BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan teknik atau strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian berdasarkan permasalahan penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan metode penelitian sejarah, yang akan dibahas berikut ini.
3.1 Bentuk dan Strategi Penelitian
Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif yaitu memaparkan dan menggambarkan secara mendalam terkait dengan sejarah kerajaan Jailolo pada masa Kolano Katarabumi. Strategi yang digunakan dalam penelitian adalah sumber pustaka, yang berhubungan dengan bahasan penelitian.
3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber pustaka. Sumber data pustaka adalah data yang didapat berasal dari buku-buku di perpustakaan Notohamidjojo UKSW Salatiga, buku koleksi pribadi dan juga internet (e-book).
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, digunakan metode sejarah (historical method).
3.3.1 Heuristik
Heuristik merupakan kegiatan berupa penghimpunan jejak-jejak masa lampau, yakni peninggalan sejarah atau sumber apa saja yang dapat dijadikan informasi dalam pengertian studi sejarah. Pada tahap awal penulis akan menghimpun data yang terkait dengan penelitian berupa buku di perpustakaan UKSW dan buku koleksi pribadi, maupun dari sumber internet yang berkaitan dengan penelitian.
Dalam penelitian ini penulis mengalami beberapa kesulitan dalam mendapatkan informasi yang terkait dengan kerajaan Jailolo, yang pertama adalah tidak adanya bekas peninggalan kerajaan jailolo secara fisik yang berupa prasasti, tugu ataupun bekas bangunan kerajaan jailolo, hal ini disebabkan karena bencana alam yaitu Gunung Jailolo meletus Stampa Leopoldo (1992: 63)
yang berbahasa Spayol, Portugis dan Belanda yang banyak membahas kerajaan Jailolo khususnya pada masa pemerintahan Kolano Katarabumi.
3.3.2 Kritik
Hasil pengerjaan akademis atau kritis memerlukan fakta-fakta yang telah teruji. Oleh krena itu, data-data yang diperoleh melalui tahapan heuristik terlebih dahulu harus dikritik atau disaring sehingga diperoleh fakta-fakta yang seobjektif mungkin. Kritik tersebut dapat berupa kritik tentang otensitasnya (kritik eksternal) maupun kredibilitasnya (kritik internal) dilakukan ketika dan sesudah pengumpulan data berlangsung
Untuk medapatkan fakta-fakta yang objektif, maka sebelum menggunakan data-data yang diperoleh dari hasil heuristik, terlebih dahulu penulis mengkritik, dengan cara:
i) Kritik Intern
Yaitu usaha untuk menelaah isi dari sumber untuk menemukan kebenaran untuk menjelaskan masalah yang diteliti. Selain menelaah isi, dilakukan membandingkan beberapa buku untuk mendapatkan suatu kebenaran sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
ii) Kritik Ekstern
atau bukan, tahun pembuatan maupun judul buku sehingga peneliti mendapatkan fakta yang dibutuhkan, mencaritahu latar belakang penulis.
3.3.3 Interpretasi
Fakta-fakta sejarah perlu diinterpretasikan atau ditafsirkan agar sesuatu peristiwa rekontruksikan dengan baik, yakni dengan cara menyeleksi, menyusun, mengurangi tekanan, dan memanfaatkan fakta dalam urutan kausal. Dengan demikian, tidak hanya pertanyaan dimana, siapa, bilamana, dan apa yang perlu dijawab, tetapi juga yang berkenan dengan kata mengapa dan apa jadinya.
Dalam intepretasi, tidak perlu terkungkung oleh batas-batas kerja bidang sejarah semata, sebab sebernanya kerja sejarah melingkupi segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, untuk memahami kompleksitas suatu peristiwa, maka mau tidak mau sejarah memerlukan pendekatan multidimensi. Dengan demikian, berbagai ilmu bantu perlu digunakan dengan tujuan mempertajam analisis sehingga diharapkan dapat diperoleh generalisasi ke tingkat yang lebih sempurna. Dalam tahap interpretasi, subjektifitas sejarawan harus berusaha sedapat mungkin mungkin menekan subjektifitasnya dan tahu posisi dirinya sehingga tidak membias ke dalam ini tulisannya
3.3.4 Historiografi
Histografi adalah panyajian hasil interpretasi fakta dalam bentuk tulisan. Dapat dikatakan histograsi sebagai puncak dari rangkaian seorang sejarwan, dan dari tahapan inilah dapat diketahui “baik buruknya” hasil kerja secara keseluruhan. Oleh karena itu dalam penulisan diperlukan kemapuan menyusun fakta-fakta yang bersifat fragmatis ke dalam tulisan yang sistematis, utuh dan komunaikatif.
Dalam histografi modern (sejarah kritis), seorang sejarawan tidak terpaku pada pada bentuk penulisan yang naratif atau deskriptif, tetapi dengan multidimensionalnya lebih mengarah kepada bentuk yang analitis kerena dirasakan lebih scintific dan mempunyai kemampuan memberi keterangan yang lebih unggul dibandingkan dengan apa yang ditampilkan oleh sejarawan konvensional dengan sejarah naratifnya. Langkah ini merupakan penulisan penelitian sejarah dimana hasil interpretasi atas fakta-fakta sejarah, disusun kedalam cerita sejarah yang secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan.
3.4 Analisa Data
semua data disusun sedemikian rupa sehingga saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
3.5 Kerangka Berpikir
[image:6.595.100.511.219.619.2]Penelitian kerajaan Jailolo pada masa Kolano Katarabumi tahun 1534-1551 memiliki skema atau kerangka berpikir yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Politik & Kekuasaan Sosial & Ekonomi Kepercayaan & Budaya Kolano Katarabumi
1534-1551 Kerajaan Jailolo
( -1684) Kerajaan Loloda( -1500)
Kerajaan Moro ( -1574)
Kerajaan Ternate (1257-sekarang)
Kerajaan Tidore (1274-1956)
Kerajaan Bacan (1322-1606)
KERAJAAN MALUKU
Gambar 3. Kerangka berpikir penelitian
Kerangka berpikir dalam penelitian sejarah kerajaan Jailolo pada masa pemerintahan Kolano Katarabumi dapat dijelaskan sebagai berikut:
kapan berdirinya kerajaan Jailolo tetapi menurut Adnan Amal (2007: 25) sebelum tahun 1250 kerajaan Jailolo sudah menguasai kerajaan Loloda. Kerajaan Jaillolo berakhir pada tahun 1684 dan dianeksasi oleh Ternate dan tidore.
Kedua adalah Kerajaan Loloda, kerajaan ini juga belum dapat dipastikan kapan berdirinya, setelah tahun 1250 dikuasai oleh Jailolo pada tahun 1500 kerajaan Loloda sepenuhnya jatuh ketangan kerajaan Ternate. Ketiga adalah adalah kerajaan Moro, Kerajaan Moro juga tidak dapat dipastikan kapan berdirinya. Pada tahun 1574 setelah Raja Babullah dinobatkan menjadi Sultan Ternate ia menggabungkan kerajaan Moro kedalam wilayah kekuasaan ternate (Schuurman, 1994:7).
Keempat adalah kerajaan Ternate yang berdiri pada tahun 1257, dalam buku Adnan Amal (2007:53) menceritakan bahwa pada tahun 1250 terjadi eksodus besar-besaran orang Halmahera dibawah kerajaan Jailolo ke pulau-pulau kecil di sekitar pulau Halmahera, hal ini disebabkan karena adanya konflik antara raja Jailolo dengan kolompok-kelompok politik lokal, orang-orang yang mendarat di Ternate membentuk komonitas dan pada tahun 1257 mereka mampu membentuk sebuah kerajaan yang bertahan sampai sekarang. Kelima adalah kerajaan Tidore, berdiri pada tahun 1274 dan berakhir pada tahun 1956. Kerjaan yang keenam adalah Kerajaan Bacan yang berdiri pada tahun 1322 dan berakhir pada tahun 1606.