PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MATERI PERISTIWA AKHIR HAYAT RASULULLAH SAW MELALUI
METODE TALKING STICK PADA SISWAKELAS V MI MA’ARIF DURUNGBANJAR CANDI SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh :
Serly Mahfudha NIM : D07211026
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
ABSTRAK
Serly Mahfudha. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
Materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW Melalui Metode Talking
Stick Pada Siswa Kelas V Mi Ma’arif Durungbanjar Candi Sidoarjo. Skripsi, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam, Metode Talking Stick,
Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW.
Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah kelas V di MI Ma’arif Durungbanjar masih belum maksimal. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, sulitnya menemukan metode yang sesuai dengan materi, serta proses pembelajaran yang masih menggunakan metode ceramah sehingga cenderung membuat siswa tidak semangat dalam belajar dan membuat hasil belajar siswa rendah. Menanggapi hal tersebut, maka akan dilaksanakannya pembelajaran metode Talking Stick sebagai salah satu alternatif solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan diadakannya penelitian ini yakni: 1) Untuk mengetahui penerapan metode Talking stick pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW melalui metode Talking Stick.
Permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan metode Talking Stick pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas V MI Ma’arif Durungbanjar Candi Sidoarjo? 2) Bagaimana peningkatan hasil belajar Sejarah Belajar Sejarah Kebudayaan Islam materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW melalui metode Talking Stick pada siswa kelas V MI Ma’arif Durungbanjar Candi Sidoarjo?.
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Kurt Lewin yang dilaksanakan dalam dua siklus, dalam satu siklus terdiri dari 4 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, tes hasil belajar, dan dokumentasi.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR GRAFIK ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tindakan Penelitian ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Lingkup Penelitian ... 5
F. Segnifikansi Penelitian ... 5
G. Definisi Operasional ... 7
H. Sistematika Pembahasan ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 10
1. Pengertian Hasil Belajar ... 10
2. Tipe-Tipe Hasil Belajar ... 12
3. Tujuan Hasil Belajar ... 17
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 17
B. Metode Pembelajaran Talking Stick ... 20
1. Pengertian Metode Talking Stick ... 20
2. Tujuan Metode Talking Stick ... 21
3. Langkah-langkah Metode Talking Stick ... 22
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Talking Stick ... 23
C. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 24
1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ... 24
2. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 27
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 28
4. Spesifikasi materi Sejarah Kebudayaan Islam ... 29
D. Peningkatan Hasil Belajar Materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW dengan Metode Talking Stick ... 33
BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN ... 35
A. Metode Penelitian ... 35
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 38
C. Variabel yang Diteliti ... 39
D. Rencana Tindakan ... 40
E. Data dan Cara Pengumpulan ... 44
F. Indikator Kinerja ... 49
G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA ... 52
Hayat Rasulullah ... 54
C. Hasil Penelitian ... 56
1. Siklus I ... 56
2. Siklus II ... 75
D. Pembahasan ... 93
BAB V PENUTUP ... 97
A. Kesimpulan ... 97
B. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 99
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 101
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan
manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.1
Guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan di sekolah, harus
bijaksana menentukan segala hal yang sesuai sehingga dapat menciptakan proses
belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kegiatan interaksi
antara guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar adalah dominan, karena
kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka transfer of knowledge dan transfer of
values sekaligus.2
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Islam (PAI) yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat
1
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 1.
2
2
Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai dengan masa Khulafaurrasyidin. Secara Substansial, mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik.3
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah pelajaran karakter, sehingga siswa harus merasakan secara langsung kesan yang didapatkan dengan cara menjadi pelaku secara langsung. Dengan memberikan pembelajaran secara langsung materi yang akan di sampaikan kepada peserta didik akan lebih lebih dipahami oleh peserta didik.
Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan dorongan oleh kemampuannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasi dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik.4
Dalam mengajarkan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, guru harus menemukan metode yang tepat agar siswa lebih bersemangat dan tidak lagi menganggap bahwa pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah pelajaran yang membosankan. Sehingga dalam pembelajaran siswa dapat berperan aktif serta dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan.
3
Departemen Pendidikan Agama Islam, Permenag, (Jakarta, 2008), hal. 21. 4
3
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, guru seringkali menemui beberapa kendala didalam menentukan metode belajar yang sesuai dengan materi atau bahan ajar yang akan disampaikan. Guru masih saja terpaku dan menggunakan metode yang lama seperti ceramah dan diskusi. Hal tersebut tidak bisa dianggap sepele, karena jika dilakukan secara terus menerus, siswa akan merasa jenuh dan mengakibatkan siswa enggan untuk belajar dan sehingga menganggu daya serap mereka dalam memahami materi sehingga hasil yang diperoleh dari pembelajaran tidak sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Metode yang tidak tepat dan monoton dapat menghasilkan hasil yang kurang memuaskan. Maka dari itu, dengan menggunakan metode ini diharapkan siswa dapat memahami apa yang dipelajari sehingga hasil belajar yang diperoleh mendapatkan hasil yang memuaskan.
Begitu juga dari data yang diperoleh dari guru, hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa dalam tes formatif, masih terlihat memprihatinkan. Dari
11 siswa kelas V MI Ma’arif Durungbanjar Candi Sidoarjo yang dijadikan subjek
penelitian, dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥70 pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dapat dilihat hasilnya yaitu hanya 4 siswa yang bisa mencapai KKM, sedangkan sisanya yakni 7 siswa masih berada pada nilai dibawah KKM.5
5
4
Berdasarkan dari permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan diatas maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul
”PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
MATERI PERISTIWA AKHIR HAYAT RASULULLAH SAW MELALUI
METODE TALKING STICK PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF
DURUNGBANJAR CANDI SIDOARJO”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dapat merumuskan masalah
seperti berikut :
1. Bagaimana penerapan metode Talking stick pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam kelas V MI Ma’arif Durungbanjar Candi Sidoarjo?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam materi
Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW melalui metode Talking Stick pada siswa kelas V MI Ma’arif Durungbanjar Candi Sidoarjo?
C. Tindakan yang Dipilih
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tindakan yang
dipilih untuk mengatasi rendahnya hasil belajar pada materi Peristiwa Akhir
Hayat Rasulullah SAW kelas V MI Ma’arif Durungbanjar Candi Sidoarjo adalah
dengan menggunakan metode Talking Stick. Dengan menggunakan metode tersebut diharapkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan
5
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat menentukan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan metode Talking stick pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas V MI Ma’arif Durungbanjar Candi
Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam
materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW melalui metode Talking Stick pada siswa kelas V MI Ma’arif Durungbanjar Candi Sidoarjo.
E. Lingkup Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, peneliti membahas tentang peningkatan hasil
belajar siswa materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW menggunakan
metode Talking Stick pada siswa kelas V MI Ma’arif Durungbanjar Candi Sidoarjo, dan mendeskripsikan kemajuan hasil belajar siswa pada materi tersebut.
F. Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu membawa manfaat yaitu :
1. Secara umum yaitu :
a. Proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam di MI Ma’arif
Durungbanjar Candi Sidoarjo akan menjadi lebih menarik dan
6
b. Ditemukannya metode pembelajaran baru yang tepat (tidak
konvensional), tetapi bersifat variatif.
2. Manfaat secara khusus yaitu :
a. Siswa
1) Bermanfaat bagi siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar
mengajar.
2) Siswa lebih bersemangat dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam.
3) Melatih peserta didik untuk membaca sekaligus langsung
mengemukakan kembali apa yang telah di pelajari dalam proses
belajar mengajar.
4) Hasil belajar siswa dapat mengalami peningkatan.
b. Guru
1) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan
metode Talking Stick yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan keprofesionalan
guru dalam pembelajaran.
2) Memberikan informasi kepada guru, akan pentingnya menciptakan
pembelajaran yang bermakna bagi siswa melalui inovasi dan kreasi
pembelajaran. Agar tercipta proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
dan menyenangkan.
7
Sebagai masukan dalam menemukan hambatan dan kelemahan dalam
penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki
dan mengatasi maslah-masalah pembelajaran yang sedang dihadapi di
kelas, sehingga dapat menemukan cara yang tepat untuk meningkatkan
kualitas dan hasil belajar siswa yang optimal demi kemajuan lembaga
pendidikan (sekolah).
d. Peneliti
Bagi peneliti membawa wawasan dan pengetahuan lebih dalam dan
sebagai latihan dalam bentuk karya ilmiah yang berupa tulisan serta
sebagai landasan dalam mengajar Sejarah Kebudayaan Islam.
e. Masyarakat
Dapat meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas
satuan pendidikan.
G. Definisi Operasional
Dalam penelitian tindakan kelas penulis mengangkat judul “Peningkatan Hasil
Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW
Melalui Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Durungbanjar Candi Sidoarjo”
Dengan definisi rincian judul sebagai berikut:
1. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan
pembelajaran. Hasil belajar terdiri dari tiga ranah yakni ranah kognitif, efektif
8
belajar yang mengarah pada ranah kognitif yakni pengetahuan, pemahaman,
penerapan.
2. Materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MI Kelas V semester I adalah
materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah Saw dengan SK dan KD sebagai
berikut:
a. Standar Kompetensi: Mengidentifikasi peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW.
b. Kompetensi Dasar: Menceritakan peristiwa-peristiwa di akhir hayat Rasulullah SAW.
3. Metode Talking Stick adalah salah satu metode pembelajaran yang bermanfaat
karena ia mampu menguji kesiapan siswa, melatih keterampilan mereka dalam
membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak
mereka untuk terus siap dalam situasi apapun.6
H. Sistematika Pembahasan
Dalam penyusunan laporan penelitian tindakan kelas ini, penulis membagi menjadi lima bab dengan beberapa sub babnya, dengan keterangan singkat di bawah ini:
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tindakan yang dipilih, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan.
6
9
Bab II membahas tentang kajian teori yang berisikan tentang hasil belajar, Sejarah Kebudayaan Islam di MI, metode Talking Stick, materi Peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW serta peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan metode Talking Stick.
Bab III membahas tentang jenis penelitian, setting dan karakteristik subjek penelitian, variabel yang diteliti, rencana tindakan, data dan cara pengumpulannya, indikator kinerja, tim peneliti dan tugasnya.
Bab IV berisikan tentang hasil penelitian pra siklus, siklus pertama dan siklus kedua serta pembahasannya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendifinisikan kata pembelajaran
berasal dari kata “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang
supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses,
cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.7
Belajar adalah sebuah kata yang sudah akrab disemua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar maupun mahasiswa, kata “belajar” merupakan sebuah kata yang sudah tidak asing lagi untuk mereka dengar. Bahkan sudah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari semua kegiatan yang mereka lakukan dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.8
Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku, perubahan
perilaku relatif permanen, Perubahan perilaku tidak harus segera dapat
diamati pada saat proses belajar berlangsung, akan tetapi perubahan
perilaku tersebut bersifat potensial, perilaku merupakan hasil latihan atau
pengalaman.
7
Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Yogjakarta: AR-RUZZ MEDIA,2013), hal. 18.
8
11
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang dan menyebabkan
adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung bersifat tetap.
Menurut Suprijono, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk
pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut:
a. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan
merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan
tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah,
maupun penerapan aturan.
b. Kemampuan Intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep, dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
c. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitif. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud
12
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standart perilaku.9
2. Tipe-Tipe Hasil Belajar
a. Tipe hasil belajar bidang kognitif
1) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)
Pengetahuan adalah kemampuan mengingat dan kemampuan mengungkapkan kembali informasi yang sudah dipelajarinya (recall). Kemampuan pengetahuan ini merupakan kemampuan taraf yang paling rendah. Pengetahuan hafalan merupakan termasuk pengetahuan yang bersifat factual, disamping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, dan rumus.
2) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention)
Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek atau subjek pembelajaran. Kemampuan untuk memahami akan mungkin terjadi manakala didahului oleh sejumlah pengetahuan (knowledge). Oleh sebab itu, pemahaman tingkat tinggi tingkatannya dari pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar
9
13
mengingat fakta, tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep. Kemampuan pemahaman ini bisa merupakan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, ataupun kemampuan ekstrapolasi. Kemampuan menerjemahkan yakni kesanggupan untuk menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu.
3) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur pada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman.
4) Tipe hasil belajar analisis
Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurangi suatu
integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan. Analisis
merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang memanfaatkan
unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan,
pemahaman dan aplikasi.
5) Tipe hasil belajar sintesis
14
tema, rencana, atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia.
6) Tipe hasil belajar evaluasi
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat pemilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud dan kriteria tertentu.
b. Tipe hasil belajar bidang afektif
Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Hasil belajar
bidang afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Tipe hasil belajar
afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
atensi/perhatian dalam pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru, teman sekelas, dan kebiasaan belajar. Meskipun
bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, namun bidang afektif harus
nampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe
hasil belajar yaitu:
1) Receiving (menerima)
Receiving atau penerimaan yakni semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa, baik dalam
15
keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau
rangsangan dari luar.
2) Responding (jawaban)
Responding atau jawaban yakni reaksi yang diberikan
seseorang terhadap stimulasi yang dating dari luar. Dalam hal ini
termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasaan dalam menjawab
stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
3) Valuing (penilaian)
Valuing atau penilaian yakni berkaitan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala dan stimulus tadi. Dalam evaluasi ini
termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau
pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai
tersebut.
4) Organisasi
Organisasi yakni pengembangan nilai kedalam satu sistem
organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai
lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai,
organisasi dari pada sistem nilai.
16
Karakteristik nilai yakni keterpaduan dari semua sistem nilai
yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya.10
c. Tipe hasil belajar bidang psikomotor pengetahuan hafalan
(Knowladge)
Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tingkatan yang termasuk ke dalam domain ini:
1) Persepsi (perception) 2) Kesiapan (set) 3) Meniru (imitation) 4) Membiasakan (habitual) 5) Menyesuaikan (adaption) 6) Menciptakan (Organization)
Jadi dapat disimpulkan tipe hasil belajar tidak bisa berdiri sendiri, melainkan berhubungan antara satu sama lain bahkan ada dalam kebersamaan. Dalam proses belajar-mengajar di sekolah saat ini tipe hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik. Akan tetapi demikan tidak berarti bidang afektif dan psikomotor diabaikan.
10
17
3. Tujuan Hasil Belajar
Tujuan dari hasil belajar adalah:
a. Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung.
b. Untuk memberikan umpan-balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam pencapaian kompetensi.
c. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
d. Untuk umpan-balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
e. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektifitas pendidikan.11
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya seorang dalam belajar disebabkan beberapa
faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari
dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya.
Faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar diantaranya
sebagai berikut:
a. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri)
11
18
1) Faktor kematangan atau pertumbuhan
Faktor ini berhubungan erat dengan kematangan atau tingkat
pertumbuhan organ-organ tubuh manusia.12 2) Faktor Kecerdasan atau intelegensi
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan
lagu, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini
bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa
maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya,
semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka
semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.13 3) Faktor latihan dan ulangan
Dengan rajin berlatih, sering melakukan hal yang berulang-ulang,
kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki menjadi semakin
dikuasai dan makin mendalam.
4) Faktor motivasi
Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk
melakukan sesuatu. Seseorang tidak akan mau berusaha
mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya jika ia tidak
mengetahui pentingnya dan faedahnya dari hasil yang akan dicapai
dari belajar.
12
Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Yogjakarta: AR-RUZZ MEDIA,2013), hal. 32.
13
19
5) Faktor pribadi
Sifat-sifat kepribadian turut berpengaruh dengan hasil belajar yang
dicapai. Termasuk ke dalam sifat-sifat kepribadian ini adalah
faktor fisik kesehatan dan kondisi badan.
b. Faktor External (yang berasal dari luar diri)
Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial. Termasuk
ke dalam faktor di luar individual atau faktor sosial antara lain sebagai
berikut:
1) Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga
2) Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut
menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami
anak-anak.
3) Faktor guru dan cara mengajarnya. saat anak belajar di sekolah,
faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting.
Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang
dimilki guru dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan
tersebut kepada peserta didiknya turut menentukan hasil belajar
yang akan dicapai.
4) Faktor alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar. Faktor
guru dan cara mengajarnya berkaitan erat dengan ketersediaan
alat-alat pelajaran yang tersedia di sekolah.
20
6) Faktor motivasi sosial. Motivasi sosial dapat berasal dari orang tua
yang selalu mendorong anak untuk rajin belajar, motivasi dari
orang lain, seperti dari tetangga, sanak saudara, teman-teman
sekolah, dan teman sepermainan. Pada umumnya, motivasi
semacam ini diterima anak tidak dengan sengaja, bahkan tidak
dengan sadar.14
B. Metode Pembelajaran Talking Stick
1. Pengertian Metode Talking Stick
Model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick adalah suatu model
pemebelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Awal mula munculnya
metode Talking Stick (Tongkat berbicara) adalah metode yang digunakan oleh
penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau
menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Kini
metode itu sudah digunakan sebagai metode pembelajaran ruang kelas.
Sebagaimana namanya, Talking stick merupakan metode pembelajaran
kelompok dengan bantuan tongkat. Siswa yang memegang tongkat terlebih
dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari
materi pokoknya. Kegiatan ini diulang terus menerus sampai semua siswa
mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.
14
21
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
metode Talking Stick merupakan salah satu dari pembelajaran kooperatif
yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran dengan
memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sama dan bekerja sendiri
sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran dan mengoptimalisasi
partisipasi siswa.
Dalam penerapan metode Talking Stick ini, guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen.
Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, kecerdasan, atau
minat yang berbeda. Metode ini cocok digunakan untuk semua kelas dan
semua tingkatan umur.15
2. Tujuan Metode Talking Stick
Dalam kegiatan belajar-mengajar tidak terlepas dari tujuan yang
hendak dicapai, pencapaian tujuan pembelajaran salah satunya ditentukan oleh
kemampuan seorang guru. Guru memiliki peranan yang sangat besar. Dengan
demikian, seorang guru pada saat melakukan proses belajar mengajar harus
memperhatikan tujuan instruksional yang ingin dicapai oleh murid.
Metode yang digunakan haruslah sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Adapun tujuan dari metode Talking Stick bila dilihat dari rumusan konsep metode tersebut, yang didalamnya memperhatikan partisipasi siswa dalam
15
22
memperoleh dan memahami pengetahuan serta mengembangkannya. Karena
metode Talking Stick merupakan salah satu metode dalam kooperatif
learning, maka tujuan yang dimiliki Talking Stick hampir sama dengan pembelajaran kooperatif learning. Pembelajaran dengan metode Talking Stick
mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat.16
Tujuan dari Metode Talking Stick adalah siswa diajak belajar bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajaranya, siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah dapat bekerja
sama dalam satu kelompok, siswa dapat mengungkapkan pendapat secara
langsung sehingga siswa memiliki keberanian dan siswa lebih aktif serta
pembelajaran lebih menyenangkan sehingga pembelajaran lebih efektif.
3. Langkah-langkah Metode Talking Stick
Adapun langkah-langkah metode pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm
b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran
c. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana
16
23
d. Setelah siswa selesai mempelajari isinya, guru mempersilakan siswa
untuk menutup isi bacaan.
e. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa,
setelah itu guru member pertanyaan dan siswa yang memegang togkat
tersebut harus menjawab. Demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
f. Guru memberi kesimpulan
g. Guru melakukan evaluasi/penilaian
h. Guru menutup pembelajaran17
4. Kelebihan dan kekurangan Metode Talking Stick
a. Kelebihan dan Kekurangan Metode Talking Stick
Adapun kelebihan metode pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut:
1) Menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran
2) Melatih peserta didik memahami materi dengan cepat
3) Memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum
pelajaran dimulai
4) Peserta didik berani mengemukakan pendapat.
b. Kekurangan metode Talking Stick adalah sebagai berikut:
17
24
1) Membuat siswa senam jantung
2) Siswa yang tidak siap tidak bisa menjawab
3) Membuat peserta didik tegang
4) Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru.18
C. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
1. Pengertian Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Kalimat sejarah kebudayaan Islam terdiri dari tiga kata yaitu, sejarah,
kebudayaan, dan Islam. Berikut akan dijelaskan pengertian masing-masing
kata tersebut.
Kata sejarah berasal dari bahasa arab syajaratun yang artinya pohon.
Dalam bahasa Inggris sejarah disebut history yang berasal dari bahasa Yunani
historia yang artinya ilmu. Banyak sekali pengertian sejarah yang diberikan
oleh para ahli diantaranya, R. Aron menyebutkan bahwa sejarah adalah kajian
tentang masa lalu manusia, dan menurut March Bloch sejarah merupakan
aktivitas-aktivitas manusia pada masa lalu.
Sejarah dalam bahasa arab disebut tarikh yang berarti bulan dilangit.
Menurut bahasa, tarikh berarti sebagai berikut:
1. Penentuan awal berita khusus berdasarkan masa
2. Perhitungan zaman/waktu, dan
18
25
3. Penentuan waktu terjadinya peristiwa secara tepat.
Sedangkan menurut istilah, pengertian tarikh adalah ilmu yang
berusaha menggali peristiwa-peristiwa masa lalu agar tidak dilupakan. Jadi
sejarah dalam pengertian history dan tarikh memiliki persamaan yaitu ilmu
yang membahas peristiwa-peristiwa manusia dimasa lalu.
Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam
suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan
teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan yang lebih
banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi, (agama), dan moral, maka
peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.19
Menurut Kuntjoroningrat, kebudayaan memiliki tiga wujud, wujud
ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya, wujud kebudayaan sebagai
suatu komplek aktivitas dari manusia dalam masyarakat. Sedangkan yang
terakhir wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil
karya.20
Islam secara bahasa berarti tunduk dan patuh. Sedangkan menurut
istilah Islam memiliki pengertian agama yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW, melalui perantara malaikat Jibril dan risalahnya
disampaikan ke seluruh umat manusia sampai akhir jaman. Pemeluk agama
19
Effat Al-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam, (Bandung: Pustaka,1986), hal. 5. 20
26
Islam di sebut muslim. Islam memiliki arti selamat. Seseorang dinyatakan
telah masuk Islam apabila ia telah berikrar bahwa tiada Tuhan selain Allah
dan Nabi Muhammad SAW, adalah utusan Allah sebagai kesaksian terhadap
keimanan dan ajaran ketauhidan yang dinamakan dengan Syahadat.
Mengerjakan penyembahan terhadap Allah yang di sebut shalat, walaupun
tatacara shalat secara tersurat tidak dijelaskan dalam Al-Qur’an secara rinci,
tetapi gerakan dalam shalat telah dicontohkan oleh Rasullulah saw. Islam
mengerjakan umatnya untuk saum (menahan diri) dari segala perbuatan dosa
pada bulan Ramadan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah bagi yang
mampu melaksanakannya.
Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, telah
membawa bangsa Arab jahiliyah yang terbelakang Akhlak menjadi bangsa
yang maju di segala bidang. Islam dengan cepat bergerak mengembangkan
peradaban yang kokoh dalam kehidupan umat manusia sampai sekarang.
Bahkan Badri Yatim mengatakan peradaban Barat yang sangat maju sekarang
mulanya bersumber dari kebudayaan Islam yang masuk ke Eropa dari
Spanyol. Tidak dapat di pungkiri bahwa Islam merupakan peradaban yang
sempurna. Landasan dari kebudayaan Islam adalah agama. Kebudayaan Islam
sangat penting, karena merupakan landasan bagi terciptanya hukum Islam
yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadits.
Perjalanan sejarah kebudayaan Islam yang sangat panjang tidak
27
sistem politik dan pemerintahan merupakan salah satu aspek penting terhadap
perkembangan kebudayaan Islam. Jadi, pengertian sejarah kebudayan Islam
adalah suatu ilmu yang mempelajari hasil karya, rasa dan cipta orang-orang
Islam di masa lalu, baik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan
tata kehidupan lainnya.
2. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah (MI) bahwa mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.
Sebagai dasar pandangan hidup, maka mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.
28
c. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti kebudayaan atau peradaban Islam di masa lampau
d. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya sejarah Islam melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.21
Jadi, dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari umat Islam yang memiliki rasa bangga yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: a. Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi
Muhammad SAW.
b. Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
21
29
c. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad SAW, peristiwa Fathul Makkah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW.
d. Peristiwa-peristiwa pada masa khulafaurrasyidin.
e. Sejarah perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing.22
4. Spesifikasi Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah
Pada tanggal 25 Zulqa’dah tahun 10 H/622 M. Rasulullah bersama
kaum Muslimin melakukan haji Wada’ (haji perpisahan). Sementara
kekuasaan kota Makkah diserahkan kepada Abu Dajjanah Al-Ansari.
Rasulullah beranjak meninggalkan Madinah bersama seluruh anggota
keluarga. Bersama mereka puluhan ribu jamaah lainnya, kurang lebih 100.000
ribu orang dan dalam perjalanan jumlah umat islam atau rombongan
bertambah menjadi 114.000 ribu orang.
Di Dzulhulaifa, rombongan beristirahat semalam. Esok harinya,
Muhammad berganti pakaian dengan mengenakan kain ihram. Demikian pula
orang-orang Muslim lainnya. Mereka kemudian bergerak lagi ke arah Makkah
menyerukan do’a talbiah:
َّلَكْيبَل
َلَكْيّبَلَ.كْيبَلَم
شَا
ِرْي
ك
ََل
ك
ََلب
ْي
ك
َ إَ.
َْل
ح
ْد
َ
ِنلْع
َََل
ك
َ
ْل
ْ
ك
22
30
ََل
شا
ِرْي
ك
َ
كَل
Artinya:
“Kami penuhi panggilan-Mu ya Allah tidak ada sekutu bagi-Mu segala puji, nikmat, dan kekuasaan hanyalah padamu tidak ada sekutu bagi-Mu.
Pada hari keempat Zulhijah, Rasulullah bersama kaum muslimin,
berangkat ke Arafah untuk melaksanakan wukuf. Setelah itu, beliau
melanjutkan pelaksanaan haji, yaitu pergi ke Mina. Rasulullah di Mina selama
sehari semalam dan mengumpulkan batu-batuan yang akan digunakan untuk
melempar jumrah. Ketika Rasulullah sampai di Mina, beliau melempar
jumrah Aqabah, mencukur rambut, dan memotong hewan kurban. Pada hari
kesebelas dan kedua belas, beliau melempar ketiga jumrah yaitu jumrah
Aqabah, Wusta, dan Ula. Setelah selesai beliau kembali ke Makkah untuk
mengakhiri rangkaian ibadah haji dengan melakukan tawaf ifadah.
Ketika Rasulullah melaksanakan wukuf di padang Arafah beliau
memberikan Khotbah Wada’ artinya khotbah perpisahan. Di muka khalayak
ramai ini Nabi mengucapkan satu pidato yang mempunyai daya yang abadi.
Dalam pidato itu Nabi menyatakan kepada kaum Muslimin yang hadir, bahwa
belaiau telah menyampaikan agama Islam dengan sempurna. Berikut ini
31
Wahai manusia! Dengarkanlah perkataanku ini! Aku tidak dapat
memastikan, apakah aku akan dapat bertemu lagi dengan kamu sekalian, di
tempat seperti ini sudah tahun ini atau tidak.
Wahai manusia! Sesungguhnya darah kamu diharamkan
menumpahkannya, dan hartamu diharamkan mengganggunya, kecuali ada
satu hak riba semua dibatalkan, kamu hanya berhak atas uang pokok. Dengan
demikian kamu tiada menganiaya dan tidak pula teraniaya. Sesuatu
pertumpahan darah yang dilakukan dimasa jahiliyah tidak ada diyatnya lagi.
Sesunggguhnya syetan telah putus asa untuk disembah di muka bumi,
akan tetapi dia masih menginginkan yang lain dari itu, sebab itu awaslah
selalu terhadapnya.
Wahai manusia! Tuhanmu hanyalah satu, dan asalmu juga hanyalah
satu. Kamu semua berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah. Orang
yang paling mulia di antara kamu pada sisi Tuhan ialah yang paling bertaqwa.
Orang Arab tidak ada kelebihannya dari bukan Arab, dan orang yang bukan
Arab pun tidak ada kelebihannya dari orang Arab, kecuali karena taqwanya.23 Selesai mengucapkan pidatonya, tak lama kemudian beliau menerima
wahyu yang terakhir yaitu Surah al-Maidah ayat 3.24
َْلي
ْو
ََ
ْك
ْ
ت
ََل
ُْم
َِد
ْين
ُْم
َ
َْت
ْ
ت
َع
َْي
ُْم
َِن
ْع
ِتْي
َ
ر
ِض
ْي
ت
ََل
ُم
َْل
ِاْس
َا
َ
نْيِد
ا
َ
23Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta, Pustaka Al-Husna, 1990), hal. 219 24
32
Artinya: “ pada hari ini telah aku sempurnakan agamamu, untukmu, dan telah aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah aku ridhai Islam sebagai agamamu” (Q.S. Al-Maidah/5:3)
Demam Rasulullah semakin hari semakin bertambah. Namun, beliau
mencoba tetap melakukan aktivitas biasa. Beberapa kisah menyebut bahwa
Rasul masih bercanda dengan Aisyah di saat sakit. Namun, saat serangan
demamnya menguat sewaktu di rumah Maimunah. Muhammad tak dapat
berbuat apapun selain berbaring. Beliau kemudian dipindahkan di tempat
Aisyah.25
Rasulullah tidak kuat lagi berjamaah di masjid, Rasulullah
memerintahkan Abu Bakar untuk menggantikannya. Dengan adanya perintah
ini Rasulullah mengisyaratkan bahwa beliau menghendaki setelah Rasulullah
meninggal Abu Bakarlah sebagai penggantinya.
Rasulullah SAW sakit beberapa hari, waktu demi waktu kesehatan
Rasulullah semakin menurun. Bertepatan pada hari senin tanggal 12
Rabiulawal tahun 11 Hijriah atau 8 Juni 632 M . Rasulullah menghembuskan
napas yang terakhir dalam usia 63 tahun dalam pangkuan Aisyah.
Dengan peristiwa ini, umat muslim merasa sangat kehilangan. Hati
mereka terasa gundah, mereka sangat sedih seakan tidak percaya kalau
Muhammad telah meninggal. Begitu juga yang telah dialami oleh Umar bin
Khattab, dia tidak percaya atas berita meninggalnya Muhammad. Bahkan dia
mengatakan, “ Siapa yang berkata Muhammad telah wafat, akan saya penggal
25
33
lehernya”, namun Abu Bakar mengingatkan semua dengan membaca ayat
Al-Qur’an, Surat Ali Imran ayat 144:26
َّلإَد حمَام
ََلِتُقَْ َأَ امَْنِئاَفََُ ْوسرل َِهِْبَقَْنِمَْتَخَْدَقٌَ ْوسرَا
ََيَعَْمتْبََقْن
َقْع
َاًْيشَه َرضيَْنََفَِهْيبِقعَىَعَْبَِقْنيَْنم َْمُ ِبا
Artinya:
Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu para Rasul sebelumnya. Apakah bila ia wafat atau terbunuh, apakah kamu akan berbalik ke belakang? Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang beruntung.
Dua puluh tiga tahun Muhammad menjadi Rasul. Muhammad SAW
pun wafat dengan meninggalkan Uswatun Hasanah. Nabi Muhammad SAW
menjadi pemimpin bangsa, keagamaan, kemasyarakatan juga sekaligus
pemimpin yang baik.
D. Peningkatan Hasil Belajar Materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW
Metode Talking Stick
Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi Peristiwa Akhir Hayat
Rasulullah SAW dengan menggunakan metode Talking Stick, dapat mewujudkan
pembelajaran yang menarik secara berkelompok. Siswa sebelumnya membaca
materi yang akan diajarkan oleh guru kemudian guru menanyakan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi yang sudah dipelajari siswa. Dengan cara
26
34
bergantian guru memberikan pertanyaan kepada semua anak dengan
menggunakan tongkat yang disebut dengan Talking Stick.
Dalam metode Talking Stick siswa diharapkan mampu memahami materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW dengan baik. Dengan demikian siswa
diharapkan memiliki pengetahuan tentang Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah
SAW yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya, serta memperoleh
pengetahuan baru.
Metode ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain. Mereka
dapat mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya stres atau
tertekan, serta rasa kerja sama dalam kelompok mereka tumbuh. Pemahaman
siswa akan materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW akan lebih
menyenangkan. Metode pembelajaran Talking Stick diharapkan akan
35
BAB III
METODE DAN RENCANA PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan untuk
melakukan penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu
pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan
dalam kegiatan pembelajaran bersama guru dan siswa selama pembelajaran
berlangsung, yakni menggunakan bentuk kolaboratif, yang mana guru
merupakan mitra kerja peneliti.
Secara etimologis, ada tiga istilah yang berhubungan dengan
penelitian tindakan kelas (PTK), yakni penelitian, tindakan, dan kelas.27
1. Penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan secara
sistematis, empiris, dan terkontrol. Sistematis dapat diartikan sebagai
proses yang runtut sesuai dengan aturan tertentu. Empiris mengandung
arti bahwa kerja penelitian harus didasarkan pada data-data tertentu.
Terkontrol artinya suatu kerja penelitian harus didasarkan pada prosedur
yang jelas, sehingga orang lain dapat membuktikan hasil temuan
penelitian yang diperoleh.
27
36
2. Tindakan adalah perlakuan tertentu yang dilakukan oleh peneliti yakni
guru. Tindakan diarahkan untuk memperbaiki kinerja yang dilakukan
guru.
3. Kelas adalah menunjukkan pada tempat proses pemebelajaran
berlangsung. Ini berarti PTK dilakukan di dalam kelas yang tidak
di-setting untuk kepentingan penelitian secara khusus, akan tetapi PTK
berlangsung dalam keadaan situasi dan kondisi yang real tanpa
direkayasa.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan
prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan
dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang
sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan
perubahan.28
Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas peran dan tanggung jawab guru
khususnya dalam pengelolaan pembelajaran. Oleh karena itu begitu
pentingnya PTK untuk proses perbaikan, maka penelitian tindakan kelas
merupakan bagian dari kemampuan profesional guru.
28 Prof. Dr. Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja
37
[image:45.595.139.493.191.577.2]Bagan prosedur PTK model Kurt Lewin:
Gambar 3.1
Prosedur PTK Model Kurt Lewin
Secara keseluruhan, bagan tersebut mempunyai empat tahapan dalam
PTK yang membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk
spiral.
Untuk mengatasi masalah dan memperbaiki proses pembelajaran agar
lebih bermutu maka mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Tahapan-Siklus II Perencanaan
ulang
Dan seterusnya Identifikasi masalah
Perencanaan (planning)
Siklus I
Refleksi
(reflecting) Tindakan
(Acting)
38
tahapan dalam siklus tersebut meliputi: pertama, sebalum melaksanakan
tindakan, peneliti harus menyusun perencanaan (planning), yaitu dengan
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas
dan sarana pendukung yang diperlukan dikelas, mempersiapkan instrumen
untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.
Kedua,setelah perencanaan tersusun dengan rapi dan matang, barulah peneliti
melaksanakan tindakan (acting) yang telah dirumuskan pada RPP pada situasi
yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Ketiga, pada tahapan ini peneliti melaksanakan pengamatan (observing)
dikelas yang meliputi: 1) mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran; 2) memantau kegiatan diskusi/kerja sama antar
siswa-siswi dalam kelompok; 3) mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap
penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan
PTK.
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
1. Setting penelitian
a. Tempat penelitian
Penelitan tindakan kelas ini akan dilaksDQDNDQ GL 0, 0D¶DULI Durungbanjar Candi Sidoarjo untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas V.
39
Penelitian ini akan dilaksanakan pada akhir semester genap yakni pada bulan April 2015. Waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas. 2. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adaODK VLVZD NHODV 9 0, 0D¶DULI 'XUXQJEDQMDU
tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa dalam satu kelas 11
siswa, yaitu 7 siswa laki - laki dan 4 siswi perempuan. Kompetensi Dasar
.' \DQJ GLJXQDNDQ DGDODK ³Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW´
Objek penelitian ini adalah VLVZDNHODV90,0D¶DULI'XUXQJEDQMDU&DQGL
Sidoarjo yang hasil belajarnya masih di bawah KKM. Selain itu
pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stick juga belum
pernah di terapkan pada sekolah tersebut.
C. Variabel yang Diteliti
Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah peningkatan
hasil belajar materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW dalam mata
pelajaran SKI melalui metode Talking StickNHODV90,0D¶DULI'XUXQJEDQMDU
Candi Sidoarjo. Disamping variabel tersebut masih ada beberapa variabel
yang lain yaitu :
1. Variabel input VLVZDNHODV90,0D¶DULI'XUXQJEDQMDU&DQGL
Sidoarjo
40
3. Variabel output : peningkatan hasil belajar materi Peristiwa Akhir
Hayat Rasulullah SAW
D. Rencana Tindakan
Penelitian ini di rancang dengan menggunakan model siklus dan setiap
siklus terdiri atas beberapa tahap, yaitu: tahap membuat rencana tindakan,
melaksanakan tindakan, mengadakan pemantauan atau observasi,
mengadakan refleksi.
Peneliti memilih model siklus karena apabila pada awal pelaksanaan
adanya kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali dan memperbaiki
pada siklus-siklus selanjutnya sampai apa yang di inginkan peneliti tercapai.
Jika sampai pada siklus pertama dan siklus kedua belum berhasil, maka
peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya.
Siklus 1
1. Menyusun perencanaan (planning)
Pada tahap ini peneliti membuat rancangan RPP, menyusun fasilitas
atau sarana seperti media yang di perlukan dikelas, mempersiapkan
instrumen untuk menganalis data mengenai proses dan hasil tindakan yaitu
: lembar kerja, lembar observasi guru dan siswa.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap ini melaksanakan pembelajaran dengan materiPeristiwa Akhir
41
a. Guru melakukan apersepsi dan motivasi, agar siswa siap menerima
materi yang akan diajarkan dengan penuh semangat.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
c. Guru memperkenalkan metode Talking Stick yang akan dilaksanakan
selama proses pembelajaran.
d. Guru memberikan tugas individu sesuai dengan langkah-langkah yang
direncanakan dalam RPP, yaitu:
Kegiatan awal
-- Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
- Berdoa dengan di pimpin oleh perwakilan siswa
- Memeriksa kehadiran siswa
- Menyampaikan tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan tentang
KDMLZDGD¶5DVXOXOODKVDNLW ZDIDW
- Memberikan yel±\HO ³NHODV 9""""""" ³ ODOX VLVZD VHUHPSDN
PHQMDZDE³LVWLPHZDOXDUELDVD<(6´
Kegiatan Inti
- Guru menginstrusikan kepada siswa untuk membaca materi
- Setelah selesai membaca buku secara sekilas siswa dipersilahkan
untuk menutup bukunya.
- Guru membentuk siswa menjadi empat kelompok
42
- Guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat
tersebut harus menjawabnya
-
Guru memberikan memberikan pertanyaan kepada semua siswadan siswa harus menjawab pertanyaan dari guru mengenai materi
Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW
- Setelah semua menjawab pertanyaan dari guru
- Guru menanyakan kepada siswa materi yang belum dipahami
- Guru memberikan tugas individu
- Guru bersama siswa mengkoreksi tugas tersebut
Penutup
- Guru menyampaikan informasi tentang materi yang akan dipelajari
pada minggu berikutnya
- Untuk kegiatan akhir guru mengulang lagi tentang apa yang sudah
dipelajari dan manfaatnya.
- Memberi semangat pada siswa untuk selalu giat belajar.
- Guru menutup pembelajarn dengan berdoa dan mengingatkan
siswa-siswi untuk belajar dan di akhiri dengan salam.
e. Menyiapkan lembar pengumpulkan data dengan bantuan guru yang
bertugas selama pembelajaran. Peneliti melakukan observasi terhadap
aktivitas siswa dalam belajar selama proses pembelajaran.
43
3. Tahap observasi (pengamatan)
Tahap ini, melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses
perbaikan pembelajaran materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW
pada mata pelajaran sejarah kebudayaaan Islam dengan metode Talking
Stick kelas V MI 0D¶DULI 'XUXQJEDQMDU &DQGL 6LGRDUMR. Hal yang
dilakukan pengamat adalah:
a. Mengamati dan mencatat semua gejala yang muncul selama proses
perbaikan pembelajaran dalam lembar observasi.
b. Menyeleksi data yang diperlukan dalam penelitian, yaitu:
1) Lembar pengamatan kegiatan siswa.
2) Lembar pengamatan kegiatan guru.
3) Lembar tes tertulis.
4) Lembar tes lisan
5) Lembar kerja siswa (LKS).
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah menganalisis hasil
observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Peneliti mengevaluasi hasil
observasi, menganalisis hasil pembelajaran, yang mana dapat diketahui
apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus I dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam materi Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW.
44
pada siklus I untuk dijadikan bahan penyusunan perancangan siklus
berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.
Setelah pelaksanaan siklus I pertama dengan empat tahapan tersebut di
atas, apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan
yang dilakukan dalam siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi
permasalahan baru yang menentukan rancangan siklus berikutnya.
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan
sebelumnya bila ditunjukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk
meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan
yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan
perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukkan untuk mengatasi
berbagai hambatan/kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.
E. Data dan Cara Pengumpulan
1. Data
Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden
maupun yang berasal dari dokumen-dokumen, baik bentuk statistik atau
dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang dimaksud.29
Dengan
demikian maka peneliti menggunakan dua data untuk keperluan antara
lain:
a. Data Kualitatif
29P. Joko Subagyo, Metode Penelitian: Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal .
45
Data yang berupa penerangan dalam bentuk uraian atau
penjelasan (tidak berbentuk angka).30
Adapun yang termasuk data
kualitatif pada penelitian ini adalah data-data untuk mengetahui
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran, selain itu data
kualitatif juga digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi selama
proses pembelajaran berlangsung.
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif yaitu penyajian dalam bentuk angka-angka.31
Adapun yang termasuk data kuantitatif pada penelitian ini adalah
data-data tentang kemampuan mengidentifikasi siswa (tes).
2. Cara Pengumpulan Data
Sumber data PTK ini adalah :
a. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa selama
proses kegiatan belajar mengajar.
b. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi metode
Talking Stick terhadap hasil belajar pada Peristiwa Akhir Hayat
Rasulullah SAWdalam proses pembelajaran.
30
Ibid., 94.
31
46
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan agar bisa
mendapatkan data yang yang benar-benar valid, maka peneliti melakukan
pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
1) Observasi
Merupakan proses pengamatan atau pengindraan langsung
terhadap kondisi, situasi, proses, dan prilaku saat proses pembelajaran
berlangsung. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data
tentang aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar dan
penerapan materi dengan cara metode Talking Stickyang dilaksanakan
guru dan peneliti. Lembar observasi terlampir.
2) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan informasi melalui
komunikasi secara langsung dengan respond. Teknik wawancara
dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data tentang pendapat
siswa mengenai proses belajar mengajar yang diajarkan oleh guru
sebelum dan sesudah adanya tindakan (penggunaan metode Talking
Stick). Lembar Observasi Terlampir.
3) Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa, jenis yang
digunakan adalah tes tulis dalam bentuk pilihan ganda dan uraian.
47
performance. Tes tulis dituangkan dalam soal pada akhir
pembelajaran.
4) Dokumentasi
Dokumentasi adalah laporan tertulis tentang suatu peristiwa
yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa
tersebut. Dokumen terdiri atas buku-buku, surat, dokumen resmi, foto.
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang ada pada lembaga sekolah sebagai
penunjang data.
3. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan
dinamis yang dilakukan oleh para guru-dan peneliti, bergerak dari
komponen tindakan dalam satu siklus ke siklus lain, sampai membangun
interpentasi, dengan fokus utamanya rencana (plan) dan tindakan (act)
atau aspek praktis.32
Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara deskriptif
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) dapat
dilihat dari nilai-nilai rata-rata, presentase keberhasilan belajar dan
lain-lain. Sedangkan data kualitatif merupakan data yang berupa informasi
berbentuk kalimat yang memberikan gambaran kenyataan atau fakta
sesuai data yang diperoleh.
32
48
Data hasil pengamatan mengenai aktifitas siswa dan guru dalam
proses belajar mengajar dapat dianalisis dengan memberikan skala
penilaian pada tabel observasi siswa dan guru. Skala penilaiannya sebagai
berikut:
4 = Sangat baik
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Analisis tingkat keberhasilan atau presentase hasil belajar siswa
dapat dilihat pada tiap siklusnya. Pada masing-masing siklus dilakukan
dengan cara memberikan evaluasi berupa tes tulis dan non tes
(performance). Rata-rata diperoleh atau dihitung dengan cara
menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh dan membaginya dengan
jumlah siswa. Adapun untuk menghitung nilai rata-rata dapat
menggunakan rumus:
¦
¦
N
X
X
Keterangan : X = Nilai rata-rata
Ȉ; = Jumlah semua nilai siswa
49
Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar kelas digunakan
rumus sebagai berikut:
݈ܰ݅ܽ݅ ൌௌ௬ௗ
ௌ௦ ܺͳͲͲΨ
Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya jika kelas tersebut 85%
siswa tuntas dalam belajar, dengan kriteria tingkat keberhasilan belajar
[image:57.595.136.520.222.627.2]yang dikelompokkan ke dalam lima kategori berikut33:
Tabel 3.1
Tingkat Keberhasilan Siswa
Tingkat keberhasilan (%) Kriteria
90% - 100%
80% - 89%
65% -79%
55% - 64%
55%
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
33
50
F. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat
tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau
memperbaiki PBM dikelas. Indikator kinerja harus realistik dan data dapat
diukur (jelas cara pengukurannya).34
Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut :
1. Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan hasil belajar siswa pada
pelajaran sejarah kebudayaaan Islam materi Peristiwa Akhir Hayat
Rasulullah SAW dapat meningkat. Diukur dari presentase pemahaman
siswa sebelum menggunakan metode Talking Stick dan sesudah
menggunakan metode Talking Stick.
2. Meningkatnya ketuntasan belajar menjadi 85%.
3. Meningkatnya hasil belajar siswa rata-UDWDPHQMDGL
G. Tim Peneliti dan Tugasnya
1. Nama Ketua Tim Peneliti
a. Nama : Serly Mahfudha
b. NIM : D07211026
c. Mitra Kerja 0,0D¶DULI'XUXQJEDQMDU&DQGL6LGRDUMR
2. Anggota Tim Peneliti
a. Nama : Nur Hadi S. Pd
51
b. Jabatan Fungsional : Guru Mata Pelajaran SKI
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam proses pembelajaran
yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V terkait materi
Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW menggunakan metode Talking Stick.
Sehingga akan diketahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi
Peristiwa Akhir Hayat Rasulullah SAW metode Talking Stick.
Guru berkolaborasi bersama dengan peneliti dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas. mereka bertanggung jawab penuh dalam penelitian
tindakan kelas ini dan memberikan evaluasi hasil belajar mengenai
52 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. *DPEDUDQXPXP0,0D¶DULI'XUXQJEDQMDU&DQGL6LGRDUMR
0DGUDVDK ,EWLGDL\DK 0D¶DULI 'XUXQJEDQMDU PHUXSDNDQ VDODK VDWX
pendidikan formal yang berada di Desa Durungbanjar Kecamatan Candi
Kabupaten Sidoarjo, Madrasah ini berdiri pada tahun 1969. Madrasah
,EWLGDL\DK0D¶DULI'XUXQJEDQMDULQLEHUVWDWXVWHUDNUHGLWDVL³%´
0DGUDVDK ,EWLGDL\DK 0D¶DULI 'XUXQJEDQMDU PHPLOLNL ILVLN EDQJXQDQ
bertingkat, dan juga memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai.
Madrasah Ibtidaiyah 0D¶DULI 'XUXQJEDQMDU MXJD PHPLOLNL WHQDJD SHQGLGLN
yang professional.
9LVL GDQ 0LVL VHUWD WXMXDQ 0, 0D¶DULI 'XUXQJEDQMDU &DQGL 6LGRDUMR
adalah sebagai berikut:
1. Visi
³Terwujudnya manusia yang BERIMTAQ dan BERIPTEK berorentasi
SDGD$KOXVVXQDK:DO-DPD¶DK$swaja)´
2. Misi
a. Menumbuh kembangkan sikap, perilaku dan amaliah yang Islami di
0DGUDVDK\DQJEHUKDOXDQ$KOXVXQQDKZDOMDPD¶DK$6:$-$
b. Melakukan bimbingan dan pembelajaran secara Aktif, Inovatif,
53
c. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif dan daya saing
yang sehat kepada seluruh warga madrasah baik dalam prestasi
akademik maupun non akademik
d. Menerapkan menajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh
warga Madrasah, Komite, Pengurus Madra