• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM SEMBAKO MURAH DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS ANGGOTA KJKS BMT AMANAH UMMAH SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM SEMBAKO MURAH DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS ANGGOTA KJKS BMT AMANAH UMMAH SURABAYA."

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI SISTEM INFORMASI

PERPUSTAKAAN

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KHADIJAH SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

QONITATIN NISA

NIM. D03212055

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Sistem Informasi Perpustakaan Di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya

Oleh: QONITATIN NISA NIM. D03212055

Di zaman global seperti sekarang, pendidikan merupakan sesuatu yang penting. karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan saat ini telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan. Untuk memperoleh pendidikan, banyak cara yang dapat dicapai, di antaranya melalui perpustakaan, karena di perpustakaan berbagai sumber informasi bisa diperoleh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya, mengetahui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya dan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya.

Penelitian ini tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya dengan variabel-variabel yang diteliti. Penelitian deskriptif juga tidak terbatas hanya pengumpulan data saja melainkan meliputi analisis dan interpretasi data, yang ditujukan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa di SMA Khadijah Surabaya mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Sedangkan keberadaan sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya berjalan cukup baik. Sementara dalam peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya, para siswa memiliki tekat dan keinginan yang kuat untuk berkunjung ke perpustakaan sekolah. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran yang tinggi dari dalam diri siswa untuk menggali ilmu sebanyak mungkin, sehingga mereka dapat menguasai bidang-bidang keilmuan yang menjadi tugas mereka sebagai pelajar.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SAMPUL DALAM ... ii

PERESETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

1. Pengertian Prestasi Belajar Siswa ... 23

2. Teori-Teori Belajar ... 27

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 31

4. Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar ... 36

5. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar ... 38

6. Jenis-Jenis Prestasi Belajar Siswa ... 39

B. Konsep Dasar Sistem Informasi Perpustakaan ... 44

1. Pengertian Sistem Informasi Perpustakaan ... 44

2. Indikator Sistem Informasi Perpustakaan ... 57

3. Perpustakaan sebagai Pusat Sumber Belajar ... 65

(8)

C. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Sistem Informasi

Perpustakaan ... 76

BAB III : METODE PENELITIAN ... 83

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ... 86

B. Informan Penelitian ... 87

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 100

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 100

1. Sejarah SMA Khadijah Surabaya ... 100

2. Lokasi SMA Khadijah Surabaya ... 103

3. Lambang SMA Siti Khadijah ... 103

4. Visi dan Misi SMA Khadijah Surabaya ... 104

5. Struktur Organisasi dan Administrasi SMA Khadijah Surabaya ... 105

6. Keadaan Guru dan Siswa SMA Khadijah Surabaya ... 106

7. Tujuan dan Kurikulum Pendidikan SMA Khadijah Surabaya ... 106

8. Sarana dan Prasarana SMA Khadijah Surabaya ... 110

9. Selayang Pandang Perpustakaan SMA Khadijah Surabaya ... 118

B. Penuajian Data... 119

1. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMA Khadjah Surabaya . 119 2. Sistem Informasi Perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya ... 122

(9)

C. Analisis Data ... 132

1. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMA Khadjah Surabaya ... 132

2. Analisis Sistem Informasi Perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya ... 137

3. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Sistem Informasi Perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya ... 141

BAB V : PENUTUP ... 147

A. Kesimpulan ... 147

B. Saran ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 149

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone & McLean

(D&M IS Success Model) Tahun 1992 ... 57 Gambar 2.2 : Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone & McLean

(D&M IS Success Model) Tahun 2003 ... 59 Gambar 4.1 : Lambang SMA Siti Khadijah Surabaya ... 103

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami

kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berfikir

manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa

maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita.

Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan

yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita

berpikir kritis, kreatif, dan produktif.

Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia ingin mewujudkan

masyarakat yang cerdas. Untuk mencapai bangsa yang cerdas, harus terbentuk

masyarakat belajar. Masyarakat belajar dapat terbentuk jika memiliki kemampuan

dan keterampilan mendengar dan minat baca yang besar. Apalagi membaca

sudah merupakan kebiasaan dan membudaya dalam masyarakat, maka jelas

perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan merupakan

kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.

Dalam dunia pendidikan, perpustakaan terbukti berdaya guna dan bertepat

guna sebagai salah satu sarana pendidikan dan sarana komunikasi. Dalam kaitan

inilah perpustakaan dan pelayanan perpustakaan harus dikembangkan sebagai

salah satu instalasi untuk mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Perpustakaan merupakan bagian yang vital dan besar pengaruhnya terhadap

(12)

Peningkatan kualitas dan mutu pendidikan nasional menjadi salah satu

prioritas yang mendapat perhatian serius dari pemerintah RI. Keseriusan itu

diwujudkan dengan disahkan dan diberlakukannya Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang menjadi dasar pijakan yang kuat

bagi penyelenggaraan pendidikan nasional. Salah satu hal yang sangat penting

untuk dilihat dari undang-undang tersebut adalah ditetapkannya standar nasional

pendidikan yang mencakup antara lain sarana dan prasarana pendidikan sebagai

acuan pengembangan pendidikan. Di antara sekian banyak sarana dan prasarana

pendidikan yang menunjang kualitas pendidikan adalah perpusatakaan. Dengan

demikian, perpustakaan adalah salah satu sarana pendidikan yang strategis dan

mempengaruhi mutu pendidikan. Lebih jelas tentang pentingnya peranan

perpustakaan dalam meningkatkan mutu pendidikan kembali ditegaskan dalam

Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

yang menyatakan bahwa perpustakaan adalah bagian dari sarana dan prasarana

yang wajib dimiliki oleh sekolah atau madrasah.1

Pada zaman global sekarang, pendidikan merupakan sesuatu yang

penting. karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa.

pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap

orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan. Untuk memperoleh pendidikan,

banyak cara yang dapat dicapai, diantaranya melalui perpustakaan. karena di

perpustakaan berbagai sumber informasi bisa diperoleh.

1

(13)

Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang

nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia

Indonesia secara kaffah (menyeluruh). Pemerintah dalam hal ini Menteri

Pendidikan Nasional telah mencanangkan “Gerakan Peningkatan Mutu

Pendidikan” pada tanggal 2 Mei 2002; dan lebih berfokus lagi setelah

diamanatkan dalam Undang-Undang Sisdiknas (2003) bahwa tujuan pendidikan

nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.2

Pada masa krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah banyak

menyebabkan terjadinya pembatalan program-program pembangunan, baik yang

telah direncanakan, bahkan program-program yang tengah berjalan. Hal ini juga

tidak dapat dielakan dalam program-program peningkatan mutu pendidikan,

terutama masalah pengembangan perpustakaan. Padahal keberadaan

perpustakaan bagi sebuah lembaga pendidikan merupakan suatu keharusan.

Ahmad Saefudin menyatakan bahwa di dunia Barat perpustakaan dianggap

sebagai suatu bagian yang penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

mereka bahkan ada yang berpendapat sebagai lambang kesuksesan kerja suatu

instansi atau organisasi.

Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar, memiliki peran yang sangat

penting pada dunia pendidikan, misalnya pada mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap peserta didik. Perpustakaan berfungsi memotivasi

siswa, penunjang kegiatan siswa, serta membantu siswa dan guru untuk

memacu tercapainya tujuan pendidikan di suatu lembaga pendidikan.

2

(14)

Dengan adanya perpustakaan, siswa diharapkan bisa mengembangkan

keterampilan untuk mencari informasi bagi keperluan mereka sendiri. Hal ini

tentunya dengan cara memanfaatkan perpustakaan semaksimal mungkin, yaitu

dengan membaca dan memahami buku-buku yang tersedia untuk menambah

pengetahuannya, baik buku pelajaran, buku agama, dan buku-buku umum.

Keberadaan perpustakaan di suatu lembaga pendidikan adalah sangat

penting. Ibarat tubuh manusia, perpustakaan adalah organ jantung yang bertugas

memompa darah ke seluruh tubuh. Pentingnya keberadaan perpustakaan sekolah

dapat dilihat dalam pasal 45 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa: “setiap satuan pendidikan

formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi

keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya

potensi didik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan peserta didik.3

Demikian juga dalam Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005

tentang standar nasional pendidikan pada pasal 42 (2) disebutkan: “setiap

satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas,

ruang pimpinan, satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang

perpustakaan, ruang laboratorium, ruangan bengkel kerja, ruang unit produksi,

ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,

tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang atau tempat lain yang diperlukan

untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.4

3

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Semarang: CV. Aneka Ilmu), hal. 25-26.

4

(15)

Tujuan utama penyelenggaraan perpustakaan adalah untuk meningkatkan

mutu pendidikan, selain menunjang, mendukung, dan melengkapi kegiatan

belajar-mengajar, kegiatan kurikuler, dan ekstrakurikuler, juga diharapkan dapat

menumbuhkan minat baca dan mengembangkan bakat siswa. Berbagai jenis

layanan yang diberikan perpustakaan dalam menunjang ketercapaian

pembelajaran antara lain pengadaan bahan-bahan pembelajaran yang menunjang

kurikulum. Itu dimaksudkan tidak hanya mempertinggi daya serap dan

penalaran proses pendidikan, tetapi juga memperluas wawasan, dan kreativitas

siswa, dan memperluas wawasan guru yang berguna untuk mengajar.5

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat ternyata

berdampak pula pada dunia usaha, intansi atau lembaga kemasyarakatan

lainnya. Dampak kemajuan tersebut ditandai dengan semakin banyaknya

orang menggunakan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi terutama

pengetahuan teknologi komputer, karena teknologi tersebut berguna sebagai

alat bantu pengolahan data di perusahaan, instansi maupun kegiatan lainnya.

Salah satu contoh dari penggunaan teknologi informasi saat ini adalah

penerapan teknologi informasi pada dunia perpustakaan, atau sering disebut

sistem informasi perpustakaan atau sistem automasi perpustakaan. Karena

kelebihan teknologi informasi ini adalah kemampuannya memproses data

secara cepat, media penyimpanan yang memadai data terotomatisasi, sehingga

akan menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.

Oetomo mendefinisikan bahwa sistem informasi perpustakaan adalah

suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung

5

(16)

keputusan pada kegiatan manajemen perpustakaan seperti perencanaan,

pemrakarsaan, pengorganisasian, dan pengendalian dalam suatu organisasi

perpustakaan.6 Sedangkan menurut Riyanto, sistem informasi perpustakaan

adalah suatu penerapan teknologi informasi digunakan sebagai sistem informasi

manajemen perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan

sistem informasi perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi,

sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistik dan lain sebagainya.7

Kebutuhan akan teknologi informasi sangat berhubungan dengan peran

perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian dan penyebaran informasi

ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Karena pada dasarnya kegiatan teknologi

informasi dan perpustakaan memiliki kesamaan, yakni proses penyimpanan,

menghasilkan, mengolah, serta menyebarkan informasi.

Perpustakaan Yayasan SMA Khadijah sebagai salah satu perpustakaan

yang bertujuan mendukung visi, misi dan kegiatan di SMA Khadijah serta

membantu mensukseskan pendidikan bagi segenap civitas akademika dengan

pelayanan bahan pustaka secara efektif dan efisien. Untuk tercapainya tujuan

yang telah digariskan dalam visi dan misi SMA Khadijah Surabaya, pengelola

perpustakaan senantiasa dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang

berkualitas.

Koleksi buku-buku yang ada di sana sangat beragam, meliputi buku-buku

referensi, agama, sastra, bahasa, sains, ilmu bumi, ilmu sosial dan tak lupa

6

Budi Sutedjo Dharma Oetomo, Perencanaan & Pembangunan Sistem Informasi,(Yogyakarta: Andi, 2006), hal. 173.

7

(17)

buku umum seperti novel dan pengetahuan umum. Pengadaan bahan pustaka

buku untuk koleksi perpustakaan secara teratur dilakukan dengan pembelian

dan juga dari hibah atau pemberian dari yayasan internasional seperti yang sudah

ada, yaitu, mendapat sekitar 500 ekspemplar buku dari Singapore Library,

kenang-kenangan dari Duta Besar Amerika, serta Royal Navy Inggris.

Buku-buku yang tersedia di perpustakaan selalu up to date, sehingga pengunjung bisa menemui novel terbaru karya pengarang ternama yang bisa

pinjam tanpa dipungut biaya. Tidak hanya buku saja yang ada di perpustakaan

ini, karena Perpustakaan SMA Khadijah Surabaya juga dilengkapi oleh sarana

komputer yang lengkap dengan saluran internet. Jadi, para siswa yang berkunjung

perlu merasa khawatir kalau mereka tidak menemukan buku yang cocok, sebab

mereka bisa langsung mengaksesnya lewat internet. Komputer yang tersedia

pun cukup banyak, yaitu ada 6 buah komputer khusus siswa dan 2 buah

komputer untuk operator perpustakaan yang siap digunakan.

Selain untuk menambah referensi, perpustakaan ini juga bisa dijadikan

sarana untuk berdiskusi dan belajar antar murid dan Guru. Karena tempatnya

yang sangat nyaman, terlebih juga dilengkapi AC, dan penjaga perpustakaan yang

ramah dan selalu siap mencarikan buku yang diperlukan. Dengan demikian

betapa perlunya sistem informasi perpustakaan sebagai penerapan teknologi

informasi yang digunakan untuk mempermudah kegiatan administratif

perpustakaan seperti pengadaan, pengolahan, katalogisasi, sirkulasi, pengelolaan

keanggotaan, penelusuran informasi atau bahan pustaka dan sebagainya. Akan

lebih mudah pelayanan kegiatan administrasi perpustakaan tersebut diatas

(18)

SMA Khadijah dari tahun ke tahun telah mendapat kepercayaan dari

masyarakan luas khususnya masyarakat Jawa Timur. Dukungan dan kepercayaan

dari masyarakat itulah yang mengantar SMA Khadijah menjadi Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional. SMA khadijah tidak mau mengecewakan

masyarakat dan berusaha mempertahankan kepercayaan yang sudah ada. Saat

ini SMA Khadijah berusaha menghapus huruf “R” di jajaran kata RSBI

sehingga menjadi SBI (SMA Khadijah Bertaraf Internasional). Menghapus

huruf “R” membutuhkan proses yang panjang dan sebuah keseriusan. Salah

satu keseriusan SMA Khadijah adalah peningkatan mutu pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kurikulum yang digunakan

terutama bagi SMA Khadijah yang berusaha menghilangkan huruf “R”. Bekal

dari pelatihan, workshop dan seminar tentang pengembangan kurikulum adaptif,

MGMP guru mata pelajaran berusaha mengembangkan kurikulum yang ada di

SMA khadijah dengan kurikulum adaptif yang salah satunya mengacu pada

Cambridge University.

Penyelenggaraan pendidikan nasional diselenggarakan secara sentralistik

yang menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Sebagai

pelaksana yang sangat tergantung pada keputusan yang di ambil pada tingkat

pusat yang kadang-kadang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi

sekolah pada dataran realitasnya. Dengan demikian sekolah kehilangan

kemandirian, motivasi, kreatifitas, inovasi dan daya inisiatifnya untuk

mengelola dan menyelasaikan masalah yang dihadapinya. Dalam hal peningkatan

(19)

menentukan program dan kegiatan lainnya yang diharapkan mampu

meningkatkan mutu output pendidikan yang dihasilkan.

Kebijakan dan penyelengaraan pendidikan nasional menggunakan

pendekatan education function atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Dengan pendekatan ini fungsi lembaga

pendidikan dilihat sebagai pusat produksi yang apa bila semua kebutuhan

input dipenuhi sebagai output yang diharapkan akan meningkat pula. Murid diperlakukan row-input sementara guru, kurikulum, dan fasilitas diperlakukan sebagai instrumental input.8 Dalam pendekatan ini pemenuhan segala

kebutuhan input seperti pelatihan guru, pengadaan buku, dan alat pelajaran,

perbaikan sarana dan prasarana lebih ditekankan tanpa melihat proses sebagai

bagian dari sebuah kegiatan pendidikan yang lebih penting.9

Peran serta masyarakat, terutama orang tua siswa, dalam penyelenggaraan

pendidikan selama ini sangat minim. Hal ini muncul karena sekolah dipandang

sebagai sebuah perusahaan industri yang melayani kebutuhan individu. Dengan

pandangan demikian, sekolah lebih bersifat frahmented dan menganggap sekolah sebagai lembaga yang berdiri sendiri dan terpisah dari masyarakat

sekitarnya.10 Partisipasi masyarakat yang selama ini terjadi lebih banyak pada

dukungan input dana tanpa memperhatikan proses seperti: pengambilan

keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas.11 Dalam keadaan seperti ini

8

Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta; Bigraf Publishing, 2000), hal. 4.

9

Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2000 ), hal. 2.

10

Zamroni, Paradigma Pendidikan…, h. 43.

11

(20)

sekolah menjadi tidak punya beban untuk mempertanggungjawabkan

program-program yang dilakukanya. Pada masyarakat sebagai salah satu pihak yang

berkepentingan (stakholder) harus ikut mengontrol apa yang terjadi di sekolah. SMA Khadijah juga memberikan materi martikulasi yang diberikan

dikelas siang. Materi martikulasi berisi pembekalan agama dan bahasa inggris.

Materi tambahan ini bertujuan memberikan pembekalan dan ketrampilan

tentang keagamaan dan kemampuan bahasa Inggris siswa. Cambridge

Sertificate di SMA Khadijah bekerjasama dengan Darul Ulum Jombang

sebagai center penyelenggara ujian Cambridge. Alhamdulilah tahun ajaran

2008-2009 periode oktober/November telah meluluskan 5 siswa.12

Untuk membentuk citra yang baik terhadap lembaga dalam rangka

menarik minat sejumlah siswa dan meningkatkan mutu sekolah maka lembaga

pendidikan mengembangkan berbagai inovasi dalam kurikulum. Seperti

halnya dengan SMA Khadijah. SMA Khadijah Surabaya merupakan Sekolah

Bertaraf Internasional (SBI) tingkat menengah atas yang berada di bawah

naungan lembaga pendidikan berbasis NU yang dalam usaha peningkatan

mutunya telah megimplementasikan International Standards Organization

(ISO 9001).

Dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah, usaha yang dilakukan

SMA Khadijah Surabaya dapat dilihat dalam Evaluasi Diri Sekolah (EDS),

yang merupakan bagian penting dalam penjaminan mutu dan peningkatan

mutu pendidikan. EDS adalah proses yang mengikutsertakan semua pemangku

12

(21)

kepentingan untuk membantu sekolah dalam menilai mutu penyelenggaraan

pendidikan berdasarkan indikator-indikator kunci yang mengacu pada pada

Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Hasil EDS merupakan bagian yang penting dalam kegiatan monitoring kinerja

sekolah oleh pemerintah daerah dalam rangka penjaminan dan peningkatan

mutu pendidikan.13

Keuntungan yang akan diperoleh sekolah dari EDS adalah sekolah

mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya sebagai

dasar penyusunan rencana pengembangan lebih lanjut, sekolah mampu

mengenal peluang untuk memperbaiki mutu pendidikan, menilai keberhasilan

upaya peningkatan, dan melakukan penyesuaian program-program yang ada.

Sekolah mampu mengetahui tantangan yang dihadapi dan mendiagnosis jenis

kebutuhan yang diperlukan untuk perbaikan. Sekolah dapat mengetahui tingkat

pencapaian kinerja berdasarkan SPM dan SNP. Sekolah dapat menyediakan

laporan resmi kepada para pemangku kepentingan tentang kemajuan dan hasil

yang dicapai. Sekolah melakukan proses EDS setiap tahun sekali.14

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan

adalah salah satu bagian dari sarana dan prasarana yang wajib dimiliki oleh setiap

lembaga pendidikan yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan

proses pendidikan itu sendiri. Dalam upaya peningkatan kualitas dan mutu

pendidikan, maka seluruh komponen pendidikan harus terintegrasi dengan baik,

13

Nur Faizah, “Inovasi Kurikulum Total Quality Management (TQM) di SMA Khadijah Surabaya”.

Skrispi , (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya), hal. 133.

14

(22)

termasuk perpustakaan. Sehubungan dengan uraian di atas, peneliti merasa

tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Sistem Informasi Perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka pada

penelitian ini rumusan masalah yang akan diangkat adalah :

1. Bagaimana prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Khadijah

Surabaya?

2. Bagaimana sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas

Khadijah Surabaya?

3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi

perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Atas

Khadijah Surabaya.

2. Untuk mengetahui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah

Atas Khadijah Surabaya.

3. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem

(23)

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

a. Dapat menambah ilmu tentang sistem informasi perpustakaan.

b. Menerapkan ilmu yang pernah didapat penulis di bangku perkuliahan.

2. Bagi Perpustakaan

a. Dapat menerapkan sistem informasi perpustakaan yang terkomputerisasi

untuk mempermudah kegiatan administratif perpustakaan.

b. Dapat memberi pelayanan yang lebih efektif dan efisien bagi para

pengguna di lingkungan sekolah.

E. Definisi Operasional

Soedarmayanti mengatakan bahwa definisi operasional adalah definisi

yang terdapat dalam hipotesis, atau definisi yang pada intinya merupakan

merupakan penjabaran lebih lanjut secara lebih konkrit dan tegas dari suatu

konsep.15 Untuk menghindari kesalah pahaman dalam pengertian yang dimaksud

dalam judul penelitian di atas, maka penulis memberikan batasan dan penjelasan

pada beberapa istilah pokok maupun kata yang menjadi variabel penelitian

berikut:

1. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi merupakan penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar

yang menyatakan dalam bentuk huruf, simbol, angka maupun kalimat

15

(24)

yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam

metode tertentu.16 Dan belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya.17

Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadi

perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan, interaksi dengan

lingkungan, pengalaman selama periode waktu yang cukup panjang. Jadi,

yang dimaksud penngkatan prestasi belajar siswa mealui sistem informasi

perpustakaan adalah peningkatan hasil prestasi belajar siswa yang

ditempuh oleh siswa-siswa khususnya di perpustaaan melalui sisem

informasi perpustakaan sehingga akan menjadikan kualitas pembelajaran

di SMA Khadijah Surabaya menjadi meningkat.

2. Sistem Informasi Perpustakaan

Oetomo mendefinisikan bahwa sistem informasi perpustakaan adalah

suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung

keputusan pada kegiatan manajemen perpustakaan seperti perencanaan,

pemrakarsaan, pengorganisasian, dan pengendalian dalam suatu organisasi

perpustakaan.18 Adapun yang menjadi sub variabel dan indikator dalam

sistem informasi perpusatakaan, yaitu:

a. Kualitas sistem, dengan indikator antara lain:

1) Kekinian data diusulkan.

16

Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 50.

17

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), cet-3, 2.

18

(25)

2) Waktu respon dan keakuratan data.

3) Keandalan dan kelengkapan sistem.

4) Keluwesan dan kemudahan pengguna.

b. Kualitas informasi, dengan indikator, antara lain:

1) Akurasi dan tepat pada waktunya.

2) Kelengkapan informasi.

3) Keringkasan dan kesesuaian.

c. Kualitas pelayanan, dengan indikator, antara lain:

1) Reliabilitas dan daya tanggap yang cepat.

2) Jaminan dan empati.

3) Adanya bukti fisik.

d. Minat penggunaan sistem, dengan indikator, antara lain:

1) Penggunaan nyata.

2) Persepsi penggunaan.

e. Kepuasan penggunaan sistem, dengan indikator, antara lain:

1) Kebenaran dan efisiensi.

2) Keefektifan dan kepuasan.

3. Mutu Lembaga Pendidikan

Dedy mengemukakan bahwa, mutu lembaga pendidikan di sekolah

dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara

operasional dan efesien terhadap komponen yang berkaitan dengan sekolah,

(26)

berlaku.19 Adapun yang menjadi sub variabel dan indikator dalam mutu

lembaga pendidikan, meliputi:

a. Input, dengan indikator, antara lain:

1) Kualitas peserta didik baru yang diterima.

2) Kualifikasi dan kompetensi guru meningkat.

3) Kecukupan ruang belajar beserta kelengkapannya.

4) Kecukupan peralatan praktik dan laboratorium.

5) Ketersediaan bahan praktek dan buku pelejaran.

6) Ketersediaan dana operasional pendidikan.

b. Proses, dengan indikator, antara lain:

1) Ketepatan waktu belajar mengajar guru.

2) Kesiapan dan kelengkapan bahan mengajar guru.

3) Kesiapan alat dan bahan pada waktu diperlukan.

4) Keterlaksanaan pengawasan pengajaran guru.

5) Keteraturan pelaksanaan evaluasi formatif.

6) Iklim belajar mengajar yang kondusif.

c. Output, dengan indikator, antara lain: 1) Prosentase kelulusan.

2) Nilai UN rata-rata terendah dan tertinggi.

3) Nilai UN rata-rata sekolah dibandingkan dengan nilai UN rata-rata

kabupaten, provinsi dan nasional.

19

(27)

4) Prosentase peserta didik yang tinggal di kelas.

5) Prosentase peserta didik yang mengulang dan prosentase peserta

didik yang drop-out.

d. Outcome, dengan indikator, antara lain:

1) Prosentase lulusan yang diterima dijenjang pendidikan yang lebih

tinggi (unggulan).

2) Prosentase lulusan yang tidak melanjutkan pendidikan.

e. Benefit, dengan indikator, antara lain:

1) Adanya pujian/penghargaan dari pengguna tamatan.

2) Adanya pujian dan penghargaan dari orang tua tamatan.

3) Adanya perhatian dari alumni sekolah.

4) Meningkatnya animo calon siswa baru.

f. Impact, dengan indikator, antara lain:

1) Banyaknya studi banding yang dilakukan oleh sekolah lain.

2) Banyaknya alumni sekolah menjadi kader pemimpin bangsa.

3) Banyaknya alumni sekolah yang menjadi aset bangsa, menjadi

manusia produktif dan tidak menjadi manusia beban.

F. Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap

penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu,

diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti,

(28)

Penelitian tentang kesuksesan sistem informasi pernah dilakukan oleh

Surachman (2007) dengan judul “Analisis Penerimaan Sistem Informasi

Perpustakaan (SIPUS) Terpadu Versi 3 (Tiga) di Lingkungan Universitas Gadjah

Mada”. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

penerimaan pengguna sistem informasi perpustakaan terhadap SIPUS Terpadu

Versi 3 (tiga) dengan menggunakan Technology Acceptance Model, dan untuk mengetahui penerimaan staf perpustakaan terhadap penggunaan Sistem Informasi

Perpustakaan (SIPUS) Terpadu versi 3 (tiga) di Universitas Gadjah Mada. Hasil

penelitian menunjukan bahwa variabel kebermanfaatan dan kemudahan

berpengaruh terhadap variabel penerimaan, baik secara individu (dengan

Uji-T) maupun secara bersama-sama (Uji-F). Secara statistik deskriptif menunjukan

bahwa persepsi pengguna terhadap kebermanfaatan dan kemudahan SIPUS

Terpadu versi 3 (tiga) adalah cukup. Dari pengujian model diperoleh bahwa

kedua variabel merupakan faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap

SIPUS sebesar 63,8%, sedangkan sisanya sebesar 36,2% adalah faktor lain,

seperti kualitas software, kualitas informasi, kepuasan pengguna, kenyamanan,

dan sebagainya.

Penelitian yang dilakukan oleh Amirotus Sholichah (2008), berjudul

“Studi tentang Manajemen Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi dan

Implikasinya terhadap Pelayanan Mahasiswa dalam Memanfaatkan Sumber

Belajar di IAIN Walisongo Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

manajemen perpustakaan berbasis Teknologi Informasi (TI) secara umum,

manajemen perpustakaan yang berbasis Teknologi Informasi (TI) di IAIN

(29)

Informasi (TI) terhadap pelayanan mahasiswa, sebagai pemanfaatan sumber

belajar di IAIN Walisongo Semarang. Dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa, setiap lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi harus memiliki

perpustakaan. Hal ini megingat pentingnya perpustakaan sebagai “Jantungnya

Perguruan Tinggi” yang mempunyai peranan penting dalam mewujudkan Tri

Dharma kampus. Secara keseluruan perpustakaan IAIN Walisongo berbasis

Teknologi Informasi (TI) sudah memenuhi standar perpustakaan yang baik,

sebab pengelolaan perpustakaan menggunakan prinsip-prinsip manajemen, yang

meliputi; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), pengendalian (controlling), dan evaluasi (evaluating). Selain itu, Teknologi Informasi (TI) yang diaplikasikan oleh perpustakaan IAIN Walisongo

untuk melayani mahasiswa adalah layanan sirkulasi: berupa layanan peminjaman

dan pengembalian, statistik pengguna, administrasi keanggotaan. Faksimil dan

internet; berupa kamus elektronik, direktori elektronik, peta elektronik, hasil

penelitian dalam bentuk digital. Layanan jurnal/majalah/berkala; berupa

jurnal-jurnal elektronik. Layanan multimedia/audiovisual; berupa informasi dalam

bentuk kaset video, kaset audio, microfilm, mocrofische, compact disk, laser disk,

DVD, home movie, home theatre. Layanan internet dan computer station;

berupa website perpustakaan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Zulfikar Husain (2009) berjudul

“Pengaruh Pemanfaatan Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web terhadap

Kemudahan Penelusuran di UPT Perpustakaan IKIP PGRI Semarang. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi. Hasil analisis

(30)

dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,361, maka 0.981 menunjukkan rxy >

r-tabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh antara

pemanfaatan sistem informasi berbasis web terhadap kemudahan penelusuran

di UPT Perpustakaan IKIP PGRI Semarang.

Penelitian berjudul “Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi Perpustakaan

(SIPUS Terpadu Versi 3) terhadap Kinerja Pelayanan Sirkulasi di Perpustakaan

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta”, yang dilakukan oleh Haryanta (2010).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan

Sistem Informasi Perpustakaan terhadap kinerja Pelayanan Sirkulasi di

Perpustakaan Universitas Gadjah Mada. Model penelitian ini, menggunakan

variabel penggunaan Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS Terpadu Versi 3)

sebagai variabel independen, dan variabel kinerja pelayanan sirkulasi sebagai

variabel dependen. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan dan positif yang ditunjukan dengan angka signifikansi sebesar 0,000

lebih kecil dari 0,05 (signifikan) dan koefisien regresi sebesar 0,175 (positif)

antara penggunaan Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS Terpadu Versi 3)

dan Kinerja Pelayanan Sirkulasi. Berdasarkan pedoman Uji Signifikansi korelasi

Product Moment, diperoleh koefisien determinasi Adjusted R2sebesar 0,413 yang termasuk dalam kategori sedang. Dari pengujian model diperoleh bahwa

variabel penggunaan Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS Terpadu Versi 3)

mempengaruhi kinerja pelayanan sirkulasi sebesar 41,3% sedangkan sisanya

58,7% (100% - 41,3%) dipengaruhi oleh variabel yang lain diluar model.

Berdasarkan pada beberapa hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan

(31)

Sistem Informasi Perpustakaan. Akan tetapi dari penelitian-penelitian tersebut

tidak ditemukan adanya permasalahan Sistem Informasi Perpustakaan yang

dihubungkan dengan Mutu Lembaga Pendidikan sebagaimana permasalahan

yang hendak diteliti. Sehingga penelitian yang berjudul “Hubungan Sistem

Informasi Perpustakaan terhadap Mutu Lembaga Pendidikan di SMA Khadijah

Surabaya” inidapat dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi

dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai isi

skripsi ini, maka penulis membagi pembahasan tersebut ke dalam lima bab

yang terdiri dari sub-sub pembahasan tersendiri. Adapun kelima bab tersebut

tersusun dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Merupakan gambaran yang memuat pola dasar penelitian, yang

meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan masalah, definisi operasional, penelitian terdahulu dan

sistematika pembahasan.

Bab II : Kajian Pustaka

Dalam bab ini mencakup tentang teori-teori yang dijadikan dasar dalam

menentukan langkah-langkah pengambilan data, memaparkan kajian pustaka

yang digunakan sebagai pijakan peneliti dalam memahami fenomena yang

terjadi di lapangan. Adapun kajian pustaka ini berisi tentang: konsep dasar

(32)

peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di

SMA Khadijah Surabaya.

Bab III : Metode Penelitian

Menjelaskan tentang penyajian data-data empiris yang berhasil dihimpun

dari hasil penelitian yang akan dilakukan peneliti di antaranya: jenis penelitian,

rancangan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini memuat tentang gambaran umum obyek penelitian yang terdiri

dari sejarah SMA Khadijah Surabaya, lokasi SMA Khadijah Surabaya, lambang

SMA Khadijah Surabaya visi dan misi, struktur organisasi dan andministrasi,

keadaan guru dan siswa, tujuan dan kurikulum pendidikan, sarana dan prasarana,

selayang pandang perpustakaan SMA Khadijah Surabaya, penyajian data dan

analisis data tentang peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi

perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya.

Bab V : Penutup

Pada bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran yang diikuti dengan

daftar pustaka serta lampiran hasil penelitian, yang mungkin bermanfaat bagi

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Prestasi Belajar Siswa 1. Pengertian Prestasi Belajar Siswa

a. Pengertian Prestasi

Penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang

menyatakan dalam bentuk huruf, simbol, angka maupun kalimat yang

dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam metode

tertentu.20 Jadi prestasi belajar tidak akan pernah dihasilkan selama

seseorang tidak melakukan suatu kegiatan.

b. Pengertian Belajar

Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling

pokok dalam proses pendidikan. Karena pengajaran adalah alat untuk

mencapai tujuan pendidikan. Begitu pentingnya proses belajar

mengajar dalam pendidikan, maka perlu dijelaskan tentang pengertian

belajar serta hal-hal yang terkait dengannya.

Menurut Sardiman, belajar merupakan usaha mengubah tingkah

laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada

individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan

penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan,

20

(34)

keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian

diri.21

Menurut I.L. Pasaribu, Belajar merupakan suatu proses

perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut

tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau

keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan

obat-obatan.22

Menurut Wasty Sumanto, Belajar merupakan proses dasar dari

perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan

perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya

berkembang.23

Agama Islam menyatakan, belajar merupakan kewajiban bagi

setiap orang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam

rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Dalam surat Al-

Mujadalah ayat 11 dijelaskan:

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat……….”24

21

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 21.

22

I.L. Pasaribu. Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Tarsito, 1982), hal. 59

23

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal. 103.

24

(35)

Ahmad Tafsir mendefinisikan belajar adalah suatu perubahan

yang permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku yang

merupakan hasil latihan penguatan (reinforce).25

Menurut Mustaqim Belajar merupakan suatu aktifitas yang

menuju ke arah tertentu. Bagi aliran Psyco reflksiologi menurut

Mustaqim, belajar dipandang sebagai usaha untuk membentuk

reflek-reflek baru.26 Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa belajar adalah:

1) Suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman: jika

perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau

kematangan seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

seorang bayi, tidak dianggap sebagai hasil belajar.

2) Untuk dapat disebut belajar, maka memiliki perubahan relatif lama

dan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Berapa lama

periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi

perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang

mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun

bertahun-tahun.27

3) Suatu perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya.28 Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadi

25

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 60.

26

Mustaqim, Psikogi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 84.

27

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 84.

28

(36)

perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan,

interaksi dengan lingkungan, pengalaman selama periode waktu

yang cukup panjang.

Sedangkan menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Ngalim

Purwanto, “Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang

terhadap suatu situasi tertentu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak

dapat diperjelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,

kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan,

pengaruh obat).29 Belajar dapat dikatakan jika dalam situasi tertentu,

seseorang akan mengalami perubahan yang murni, tidak ada pengaruh

oleh keadaan yang muncul dalam waktu yang sesaat.

Jadi pengertian prestasi belajar merupakan hasil belajar yang

dicapai oleh siswa dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan

suatu mata pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan yang diinginkan.30

Menurut Arifin prestasi belajar merupakan suatu masalah yang

bersifat abadi, dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang

rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang

dan kemampuan masing-masing. Bila demikian halnya, kehadiran

prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis

tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia,

khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah.31

29

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 204.

30

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 50.

31

(37)

2. Teori-Teori Belajar

Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul psikologi belajar

menyebutkan bahwa teori belajar ada tiga, yaitu:

a. Teori Classical Conditioning (Pavlow dan Watson)

Pelopor dari teori conditioning ini adalah Pavlow seorang ahli psikologi-refleksiologi dari Rusia. Ia mengadakan percobaan-percobaan

dengan anjing. Secara ringkas percobaan-percobaan Pavlow dapat

diuraikan sebagai berikut: Seekor anjing dimasukkan ke ruangan yang

gelap, yang telah dibedah sehingga kelenjar ludahnya berada diluar

pipinya. Di ruangan itu hanya ada satu lubang yang terletak didepan

moncongnya, tempat menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya

pada waktu diadakan percobaan.

Pada moncongnya yang telah dibedah itu dipasang sebuah selang

yang dihubungkan dengan sebuah tabung diluar ruangan. Maka dapat

diketahui apakah air liur anjing tersebut keluar apa tidak pada waktu

diadakan percobaan. Alat yang digunakan pada percobaan-percobaan

itu adalah makanan, lampu senter untuk menyorotkan

bermacam-macam warna dan sebuah bunyi-bunyian.

Dari hasil percobaan-percobaan yang dilakukan dengan anjing

itu dapat disimpulkan bahwa gerakan-gerakan refleks itu dapat

dipelajari dan dapat berubah karena mendapat latihan.Dengan

demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar

(38)

lezat dan refleks bersyarat (conditioned-refleks) keluar karena menerima/bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau terhadap suatu

bunyi tertentu.

Demikian maka menurut teori conditioning belajar itu adalah waktu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat

(conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (respon). Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan secara terus-menerus. Yang diutamakan dalam teori ini adalah

hal belajar yang terjadi secara otomatis.

b. Teori Conditioning dari Guthri

Teori Guthrie mengemukakan bagaimana cara untuk menguasai

kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, berdasarkan teori conditioning. Guthrie mengemukakan bahwa:

“Tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai

deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit

tingkah laku ini merupakan reaksi/respon dari perangsangan/stimulus

sebelumya, dan kemudian unit tersebut menjadi stimulus yang

kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang

berikutnya.32 Respon dari tingkah laku manusia ditimbulkan dari

respon yang sudah diterima dari tingkah laku sebelumnya, yang

ditangkap oleh stimulus yang akan menjadikan respon dari tingkah

laku berikutnya secara terus-menerus.

32

(39)

Metode-metode Guthrie antara lain yakni:

1) Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method) Manusia itu adalah suatu organisme yang selalu menciptakan

reaksi dari rangsangan tertentu yang telah diterima. Jika suatu

reaksi terhadap perangsang-peragsang telah menjadi kebiasaan,

maka cara untuk mengubahnya ialah dengan jalan menghubungkan

perangsang (stimulus) dengan reaksi yang berlawanan dengan

reaksi buruk yang hendak dihilangkan.

2) Metode Membosankan (Exchaustion Method)

Hubungan antara perangsangan dari reaksi pada tingkah laku yang

buruk itu dibiarkan saja, semakin lama maka seseorang itu menjadi

bosan. Sebagai contoh, umpamakan seorang anak yang berumur 3

tahun bermain-main dengan korek api. Pada waktu itu disuruh

menghabiskan kepala korek api satu pak, maka anak tersebut akan

menjadi bosan. Juga untuk menjinakkan kuda liar tunggangan

umpamanya, kita dapat menggunakan cowboy-cowboy dengan bergantian melatih menunggangi kuda itu dalam waktu

berturut-turut, akhirnya kuda itu menjadi jinak.

3) Metode Mengubah Lingkungan (Change of Environment Method) Suatu metode yang dilakukan dengan jalan memutuskan atau

memisahkan hubungan antara stimulus dan menghilangkan respon

yang buruk. Yakni menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang

disebabkan oleh suatu perangsang dengan merubah perangsangannya

(40)

laku/kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seorang anak

disekolahnya, dengan memindahkan anak itu ke sekolah yang lain.

c. Teori Operant Conditioning (Skinner)

Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu:

1) Respondent response (reflexive response) yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Misalnya

keluarnya air liur setelah melihat makanan tertentu. Pada

umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului

respon yang ditimbulkan.

2) Operant response (instrumental response) yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang

tertentu. Karena perangsang itu memperkuat respon yang telah

dilakukan oleh organisme. Misalnya seorang anak yang belajar

dengan rajin kemudian menerima hadiah, maka ia akan menjadi

rajin belajar, karena responnya menjadi lebih intensif/kuat.

d. Teori Systematic Behavior (Hull)

Prinsip-prinsip yang digunakannya mirip dengan yang dikemukakan

para behavioris yaitu dasar stimulus-respon dan adanya reinforcement. Chark C. Hull mengemukakan teorinya bahwa: “Suatu kebutuhan atau

“keadaan terdorong” (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, ambisi)

harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon

dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu.”33

33

(41)

Efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan

dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar oleh

respon-respon yang dibuat individu itu. Setiap kejadian atau situasi

dapat mempunyai nilai sebagai penguat apabila hal itu dihubungkan

dengan penurunan terhadap suatu keadaan deprivasi (kekurangan) pada diri individu itu untuk melakukan respon.

Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang bermotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan

utama seseorang sampai pada hasil yang memberikan ganjaran bagi

seseorang (misalnya: uang, perhatian, afeksi, dan aspirasi sosial tingkat

tinggi). Jadi prinsip yang utama adalah: suatu kebutuhan atau motif

harus ada pada seseorang sebelum belajar, dan bahwa apa yang

dipelajari itu harus diamati oleh orang yang belajar untuk memilih

tindakan tersebut bisa mengurangi kekuatan kebutuhannya atau

memuaskan kebutuhannya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut M. Dalyono, dalam bukunya yang berjudul psikologi

pendidikan mengatakan bahwa berhasil atau tidaknya sseorang dalam

belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil

belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari

luar dirinya. Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan

pencapaian hasil belajar.34

34

(42)

a. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri)

1) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya

terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit

kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan

tidak bergairah untuk belajar.

Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang

baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa

Karena konflik dengan pacar, orang tua atau sebab lainnya, ini dapat

mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena itu,

pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik

maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan

bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.

Jadi kesehatan jasmani dan rohani adalah dua hal yang penting

untuk diperhatikan karena dua hal tersebut merupakan faktor yang

sangat menentukan peningkatan dan penurunan prestasi belajar.

2) Inteligensi dan Bakat

Kedua aspek kejiwaan (psikis) ini besar sekali pengaruhnya

terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki inteligensi

baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun

cenderung baik.Sebaliknya orang yang inteligensinya rendah

cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir

sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Bakat, juga besar

(43)

belajar main piano, apabila dia berbakat musik, akan lebih mudah

dan cepat pandai dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki

bakat itu.

Seseorang memiliki inteligensi tinggi dan bakatnya ada pada

bidang yang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar

dan sukses dia dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat

bakat saja tetapi inteligensinya rendah. Demikian pula, jika

dibandingkan dengan orang yang inteligensinya tinggi tetapi

bakatnya tidak ada dalam bidang tersebut, orang berbakat dan pintar

(inteligensi tinggi) kebanyakan orang yang sukses dalam karirnya.

3) Minat dan Motivasi

Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga pesat

minat pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat

dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati

sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang

besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan

yang dimintai itu.

Motivasi berbeda dengan minat.Ia adalah daya penggerak

pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Yang bisa berasal

dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari dalam

sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu.

Atau juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan

(44)

Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) dorongan yang keluar dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru,

teman-teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar

dengan motivasi kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya

dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat. Sebaliknya,

belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau

mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.

4) Cara Belajar

Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, dan

ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat

yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar harus ada

istirahat untuk memberi kesempatan pada mata, otak serta organ

tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.

Selain teknik-teknik belajar perlu diperhatikan bagaimana

caranya membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan

/kesimpulan, apa yang harus dicatat dan sebagainya. Selain dari

teknik-teknik tersebut, perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas,

penggunaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran.

b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri)

1) Keluarga

Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang

menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya

(45)

orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup dan kurang perhatian,

dan bimbingan orang tua. Rukun atau tidaknya kedua orang tua

dengan anak-anak, tenang dan tidaknya situasi dalam rumah, semua

itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.

Disamping itu, faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi

keberhasilan belajar. Besar kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau

tidaknya peralatan atau media belajar seperti papan tulis, gambar,

peta, ada atau tidaknya kamar atau meja belajar dan sebagainya,

semua itu turut menentukan keberhasilan belajar seseorang.

2) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat

keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode pengajaran, kesesuaian

kurikulum, dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau

perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas,

pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini turut

mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib (disiplin),

maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah guru dan akibatnya

mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun di

rumah. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah.

Demikian pula jika jumlah murid per kelas terlalu banyak (50-60

orang), dapat mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru

dengan murid kurang akrab, kontrol guru menjadi lemah, murid jadi

(46)

3) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila

disekitar rumah tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari

orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah

tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat

belajar.

Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak

anak-anak yang nakal, tidak bersekolah, dan pengangguran, hal ini

akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak

menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.

4) Lingkungan Sekitar

Keadaan tempat tinggal, juga sangat penting dalam

mempengaruhi prestasi belajar.Keadaan lingkungan bangunan

rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim. Misalnya bila

bangunan rumah penduduk sangat rapat akan mengganggu belajar,

keadaan lalu lintas yang membisingkan suara hiruk pikuk orang

disekitar, suasana pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas,

semuanya akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya,

tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang

prestasi belajar.

4. Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi tiga

ranah yakni, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.Namun pengungkapan

(47)

sangat sulit.Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar tersebut ada yang

bersifat intangible (tak dapat diraba), oleh karena itu yang hanya dapat dilakukan oleh seorang guru adalah cuplikan tingkah laku yang dianggap

penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi

sebagai hasil belajar.35

Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar

dianggap berhasil adalah sebagai berikut:

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai

prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau intruksional

khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun

kelompok.36

c. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial

(sequential) mengantarkan materi tahap berikutnya.37

Tes prestasi belajar merupakan cara untuk mengukur dan

evaluasi tingkat keberhasilan belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang

lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan pada beberapa jenis

penilaian, yakni:

a. Tes Formatif

Tes formatif digunakan untuk mengukur satu atau beberapa

pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran

35

Nasution, Materi Pokok…, hal. 195.

36

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal. 120.

37

(48)

tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes

dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar pada

bahan tertentu dan dalam waktu tertentu pula.

b. Tes Sub-Sumatif

Tes Sub-Sumatif meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu

yang telah diajarkan dalam waktu tertentu.Tujuannya adalah untuk

memperoleh gambaran daya serap siswa agar meningkatkan hasil

prestasi belajar siswa. Hasil Sub-Sumatif dapat dimanfaatkan untuk

memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam

menentukan nilai rapot.

c. Tes Sumatif

Tes Sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa

terhadap bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu

semester, satu atau dua tahun pengajaran. Tujuannya adalah untuk

memperoleh tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu

periode belajar tertentu. Hasil dari tes Sumatif ini dimanfaatkan untuk

kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu

sekolah.38

5. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar

Fungsi dan kegunaan prestasi belajar yang utama antara lain :

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kualitas pengetahuan

yang telah dikuasai anak didik.

38

(49)

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap

(kecerdasan) anak didik.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa betapa

pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa, baik individual maupun

kelompok karena prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator

keberhasilan, dan juga berguna bagi guru yang bersangkutan sebagai

umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas apakah akan

diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak.39

6. Jenis-Jenis Prestasi Belajar Siswa

Tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah.Ketiga

ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam

proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan

terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran

atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata

lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam

penguasaan.

Ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, penulis akan

akan menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai

yang terdapat dalam teori Bloom berikut:

39

(50)

a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)

Cognitive Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan

berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan.

Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa

Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan

Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).

1) Pengetahuan (Knowledge). Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola,

urutan, metodologi, prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan

juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang

pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

Pemahaman (Comprehension). Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari

bahan yang dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari kemampuan

untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel,

diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.

2) Aplikasi (Application). Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja

pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. Di tingkat

ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,

prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi

(51)

3) Analisis (Analysis). Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga

struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan

baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa

informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan

informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola

atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan

faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.

Sintesis (Synthesis). Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Sintesis satu

tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu

menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya

tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang

harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.

4) Evaluasi (Evaluation). Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa

hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang

berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan

untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi,

dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada

untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.

b. Affective Domain (Ranah Afektif)

Gambar

Gambar 2.1 : Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone & McLean
gambar hasil ujian siswa, kenangan atau nyanyian yang dikasetkan.
Gambar 2.1 Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone & McLean
Gambar 2.2
+3

Referensi

Dokumen terkait