• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM MENDUKUNG PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BERMAIN (KB) ALAM USWATUN KHASANAH, KRONGGAHAN, GAMPING, SLEMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM MENDUKUNG PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BERMAIN (KB) ALAM USWATUN KHASANAH, KRONGGAHAN, GAMPING, SLEMAN."

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PERMAINAN TRADISIONAL

DALAM MENDUKUNG PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BERMAIN (KB) ALAM USWATUN KHASANAH,

KRONGGAHAN, GAMPING, SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Maryanti NIM 09102244026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOYAKATA

(2)

PERSETUJUAN

Skripsi

yang

berjudul ?ELAI(SANIAu{N PERMAINAN TRADISIONAL

DALAM

MENDUKUNG PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK

USIA

DINI

DI

KELOMPOK

BERMAIN

(KB)

ALAM

USWATUN

KHASANAH, KRONGGAHAN, GAMPING, SLEMAN" yang disusun oleh Maryanti, NIM 09102244026 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

13 Desember2073 II,

Nur Djazifah M. Si.

198601

200t

NIP. 1954041

v

., M.

Si.

Widfr
(3)

SURAT PERI\TYATAAN

Dengan

ini

saya menyatakan bahwa skripsi

ini

benar-benar karya saya sendiri. Sepat{ang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbi&an omng lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

13 Desember2013

(4)
(5)

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(QS. Ar-Ra’d: 11)

“Senjata yang paling ampuh di muka bumi ini adalah jiwa manusia yang penuh

dengan semangat”

(Ferdinand Foch)

“Jangan pernah mengeluhkan kekurangan yang ada pada diri, tapi teruslah

mencari kekuatan yang ada dalam diri untuk memberikan sesuatu yang terbaik

bagi diri sendiri dan orang lain”

(6)

PERSEMBAHAN

Atas karunia Allah SWT

Saya persembahkan karya ini kepada:

1. Kedua orang tuaku, yang selalu mendo’akan dan kasih

sayang yang tak pernah putus.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

PELAKSANAAN PERMAINAN TRADISIONAL

DALAM MENDUKUNG PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BERMAIN (KB) ALAM USWATUN

KHASANAH, KRONGGAHAN, GAMPING, SLEMAN

Oleh Maryanti NIM 09102244026

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pelaksanaan permainan tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia dini, (2) faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan permainan tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia dini.

Penelitian ini merupakan penelitian deskripstif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pengelola, pendidik, orang tua peserta didik, dan peserta didik Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Trianggulasi yang dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan trianggulasi sumber dan metode.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan permainan tradisional meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (a) Perencanaan yaitu dengan pengembangan isi kurikulum yang meliputi penyusunan rencana pembelajaran tahunan (RKT), program semester (PROMES), rencana kegiatan mingguan (RKM) dan rencana kegiatan harian (RKH), serta persiapan jenis permainan tradisional, (b) pelaksanaan terdiri dari kegiatan pembuka, inti, dan penutup, (c) evaluasi meliputi observasi, catatan anekdot (anecdot record), percakapan, dan unjuk kerja. Jenis permainan tradisional yang digunakan meliputi Jamuran, Cublak-Cublak Suweng, Dingklik Oglak-Aglik,dan Engklek. Dari kegiatan tersebut ditemukan adanya perkembangan perilaku sosial anak yaitu kerjasama, kemurahan hati, simpati, empati, kesantunan, sportifitas, pengendalian diri dan kepedulian. (2) Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan permainan tradisional yaitu: (a) kurikulum yang terstruktur membantu pendidik menyiapkan kegiatan permainan tradisional, (b) motivasi bermain dari peserta didik cukup tinggi, (c) fasilitas dan lingkungan yang mendukung proses pelaksanaan permainan tradisional. Faktor yang menghambat yaitu: (a) konsentrasi anak yang mudah berubah-ubah, (b) kurangnya waktu yang digunakan untuk pelaksanaan permainan tradisional, (c) keterbatasan pengetahuan pendidik tentang jenis permainan tradisional yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan di Universitas

Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan, bimbingan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, terimakasih telah memberikan

kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana

sehingga studi saya berjalan dengan lancar.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan fasilitas

untuk kelancaran dalam proses penelitian ini.

4. Ibu Nur Djazifah ER., M. Si dan Ibu Widyaningsih, M. Si selaku dosen

pembimbing yang telah berkenan mengarahkan, memberi masukan dan

membimbing skripsi hingga selesai.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan

memberikan ilmu pengetahuan.

6. Ibu Wahyuthin Nafi’atul F, ST. selaku ketua PAUD Alam Uswatun Khasanah

atas ijin dan bantuan dalam penelitian.

7. Pengelola dan pendidik PAUD Alam Uswatun Khasanah yang telah

membantu dalam pengambilan data penelitian.

8. Orang tua saya, Ibu Rochaniah dan Bapak Mujiman tercinta atas segala doa,

kasih sayang, dan segala dukungannya untukku.

9. Adik-adikku tersayang Maelani dan Ela yang telah memberikan semangat,

(9)
(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Permainan Tradisional ... 13

1. Pengertian Bermain dan Permainan... 13

2. Klasifikasi Bermain ... 14

3. Pengertian Permainan Tradisional... 15

4. Jenis Permainan Tradisional ... 17

5. Manfaat Permainan Tradisional... 19

B. Kajian Tentang Perkembangan Perilaku Sosial Anak ... 21

(11)

2. Pengertian Perilaku... 22

3. Perkembangan Perilaku Sosial Anak... 24

4. Aspek- Aspek Perkembangan Perilaku Sosial Anak ... 25

5. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku Sosial Anak ... 27

6. Permainan Tradisional dalam Mendukung Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini ... 28

C. Kajian Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ... 30

1. Pengertian PendidikanAnak Usia Dini ... 30

2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini ... 32

3. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini ... 34

4. Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini ... 35

5. Kurikulum Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini ... 37

D. Kelompok Bermain(Play Group)... 40

E. Penelitian yang Relevan ... 42

F. Kerangka Berfikir... 42

G. Pertanyaan Penelitian ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 47

B. Subjek Penelitian... 48

C. Setting Penelitian... 48

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Instrumen Penelitian... 53

F. Teknik Analisis Data ... 54

G. Keabsahan Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Keadaan Lokasi Penelitian ... 59

1. Letak Geografi Lembaga ... 59

2. Sejarah Singkat Berdirinya Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasnah ... 59

3. Dasar Hukum ... 62

(12)

5. Struktur Kepengurusan Lembaga... 65

6. Data Peserta Didik ... 66

7. Sarana dan Prasarana... 67

8. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 69

9. Kemitraan ... 71

10. Kurikulum ... 71

B. Hasil Penelitian ... 74

1. Alasan Pelaksanaan Permainan Tradisional Dalam Pembelajaran ... 74

2. Alokasi Waktu Pelaksanaan Permainan Tradisional... 76

3. Pelaksanaan Permainan Tradisional Dalam Mendukung Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini Di Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah ... 77

4. Hasil Permainan Tradisional Dalam Mendukung Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini... 96

5. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Permainan Tradisional ... 109

C. Pembahasan ... 111

1. Pelaksanaan Permainan Tradisional Dalam Mendukung Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini ... 111

2. Hasil Permainan Tradisional Dalam Mendukung Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini... 118

3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Permainan Tradisional... 120

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 122

B. Implikasi ... 125

C. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Jenis Permainan Tradisional Anak di DIY ... 18

Tabel 2. Teknik Pengumpul Data ... 53

Tabel 3. Daftar Peserta Didik Kelompok Anggrek ... 66

Tabel 4. Sarana dan Prasarana KB Alam Uswatun Khasanah ... 67

Tabel 5. Daftar pendidik Dan Tenaga Kependidikan ... 69

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 45

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Dokumentasi ... 131

Lampiran 2. Pedoman Observasi ... 132

Lampiran 3. Kisi-Kisi Pedoman Observasi... 133

Lampiran 4. Pedoman Wawancara ... 134

Lampiran 5. Catatan Lapangan ... 140

Lampiran 6. Catatan Dokumentasi... 152

Lampiran 7. Display, Reduksi dan Kesimpulan Hasil Wawancara ... 153

Lampiran 8. Foto Hasil Penelitian ... 163

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi terpenting dalam mengembangkan

sumber daya manusia di masa depan. Dimana pendidikan pada dasarnya adalah

proses komunikasi yang mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan

keterampilan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung dari generasi ke

generasi (Fuad Ihsan: 46).

Para pendiri bangsa meyakini bahwa peningkatan taraf pendidikan

merupakan salah satu kunci utama mencapai tujuan negara yakni bukan saja

mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga menciptakan kesejahteraan umum

dan melaksanakan ketertiban dunia. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan

bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan

kualitas dan kesejahteraan hidupnya.Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang

SISDIKNAS:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Dalam hal ini tujuan pendidikan bukanlah semata-mata hanya dengan

menyekolahkan anak di sekolah untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan

yang ditransfer oleh pendidik, namun tujuan pendidikan lebih luas dari itu yaitu

mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

(17)

pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan anak usia dini sebaiknya mulai diberikan sejak awal baik

dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, kerena merekalah yang

kelak akan membangun bangsa menjadi bangsa yang lebih maju. Pendidikan anak

usia dini merupakan pendidikan yang memiliki fungsi utama mengembangkan

semua aspek perkembangan anaksejak lahir sampai usia 6 tahun yang meliputi

perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan

emosional. Masa ini merupakan periode awal pertumbuhan dan perkembangan

anak yang sangat pesat yang ditandai dengan berbagai periode penting yang

fundamental dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir

perkembangannya.

Pendidikan anak usia dini yang dilakukan baik dalam keluarga, sekolah

maupun masyarakathendaklah dapat mencakup seluruh aspek perkembangan anak

melalui kegiatan yang menyenangkan. Dimana dalam pendidikan anak usia dini

berbicara mengenai seluk beluk pendidikan anak yang tidak lepas dari masalah

tentang petumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, dalam pendidikan

perlu dipraktikkan pembelajaran yang dapat menjadikan anak merasa senang,

kreatif, dan aktif sehingga anak tidak merasa terbebani atau tertekan tanpa

meninggalkan tahapan perkembangan kecerdasan yang harus dicapai oleh anak

sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Anak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila pendidikan

(18)

tahun sekitar 50%, 4-8 tahun mencapai 80%, dan 100% kapasitas kecerdasan di

capai setelah umur 8 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan fungsional sel-sel

otak anak tersebut membutuhkan berbagai pemberian rangsangan dan situasi

pendidikan yang tepat untuk mendukung dan mengoptimalkan seluruh

kemampuan anak, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun sekolah (Novan

Ardy Wiyani & Barnawi, 2012: 32).

Ditinjau dari sejarahnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), di Indonesia

mulai diperhatikan oleh pemerintah secara sungguh-sungguh dan mencakup

rentang usia antara 0-6 tahun sejak tahun 2002. Saat ini PAUD sudah menjadi

"Gerakan Masyarakat Secara Nasional (National Public Movement) masyarakat

sehari-hari sudah terbiasa membicarakan pentingnya PAUD bagi masa depan

putra-putrinya. Meskipun pemahaman dan kemauan masyarakat selama ini sudah

sangat bagus, data BPS tahun 2011 menunjukkan dalamkurun waktu terakhir

Angka Partisipasi Kasar (APK-PAUD) hingga saat ini baru mencapai 34,54 %

untuk usia anak 0-3 tahun dan 55,90 % untuk usia 3-6 tahun.Pemerintah

menargetkan pada tahun 2015 Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD) mencapai angka 75 persen(http://paud.kemendiknas.go.id).

Era gobalisasi di Indonesia sekarang ini membawa pola kehidupan baru

yang memiliki dampak tertentu tehadap kehidupan sosial dan budaya, termasuk

kelestarian berbagai ragam permainan tradisional anak-anak. Kondisi seperti ini

semakin menyadarkan kita bahwa berbagai jenis permainan tradisional anak

sebagai aset budaya yang harus tetap dilestarikan keberadaannya. Hal tersebut

(19)

dapat dianggap remeh sebagaimana yang diungkapkan oleh Sukirman (2008: 28),

bahwa permainan tradisional anak memberikan pengaruh yang besar terhadap

perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak dikemudian hari.

Dahulu permainan tradisional seperti congklak, cublak-cublak suweng,

jamuran, dhakon, benthikdan beberapa permainan tradisional anak lainnya adalah

permainan populer bagi anak-anak, namun sekarang permainan tersebut sudah

jarang dimainkan oleh anak-anak. Hal ini dipengaruhi oleh pola perubahan yang

terjadi pada fenomena permainan tradisional sebagaimana yang diungkapkan oleh

Sukirman Dharmamulya, dkk (2008: 29) bahwa a) menurunnya popularitas

permainan tertentu, b) munculnya jenis permainan tertentu, dan masuknya jenis

permainan baru yang modern.

Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju pula

permainan yang dikonsumsi oleh anak. Permainan modern yang di kenal antara

lain adalahplaystation, gameswatch, video games, tamiya,dan permainan modern

lainnya. pemilihan aktifitas bermain ini dapat mempengaruhi perkembangan anak,

termasuk diantaranya yaitu perkembangan perilaku sosial anak. Meskipun ada

beberapa manfaatnya dari permainan modern kaitannya dalam perkembangan

bidang ilmu dan teknologi (IT), tetapi apabila porsi kegiatan permainan modern

terlalu sering dapat menghambat perkembangan anak khususnya dalam

perkembangan sosialnya. Hal ini disebabkan karena permainan modern cenderung

bersifat individual sehingga kurang mengeksplorasi kemampuan sosial anak, yang

mana interaksi anak hanya terbatas pada benda dan dirinya sendiri serta sifat

(20)

bersosialisasi dengan orang lain, melainkan interaksi mereka lebih sering dengan

benda mati. Sebagaimana yang diungkapkan Euis Kurniati (2010: 4) permainan

modern lebih mengutamakan individualisasi sedangkan permainan tradisional lebih

memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dan berkerjasama dalam

kelompok.

Di sisi lain permainan tradisional merupakan permainan yang mengandung

unsur edukatif penting untuk merangsang berbagai macam aspek perkembangan

anak. Pada zaman modern ini banyak anak-anak yang melupakan permainan

tradisional dan beralih pada permainan modern yang lebih praktis. Padahal

berbagai jenis permainan tradisional anak-anak diperkenalkan dengan berbagai

macam ketrampilan dan kecakapan yang nantinya akan mereka perlukan dalam

menghadapi kehidupan sebagai anggota masyarakat. Selain itu permainan

tradisional mengutamakan permainan partnership, dimana anak bermain dan

berinteraksi dengan sesamanya (Sukirman Dharmamulya, dkk., 2008: 5-6). Oleh

karena itu, permainan tradisional diperlukan untuk rangsangan yang berfungsi

untuk mengembangkan berbagai kecerdasan yang dimiliki anak dimana kelak

akan tumbuh dewasa dan akan hidup bermasyarakat, sehingga penanaman sikap

kepada anak untuk saling memahami dan mengerti bahwa ada orang lain selain

dirinya penting dilakukan. Sikap ini kelak akan bermanfaat dalam

mengembangkan perilaku sosial anak dan menghindari sikap egois serta

individualis pada diri anak.

PAUD Alam Uswatun Khasanah merupakan bentuk pendidikan anak usia

(21)

naungan PKBM Widya Usaha. Di PAUD Alam Uswatun Khasanah terdapat 2

program yaitu Kelompok Bermain (KB) dan Taman Penitipan Anak (TPA).

Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah terbagi menjadi empat

kelompok yaitu kelompok melati (usia 2-3 tahun), kelompok mawar dan teratai

(usia 3-4 tahun), dan kelompok anggrek (usia 4-5 tahun).

Program pendidikan bagi anak usia dini di Kelompok Bermain (KB) Alam

Uswatun Khasanah dirancang dengan tujuan untuk mengembangkan seluruh

potensi yang ada pada anak (the whole child) agar kelak anak dapat berfungsi

sebagai manusia yang utuh sesuai dengan kultur budaya dan falsafah suatu

bangsa. Dimana usia peserta didik Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun

Khasanah merupakan saat yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme,

kebudayaan, agama, etika, moral dan sosial yang berguna bagi perkembangan

suatu bangsa, sebab anak dipandang sebagai individu yang baru mengenal dunia

dan sedang belajar berkomunikasi dan memahami orang lain, sehingga anak perlu

dibimbing agar mampu memahami segala hal tentang dunia dan masyarakat yang

ada di dalamnya.

Melihat kenyataan yang ada sekarang ini interaksi anak usia dini lebih

banyak dengan benda mati sehingga perilaku sosial anak masih jarang terlihat

dalam keseharian peserta didik, di Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun

Khasanah, sehingga diperlukan upaya untuk mendukung perkembangan

kepribadiannya, dan melatih mereka bersosialisasi dengan teman sebaya dan

lingkungannya. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di Kelompok

(22)

kegiatan bermain. Kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu kegiatan

yang sangat penting dalam mendukung perkembangan anak. Melalui bermain

anak akan memperoleh banyak keuntungan yang tidak sedikit bagi

perkembangannya aspek fisik-motorik, kecerdasan, dan sosial emosional karena

mereka memiliki kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang mereka

rasakan dan pikirkan.Bila salah satu aspek tidak diberi kesempatan untuk

berkembang, maka akan terjadi ketimpangan.

Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah merupakan salah satu

bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan dalam upaya

memberikan pelayanan pendidikan anak usia dini untuk mengembangkan

potensianak dan memberikan berbagai keterampilan dalam mengoptimalkan

seluruh aspek perkembangan anak, seperti keterampilan untuk membantu diri

sendiri dan ketrampilan yang bersifat sosial. Kelompok Bermain (KB) Alam

Uswatun Khasanah sebagai salah satu lembaga percontohan PAUD Kecamatan

menekankan pelestarian alam dan budaya bagi anak usia dini dengan kegiatan

pembelajarannya antara lain yaitu dengan permainan tradisional. Konsep belajar

dengan alam yang diterapkan di KelompokBermain (KB) Alam Uswatun

Khasanah untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan

memanfaatkan segala sesuatu yang ada di alam dan lingkungan sekitar agar dapat

dijadikan sebagai media belajar bagi peserta didik. Selain memanfaatkan bahan

alam yang ada di lingkungan sekitar, warisan budaya lokal seperti permainan

tradisional juga sebagai media pembelajaran yang digunakan di Bermain (KB)

(23)

permainan tradisional, di Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah

permainan tradisional anak masuk dalam kurikulum yang digunakan sebagai salah

satu media pembelajaran dalam mendukung perkembangan anak usia dini baik

secara kognitif, motorik atau sosialnya seperti mengajarkan peserta didik dalam

berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman serta lingkungannya.

Pembelajaran yang dikemas dalam permainan tradisional di Kelompok

Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah memiliki juga arti tersendiri yaitu

sebagai media penyampaian pesan pelestarian budaya, sekaligus sebagai media

pembelajaran anak usia dini dalam mendukung perkembangan sikap dan perilaku

positif yang dapat diambil dari setiap permainan. Ada makna yang luhur yang

terkandung di dalamnya, seperti nilai agama, nilai edukatif, norma, dan etika yang

semuannya itu akan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Selain itu

melalui permainan tradisional, anak dapat mengembangkan kreativitasnya

dalamide atau segala kegiatannya dalam berhubungan dengan orang lain,

lingkungan serta dalam interaksi sosialnya.

Walaupun tidak semua jenis permainan tradisional yang dapat diterapkan

oleh pendidik dalam pembelajaran anak usia dini, tetapi pelaksanaan permainan

tradisional dapat terlaksana dengan baik secara rutin satu kali dalam seminggu.

Pelaksanaan permainan tradisional pun tidak hanya dilakukan di dalam ruang

tetapi juga di lingkungan sekitar dengan tujuan agar peserta didik berinteraksi

dengan teman maupun lingkungannya. Mengingat bahwa banyak hal positif yang

dapat diambil dari kegiatan permainan tradisional, terutama dalam membantu

(24)

dan perilaku sosial anak usia dini, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pelaksanaan permainan tradisional dalam mendukung

perkembangan perilaku sosial anak usia dini di Kelompok Bermain (KB) Alam

Uswatun Khasanah, Kronggahan Gamping Sleman.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah, ditemukan beberapa identifikasi

permasalahan sebagai berikut :

1. Anak usia dini belum banyak mengenal permainan tradisional dan cenderung

lebih mengenal permainan modern sepertiplaystation, danvideo games.

2. Tingginya sikap egosentris anak usia dini karena lebih banyak berinteraksi

dengan benda mati sehingga sering muncul konflik dan pertengkaran dengan

teman sebaya.

3. Tidak semua lembaga PAUD memasukkan permainan tradisional dalam

kurikulum pembelajaran.

4. Perilaku sosial pada anak usia dini di PAUD belum banyak muncul dalam

kegiatan keseharian peserta didik.

5. Adanya keterbatasan pengetahuan pendidik dalam menyampaikan

pembelajaran dengan permainan tradisional.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang ada, penelitian ini dibatasi pada

pelaksanaan permainan tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku

sosial anak usia dini di Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah,

(25)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanapelaksanaan permainan tradisional dalam mendukung

perkembangan perilaku sosial anak usia dini di Kelompok Bermain (KB)

Alam Uswatun Khasanah, Kronggahan, Gamping, Sleman?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaanpermainan

tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia dini di

Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah, Kronggahan, Gamping,

Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan permainan tradisional dalam mendukung

perkembangan perilaku sosial anak usia dini di Kelompok Bermain (KB)

Alam Uswatun Khasanah, Kronggahan, Gamping, Sleman.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan permainan

tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia dini di

Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah, Kronggahan, Gamping,

(26)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu yang

bermanfaatdalam pendidikan anak usia dini baik formal maupun non formal

terutama ditujukan pada Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah

sebagai satu lembaga percontohan PAUD yang berada di Sleman, diharapkan

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan tetap melestarikan

permainan tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pendidikan Luar Sekolah

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian keilmuan

Pendidikan Luar Sekolah terkait dengan pengembanganpendidikan

Anak Usia Dini, khususnya permainan tradisional dalam mendukung

perkembangan perilaku sosial anak usia dini.

2) Sebagai sarana pengembangan pengetahuan tentang permainan

tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia

dini.

b. Bagi peneliti

1) Peneliti mendapatkan pengetahuan tentangpelaksanaan permainan

tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia

dini di Kelompok Bermain (KB) Alam Uswatun Khasanah

(27)

2) Memberikan pengalaman nyata dapat mengetahui secara langsung

situasi dan kondisi yang nantinya berguna bagi kemajuan diri peneliti.

c. Bagi Lembaga PAUD

1) Sebagai masukanuntuk meningkatkan kualitaspembelajaran melalui

permainan tradisional pada anak usia dini dalam mendukung

perkembangan perilaku sosialnya.

2) Memberikan sumbangsih pengetahuan dan wawasan bagi pengelola

dalam memberikan inovasi program pendidikan anak usia dini.

3) Mengetahui kelebihan dan kelemahan pelaksanaan permainan

tradisional dalam mendukung perkembangan perilaku sosial anak usia

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Permainan Tradisional 1. Pengertian Bermain dan Permainan

Bermain didefinisikan sebagai suatu kegiatan dimana anak

mendapatkan kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan bagaimana

menggunakan alat-alat tersebut, demikian anak yang sedang bermain dapat

membentuk dunianya sehingga sering kali dianggap nyata,

sungguh-sungguh, produktif, dan menyerupai kehidupan yang sebenarnya

(Soemarti Patmonodewo, 2003: 103).

Novan Ardy Wiyani dan Barnawi (2012: 92-93), istilah bermain

diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan alat atau tanpa alat

yang dalam kegiatannya menghasilkan pengertian, memberikan informasi,

memberikan kesenangan dan dapat mengembangkan imajinasi anak.

Menurut teori fenomenologis Profesor Kohnstamm (Kartini

Kartono, 2007: 122) permainan merupakan sarana penting untuk

mensosialisasikan dalam mengenalkan anak menjadi anggota suatu

masyarakat agar anak mengenal dan menghargai masyarakat, sehingga

dalam suasana permainan itu tumbuh rasa kerukunan yang berarti bagi

pembentukan sosial sebagai manusia budaya.

Permainan memberikan kesempatan pra-latihan untuk mengenal

aturan-aturan permainan, mematuhi norma dan larangan, dan bertindak

jujur. Mayke S. Tedjasaputra (2005: xvi) menyebutkan bahwa melalui

(29)

aspek fisik-motorik, kecerdasan, dan sosial emosional. Kepribadian positif

akan timbul apabila dalam diri anak muncul rasa senang untuk memaknai

setiap kegiatan bermain yang mereka alami.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

bermain dan permainan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan

menggunakan alat atau tanpa alat yang menghasilkan pengertian,

memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan mengembangkan

imajinasi anak, sekaligus sebagai sarana pembentukan sosial agar anak

mengenal dan menghargai masyarakatnya.

2. Klasifikasi Bermain

Menurut Mildred Parten (1932) dalam Slamet Suyanto (2005: 121),

ada enam bentuk kegiatan bermain berdasarkan interaksi antar anak yaitu:

a. Unoccupied Play, yaitu sebenarnya anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain, melainkan hanya mengamati anak-anak lain yang sadang bermain.

b. Solitary games (bermain sendiri),yaitu anak sibuk bermain sendiri, dan tampak tidak memperhatikan kehadiran anak-anak lain disekitarnya. Perilakunya bersifat egosentris dengan ciri antara lain tidak ada usaha untuk berinteraksi dengan anak lain. c. Onlooker games (bermain dengan melihat temannya bermain) yaitu kegiatan bermain dengan mengamati anak lain melakukan kegiatan bermain, dan tampak ada minat yang semakin besar terhadap kagiatan anak lain yag diamati.

d. Parallel games (bermain paralel dengan temannya), bermain dengan materi yang sama, tetapi masing-masing bekerja sendiri karena pada dasarnya mereka masih sangat egosentris. e. Associative games (bermain beramai-ramai), yaitu anak

bermain bersama-sama, tetapi bila diamati akan tampak bahwa masing-masing sebenarnya tidak terlibat dalam kerjasama. f. Cooperative games (bermain kooperatif), yaitu anak bermain

(30)

Menurut Rubin, Fein dan Vandenberg (1983) serta Smilansky

(1968) dalam Mayke S. Tedjasaputra (2005: 28), kegiatan bermain dapat

dilihat sesuai dengan tahapan perkembangan bermain yaitu:

a. Bermain Fungsional (Functional Play)

Biasanya berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang. Misalnya anak berlari-lari sekeliling ruang tamu, mendorong dan menarik mobil-mobilan.

b. Bangun Membangun (Constructive Play)

Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia.

c. Bermain pura-pura (Make-believe Play)

Anak melakukan peran imajinatif memainkan peran tokoh tertentu yang dikenalnya.

d. Permainan Dengan Peraturan (Games with rules)

Anak sudah memahami aturan permainan. Aturan permainan pada awalnya diikuti anak berdasarkan yang diajarkan orang lain, lambat laun anak memahami bahwa aturan itu dapat diubah.

3. Pengertian Permainan Tradisional

Permainan tradisional merupakan salah satu bentuk atau wujud

kebudayaan yang memberi ciri khas pada suatu kebudayaan tertentu.

Permainan tradisional anak adalah aset budaya, yaitu modal bagi suatu

masyarakat untuk mempertahankan identitas budayanya di tengah

masyarakat lain. Permainan tradisional juga dikenal sebagai sebagai

kegiatan yang reaktif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri,

tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan

sosial (Sukirman Dharmamulya, dkk, 2010: 19).

Menurut Sujarno (2010: 148), permainan tradisional merupakan

(31)

berekreasi, berolah raga dan sebagai sarana untuk berlatih hidup sopan dan

terampil dalam bermasyarakat.

Kehidupan masyarakat baik yang kompleks maupun sederhana

terdapat nilai budaya yang dipakai sebagai pedoman kehidupan yang

dianggap penting dan bernilai. Kebudayaan sebagai karya manusia

memiliki sistem nilai, menurut C. Kluckhon dalam Siti Irene Astuti (2012:

22), sistem nilai budaya secarauniversalmenyangkut lima masalah pokok

kehidupan manusia, yaitu:

a. Masalah mengenai hakekat dan hidup manusia (MH) b. Masalah mengenai hakekat dan karya manusia (MK)

c. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu (MW)

d. Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar (MA)

e. Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan sesama (MM)

Oleh karena itu, agar sistem nilai budaya dapat menjadi landasan

hidup masyarakat maka, anak sejak dini sudah harus dipersiapkan agar

dapat meningkatkan perkembangan sosialnya antara lain melalui

perrmainan tradisional.

Kebudayaan masyarakat Jawa sangat menyatu dalam kehidupan

sehari-hari. Kebudayaan masyarakat tersebut juga dapat disebut dengan

istilah foklor. Foklor terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu: (a)

folklor lisan, (b) folklor sebagian lisan, (c) folklor bukan lisan.

Berdasarkan pembagian tersebut dolanan tradisional sebagai salah satu

bagian di dalamnya. Dolanan dan nyanyian anak tradisional adalah salah

(32)

ditembangkan oleh anak-anak disertai dengan gerak atau tidak, serta

kadang-kadang diiringi gamelan yang berisi nasihat dan bernada hiburan

(Joko Pamungkas, 2010: 11).

Begitu juga Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Krisdyatmiko

(1999: iv), mengungkapkan ada dua macam permainan ataudolanananak,

yaitu permainan yang seolah-olah diciptakan oleh anak dan permainan

yang diberikan oleh orangtuanya. Dimana permainan tradisional secara

psikologis mampu membangkitkan kreativitas dan mendekatkan diri anak

dengan alam sekitarnya dan Tuhan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan, dolanan atau permainan

tradisional merupakan salah satu bentuk folklor yang beredar secara lisan

dan memberi ciri khas pada suatu kebudayaan masyarakat tertentu sebagai

warisan dari generasi terdahulu secara turun-temurun sesuai norma dan

adat kebiasaan yang ada yang biasanya dilakukan oleh anak-anak dengan

tujuan mendapat kepuasan, kegembiraan, membangkitkan kreativitas serta

mendekatkan diri anak dengan alam sekitarnya dan Tuhan.

4. Jenis Permainan Tradisional

Ada banyak jenis permainan tradisional dari berbagai daerah yang

memiliki banyak kesamaan bentuk dan cara bermainnya, namun biasanya

berbeda nama permainannya. Menurut Sukirman Dharmamulya, dkk

(2008: 35), permainan tradisional ditampilkan dalam bentuk sesuai dengan

(33)

a. Bermain, bernyanyi, dan dialog

Merupakan permainan yang dilakukan dengan diselingi nyanyian, dialog, atau keduanya. Sifat dari permainan tradisional pada umumnya rekreatif, interaktif, yang mengekspresikan pengenalan tentang lingkungan, hubungan sosial, tebak-tebakan, dan sebagainya. Permainan dengan bernyanyi dan dialog melatih anak dalam bersosialisasi, responsif, berkomunikatif.

b. Bermain dan olah pikir

Merupakan jenis permainan yang lebih banyak membutuhkan konsentrasi berfikir, ketenangan, kecerdikan, dan strategi.

c. Bermain dan adu ketangkasan

Merupakan jenis permainan yang mengandalkan ketahanan dan kekuatan fisik.

Adapun berbagai jenis permainan rakyat yang ada di beberapa

[image:33.595.136.528.324.707.2]

daerah DIY sebagai berikut:

Tabel 1. Jenis Permainan Tradisional Anak di DIY No. Kec. Depok

(34)

Permainan tradisional yang bersifat edukatif, terdapat unsur-unsur

pendidikan di dalamnya. Disimpulkan melalui permainan seperti bermain,

bernyanyi dan dialog, bermain dan olah pikir, serta bermain adu

ketangkasan anak-anak diperkenalkan dengan berbagai macam

ketrampilan dan kecakapan yang nantinya akan mereka perlukan dalam

menghadapi kehidupan sebagai anggota suatu kelompok atau masyarakat.

5. Manfaat Permainan Tradisional

Semua bentuk, sifat dan jenis permainan pada dasarnya

memberikan rangsangan dalam memperbanyak jaringan pada otak yang

akan menentukan cara berfikir, berperilaku, dan kepribadian seseorang.

Setiap permainan tradisional anak terdapat tata cara atau peraturan yang

menjadi ketentuan secara turun-temurun yang menuntut sikap sportif dan

terhadap aturan permainan.

Kegiatan bermain pada anak membantu mereka memahami dan

mempraktekkan kemampuan dalam mengembangkan rasa, intelektual,

sosial, dan keterampilan sosial mereka yang dilakukan dengan rasa senang

sehingga semua kegiatan bermain anak menghasilkan proses belajar pada

anak (Hadiwinarto, 2009: 143).

Menurut Mayke S. Tedjasaputra (2005: 41), manfaat permainan

tradisional bagi perkembangan aspek sosial yaitu sebagai media bagi anak

untuk mempelajari budaya setempat, peran-peran sosial dan peran jenis

kelamin. Melalui bermain anak juga belajar bagaimana berlaku

(35)

dengan sesama teman baik dalam hal mengemukakan isi pikiran dan

perasaannya maupun memahami apa yang diucapkan orang lain, sehingga

hubungan dapat terbina dan dapat saling bertukar informasi.

Sebagaimana menurut Cristriyati Ariani dalam Siti Munawaroh

(2011: 213), bahwa permainan anak bermanfaat untuk memberikan

pendidikan pada anak dalam berbagai segi seperti sifat sosial, sikap

disiplin, etika, kejujuran, kemandirian dan percaya diri.

Permainan tradisional juga dapat sebagai sarana penting untuk

proses sosialisasi. Dalam permainan tradisional anak dapat belajar budaya

serta nilai-nilai sosial yang diperlukan sebagai pedoman dalam pergaulan

di masyarakat. Sujarno (2010: 170), menyebutkan bahwa terdapat

beberapa nilai yang terkandung dalam permainan tradisional yang dapat

bermanfaat untuk perkembangan anak antara lain kebebasan, tanggung

jawab, solidaritas, ketaatan, edukatif, sportivitas, musyawarah atau

demokrasi, dan hiburan. Berbagai nilai yang terkandung dalam permainan

tradisional anak tersebut menggambarkan bahwa permainan tradisional

dapat digunakan sebagai media yang tepat untuk mendukung

perkembangan anak.

Sukirman Dharmamulya, dkk (2008: 21), menyatakan bahwa

permainan tradisional anak mengandung beberapa nilai-nilai tertentu yang

dapat ditanamkan dalam diri anak dan membiasakan anak pada berbagai

interaksi dengan individu dan kelompok masyarakatnya. Nilai-nilai

(36)

demokrasi, rasa tanggung jawab, rasa patuh dan saling membantu, dan

sebagainya yang merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna bagi

perkembangan anak.

Sejalan dengan pendapat di atas permainan tradisionalanak

merupakan unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remah, karena

permainan tradisional memberikan pengaruh yang tidak kecil di kemudian

hari terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak,

selain itu permainan tradisional anak juga dianggap sebagai salah satu

unsur kebudayaan yang memberi ciri khas tertentu pada suatu kebudayaan

sehingga membedakan dengan kebudayaan yang lain.

B. Kajian Tentang Perkembangan Perilaku Sosial Anak 1. Pengertian Perkembangan

Menurut Ahmad Susanto (2011: 20), mengartikan bahwa

perkembangan merupakan perubahan kualitatif dari setiap fungsi

kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. Sementara Kartini

Kartono (2007: 21), mendefinisikan perkembangan adalah

perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi

psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses

belajar dalam waktu tertentu menuju kedewasaan.

Pendapat lain, yaitu dari Bijou dan Bear (Christiana Hari

Soetjiningsih, 2012: 4), perkembangan adalah perubahan progresif yang

(37)

lingkungan yang terjadi sepanjang waktu sejak lahir sampai dengan

meninggal dunia.

Dari beberapa definisi di atas, perkembangan dapat diartikan

sebagai perubahan kualitas menuju kearah suatu organisasi pada tingkat

integrasi yang lebih tinggi yang menunjukkan cara organisme bertingkah

laku dan berinteraksi dengan lingkungannya sebagai akibat dari

pertumbuhan dan belajar.

Adapun prinsip-prinsip perkembangan anak menurut Bredekamp

dan Coople (Siti Aisyah dkk., 2007 : 117-123) adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

b. Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan dipengaruhi oleh konteks sosial budaya yang majemuk.

c. Anak adalah pembelajar aktif, yang berusaha membangun pemahamannya tentang tentang lingkungan sekitar dari pengalaman fisik, sosial, dan pengetahuan yang diperolehnya. d. Perkembangan dan belajar merupakan interaksi kematangan

biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

e. Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak serta menggambarkan perkembangan anak.

2. Pengertian Perilaku

Menurut Skiner (1938) dalam Bimo Walgito (2003: 15),

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme

tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau

(38)

terjadi melalui proses “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respon).Menurut

Soekidjo Notoatmodjo (2010: 20), dari aspek biologis perilaku adalah

suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang

bersangkutan.

Menurut Hadiwinarto (2009:120) perilaku merupakan respon

individu terhadap stimulus atau rangsangan yang mengenai dirinya, dan

perilaku dapat terbentuk karena individu tersebut memiliki motif,

kebutuhan, dan tujuan yang berhubungan dengan adanya stimulus yang

mengenai dirinya.

Dari pengertian perilaku diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang diterima

baik stimulus eksternal maupun stimulus internal, dan perilaku tersebut

terbentuk karena individu tersebut memiliki motif, kebutuhan, dan tujuan

yang berhubungan dengan adanya stimulus yang mengenai dirinya.

Sejalan dengan pendapat di atas Bimo Walgito (2003: 17),

mengemukakan ada dua jenis perilaku, yaitu perilaku alami dan perilaku

yang dibentuk oleh proses belajar.

a. Perilaku alami atau perilaku yang tidak dipelajari yaitu dimaknai sebagai perilaku yang terbentuk dengan sendirinya secara alami menurut hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan manusia. b. Perilaku yang dibentuk melalui proses belajar atau perilaku yang

(39)

3. Perkembangan Perilaku Sosial Anak

Endang Poerwanti (2002: 86-88), Perkembangan sosial adalah

proses untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, berupaya diterima

lingkungan dan memperoleh kemampuan untuk mengekspresikan pola

perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sebagaimana menurut Novan

Ardy Wiyani dan Barnawi (2012: 85), perkembangan sosial anak adalah

perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan

aturan-aturan masyarakat tempat anak itu berada.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial

anak adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan

aturan-aturan masyarakat yang ada dalam upaya untuk dapat diterima

lingkungan dan memperoleh kemampuan untuk mengekspresikan pola

perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.

Ahmad Susanto (2011: 137), menyebutkan perilaku sosial adalah

kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, kegiatan yang berkaitan

dengan pihak lain yang memerlukan sosialisasi dalam hal tingkah laku,

memainkan peran, serta mengembangkan sikap sosial yang dapat diterima

orang lain. Perilaku sosial pada anak usia dini ini diarahkan untuk

pengembangan sosial yang baik, seperti menolong, membantu, berbagi,

dan menyumbang atau menderma.

Berdasarkan beberapa konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa

perkembangan perilaku sosial anak merupakan perkembangan perilaku

(40)

dapat diterima lingkungan dan memperoleh kemampuan untuk

mengekspresikan pola perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial yang

diarahkan untuk pengembangan sosial seperti bekerjasama, menolong,

membantu, berbagi, dan menyumbang atau menderma.

4. Aspek- Aspek Perkembangan Perilaku Sosial Anak

Menurut Ahmad Susanto (2011: 137), aspek perilaku sosial yang

paling penting diterapkan pada anak usia dini pada tahun pertama yakni

untuk pernyesuaian sosial yang memungkinkan anak dapat bergaul dan

berinteraksi dengan teman-temannya. Selanjutnya perilaku yang

berkembang pada awal masa kanak-kanak merupakan perilaku yang

terbentuk berdasarkan peletakan dasar-dasar perkembangan perilaku pada

masa bayi. Aspek perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak

awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1999: 252) yaitu:

a. Kerjasama, pada usia ini anak memiliki kecenderungan untuk mencari kawan dari usia sebaya yang dapat diajak bermain atau bekerja sama dalam berbagai kegiatan.

b. Kemurahan hati, adalah kesediaan anak untuk berbagi dengan anak lain, setelah anak mulai memasuki kehidupan sosial teman sebaya, sikap mementingkan diri sendiri semakin berkurang.

c. Simpati, perkembangan emosi yang pesat juga ditunjukkan dengan munculnya sikap simpati sesama teman atau dengan anggota keluarga. Ekspresi simpati anak ditunjukkan dengan ikut bersedih atau menghibur dan membujuk teman bermain yang sedang sedih atau sakit.

d. Empati, adalah sikap anak yang dapat menempatkan dirinyapada posisi orang lain, sikap empati ini diekspresikan dengan perilaku anak untuk ikut menghayatipengalaman, kesedihan ataupun kesakitan yang dialami orang lain.

(41)

Sementara Beaty (1994) dalam Ahmad Susanto, 2011: 145), aspek

perkembangan sosial anak antara lain yaitu empati, kemurahan hati,

kerjasama, dan kepedulian. Selanjutnya anak dijelaskan sebagai berikut:

a. Empati, yaitu menunjukkan perhatian kepada orang lain yang kesusahan atau menceritakan perasaan orang lain yang mengalami konflik.

b. Kemurahan hati, yaitu berbagi sesuatu dengan orang lain atau memberikan barang miliknya.

c. Kerjasama, yaitu bergantian menggunakan barang, melakukan sesuatu dengan gembira.

d. Kepedulian, yaitu membantu orang lain yang sedang membutuhkan bantuan.

Ada beberapa alasan anak perlu mempelajari berbagai perilaku

sosial. Sebagaimana dalam Sujiono (2005: 78) antara lain:

a. Agar anak dapat belajar bertingkah laku yang dapat diterima lingkungannya.

b. Agar anak dapat memainkan peranan sosial yang bisa diterima kelompoknya, misalnya berperan sebagai laki-laki dan perempuan. c. Agar anak dapat mengembangkan sikap sosial yang sehat terhadap

lingkungannya yang merupakan modal untuk sukses dalam kehidupan sosialnya kelak.

d. Agar anak mampu menyesuaikan dirinya dengan baik, dan akibatnya lingkungannya pun dapat menerimanya dengan senang hati

Menurut Boyd dkk., (Cristana Hari Soetjiningsih, 2012: 213-214),

perkembangan emosi dan sosial anak mencakup pencapaian serangkaian

keterampilan dalam:

a) Mengidentifikasi dan memahami perasaan sendiri.

b) Membaca dengan tepat dan memahami kondisi emosi orang/teman lain.

c) Mengelola emosi dan mengekspresikan dalam bentuk yang konstruktif.

d) Mengatur perilakunya sendiri.

(42)

Sebagaimana Ahmad Susanto (2011: 140), Perkembangan perilaku

sosial anak juga bisa diarahkan untuk mengajarkan anak agar mau

membantu orang lain (helping other), tidak egois, sikap kebersamaan,

sikap kesederhanaan, dan kemandirian.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku Sosial Anak Menurut Dini P. Daeng dalam Ahmad Susanto (2012: 155),

terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku sosial

anak usia dini yaitu:

a. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang yang ada dengan berbagai usia dan latar belakang.

b. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul.

c. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain yang biasanya menjadi “model” untuk anak.

d. Adanya kemampuan komunikasi yang baik yang dimiliki anak.

Menurut Hurlock(1999), faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan perilaku sosial yaitu:

a. Faktor keluarga, yang meliputi urutan anak dalam keluarga, jumlah keluarga,perlakuan keluarga terhadap anak, harapan orang tua terhadap anak.

b. Faktor dari luar keluarga yang meliputi interaksi dengan teman sebaya dan hubungan dengan orang dewasa di luar rumah.

Selanjutnya Tri Dayakisni & Hudaniah (2006: 212), menyebutkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial diantaranya :

a. Faktor situasional (Situation), dimana di dalamnya terdapat beberapa faktor yang lebih spesifik, seperti kehadiran orang lain, pengorbanan yang harus dikeluarkan, pengalaman dan suasana hati, kejelasan stimulus, adanya norma-norma sosial dan hubungan antara calon penolong dengan korban.

(43)

rendahnya menghindari tanggung jawab, dan fokus kendali internal individu kemungkinan munculnya perilaku sosial.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa faktor yang

mendasari terjadinya perilaku sosial yaitu faktor situasional, faktor

personal. Faktor situasi yang mempengaruhi perilaku sosial adalah

kehadiran orang lain, pengorbanan yang harus dikeluarkan, pengalaman

dan suasana hati, kejelasan stimulus, norma-norma sosial, dan hubungan

antara calon penolong dengan calon korban. Faktor personal yaitu faktor

dari dalam individu sendiri yang terfokus pada kendali internal yang

menunjukkan kemungkinan munculnya perilaku sosial.

6. Permainan Tradisional dalam Mendukung Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini

Permainan tidak dapat dipisahkan dari dunia anak, hal ini karena

permainan adalah aktivitas yang selalu dilakukan dan digemari oleh

anak-anak. Permainan tradisional dapat digunakan sebagai media dalam

mencapai tujuan pendidikan, oleh karena itu permainan harus

mengandung makna yang mendidik, serta harus memberikan rasa senang

dalam bermain. Pembelajaran pada anak usia dini melalui permainan

tradisional bermanfaat bagi anak dalam mendukung perkembangan

perilaku sosial anak usia dini ketika mereka dewasa nanti.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 369), mendukung

dimaknai sebagai sesuatu yang membantu dan menunjang. Jadi

permainan tradisional membantu membiasakan anak untuk berfikir dan

(44)

berjuang dalam mencapai tujuan sesuai peraturan yang ada dalam

permainan dengan perasaan senang dan tanpa paksaan serta melatih anak

untuk berinteraksi dengan teman bermainnya. Hasil penelitian Kurniati

(2000: 123), menyebutkan bahwa permainan tradisional mampu

mengembangkan keterampilan sosial anak, yaitu keterampilan dalam

bekerja sama, menyesuaikan diri, berinteraksi, mengontrol diri, empati,

menaati aturan serta menghargai orang lain.

Permainan tradisional yang sifatnnya beregu ataupuntunggal dapat

malatih anak memiliki rasa sosial yang tinggi sehingga sifat egois anak

sedikitnya dapat dihindarkan. Dalam setiap permainan ada yang menang

dan kalah, hal ini menuntut anak untuk disiplin, jujur dan sportif

mengakui kemenangan lawan bermainnya, serta melalui bermain, anak

akan mudah bergaul dengan teman-temannya, sehingga mendukung anak

untuk dapat berperilaku sosial sesuai dengan aturan dalam hidup

bermasyarakat. Dengan demikian permainan tradisional secara jelas

bukanlah permainan yang hanya sekedar untuk mengisi waktu luang

guna menghilangkan bosan, tetapi suatu kegiatan yang tidak sedikit

artinya bagi pendidikan, pembinaan, dan perkembangan anak dalam

menuju kedewasaan yang kelak akan mereka bawa dalam lingkungan

(45)

C. Kajian Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2009: 7), anak usia dini adalah

anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia

yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian

anak. Pada masa ini merupakan masa kritis yang sekaligus masa keemasan

bagi anak (golden age), diamana anak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat. Stimulasi yang intensif sangat

diperlukan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak

dimasa keemasan tersebut.

Menurut Hurlock (1980:108), masa kanak-kanak merupakan masa

yang terpanjang dalam rentan kehidupan. Masa kanak-kanak dibagi

menjadi dua periode yang berbeda, yaitu periode awal berlangsung dari

umur 2-6 tahun, dan periode akhir pada masa usia 6.Alasan pemisahan

tersebut karena anak yang sebelum mencapai usia usia wajib belajar

diperlakukan berbeda dengan anak yang sudah memasuki sekolah. Selain

itu garis penting alasan pemisahan antara awal dan akhir masa

kanak-kanak adalah efek dari faktor-faktor sosial terhadap perkembangannya.

Hal-hal yang terkait dengan Pendidikan Anak Usia Dini, dengan

mengacu pada Pasal 28 UU SPN No. 20 Tahun 2003, yaitu :

a. Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar.

(46)

c. Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. TK diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi anak sesuai dengan tahap perkembangannya., sedangkan RA diselenggarakan untuk pengembangan potensi anak dengan lebih banyak menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.

d. Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat.

e. Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan keluarga.

Menurut Partini (2010; 6), penyelenggaraan pendidikan anak usia

dini menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio

emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai

dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak

usia dini. Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang

SISDIKNASpasal 1, ayat 14 menyebutkan bahwa :

“Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Menurut Anwar dan Arsyad Ahmad (2007: 2), Pendidikan Anak

Dini Usia (PAUD) adalah pendidikan yang berfungsi untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani, serta perkembangan kejiwaan

peserta didik yang dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan

(47)

sedang berlangsung di sekolah atau lembaga pendidikan, tetapi pendidikan

bisa dilaksanakan dimana saja dan kapan saja di lingkungan keluarga,

masyarakat maupun teman sebaya yang sesuai dengan tahap

perkembangannya.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak

usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang terencana dan sistematis

terhadap anak usia dini 0-6 tahun melalui pemberian pengasuhan,

perawatan, pelayanan, dan rangsangan pendidikan kepada anak usia dini

untuk untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan

pembelajaran dalam membantu pertumbuhan dan perkembangna jasmani

serta rohani agar dapat mengembangkan potensinya secara maksimal yang

menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan

perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan daya

pikir, sosial emosional, bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan

dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui anak usia dini.

2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini, secara khusus bukan bertujuan untuk

memberi anak pengetahuan kognitif (kecerdasan intelektual)

sebanyak-banyaknya, tetapi untuk mempersiapkan mental dan fisik anak agar

mengenal dunia sekitarnya secara lebih adaptif (bersahabat). Sifat

pendidikan lebih familiiar (kekeluargaan), komunikatif ( menyenangkan),

dan yang paling utama persuative (seruan atau ajakan). Dalam proses

(48)

mengungkapkan pikiran dan perasaannya ke dalam berbagai macam

bentuk tindakan dan perilaku positif, seperti bermain, menyanyi,

menggambar, atau berkomunikasi dengan teman sebaya (Jasa Ungguh

Muliawan, 2009: 16-17).

Menurut Slamet Suyanto (2005: 1-4), ada beberapa tujuan

didirikannya Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu:

a. Mengembangkan seluruh potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai falsafah suatu bangsa.

b. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya.

c. Anak perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat.

Menurut Muhammad Fadillah (2012: 71-72), tujuan pendidikan

anak usia dini secara khusus, yaitu:

a. Terciptanya tumbuh kembang anak usia dini yang optimal melalui peningkatan pelayanan prasekolah.

b. Terciptanya pengetahuan, keterampilan, dan sikap orangtua dalam upaya membina tumbuh kembang anak secara optimal. c. Mempersiapkan anak usia dini yang kelak siap masuk

pendidikan dasar.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa,

tujuan diselenggarakannya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah

mempersiapkan mental dan fisik anak untuk menuju jenjang

pendidikanyang lebih tinggi, mengarahkan dan membantu anak agar dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai tingkat perkembangannya

agar kelak mereka siap memasuki pendidikan dasar serta melakukan

(49)

3. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Prinsip pendidikan anak usia dini harus sejalan dengan pemenuhan

berbagai macam kebutuhan anak, mulai dari kesehatan, nutrisi, dan

stimulasi pendidikan, serta harus dapat memberdayakan lingkungan

masyarakat dimana anak itu berada. Menurut Novan Ardy Wiyani &

Barnawi (2012: 76-77), pelaksanaanpendidikan anak usia dini harus

didasarkan pada prinsip-prinsip penyelenggaraan berikut:

a. Berorientasi pada kebutuhan anak

Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.

b. Belajar melalui bermain

Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi mengenal lingkungan sekitar, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Ketika bermain anak memperoleh pengalaman sehingga anak akan dapat membangun pemahaman tentangyang dialaminya. c. Menggunakan lingkungan yang kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan bermain anak.

d. Menggunakan pembelajaran yang terpadu

Dimana setiap kegiatan pembelajaran mencakup pengembangan seluruh aspek perkembangan anak.

e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan berbagai kecakapan hidup agar anak dapat menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab, memiliki disiplin diri serta memperoleh keterampilan yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.

f. Menggunakan berbagai media edukasi dan sumber balajar

Media dan sumber pembelajaran memanfaatkan lingkungan sekitar, nara sumber dan bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik/guru.

g. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan

(50)

Dilihat dari uraian prinsip di atas maka pada dasarnya pendidikan

anak usia dini adalah mengoptimalkan kecerdasan anak dan melalui

pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini yang membutuhkan

stimilasi sejak dini untuk mengembangkan seluruh aspek kecerdasannya.

Semua aspek berjalan secara berkesinambungan, perkembangan anak

tergantung pada hubungan antar pribadi, kesempatan mengekspresikan diri

dan bimbingan pada tiap tahap perkembangan anak. Perilaku anak juga

tergantung pada motivsi dan stimulan dari dalam dan luar dirinya.

4. Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Muhammad Fadillah (2012: 132), pembalajaran adalah

suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan peserta didik secara

terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar,

karakteristik peserta didik, serta berbagai strategi pembelajaran, baik

penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.

Menurut Nazarudin (2007: vii), pembelajaran adalah interaksi

edukatif antara peserta didik dengan guru, peserta didik dengan

lingkungan sekolah dan peserta didik-guru dengan lingkungan sekolah.

Dengan terjalinnya interaksi yang baik antara peserta didik, pendidik dan

lingkungan sekolah, proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik

dan lancar sehingga tujuan pembelajarannya pun tercapai.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa,

pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang berupaya

(51)

edukatif antara peserta didik dengan guru, peserta didik dengan

lingkungan sekolah dan peserta didik-guru dengan lingkungan sekolah.

Serta terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar,

karakteristik peserta didik, serta berbagai strategi pembelajaran, baik

penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaranagar

proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan lancar sehingga

tujuan pembelajarannya tercapai.

Yuliani Nurani Sujiono (2011:138) bahwa kegiatan pembelajaran

pada anak usia dini pada hakikatnya pengembangan kurikulum secara

konkret yang berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah

pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini

berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainnya

dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki anak.

Berdasarkan beberapa konsep di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa pembelajaran anak usia dini adalah seperangkat rencana yang berisi

sejumlah pengalaman belajar yang memiliki karakteristik anak belajar

melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini sesuai dengan tingkat

usia anak dan berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus

dikuasainnya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki

(52)

5. Kurikulum Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini

Berdasarkan Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang standar

kurikulum PAUD terdiri dari standar isi, proses, dan penilaian meliputi

struktur program, alokasi waktu, dan perencanaan, pelaksanaan, penilaian

dilaksanakan secara terintegrasi atauterpadu sesuai dengan tingkat

perkembangan, bakatdan kebutuhan anak.

Perencanaan program mencakup tujuan, isi, dan rencana

pengelolaan program yang disusun dalam Rencana Kegiatan Mingguan

(RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH). Pelaksanaan program berisi

proses kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan yang dirancang

berdasarkan pengelompokan usia anak, dengan mempertimbangkan

karakteristik perkembangan anak dan jenis layanan PAUD yang diberikan.

Penilaian merupakan rangkaian kegiatan pengamatan, pencatatan, dan

pengolahan data perkembangan anak dengan menggunakan metode dan

instrumen yang sesuai.

a. Perencanaan Pembelajaran

Standar proses kegiatan pembelajaran, meliputi: 1) perencanaan,

yaitu: a) pengembangan rencana pembelajaran, b) perencanaan

penyelenggaraan PAUD yang meliputi: perencanaan semester, Rencana

Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH), c) serta

rencana kegiatan untuk anak usia 0-2 tahun bersifat individual. 2)

Prinsip-prinsip pembelajaran, meliputi: a) memperhatikan tingkat perkembangan,

(53)

gizi, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan, c) pembelajaran

dilaksanakan melalui bermain, d) Kegiatan pembelajaran dilakukan

secarabertahap, berkesinambungan, dan bersifat pembiasaan, e) proses

pembelajaran bersifat aktif, kreatif, interaktif, efektif, dan menyenangkan,

f) proses pembelajaran berpusat pada anak, 3) pengorganisasian meliputi:

a) pemilihan metode yang tepat dan bervariasi, b) pemilihan alat bermain

dan sumber belajar yang ada di lingkungan, c ) pemilihan teknik dan alat

penilaian sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan.

b. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, meliputi: 1) penataan

lingkungan bermain, yaitu menciptakan suasana bermain yang aman,

nyaman, bersih, sehat, dan menarik. 2) pengorganisasian kegiatan, yaitu:

a) kegiatan dilaksanakan di dalam dan di luar ruang kelas, b) kegiatan

dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, c) kegiatan untuk anak

usia 0 - <2 tahun, bersifat individual, d) pengelolaan kegiatan

pembelajaran pada usia 2 - <4 tahun dalam kelompok besar, kelompok

kecil dan individu meliputi inti dan penutup, e) pengelolaan kegiatan

pembelajaran pada usia 4 - ≤6 tahun dilakukan dalam individu, kelompok

kecil, dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu pembukaan,

(54)

c. Penilaian atau Evaluasi Pembelajaran

Brewer dalam Soemiarti Patmonodewo, (2003:138) penilaian

adalah penggunaan sistem evaluasi yang bersifat menyeluruh untuk

menentukan kualitas dari suatu program atau kemajuan dari seorang anak.

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak yang

mencakup:

1) Teknik penilaian, meliputi: pengamatan, penugasan, unjuk kerja,

pencatatan anekdot, percakapan, laporan orang tua,dokumentasi hasil

karya anak (portofolio), serta deskripsi profil anak.

2) Lingkup, meliputi: a) seluruh tingkat pencapaian perkembangan

peserta didik, b) data tentang status kesehatan, pengasuhan, dan

pendidikan.

3) Proses, meliputi: a) penilaian yang dilakukan secara berkala, intensif,

bermakna, menyeluruh, dan berkelanjutan, b) pengamatan dilakukan

pada saat anak melakukan aktivitas sepanjang hari, c) secara berkala

pendidik mengkaji-ulang catatan perkembangan peserta didik yang

dikumpulkan dari hasil catatan pengamatan, anekdot, check list, dan

portofolio, d) melakukan komunikasi dengan orang tua tentang

perkembangan peserta didik, e) dilakukan secara sistematis,

terpercaya, dan konsisten, f) memonitor semua aspek tingkat

(55)

dampak hasil, h) pembelajaran melalui bermain dengan benda

konkret.

4) Pengelolaan hasil, meliputi: a) pendidik membuat kesimpulan dan

laporan kemajuan peserta didik berdasarkan informasi yang tersedia,

b) pendidik menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan

peserta didik secara tertulis kepada orang tua secara berkala,

minimal sekali dalam satu semester, c) laporan perkembangan

peserta didik disampaikan kepada orang tua dalam bentuk laporan

lisan dan tertulis secara bijak, disertai saran-saran yang dapat

dilakukan orang tua di rumah.

D. Kelompok Bermain (Play Group)

Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia

dini jalur pendidikan nonformal yang memberikan layanan pendidikan

bagi anak usia 2 sampai 6 tahun untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan anak agar kelak siap memasuki pendidikan lebih lanjut

(Kemendiknas, 2011: 2). Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2009: 23),

kelompok bermain merupakan salah satu bentuk pendidikan bagi anak

usia dini pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan

program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2

sampai dengan 4 tahun.

Kelompok bermain atau Play Group adalah salah satu bentuk

layanan pendidikan bagi anak usia tiga sampai enam tahun yang

(56)

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta

perkembangan selanjutnya, sehingga siap memasuki pendidikan dasar

(Jasa Ungguh Muliawan, 2009: 18).

Kelompok bermain yang lebih popular disebut dengan istilah

playgroup merupakan lembaga pendidikan luar sekolah dimana pada usia

prasekolah mutlak diperlukan sejumlah kegiatan dalam bentuk permainan

yang bersifat edukatif, psikomotorik, emosi, sosial dan afektif. Pada

kelompok bermain, anak bukan semata-mata bermain tetapi di dalamnya

terdapat kegiatan bermain sambil belajar. Pendidikan dini bagi anak-anak

usia prasekolah (0-6 tahun) merupakan hal yang sangat penting karena

pada usia dini merupakan masa membentuk dasar-dasar kepribadian

manusia, kemampuan berpikir, kecerdasan maupun kemampuan

bersosialisasi pada anak.

Menurut Dirjen PNFI (2010: 4) terdapat prinsip-prinsip dalam

Kelompok Bermain antara lain:

a. Setiap anak itu unik. Mereka tumbuh dan berkembang dari kemampuan, kebutuhan, keinginan, pengalaman, dan l

Gambar

Tabel 1. Jenis Permainan Tradisional Anak di DIY
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 2. Teknik Pengumpul Data
Gambar 2.Struktur Kelembagaan KB & TPA Alam Uswatun Khasanah.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Informasi Unit Pendukung Ketarunaan pada Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Tahun Anggaran 2014, diharap kehadiran Saudara dalam Pembuktian Kualifikasi yang

Untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya,peneliti ingin menguji secara lebih menyeluruh dan mendalam mengenai mekanisme good corporate

Atas Kegiatan MembangunSendiri orang pribadi yang diperuntukkan bagi tempat usaha maka Dasar Pengenaan Pajaknya adalah 40% x jumlah biaya perbulan termasuk didalamnya biaya

Dalam Prediksi Jumlah Pelanggan dan Persediaan Barang Menggunakan Metode Regresi linier berganda Pada Bali Orchid terdapat menu-menu yang dapat diakses oleh User

Dalam pengembangan produk berupa media pembelajaran matematika, desain aplikasi dilakukan untuk membuat layout maupun fungsi-fungsi yang akan dimasukkan dalam aplikasi

Varietas bawang merah Pancasona menghasilkan jumlah tanaman yang berbunga dan jumlah umbel bunga per petak tidak berbeda nyata dengan varietas Mentes, namun jumlah umbel bunga

Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu Spesifik Andalan Propinsi Sumatera Utara.. Makalah Seminar Nasional Himpunan Alumni – IPB dan HAPKA Fakultas

Health consequences of work-family conflict: The dark side of the work family interface.. Conciliating work and family: A catholic social teaching