 2015 Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) mencapai angka 75 persen(http://paud.kemendiknas.go.id).
Era gobalisasi di Indonesia sekarang ini membawa pola kehidupan baru
yang memiliki dampak tertentu tehadap kehidupan sosial dan budaya, termasuk
kelestarian berbagai ragam permainan tradisional anak-anak. Kondisi seperti ini
semakin menyadarkan kita bahwa berbagai jenis permainan tradisional anak
sebagai aset budaya yang harus tetap dilestarikan keberadaannya. Hal tersebut
dapat dianggap remeh sebagaimana yang diungkapkan oleh Sukirman (2008: 28),
bahwa permainan tradisional anak memberikan pengaruh yang besar terhadap
perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak dikemudian hari.
Dahulu permainan tradisional seperti congklak, cublak-cublak suweng,
jamuran, dhakon, benthikdan beberapa permainan tradisional anak lainnya adalah
permainan populer bagi anak-anak, namun sekarang permainan tersebut sudah
jarang dimainkan oleh anak-anak. Hal ini dipengaruhi oleh pola perubahan yang
terjadi pada fenomena permainan tradisional sebagaimana yang diungkapkan oleh
Sukirman Dharmamulya, dkk (2008: 29) bahwa a) menurunnya popularitas
permainan tertentu, b) munculnya jenis permainan tertentu, dan masuknya jenis
permainan baru yang modern.
Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju pula
permainan yang dikonsumsi oleh anak. Permainan modern yang di kenal antara
lain adalahplaystation, gameswatch, video games, tamiya,dan permainan modern
lainnya. pemilihan aktifitas bermain ini dapat mempengaruhi perkembangan anak,
termasuk diantaranya yaitu perkembangan perilaku sosial anak. Meskipun ada
beberapa manfaatnya dari permainan modern kaitannya dalam perkembangan
bidang ilmu dan teknologi (IT), tetapi apabila porsi kegiatan permainan modern
terlalu sering dapat menghambat perkembangan anak khususnya dalam
perkembangan sosialnya. Hal ini disebabkan karena permainan modern cenderung
bersifat individual sehingga kurang mengeksplorasi kemampuan sosial anak, yang
mana interaksi anak hanya terbatas pada benda dan dirinya sendiri serta sifat
bersosialisasi dengan orang lain, melainkan interaksi mereka lebih sering dengan
benda mati. Sebagaimana yang diungkapkan Euis Kurniati (2010: 4) permainan
modern lebih mengutamakan individualisasi sedangkan permainan tradisional lebih
memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dan berkerjasama dalam
kelompok.
Di sisi lain permainan tradisional merupakan permainan yang mengandung
unsur edukatif penting untuk merangsang berbagai macam aspek perkembangan
anak. Pada zaman modern ini banyak anak-anak yang melupakan permainan
tradisional dan beralih pada permainan modern yang lebih praktis. Padahal
berbagai jenis permainan tradisional anak-anak diperkenalkan dengan berbagai
macam ketrampilan dan kecakapan yang nantinya akan mereka perlukan dalam
menghadapi kehidupan sebagai anggota masyarakat. Selain itu permainan
tradisional mengutamakan permainan partnership, dimana anak bermain dan
berinteraksi dengan sesamanya (Sukirman Dharmamulya, dkk., 2008: 5-6). Oleh
karena itu, permainan tradisional diperlukan untuk rangsangan yang berfungsi
untuk mengembangkan berbagai kecerdasan yang dimiliki anak dimana kelak
akan tumbuh dewasa dan akan hidup bermasyarakat, sehingga penanaman sikap
kepada anak untuk saling memahami dan mengerti bahwa ada orang lain selain
dirinya penting dilakukan. Sikap ini kelak akan bermanfaat dalam
mengembangkan perilaku sosial anak dan menghindari sikap egois serta
individualis pada diri anak.
PAUD Alam Uswatun Khasanah merupakan bentuk pendidikan anak usia
naungan PKBM Widya Usaha. Di PAUD Alam Uswatun Khasanah terdapat 2
program yaitu Kelompok Bermain (KB) dan Taman Penitipan Anak (TPA).
Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah terbagi menjadi empat
kelompok yaitu kelompok melati (usia 2-3 tahun), kelompok mawar dan teratai
(usia 3-4 tahun), dan kelompok anggrek (usia 4-5 tahun).
Program pendidikan bagi anak usia dini di Kelompok Bermain (KB) Alam
Uswatun Khasanah dirancang dengan tujuan untuk mengembangkan seluruh
potensi yang ada pada anak (the whole child) agar kelak anak dapat berfungsi
sebagai manusia yang utuh sesuai dengan kultur budaya dan falsafah suatu
bangsa. Dimana usia peserta didik Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun
Khasanah merupakan saat yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme,
kebudayaan, agama, etika, moral dan sosial yang berguna bagi perkembangan
suatu bangsa, sebab anak dipandang sebagai individu yang baru mengenal dunia
dan sedang belajar berkomunikasi dan memahami orang lain, sehingga anak perlu
dibimbing agar mampu memahami segala hal tentang dunia dan masyarakat yang
ada di dalamnya.
Melihat kenyataan yang ada sekarang ini interaksi anak usia dini lebih
banyak dengan benda mati sehingga perilaku sosial anak masih jarang terlihat
dalam keseharian peserta didik, di Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun
Khasanah, sehingga diperlukan upaya untuk mendukung perkembangan
kepribadiannya, dan melatih mereka bersosialisasi dengan teman sebaya dan
lingkungannya. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di Kelompok
kegiatan bermain. Kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu kegiatan
yang sangat penting dalam mendukung perkembangan anak. Melalui bermain
anak akan memperoleh banyak keuntungan yang tidak sedikit bagi
perkembangannya aspek fisik-motorik, kecerdasan, dan sosial emosional karena
mereka memiliki kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang mereka
rasakan dan pikirkan.Bila salah satu aspek tidak diberi kesempatan untuk
berkembang, maka akan terjadi ketimpangan.
Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah merupakan salah satu
bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan dalam upaya
memberikan pelayanan pendidikan anak usia dini untuk mengembangkan
potensianak dan memberikan berbagai keterampilan dalam mengoptimalkan
seluruh aspek perkembangan anak, seperti keterampilan untuk membantu diri
sendiri dan ketrampilan yang bersifat sosial. Kelompok Bermain (KB) Alam
Uswatun Khasanah sebagai salah satu lembaga percontohan PAUD Kecamatan
menekankan pelestarian alam dan budaya bagi anak usia dini dengan kegiatan
pembelajarannya antara lain yaitu dengan permainan tradisional. Konsep belajar
dengan alam yang diterapkan di KelompokBermain (KB) Alam Uswatun
Khasanah untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan
memanfaatkan segala sesuatu yang ada di alam dan lingkungan sekitar agar dapat
dijadikan sebagai media belajar bagi peserta didik. Selain memanfaatkan bahan
alam yang ada di lingkungan sekitar, warisan budaya lokal seperti permainan
tradisional juga sebagai media pembelajaran yang digunakan di Bermain (KB)
permainan tradisional, di Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah
permainan tradisional anak masuk dalam kurikulum yang digunakan sebagai salah
satu media pembelajaran dalam mendukung perkembangan anak usia dini baik
secara kognitif, motorik atau sosialnya seperti mengajarkan peserta didik dalam
berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman serta lingkungannya.
Pembelajaran yang dikemas dalam permainan tradisional di Kelompok
Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah memiliki juga arti tersendiri yaitu
sebagai media penyampaian pesan pelestarian budaya, sekaligus sebagai media
pembelajaran anak usia dini dalam mendukung perkembangan sikap dan perilaku
positif yang dapat diambil dari setiap permainan. Ada makna yang luhur yang
terkandung di dalamnya, seperti nilai agama, nilai edukatif, norma, dan etika yang
semuannya itu akan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Selain itu
melalui permainan tradisional, anak dapat mengembangkan kreativitasnya
dalamide atau segala kegiatannya dalam berhubungan dengan orang lain,
lingkungan serta dalam interaksi sosialnya.
Walaupun tidak semua jenis permainan tradisional yang dapat diterapkan
oleh pendidik dalam pembelajaran anak usia dini, tetapi pelaksanaan permainan
tradisional dapat terlaksana dengan baik secara rutin satu kali dalam seminggu.
Pelaksanaan permainan tradisional pun tidak hanya dilakukan di dalam ruang
tetapi juga di lingkungan sekitar dengan tujuan agar peserta didik berinteraksi
dengan teman maupun lingkungannya. Mengingat bahwa banyak hal positif yang
dapat diambil dari kegiatan permainan tradisional, terutama dalam membantu
dan perilaku sosial anak usia dini, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pelaksanaan permainan tradisional dalam mendukung
perkembangan perilaku sosial anak usia dini di Kelompok Bermain (KB) Alam
Uswatun Khasanah, Kronggahan Gamping Sleman.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah, ditemukan beberapa identifikasi
permasalahan sebagai berikut :
1. Anak usia dini belum banyak mengenal permainan tradisional dan cenderung
lebih mengenal permainan modern sepertiplaystation, danvideo games.
2. Tingginya sikap egosentris anak usia dini karena lebih banyak berinteraksi
dengan benda mati sehingga sering muncul konflik dan pertengkaran dengan
teman sebaya.
3. Tidak semua lembaga PAUD memasukkan permainan tradisional dalam
kurikulum pembelajaran.
4. Perilaku sosial pada anak usia dini di PAUD belum banyak muncul dalam
kegiatan keseharian peserta didik.
5. Adanya keterbatasan pengetahuan pendidik dalam menyampaikan
pembelajaran dengan permainan tradisional.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang ada, penelitian ini dibatasi pada
pelaksanaan permainan tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku
sosial anak usia dini di Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah,
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanapelaksanaan permainan tradisional dalam mendukung
perkembangan perilaku sosial anak usia dini di Kelompok Bermain (KB)
Alam Uswatun Khasanah, Kronggahan, Gamping, Sleman?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaanpermainan
tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia dini di
Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah, Kronggahan, Gamping,
Sleman?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan permainan tradisional dalam mendukung
perkembangan perilaku sosial anak usia dini di Kelompok Bermain (KB)
Alam Uswatun Khasanah, Kronggahan, Gamping, Sleman.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan permainan
tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia dini di
Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah, Kronggahan, Gamping,
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu yang
bermanfaatdalam pendidikan anak usia dini baik formal maupun non formal
terutama ditujukan pada Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah
sebagai satu lembaga percontohan PAUD yang berada di Sleman, diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan tetap melestarikan
permainan tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pendidikan Luar Sekolah
1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian keilmuan
Pendidikan Luar Sekolah terkait dengan pengembanganpendidikan
Anak Usia Dini, khususnya permainan tradisional dalam mendukung
perkembangan perilaku sosial anak usia dini.
2) Sebagai sarana pengembangan pengetahuan tentang permainan
tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia
dini.
b. Bagi peneliti
1) Peneliti mendapatkan pengetahuan tentangpelaksanaan permainan
tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia
dini di Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah
2) Memberikan pengalaman nyata dapat mengetahui secara langsung
situasi dan kondisi yang nantinya berguna bagi kemajuan diri peneliti.
c. Bagi Lembaga PAUD
1) Sebagai masukanuntuk meningkatkan kualitaspembelajaran melalui
permainan tradisional pada anak usia dini dalam mendukung
perkembangan perilaku sosialnya.
2) Memberikan sumbangsih pengetahuan dan wawasan bagi pengelola
dalam memberikan inovasi program pendidikan anak usia dini.
3) Mengetahui kelebihan dan kelemahan pelaksanaan permainan
tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Permainan Tradisional 1. Pengertian Bermain dan Permainan
Bermain didefinisikan sebagai suatu kegiatan dimana anak
mendapatkan kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan bagaimana
menggunakan alat-alat tersebut, demikian anak yang sedang bermain dapat
membentuk dunianya sehingga sering kali dianggap nyata,
sungguh-sungguh, produktif, dan menyerupai kehidupan yang sebenarnya
(Soemarti Patmonodewo, 2003: 103).
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi (2012: 92-93), istilah bermain
diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan alat atau tanpa alat
yang dalam kegiatannya menghasilkan pengertian, memberikan informasi,
memberikan kesenangan dan dapat mengembangkan imajinasi anak.
Menurut teori fenomenologis Profesor Kohnstamm (Kartini
Kartono, 2007: 122) permainan merupakan sarana penting untuk
mensosialisasikan dalam mengenalkan anak menjadi anggota suatu
masyarakat agar anak mengenal dan menghargai masyarakat, sehingga
dalam suasana permainan itu tumbuh rasa kerukunan yang berarti bagi
pembentukan sosial sebagai manusia budaya.
Permainan memberikan kesempatan pra-latihan untuk mengenal
aturan-aturan permainan, mematuhi norma dan larangan, dan bertindak
jujur. Mayke S. Tedjasaputra (2005: xvi) menyebutkan bahwa melalui
aspek fisik-motorik, kecerdasan, dan sosial emosional. Kepribadian positif
akan timbul apabila dalam diri anak muncul rasa senang untuk memaknai
setiap kegiatan bermain yang mereka alami.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
bermain dan permainan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
menggunakan alat atau tanpa alat yang menghasilkan pengertian,
memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan mengembangkan
imajinasi anak, sekaligus sebagai sarana pembentukan sosial agar anak
mengenal dan menghargai masyarakatnya.
2. Klasifikasi Bermain
Menurut Mildred Parten (1932) dalam Slamet Suyanto (2005: 121),
ada enam bentuk kegiatan bermain berdasarkan interaksi antar anak yaitu:
a. Unoccupied Play, yaitu sebenarnya anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain, melainkan hanya mengamati anak-anak lain yang sadang bermain.
b. Solitary games (bermain sendiri),yaitu anak sibuk bermain sendiri, dan tampak tidak memperhatikan kehadiran anak-anak lain disekitarnya. Perilakunya bersifat egosentris dengan ciri antara lain tidak ada usaha untuk berinteraksi dengan anak lain. c. Onlooker games (bermain dengan melihat temannya bermain) yaitu kegiatan bermain dengan mengamati anak lain melakukan kegiatan bermain, dan tampak ada minat yang semakin besar terhadap kagiatan anak lain yag diamati.
d. Parallel games (bermain paralel dengan temannya), bermain dengan materi yang sama, tetapi masing-masing bekerja sendiri karena pada dasarnya mereka masih sangat egosentris. e. Associative games (bermain beramai-ramai), yaitu anak
bermain bersama-sama, tetapi bila diamati akan tampak bahwa masing-masing sebenarnya tidak terlibat dalam kerjasama. f. Cooperative games (bermain kooperatif), yaitu anak bermain
Menurut Rubin, Fein dan Vandenberg (1983) serta Smilansky
(1968) dalam Mayke S. Tedjasaputra (2005: 28), kegiatan bermain dapat
dilihat sesuai dengan tahapan perkembangan bermain yaitu:
a. Bermain Fungsional (Functional Play)
Biasanya berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang. Misalnya anak berlari-lari sekeliling ruang tamu, mendorong dan menarik mobil-mobilan.
b. Bangun Membangun (Constructive Play)
Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia.
c. Bermain pura-pura (Make-believe Play)
Anak melakukan peran imajinatif memainkan peran tokoh tertentu yang dikenalnya.
d. Permainan Dengan Peraturan (Games with rules)
Anak sudah memahami aturan permainan. Aturan permainan pada awalnya diikuti anak berdasarkan yang diajarkan orang lain, lambat laun anak memahami bahwa aturan itu dapat diubah.
3. Pengertian Permainan Tradisional
Permainan tradisional merupakan salah satu bentuk atau wujud
kebudayaan yang memberi ciri khas pada suatu kebudayaan tertentu.
Permainan tradisional anak adalah aset budaya, yaitu modal bagi suatu
masyarakat untuk mempertahankan identitas budayanya di tengah
masyarakat lain. Permainan tradisional juga dikenal sebagai sebagai
kegiatan yang reaktif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri,
tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan
sosial (Sukirman Dharmamulya, dkk, 2010: 19).
Menurut Sujarno (2010: 148), permainan tradisional merupakan
berekreasi, berolah raga dan sebagai sarana untuk berlatih hidup sopan dan
terampil dalam bermasyarakat.
Kehidupan masyarakat baik yang kompleks maupun sederhana
terdapat nilai budaya yang dipakai sebagai pedoman kehidupan yang
dianggap penting dan bernilai. Kebudayaan sebagai karya manusia
memiliki sistem nilai, menurut C. Kluckhon dalam Siti Irene Astuti (2012:
22), sistem nilai budaya secarauniversalmenyangkut lima masalah pokok
kehidupan manusia, yaitu:
a. Masalah mengenai hakekat dan hidup manusia (MH) b. Masalah mengenai hakekat dan karya manusia (MK)
c. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu (MW)
d. Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar (MA)
e. Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan sesama (MM)
Oleh karena itu, agar sistem nilai budaya dapat menjadi landasan
hidup masyarakat maka, anak sejak dini sudah harus dipersiapkan agar
dapat meningkatkan perkembangan sosialnya antara lain melalui
perrmainan tradisional.
Kebudayaan masyarakat Jawa sangat menyatu dalam kehidupan
sehari-hari. Kebudayaan masyarakat tersebut juga dapat disebut dengan
istilah foklor. Foklor terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu: (a)
folklor lisan, (b) folklor sebagian lisan, (c) folklor bukan lisan.
Berdasarkan pembagian tersebut dolanan tradisional sebagai salah satu
bagian di dalamnya. Dolanan dan nyanyian anak tradisional adalah salah
ditembangkan oleh anak-anak disertai dengan gerak atau tidak, serta
kadang-kadang diiringi gamelan yang berisi nasihat dan bernada hiburan
(Joko Pamungkas, 2010: 11).
Begitu juga Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Krisdyatmiko
(1999: iv), mengungkapkan ada dua macam permainan ataudolanananak,
yaitu permainan yang seolah-olah diciptakan oleh anak dan permainan
yang diberikan oleh orangtuanya. Dimana permainan tradisional secara
psikologis mampu membangkitkan kreativitas dan mendekatkan diri anak
dengan alam sekitarnya dan Tuhan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan, dolanan atau permainan
tradisional merupakan salah satu bentuk folklor yang beredar secara lisan
dan memberi ciri khas pada suatu kebudayaan masyarakat tertentu sebagai
warisan dari generasi terdahulu secara turun-temurun sesuai norma dan
adat kebiasaan yang ada yang biasanya dilakukan oleh anak-anak dengan
tujuan mendapat kepuasan, kegembiraan, membangkitkan kreativitas serta
mendekatkan diri anak dengan alam sekitarnya dan Tuhan.
4. Jenis Permainan Tradisional
Ada banyak jenis permainan tradisional dari berbagai daerah yang
memiliki banyak kesamaan bentuk dan cara bermainnya, namun biasanya
berbeda nama permainannya. Menurut Sukirman Dharmamulya, dkk
(2008: 35), permainan tradisional ditampilkan dalam bentuk sesuai dengan
a. Bermain, bernyanyi, dan dialog
Merupakan permainan yang dilakukan dengan diselingi nyanyian, dialog, atau keduanya. Sifat dari permainan tradisional pada umumnya rekreatif, interaktif, yang mengekspresikan pengenalan tentang lingkungan, hubungan sosial, tebak-tebakan, dan sebagainya. Permainan dengan bernyanyi dan dialog melatih anak dalam bersosialisasi, responsif, berkomunikatif.
b. Bermain dan olah pikir
Merupakan jenis permainan yang lebih banyak membutuhkan konsentrasi berfikir, ketenangan, kecerdikan, dan strategi.
c. Bermain dan adu ketangkasan
Merupakan jenis permainan yang mengandalkan ketahanan dan kekuatan fisik.
Adapun berbagai jenis permainan rakyat yang ada di beberapa
[image:33.595.136.528.324.707.2]daerah DIY sebagai berikut:
Tabel 1. Jenis Permainan Tradisional Anak di DIY No. Kec. Depok
Permainan tradisional yang bersifat edukatif, terdapat unsur-unsur
pendidikan di dalamnya. Disimpulkan melalui permainan seperti bermain,
bernyanyi dan dialog, bermain dan olah pikir, serta bermain adu
ketangkasan anak-anak diperkenalkan dengan berbagai macam
ketrampilan dan kecakapan yang nantinya akan mereka perlukan dalam
menghadapi kehidupan sebagai anggota suatu kelompok atau masyarakat.
5. Manfaat Permainan Tradisional
Semua bentuk, sifat dan jenis permainan pada dasarnya
memberikan rangsangan dalam memperbanyak jaringan pada otak yang
akan menentukan cara berfikir, berperilaku, dan kepribadian seseorang.
Setiap permainan tradisional anak terdapat tata cara atau peraturan yang
menjadi ketentuan secara turun-temurun yang menuntut sikap sportif dan
terhadap aturan permainan.
Kegiatan bermain pada anak membantu mereka memahami dan
mempraktekkan kemampuan dalam mengembangkan rasa, intelektual,
sosial, dan keterampilan sosial mereka yang dilakukan dengan rasa senang
sehingga semua kegiatan bermain anak menghasilkan proses belajar pada
anak (Hadiwinarto, 2009: 143).
Menurut Mayke S. Tedjasaputra (2005: 41), manfaat permainan
tradisional bagi perkembangan aspek sosial yaitu sebagai media bagi anak
untuk mempelajari budaya setempat, peran-peran sosial dan peran jenis
kelamin. Melalui bermain anak juga belajar bagaimana berlaku
dengan sesama teman baik dalam hal mengemukakan isi pikiran dan
perasaannya maupun memahami apa yang diucapkan orang lain, sehingga
hubungan dapat terbina dan dapat saling bertukar informasi.
Sebagaimana menurut Cristriyati Ariani dalam Siti Munawaroh
(2011: 213), bahwa permainan anak bermanfaat untuk memberikan
pendidikan pada anak dalam berbagai segi seperti sifat sosial, sikap
disiplin, etika, kejujuran, kemandirian dan percaya diri.
Permainan tradisional juga dapat sebagai sarana penting untuk
proses sosialisasi. Dalam permainan tradisional anak dapat belajar budaya
serta nilai-nilai sosial yang diperlukan sebagai pedoman dalam pergaulan
di masyarakat. Sujarno (2010: 170), menyebutkan bahwa terdapat
beberapa nilai yang terkandung dalam permainan tradisional yang dapat
bermanfaat untuk perkembangan anak antara lain kebebasan, tanggung
jawab, solidaritas, ketaatan, edukatif, sportivitas, musyawarah atau
demokrasi, dan hiburan. Berbagai nilai yang terkandung dalam permainan
tradisional anak tersebut menggambarkan bahwa permainan tradisional
dapat digunakan sebagai media yang tepat untuk mendukung
perkembangan anak.
Sukirman Dharmamulya, dkk (2008: 21), menyatakan bahwa
permainan tradisional anak mengandung beberapa nilai-nilai tertentu yang
dapat ditanamkan dalam diri anak dan membiasakan anak pada berbagai
interaksi dengan individu dan kelompok masyarakatnya. Nilai-nilai
demokrasi, rasa tanggung jawab, rasa patuh dan saling membantu, dan
sebagainya yang merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna bagi
perkembangan anak.
Sejalan dengan pendapat di atas permainan tradisionalanak
merupakan unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remah, karena
permainan tradisional memberikan pengaruh yang tidak kecil di kemudian
hari terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak,
selain itu permainan tradisional anak juga dianggap sebagai salah satu
unsur kebudayaan yang memberi ciri khas tertentu pada suatu kebudayaan
sehingga membedakan dengan kebudayaan yang lain.
B. Kajian Tentang Perkembangan Perilaku Sosial Anak 1. Pengertian Perkembangan
Menurut Ahmad Susanto (2011: 20), mengartikan bahwa
perkembangan merupakan perubahan kualitatif dari setiap fungsi
kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. Sementara Kartini
Kartono (2007: 21), mendefinisikan perkembangan adalah
perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses
belajar dalam waktu tertentu menuju kedewasaan.
Pendapat lain, yaitu dari Bijou dan Bear (Christiana Hari
Soetjiningsih, 2012: 4), perkembangan adalah perubahan progresif yang
lingkungan yang terjadi sepanjang waktu sejak lahir sampai dengan
meninggal dunia.
Dari beberapa definisi di atas, perkembangan dapat diartikan
sebagai perubahan kualitas menuju kearah suatu organisasi pada tingkat
integrasi yang lebih tinggi yang menunjukkan cara organisme bertingkah
laku dan berinteraksi dengan lingkungannya sebagai akibat dari
pertumbuhan dan belajar.
Adapun prinsip-prinsip perkembangan anak menurut Bredekamp
dan Coople (Siti Aisyah dkk., 2007 : 117-123) adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
b. Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan dipengaruhi oleh konteks sosial budaya yang majemuk.
c. Anak adalah pembelajar aktif, yang berusaha membangun pemahamannya tentang tentang lingkungan sekitar dari pengalaman fisik, sosial, dan pengetahuan yang diperolehnya. d. Perkembangan dan belajar merupakan interaksi kematangan
biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
e. Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak serta menggambarkan perkembangan anak.
2. Pengertian Perilaku
Menurut Skiner (1938) dalam Bimo Walgito (2003: 15),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme
tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
terjadi melalui proses “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respon).Menurut
Soekidjo Notoatmodjo (2010: 20), dari aspek biologis perilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang
bersangkutan.
Menurut Hadiwinarto (2009:120) perilaku merupakan respon
individu terhadap stimulus atau rangsangan yang mengenai dirinya, dan
perilaku dapat terbentuk karena individu tersebut memiliki motif,
kebutuhan, dan tujuan yang berhubungan dengan adanya stimulus yang
mengenai dirinya.
Dari pengertian perilaku diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang diterima
baik stimulus eksternal maupun stimulus internal, dan perilaku tersebut
terbentuk karena individu tersebut memiliki motif, kebutuhan, dan tujuan
yang berhubungan dengan adanya stimulus yang mengenai dirinya.
Sejalan dengan pendapat di atas Bimo Walgito (2003: 17),
mengemukakan ada dua jenis perilaku, yaitu perilaku alami dan perilaku
yang dibentuk oleh proses belajar.
a. Perilaku alami atau perilaku yang tidak dipelajari yaitu dimaknai sebagai perilaku yang terbentuk dengan sendirinya secara alami menurut hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan manusia. b. Perilaku yang dibentuk melalui proses belajar atau perilaku yang
3. Perkembangan Perilaku Sosial Anak
Endang Poerwanti (2002: 86-88), Perkembangan sosial adalah
proses untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, berupaya diterima
lingkungan dan memperoleh kemampuan untuk mengekspresikan pola
perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sebagaimana menurut Novan
Ardy Wiyani dan Barnawi (2012: 85), perkembangan sosial anak adalah
perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan masyarakat tempat anak itu berada.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial
anak adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan masyarakat yang ada dalam upaya untuk dapat diterima
lingkungan dan memperoleh kemampuan untuk mengekspresikan pola
perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.
Ahmad Susanto (2011: 137), menyebutkan perilaku sosial adalah
kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, kegiatan yang berkaitan
dengan pihak lain yang memerlukan sosialisasi dalam hal tingkah laku,
memainkan peran, serta mengembangkan sikap sosial yang dapat diterima
orang lain. Perilaku sosial pada anak usia dini ini diarahkan untuk
pengembangan sosial yang baik, seperti menolong, membantu, berbagi,
dan menyumbang atau menderma.
Berdasarkan beberapa konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan perilaku sosial anak merupakan perkembangan perilaku
dapat diterima lingkungan dan memperoleh kemampuan untuk
mengekspresikan pola perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial yang
diarahkan untuk pengembangan sosial seperti bekerjasama, menolong,
membantu, berbagi, dan menyumbang atau menderma.
4. Aspek- Aspek Perkembangan Perilaku Sosial Anak
Menurut Ahmad Susanto (2011: 137), aspek perilaku sosial yang
paling penting diterapkan pada anak usia dini pada tahun pertama yakni
untuk pernyesuaian sosial yang memungkinkan anak dapat bergaul dan
berinteraksi dengan teman-temannya. Selanjutnya perilaku yang
berkembang pada awal masa kanak-kanak merupakan perilaku yang
terbentuk berdasarkan peletakan dasar-dasar perkembangan perilaku pada
masa bayi. Aspek perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak
awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1999: 252) yaitu:
a. Kerjasama, pada usia ini anak memiliki kecenderungan untuk mencari kawan dari usia sebaya yang dapat diajak bermain atau bekerja sama dalam berbagai kegiatan.
b. Kemurahan hati, adalah kesediaan anak untuk berbagi dengan anak lain, setelah anak mulai memasuki kehidupan sosial teman sebaya, sikap mementingkan diri sendiri semakin berkurang.
c. Simpati, perkembangan emosi yang pesat juga ditunjukkan dengan munculnya sikap simpati sesama teman atau dengan anggota keluarga. Ekspresi simpati anak ditunjukkan dengan ikut bersedih atau menghibur dan membujuk teman bermain yang sedang sedih atau sakit.
d. Empati, adalah sikap anak yang dapat menempatkan dirinyapada posisi orang lain, sikap empati ini diekspresikan dengan perilaku anak untuk ikut menghayatipengalaman, kesedihan ataupun kesakitan yang dialami orang lain.
Sementara Beaty (1994) dalam Ahmad Susanto, 2011: 145), aspek
perkembangan sosial anak antara lain yaitu empati, kemurahan hati,
kerjasama, dan kepedulian. Selanjutnya anak dijelaskan sebagai berikut:
a. Empati, yaitu menunjukkan perhatian kepada orang lain yang kesusahan atau menceritakan perasaan orang lain yang mengalami konflik.
b. Kemurahan hati, yaitu berbagi sesuatu dengan orang lain atau memberikan barang miliknya.
c. Kerjasama, yaitu bergantian menggunakan barang, melakukan sesuatu dengan gembira.
d. Kepedulian, yaitu membantu orang lain yang sedang membutuhkan bantuan.
Ada beberapa alasan anak perlu mempelajari berbagai perilaku
sosial. Sebagaimana dalam Sujiono (2005: 78) antara lain:
a. Agar anak dapat belajar bertingkah laku yang dapat diterima lingkungannya.
b. Agar anak dapat memainkan peranan sosial yang bisa diterima kelompoknya, misalnya berperan sebagai laki-laki dan perempuan. c. Agar anak dapat mengembangkan sikap sosial yang sehat terhadap
lingkungannya yang merupakan modal untuk sukses dalam kehidupan sosialnya kelak.
d. Agar anak mampu menyesuaikan dirinya dengan baik, dan akibatnya lingkungannya pun dapat menerimanya dengan senang hati
Menurut Boyd dkk., (Cristana Hari Soetjiningsih, 2012: 213-214),
perkembangan emosi dan sosial anak mencakup pencapaian serangkaian
keterampilan dalam:
a) Mengidentifikasi dan memahami perasaan sendiri.
b) Membaca dengan tepat dan memahami kondisi emosi orang/teman lain.
c) Mengelola emosi dan mengekspresikan dalam bentuk yang konstruktif.
d) Mengatur perilakunya sendiri.
Sebagaimana Ahmad Susanto (2011: 140), Perkembangan perilaku
sosial anak juga bisa diarahkan untuk mengajarkan anak agar mau
membantu orang lain (helping other), tidak egois, sikap kebersamaan,
sikap kesederhanaan, dan kemandirian.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku Sosial Anak Menurut Dini P. Daeng dalam Ahmad Susanto (2012: 155),
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku sosial
anak usia dini yaitu:
a. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang yang ada dengan berbagai usia dan latar belakang.
b. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul.
c. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain yang biasanya menjadi “model” untuk anak.
d. Adanya kemampuan komunikasi yang baik yang dimiliki anak.
Menurut Hurlock(1999), faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan perilaku sosial yaitu:
a. Faktor keluarga, yang meliputi urutan anak dalam keluarga, jumlah keluarga,perlakuan keluarga terhadap anak, harapan orang tua terhadap anak.
b. Faktor dari luar keluarga yang meliputi interaksi dengan teman sebaya dan hubungan dengan orang dewasa di luar rumah.
Selanjutnya Tri Dayakisni & Hudaniah (2006: 212), menyebutkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial diantaranya :
a. Faktor situasional (Situation), dimana di dalamnya terdapat beberapa faktor yang lebih spesifik, seperti kehadiran orang lain, pengorbanan yang harus dikeluarkan, pengalaman dan suasana hati, kejelasan stimulus, adanya norma-norma sosial dan hubungan antara calon penolong dengan korban.
rendahnya menghindari tanggung jawab, dan fokus kendali internal individu kemungkinan munculnya perilaku sosial.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa faktor yang
mendasari terjadinya perilaku sosial yaitu faktor situasional, faktor
personal. Faktor situasi yang mempengaruhi perilaku sosial adalah
kehadiran orang lain, pengorbanan yang harus dikeluarkan, pengalaman
dan suasana hati, kejelasan stimulus, norma-norma sosial, dan hubungan
antara calon penolong dengan calon korban. Faktor personal yaitu faktor
dari dalam individu sendiri yang terfokus pada kendali internal yang
menunjukkan kemungkinan munculnya perilaku sosial.
6. Permainan Tradisional dalam Mendukung Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini
Permainan tidak dapat dipisahkan dari dunia anak, hal ini karena
permainan adalah aktivitas yang selalu dilakukan dan digemari oleh
anak-anak. Permainan tradisional dapat digunakan sebagai media dalam
mencapai tujuan pendidikan, oleh karena itu permainan harus
mengandung makna yang mendidik, serta harus memberikan rasa senang
dalam bermain. Pembelajaran pada anak usia dini melalui permainan
tradisional bermanfaat bagi anak dalam mendukung perkembangan
perilaku sosial anak usia dini ketika mereka dewasa nanti.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 369), mendukung
dimaknai sebagai sesuatu yang membantu dan menunjang. Jadi
permainan tradisional membantu membiasakan anak untuk berfikir dan
berjuang dalam mencapai tujuan sesuai peraturan yang ada dalam
permainan dengan perasaan senang dan tanpa paksaan serta melatih anak
untuk berinteraksi dengan teman bermainnya. Hasil penelitian Kurniati
(2000: 123), menyebutkan bahwa permainan tradisional mampu
mengembangkan keterampilan sosial anak, yaitu keterampilan dalam
bekerja sama, menyesuaikan diri, berinteraksi, mengontrol diri, empati,
menaati aturan serta menghargai orang lain.
Permainan tradisional yang sifatnnya beregu ataupuntunggal dapat
malatih anak memiliki rasa sosial yang tinggi sehingga sifat egois anak
sedikitnya dapat dihindarkan. Dalam setiap permainan ada yang menang
dan kalah, hal ini menuntut anak untuk disiplin, jujur dan sportif
mengakui kemenangan lawan bermainnya, serta melalui bermain, anak
akan mudah bergaul dengan teman-temannya, sehingga mendukung anak
untuk dapat berperilaku sosial sesuai dengan aturan dalam hidup
bermasyarakat. Dengan demikian permainan tradisional secara jelas
bukanlah permainan yang hanya sekedar untuk mengisi waktu luang
guna menghilangkan bosan, tetapi suatu kegiatan yang tidak sedikit
artinya bagi pendidikan, pembinaan, dan perkembangan anak dalam
menuju kedewasaan yang kelak akan mereka bawa dalam lingkungan
C. Kajian Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2009: 7), anak usia dini adalah
anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia
yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian
anak. Pada masa ini merupakan masa kritis yang sekaligus masa keemasan
bagi anak (golden age), diamana anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Stimulasi yang intensif sangat
diperlukan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak
dimasa keemasan tersebut.
Menurut Hurlock (1980:108), masa kanak-kanak merupakan masa
yang terpanjang dalam rentan kehidupan. Masa kanak-kanak dibagi
menjadi dua periode yang berbeda, yaitu periode awal berlangsung dari
umur 2-6 tahun, dan periode akhir pada masa usia 6.Alasan pemisahan
tersebut karena anak yang sebelum mencapai usia usia wajib belajar
diperlakukan berbeda dengan anak yang sudah memasuki sekolah. Selain
itu garis penting alasan pemisahan antara awal dan akhir masa
kanak-kanak adalah efek dari faktor-faktor sosial terhadap perkembangannya.
Hal-hal yang terkait dengan Pendidikan Anak Usia Dini, dengan
mengacu pada Pasal 28 UU SPN No. 20 Tahun 2003, yaitu :
a. Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar.
c. Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. TK diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi anak sesuai dengan tahap perkembangannya., sedangkan RA diselenggarakan untuk pengembangan potensi anak dengan lebih banyak menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
d. Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat.
e. Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan keluarga.
Menurut Partini (2010; 6), penyelenggaraan pendidikan anak usia
dini menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak
usia dini. Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNASpasal 1, ayat 14 menyebutkan bahwa :
“Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Menurut Anwar dan Arsyad Ahmad (2007: 2), Pendidikan Anak
Dini Usia (PAUD) adalah pendidikan yang berfungsi untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, serta perkembangan kejiwaan
peserta didik yang dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan
sedang berlangsung di sekolah atau lembaga pendidikan, tetapi pendidikan
bisa dilaksanakan dimana saja dan kapan saja di lingkungan keluarga,
masyarakat maupun teman sebaya yang sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak
usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang terencana dan sistematis
terhadap anak usia dini 0-6 tahun melalui pemberian pengasuhan,
perawatan, pelayanan, dan rangsangan pendidikan kepada anak usia dini
untuk untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan
pembelajaran dalam membantu pertumbuhan dan perkembangna jasmani
serta rohani agar dapat mengembangkan potensinya secara maksimal yang
menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan daya
pikir, sosial emosional, bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan
dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui anak usia dini.
2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini, secara khusus bukan bertujuan untuk
memberi anak pengetahuan kognitif (kecerdasan intelektual)
sebanyak-banyaknya, tetapi untuk mempersiapkan mental dan fisik anak agar
mengenal dunia sekitarnya secara lebih adaptif (bersahabat). Sifat
pendidikan lebih familiiar (kekeluargaan), komunikatif ( menyenangkan),
dan yang paling utama persuative (seruan atau ajakan). Dalam proses
mengungkapkan pikiran dan perasaannya ke dalam berbagai macam
bentuk tindakan dan perilaku positif, seperti bermain, menyanyi,
menggambar, atau berkomunikasi dengan teman sebaya (Jasa Ungguh
Muliawan, 2009: 16-17).
Menurut Slamet Suyanto (2005: 1-4), ada beberapa tujuan
didirikannya Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu:
a. Mengembangkan seluruh potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai falsafah suatu bangsa.
b. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya.
c. Anak perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat.
Menurut Muhammad Fadillah (2012: 71-72), tujuan pendidikan
anak usia dini secara khusus, yaitu:
a. Terciptanya tumbuh kembang anak usia dini yang optimal melalui peningkatan pelayanan prasekolah.
b. Terciptanya pengetahuan, keterampilan, dan sikap orangtua dalam upaya membina tumbuh kembang anak secara optimal. c. Mempersiapkan anak usia dini yang kelak siap masuk
pendidikan dasar.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa,
tujuan diselenggarakannya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
mempersiapkan mental dan fisik anak untuk menuju jenjang
pendidikanyang lebih tinggi, mengarahkan dan membantu anak agar dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai tingkat perkembangannya
agar kelak mereka siap memasuki pendidikan dasar serta melakukan
3. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Prinsip pendidikan anak usia dini harus sejalan dengan pemenuhan
berbagai macam kebutuhan anak, mulai dari kesehatan, nutrisi, dan
stimulasi pendidikan, serta harus dapat memberdayakan lingkungan
masyarakat dimana anak itu berada. Menurut Novan Ardy Wiyani &
Barnawi (2012: 76-77), pelaksanaanpendidikan anak usia dini harus
didasarkan pada prinsip-prinsip penyelenggaraan berikut:
a. Berorientasi pada kebutuhan anak
Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
b. Belajar melalui bermain
Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi mengenal lingkungan sekitar, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Ketika bermain anak memperoleh pengalaman sehingga anak akan dapat membangun pemahaman tentangyang dialaminya. c. Menggunakan lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan bermain anak.
d. Menggunakan pembelajaran yang terpadu
Dimana setiap kegiatan pembelajaran mencakup pengembangan seluruh aspek perkembangan anak.
e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan berbagai kecakapan hidup agar anak dapat menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab, memiliki disiplin diri serta memperoleh keterampilan yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.
f. Menggunakan berbagai media edukasi dan sumber balajar
Media dan sumber pembelajaran memanfaatkan lingkungan sekitar, nara sumber dan bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik/guru.
g. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
Dilihat dari uraian prinsip di atas maka pada dasarnya pendidikan
anak usia dini adalah mengoptimalkan kecerdasan anak dan melalui
pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini yang membutuhkan
stimilasi sejak dini untuk mengembangkan seluruh aspek kecerdasannya.
Semua aspek berjalan secara berkesinambungan, perkembangan anak
tergantung pada hubungan antar pribadi, kesempatan mengekspresikan diri
dan bimbingan pada tiap tahap perkembangan anak. Perilaku anak juga
tergantung pada motivsi dan stimulan dari dalam dan luar dirinya.
4. Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut Muhammad Fadillah (2012: 132), pembalajaran adalah
suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan peserta didik secara
terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar,
karakteristik peserta didik, serta berbagai strategi pembelajaran, baik
penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.
Menurut Nazarudin (2007: vii), pembelajaran adalah interaksi
edukatif antara peserta didik dengan guru, peserta didik dengan
lingkungan sekolah dan peserta didik-guru dengan lingkungan sekolah.
Dengan terjalinnya interaksi yang baik antara peserta didik, pendidik dan
lingkungan sekolah, proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik
dan lancar sehingga tujuan pembelajarannya pun tercapai.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa,
pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang berupaya
edukatif antara peserta didik dengan guru, peserta didik dengan
lingkungan sekolah dan peserta didik-guru dengan lingkungan sekolah.
Serta terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar,
karakteristik peserta didik, serta berbagai strategi pembelajaran, baik
penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaranagar
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan lancar sehingga
tujuan pembelajarannya tercapai.
Yuliani Nurani Sujiono (2011:138) bahwa kegiatan pembelajaran
pada anak usia dini pada hakikatnya pengembangan kurikulum secara
konkret yang berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah
pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini
berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainnya
dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki anak.
Berdasarkan beberapa konsep di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa pembelajaran anak usia dini adalah seperangkat rencana yang berisi
sejumlah pengalaman belajar yang memiliki karakteristik anak belajar
melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini sesuai dengan tingkat
usia anak dan berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus
dikuasainnya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki
5. Kurikulum Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini
Berdasarkan Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang standar
kurikulum PAUD terdiri dari standar isi, proses, dan penilaian meliputi
struktur program, alokasi waktu, dan perencanaan, pelaksanaan, penilaian
dilaksanakan secara terintegrasi atauterpadu sesuai dengan tingkat
perkembangan, bakatdan kebutuhan anak.
Perencanaan program mencakup tujuan, isi, dan rencana
pengelolaan program yang disusun dalam Rencana Kegiatan Mingguan
(RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH). Pelaksanaan program berisi
proses kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan yang dirancang
berdasarkan pengelompokan usia anak, dengan mempertimbangkan
karakteristik perkembangan anak dan jenis layanan PAUD yang diberikan.
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan pengamatan, pencatatan, dan
pengolahan data perkembangan anak dengan menggunakan metode dan
instrumen yang sesuai.
a. Perencanaan Pembelajaran
Standar proses kegiatan pembelajaran, meliputi: 1) perencanaan,
yaitu: a) pengembangan rencana pembelajaran, b) perencanaan
penyelenggaraan PAUD yang meliputi: perencanaan semester, Rencana
Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH), c) serta
rencana kegiatan untuk anak usia 0-2 tahun bersifat individual. 2)
Prinsip-prinsip pembelajaran, meliputi: a) memperhatikan tingkat perkembangan,
gizi, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan, c) pembelajaran
dilaksanakan melalui bermain, d) Kegiatan pembelajaran dilakukan
secarabertahap, berkesinambungan, dan bersifat pembiasaan, e) proses
pembelajaran bersifat aktif, kreatif, interaktif, efektif, dan menyenangkan,
f) proses pembelajaran berpusat pada anak, 3) pengorganisasian meliputi:
a) pemilihan metode yang tepat dan bervariasi, b) pemilihan alat bermain
dan sumber belajar yang ada di lingkungan, c ) pemilihan teknik dan alat
penilaian sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan.
b. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, meliputi: 1) penataan
lingkungan bermain, yaitu menciptakan suasana bermain yang aman,
nyaman, bersih, sehat, dan menarik. 2) pengorganisasian kegiatan, yaitu:
a) kegiatan dilaksanakan di dalam dan di luar ruang kelas, b) kegiatan
dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, c) kegiatan untuk anak
usia 0 - <2 tahun, bersifat individual, d) pengelolaan kegiatan
pembelajaran pada usia 2 - <4 tahun dalam kelompok besar, kelompok
kecil dan individu meliputi inti dan penutup, e) pengelolaan kegiatan
pembelajaran pada usia 4 - ≤6 tahun dilakukan dalam individu, kelompok
kecil, dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu pembukaan,
c. Penilaian atau Evaluasi Pembelajaran
Brewer dalam Soemiarti Patmonodewo, (2003:138) penilaian
adalah penggunaan sistem evaluasi yang bersifat menyeluruh untuk
menentukan kualitas dari suatu program atau kemajuan dari seorang anak.
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak yang
mencakup:
1) Teknik penilaian, meliputi: pengamatan, penugasan, unjuk kerja,
pencatatan anekdot, percakapan, laporan orang tua,dokumentasi hasil
karya anak (portofolio), serta deskripsi profil anak.
2) Lingkup, meliputi: a) seluruh tingkat pencapaian perkembangan
peserta didik, b) data tentang status kesehatan, pengasuhan, dan
pendidikan.
3) Proses, meliputi: a) penilaian yang dilakukan secara berkala, intensif,
bermakna, menyeluruh, dan berkelanjutan, b) pengamatan dilakukan
pada saat anak melakukan aktivitas sepanjang hari, c) secara berkala
pendidik mengkaji-ulang catatan perkembangan peserta didik yang
dikumpulkan dari hasil catatan pengamatan, anekdot, check list, dan
portofolio, d) melakukan komunikasi dengan orang tua tentang
perkembangan peserta didik, e) dilakukan secara sistematis,
terpercaya, dan konsisten, f) memonitor semua aspek tingkat
dampak hasil, h) pembelajaran melalui bermain dengan benda
konkret.
4) Pengelolaan hasil, meliputi: a) pendidik membuat kesimpulan dan
laporan kemajuan peserta didik berdasarkan informasi yang tersedia,
b) pendidik menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan
peserta didik secara tertulis kepada orang tua secara berkala,
minimal sekali dalam satu semester, c) laporan perkembangan
peserta didik disampaikan kepada orang tua dalam bentuk laporan
lisan dan tertulis secara bijak, disertai saran-saran yang dapat
dilakukan orang tua di rumah.
D. Kelompok Bermain (Play Group)
Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan nonformal yang memberikan layanan pendidikan
bagi anak usia 2 sampai 6 tahun untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak agar kelak siap memasuki pendidikan lebih lanjut
(Kemendiknas, 2011: 2). Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2009: 23),
kelompok bermain merupakan salah satu bentuk pendidikan bagi anak
usia dini pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2
sampai dengan 4 tahun.
Kelompok bermain atau Play Group adalah salah satu bentuk
layanan pendidikan bagi anak usia tiga sampai enam tahun yang
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya, sehingga siap memasuki pendidikan dasar
(Jasa Ungguh Muliawan, 2009: 18).
Kelompok bermain yang lebih popular disebut dengan istilah
playgroup merupakan lembaga pendidikan luar sekolah dimana pada usia
prasekolah mutlak diperlukan sejumlah kegiatan dalam bentuk permainan
yang bersifat edukatif, psikomotorik, emosi, sosial dan afektif. Pada
kelompok bermain, anak bukan semata-mata bermain tetapi di dalamnya
terdapat kegiatan bermain sambil belajar. Pendidikan dini bagi anak-anak
usia prasekolah (0-6 tahun) merupakan hal yang sangat penting karena
pada usia dini merupakan masa membentuk dasar-dasar kepribadian
manusia, kemampuan berpikir, kecerdasan maupun kemampuan
bersosialisasi pada anak.
Menurut Dirjen PNFI (2010: 4) terdapat prinsip-prinsip dalam
Kelompok Bermain antara lain:
a. Setiap anak itu unik. Mereka tumbuh dan berkembang dari kemampuan, kebutuhan, keinginan, pengalaman, dan l