2
Lampiran I
INSTRUMEN PENELITIAN
NAMA : FRANSISKA NOVELINE ANMAMA
NIM : 752011007
1.
Bentuk dan Sifat Wawancara
Salah satu teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah wawancara. Untuk
membantu wawancara, disusun sejumlah pertanyaan sebagai pedoman wawancara.
Pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman wawancara dibawah ini merupakan panduan umum,
dalam arti akan ada pengembangan pertanyaan di lapangan sesuai dengan data yang
diperoleh dari informan selama wawancara.
2.
Informan
Informan dalam penelitian ini terdiri dari Raja Mantilur, Somlain, tokoh adat, tokoh
masyarakat, Badan Saniri Ohoi, perangkat ohoi, maupun anggota masyarakat terutama
mereka yang biasanya ikut terlibat dalam mencari dan menangkap
tabob
, yang memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang masalah penelitian, serta lebih mengetahui informasi
yang diperlukan.
3.
Pedoman Wawancara
3
Pertanyaannya sebagai berikut:
Pertanyaan Bagi Raja dan Tokoh Adat/Badan Saniri Ohoi
1.
Apa yang anda ketahui tentang
Nufit
?
2.
Bagaimana sejarah
Nufit
?
3.
Bagaimana asal mula kehadiran/sejarah tabob?
4.
Apakah ada ritual adat yang dilakukan sebelum melakukan pencarian terhadap
tabob?
5.
Bagaimana bentuk ritual itu?
6.
Dimana ritual tersebut dilakukan?
7.
Mengapa harus dilakukan ritual adat tersebut?
8.
Siapa yang melakukan ritual adat tersebut?
9.
Apa tujuan ritual adat tersebut?
10.
Apakah pencarian tabob dan ritualnya dilakukan bersama-sama di satu desa atau bisa
dilakukan di masing-masing desa?
11.
Bahan-bahan atau benda apa saja yang diperlukan atau digunakan dalam ritual adat
itu?
12.
Mengapa bahan atau benda itu yang digunakan?
13.
Apakah ada doa atau kata-kata khusus dalam ritual adat itu?
14.
Apa isi doa dan kata-kata dalam ritual adat tersebut?
15.
Siapa yang harus berdoa dan mengucapkan kata-kata tersebut dalam ritual adat itu?
16.
Apakah tabob sama dengan hewan lainnya?
17.
Apa yang membedakan tabob dari hewan lainnya? (berkaitan dengan pertanyaan no
5).
18.
Apakah ada hubungan antara tabob dengan acara khusus lainya di dalam
masyarakat? Misalnya pelantikan raja, sidang adat, dll.
Pertanyaan Bagi Tokoh Masyarakat dan Perangkat Ohoi dan Anggota Masyarakat
(terutama yang biasanya mencari dan menangkap Tabob)
1.
Siapa saja yang biasanya melakukan pencarian terhadap tabob?
4
3.
Kapan biasanya dilakukan pencarian tabob?
4.
Persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum melakukan pencarian tabob?
5.
Apakah ada ritual khusus yang dilakukan sebelum melakukan pencarian atau dalam
perjalanan pencarian?
6.
Apa ada larangan atau syarat tertentu dalam kaitan dengan pencarian tabob?
7.
Apakah larangan tersebut sudah pernah dilanggar? dan Apa yang terjadi jika aturan
tersebut dilanggar?
8.
Apa ada sanksi yang dikenakan jika melanggar larangan atau syarat tersebut?
9.
Apa yang harus dilakukan untuk memulihkan keadaan karena melanggar larangan
tersebut?
10.
Apakah pencarian tabob harus dilakukan bersama-sama di satu lokasi?
11.
Di daerah mana saja tabob bisa ditemukan?
12.
Apakah ada aturan khusus atau cara dalam pencarian tabob?
13.
Berapa jumlah tabob yang biasa dicari pada tiap musimnya?
14.
Bagaimana cara menangkap tabob?
15.
Bagaimana cara memanggil tabob?
16.
Apakah ada orang khusus yang memanggilnya?
17.
Mengapa orang tersebut yang memanggil tabob?
18.
Biasanya tabob dicari dan dipanggil untuk hal apa saja?
19.
Setelah tabob ditemukan, bagaimana cara pemotongan dan pembagian tabob?
20.
Mengapa harus dilakukan pembagian tersebut?
21.
Apakah ada hubungannya dengan leluhur?
22.
Bagaimana jika pembagian tersebut tidak dilakukan sesuai aturannya?
23.
Apakah daging tabob hanya dibagi kepada masyarakat sekampung atau juga kepada
masyarakat Nufit yang lain/desa lain?
Pertanyaan umum
1.
Apa yang anda ketahui tentang tabob?
5
4.
Menurut anda apakah tabob akan punah jika terus dibunuh?
5.
Apakah tabob bisa dijual?
6.
Apakah yang anda lakukan jika ada hukum resmi yang melarang pencarian dan
pembunuhan tabob?
7.
Apakah tradisi tentang pencarian tabob sampai sekarang masih dilakukan?
8.
Bagaimana konservasi tabob?
JADWAL PENELITIAN
N
o
Keg
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DES
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
I
1
Menuju Tual
x
2
Pengurusan
Perijinan
x
3
Ke Lokasi
Penelitian
x
4
Penelitian
Lapangan
x
x
x x
x
5
Kembali ke
Salatiga
x
6
Penyusunan
Laporan
Penelitian
x
x
x x
x
x
7
Penyerahan
Hasil
Penelitian
6
Lampiran II
DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN
OHOI MADWAER
No
Hari/Tgl
Nama Informan
L
/P
Umur
Keterangan
1
Selasa, 7 Agustus 2012
Ny M. Jamlean/R
P
66
Isteri Raja Mangrib
2
Selasa, 7 Agustus 2012
Bpk Y. Renfaan
L
37
Anggota Masyarakat
3
Selasa, 7 Agustus 2012
Bpk S. Belnard
L
43
Anggota Masyarakat
4
Selasa, 7 Agustus 2012
Bpk S. Rumohoira
L
62
Kepala Urusan
Pembangunan
5
Rabu, 8 Agustus 2012
Bpk Z. Renfan
L
50
Sekretaris Majelis
Jemaat
6
Rabu, 15 Agustus 2012
Bpk A. Lumyar
L
32
Tuan Tanah
7
Rabu, 15 Agustus 2012
Bpk R. Ohoimurin
L
34
Sekretaris Ohoi
8
Sabtu, 18 Agustus 2012
Bpk J. Renfaan
L
39
Pejabat Ohoi
9
Sabtu, 18 Agustus 2012
Bpk Y. Renfaan
L
58
Badan Saniri Ohoi
Saniri Kemasyarakatan
10
Minggu, 19 Agustus 2012
Bpk M. Ohoimurin
L
42
Anggota Badan Saniri
Ohoi
11
Minggu, 19 Agustus 2012
Bpk P. Ohoimurin
L
53
Kepala Urusan Umum
12
Minggu, 19 Agustus 2012
Bpk D. Rumohoira
L
53
Tetua Adat
13
Selasa, 21 Agustus 2012
Bpk M. Renfaan
L
60
Tetua Adat
14
Selasa, 21 Agustus 2012
Bpk O. Renfaan
L
47
Anggota Masyarakat
15
Rabu, 22 Agustus 2012
Bpk V. Lumyar
L
38
Anggota Masyarakat
16
Kamis, 23 Agustus 2012
Bpk M. Renyaan
L
52
Guru SD
17
Kamis, 30 Agustus 2012
Bpk J. Lumyar
L
37
Anggota Masyarakat
18
Sabtu, 1 September 2012
Ny O. Lumyar
P
46
Anggota Masyarakat
19
Minggu, 2 September
2012
Bpk N. Renfaan
L
54
Anggota Masyarakat
20
Senin, 3 September 2012
Bpk J. Lumyar
L
50
Kepala Marga
21
Senin, 3 September 2012
Bpk A. Ngabalin
L
32
Anggota Masyarakat
22
Senin, 3 September 2012
Bpk S. Rumohoira
L
28
Anggota Masyarakat
23
Senin, 3 September 2012
Elis Renfaan
L
22
Mahasiswa
7
OHOI OHOIREN
No
Hari/Tgl
Nama Informan
L
/
P
Umur
Keterangan
1
Rabu, 22 Agustus 2012
Bpk A. Janwarin
L 43
Kepala Ohoi
2
Rabu, 22 Agustus 2012
Bpk A. Frawowan
L 58
Sekretaris Badan
Saniri Ohoi
3
Rabu, 5 September 2012
Bpk F. Rahayaan
L 57
Tuan Tanah
4
Rabu, 5 September 2012
Bpk R. Rahayaan
L 42
Guru SDNaskat
Ohoiren
5
Jumat, 7 September 2012
Bpk K. Rahayaan
L 71
Tetua
6
Jumat, 7 September 2012
Bpk A. Ngamel
L 50
Anggota Masyarakat
7
Jumat, 7 September 2012
Bpk A. Welafubun
L 66
Anggota Masyarakat
8
Jumat, 7 September 2012
Bpk M. Janwarin
L 53
Anggota Masyarakat
9
Jumat, 7 September 2012
Bpk H. Rahayaan
L 48
Anggota Masyarakat
10
Jumat, 7 September 2012
Bpk Y. Janwarin
L 51
Anggota Masyarakat
11
Jumat, 7 September 2012
Bpk G. Rahayaan
L 53
Ketua Badan Saniri
Ohoi
12
Sabtu, 8 September 2012
Bpk B. Janwarin
L 79
Kapitan
13
Sabtu, 8 September 2012
Bpk M. Rahayaan
L 52
Anggota Masyarakat
14
Minggu, 9 September 2012
Bpk S. Rahayaan
L 57
Tokoh Adat
15
Minggu, 9 September 2012
Bpk P. Rahayaan
L 35
Sekretaris Dewan
Pastoral Stasi
Ohoiren
16
Minggu, 9 September 2012
Bpk S. Rahayaan
L 54
Anggota Masyarakat
17
Minggu, 9 September 2012
Bpk N. Rahayaan
L 62
Anggota Masyarakat
18
Minggu, 9 September 2012
Bpk R. Rahayaan
L 50
Anggota Masyarakat
19
Minggu, 9 September 2012
Bpk T. Rahayaan
L 37
Anggota Masyarakat
20
Minggu, 9 September 2012
Bpk G. Rahayaan
L 50
Guru Agama Katolik
21
Minggu, 9 September 2012
Bpk M. Rahakbauw
L 62
Anggota Masyarakat
OHOI SOMLAIN
1
Rabu, 12 September 2012
Bpk A.Y. Ngamel
L
83
Raja Mantilur
2
Rabu, 12 September 2012
Ny M. Ngamel/E
P
75
Isteri Raja Mantilur
3
Rabu, 12 September 2012
Bpk A. Ngamel
L
47
Pejabat Ohoi
4
Kamis, 13 September 2012 Bpk H. Ngamel
L
44
Staf Ohoi
5
Kamis, 13 September 2012 P. Welafubun
L
26
Anggota Masyarakat
6
Kamis, 13 September 2012 Bpk A. Ngamel
L
35
Anggota Masyarakat
7
Kamis, 13 September 2012 C. Welafubun
L
25
Anggota Masyarakat
8
Jumat, 14 September 2012
Bpk A. Welafubun
L
63
Mantan Kepsek SD
8
OHOI OHOIRA
1
Sabtu, 4 Agustus 2012
Bpk G. Rumheng,
SH
L
Camat Kei Kecil Barat
2
Rabu, 8 Agustus 2012
Bpk M. Renyaan
L
59
Kepala Sekolah Dasar
Kristen Ohoira
3
Kamis, 30 Agustus 2012
Bpk Th. Warbal
L
45
Guru SD Madwaer
4
Selasa, 4 September 2012
Bpk O. Yalmav
L
38
Anggota Masyarakat
5
Selasa, 4 September 2012
Bpk N. Sedubun
L
72
Kepala Marga
Sedubun Yumaiubun
6
Selasa, 11 September 2012 Bpk H. Sedubun
L
41
Sekretaris Ohoi
7
Selasa, 11 September 2012 Bpk L. Sedubun
L
50
Anggota Masyarakat
OHOI UR
1
Selasa, 4 September 2012
Bpk T. Wirin
L
70
Tuan Tanah
2
Sabtu, 8 September 2012
Bpk Z. Rahakbauw L
71
Tokoh Masyarakat
3
Jumat, 14 September 2012
Bpk Y. Rumheng
L
57
Anggota Masyarakat
Lampiran IV
SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAHAN ADAT
N
o
Ratschap
Nama
Raja
Negeri
Kedudukan
Desa/Kampung
1
Famur
Famur
Danar
Danar, Ngursoin, Elaar, Ohoitom, Ternat, Ohoiseb,
Ohoidertutu, Ohoidertom, Ngurwul, Let, Lumefar, Uf
dan Mar
2
Dit
Sakmas
Sakmas
Wain
Wain, Semav, Wain Baru, Abean, Iso, Disuk,
Vatngon, Yafadin, Ohoinol, Denfet, Ohoilus, Mastur.
3
Baldu
Hadat
Baldu
Hadat
Namser
(Dullah)
Namser, Rahangirit, Tamadan, Ngadi, Fidwatan,
Duroa.
4
Mantilur
Mantilur
Somlain
Somlain, Ohoira, Ohoiren, Warbal.
5
Si Sormas
Sor Mas
Ohoitahait
Ohoitahait, Ohoitel, Lairkamar, Watraan.
6
Meum Fit
Elkel
Yamtel
Ohoitel, Ngifut Tahit, Ngifut Nangan, Waur, Waur
Tahit, Yamtel Nabaheng, Vako, Rejamru Ohoilim.
9
Ohoiwut
Holat, Ohoifau, Ohoifruan, Efruan, Banda Eli,
Renfaan, Fanfau, Ragiar, Ohoilean, Ur, Wasar, Har,
Ohoirat, Ohoisoen, Wair Hor, Ngurbloat, Lor
Nguwul, Ad Mun, Weafan, Ngurditwain, Ohoitejun,
Ohoisoi dan Ohoi Ir
8
Pulau Kur
Kilmas
Kilmas
Kilmas, Kanara, Sermav, Bokwarin, Tobyal, Kamear
9
Meun Fit
Varat
Katel
Ohoinangan
Ohoinangan, Wulurat, Elat, Rahareng, Fatugirit,
Karkarit, Katlarat Vangamas
10
Matwaer
Mangrib
Matwaer
Matwaer, Tanimbar Kei, Ur
11
Yarbadan
Yarbadan
Tetoat
Tetoat, Dian, Letvuan, Evu, Marvuut, Arso, Watngil,
Ngufar, Ohoibadar, Madwat, Ngursit dan Wirin.
12
Tabab
Yamlin
Bamav
Fer
Fer, Weduafer, Rahangiar, Rerean, Hoat, Ngavan,
Farafus, Sungai, Hako, Tamangil, Duvin, Vatngon,
Kilwat, Weduar, Sather dan Tutrean.
13 Lo Ohoitel
Ibes
Nerong
Nerong, Larat, Mathoat, Wetuar, Lerohoilin,
Ohoiwait, Ohoirenan dan Harangur.
14
Songli
Songli
Rumat
Rumat, Rat dan Revav
15
Kirkes
Kirkes
Ibra
Ibra, Ngabul, Sathean
16
Lus Tuvle
Tuble
Tual
Tual, Taar, Ohoidertawun, Ohoililir
17
Jab Faan
Jab
Faan
Faan, Wearlilir, Langgur, Kolser, Ohoijang, Watdek,
Loon, Kelanit, Ohoider ratan (Ohoider Atas)
18
Manyeu
Manyeu
Rumadian
Rumadian, Lilboy, Debut, Lorngangas, Namar,
Ngilngof, Ngurbloat, Ngayub, dan Ohoiluk.
19
Pulau
Toyandu
Yamtel
Yamtel
Kampung-kampung di pulau Toyandu
20
Ub Ohoi
Faak
Elralang
Elralang
Elralang, Reyaan, Wear, Uwat, Ngurwalek, Hagur,
Ohoituf, Maar, Dangarat, Fravav, Wer, Wakal,
Ohoiker, Ngaat, Sirbante, Watsin, Vatroa, Bombay,
Ohoimai, Ngurdu, Hoartav.
10
Lampiran IV
LAGU-LAGU TABOB
Lagu untuk mengiringi tarian tabob
1O me he komkai tobi ni tom tom tabi tabai
Tabi ni tom bok bo nali tom dunyai
Nyai an mehe tom tabi tom tabai
Tom tabi tabai. Cerlele tom tabi tabai
Am kako nuhu fit bam sang
Mam tabob o yau e
Amyaruk vehe namris an bov harmes
Am veheyas bung sae e yau e
Artinya: Kamu sendiri baru mengetahui cerita tabob? Tabi punya cerita bagus, lebih
dari semua cerita di dunia ini, sejak dunia diciptakan. Kita Nufit pergi
mencari tabob, kita angkat penggayung sama-sama dan cepat mengelilingi
lokasi tabob.
Lagu yang dinyanyikan saat sementara mendayung untuk mencari tabob
2Tarkihin bes ndok so wat’u mur nam lo
Mur horan lek
(tarkihin sudah digunakan untuk menikam tabob)
Artinya: Mengarahkan dan membawa perahu dengan lurus supaya bisa meniikam
tabob dengan tepat.
Lagu ini dinyanyikan saat mendayng dari pantai saat berangkat dan kembali dari
pencarian.
31 Wawancara dengan Ny M. Jamlean/R pada hari Selasa, 7 Agustus 2012. 2 Wawancara dengan Bpk M. Renfaan pada hari Selasa 21 Agustus 2012. 3
11
Lus yab kuk war me ron lai
Wad ban bo
Met ngodam el
Wad ban bo
Artinya: Tabob berenang pelan-pelan dan menunggu untuk ditikam.
Lagu untuk mencari Tabob
4Wad laay ni rotan vit mam wang hob
O am mehe lin war Rat mangrib nas no
Mam wang hob o
Artinya: Kita mencari tabob karena perintah dari Raja Mangrib dan bukan sengaja
untuk mencari sendiri. Karena belum dapat, kita datang dan ingin mendapat
bagian untuk di makan.
Jika kembali dan mendapat:
Sir minan mwa yatan sir minan o
War mero lai ne wad ban bo
Artinya: Gemuk dari daging tabob jika diletakkan di atas api, minyaknya akan
meleleh.
Lagu-lagu yang biasa di gunakan untuk mencari Tabob
51.
Lagu ini dinyanyikan saat melakukan pencarian Tabob, dinyanyikan secara
berbalasan.
Rerek (solo):
nu fit mam ring hal haling o human nas wai o
Rombongan:
wai o human nas wai ntut ur siuw lor lim human nas wai o
Artinya : Lagu ini digunakan untuk menceritakan kepada orang lain bahwa
sejarah Nufit lain dari sejarah orang lain.
Ohot do nleb na u vel o mkas ni hoho
Mkas ni hoho nam hangat o mkas ni hoho
4 Wawancara dengan Bok Z. Rahakbauw pada hari Sabtu 8 September 2012. 5
12
Artinya: Segera menyiapkan peralatan untuk menikam tabob, karena sudah
dekat.
Mna Nuhu Yamko nfaneak mam ub naksor waro
Artinya: Kalau melihat pulau Nuhu Yamko berarti disitulah tempat tabob
berada.
Nak sor war mna nuhu yan ko nfaneak mam ub nak sor war o
Artinya: Telah sampai di tempat tabob
2.
Saat kembali dari pencarian
Rerek:
mwang bina win ru win tel mwang bina o
Rombongan:
bina o nim ru win tel mwang bina o
Artinya: Lagu ini memberikan tanda kepada masyarakat di
Ohoi
jumlah
tabob yang di peroleh saat itu.
Win tel
berarti tiga ekor.
3.
Lagu ini dinyanyikan untuk mengundang semua saudara di
ohoi
untuk
melakukan pemotongan dan pembagian, dan makan bersama-sama.
Sir minan mwai yatan o hel dit dok do mwai yatan o
Yatan o mwai yatan o hel dit dok do mwai yatan o
Artinya: Saudara-saudara perempuan (
dit dok )
datanglah dan masak bagian
hati tabob
Lampiran V
Berbagai
versi
sejarah
tabob
yaitu:
Versi pertama diperoleh dari Raja Mantilur yang berkedudukan di Somlain.
6Versi ini
sama dengan yang diceritakan oleh beberapa informan dari Madwaer.
7Ceritanya sebagai
berikut:
6A. J. Ngamel, “Sejarah Nufit” (kumpulan tulisan tentang berbagai cerita sejarah di Nufit, 1997)
13
Pada masa sebelum terbentuknya batas wilayah Nufit Haroa, tiba di Nufit dua musafir asal Bali (Soat Bal). Kedua Musafir itu adalah Tabi dan Tabai. Tabi beristrikan Nendai dan Tabai beristrikan Afmas. Perjalanan mereka dari Bali singgah di Pulau Kuur. Di sana mereka memancangkan bendera Sair Lak di Tanjung Watsua Song. Dari Kuur (Watsua) mereka meneruskan perjalanan ke pulau Kei Kecil (Nuhu Roa) melalui Nuhu Tawun (P.Dulang, yang sekarang dikenal dengan Pulau Dullah) dan mendarat di Kalvik. Dari Kalvik mereka menuju ke Vaan/ Faan dan mendarat di Rumheng dan terus masuk ke Woma Furngas. Barang bawaan mereka saat itu dari Soat Bal (Bali) adalah satu tempat sirih besar, dengan sebuah batu papan (tebal 10 cm, lebar 70 cm, panjang 1 meter). Tempat sirih itu adalah Baan Rit dan dinamakan Ngutun Rit Tenan Bes.8 Setelah Tabi dan Tabai berada (tinggal) beberapa lama di Lorngas Vaan/Faan, berangkatlah mereka menyusuri pesisir barat pulau Kei Kecil menuju ke selatan dan sampailah di Nufit. Di Nufit mereka mendarat dan bermukim di Arlo’on Tanjung Yale. Barang bawaan mereka yaitu Baan Rit ditinggalkan di Vaan/Faan (wilayah vaan disebut Ohoivut). Tabi dan Tabai merasa nyaman bermukim di Nufit Arloon. Di sana, Tabi beristerikan Dai, Tabai beristerikan Afmas. Tabi memperoleh seorang anak laki-laki yang diberi nama Boimas. Pada suatu hari Boimas ingin mencuci rambut dengan santan kelapa. Ia menyiapkan parutan kelapa yang dijemur dalam nyiru. Saat hendak mencuci rambut, ia mencari parutan kelapa yang dijemurnya, tetapi tidak ditemukan. Ternyata angin telah menerpa/melayangkan tempat jemur kelapa kukur (Nyiru /sifat) itu dan terhempas hilang. Tempat jemuran (nyiru/sifat) terbawa angin sampai di Kei Besar (tersangkut di pulau kecil dekat Elat). Pulau itu kemudian dinamakan Sifat atau Ifat. Boimas menangis menuntut agar orang tuanya mencari kelapa pembasuh/pencuci rambut tersebut (Nuur Ferfer). Pada masa itu belum ada kelapa di kepulauan Kei jadi harus dicari di luar kepulauan Kei. Oleh karena itu, Tabi dan Tabai mulai melengkapi perahunya dengan menggunakan ular (Yatel) menjadi tali layar, ikan bibi (Ngis) sebagai penimba ruang, ikan gurita sebagai tali sauh, sedang tali pengikat kemudi digunakan ular laut belang (vurek). Di ujung tiang layar ditempatkan burung elang (Lus). Sesudah itu mereka mulai berlayar ke utara dengan tujuan Dai Kovyai (Dai= Seram, Kovyai=Irian). Akhirnya sampailah mereka di Kovyai-Karas Bastul - wilayah Kaimana-Karoi. Di Kaimana/Karoi, penguasa (Rat Badmar) tidak menerima kehadiran mereka karena itu penguasa hendak menyerang mereka.
Peperangan antara Rat Badmar dan Tabi, Tabai pun terjadi. Dalam Perang, mereka tidak menggunakan senjata tajam tetapi menggunakan kekuatan alam (cuaca). Rat Badmar (penguasa Kaimana-Karoi) memberitahukan kepada Tabi dan Tabai, bahwa akan ada perang (saling menyerang). Serangan pertama dilakukan oleh Rat Badmar, ia peringatkan Tabi dan Tabai agar bersiap menghadapi serangan yang akan muncul malam hari nanti. Rat Badmar menggunakan angin utara untuk menyerang Tabi dan Tabai. Agar bertahan terhadap serangan Rat Badmar, Tabi dan Tabai memanggil burung elang datang membuka sayap untuk melindungi mereka dari hujan. Mereka memerintahkan ikan gurita untuk menahan perahu mereka agar kuat/ bertahan ketika datangnya hembusan angin taufan. Mereka juga mengingatkan ikan bibi agar siap menimba ruang bila air masuk dalam perahu. Lalu Tabi dan Tabai memanggil ikan paus datang mengelilingi perahu mereka agar terlindung dari serangan angin badai dan gelombang. Ketika matahari terbenam mulailah kilat, guntur, dan angin badai utara menyerang mereka (Tabi dan Tabai). Semalam suntuk badai, angin, hujan, kilat dan guntur menimpa perahu mereka. Namun mereka tetap berlabuh dengan aman sampai terbitnya matahari. Setelah berakhir serangan Rat Badmar, datanglah giliran Tabi dan Tabai untuk menyerang. Pada siang hari mereka menyampaikan pada Rat
7
Cerita yang sama dalam bentuk tertulis diperoleh dari Ny M. Jamlean/R yang adalah isteri Raja Mangrib, Madwaer.
8
14
Badmar serta semua penduduk agar bersiap-siap. Rumah-rumah penduduk harus kuat dan kokoh terhadap hembusan angin badai karena nanti malam akan diserang badai dari selatan. Ketika matahari mulai terbenam, kilat, guntur, hujan dan angin badai datang menghembus rumah penduduk. Gelombang pantai mengamuk hingga air laut naik dan masuk ke perkampungan. Di tengah amukan badai dan gelombang, Tabi dan Tabai memerintahkan ikan paus pergi ke tepi pantai dan menyembur air laut sebanyak-banyaknya sampai dalam kampung Rad Badmar, hingga rumah-rumah penduduk terbongkar dan hanyut. Rat Badmar beserta rakyatnya berteriak meminta ampun serta pertolongan. Serta merta angin taufan / badai mulai reda dan amukan ombak pun berhenti. Pada pagi hari setelah peristiwa badai dari selatan, Tabi dan Tabai disambut Rad Badmar (penduduk menerima mereka turun ke darat). Di darat penduduk mempersilahkan mereka memilih menurut kesukaan mereka dari tawaran penduduk. Tabi dan Tabai diberikan beberapa pilihan, diantaranya daratan seluas berapa saja yang mereka mau, atau pulau mana saja yang ingin mereka miliki, sebagai pemenang (Tatak Tab), agar peperangan tidak berlanjut, tidak terbawa keluar (Oba). Mereka tidak menginginkan daratan atau pulau, tetapi mereka memilih ikan bulus yang banyak berada di atas pasir pantai, yang akan bertelur untuk dijadikan bahan Tatak Tab. Dengan itu peperangan terselesaikan atau berakhir di tempat (Oba). Oleh karena itu ikan bulus dikenali (oleh Tabi dan Tabai) dengan nama Tabob (Tab-Ob). Kini yang dipikirkan oleh mereka yaitu bagaimana cara membawa ikan bulus yang telah mati. Rat Badmar dan penduduk memberikan pada Tabi dan Tabai daun dab dengan menerangkan bahwa bila berangkat (berlayar pulang) gunakan daun tersebut dan gamailah, nanti ikan bulus akan ikut sampai tujuan dan akan tinggal menetap di sana. Sewaktu Tabi dan Tabai hendak pulang, seorang penduduk Kovyai yang bernama Karas Bastul Karoi menghiasi ikan bulus dengan membuat kalung leher ikan bulus. Dan yang menjadi pengiring ikan bulus, diberikan satu pasang ikan bandeng (Wumur) dan sepasang ikan bubara (Lanur Besbes). Pada batang ekor ikan bubara, ditaruhnya gelang anyaman dari rotan. Berangkatlah mereka pulang disertai dengan sekawanan ikan bulus yang terdiri dari tujuh ekor vevan fit-ikan bandeng (wumur) dan ikan bubara (langer besbes). Pada pertengahan perjalanan kembali menuju Kei, mereka menggamai/memanggil Tabob dengan menggunakan daun dab, sampai di Kei (Nuhu Muar) nuhu tawun (Dullah), Tabi dan Tabai berlayar langsung menuju Faan-Rumheng turun di Faan Woma Lorngas bertemu dengan penduduk dan membujuk mereka agar tabob bisa dipelihara di Rumheng. Karena penduduk Faan melihat ukuran tabob yang begitu besar, maka mereka menolak dipelihara di Rumheng dengan alasan bahwa nanti kalau air surut (meti) pelabuhan akan dirusakkan, penduduk Faan memerintah untuk memelihara ikan bandeng (wumur) di Faan.
15
tabob menuju Arlo’on. Sampai di Arlo’on mereka tingalkan tabob di antara Tanjung Arat dan Laye (tabob ni Lutur). Penempatan ikan bubara di Laer En Tel dan tabob di Tuun En Fit. Setelah mereka menemukan tempat pemeliharaan bubara dan tabob, mereka kembali berlabuh di pelabuhan pemukimannya. Mereka mendirikan tokong (tongkat/galah) di situ dan menjadi batu (Tabi ni lead), daun Dab diikat di tangar ikan bubara untuk dijaga dan dipelihara oleh Tabai, sedangkan tabob dipelihara oleh Tabi. Setelah itu mereka turun ke darat dan ke pemukiman untuk beristirahat. Pagi hari berikutnya, mereka ke satu telaga untuk membasuh muka. Tai/kotoran mata yang dibuang ke telaga menjadi siput kecil namanya El. Dengan demikian telaga itu dinamakan Telaga El. Perkembangan tabob dan ikan bubara seiring dengan perkembangan waktu. Masyarakat Nufit memanggil tabob dengan sebutan UB. Tabi bisa menangkap tabob dan ikan bubara untuk dimakan kapan saja, jika mereka mau/perlu. Pada suatu hari, Tabai ingin mencicipi daging tabob maka ia ketemu Tabi untuk meminta kalau boleh memberikan kepadanya seekor tabob. Tabi mempersilahkan Tabai menangkap sendiri karena Tabai belum tahu cara menangkap tabob.Tabi memberikan petunjuk menggunakan alat tikam (horan Tal) yang tajam (Tarkihin) dibuat dari gaba-gaba untuk menangkap tabob. Setelah Tabi mendengarkan petunjuk dari Tabai, ia turun ke pantai. Pada saat itu, kebetulan seekor tabob muncul lalu Tabai menikamnya. Namun ternyata alat tikamnya rusak, maka ia pulang memberitahukan kepada Tabai, lalu Tabai pergi ke tempat persembunyian alat tikam yang terbuat dari besi. Saat Tabai keluar mengambil alat tikamnya Tabi dengan diam-diam mengikuti Tabai dari belakang dan melihat alat tikam kepunyaan Tabai. Tabai pergi menagkap Tabob dan berikan kepada Tabi, tetapi Tabai sangat terkejut ketika mendengar cerita bahwa Tabi sudah mengetahui dan melihat alat tikam milik Tabai. Berselang beberapa waktu, Tabi meminta tabob dari Tabai. Karena sudah ketahuan Tabi mengetahui alat tikam Tabai, ia (Tabai) mengatakan (peringatan) bahwa Tabi boleh pergi sendiri asalkan tabob yang berkepala putih jangan ditikam karena itu adalah induknya (Uun Yedyed), karena kalau engkau (Tabi) menikam yang berkepala putih, niscaya tabob akan memutuskan tali dan liar mengganas; tabob akan membongkar luturnya sehingga semua tabob akan lari dan liar. Tabi tanpa menghiraukan nasehat /peringatan Tabai, ia ke Pantai Ngev untuk menangkap Tabob. Saat di pantai Ngev, kebetulan yang muncul adalah yang berkepala putih. Tanpa mempedulikan peringatan/pesan Tabai, ia menikamnya (yang berkepala putih). Induk tabob merontak dengan ganas hingga tali tikaman putus. Pada saat itu mulai tabob liar, ganas serta buas dan lari ke laut setelah membongkar luturnya (pagar batu). Pada saat itu tabob berpesan; ”Bila kalian mencari dan untuk bertemu dengan kami, makanan dan minuman (bekal yang dibawa) harus dihabiskan, baru kita berjumpa di Meti Ngon ten Baf”. Nyanyian pernyataan tabob saat keluar dari tempat pemeliharan ialah “Venan fot ro mtubur tahai nendai mu o … Nen dai mu mavav taan ruslak Nen dai mu o...
Versi kedua, diceritakan secara garis besarnya sebagai berikut:
16
sebagai pelindung. Raja pun menyerang mereka dengan angin yang kencang tetapi mereka tidak apa-apa. Sekarang giliran mereka kembali menyerang dengan cara ikan duri menyemburkan air ke desa mereka dan hampir tenggelam sehingga mereka pun menyerah. Karena kemenangan tersebut, mereka mendapat pemberian tabob, sepasang ikan bubara, ikan bandeng (wumur) yang mengikuti belakang perahu mereka. Mereka pun membawa tempat sirih (Ngutunrit). Perjalanan pulang, mereka ke Faan dan memberikan ikan bandeng (wumur) dan bagian bawah dari tempat sirih (tenanbes). Di sini, mereka mengangkat pela dalam bentuk mengisap darah agar menyatu dalam segala hal, susah bersama, dan tidak bisa saling kawin. Dalam perjalanan selanjutnya, mereka memangkur sagu lalu sisa/ampas yang disebut ela di buang ke laut dan menjadi pulau Uut. Kemudian perjalanan dilanjutkan, dan anak laki-laki Tobi yang bernama Sowe Kurmas meninggal. Selanjutnya, mereka melakukan perjalanan dan tiba di Larngangas, membuang abu rokok di teluk dan menjadi ikan samandar yang bagian kepalanya terasa pahit. Mereka terus melakukan perjalanan, dan di tengah laut, mereka membuang sisa/ampas kelapa dan menjadi pulau Nur Ngufa. Kemudian puntung rokok di buang dan menjadi ikan serseran/ikan terbang, kotoran badan di buang dan menjadi ikan kepala batu. Mereka pun tiba di Arat dan di sini tongkat/tokong berubah menjadi batu. 9
Versi ketiga pada umumnya sama dengan cerita sebelumnya, namun memiliki
perbedaan-perbedaan tertentu. Ceritanya sebagai berikut:
Tabob berasal dari Papua/Irian (et nabai). Tobi dan Tobai berasal dari Irian/Papua. Bukan mereka mencari nyiru yang hilang, tetapi tempurung/kulit yang digunakan untuk mencuci rambut. Oleh karena itu mereka mencari benda ini dan berperang dengan orang di sekitar tempat mereka berasal yaitu Papua dalam arti bertaruh kekuatan. Masyarakat disitu membuat angin kencang, namun Tobi dan Tobai tidak apa-apa. Giliran mereka membalas, angin kencang membuat rumah-rumah roboh dan hancur. Karena memenangkan pertarungan maka mendapatkan tabob sebagai hadiah. Mereka pun berangkat dan kembali ke Kei Besar Utara membawa tabob sebagai imbalan kemenangan dan tinggal di situ. Mereka juga membawa ikan bubara. Kemudian berlabuh di pulau depan Elat, dan ke Faan. Mereka kemudian merangkat ke luar dari Faan mengangkat penutup besi, kuningan dan mengangkat pela dengan Faan. Mereka berangkat dari situ dan ditengah perjalanan mereka membuang ampas sagu dan menjadi pulau Uut. Mereka melanjutkan perjalanan ke tanjung Nudin, di sini anak lelaki mereka meninggal dan dikuburkan di situ dengan tanda batu. Sampai di Debut, mereka membuang ampas kelapa dan menjadi pulau Nur Nguva. Lanjut lagi ke Waab, dan berlabuh. Mereka bertemu dengan seseorang yang sedang mencari ikan dan memberitahukan bahwa mereka mencium bau api. Mereka singgah di Waab dan menaruh bambu air di situ sebagai batas Nufit. Mereka pun melanjutkan perjalanan ke meti Sirlak. Di situ mereka meninggal ikan serseran, ngam di tanjung. Mereka berangkat ke Tanjung Arat dan mengambil tokong dan menancapkan ke daratan. Tokong ini pun menjadi batu. Mereka berlabuh satu dua hari di sini. Mereka kemudian ke tanjung Doan, mengambil ketupat, memakannya dan mengambil daun ketupat melempar ke arah tanjung hingga berlubang. Mereka ke abwavan dan tinggal di situ dengan membawa tabob. Tobai memelihara tabob. Mereka membagi batas tanah dari Waab hingga ke Ohoidertutu adalah batas wilayah Nufit. Batas-batas Nufit karena perjalanan Tobi Tobai yang bertemu dengan orang Waab dan menentukan batas tanah. Di sini Nufit terbentuk.10
9Wawancara dengan Bpk G. Rumheng, SH (camat Kei Kecil Barat, anggota masyarakat ohoi Ur)
pada hari Sabtu, 4 Agustus 2012.
10Wawancara dengan Bpk J. Janwarin (bergelar kapitan karena menurut sejarah adat beliau pernah
17
Versi keempat memiliki kesamaan dalam hal perbuatan ajaib yang dilakukan Tobi
dan Tobai, namun berbeda dalam hal asal usul kedua orang ini. Garis besar ceritanya
sebagai berikut:
Tabi dan Tabai bukan dari Bali atau Irian, tetapi adalah orang Kei Kecil Barat asli. Dulu, apa yang dilakukan seseorang akan jadi seperti ang dinginkan. Anak mereka sementara membersihkan padi, lalu ditiup angin selatan. Nyiru itu pun diterbangkan angin (sekarang menjadi pulau depan Elat yaitu Sifat artinya nyiru). Anak ini pun menangis meminta untuk mencari benda tersebut. Kedua orang ini pun mencari melewati Kei Kecil, Kei Besar hingga ke Papua daerah kekuasaan Raja Mata Ampat. Kemudian mereka mengambil keputusan untuk berperang namun bukan dengan senjata namun dengan angin, ombak. Raja Mata Ampat terlebih dahulu menyerang. Dulu, perahu yang digunakan Tabi dan Tabai memiliki semang dari ikan saku, jangkar dari gurita, timba ruang dari ikan durian, rumah dari burung elang. Selama tiga malam mereka diserang namun tidak apa-apa. Mereka kemudian membalas menyerang, dan berhasil menghancurkan rumah penduduk. Karena itu mereka menyerah kalah. Karena menang, maka mereka di berikan imbalan dengan memilih sendiri apa yang disukai untuk dibawa pulang, karena itu mereka memilih tabob. Tiba waktunya mereka pulang, membawa tabob dan daun dab afmas. Mereka pun ke Wair (Kei Besar Utara Timur), kemudian ke Ohoiel dan menitipkan ikan bibi di situ. Mereka kemudian ke tanjung Kei Besar Atas dan menyeberang ke Elar, dan ke Rumaat dan menitipkan ikan bulana di situ. Kemudian ke Faan, karena mereka ingin mengambil bekal maka singgah di sini. Mereka mengambil sagu sebagai bekal dan mengambil bagian atas/penutup dari tempat bekal, bagian bawahnya ketinggalan di Faan. Dari sini muncullah ikatan pela dengan Faan. Jangkar mereka lepas dan menjadi pulau Fair. Lalu mereka tiba di Dudunwahan/Sidniohoi mereka mengangkat kucing dan membawa ke Ngursit. Mereka tiba di tanjung Nadiun, anak laki-laki meninggal dan ada tanda batu. Dulu semuanya serba jadi batu. Mereka pun tiba di Namar sudah siang. Isterinya mencuci rambut dan sisa/ampas kelapa di buang di depan Debut menjadi pulau Nur Nguva. Membuang puntung rokok menjadi ikan balobo yang kepalanya pahit (Ohoira-Ohoiren). Bagian Somlain, mereka membuang kotoran kulit menjadi ikan kepala batu. Tiba di El, mereka membuang kotoran mata menjadi siput bernama El dan telaga itu dinamakan telaga El. Tokong/tongkat pun ditancapkan dan menjadi batu. Tabob di bawa ke abwavan. Mereka meletakan ikan bubara di ohoi Ohoidertutu. Kemudian mereka meletakkan perahu di Ohoidertom. Melewati tanjung, ia melemparkan ketupat hingga tanjung terbelah dan terpisah menjadi sebuah pulau.11
Versi kelima berbeda dengan versi-versi sebelumnya. Secara garis besarnya sebagai
berikut:
Nama sebenarnya bukan Tobi Tobai tetapi Labi Labai beasal dari Buton. Mereka berjalan mencari seseorang yang terdampar/hanyut sejak kecil di meti Ngon Ten Baf dan ditemukan oleh orang Madwaer. Orang Madwaer kemudian menjadikannya sebagai pesuruh (mengambil air, kayu bakar, dan sebagainya), tetapi ketika dia menjadi orang suruhan, mereka kemudian sakit. Dari sini mereka berpikir orang tersebut bukan sembarang orang dan mereka menjadikan dia Raja Mangrib (karena ia terdampar sore hari). Labi Labai ingin mencari anak yang hilang ini untuk memberikan harta yang menjadi bagiannya. Mereka mencari anak yang hilang ini dengan melakukan perjalan hingga ke Papua. Di sana mereka melakukan
11Wawancara dengan Bpk Z. Rahakbau (tokoh masyarakat ohoi Ur) pada hari Sabtu, 8 September
18
pertarungan dan menang, sehingga membawa tabob dari Papua/Irian. Mereka meninggalkan ikan wumur di Faan, beserta Ngutunrit. Di Madwaer ada telaga kecil sebagai bukti perjalanan mereka.12
Lampiran VI
Peta Ohoi Madwaer
Peta Ohoi Ohoiren
12Wawancara dengan Bpk M. Rahakbau (anggota masyarakat ohoi Ohoiren) pada hari Minggu, 9
19
20
Lampiran VI
21
Lampiran VII
Rumah Raja Mangrib di Madwaer
Kantor desa yang sementara dalam
pembangunan, karena itu rumah
pejabat difungsikan sementara sebagai
kantor dan tempat pertemuan.
22
Gereja Jemaat Madwaer yang sementara digunakan sambil
menunggu pembangunan gedung gereja baru
23
Rumah kepala desa sekaligus sebgai kantor
desa.
Siran
sebagai tempat pertemuan adat
Nuift yang sudah tidak difungsikan lagi.
Posyandu di ohoi Ohoiren
Sekolah Dasar Nasional Katolik di
Ohoiren
24
[image:24.612.101.527.86.671.2]Aktivitas peneliti bersama beberapa warga mengunjungi tempat-tempat sejarah
tabob di Madwaer
25
Wawancara dengan beberapa
anggota masyarakat Ohoi
Ohoiren
Wawancara dengan kapitan
Ohoiren
Bersama beberapa warga Madwaer dan
seorang warga Ohoira yang ikut mencari
dan menikam tabob
Peneliti bersama dengan Pejabat dan
26
Wawancara dengan tokoh masyarakat dan tuan tanah
ohoi Ur
Wawancara dengan seorang kepala
marga dan anggota masyarakat ohoi
Ohoira
27
Wawancara dengan pejabat
dan staf ohoi serta beberapa
warga Somlain
Seorang warga Somlain sedang
menjelaskan tentang lagi-lagu
tabob kepada peneliti
Peneliti bersama dengan Raja
Mantilur di Somlain.
Bersama Ketua dan anggota
Majelis Jemaat GPM
28
Lampiran VIII
Dokumentasi Tradisi Pencarian Tabob di Madwaer
Beberapa warga Madwaer saling membantu mendorong perahu untuk melakukan
pencarian tabob
29
Beberapa orang warga sedang melakukan pemotongan tabob sambil
berpedoman pada syarat dan aturan yang telah ditetapkan yaitu
memisahkan bagian-bagian terlarang/
pamali
terlebih dahulu yang
dikhususkan kepada orang yang mencari tabob dengan bagian
30
Bagian tali perut tabob yang sedang dibersihkan oleh beberapa anak
Bagian kulit dan kepala yang sedang di potong dan dibersihkan
31