• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Organisasi Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang dalam Upaya Mensejahterakan Anggotanya Melalui Pendidikan Non Formal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Organisasi Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang dalam Upaya Mensejahterakan Anggotanya Melalui Pendidikan Non Formal"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

59 DAFTAR INFORMAN

No Nama Alamat Usia Pekerjaan

1. Eppy Agus Purwoko Djati

- - Ketua Dharma Wanita

Persatuan Kabupaten Semarang dan Dosen 2. Wuryanti Sudjiwo Gang Cikal (belakang

Toserba Murah) Tuntang

54 Penyuluh BKKBN dan pengurus Dharma Wanita KabupatenSemarang bidang Pendidikan

3. Herlina Triyoga - 49 Pengurus Dharma Wanita

sebagai wakil ketua bidang ekonomi

4. Ani Sutrianingsih Jl. Kartini, Gg Setenan, Ungaran

41 Ibu Rumah Tangga dan Anggota Dharma Wanita Kabupaten Semarang dari UPEL Dinas Perhubungan 5. Ayu Setyawati Sebantengan, Ungaran 23 Fulltimer Dharma Wanita 6. Tri Haksanti Jl. Purna Karya III

No. 11, Ungaran

- Pengusaha Lerak “Sekar Tantri”

7. Wahyu Wibowo Bandaran, Ungaran 43 Anggota Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang dari UPEL Dinas Perhubungan

8. Slamet Riadi Bawen 48 Anggota dari Dharma Wanita

(2)

60 ANGGARAN DASAR DHARMA WANITA

BAB I

NAMA, WAKTU, SIFAT, DAN KEDUDUKAN ORGANISASI

Pasal 1

Organisasi ini bernama Dharma Wanita Persatuan yang disingkat DWP

Pasal 2

Dharma Wanita Persatuan ditetapkan pada Munas Luar Biasa Dharma Wanita, tanggal 7 Desember 1999, di Jakarta untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 3

(1) Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi kemasyarakatan yang menghimpun dan membina istri pegawai negeri sipil dengan kegiatan dalam bidang pendidikan, ekonomi dan sosial budaya

(2) Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi mandiri yang tidak terikat pada partai politik manapun.

Pasal 4

Organisasi DharmWanita Persatuan berpusat di ibukota negara Republik Indonesia.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 5

Asas organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah Pancasila.

Pasal 6

Tujuan organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah terwujudnya kesejahteraan anggota dan keluarganya pada khususnya serta masyarakat paa umumnya melalui peningkatan kualitas sumber daya anggota, untuk mendukung tercapainya tujuan nasional berdaasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB III

TUJUAN DAN FUNGSI

Pasal 7 Tugas Pokok Dharma Wanita Persatuan adalah

(3)

61 (b) Membina anggota dalam memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, menjalin hubungan kerja sama dengan berbagai pihak, serta meningkatkan kepedulian sosial.

Pasal 8

Dharma Wanita Persatuan berfungsi sebagai wadah pembinaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan Tugas Pokok Organisasi sebagaimana dimaksud Pasal 7.

BAB IV KEANGGOTAAN

Pasal 9 (1) Anggota Dharma Wanita Persatuan adalah

(a) istri pegawai negeri sipil;

(b) istri pejabat negara bidang pemerintahan; (c) istri pensiunan dan janda PNS

(d) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang belum berstatus persero;

(e) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang sudah berstatus persero;

(f) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan Hukum Milik Negara (BHMN)

(g) istri kepala Perwakilan Republik Indonesia (RI) di luar negeri;

(h) istri perangkat pemerintahan kelurahan atau nama lain yang sederajat; (i) istri anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri purnawirawan

TNI, istri Polisi Republik Indonesia (Polri), dan istri purnawirawan Polri yang suaminya ditugasi dalam lingkungan instansi pemerintahan sipil;

(j) PNS perempuan dan pensiunan PNS perempuan

(2) Keanggotaan Dharma Wanita Persatuan terdiri dari (a) anggota biasa

(4)

62 BAB V

ORGANISASI DAN UNSUR PELAKSANA

Bagian Pertama Organisasi

Pasal 10 Organisasi Dharma Wanita Persatuan terdiri dari

(a) DWP Pusat

(b) DWP Instansi Pemerintah Pusat (c) DWP Provinsi

(d) DWP Kabupaten/ DWP Kota

(e) DWP Kecamatan/ nama lain yang sederajat (f) DWP Kelurahan/ nama lain yang sederajat

Bagian Kedua Unsur Pelaksana

(1) Unsur Pelaksana DWP Pusat adalah (a) DWP Instansi Pemerintahan Pusat (b) DWP Provinsi

(2) Unsur Pelaksana DWP Instansi Pemerintah Pusat adalah DWP pada setiap unit kerja masing-masing.

(3) Unsur pelaksana DWP Departemen Luar Negeri meliputi DWP Perwakilan Pemerintah RI di luar negeri dan dalam negeri.

(4) Unsur pelaksana DWP Provinsi adalah

(a) DWP Instansi Vertikal Pemerintah Pusat di Provinsi; (b) DWP Instansi Pemerintah Provinsi;

(c) DWP Kabupaten/ DWP Kota.

(5) Unsur pelaksana DWP Kabupaten/ DWP Kota adalah

(a) DWP Instansi Vertikal Pemerintah Pusat di kabupaten/ DWP Instansi Pemerintah Pusat di kota;

(b) DWP instansi pemerintah provinsi di kabupaten/ instansi pemerintah provinsi di kota;

(c) DWP instansi pemerintah kabupaten/ DWP instansi pemerintah kota; (d) DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat.

(5)

63 BAB VI

KEPENGURUSAN

Bagian Pertama

Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat

Pasal 12

Pangurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah pengurus pada tingkat nasional.

Pasal 13

(1) Susunan Pengurus Dharma Wanita Persatuan pusat terdiri dari (a) Ketua umum

(b) Beberapa orang ketua (c) Sekretaris jenderal

(d) Tiga orang ketua bidang, dan (e) Tiga orang wakil ketua bidang.

(2) Ketua umum dipilih oleh unsur pelaksana DWP Pusat dari calon yang diusulkan oleh unsur pelaksana DWP Pusat dan/ atau calon dari pengurus DWP Pusat yang ditetapkan dalam Munas;

(3) Pangurus Dharma Wanita Persatuan Pusat sebagaimana dimaksud Ayat (1) Hruf (b), Huruf (c), Huruf (d), Huruf (e) dipilih dari utusan Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat dan ditetapkan oleh ketua umum.

(4) Sekretaris jenderal memimpin sekretariat jenderal yang membawahi (a) Bagian Organisasi,

(b) Bagian Administrasi Umum, (c) Bagian Keuangan, dan (d) Bagian Humas dan Informasi

(5) Ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Huruf (d) Pasal 13 ini terdiri dari

(a) Ketua Bidang Pendidikan (b) Ketua Bidang Ekonomi, dan (c) Ketua Bidang Sosial/ Budaya

Pasal 14

Tugas dan wewenang pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah

(a) Menetapkan kebijaksanaan umum organisasi sesuai dengan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, Keputusan Musyawarah Nasional, dan Rapat Kerja Nasional

(6)

64 (c) Mengesahkan susunan pengurus dan/atau

Ketua Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat dan Dharma Wanita Persatuan Provinsi;

(d) Melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Dharma Wanita Persatuan oleh Ketua Umum.

Bagian Kedua

Pengurus Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan/Nama Lain yang Sederajat dan

Kelurahan/Nama Lain yang Sederajat

Pasal 15

(1) Susunan pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan/ nama lain yang sederajat dan DWP Kelurahan/ nama lain yang sederajat terdiri dari :

(a) ketua, (b) wakil ketua, (c) sekretaris, (d) bendahara, dan

(e) 3 (tiga) orang ketua bidang.

(2) Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota.

(3) Ketua DWP Provinsi dipilih dari utusan unsur pelaksana Dharma Wanita Persatuan Provinsi dan atau calon yang diusulkan oleh DWP Provinsi yang ditetapkan dalam Musyawarah Dharma Wanita Persatuan Provinsi.

(4) Ketua DWP Kabupaten/DWP Kota dipilih dari utusan unsur pelaksana Dharma Wanita Persatuan Kabupaten/DWP Kota dan atau calon yang diusulkan oleh DWP Kabupaten/DWP Kota yang ditetapkan dalam Musyawarah Dharma Wanita Persatuan Kabupaten/DWP Kota.

(5) Ketua DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota.

(6) Ketua DWP Kelurahan atau nama lain yang sederajat dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota.

Pasal 16

(7)

65 (a) menetapkan kebijaksanaan organisasi pada lingkungan masing-masing

sesuai dengan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, Keputusan Musyawarah Nasional, dan kebijaksanaan pemimpin organisasi satu tingkat di atasnya;

(b) menetapkan dan melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan situasi dan kondisi;

(c) Mengevaluasidan melaporkan pelaksanaan dan hasil program kerja kepada pengurus DWP satu tingkat di atasnya;

(d) mengesahkan organisasi, pengurus, dan/atau ketua DWP satu tingkat di bawahnya.

Pasal 17

(1) Masa bakti pengurus pada semua tingkat kepengurusan adalah lima tahun, dari munas ke munas.

(2) Jika dalam kurun waktu masa bakti pengurus sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal 17 ini karena satu dan lain hal tidak dapat melaksanakan tugasnya, dilakukan penggantian pengurus antarwaktu.

(3) Jika dalam kurun waktu masa bakti Ketua Umum beralangan tetap, dilakukan penggantian Ketua Umum antar waktu yang dipilih dari salah satu Ketua melalui rapat pengurus DWP Pusat dengan persetujuan tertulis dari pengurus DWP Provinsi

Bagian Ketiga Wilayah Kerja

Pasal 18

(1) Wilayah kerja pengurus DWP Pusat meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

(2) Wilayah kerja pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat meliputi instansi masing-masing yang berada di tingkat pusat.

(3) Wilayah kerja pengurus DWP Departemen Luar Negeri meliputi instansi Departemen Luar Negeri yang berada di pusat dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

(4) Wilayah kerja pengurus DWP Provinsi meliputi wilayah provinsi.

(8)

66 (6) Wilayah kerja pengurus DWP Kecamatan atua nama lain yang sederajat

meliputi wilayah kecamatan.

(7) Wilayah kerja pengurus DWP Kelurahan atau nama lain yang sederajat meliputi wilayah kelurahan.

BAB VII

PELINDUNG, PENASIHAT UTAMA, DEWAN PENASIHAT, DAN PENASIHAT

Bagian Pertama Pasal 19

(1) Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia adalah Pelindung DWP. (2) Istri Presiden adalah Penasihat Utama DWP.

(3) Istri Wakil Presiden adalah Wakil Penasihat Utama DWP.

Bagian Kedua Pasal 20 (1) Dewan Penasihat Dharma DWP terdiri dari :

(a) istri Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), (b) istri Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),

(c) istri Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), (d) istri Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), (e) istri Ketua Mahkamah Agung (MA), dan (f) istri menteri.

(2) Dewan Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan, baik ketika diminta maupun tidak diminta, kepada pengurus DWP Pusat.

Bagian Ketiga Penasihat

Pasal 21

(1) Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, Ketua MA, Ketua DPD, menteri, ketua/kepala lembaga pemerintah non kementerian, kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, Sekretaris Jenderal MPR, Sekretaris Jenderal DPR, Sekretaris Jenderal BPK, Sekretaris Jenderal MA, gubernur, wakil gubernur, bupati/walikota, wakil bupati/wakil walikota, camat, lurah, pemimpin BUMN, dan pemimpin BUMD yang belum dan yang sudah berstatus persero adalah Penasihat DWP instansi pemerintah yang bersangkutan.

(9)

67 Kabupaten/Kota juga merupakan Penasihat DWP Sekretariat Daerah yang bersangkutan.

(3) Istri Ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua DPD, istri Ketua BPK, istri Ketua MA, istri menteri, istri gubernur, istri wakil gubernur, istri bupati/istri walikota, dan istri wakil bupati/istri wakil walikota, adalah Penasihat DWP instansi pemerintah yang bersangkutan.

(4) Pemimpin unit kerja, instansi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan atau nama lain yang sederajat dan kelurahan atau nama lain yang sederajat, adalah Penasihat DWP instansi pemerintah yang bersangkutan.

Tugas dan Tanggung Jawab Penasihat Pasal 22

Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 mempunyai tugas dan tanggung jawab :

(a) mengayomi serta memberi saran dan pertimbangan untuk kemajuan bagi organisasi;

(b) memberi masukan dan arahan pada program organisasi;

(c) berperan serta dalam membangun citra organisasi yang positif.

BAB VIII

MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 23

(1) Musyawarah Dharma Wanita Persatuan diselenggarakan pada tingkat nasional dan daerah.

(2) Musyawarah nasional adalah forum tertinggi organisasi yang berwenang (a) Menetapkan dan atau mengubah anggaran dasar

(b) Menetapkan program kerja

(c) Mengevaluasi laporan pertanggungjawaban ketua umum (d) Memilih dan menetapkan ketuan umum, dan

(e) Menetapkan keputusan lainnya.

(3) Musyawarah nasional sebagaimana dimaksud dala Ayat (1) Pasal 23 ini dilaksanakan dalam lima tahun sekali.

(4) Musyawarah Daerah terdiri dari (a) musyawarah provinsi dan (b) musyawarah kabupaten/ kota.

(10)

68 (6) Musyawarah daeah sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4) Pasal 23 ini

dilaksanakan dalam 5 (lima) tahun sekali.

(7) Dalam hal terjadi keadaan yang dinilai berpengaruh besar terhadap kelangsungan organisasi, dapat diselenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa atas dasar persetujuan lebih dari separuh jumlah unsur pelaksana DWP Pusat dan DWP Provinsi.

Pasal 24

(1) Rapat Dharma Wanita Persatuan terdiri dari (a) rapat anggota

(b) rapat kerja

(c) rapat pengurus, dan (d) rapat koordinasi

(2) Rpat anggota adalah pertemuan antara pengurus dan para anggota yang berkewajiban menyampaikan hasil Munas/ Musda dan berwenang untuk

(a) menetapkan program kerja

(b) mengevaluasi laporan pertanggungjawabab Ketua Dharma Wanita Persatuan yang bersangkutan

(c) memilih dan menetapkan Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dan Ketua DWP unit kerja di lingkungannya.

(d) Memilih dan menetapkan ketua DWP instansi pemerintah provinsi dan ketua DWP instansi pemerintah kabupaten/ kota.

(e) Menetapkan keputusan lainnya.

(3) Rapat kerja diselenggarakan untuk membahas, mengkoordinasikan, serta mengintensifkan pelaksanaan program kerja dan kegiatan sesuai dengan kebijaksanaan organisasi yang telah ditetapkan.

(4) Rapat pengurus adalah pertemuan periodik antara ketuan dan anggota pengurus untuk membahas dan mengambil putusan tentang masalah organisasi dan kegiatan dalam lingkungannya.

(5) Rapat koordinasi adalah pertemuan antara pengurus dan dewan penasihat/ penasihat serta pihak lain pada semua tingkat kepengurusan.

BAB IX

ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 25

(11)

69 (2) Ketentuan tentang atribut sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diatur lebih

lanjut dalam anggaran rumah tangga

BAB X KEUANGAN

Pasal 26

(1) Keuangan organisasi DWP diperoleh dari (a) iuran anggota

(b) sumbangan lain yang tidak mengikat, dan (c) usaha lain yang sah

(2) Keuangan organisasi DWP diverifikasi setiap tahun.

BAB XI

PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 27

(1) Pembubaran organisasi DWP ditetapkan dengan Keputusan Musyawarah Nasional yang secara khusus diselenggarakan untuk itu setelah Pemimpin DWP Pusat melakukan konsultasi dengan Pelindung, Penasihat Utama, dan Dewan Penasihat serta memperhatikan usul dari Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dan ketua DWP Provinsi.

(2) Dalam hal organisasi DWP dibubarkan, status kekayaan organisasi ditetapkan dan diatur lebih lanjut oleh setiap pengurus DWP pada semua tingkatan serta memperhatikan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh DWP Pusat.

(3) Pembubaran organisasi pada unsur pelaksana dapat dilakukan jika (a) organisasi kedinasan dibubarkan dan

(b) organisasi kedianasan dilikuidasi

(4) Dalam hal organisasi unsur pelaksana dibubarkan, status kekayaan organisasi ditetapkan lebih lanjut oleh pengurus DWP bersangkutan dengan berdasarkan hasil musyawarah para anggota dan memperhatikan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pengurus DWP satu tingkat di atasnya.

BAB XII

TINDAK LANJUT MUSYAWARAH NASIONAL

Pasal 28

(12)

70 (2) Kepengurusan Dharma Wanita Persatuan pada semua tingkatan telah disahkan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak putusan Musyawarah Nasional ditetapkan.

(3) Kepengurusan yang belum sempat melaksanakan serah terima jabatan pada akhir tahun berjalan tetap harus membuat dan mengesahkan program kerja satu tahun ke depan terhitung tanggal 1 Januari s.d 31 Desember.

BAB XII LAIN-LAIN

Pasal 29

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran dasar ini diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga Dharma Wanita Persatuan

(2) Anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) Pasal 29 ini ditetapkan oleh pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat.

BAB XIV PENUTUP

Pasal 30

(1) Dengan penyempurnaan Anggaran Dasar Dharma Wanita Persatuan ini, Anggaran Dasar Hasil Munas I Tahun 2004 dinyatakan tidak berlaku lagi. (2) Anggaran Dasar hasil penyempurnaan Munas II Dharma Wanita Persatuan

mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Desember 2009 Musyawarah Nasional II Dharma Wanita Persatuan Sidang Paripurna

(13)

71 ANGGARAN RUMAH TANGGA DHARMA WANITA PERSATUAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Anggaran Rumah Tangga ini selanjutnya disingkat ART yang dimaksud dengan

(1) Anggaran Dasar selanjutnya disingkat AD adalah Anggaran Dasar sebagaimana ditetapkan dalam Musyawarah Nasional I Dharma Wanita Persatuan Nomor: KEP 01/MN II DWP/XII/2009; tanggal 9 Desember 2009.

(2) Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif terhadap lembaga-lembaga pemerintahan seperti kementerian, kantor menteri negara, lembaga-lembaga pemerintah nonkementerian, Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Sekretariat Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Sekretariat Jenderal Mahkamah Agung (MA), Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah (DPD), badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMD), badan hukum milik negara (BHMN), dan pemerintah daerah beserta jajaran organisasi dalam lingkungannya.

(3) Instansi Pemerintah Pusat yang disingkat IPP terdiri dari : (a) kantor menteri negara koordinator

(b) kementerian;

(c) kantor menteri negara;

(d) lembaga pemerintah nonkementerian;

(e) Sekretariat Jenderal MPR, Sekretariat Jenderal DPR, Sekretariat Jenderal BPK, Sekretariat Jenderal MA, Sekretariat Jenderal DPD;

(f) BUMN termasuk bank-bank milik pemerintah;

(g) Badan hukum milik negara (BHMN)

(4) Instansi vertikal adalah satuan organisasi pemerintahan pusat yang berada di wilayah/ daerah, seperti kantor wilayah (Kanwil) kementerian dan kantor lembaga pemerintah nonkementerian.

(14)

72 (6) DWP Unit Kerja Instansi Pemerintah adalah DWP pada satuan organisasi pemerintah yang mempunyai kedudukan, nama, dan tingkatan sesuai dengan struktur organisasi instansi pemerintah yang bersangkutan.

BAB II KEANGGOTAAN

Bagian Pertama

Anggota, Hak, Kewajiban, dan Larangan

Pasal 2

(1) Anggota biasa adalah

(a) istri pegawai negeri sipil (PNS);

(b) istri pensiunan dan janda pegawai negerisipil (PNS) yang tidak menyatakan dirinya berkeberatan menjadi anggota;

(c) istri pegawai dan istri pensiunan badan usaha milik negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah (BUMD) yang belum berstatus persero;

(d) istri pegawai BUMN dan BUMD yang sudah berstatus persero; (e) istri pegawai BMHN;

(f) istri kepala perwakilan Republik Indonesia (Rl) di luar negeri yang tidak menyatakan dirinya berkeberatan menjadi anggota;

(g) istri walikota, istri wakil walikota, dan istri bupati, istri wakil bupati di Provinsi DKI Jakarta.

(h) istri pejabat/petugas yang menyelenggarakan pemerintahan desa yang tidak menyatakan dirinya berkeberatan menjadi anggota.

(i) istri anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri purnawirawan TNI, istri Polisi Republik Indonesia (Polri), istri purnawirawan Polri yang suaminya ditugaskan pada instansi pemerintah sipil yang menyatakan dirinya tidak berkeberatan menjadi anggota;

(2) Anggota luar biasa adalah : (a) istri menteri

(b) istri gubernur dan istri wakil gubernur

(c) istri bupati dan istri walikota; istri wakil bupati dan istri wakil walikota; (d) istri pemimpin BUMN dan BUMD yang belum berstatus persero, dan berasal dari partai politik.

(e) istri pemimpin BUMN dan BUMD yang sudah berstatus persero;

(f) istri pemimpin BHMN

(15)

73 (3) Anggota kehormatan adalah :

(a) istri Ketua MPR

(b) istri Ketua DPR

(c) istri Ketua BPK

(d) istri Ketua MA

(e) istri Ketua DPD

(f) mantan Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan;

(h) mantan Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan

(4) Keanggotaan istri PNS yang berstatus warga negara asing (WNA) ditetapkan oleh ketua DWP yang bersangkutan atau ketua DWP satu tingkat di atasnya.

(5) Keanggotaan di luar ketentuan sebagaimana tercantum pada Pasal 2 Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3), Ayat (4) ditetapkan oleh Ketua Umum DWP melalui surat keputusan.

Pasal 3

(1) Anggota biasa mempunyai hak : (a) memberikan pendapat dan saran;

(b) memilih dan dipilih menjadi pengurus;

(c) memperoleh manfaat dan pengayoman dari organisasi.

(2) Anggota luar biasa mempunyai hak :

(a) Memberikan pendapat dan saran;

(b) Memperoleh manfaat dari organisasi

(3) Anggota kehonnatan mempunyai hak : (a) Memberikan pendapat dan saran (b) Memperoleh manfaat dari organisasi

Pasal 4 Anggota mempunyai kewajiban untuk :

(a) menjunjung tinggi kehormatan bangsa, negara, dan pemerintah Republik Indonesia;

(b) menjaga persatuan dan kesatuan serta memelihara nama baik organisasi; (c) menaati dan melaksanakan ketentuan organisasi;

(d) berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi;

(e) memberikan sumbangan tenaga dan pikiran bagi kemajuan organisasi; (f) membayar iuran.

Pasal 5

(16)

74 (b) membawa aspirasi partai politiknya ke dalam lingkungan organisasi.

Pasal 6 Keanggotaan DWP berakhir jika :

(a) meninggal dunia;

(b) jika tidak memenuhi ketentuan keanggotaan sebagaimana tercantum pada ART Pasal 2.

BAB III KEPENGURUSAN

Bagian Pertama

Susunan, Tugas, dan Wewenang Pengurus DWP Pusat

Pasal 7 (1) Susunan pengurus inti DWP Pusat terdiri dari :

(a) ketua umum;

(b) beberapa orang ketua; (c) sekretaris jenderal; (d) tiga orang kedua bidang;

(2) Ketua Umum dipilih oleh unsur pelaksana DWP Pusat dari calon yang diusulkan oleh unsur pelaksana DWP Pusat dan atau calon dari pengurus DWP Pusat yang ditetapkan dalam Munas

(3) Pengurus DWP Pusat sebagaimana dimaksud Ayat (1), Huruf (b), (c), (d),dan anggota pengurus lainnya dipilih dari utusan DWP Instansi Pemerintah Pusat dan ditetapkan oleh ketua umum.

(4) Susunan organisasi sekretariat jenderal terdiri dari : (a) Bagian Organisasi,

(b) Bagian Administrasi Umum, Bagian Keuangan, (c) Bagian Informasi dan Humas

(5) Susunan pengurus bagian sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4) Huruf (a), (b), (c), dan (d) pasal 7 ini terdiri dari :

(a) seorang kepala bagian;

(b) beberapa anggota sesuai dengan keperluan.

(6) Susunan pengurus bidang sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Huruf (d) pasal ini terdiri dari

(a) seorang ketua, (b) seorang wakil ketua, (c) seorang sekretaris, dan

(d) beberapa orang anggota sesuai dengan keperluan.

(17)

75 Pasal 8

(1) Tugas dan wewenang pengurus DWP Pusat adalah :

(a) menetapkan kebijaksanaan umum organisasi pada tingkat nasional sesuai dengan anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional, dan hasil Rapat Kerja Nasional;

(b) memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan umum yang telah ditetapkan dan dilaksanakan oleh unsur pelaksana DWP;

(c) melakukan pembinaan organisasi dalam bentuk, antara lain, penetapan pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan kegiatan.

(2) Ketua umum mempunyai tugas dan wewenang

(a) memimpin dan membina organisasi DWP;

(b) menetapkan kebijaksanaan organisasi sebagaimana digariskan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional;

(c) menyampaikan pertanggungjawaban tugasnya pada Musyawarah Nasional DWP;

(d) melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama DWP.

(3) Para ketua mempunyai tugas dan wewenang

(a) bersama ketua umum dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) pasal 8 ini;

(b) mewakili ketua umum dalam mengkoordinasikan tugas yang bersifat teknis operasional;

(c) memantau dan mengevaluasi kegiatan organisasi sesuai dengan bidang tugas masing-masing;

(d) melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada ketua umum.

(4) Sekretaris Jenderal mempunyai tugas dan wewenang

a) memimpin dan membagi tugas di lingkungan Sekretariat Jenderal DWP Pusat;

b) merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi untuk ditetapkan oleh ketua umum;

c) menyelenggarakan pengelolaan administrasi dalam rangka mendukung kelancaran tugas-tugas organisasi;

d) menyelenggarakan pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

(18)

76 f) melakukan hubungan kerja/kerja sama dengan lembaga/organisasi

lain, sesuai dengan petunjuk ketua umum;

g) melaksanakan tugas-tugas lain atas petunjuk ketua umum h) melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua umum.

(5) Ketua bidang mempunyai tugas

(a) memimpin dan membagi tugas di lingkungan bidang masing-masing;

(b) menjabarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh ketua umum dalam bentuk pelaksanaan program kerja masing-masing;

(c) melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua umum.

(6) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) dijabarkan lebih lanjut dalam Pedoman Tata Keija DWP.

Bagian Kedua

Susunan, Tugas, dan Wewenang Pengurus Unsur Pelaksana DWP Pasal 9

(1) Susunan pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat dan DWP Kelurahan atau nama lain yang sederajat terdiri dari :

(a) seorang ketua (b) wakil ketua

(c) sekretaris bendahara; (d) tiga orang ketua bidang

(e) pada Huruf (b), (c), (d), dan (e) dapat ditambah seorang atau lebih wakil dan anggota pengurus sesuai dengan keperluan.

(2) Pengurus DWP pada unsur pelaksana/unit kerja dapat dibentuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi, yang sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara.

(3) Tugas dan wewenang pengurus DWP pada unsur pelaksana/unit kerja adalah : (a) menetapkan kebijaksanaan teknis organisasi berdasarkan hasil

Musyawarah Nasional, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan kebijaksanaan organisasi satu tingkat di atasnya;

(b) mengesahkan organisasi, pengurus, dan/atau ketua satu tingkat di bawahnya;

(c) melaksanakan pembinaan organisasi pada unsur pelaksana dilingkungannya;

(d) memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh unsur pelaksana di lingkungannya;

(e) melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan situasi dan kondisi;

(19)

77 (4) Wakil ketua mempunyai tugas dan wewenang :

(a) membantu ketua dalam pelaksanaan tugasnya;

(b) mewakili ketua dalam melaksanakan tugas yang bersifat teknis operasional;

(c) melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada ketua.

(5) Sekretaris mempunyai tugas dan wewenang :

(a) melaksanakan pembinaan teknis organisasi, pengelolaan administrasi dan mengoordinasikan kegiatan informasi dan humas dalam rangka mendukung kelancaran tugas organisasi;

(b) melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua.

(6) Bendahara mempunyai tugas dan wewenang mengelola keuangan organisasi dan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua.

(7) Ketua bidang mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan kegiatan teknis operasional bidang masing-masing serta melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua.

Bagian Ketiga

Pemilihan Ketua dan Pengurus Pasal 10

(1) Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dipilih dalam Rapat Anggota; (2) Ketua DWP Provinsi dipilih dalam Musyawarah Provinsi;

(3) Ketua DWP Kabupaten/Kota dipilih dalam Musyawarah Kabupaten/Kota; (4) Ketua unsur pelaksana/unit kerja pada DWP Instansi Pemerintah

Pusat, DWP Provinsi, DWP Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan, DWP Kelurahan/DWP Desa dipilih dalam Rapat Anggota;

(5) Anggota pengurus lainnya ditetapkan oleh ketua.

Bagian Keempat

Pembentukan Pengurus DWP Unsur Pelaksana /Unit Kerja pada Instansi Pemerintah Pusat,

Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan atau nama lain yang sederajat

Pasal 11

(1) Unsur pelaksana/unit kerja pada DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat dapat membentuk kepengurusan di lingkungan masing-masing dengan mempertimbangkan keperluan serta efisiensi organisasi. (2) Ketua dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota.

(3) Anggota pengurus lainnya ditetapkan oleh ketua.

(20)

78 BAB IV

PENAMAAN DAN PENGGABUNGAN ORGANISASI

Pasal 12

(1) Penamaan atau sebutan organisasi pada unsur pelaksana dan/atau unit kerja instansi pemerintah adalah dengan menyebut langsung nama organisasi atau satuan unit kerja instansi pemerintah yang bersangkutan, seperti DWP Kementerian Koordinator Perekonomian, DWP Kementerian Dalam Negeri; DWP Kementerian Negara Lingkungan Hidup; DWP Lembaga Administrasi Negara; DWP Sekretariat Negara; DWP Sekretariat Negara; DWP Sekretariat Jenderal MPR; DWP Sekretariat Jenderal MA; DWP Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali; DWP Kantor Statistik Provinsi Sulawesi Selatan; DWP Kabupaten Cilacap; DWP Kota Balikpapan; DWP Universitas Airlangga; DWP Universitas Sam Ratulangi; DWP Kopertis Wilayah V.

(2) Pengesahan nama organisasi yang baru dibentuk atau penggabungan dua atau lebih lembaga pemerintah ditetapkan oleh pengurus satu tingkat di atasnya.

Pasal 13

(1) Penggabungan organisasi DWP antar unit kerja di lingkungan instansi pemerintah dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari ketua satu tingkat di atasnya.

(2) Khusus untuk unit kerja yang jumlah anggotanya sedikit dan dari instansi yang berbeda, tetapi berada dalam satu wilayah dan sepakat untuk bergabung, secara organisatoris menjadi unsur pelaksana DWP Kabupaten/DWP Kota yang bersangkutan.

BABV

PENGGANTIAN PENGURUS

ANTARWAKTU, PERTANGGUNGJAWABAN, PENGESAHAN, DAN SERAH TERIMA

Bagian Pertama

Penggantian Pengurus Antarwaktu

Pasal 14

(21)

79 (2) Penggantian jabatan ketua umum sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal 14 ini berlaku sampai diselenggarakannya musyawarah nasional yang berikut.

(3) Penggantian jabatan dalam lingkungan pengurus pusat, selain dimaksud dalam Ayat (1) pasal 14 ini, ditetapkan oleh ketua umum.

(4) Penggantian jabatan ketua antarwaktu pada unsur pelaksana DWP ditetapkan melalui kesepakatan pengurus/anggota secara demokratis dan berpedoman pada AD/ART.

(5) Penggantian jabatan pengurus antarwaktu pada unsur pelaksana DWP ditetapkan oleh ketua.

Bagian Kedua Pertanggungjawaban

Pasal 15 (1) Dalam menjalankan tugasnya

(a) Ketua Umum DWP bertanggung jawab kepada Musyawarah Nasional; (b) Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat bertanggung jawab kepada

anggota dalam Rapat Anggota;

(c) Ketua DWP Provinsi bertanggung jawab kepada Musyawarah Provinsi; (d) Ketua DWP Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Musyawarah

Kabupaten/Kota;

(e) Ketua DWP unsur pelaksana/unit kerja bertanggung jawab kepada anggota dalam Rapat Anggota.

(2) Ketua unsur pelaksana DWP melaporkan kegiatan organisasi kepada pengurus satu tingkat di atasnya, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun.

Bagian Ketiga

Pengesahan dan Serah Terima Pasal 16

(1) Pengesahan Ketua Umum DWP ditetapkan dengan Keputusan Musyawarah Nasional.

(2) Penggantian ketua umum diikuti dengan serah terima jabatan yang dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani oleh ketua umum yang lama dan yang baru.

(3) Serah terima jabatan dilengkapi dengan penyerahan buku memori pertanggungjawaban ketua umum kepada ketua umum terpilih.

(4) Pengesahan pengurus pusat lainnya ditetapkan dengan surat keputusan ketua umum.

(5) Pengesahan ketua unsur pelaksana/unit kerja DWP ditetapkan oleh ketua satu tingkat diatasnya, termasuk penggantian ketua antarwaktu.

(22)

80 (7) Jika terjadi penggantian pengurus antarwaktu pada unsur pelaksana/unit kerja

pengesahannya dilakukan oleh ketua DWP yang bersangkutan.

Pasal 17

Serah terima jabatan ketua unsur pelaksana/unit kerja dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani oleh ketua yang lama dan baru, serta disaksikan oleh penasihat.

BAB VI

DEWAN PENASIHAT DAN PENASIHAT

Bagian Pertama Dewan Penasihat

Pasal 18

(1) Dewan Penasihat DWP Pusat terdiri dari istri Ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua BPK, istri Ketua MA, istri ketua DPD, dan istri menteri.

(2) Dewan Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal 18 ini mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan, baik ketika diminta maupun tidak diminta, kepada pengurus DWP Pusat.

Bagian Kedua Penasihat

Pasal 19

(1) Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, Ketua MA, Ketua DPD menteri, kepala/ketua lembaga pemerintah nonkementerian, kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, gubernur/ wakil gubernur, bupati/wakil bupati, walikota/ wakil walikota, pemimpin BUMN dan pemimpin BUMD yang belum berstatus persero, pemimpin BUMN dan pemimpin BUMD yang sudah berstatus persero, pemimpin BHMN, pemimpin unit kerja instansi vertikal di daerah, camat, dan lurah adalah Penasihat DWP instansi yang bersangkutan.

(2) Sekretaris Daerah Provinsi, Sekretaris Daerah Kabupaten / Kota selain menjadi Penasihat DWP Sekretariat Daerah masing-masing; juga adalah Penasihat DWP Provinsi, DWP Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

(3) Istri Ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua BPK, istri Ketua MA, Istri Ketua DPD, istri menteri, istri gubernur, istri wakil gubernur, istri bupati/istri walikota, dan istri wakil bupati/istri wakil walikota adalah Penasihat DWP instansi yang bersangkutan.

(23)

81 BAB VII

MUSYAWARAH, RAPAT, KUORUM, DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Bagian Pertama Musyawarah Nasional

Pasal 20

(1) Musyawarah Nasional (Munas) diselenggarakan oleh pengurus DWP Pusat. (2) Untuk menyelenggarakan munas, Ketua Umum DWP menetapkan panitia

munas, yang dibentuk selambat-lambatnya tiga bulan sebelum munas. (3) Peserta munas adalah

(a) pengurus DWP pusat

(b) utusan DWP Instansi Pemerintah Pusat; (c) utusan DWP Provinsi.

(4) Peninjau ditentukan dan diundang oleh Panitia Musyawarah Nasional DWP (5) Dalarn hal dilaksanakannya Munas Luar Biasa, penyelenggaraan dan

pesertanya adalah sama seperti pada munas sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), (2), (3), dan (4) pasal 20 ini.

(6) Penanggung jawab munas adalah Ketua Umum yang sedang menjabat pada saat munas diselenggarakan.

Bagian Kedua Musyawarah Daerah

Pasal 21

(1) Musyawarah daerah (Musda) dipersiapkan dan diselenggarakan oleh panitia yang ditetapkan oleh Ketua DWP Provinsi atau Ketua DWP Kabupaten/Kota. (2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah :

(a) pengurus DWP Provinsi;

(b) utusan DWP Instansi Pemerintah Provinsi; (c) utusan DWP Kabupaten/ Kota.

(3) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah : (a) pengurus DWP Kabupaten/ Kota;

(b) utusan DWP instansi pemerintah kabupaten/kota (c) utusan DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat

(4) Penanggung jawab Musyawarah Provinsi adalah Ketua DWP Provinsi yang sedang menjabat pada saat musyawarah diselenggarakan.

(24)

82 Bagian Ketiga

Rapat

Pasal 22 (1) Rapat DWP terdiri dari :

(a) rapat anggota, (b) rapat kerja,

(c) rapat pengurus, dan (d) rapat koordinasi.

Pasal 23

(1) Rapat Anggota adalah pertemuan antara pengurus dan para anggota untuk membahas masalah organisasi dan kegiatan dalam lingkungannya. (2) Rapat Anggota diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam enam

bulan.

(3) Jika jumlah anggota terlalu banyak, sehingga

tidak memungkinkan untuk menghadirkan seluruhnya, rapat anggota dapat dilakukan dengan cara perwakilan atau utusan.

(4) Tata cara penentuan perwakiian dan utusan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (3) pasal 23 ini ditentukan lebih lanjut oleh masing-masing pengurus DWP yang bersangkutan.

Pasal 24

(1) Rapat Kerja diselenggarakan oleh pengurus DWP Pusat, Pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, pengurus DWP Provinsi, dan pengurus DWP Kabupaten/Kota.

(2) Rapat Kerja Nas/onal adalah rapat pengurus DWP Pusat dengan DWP Instansi Pemerintah Pusat dan Provinsi diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam tiga tahun.

(3) Rapat Kerja DWP Instansi Pemerintah Pusat adalah rapat pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat dengan pengurus unit kerja dalam lingkungannya. (4) Rapat Kerja DWP Provinsi adalah rapat pengurus DWP Provinsi

dengan pengurus unsur pelaksana DWP Provinsi.

(5) Rapat Kerja DWP Kabupaten/Kota adalah rapat pengurus DWP Kabupaten/Kota dengan pengurus unsur pelaksana DWP Kabupaten/Kota. (6) Rapat Kerja diselenggarakan untuk membahas, mengoordinasikan, serta

mengintensifkan pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan kebijaksanaan organisasi yang telah ditetapkan.

Pasal 25

(25)

83 (2) Rapat pengurus diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam tiga

bulan.

(3) Rapat pengurus terdiri dari : (a) rapat pemimpin;

(b) rapat pengurus inti; (c) rapat pengurus paripurna.

(4) Rapat pemimpin dihadiri oleh ketua umum/ketua/ wakil ketua, dan sekretaris jenderal/sekretaris.

(5) Rapat pengurus inti dihadiri oleh ketua umum/ketua/wakil ketua, sekretaris jenderal/sekretaris, bendahara, dan para ketua bidang.

(6) Rapat pengurus paripurna dihadiri oleh seluruh anggota pengurus.

Pasal 26

(1) Rapat Koordinasi adalah rapat antara pengu rus dan dewan penasihat/penasihat dan pihak lain pada sernua tingkat kepengurusan.

(2) Rapat Koordinasi diiaksanakan jika ada : (a) kegiatan kerja sama dengan pihak lain,

(b) kegiatan yang memerlukan keputusansegera dan bersifat strategis untuk kepentingan organisasi.

Bagian Keempat Kuorum

Pasal 27

(1) Musyawarah Nasional, Musyawarah Nasional Luar Biasa, dan Musyawarah daerah adalah sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah peserta yang seharusnya hadir.

(2) Jika kuorum sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal 27 ini tidak terpenuhi, musyawarah ditunda sesuai dengan kebijaksanaan pemimpin musyawarah.

(3) Ketentuan pada Ayat (1) dan (2) pasal ini berlaku juga untuk rapat yang tercantum pada Pasal 23

Bagian Kelima Pengambilan Keputusan

Pasal 28

(26)

84 (2) Jika cara tersebut pada Ayat (1) pasal 28 ini tidak tercapai, keputusan diambil

berdasarkan suara terbanyak.

(3) Keputusan melalui pemungutan suara adalah sah jika didukung oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah suara peserta yang hadir.

BAB VIII KEUANGAN

Pasal 29

(1) Keuangan DWP diperoleh dari : (a) iuran anggota;

(b) sumbangan yang tidak mengikat; (c) usaha lain yang sah

(2) Besarnya iuran, pembagian iuran anggota, dan pertanggungjawaban keuangan diatur berdasarkan tata cara yang ditetapkan oleh pengurus DWP Pusat.

BAB IX ATRIBUT

Pasal 30

(1) Atribut DWP meliputi lambang, panji, vandel, bendera olah raga, papan nama, lencana, himne, dan mars, serta pakaian seragam.

(2) Jenis, bentuk, ukuran, warna, dan cara penggunaan atribut sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal 30 ini diatur lebih lanjut oleh pengurus DWP Pusat.

BAB X TATA KERJA

Pasal 31

(1) Tata kerja dan pelaksanaan program kerja DWP diatur dalam Pedoman Tata Kerja DWP dan Pelaksanaan Program Kerja DWP yang dibuat oleh pengurus DWP Pusat.

(27)

85 BAB XI

LAIN-LAIN

Pasal 32

(1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga DWP ini dapat dilakukan oleh pengurus DWP Pusat jika terdapat hal-hal yang dipandang perlu atau perkembangan keadaan yang mempengaruhi organisasi DWP.

(2) Jika suatu ketentuan dalam AD dan ART tidak jelas atau menimbulkan perbedaan tafsiran, penyelesaiannya diputuskan oleh pengurus DWP Pusat. (3) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih

lanjut oleh pengurus DWP Pusat.

(Lampiran 2. Anggaran Rumah Tangga Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang.)

(28)

86 Lampiran 4. Surat Keputusan (SK) Pengesahan Pengurus Dharma Wanita

Kabupaten Semarang Masa Bakti 2009-2014

(29)
(30)
(31)
(32)

90 Lampiran 4. Susunan Pengurus Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang

Periode Tahun 2009

(33)

91 Lampiran 5. Susunan Pengurus Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang

Periode Tahun 2010

(34)

92 Daftar Anggota Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang

Terdiri dari 19 Dharma Wanita Persatuan Unsur Pelaksana Kecamatan dan 33 Dharma Wanita Persatuan Unsur Pelaksana Dinas Kabupaten Semarang. Unsur Pelaksana Kecamatan Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang :

1. DWP. Kecamatan Ungaran Barat 2. DWP. Kecamatan Ungaran Timur 3. DWP. Kecamatan Bergas

4. DWP. Kecamatan Bandungan 5. DWP. Kecamatan Suruh 6. DWP. Kecamatan Bringin 7. DWP. Kecamatan Susukan 8. DWP. Kecamatan Tengaran 9. DWP. Kecamatan Banyubiru 10.DWP. Kecamatan Bawen 11.DWP. Kecamatan Pringapus 12.DWP. Kecamatan Jambu 13.DWP. Kecamatan Kaliwungu 14.DWP. Kecamatan Getasan 15.DWP. Kecamatan Sumowono 16.DWP. Kecamatan Bancak 17.DWP. Kecamatan Tuntang 18.DWP. Kecamatan Ambarawa 19.DWP. Kecamatan Pabelan

Unsur Pelaksana Dinas Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang : 1. DWP. Sekretariat Daerah

2. DWP. Sekretariat Dewan

3. DWP. Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan 4. DWP. Kantor Pertahanan

5. DWP. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan 6. DWP. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

7. DWP. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 8. DWP. DPPKD

(35)

93 11.DWP. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata

12.DWP. Bappeda 13.DWP. Inspektorat

(36)
[image:36.595.115.510.110.370.2]

94 Gambar 1. Gedung PKK kompleks DPRD Kabupaten Semarang yang digunakan

oleh Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang (Sumber: dok. Pribadi)

[image:36.595.116.517.436.691.2]
(37)
[image:37.595.142.509.127.388.2]

95 Gambar 3: Ruang bagian depan gedung PKK tampak dari samping kanan (Sumber: dok. Pribadi)

[image:37.595.135.513.458.711.2]
(38)
[image:38.595.134.542.139.389.2]

96 Gambar 5: Ruang Aula Gedung PKK (Sumber: dok.Pribadi)

[image:38.595.134.538.440.696.2]
(39)
[image:39.595.140.536.112.374.2]

97 Gambar 7: Suasana pertemuan Dharma Wanita Persatuan Kabupaten

Semarang pada tanggal 15 April 2013 (Sumber: dok. Pribadi)

Gambar 8: Tanaman Sanseviera milik Ani Sutrianingsih, anggota Dharma Wanita Kabupaten Semarang dari UPEL Dinas Perhubungan

[image:39.595.141.528.444.680.2]
(40)

98 Gambar 9: Hasil keterampilan Dharma Wanita Kabupten Semarang “Bros

Acrylic” (Sumber: dok.pribadi)

(41)

99 Gambar 11. Tri Haksanti dan Asih, para pedagang yang berjualan saat pertemuan Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang (sumber: dok.Pribadi)

(42)
[image:42.595.141.523.138.389.2]

100 Gambar 13: Narasumber Tri Haksanti (dok. Pribadi)

[image:42.595.143.521.436.662.2]
(43)

101 Gambar 15: Seragam lama Dharma Wanita Persatuan digunakan sampai tahun 1999 (Sumber:Dokumentasi Dharma Wanita Kabupaten Semarang)

(44)
[image:44.595.109.483.91.338.2]

102 (Sumber: dok.Pribadi)

[image:44.595.210.442.403.687.2]

Gambar 16: Lerak “Sekar Tantri” (Sumber: dok. Pribadi)

Gambar 17: Produk Lerak “Sekar Tantri” milik Tri Haksanti (sumber: dok.Pribadi)

(45)
[image:45.595.207.447.110.371.2]

103 Gambar 19: Narasumber Sudjiwo, pengurus Dharma Wanita Persatuan

Kabupaten Semarang bidang pendidikan (Sumber: dok. Pribadi)

[image:45.595.206.447.422.708.2]
(46)
[image:46.595.214.440.123.399.2]

104 Gambar 21. Bersama narasumber Herlina Triyoga, pengurus Dharma Wanita

(47)

Gambar

Gambar 1.  Gedung PKK kompleks DPRD Kabupaten Semarang yang digunakan oleh Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang  (Sumber: dok
Gambar 3: Ruang bagian depan gedung PKK tampak dari samping kanan (Sumber: dok. Pribadi)
Gambar 5: Ruang Aula Gedung PKK (Sumber: dok.Pribadi)
Gambar  7: Suasana pertemuan Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang pada tanggal 15 April 2013 (Sumber: dok
+5

Referensi

Dokumen terkait