PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI SISTEM INFORMASI
PERPUSTAKAAN
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KHADIJAH SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
QONITATIN NISA
NIM. D03212055
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Sistem Informasi Perpustakaan Di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya
Oleh: QONITATIN NISA NIM. D03212055
Di zaman global seperti sekarang, pendidikan merupakan sesuatu yang penting. karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan saat ini telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan. Untuk memperoleh pendidikan, banyak cara yang dapat dicapai, di antaranya melalui perpustakaan, karena di perpustakaan berbagai sumber informasi bisa diperoleh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya, mengetahui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya dan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya.
Penelitian ini tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya dengan variabel-variabel yang diteliti. Penelitian deskriptif juga tidak terbatas hanya pengumpulan data saja melainkan meliputi analisis dan interpretasi data, yang ditujukan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa di SMA Khadijah Surabaya mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Sedangkan keberadaan sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya berjalan cukup baik. Sementara dalam peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya, para siswa memiliki tekat dan keinginan yang kuat untuk berkunjung ke perpustakaan sekolah. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran yang tinggi dari dalam diri siswa untuk menggali ilmu sebanyak mungkin, sehingga mereka dapat menguasai bidang-bidang keilmuan yang menjadi tugas mereka sebagai pelajar.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
SAMPUL DALAM ... ii
PERESETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv
1. Pengertian Prestasi Belajar Siswa ... 23
2. Teori-Teori Belajar ... 27
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 31
4. Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar ... 36
5. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar ... 38
6. Jenis-Jenis Prestasi Belajar Siswa ... 39
B. Konsep Dasar Sistem Informasi Perpustakaan ... 44
1. Pengertian Sistem Informasi Perpustakaan ... 44
2. Indikator Sistem Informasi Perpustakaan ... 57
3. Perpustakaan sebagai Pusat Sumber Belajar ... 65
C. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Sistem Informasi
Perpustakaan ... 76
BAB III : METODE PENELITIAN ... 83
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ... 86
B. Informan Penelitian ... 87
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 100
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 100
1. Sejarah SMA Khadijah Surabaya ... 100
2. Lokasi SMA Khadijah Surabaya ... 103
3. Lambang SMA Siti Khadijah ... 103
4. Visi dan Misi SMA Khadijah Surabaya ... 104
5. Struktur Organisasi dan Administrasi SMA Khadijah Surabaya ... 105
6. Keadaan Guru dan Siswa SMA Khadijah Surabaya ... 106
7. Tujuan dan Kurikulum Pendidikan SMA Khadijah Surabaya ... 106
8. Sarana dan Prasarana SMA Khadijah Surabaya ... 110
9. Selayang Pandang Perpustakaan SMA Khadijah Surabaya ... 118
B. Penuajian Data... 119
1. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMA Khadjah Surabaya . 119 2. Sistem Informasi Perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya ... 122
C. Analisis Data ... 132
1. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMA Khadjah Surabaya ... 132
2. Analisis Sistem Informasi Perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya ... 137
3. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Sistem Informasi Perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya ... 141
BAB V : PENUTUP ... 147
A. Kesimpulan ... 147
B. Saran ... 148
DAFTAR PUSTAKA ... 149
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone & McLean
(D&M IS Success Model) Tahun 1992 ... 57 Gambar 2.2 : Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone & McLean
(D&M IS Success Model) Tahun 2003 ... 59 Gambar 4.1 : Lambang SMA Siti Khadijah Surabaya ... 103
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami
kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berfikir
manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa
maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita.
Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan
yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita
berpikir kritis, kreatif, dan produktif.
Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia ingin mewujudkan
masyarakat yang cerdas. Untuk mencapai bangsa yang cerdas, harus terbentuk
masyarakat belajar. Masyarakat belajar dapat terbentuk jika memiliki kemampuan
dan keterampilan mendengar dan minat baca yang besar. Apalagi membaca
sudah merupakan kebiasaan dan membudaya dalam masyarakat, maka jelas
perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan merupakan
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.
Dalam dunia pendidikan, perpustakaan terbukti berdaya guna dan bertepat
guna sebagai salah satu sarana pendidikan dan sarana komunikasi. Dalam kaitan
inilah perpustakaan dan pelayanan perpustakaan harus dikembangkan sebagai
salah satu instalasi untuk mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perpustakaan merupakan bagian yang vital dan besar pengaruhnya terhadap
Peningkatan kualitas dan mutu pendidikan nasional menjadi salah satu
prioritas yang mendapat perhatian serius dari pemerintah RI. Keseriusan itu
diwujudkan dengan disahkan dan diberlakukannya Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang menjadi dasar pijakan yang kuat
bagi penyelenggaraan pendidikan nasional. Salah satu hal yang sangat penting
untuk dilihat dari undang-undang tersebut adalah ditetapkannya standar nasional
pendidikan yang mencakup antara lain sarana dan prasarana pendidikan sebagai
acuan pengembangan pendidikan. Di antara sekian banyak sarana dan prasarana
pendidikan yang menunjang kualitas pendidikan adalah perpusatakaan. Dengan
demikian, perpustakaan adalah salah satu sarana pendidikan yang strategis dan
mempengaruhi mutu pendidikan. Lebih jelas tentang pentingnya peranan
perpustakaan dalam meningkatkan mutu pendidikan kembali ditegaskan dalam
Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
yang menyatakan bahwa perpustakaan adalah bagian dari sarana dan prasarana
yang wajib dimiliki oleh sekolah atau madrasah.1
Pada zaman global sekarang, pendidikan merupakan sesuatu yang
penting. karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa.
pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap
orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan. Untuk memperoleh pendidikan,
banyak cara yang dapat dicapai, diantaranya melalui perpustakaan. karena di
perpustakaan berbagai sumber informasi bisa diperoleh.
1
Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang
nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia
Indonesia secara kaffah (menyeluruh). Pemerintah dalam hal ini Menteri
Pendidikan Nasional telah mencanangkan “Gerakan Peningkatan Mutu
Pendidikan” pada tanggal 2 Mei 2002; dan lebih berfokus lagi setelah
diamanatkan dalam Undang-Undang Sisdiknas (2003) bahwa tujuan pendidikan
nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.2
Pada masa krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah banyak
menyebabkan terjadinya pembatalan program-program pembangunan, baik yang
telah direncanakan, bahkan program-program yang tengah berjalan. Hal ini juga
tidak dapat dielakan dalam program-program peningkatan mutu pendidikan,
terutama masalah pengembangan perpustakaan. Padahal keberadaan
perpustakaan bagi sebuah lembaga pendidikan merupakan suatu keharusan.
Ahmad Saefudin menyatakan bahwa di dunia Barat perpustakaan dianggap
sebagai suatu bagian yang penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
mereka bahkan ada yang berpendapat sebagai lambang kesuksesan kerja suatu
instansi atau organisasi.
Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar, memiliki peran yang sangat
penting pada dunia pendidikan, misalnya pada mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap peserta didik. Perpustakaan berfungsi memotivasi
siswa, penunjang kegiatan siswa, serta membantu siswa dan guru untuk
memacu tercapainya tujuan pendidikan di suatu lembaga pendidikan.
2
Dengan adanya perpustakaan, siswa diharapkan bisa mengembangkan
keterampilan untuk mencari informasi bagi keperluan mereka sendiri. Hal ini
tentunya dengan cara memanfaatkan perpustakaan semaksimal mungkin, yaitu
dengan membaca dan memahami buku-buku yang tersedia untuk menambah
pengetahuannya, baik buku pelajaran, buku agama, dan buku-buku umum.
Keberadaan perpustakaan di suatu lembaga pendidikan adalah sangat
penting. Ibarat tubuh manusia, perpustakaan adalah organ jantung yang bertugas
memompa darah ke seluruh tubuh. Pentingnya keberadaan perpustakaan sekolah
dapat dilihat dalam pasal 45 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa: “setiap satuan pendidikan
formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi
keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya
potensi didik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan peserta didik.3
Demikian juga dalam Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan pada pasal 42 (2) disebutkan: “setiap
satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas,
ruang pimpinan, satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruangan bengkel kerja, ruang unit produksi,
ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang atau tempat lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.4
3
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Semarang: CV. Aneka Ilmu), hal. 25-26.
4
Tujuan utama penyelenggaraan perpustakaan adalah untuk meningkatkan
mutu pendidikan, selain menunjang, mendukung, dan melengkapi kegiatan
belajar-mengajar, kegiatan kurikuler, dan ekstrakurikuler, juga diharapkan dapat
menumbuhkan minat baca dan mengembangkan bakat siswa. Berbagai jenis
layanan yang diberikan perpustakaan dalam menunjang ketercapaian
pembelajaran antara lain pengadaan bahan-bahan pembelajaran yang menunjang
kurikulum. Itu dimaksudkan tidak hanya mempertinggi daya serap dan
penalaran proses pendidikan, tetapi juga memperluas wawasan, dan kreativitas
siswa, dan memperluas wawasan guru yang berguna untuk mengajar.5
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat ternyata
berdampak pula pada dunia usaha, intansi atau lembaga kemasyarakatan
lainnya. Dampak kemajuan tersebut ditandai dengan semakin banyaknya
orang menggunakan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi terutama
pengetahuan teknologi komputer, karena teknologi tersebut berguna sebagai
alat bantu pengolahan data di perusahaan, instansi maupun kegiatan lainnya.
Salah satu contoh dari penggunaan teknologi informasi saat ini adalah
penerapan teknologi informasi pada dunia perpustakaan, atau sering disebut
sistem informasi perpustakaan atau sistem automasi perpustakaan. Karena
kelebihan teknologi informasi ini adalah kemampuannya memproses data
secara cepat, media penyimpanan yang memadai data terotomatisasi, sehingga
akan menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.
Oetomo mendefinisikan bahwa sistem informasi perpustakaan adalah
suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung
5
keputusan pada kegiatan manajemen perpustakaan seperti perencanaan,
pemrakarsaan, pengorganisasian, dan pengendalian dalam suatu organisasi
perpustakaan.6 Sedangkan menurut Riyanto, sistem informasi perpustakaan
adalah suatu penerapan teknologi informasi digunakan sebagai sistem informasi
manajemen perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan
sistem informasi perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi,
sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistik dan lain sebagainya.7
Kebutuhan akan teknologi informasi sangat berhubungan dengan peran
perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian dan penyebaran informasi
ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Karena pada dasarnya kegiatan teknologi
informasi dan perpustakaan memiliki kesamaan, yakni proses penyimpanan,
menghasilkan, mengolah, serta menyebarkan informasi.
Perpustakaan Yayasan SMA Khadijah sebagai salah satu perpustakaan
yang bertujuan mendukung visi, misi dan kegiatan di SMA Khadijah serta
membantu mensukseskan pendidikan bagi segenap civitas akademika dengan
pelayanan bahan pustaka secara efektif dan efisien. Untuk tercapainya tujuan
yang telah digariskan dalam visi dan misi SMA Khadijah Surabaya, pengelola
perpustakaan senantiasa dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang
berkualitas.
Koleksi buku-buku yang ada di sana sangat beragam, meliputi buku-buku
referensi, agama, sastra, bahasa, sains, ilmu bumi, ilmu sosial dan tak lupa
6
Budi Sutedjo Dharma Oetomo, Perencanaan & Pembangunan Sistem Informasi,(Yogyakarta: Andi, 2006), hal. 173.
7
buku umum seperti novel dan pengetahuan umum. Pengadaan bahan pustaka
buku untuk koleksi perpustakaan secara teratur dilakukan dengan pembelian
dan juga dari hibah atau pemberian dari yayasan internasional seperti yang sudah
ada, yaitu, mendapat sekitar 500 ekspemplar buku dari Singapore Library,
kenang-kenangan dari Duta Besar Amerika, serta Royal Navy Inggris.
Buku-buku yang tersedia di perpustakaan selalu up to date, sehingga pengunjung bisa menemui novel terbaru karya pengarang ternama yang bisa
pinjam tanpa dipungut biaya. Tidak hanya buku saja yang ada di perpustakaan
ini, karena Perpustakaan SMA Khadijah Surabaya juga dilengkapi oleh sarana
komputer yang lengkap dengan saluran internet. Jadi, para siswa yang berkunjung
perlu merasa khawatir kalau mereka tidak menemukan buku yang cocok, sebab
mereka bisa langsung mengaksesnya lewat internet. Komputer yang tersedia
pun cukup banyak, yaitu ada 6 buah komputer khusus siswa dan 2 buah
komputer untuk operator perpustakaan yang siap digunakan.
Selain untuk menambah referensi, perpustakaan ini juga bisa dijadikan
sarana untuk berdiskusi dan belajar antar murid dan Guru. Karena tempatnya
yang sangat nyaman, terlebih juga dilengkapi AC, dan penjaga perpustakaan yang
ramah dan selalu siap mencarikan buku yang diperlukan. Dengan demikian
betapa perlunya sistem informasi perpustakaan sebagai penerapan teknologi
informasi yang digunakan untuk mempermudah kegiatan administratif
perpustakaan seperti pengadaan, pengolahan, katalogisasi, sirkulasi, pengelolaan
keanggotaan, penelusuran informasi atau bahan pustaka dan sebagainya. Akan
lebih mudah pelayanan kegiatan administrasi perpustakaan tersebut diatas
SMA Khadijah dari tahun ke tahun telah mendapat kepercayaan dari
masyarakan luas khususnya masyarakat Jawa Timur. Dukungan dan kepercayaan
dari masyarakat itulah yang mengantar SMA Khadijah menjadi Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional. SMA khadijah tidak mau mengecewakan
masyarakat dan berusaha mempertahankan kepercayaan yang sudah ada. Saat
ini SMA Khadijah berusaha menghapus huruf “R” di jajaran kata RSBI
sehingga menjadi SBI (SMA Khadijah Bertaraf Internasional). Menghapus
huruf “R” membutuhkan proses yang panjang dan sebuah keseriusan. Salah
satu keseriusan SMA Khadijah adalah peningkatan mutu pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kurikulum yang digunakan
terutama bagi SMA Khadijah yang berusaha menghilangkan huruf “R”. Bekal
dari pelatihan, workshop dan seminar tentang pengembangan kurikulum adaptif,
MGMP guru mata pelajaran berusaha mengembangkan kurikulum yang ada di
SMA khadijah dengan kurikulum adaptif yang salah satunya mengacu pada
Cambridge University.
Penyelenggaraan pendidikan nasional diselenggarakan secara sentralistik
yang menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Sebagai
pelaksana yang sangat tergantung pada keputusan yang di ambil pada tingkat
pusat yang kadang-kadang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi
sekolah pada dataran realitasnya. Dengan demikian sekolah kehilangan
kemandirian, motivasi, kreatifitas, inovasi dan daya inisiatifnya untuk
mengelola dan menyelasaikan masalah yang dihadapinya. Dalam hal peningkatan
menentukan program dan kegiatan lainnya yang diharapkan mampu
meningkatkan mutu output pendidikan yang dihasilkan.
Kebijakan dan penyelengaraan pendidikan nasional menggunakan
pendekatan education function atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Dengan pendekatan ini fungsi lembaga
pendidikan dilihat sebagai pusat produksi yang apa bila semua kebutuhan
input dipenuhi sebagai output yang diharapkan akan meningkat pula. Murid diperlakukan row-input sementara guru, kurikulum, dan fasilitas diperlakukan sebagai instrumental input.8 Dalam pendekatan ini pemenuhan segala
kebutuhan input seperti pelatihan guru, pengadaan buku, dan alat pelajaran,
perbaikan sarana dan prasarana lebih ditekankan tanpa melihat proses sebagai
bagian dari sebuah kegiatan pendidikan yang lebih penting.9
Peran serta masyarakat, terutama orang tua siswa, dalam penyelenggaraan
pendidikan selama ini sangat minim. Hal ini muncul karena sekolah dipandang
sebagai sebuah perusahaan industri yang melayani kebutuhan individu. Dengan
pandangan demikian, sekolah lebih bersifat frahmented dan menganggap sekolah sebagai lembaga yang berdiri sendiri dan terpisah dari masyarakat
sekitarnya.10 Partisipasi masyarakat yang selama ini terjadi lebih banyak pada
dukungan input dana tanpa memperhatikan proses seperti: pengambilan
keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas.11 Dalam keadaan seperti ini
8
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta; Bigraf Publishing, 2000), hal. 4.
9
Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2000 ), hal. 2.
10
Zamroni, Paradigma Pendidikan…, h. 43.
11
sekolah menjadi tidak punya beban untuk mempertanggungjawabkan
program-program yang dilakukanya. Pada masyarakat sebagai salah satu pihak yang
berkepentingan (stakholder) harus ikut mengontrol apa yang terjadi di sekolah. SMA Khadijah juga memberikan materi martikulasi yang diberikan
dikelas siang. Materi martikulasi berisi pembekalan agama dan bahasa inggris.
Materi tambahan ini bertujuan memberikan pembekalan dan ketrampilan
tentang keagamaan dan kemampuan bahasa Inggris siswa. Cambridge
Sertificate di SMA Khadijah bekerjasama dengan Darul Ulum Jombang
sebagai center penyelenggara ujian Cambridge. Alhamdulilah tahun ajaran
2008-2009 periode oktober/November telah meluluskan 5 siswa.12
Untuk membentuk citra yang baik terhadap lembaga dalam rangka
menarik minat sejumlah siswa dan meningkatkan mutu sekolah maka lembaga
pendidikan mengembangkan berbagai inovasi dalam kurikulum. Seperti
halnya dengan SMA Khadijah. SMA Khadijah Surabaya merupakan Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI) tingkat menengah atas yang berada di bawah
naungan lembaga pendidikan berbasis NU yang dalam usaha peningkatan
mutunya telah megimplementasikan International Standards Organization
(ISO 9001).
Dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah, usaha yang dilakukan
SMA Khadijah Surabaya dapat dilihat dalam Evaluasi Diri Sekolah (EDS),
yang merupakan bagian penting dalam penjaminan mutu dan peningkatan
mutu pendidikan. EDS adalah proses yang mengikutsertakan semua pemangku
12
kepentingan untuk membantu sekolah dalam menilai mutu penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan indikator-indikator kunci yang mengacu pada pada
Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Hasil EDS merupakan bagian yang penting dalam kegiatan monitoring kinerja
sekolah oleh pemerintah daerah dalam rangka penjaminan dan peningkatan
mutu pendidikan.13
Keuntungan yang akan diperoleh sekolah dari EDS adalah sekolah
mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya sebagai
dasar penyusunan rencana pengembangan lebih lanjut, sekolah mampu
mengenal peluang untuk memperbaiki mutu pendidikan, menilai keberhasilan
upaya peningkatan, dan melakukan penyesuaian program-program yang ada.
Sekolah mampu mengetahui tantangan yang dihadapi dan mendiagnosis jenis
kebutuhan yang diperlukan untuk perbaikan. Sekolah dapat mengetahui tingkat
pencapaian kinerja berdasarkan SPM dan SNP. Sekolah dapat menyediakan
laporan resmi kepada para pemangku kepentingan tentang kemajuan dan hasil
yang dicapai. Sekolah melakukan proses EDS setiap tahun sekali.14
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan
adalah salah satu bagian dari sarana dan prasarana yang wajib dimiliki oleh setiap
lembaga pendidikan yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan
proses pendidikan itu sendiri. Dalam upaya peningkatan kualitas dan mutu
pendidikan, maka seluruh komponen pendidikan harus terintegrasi dengan baik,
13
Nur Faizah, “Inovasi Kurikulum Total Quality Management (TQM) di SMA Khadijah Surabaya”.
Skrispi , (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya), hal. 133.
14
termasuk perpustakaan. Sehubungan dengan uraian di atas, peneliti merasa
tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Sistem Informasi Perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka pada
penelitian ini rumusan masalah yang akan diangkat adalah :
1. Bagaimana prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Khadijah
Surabaya?
2. Bagaimana sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas
Khadijah Surabaya?
3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi
perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Atas
Khadijah Surabaya.
2. Untuk mengetahui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah
Atas Khadijah Surabaya.
3. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
a. Dapat menambah ilmu tentang sistem informasi perpustakaan.
b. Menerapkan ilmu yang pernah didapat penulis di bangku perkuliahan.
2. Bagi Perpustakaan
a. Dapat menerapkan sistem informasi perpustakaan yang terkomputerisasi
untuk mempermudah kegiatan administratif perpustakaan.
b. Dapat memberi pelayanan yang lebih efektif dan efisien bagi para
pengguna di lingkungan sekolah.
E. Definisi Operasional
Soedarmayanti mengatakan bahwa definisi operasional adalah definisi
yang terdapat dalam hipotesis, atau definisi yang pada intinya merupakan
merupakan penjabaran lebih lanjut secara lebih konkrit dan tegas dari suatu
konsep.15 Untuk menghindari kesalah pahaman dalam pengertian yang dimaksud
dalam judul penelitian di atas, maka penulis memberikan batasan dan penjelasan
pada beberapa istilah pokok maupun kata yang menjadi variabel penelitian
berikut:
1. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi merupakan penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar
yang menyatakan dalam bentuk huruf, simbol, angka maupun kalimat
15
yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam
metode tertentu.16 Dan belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.17
Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadi
perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan, interaksi dengan
lingkungan, pengalaman selama periode waktu yang cukup panjang. Jadi,
yang dimaksud penngkatan prestasi belajar siswa mealui sistem informasi
perpustakaan adalah peningkatan hasil prestasi belajar siswa yang
ditempuh oleh siswa-siswa khususnya di perpustaaan melalui sisem
informasi perpustakaan sehingga akan menjadikan kualitas pembelajaran
di SMA Khadijah Surabaya menjadi meningkat.
2. Sistem Informasi Perpustakaan
Oetomo mendefinisikan bahwa sistem informasi perpustakaan adalah
suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung
keputusan pada kegiatan manajemen perpustakaan seperti perencanaan,
pemrakarsaan, pengorganisasian, dan pengendalian dalam suatu organisasi
perpustakaan.18 Adapun yang menjadi sub variabel dan indikator dalam
sistem informasi perpusatakaan, yaitu:
a. Kualitas sistem, dengan indikator antara lain:
1) Kekinian data diusulkan.
16
Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 50.
17
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), cet-3, 2.
18
2) Waktu respon dan keakuratan data.
3) Keandalan dan kelengkapan sistem.
4) Keluwesan dan kemudahan pengguna.
b. Kualitas informasi, dengan indikator, antara lain:
1) Akurasi dan tepat pada waktunya.
2) Kelengkapan informasi.
3) Keringkasan dan kesesuaian.
c. Kualitas pelayanan, dengan indikator, antara lain:
1) Reliabilitas dan daya tanggap yang cepat.
2) Jaminan dan empati.
3) Adanya bukti fisik.
d. Minat penggunaan sistem, dengan indikator, antara lain:
1) Penggunaan nyata.
2) Persepsi penggunaan.
e. Kepuasan penggunaan sistem, dengan indikator, antara lain:
1) Kebenaran dan efisiensi.
2) Keefektifan dan kepuasan.
3. Mutu Lembaga Pendidikan
Dedy mengemukakan bahwa, mutu lembaga pendidikan di sekolah
dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara
operasional dan efesien terhadap komponen yang berkaitan dengan sekolah,
berlaku.19 Adapun yang menjadi sub variabel dan indikator dalam mutu
lembaga pendidikan, meliputi:
a. Input, dengan indikator, antara lain:
1) Kualitas peserta didik baru yang diterima.
2) Kualifikasi dan kompetensi guru meningkat.
3) Kecukupan ruang belajar beserta kelengkapannya.
4) Kecukupan peralatan praktik dan laboratorium.
5) Ketersediaan bahan praktek dan buku pelejaran.
6) Ketersediaan dana operasional pendidikan.
b. Proses, dengan indikator, antara lain:
1) Ketepatan waktu belajar mengajar guru.
2) Kesiapan dan kelengkapan bahan mengajar guru.
3) Kesiapan alat dan bahan pada waktu diperlukan.
4) Keterlaksanaan pengawasan pengajaran guru.
5) Keteraturan pelaksanaan evaluasi formatif.
6) Iklim belajar mengajar yang kondusif.
c. Output, dengan indikator, antara lain: 1) Prosentase kelulusan.
2) Nilai UN rata-rata terendah dan tertinggi.
3) Nilai UN rata-rata sekolah dibandingkan dengan nilai UN rata-rata
kabupaten, provinsi dan nasional.
19
4) Prosentase peserta didik yang tinggal di kelas.
5) Prosentase peserta didik yang mengulang dan prosentase peserta
didik yang drop-out.
d. Outcome, dengan indikator, antara lain:
1) Prosentase lulusan yang diterima dijenjang pendidikan yang lebih
tinggi (unggulan).
2) Prosentase lulusan yang tidak melanjutkan pendidikan.
e. Benefit, dengan indikator, antara lain:
1) Adanya pujian/penghargaan dari pengguna tamatan.
2) Adanya pujian dan penghargaan dari orang tua tamatan.
3) Adanya perhatian dari alumni sekolah.
4) Meningkatnya animo calon siswa baru.
f. Impact, dengan indikator, antara lain:
1) Banyaknya studi banding yang dilakukan oleh sekolah lain.
2) Banyaknya alumni sekolah menjadi kader pemimpin bangsa.
3) Banyaknya alumni sekolah yang menjadi aset bangsa, menjadi
manusia produktif dan tidak menjadi manusia beban.
F. Penelitian Terdahulu
Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap
penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu,
diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti,
Penelitian tentang kesuksesan sistem informasi pernah dilakukan oleh
Surachman (2007) dengan judul “Analisis Penerimaan Sistem Informasi
Perpustakaan (SIPUS) Terpadu Versi 3 (Tiga) di Lingkungan Universitas Gadjah
Mada”. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan pengguna sistem informasi perpustakaan terhadap SIPUS Terpadu
Versi 3 (tiga) dengan menggunakan Technology Acceptance Model, dan untuk mengetahui penerimaan staf perpustakaan terhadap penggunaan Sistem Informasi
Perpustakaan (SIPUS) Terpadu versi 3 (tiga) di Universitas Gadjah Mada. Hasil
penelitian menunjukan bahwa variabel kebermanfaatan dan kemudahan
berpengaruh terhadap variabel penerimaan, baik secara individu (dengan
Uji-T) maupun secara bersama-sama (Uji-F). Secara statistik deskriptif menunjukan
bahwa persepsi pengguna terhadap kebermanfaatan dan kemudahan SIPUS
Terpadu versi 3 (tiga) adalah cukup. Dari pengujian model diperoleh bahwa
kedua variabel merupakan faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap
SIPUS sebesar 63,8%, sedangkan sisanya sebesar 36,2% adalah faktor lain,
seperti kualitas software, kualitas informasi, kepuasan pengguna, kenyamanan,
dan sebagainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Amirotus Sholichah (2008), berjudul
“Studi tentang Manajemen Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi dan
Implikasinya terhadap Pelayanan Mahasiswa dalam Memanfaatkan Sumber
Belajar di IAIN Walisongo Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
manajemen perpustakaan berbasis Teknologi Informasi (TI) secara umum,
manajemen perpustakaan yang berbasis Teknologi Informasi (TI) di IAIN
Informasi (TI) terhadap pelayanan mahasiswa, sebagai pemanfaatan sumber
belajar di IAIN Walisongo Semarang. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa, setiap lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi harus memiliki
perpustakaan. Hal ini megingat pentingnya perpustakaan sebagai “Jantungnya
Perguruan Tinggi” yang mempunyai peranan penting dalam mewujudkan Tri
Dharma kampus. Secara keseluruan perpustakaan IAIN Walisongo berbasis
Teknologi Informasi (TI) sudah memenuhi standar perpustakaan yang baik,
sebab pengelolaan perpustakaan menggunakan prinsip-prinsip manajemen, yang
meliputi; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), pengendalian (controlling), dan evaluasi (evaluating). Selain itu, Teknologi Informasi (TI) yang diaplikasikan oleh perpustakaan IAIN Walisongo
untuk melayani mahasiswa adalah layanan sirkulasi: berupa layanan peminjaman
dan pengembalian, statistik pengguna, administrasi keanggotaan. Faksimil dan
internet; berupa kamus elektronik, direktori elektronik, peta elektronik, hasil
penelitian dalam bentuk digital. Layanan jurnal/majalah/berkala; berupa
jurnal-jurnal elektronik. Layanan multimedia/audiovisual; berupa informasi dalam
bentuk kaset video, kaset audio, microfilm, mocrofische, compact disk, laser disk,
DVD, home movie, home theatre. Layanan internet dan computer station;
berupa website perpustakaan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Zulfikar Husain (2009) berjudul
“Pengaruh Pemanfaatan Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web terhadap
Kemudahan Penelusuran di UPT Perpustakaan IKIP PGRI Semarang. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi. Hasil analisis
dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,361, maka 0.981 menunjukkan rxy >
r-tabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh antara
pemanfaatan sistem informasi berbasis web terhadap kemudahan penelusuran
di UPT Perpustakaan IKIP PGRI Semarang.
Penelitian berjudul “Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi Perpustakaan
(SIPUS Terpadu Versi 3) terhadap Kinerja Pelayanan Sirkulasi di Perpustakaan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta”, yang dilakukan oleh Haryanta (2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan
Sistem Informasi Perpustakaan terhadap kinerja Pelayanan Sirkulasi di
Perpustakaan Universitas Gadjah Mada. Model penelitian ini, menggunakan
variabel penggunaan Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS Terpadu Versi 3)
sebagai variabel independen, dan variabel kinerja pelayanan sirkulasi sebagai
variabel dependen. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan dan positif yang ditunjukan dengan angka signifikansi sebesar 0,000
lebih kecil dari 0,05 (signifikan) dan koefisien regresi sebesar 0,175 (positif)
antara penggunaan Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS Terpadu Versi 3)
dan Kinerja Pelayanan Sirkulasi. Berdasarkan pedoman Uji Signifikansi korelasi
Product Moment, diperoleh koefisien determinasi Adjusted R2sebesar 0,413 yang termasuk dalam kategori sedang. Dari pengujian model diperoleh bahwa
variabel penggunaan Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS Terpadu Versi 3)
mempengaruhi kinerja pelayanan sirkulasi sebesar 41,3% sedangkan sisanya
58,7% (100% - 41,3%) dipengaruhi oleh variabel yang lain diluar model.
Berdasarkan pada beberapa hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan
Sistem Informasi Perpustakaan. Akan tetapi dari penelitian-penelitian tersebut
tidak ditemukan adanya permasalahan Sistem Informasi Perpustakaan yang
dihubungkan dengan Mutu Lembaga Pendidikan sebagaimana permasalahan
yang hendak diteliti. Sehingga penelitian yang berjudul “Hubungan Sistem
Informasi Perpustakaan terhadap Mutu Lembaga Pendidikan di SMA Khadijah
Surabaya” inidapat dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi
dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai isi
skripsi ini, maka penulis membagi pembahasan tersebut ke dalam lima bab
yang terdiri dari sub-sub pembahasan tersendiri. Adapun kelima bab tersebut
tersusun dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Merupakan gambaran yang memuat pola dasar penelitian, yang
meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah, definisi operasional, penelitian terdahulu dan
sistematika pembahasan.
Bab II : Kajian Pustaka
Dalam bab ini mencakup tentang teori-teori yang dijadikan dasar dalam
menentukan langkah-langkah pengambilan data, memaparkan kajian pustaka
yang digunakan sebagai pijakan peneliti dalam memahami fenomena yang
terjadi di lapangan. Adapun kajian pustaka ini berisi tentang: konsep dasar
peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di
SMA Khadijah Surabaya.
Bab III : Metode Penelitian
Menjelaskan tentang penyajian data-data empiris yang berhasil dihimpun
dari hasil penelitian yang akan dilakukan peneliti di antaranya: jenis penelitian,
rancangan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini memuat tentang gambaran umum obyek penelitian yang terdiri
dari sejarah SMA Khadijah Surabaya, lokasi SMA Khadijah Surabaya, lambang
SMA Khadijah Surabaya visi dan misi, struktur organisasi dan andministrasi,
keadaan guru dan siswa, tujuan dan kurikulum pendidikan, sarana dan prasarana,
selayang pandang perpustakaan SMA Khadijah Surabaya, penyajian data dan
analisis data tentang peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi
perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya.
Bab V : Penutup
Pada bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran yang diikuti dengan
daftar pustaka serta lampiran hasil penelitian, yang mungkin bermanfaat bagi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Prestasi Belajar Siswa 1. Pengertian Prestasi Belajar Siswa
a. Pengertian Prestasi
Penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang
menyatakan dalam bentuk huruf, simbol, angka maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam metode
tertentu.20 Jadi prestasi belajar tidak akan pernah dihasilkan selama
seseorang tidak melakukan suatu kegiatan.
b. Pengertian Belajar
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling
pokok dalam proses pendidikan. Karena pengajaran adalah alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Begitu pentingnya proses belajar
mengajar dalam pendidikan, maka perlu dijelaskan tentang pengertian
belajar serta hal-hal yang terkait dengannya.
Menurut Sardiman, belajar merupakan usaha mengubah tingkah
laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada
individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan,
20
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian
diri.21
Menurut I.L. Pasaribu, Belajar merupakan suatu proses
perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut
tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau
keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan
obat-obatan.22
Menurut Wasty Sumanto, Belajar merupakan proses dasar dari
perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan
perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya
berkembang.23
Agama Islam menyatakan, belajar merupakan kewajiban bagi
setiap orang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam
rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Dalam surat Al-
Mujadalah ayat 11 dijelaskan:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat……….”24
21
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 21.
22
I.L. Pasaribu. Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Tarsito, 1982), hal. 59
23
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal. 103.
24
Ahmad Tafsir mendefinisikan belajar adalah suatu perubahan
yang permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku yang
merupakan hasil latihan penguatan (reinforce).25
Menurut Mustaqim Belajar merupakan suatu aktifitas yang
menuju ke arah tertentu. Bagi aliran Psyco reflksiologi menurut
Mustaqim, belajar dipandang sebagai usaha untuk membentuk
reflek-reflek baru.26 Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa belajar adalah:
1) Suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman: jika
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau
kematangan seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
seorang bayi, tidak dianggap sebagai hasil belajar.
2) Untuk dapat disebut belajar, maka memiliki perubahan relatif lama
dan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Berapa lama
periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi
perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang
mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun
bertahun-tahun.27
3) Suatu perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.28 Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadi
25
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 60.
26
Mustaqim, Psikogi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 84.
27
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 84.
28
perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan,
interaksi dengan lingkungan, pengalaman selama periode waktu
yang cukup panjang.
Sedangkan menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Ngalim
Purwanto, “Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang
terhadap suatu situasi tertentu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak
dapat diperjelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan,
pengaruh obat).29 Belajar dapat dikatakan jika dalam situasi tertentu,
seseorang akan mengalami perubahan yang murni, tidak ada pengaruh
oleh keadaan yang muncul dalam waktu yang sesaat.
Jadi pengertian prestasi belajar merupakan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan
suatu mata pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan yang diinginkan.30
Menurut Arifin prestasi belajar merupakan suatu masalah yang
bersifat abadi, dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang
rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang
dan kemampuan masing-masing. Bila demikian halnya, kehadiran
prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis
tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia,
khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah.31
29
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 204.
30
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 50.
31
2. Teori-Teori Belajar
Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul psikologi belajar
menyebutkan bahwa teori belajar ada tiga, yaitu:
a. Teori Classical Conditioning (Pavlow dan Watson)
Pelopor dari teori conditioning ini adalah Pavlow seorang ahli psikologi-refleksiologi dari Rusia. Ia mengadakan percobaan-percobaan
dengan anjing. Secara ringkas percobaan-percobaan Pavlow dapat
diuraikan sebagai berikut: Seekor anjing dimasukkan ke ruangan yang
gelap, yang telah dibedah sehingga kelenjar ludahnya berada diluar
pipinya. Di ruangan itu hanya ada satu lubang yang terletak didepan
moncongnya, tempat menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya
pada waktu diadakan percobaan.
Pada moncongnya yang telah dibedah itu dipasang sebuah selang
yang dihubungkan dengan sebuah tabung diluar ruangan. Maka dapat
diketahui apakah air liur anjing tersebut keluar apa tidak pada waktu
diadakan percobaan. Alat yang digunakan pada percobaan-percobaan
itu adalah makanan, lampu senter untuk menyorotkan
bermacam-macam warna dan sebuah bunyi-bunyian.
Dari hasil percobaan-percobaan yang dilakukan dengan anjing
itu dapat disimpulkan bahwa gerakan-gerakan refleks itu dapat
dipelajari dan dapat berubah karena mendapat latihan.Dengan
demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar
lezat dan refleks bersyarat (conditioned-refleks) keluar karena menerima/bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau terhadap suatu
bunyi tertentu.
Demikian maka menurut teori conditioning belajar itu adalah waktu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat
(conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (respon). Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan secara terus-menerus. Yang diutamakan dalam teori ini adalah
hal belajar yang terjadi secara otomatis.
b. Teori Conditioning dari Guthri
Teori Guthrie mengemukakan bagaimana cara untuk menguasai
kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, berdasarkan teori conditioning. Guthrie mengemukakan bahwa:
“Tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai
deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit
tingkah laku ini merupakan reaksi/respon dari perangsangan/stimulus
sebelumya, dan kemudian unit tersebut menjadi stimulus yang
kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang
berikutnya.32 Respon dari tingkah laku manusia ditimbulkan dari
respon yang sudah diterima dari tingkah laku sebelumnya, yang
ditangkap oleh stimulus yang akan menjadikan respon dari tingkah
laku berikutnya secara terus-menerus.
32
Metode-metode Guthrie antara lain yakni:
1) Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method) Manusia itu adalah suatu organisme yang selalu menciptakan
reaksi dari rangsangan tertentu yang telah diterima. Jika suatu
reaksi terhadap perangsang-peragsang telah menjadi kebiasaan,
maka cara untuk mengubahnya ialah dengan jalan menghubungkan
perangsang (stimulus) dengan reaksi yang berlawanan dengan
reaksi buruk yang hendak dihilangkan.
2) Metode Membosankan (Exchaustion Method)
Hubungan antara perangsangan dari reaksi pada tingkah laku yang
buruk itu dibiarkan saja, semakin lama maka seseorang itu menjadi
bosan. Sebagai contoh, umpamakan seorang anak yang berumur 3
tahun bermain-main dengan korek api. Pada waktu itu disuruh
menghabiskan kepala korek api satu pak, maka anak tersebut akan
menjadi bosan. Juga untuk menjinakkan kuda liar tunggangan
umpamanya, kita dapat menggunakan cowboy-cowboy dengan bergantian melatih menunggangi kuda itu dalam waktu
berturut-turut, akhirnya kuda itu menjadi jinak.
3) Metode Mengubah Lingkungan (Change of Environment Method) Suatu metode yang dilakukan dengan jalan memutuskan atau
memisahkan hubungan antara stimulus dan menghilangkan respon
yang buruk. Yakni menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang
disebabkan oleh suatu perangsang dengan merubah perangsangannya
laku/kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seorang anak
disekolahnya, dengan memindahkan anak itu ke sekolah yang lain.
c. Teori Operant Conditioning (Skinner)
Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu:
1) Respondent response (reflexive response) yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Misalnya
keluarnya air liur setelah melihat makanan tertentu. Pada
umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului
respon yang ditimbulkan.
2) Operant response (instrumental response) yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang
tertentu. Karena perangsang itu memperkuat respon yang telah
dilakukan oleh organisme. Misalnya seorang anak yang belajar
dengan rajin kemudian menerima hadiah, maka ia akan menjadi
rajin belajar, karena responnya menjadi lebih intensif/kuat.
d. Teori Systematic Behavior (Hull)
Prinsip-prinsip yang digunakannya mirip dengan yang dikemukakan
para behavioris yaitu dasar stimulus-respon dan adanya reinforcement. Chark C. Hull mengemukakan teorinya bahwa: “Suatu kebutuhan atau
“keadaan terdorong” (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, ambisi)
harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon
dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu.”33
33
Efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan
dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar oleh
respon-respon yang dibuat individu itu. Setiap kejadian atau situasi
dapat mempunyai nilai sebagai penguat apabila hal itu dihubungkan
dengan penurunan terhadap suatu keadaan deprivasi (kekurangan) pada diri individu itu untuk melakukan respon.
Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang bermotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan
utama seseorang sampai pada hasil yang memberikan ganjaran bagi
seseorang (misalnya: uang, perhatian, afeksi, dan aspirasi sosial tingkat
tinggi). Jadi prinsip yang utama adalah: suatu kebutuhan atau motif
harus ada pada seseorang sebelum belajar, dan bahwa apa yang
dipelajari itu harus diamati oleh orang yang belajar untuk memilih
tindakan tersebut bisa mengurangi kekuatan kebutuhannya atau
memuaskan kebutuhannya.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut M. Dalyono, dalam bukunya yang berjudul psikologi
pendidikan mengatakan bahwa berhasil atau tidaknya sseorang dalam
belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil
belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari
luar dirinya. Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan
pencapaian hasil belajar.34
34
a. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri)
1) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit
kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan
tidak bergairah untuk belajar.
Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang
baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa
Karena konflik dengan pacar, orang tua atau sebab lainnya, ini dapat
mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena itu,
pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik
maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan
bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Jadi kesehatan jasmani dan rohani adalah dua hal yang penting
untuk diperhatikan karena dua hal tersebut merupakan faktor yang
sangat menentukan peningkatan dan penurunan prestasi belajar.
2) Inteligensi dan Bakat
Kedua aspek kejiwaan (psikis) ini besar sekali pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki inteligensi
baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun
cenderung baik.Sebaliknya orang yang inteligensinya rendah
cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir
sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Bakat, juga besar
belajar main piano, apabila dia berbakat musik, akan lebih mudah
dan cepat pandai dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki
bakat itu.
Seseorang memiliki inteligensi tinggi dan bakatnya ada pada
bidang yang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar
dan sukses dia dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat
bakat saja tetapi inteligensinya rendah. Demikian pula, jika
dibandingkan dengan orang yang inteligensinya tinggi tetapi
bakatnya tidak ada dalam bidang tersebut, orang berbakat dan pintar
(inteligensi tinggi) kebanyakan orang yang sukses dalam karirnya.
3) Minat dan Motivasi
Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga pesat
minat pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat
dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati
sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang
besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan
yang dimintai itu.
Motivasi berbeda dengan minat.Ia adalah daya penggerak
pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Yang bisa berasal
dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari dalam
sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu.
Atau juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan
Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) dorongan yang keluar dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru,
teman-teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar
dengan motivasi kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya
dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat. Sebaliknya,
belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau
mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.
4) Cara Belajar
Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, dan
ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat
yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar harus ada
istirahat untuk memberi kesempatan pada mata, otak serta organ
tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.
Selain teknik-teknik belajar perlu diperhatikan bagaimana
caranya membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan
/kesimpulan, apa yang harus dicatat dan sebagainya. Selain dari
teknik-teknik tersebut, perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas,
penggunaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran.
b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri)
1) Keluarga
Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang
menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya
orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup dan kurang perhatian,
dan bimbingan orang tua. Rukun atau tidaknya kedua orang tua
dengan anak-anak, tenang dan tidaknya situasi dalam rumah, semua
itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
Disamping itu, faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi
keberhasilan belajar. Besar kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau
tidaknya peralatan atau media belajar seperti papan tulis, gambar,
peta, ada atau tidaknya kamar atau meja belajar dan sebagainya,
semua itu turut menentukan keberhasilan belajar seseorang.
2) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode pengajaran, kesesuaian
kurikulum, dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau
perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas,
pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini turut
mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib (disiplin),
maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah guru dan akibatnya
mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun di
rumah. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah.
Demikian pula jika jumlah murid per kelas terlalu banyak (50-60
orang), dapat mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru
dengan murid kurang akrab, kontrol guru menjadi lemah, murid jadi
3) Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila
disekitar rumah tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari
orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah
tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat
belajar.
Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak
anak-anak yang nakal, tidak bersekolah, dan pengangguran, hal ini
akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak
menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.
4) Lingkungan Sekitar
Keadaan tempat tinggal, juga sangat penting dalam
mempengaruhi prestasi belajar.Keadaan lingkungan bangunan
rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim. Misalnya bila
bangunan rumah penduduk sangat rapat akan mengganggu belajar,
keadaan lalu lintas yang membisingkan suara hiruk pikuk orang
disekitar, suasana pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas,
semuanya akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya,
tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang
prestasi belajar.
4. Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi tiga
ranah yakni, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.Namun pengungkapan
sangat sulit.Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar tersebut ada yang
bersifat intangible (tak dapat diraba), oleh karena itu yang hanya dapat dilakukan oleh seorang guru adalah cuplikan tingkah laku yang dianggap
penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi
sebagai hasil belajar.35
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar
dianggap berhasil adalah sebagai berikut:
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai
prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau intruksional
khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun
kelompok.36
c. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial
(sequential) mengantarkan materi tahap berikutnya.37
Tes prestasi belajar merupakan cara untuk mengukur dan
evaluasi tingkat keberhasilan belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang
lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan pada beberapa jenis
penilaian, yakni:
a. Tes Formatif
Tes formatif digunakan untuk mengukur satu atau beberapa
pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran
35
Nasution, Materi Pokok…, hal. 195.
36
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal. 120.
37
tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes
dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar pada
bahan tertentu dan dalam waktu tertentu pula.
b. Tes Sub-Sumatif
Tes Sub-Sumatif meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu
yang telah diajarkan dalam waktu tertentu.Tujuannya adalah untuk
memperoleh gambaran daya serap siswa agar meningkatkan hasil
prestasi belajar siswa. Hasil Sub-Sumatif dapat dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam
menentukan nilai rapot.
c. Tes Sumatif
Tes Sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa
terhadap bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu
semester, satu atau dua tahun pengajaran. Tujuannya adalah untuk
memperoleh tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu
periode belajar tertentu. Hasil dari tes Sumatif ini dimanfaatkan untuk
kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu
sekolah.38
5. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar
Fungsi dan kegunaan prestasi belajar yang utama antara lain :
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kualitas pengetahuan
yang telah dikuasai anak didik.
38
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) anak didik.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa betapa
pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa, baik individual maupun
kelompok karena prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator
keberhasilan, dan juga berguna bagi guru yang bersangkutan sebagai
umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas apakah akan
diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak.39
6. Jenis-Jenis Prestasi Belajar Siswa
Tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah.Ketiga
ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam
proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan
terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran
atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata
lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam
penguasaan.
Ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, penulis akan
akan menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai
yang terdapat dalam teori Bloom berikut:
39
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)
Cognitive Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan.
Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa
Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan
Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).
1) Pengetahuan (Knowledge). Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola,
urutan, metodologi, prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan
juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang
pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
Pemahaman (Comprehension). Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari
bahan yang dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari kemampuan
untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel,
diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.
2) Aplikasi (Application). Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja
pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. Di tingkat
ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,
prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi
3) Analisis (Analysis). Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga
struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan
baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan
informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola
atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan
faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.
Sintesis (Synthesis). Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Sintesis satu
tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu
menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya
tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang
harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
4) Evaluasi (Evaluation). Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa
hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang
berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan
untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi,
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada
untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
b. Affective Domain (Ranah Afektif)