SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL QUR’AN TLOGOANYAR LAMONGAN
TAHUN 1975-2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh:
MOHAMMAH MIFTAH ABDULLAH NIM: A72211098
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Kelurahan Tlogoanyar Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan Tahun 1975-2015. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi: 1) Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren Roudlotul Qur’an Kelurahan Tlogoanyar Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan? 2) Mengapa pondok pesantren Roudlotul Qur’an Kelurahan Tlogoanyar Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan mengalami perkembangan dari pondok salaf menuju modern? 3) Apa dampak keberadaan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an dalam bidang sosial, agama, pendidikan bagi masyarakat Tlogoanyar dan sekitarnya.
Penulis menggunakan metode sejarah dengan beberapa tahapan diantaranya 1) mencari data dengan cara mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Sumber yang bisa digunakan oleh penulis diantaranya sumber primer dan sumber sekunder. Data- data tersebut dianalisis dan dipaparkan menggunakan teori modernisasi karena Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an mengalami perkembangan menuju modern baik dalam hal sistem pendidikan maupun sosial keagamaan. Penulis menggunakan teori modernisasi oleh Talcot Parsons. 2) melakukan kritik Ekstern dan Intern untuk menilai kredibilitas dan keautentikan sumber. 3) menafsirkan dan menginterpretasi atau menguraikan sumber-sumber yang ada. 4) menyusun dalam bentuk tertulis yang diaktualisasikan pada penulisan skripsi.
ABSTRACT
This thesis discusses the History of Qur'an village boarding school Roudlotul Tlogoanyar Lamongan District Lamongan Year 1975-2015. The problems discussed in this study include: 1) How does the history of the Qur'an Roudlotul village boarding school districts Tlogoanyar Lamongan Lamongan? 2) Why boarding school districts Roudlotul Qur'an village Tlogoanyar Lamongan Lamongan have progress toward modern salafi cottage? 3) What is the impact boarding school Roudlotul Qur'an in the fields of Social, Religion, Education for Tlogoanyar and surrounding communities.
The author uses the historical method with several steps including 1) search for data by collecting historical sources. Sources that can be used by the authors include primary sources and secondary sources. These data are analyzed and presented using the theory of modernization because the boarding school Roudlotul Qur'an progressing towards the modern both in terms of social and religious education system. 2) make criticisms Ekstrn and Intern to assess the credibility and authenticity of the source. 3) interpret and interpret or elaborate on existing sources. 4) formulate in written form which is actualized in the thesis.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
BAB II PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL QUR’AN TLOGOANYAR LAMONGAN A. Letak Geografis ... 17
B. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Tlogoanyar ... 23
1. Pesantren Salafi ... 48
2. Pesantren Khalafi ... 50
3. Pesantren Kilat ... 51
4. Pesantren Terintegrasi ... 51
C. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Tlogoanyar ... 26
BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN
ROUDLOTUL QUR’AN TLOGOANYAR LAMONGAN A. Madrasah Tsanawiyah Terpadu Tahun 2006 ... 29 B. Madrasah Aliyah Sains Tahun 2015 ... 32 C. Integrasi Sistem Pendidikan Sekolah dalam Pesantren 34 BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN
ROUDLOTUL QUR’AN
A. Dampak dalam bidang Sosial ... 54 B. Dampak dalam bidang Agama ... 62 C. Dampak dalam bidang Pendidikan ... 62
BAB V PENUTUP
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pondok pesantren dapat kita artikan sebagai sebuah tempat untuk
belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam berbagai masa
memegang peranan yang amatpenting sekaligus menjadi salah satu tempat
untuk menjaga tradisi keilmuan Islam. Pondok pesantren mempunyai arti
asrama, atau tempat mengaji.1 Sedangkan secara etimologi kata pesantren
berasal dari kata “santri”, yaitu istilah yang digunakan bagi orang-orang yang
menuntut ilmu agama di Lembaga Pendidikan Islam Tradisional di Jawa. Kata
“santri” mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti tempat para
santri menuntut ilmu.2
Banyak sejarawan berpendapat tentang istilah pondok pesantren, di
antaranya Zamakhsyari Dhafier yang mengatakan bahwa Pesantren adalah
suatu lembaga pendidikan Islam dan para siswanya tinggal dan belajar
bersama di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru yang lebih dikenal
dengan sebutan kiai dan pada umumnya lembaga pendidikan tersebut bersifat
tradisional.3
Pondok pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu
pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para
santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat
1 Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), 764.
2 Hanun Asrohah, Pelembagaan Pesantren Asal-Usul Perkembangan Pesantren di Jawa (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), 30.
2
dari bambu. Di samping itu, kata pondok berasal dari Bahasa Arab “Funduq”
yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura
umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal
dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di Minangkabau
disebut surau.4 Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan
pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang kiai
mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab
yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan para
santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.
Pondok pesantren merupakan pendidikan informal yang keberadaannya
tidak asing lagi bagi umat Indonesia. Pondok pesantren telah dikenal oleh
masyarakat Indonesia sebagai sebuah sarana pengembangan islam. Suksesnya
lembaga tersebut dengan menghasilkan ulama-ulama yang berkualitas tinggi
yang dijiwai oleh semangat untuk menyebarkan Islam dan menetapkan
keimanan orang-orang Islam. Pada masa awal penyebaran Islam belum
ditemukan pesantren. Ini disebabkan oleh tingkat keagamaan komunitas
Muslim Jawa yang masih rendah, sehingga masyarakat mengorganisasikan
pendidikan dalam lembaga pendidikan yang sederhana, seperti di
rumah-rumah, Masjid atau langgar. Seiring dengan perkembangan sosial-budaya,
masyarakat muslim pendidikan dalam pesantren dari tahun ke tahun mulai
berkembang terus sampai pada saat ini.
3
Pondok pesantren di indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik
bagi kemajuan islam itu sendiri maupun bagi bangsa indonesia secara
keseluruhan. Sebuah pondok pada dasarnya merupakan sebuah asrama
pendidikan islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dibawah
bimbingan seseorang atau lebih dikenal dengan istilah kiai.5
Di Lamongan terdapat beberapa pondok pesantren salah satunya yakni
Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Kelurahan Tlogoanyar Lamongan.
Pondok pesantren ini bermuatan salaf seperti pondok-pondok lainya yang ada
di Lamongan. Akan tetapi seiringnya berjalanya waktu pondok pesantren
Roudlotul Qur’an ini mengalami perkembangan pada sistem pendidikan
menuju modern, namun pengajaran yang bermuatan salaf seperti metode
weton dan sorongan tetap di lestarikan.
Pondok salaf lebih dimaknai dengan pesantren tradisional yang
menganut sistem pendidikan kuno yakni weton dan sorogan. Pengertian ini
kemudian berkembang dengan makna pesantren yang mengajarkan ilmu Islam
murni dengan sistem tradisional maupun klasikal yang umumnya disebut
madrasah diniyah. Hal ini sangat unik jika melihat dan menelaah tentang
pondok pesantren Roudlotu Qur'an Tlogoanyar. Disamping menggunakan
sistem pengajaran tradisional weton dan sorogan serta adanya madrasah
diniyah, namun pondok ini juga mengajarkan ilmu umum dalam lembaga
formal.
4
Pondok pesantren Roudlotul Qur’an merupakan pondok pesantren yang
bertempat di jantung Kota Lamongan, lebih tepatnya di daerah Kelurahan
Tlogoanyar Kecamatan Lamongan. Pendiri pondok pesantren ialah KH.
Mansur Aminuddin Ridlo. Didirikan pada tahun 1975 dengan lokasi yang
cukup strategis, tidak terlalu jauh dari sekolah-sekolah umum karena memang
sebagian besar santri adalah siswa atau siswi masyarakat sekitar tersebut dan
nyaman karena dekat dengan sebuah telaga yang cukup mensuplai kebutuhan
air. Beliau adalah seorang kiai dari Kota Kudus yang berdedikasi tinggi,
mengabdikan seluruh hidupnya untuk perjuangan menegakkan kalimat Allah.
Perjuangan beliau yang sempat berpindah-pindah akhirnya membawa beliau
dan keluarga menetap di Tlogoanyar Lamongan dan mendirikan pondok
pesantren Roudlotul Qur’an.
Untuk menghindari penyimpangan dan intrepretasi yang salah dalam
kajian pembahasan skripsi ini, maka penulis memandang perlu adanya
penegasan judul agar kajian skripsi yang akan dibahas dapat terfokus sesuai
lingkup bahasannya dan tidak melebar kearah pembahasan yang tidak
seharusnya dibahas.
Untuk itu penulis mencantumkan beberapa pengertian diantaranya
sebaga berikut:
Perkembangan adalah perihal berkembang. Adapun kata berkembang
memiliki arti mekar, terbuka menjadi besar, luas dan banyak serta menjadi
5
sebagainya. Dengan demikian perkembangan berarti tidak hanya meliputi
aspek yang abstrak saja, namun juga mencakup hal-hal yang konkrit.6
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Nusantara
yang eksistensinya masih tetap bertahan hingga sekarang di tengah-tengah
kontestasi dengan pendidikan modern yang berkiblat pada dunia pendidikan
model Barat yang di bawa oleh Pemerintah Hindia Belanda sejak abad ke-19
M.7 Penulis mengambil rentan waktu antara tahun 1975-2015 dengan alasan
pada tahun 1975 Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an mulai berdiri dan mulai
berkembang dari tahun ke tahun.
Adapun alasan penulis memilih judul Sejarah Perkembangan Pondok
Pesantren Roudlotul Qur’an Tlogoanyar Lamongan Tahun 1976-2015
dikarenakan pondok pesantren ini memiliki keunikan. Pada awalnya pondok
ini berdiri di tengah-tengah pusat Kota Lamongan, juga pondok ini dahulunya
bermuatan salaf, seiring berjalanya perkembangan pada sistem pendidikan
menuju modern sekarang dibuktikan dengan adanya lembaga formal dibawah
naungan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an seperti Madrasah Tsanawiyah
Terpadu berdiri pada tahun 2006 dan Madrasah Aliyah Sains berdiri pada
tahun 2015.
Perkembangan pondok pesantren Roudlotul Qur’an sendiri dahulu
hanyalah pendidikan non formal hingga sampai saat ini sudah ada
lembaga-lembaga baik non formal maupun formal. Ada madrasah tsanawiyah dan
6 Kamus Besar Bahasa Indonesia 1991 dalam http://nieesaha.blogspot.co.id/2009/01/definisi-perkembangan.html (19 September 2015)
6
madrasah aliyah. Beliau dalam dakwahnya di dukung oleh masyarakat
sebagian ada yang mendukung ada yang bertentangan terhadap pondok
pesantren Roudlotul Qur’an sendiri. Namun segala rintangan tantangan yang
dihadapi oleh KH. Mansur Aminuddin dengan semangat dan kegigihannya
beliau tidak putus harapan. Beliau juga di bantu oleh masyarakat sekitar,
pengurus, santri yang taat dan tidak lupa dukungan dari keluarga KH. Mansur
Aminuddin sendiri yang senantiasa memberi dukungan dakwah islamiyah
sehingga pondok pesantren Roudlotul Qur’an berjalan hingga sekarang.
Pondok pesantren Roudlotul Qur'an juga mengadakan ekstrakulikuler
sebagai penunjang untuk mengasah bakat dan minat para santri. Kegiatan
ekstrakulikuler yang disediakan diantaranya qiraah, rebana, selawat, dan
lain-lain. Dalam pengajarannya, pondok pesantren Roudlotul Qur'an menggunakan
metode weton dan sorogan. Metode weton atau bandongan merupakan model
pengajaran dimana sang guru baik kiai maupun ustadz membacakan dan
menjelaskan isi kandungan kitab kuning sedangkan para santrinya
mendengarkan dengan seksama sambil memaknai kitab yang diajarkan.
Metode lain yakni sorogan, merupakan model pengajian dimana para santri
membaca kitab pelajaran sedangkan sang kiai mendengarkan sambil
membenarkan jika terdapat kesalahan. Kedua metode ini memiliki nilai yang
sama pentingnya pada sebuah disiplin ilmu. Antara metode sorogan dan weton
saling melengkapi satu dengan lainnya.
Pendidikan formal pada dunia pesantren memiliki beberapa kelebihan
7
tetapi juga mendidik kecerdasan spiritual dan emosional, sehingga ketika
santri lulus dari pesantren dan membaur dengan masyarakat, maka santri
tersebut dapat menempatkan dirinya pada posisi dan situasi yang ada. Santri
akan dibekali ilmu dan budi pekerti sehingga jika menjadi orang hebat, santri
akan rentan melakukan perbuatan-perbuatan hal buruk karna sudah di bentangi
ilmu-ilmu islam.
Kedua, pesantren mengajarkan persaudaraan dan kebersamaan tidak
hanya sebatas teori tapi juga cara bagaimana mempraktikanya. Murid yang
belajar di sekolah formal pada umumnya hanya bertemu di jam-jam sekolah.
Setelah selesai pelajaran kemudian pulang kerumah masing-masing sehingga
rasa persaudaraan dan kebersamaan tidak sekuat para santri yang belajar di
sekolah formal naungan pondok pesantren. Meskipun jam sekolah telah
selesai, namun para santri tetap melakukan aktivitas bersama ketika berada di
pondok pesantren. Hal inilah yang dapat memupuk rasa persaudaraan dan
kebersamaan para santri.
Ketiga, sekolah di pondok pesantren dapat melindungi anak-anak dari
dampak buruk globalisasi. Ketika para murid belajar di sekolah formal maka
akan menaati tata tertib yang ada di sekolah dan ketika pulang ke pondok
pesantren para murid juga akan menaati tata tertib yang ada di pondok
pesantren. Berbeda dengan murid yang belajar di sekolah lain, peraturan
berlaku hanya di sekolah saja dan ketika murid pulang maka sering rentan
melakukan hal hal yang buruk. Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa
8
sehingga pada umumnya orang tua lebih memilih lembaga formal naungan
pondok pesantren sebagai tempat untuk menimba ilmu bagi anak-anaknya.
Untuk membahas lebih dalam mengenai tahapan, bagaimana berdirinya
dan perkembanganya pondok pesantren Roudlotul Qur’an Tlogoanyar. Maka
perlu kajian yang lebih dalam dengan kemasan penelitian. Oleh karena itu,
penulis ingin mengungkap Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren
Roudlotul Qur’an Tlogoanyar Lamongan.
B. Rumusan masalah
Permasalahan pokok yang di bahas dalam penelitian yang berjudul
Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Tlogo Anyar
Lamongan 1975-2015, maka penulis menetapkan rumusan maslah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
Tlogoanyar Lamongan?
2. Bagaimana Perkembangan Pendidikan Pondok Pesantren Roudlotul
Qur’an Tlogoanyar Lamongan tahun 1975-2015?
3. Apa dampak keberadaan Pondok Pesantren dalam bidang Sosial, Agama
dan Pendidikan bagi Masyarakat Tlogoanyar Lamongan dan sekitarnya ?
C. Tujuan penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai berdasarkan
9
1. Untuk mengetahui Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
Tlogoanyar Lamongan.
2. Untuk mengetahui Bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren Roudlotul
Qur’an Tlogoanyar Lamongan.
3. Dapat memahami dampak keberadaan Pondok Pesantren dalam bidang
Sosial, Agama dan Pendidikan bagi Masyarakat Tlogoanyar Lamongan
dan sekitarnya
D. Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna dimasa
mendatang, adapun kegunaantersebut antara lain:
1. Dapat memberikan konstribusi terhadap pengembangan dalam penulisan,
baik di bidang sejarah, social, maupun budaya.
2. Sebagai bahan masukkan atau gambaran untuk dijadikan tambahan
referensi dalam perpustakaan.
3. Bermanfaat bagi pengembangan dunia keilmuan di fakultas adab dan
humaniora universitas islam negeri (UIN)Sunan ampel Surabaya
khususnya jurusan sejarah dan kebudayaan islam.
4. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini sebagai gambaran atau informasi
tentang Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
10
E. Pendekatan dan kerangka teoritik
Untuk dapat memperjelas dan mempermudah dalam proses
pembuatan skripsi yang berjudul “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren
Roudlotul Qur’an Tlogoanyar Lamongan tahun 1975-2015”. Penulis akan
menggunakan pendekatan yang bertujuan untuk mendiskripsikan apa apa
yang terjadi di masa lampau berupa arsip atau dokumen- dokumen dan
sebagainya. Dengan metode sumber dokumen diharapkan bisa
mengungkapkan secara kronologis latar belakang sejarah perkembangan
pondok pesantren Roudlotul Qur’an. Penulisan ini menggunakan pendekatan
historis, sosiologis dan teori modernisasi. Sejarah atau historis adalah suatu
ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan
unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa
tersebut. Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat
kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat
dalam peristiwa tersebut.8
Melalui pendekatan sejarah seseorang akan diajak menukik dari alam
idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini
seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang
terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan kesejahteraan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama.
Begitu juga dengan islam karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang
kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
11
Sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa
sejarah dapat meyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung
timbulnya suatu lembaga. Pendekatan sejarah bertujuan untuk menentukan
inti karakter agama dengan meneliti sumber klasik sebelum dicampuri yang
lain. Dalam menggunakan data historis maka akan dapat menyajikan secara
detail dari situasi sejarah tentang sebab akibat dari suatu persoalan agama.9
Pendekatan historis ini di harapkan bisa mengetahui secara
menyeluruh tentang Sejarah dan Perkembanganya Pondok Pesantren
Roudlotul Qura’an. Sedangkan pendekatan sosiologis digunakan sebagai alat
bantu penggunaan, pendekatan sosiologis tersebut akan dapat meneropong
segi-segi sosial peristiwa yang di kaji, yang mencakup tentang
perkembangan, dampak keberadaan pondok pesantren dalam bidang social,
agama dan pendidikan bagi masyarakat Tlogoanyar dan sekitarnya.
Dalam penelitian ini, terjadi pada perkembangan pendidikan yakni
pondok pesantren Roudlotul Qur’an. Fokusnya dari perkembangan salaf
menuju modern. Dari pemaparan tadi, teori yang dianggap penulis penulis
sesuai dengan penelitian ini yakni teori modernisasi. Lahirnya teori
modernisasi dilatarbelakangi oleh teori evolusi dan fungsionalisme. Teori
evolusi menggambarkan masyarakat dalam dua hal yakni menganggap bahwa
perubahan sosial merupakan gerakan searah dan membaurkan antara
pandangan subyektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubahan sosial.
Contohnya masyarakat berkembang dari masyarakat primitive menjadi
12
masyarakat maju dari yang awalnya tidak tahu menjai tahu. Perkembangan
menuju masyarakat modern merupakan sesuatu yang tidak dapat di hindari.
Teori fungsionalisme tidak lepas dari pemikiran Talcott Parsons, yang
memandang masyarakat seperti organ tubuh manusia. Pertama, struktur tubuh
manusia memiliki bagian tubuh yang saling terhubung sama lain. Oleh karna
itu masyarakat memiliki lembaga yang sangat terkait antara satu dengan yang
lain. Kedua, setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan
khas, demikian pula setiap kelembagaan dalam masyarakat.10
Modernitas berarti upaya terus menerus perbaikan kehidupan dan
upaya mencapai kemajuan. Para pendukung teori modernitas memandang
bahwa masyarakat akan mengalami perubahan secara linier yakni selaras,
serasi dan seimbang dari unsur masyarakat yang paling kecil sampai pada
perubahan keseluruhan dari tradisional menuju modern.
Dalam hal ini teori modernisasi dianggap sesuai dengan penelitian
dengan judul Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
Tlogoanyar Lamongan Tahun 1975-2015. Teori ini memandang bahwa
masyarakat akan mengalami perubahan secara linier. Modernisasi termasuk
bentuk perubahan sosial yang terarah dan berdasarkan pada suatu
perencanaan.
10 Wikipedia bahasa Indonesia, “Teori modernisasi”, dalam
13
Pondok pesantren Roudlotul Qur’an juga mengalami perkembangan
dalam perjalanan waktu. Pada awalnya pondok pesantren Roudlotul Qur’an
menggunakan sistem sorongan- weton dan klasikal madrasah, namun seiring
berjalanya waktu pondok pesantren Roudlotul Qur’an juga mendirikan
lembaga pendidikan formal seperti Sekolah Menegah Pertama, Sekolah
Menengah Kejuruan dan lain-lain. Adanya lembaga ini bertujuan untuk
menambah wawasan dan menjawab tantangan dunia. Karna tidak hanya ilmu
agama saja yang dibutuhkan tetapi ilmu pengetahuan umum juga diperlukan
agar dapat bersaing dengan yang lain.
F. Penelitian terdahulu
Pada dasarnya penelitian tentang pondok cukup banyak, namun
penelitian tentang pondok pesantren Roudlotul Qur’an belum pernah ada
yang meneliti baik dari segi peran, sistem pengajaran, maupun peran kiai
yang lainya. Peneliti perlu adanya penelitian tentang pondok Roudlotul
Qur’an sehingga peneliti memutuskan untuk mengambil dengan judul Sejarah
Perkembangan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Tlogoanyar Lamongan
Tahun 1975-2015. Akan tetapi peneliti memerlukan peneliti terdahulu sebagai
pedoman dalam penulisan skripsi, diantaranya:
1. Peranan KH. Abdurrahman Syamsuri dalam Mengembangkan Pondok
Pesantren Muhammadiah Karangasem Paciran Lamongan (1948-1997
14
2. Aktivitas Dakwah di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji
Paciran Lamongan Oleh Badrul Ibad lulusan tahun 2014.
3. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Al Futuh Dusun
Sekargeneng Desa Bakalanpule Kecamatan Tikung Kabupaten
Lamongan Tahun 1991-2014 oleh Mar’atus Sholihah.
G. Metode penelitian
Dalam melakukan penelitian ilmiah, metode mempunyai peran yang
sangat penting. Secara umum sejarah merupakan proses penyajian dan
analisis sumber atau laporan dari masa lampau secara kritis. Hasil
rekonstruksi masa lampau berdasarkan atas dua fakta yang diperoleh, bentuk
proses ini disebut historiografi, adapun langkah-langkah yang dlakukan dalam
penelitia ini adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan topik
Dalam proses penulisan skripsi ini penulis memilih topik yang
berjudul “ Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
Tlogoanyar Lamongan tahun 1975-2015 ”.
2. Heuristic
Heuristic berasal dari kata yunani heurishen, artinya memperoleh.11
Sebagai langkah awal adalah apa yang disebut heuristic (heuristic atau
dalam bahasa jerman quellenkunde, sebuah kegiatan mencari
15
sumber untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah.12 Maksudnya
kegiatan menghimpun data jejak-jejak masa lampau dengan cara mencari
dan menemukan sejumlah dokumen penting sesuai dengan pembahasan
judul skripsi ini.13 Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengunakan dua
langkah untuk mencari dan menemukan sumber sejarah yaitu:
a. Sumber Primer
1. Observasi
Yaitu pengamatan langsung terhadap objek penelitian.
Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi langsung ke
lapangan, yaitu ke Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
Tlogoanyar Kecamata Lamongan Kabupaten Lamongan.
2. Interview
Wawancara terhadap para informan, seperti pengasuh,
santri, alumni dan tokoh terkait karena kajian skripsi ini adalah
sosial historis. Wawancara dilakukan dengan saksi sejarah yang
masih hidup seperti (Syaifuddin), pengasuh sekaligus Kiai dan
Bu Nyai (KH. Muhaimin dan Masykurotin Azizah), (Romli)
Pengurus pondok, Syaifuddin (Ustadz), para tokoh dan
masyarakat (Sodikin dan Syaikhu) yang ada di sekitar pondok.
12 Helius Sjamsuddin, Metodelogi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007), 86.
16
b. Sumber Sekunder
Untuk mendukung penulisan skripsi ini penulis juga
menggunakan sumber sekunder yang bisa penulis dapatkan dari
buku-buku literatur yang berkaitan dengan tema yang penulis
bahas dalam skripsi ini. Literatur yang didapat adalah skripsi
atau sumber literatur dari buku.
3. Kritik
Setelah sumber sejarah dalam berbagai kategorinya itu terkumpul,
tahap yang berikutnya ialah verifikasi atau lazim disebut juga kritik untuk
memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini yang harus diuji adalah
keabsahan tentang keaslian sumber (otensitas) yang di lakukan melalui
kritik ekstren, dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang
ditelusuri melalui kritik intern.14 Penulis menggunakan dua langkah dalam
mencari keabsahan sumber sejarah yaitu;
a. Kritik ekstern, yaitu kegiatan sejarawan untuk melihat apakah
sumber yang didapatkan autentik atau tidak.
b. Kritik intern, yaitu menyangkut tentang isi, dokumen atau
manuskrip yang diperoleh penulis cukup kredibel atau tidak.
Dalam tahap ini penulis melakukan kritik intern, yang dalam
pelaksanaannya lebih menitik beratkan pada kebenaran dan keaslian data
dengan mencari korelasi sumber-sumber yang ada di Pondok Pesantren
17
Roudlotul Qur’an Tlogoanyar Lamongan. Sehingga dapat ditarik fakta
untuk penulisan sejarah, Di samping itu, peneliti juga menggunakan kritik
ekstern yang dalam pelaksanaanya menitik beratkan kredibilitas dari
sumber yang ada.
4. Interpretasi atau penafsiran
Interpetasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan
analisis sejarah. Analisis sejarah sendiri berarti menguraikan, dan secara
terminologis berbeda dengan sintesis yang berarti menyatukan. Didalam
proses interpretasi sejarah, seoang peneliti harus berusaha mencapai
pengertian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa. Data
sejarah kadang mengandung beberapa sebab yang membantu mencapai
hasil dalam berbagai bentuknya. Walaupun suatu sebab kadangkala dapat
mengantarkan pada hasil yang belawanan dalam linkunagan lain.15
Dalam hal ini data yang terkumpul dibandingkan lalu disimpulkan
agar bisa dibuat suatu penafsiran terhadap data tersebut, sehingga dapat
diketahui hubungan kausalitas dan kesesuaian dengan masalah yang di
teliti. Dalam penulisan ini mengenai “Sejarah Perkembangan Pondok
Pesantren Roudlotul Qur’an Tlogoanyar Lamongan tahun 1975-2015”.
Penulis menganalisa secara mendalam terhadap sumber-sumber yang
sudah diperoleh baik primer maupun sekunder, kemudian penulis
18
menafsirkan sumber-sumber tersebut yang berhubungan dengan kajian
yang di teliti.
5. Historiografi
Sebagai fase terakhir dalam metode sejarah, historiografi di sini
merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian
sejarah yang dilakukan. Layaknya laporan ilmiah, penulisan hasil
penelitian sejarah itu hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai proses penelitian, sejak dari awal (fase perencanaan) sampai
dengan akhirnya (penarikan kesimpulan).16
Dalam buku lain historiografi merupakan tahap akhir metode
sejarah, yang mana historiografi itu sendiri adalah menyampaikan sintesa
yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah yang dipaparkan secara
sistematis dan terperinci dengan menggunakan bahasa yang baik.17 Dalam
hal ini penulis mencoba menuangkan laporan penelitian ke dalam suatu
karya yang berupa skripsi. Penulisan karya ilmiah ini diharapkan
memberikan gambaran yang jelas pada objek agar dapat diberikan makna
secara maksimal mengenai proses penelitian dari awal hingga akhir. Pada
laporan ini ditulis tentang “ Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren
Roudlotul Quran Tlogoanyar Lamongan Tahun 1975-2015 ”. Jadi penulis
akan menguraikan bagaimana perkembangan pondok pesantren tersebut.
16 Ibid., 67.
19
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, diperlukan
sebuah sistematika pembahasan terhadap isi dengan membagi dalam beberapa
bab, dan masing-masing bab akan dibagi menjadi beberapa bagian yang akan
membahas tentang “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Roudlotul
Qur’an Tlogoanyar Lamongan Tahun 1975-2015 ”.
Penulisan penelitian ini terbagi dalam lima bab, dan didalam setiap
bab terbagi manjadi beberapa sub-bab. Pembagian ini didasarkan atas
pertimbangan adanya permasalahan-permasalahan yang perlu diklasifikasikan
dalam bagian-bagian yang berbeda.
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Bab I : Pada bagian bab ini akan diisi pendahuluan yang berisi
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian terdahulu,
metode penelitian dan sistematika bahasan.
Bab II : Dalam bab ini akan di jelaskan tentang bagaimana sejarah
berdirinya pondok pesantren Roudlotul Qur’an Tlogoanyar Lamongan.
Bab III : Dalam bab ini akan dijelaskan tentang perkembangan
pendidikan pondok pesantren Roudlotul Qur’an Tlogoanyar Lamongan tahun
20
Bab IV : Dalam bab ini akan dibahas tentang keberadaan pondok
pesantren dalam bidang sosial, agama dan pendidikan bagi masyarakat
Tlogoanyar dan sekitarnya.
Bab V : Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan
BAB II
SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN
ROUDLOTUL QUR’AN TLOGOANYAR
A. Letak Geografis Kelurahan Tlogoanyar Lamongan
Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari posisi daerah pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis juga ditentukan oleh letak astronomis, geologis, fisiografis dan sosial budaya.1 Kabupaten Lamongan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten yang berlambang ikan lele-bandeng ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Gresik sebelah timur, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Jombang serta Kabupaten Bojonegoro dan Tuban berada di sebelah barat. Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak antara 6º 51' 54" sampai
dengan 7º 23' 6" lintang selatan dan antara 112º 4' 41" sampai dengan 112º
33' 12" bujur timur.2
Secara administratif, Kabupaten Lamongan terdiri dari 27 kecamatan dengan Kecamatan Lamongan sebagai pusat pemerintahan. Setiap kecamatan di Kabupaten Lamongan memiliki perbedaan tinggi dari permukaan air laut yang berbeda-beda. kawasan Lamongan selatan ketinggian dari permukaan air laut lebih tinggi dibanding kawasan Lamongan utara. Wilayah yang
1 Geoku indo, “Arti dan Pengertian Letak Geografis Indonesia”,
dalamhttp://indo-geografi.blogspot.co.id/2011/11/arti-dan-pengertian letak-geografis.html (6 November2015)
2 Lutfin Fana, “Statistik Daerah Kabupaten Lamongan”, (Lamongan: BPS Kabupaten Lamongan,
22
tercatat memiliki. ketinggian tertinggi di Kabupaten Lamongan adalah Kecamatan Ngimbang dengan 81,79 m.3
Tlogoanyar merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Lamongan yang menurut data statistik daerah Kabupaten Lamongan. dihuni oleh 545 kepala keluarga dengan jumlah penduduk keseluruhan 2.424 jiwa yang terdiri dari 1.188 laki-laki dan 1.236 perempuan. Penduduk Tlogoanyar bermata pencaharian sebagai petani, wiraswasta, TNI/Polri, pegawai negeri sipil, guru/dosen, dan pegawai swasta. Wilayah Tlogoanyar juga dilengkapi dengan prasarana berupa 4 koperasi, 21 kios, 33 warung, dan 22 toko Di kelurahan ini juga terdapat beberapa industri rumah tangga yang bergerak dalam pembuatan jamu, tas, dan mie.4
Tidak susah mencapai kelurahan ini karna berjarak tidak sampai seratus meter dari Alun-alun Kota Lamongan. Untuk sampai ke wilayah ini dapat di jangkau menggunakan sarana transportasi berupa kendaraan roda empat (mobil-bus) atau roda dua (sepeda motor-sepeda angin)
Tabel 2.1
Batas Wilayah Kelurahan Tlogoanyar
Batas Sisi Nama Desa
Desa/Kelurahan Sebelah Selatan Kelurahan Sidoharjo Desa/Kelurahan Sebelah Timur Kecamatan Tikung Desa/Kelurahan Sebelah Barat Kelurahan Sidoharjo Desa/Kelurahan Sebelah Utara Kelurahan Jetis
Sumber: Data Monografi Kelurahan Tlogoanyar
3 Ibid., 1
4 Tlogoanyar, Lamongan”, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Tlogoanyar,_Lamongan. (4 April
23
Batas lokasi pondok pesantren di Kelurahan Tlogoanyar dengan Kecamatan sekitar adalah:
Tabel 2.2
Batas Wilayah Kecamatan Tlogoanyar
Batas Sisi Nama Desa
Kecamatan Sebelah Selatan Kecamatan Tikung Kecamatan Sebelah Timur Kecamatan Deket Kecamatan Sebelah Barat Kecamatan Sukodadi Kecamatan Sebelah Utara Kecamatan Turi
Sumber: Data Monografi Kelurahan Tlogoanyar
Kemudahan akses transportasi ke Kelurahan Tlogoanyar itu secara tidak langsung berpengaruh besar terhadap kedatangan para pelajar (santri-murid) baik dari dalam daerah maupun luar daerah untuk melakukan proses
belajar mengajar di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
B. Asal-usul Munculnya Pendidikan Islam di Indonesia
24
dilakukan dengan cara mengikuti dan menirukan bacaan guru.5
Setelah selesai pengajian Alquran, barulah diajarkan beberapa kitab dari berbagai disiplin ilmu keislaman. Langgar merupakan sarana kegiatan keagamaan yang dianggap strategis dalam upaya perluasan pendidikan Islam. Adapun model pendidikan lain yakni pesantren. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang rata-rata tumbuh di daerah Kelurahanan sebagai kelanjutan pengajaran di langgar. Murid-murid yang belajar di pesantren diasramakan dalam satu tempat yang dikenal dengan nama pondok sehingga lembaga ini biasa disebut pondok pesantren. Dalam buku Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, disinyalir bahwa sistem pondok pesantren merupakan tindak lanjut dari sistem asrama yang digunakan oleh umat Hindu zaman dulu. Dalam sistem ini, para Brahmana dan siswanya tinggal dalam satu atap.
Brahmana tersebut tidak mendapat upah, tetapi ia mendapatkan penghormatan yang tinggi serta ketaataan dari para muridnya. Hal ini juga terjadi pada Kiai yang tidak mendapatkan upah dan beliau tinggal bersama santri-santrinya dalam satu asrama. Pendapat lain mengatakan bahwa sistem pendidikan pesantren dipengaruhi oleh model pendidikan agama Jawa (Abad 8-9 M) yang merupakan perpaduan antara kepercayaan Animisme, Hinduisme dan Budhisme. Model pendidikan agama Jawa itu disebut pawiyatan
berbentuk asrama dengan rumah guru yang disebut Ki-ajar di
25
tengahnya sedang muridnya disebut cantrik. 6 Mereka tinggal bersama layaknya hubungan keluarga yang erat dan harmonis.
Munculnya pesantren di Jawa bersamaan dengan kedatangan wali sanga yang menyebarkan Islam di daerah tersebut. Menurut catatan sejarah, tokoh yang pertama kali mendirikan pesantren adalah Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Pola tersebut kemudian dikembangkan dan dilanjutkan oleh para wali yang lain. 7 Penjabaran diatas dapat dikatakan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Jawa.
Wali sanga adalah tokoh-tokoh penyebar Islam di Jawa abad XVI yang telah berhasil menyebarkan agama Islam pada masyarakat. Mereka secara berturut-turut adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati. Wali dalam bahasa Inggris pada umumnya diartikan dengan saint, sementara sanga dalam bahasa Jawa berarti sembilan.8
Syaikh Maulana Malik Ibrahim merupakan penyebar dan pembuka jalan masuknya Islam di tanah Jawa, hal ini berbeda dengan putranya Raden Rahmat (Sunan Ampel) yang tinggal melanjutkan misi suci perjuangan ayahnya kendati tantangan yang dihadapinya tidak kecil. Ketika Raden Rahmat berjuang, kondisi religio-sosial masyarakat Jawa lebih terbuka dan toleran untuk menerima ajaran baru yang dikumandangkan dari tanah Arab. Ia memanfaatkan momentum tersebut dengan memainkan peran yang
6 Ibid., 142
7 Abd A’la, Pembaruan Pesantren (Yogyakarta: PT LkiS, 2006), 16-17.
8 Abdurrahman Mas’ud, Dari Haramain ke Nusantara: Jejak Intelektual Arsitek Pesantren
26
menentukan proses Islamisasi, termasuk mendirikan pusat pendidikan dan pengajaran, yang kemudian dikenal dengan pesantren Kembang Kuning Surabaya.9
Pendiri pesantren pertama di Jawa menjadi teka-teki tersendiri dalam menganalisis hal tersebut. Lembaga Research Islam (Pesantren Luhur) mengatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim merupakan adanya dasar pertama berdirinya pesantren. Adapun Raden Rahmatullah merupakan wali pembina pertama di Jawa Timur. Pondok ini diilhami oleh bentuk dan sistem pendidikan yang ada dalam agama Hindu (padepokan/mandalap-mandala) dengan fungsi utama untuk menggembleng/mendidik para santri untuk menyiarkan agama Islam.10
Pesantren berjuang melawan perbuatan maksiat seperti perkelahian, perampokkan, pelacuran, perjudian dan sebagainya. Akhirnya pesantren berhasil membasmi maksiat itu, kemudian mengubahnya menjadi masyarakat yang aman, tentram dan rajin beribadah. 11 Pesantren mengalami perkembangan secara terus menerus dan menghadapi beberapa rintangan hingga dapat diterima oleh kalangan masyarakat sebagai media dalam mencerdaskan, menciptakan kedamaian dan membantu keadaan sosial serta psikis masyarakat Indonesia.
Pada masa penjajahan Belanda, pihak imperialis tidak hanya menguasai Indonesia dalam segi politik, ekonomi dan militer tetapi juga ingin
9 Qomar, Pesantren, 9.
10 Tim Penyusun, “Dinamika Pendidikan Islam di Jawa Timur”, (Badan Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Jawa Timur,2011), 1.
27
mewujudkan keinginannya dalam menyebarkan agama Kristen. Pada 1932 keluar aturan yang berupaya memberantas serta menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau memberi pelajaran yang tidak disukai oleh pemerintah.12 Pada masa penjajahan Jepang, pesantren berselisih faham dengan imperialis. Hal ini dkarenakan adanya penolakan Kiai Hasyim Asy’ari
dalam melakukan Saikere yakni penghormatan terhadap kaisar Jepang Tenno Haika yang dianggap sebagai keturunan dewa Amaterasu. Pada peristiwa tersebut, Kiai Hasyim ditangkap dan dipenjarakan. Para santri tidak terimma atas perlakuan tentara Jepang, kemudian ribuan santri melakukan demontrasi dan menentang keras pemerintahan Jepang di Indonesia.
Dari kejadian tersebut, pihak Jepang merasa tidak mendapatkan keuntungan bahkan dapat menghambat misinya dalam merekrut rakyat Indonesia untuk melawan sekutu. Jepang memandang bahwa Kiai sangat berpengaruh di mata warga Indonesia oleh karena itu Jepang akhirnya
membebaskan Kiai Hasyim Asy’ari. Menurut Selo Sumarjan, sebagai upaya
menjaring simpati kaum Muslimin Indonesia, preferensi diberikan kepada pemimpin Islam (Kiai pesantren).13
Pesantren mengalami masa penyegaran di era kemerdekaan. Pesantren merasakan suasana baru tanpa adanya pembatasan-pembatasan. Kemerdekaan merupakan masa dimana semua sistem pendidikan dapat berkembang secara bebas, terbuka dan demokratis. Masyarakat Indonesia memiliki semangat untuk belajar dan menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Pemerintah
28
membuka saluran-saluran pendidikan yang sebelumnya tersumbat oleh kaum penjajah ketika menguasai Indonesia. Eksistensi pesantren di Indonesia telah melewati beberapa pengalaman berliku-liku. Tantangan- tantangan besar telah dihadapi dengan strategi-strategi yang handal sehingga sampai sekarang pesantren diakui sebagai aset Indonesia dalam hal potensi pembangunan lingkup dunia pendidikan. Menurut Sumarsono hal ini disebabkan telah melembaganya pesantren di dalam masyarakat.14
Sejak tahun 1853 eksistensi pondok pesantren cukup terkenal di Nusantara. Jumlah santri dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 1981 telah terdaftar 5.661 pondok pesantren dengan 938.597 santri.15 Lembaga pendidikan pondok pesantren banyak didapati dikalangan peKelurahanan daripada perkotaan. Namun dengan eksistensi dan semangatnya dalam menyebarkan Islam, pondok pesantren mulai bergema di kota-kota. Bahkan anak-anak yang tinggal di kota terkadang menimba ilmu atau mondok kilat pada saat liburan.
Terdapat penggolongan pesantren berdasarkan besar kecilnya jumlah santri dan sistem pengajaran atau materi pengajaran. Madrasah sangat erat kaitannya dengan pondok pesantren namun tidak semua madrasah dapat digolongkan pesantren. Pesantren merupakan sarana pendidikan untuk mendalami ilmu agama melalui sekolah atau madrasah berasrama. Kharisma Kiai juga berperan penting dalam kemajuan jumlah santri. Ditinjau dari segi
14 Sumarsono Mestoko, Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman (Jakarta: Balai Pustaka,
1986), 232.
15 M Yacub, Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Kelurahan (Bandung:
29
sistem pengajaran atau materi pengajaran, pondok pesantren dibagi menjadi empat diantaranya:
1. Pesantren Salafi merupakan sistem pesantren yang menggunakan metode pengajaran dengan bersumber pada kitab-kitab Klasik Islam atau Kitab Kuning dengan huruf Arab gundul. Pendidikan madrasah dengan menggunakan sistem sorogan juga dipraktikkan dan menjadi sendi utama yang perlu diterapkan. Pengetahuan non agama atau ilmu pengetahuan umum tidak diajarkan di pondok pesantren Salafi.
2. Pesantren Khalafi merupakan sistem pesantren dengan mempraktikkan sistem madrasah pengajaran secara klasikal, yakni memasukkan ilmu umum dan beberapa ketrampilan dalam kurikulum pendidikan. Pondok pesantren Khalafi biasanya menaungi sekolah-sekolah umum namun masih menggunakan kitab-kitab klasik untuk dijadikan rujukan.
3. Pesantren Kilat merupakan suatu pelatihan yang merupakan program dari pondok pesantren bagi para remaja atau kaum muda untuk memperdalam ilmu agama dalam batas waktu yang ditentukan. Pada umumnya para santri pesantren kilat merupakan pelajar sekolah yang non pesantren. Mereka mengisi masa liburan terutama liburan puasa Ramadan untuk menimba ilmu di pondok pesantren. Pesantren ini bertujan untuk melatih sikap kemandirian dan mendekatkan diri kepada Allah.
30
4. Pesantren Terintegrasi: model ini biasanya seperti latihan-latihan yang ditujukan untuk peningkatan vokasional yang biasanya dikembangkan oleh Balai Latihan Kerja Depnaker, Balai Pengembanagan Belajar Pendidikan Masyarakat dan lain-lain. program itu diintegrasikan begitu rupa dengan inti latihan kepesantrenan. Peserta dalam model ini biasanya mereka yang drop out atau para pencari kerja.16
Perkembangan pondok pesantren dari tahun ke tahun semakin bertambah. Hal ini juga terjadi di Kabupaten Lamongan. Pada awalnya Sunan Drajat yang merupakan putra kedua dari Sunan Ampel menimba ilmu dan belajar agama kepada ayahnya kemudian hijrah ke Kelurahan Drajat Lamongan dan mendirikan pesantren di sana. Beliau menekankan sikap dermawan, menyantuni anak yatim dan fakir miskin serta mengajarkan banyak ilmu Islam di Kelurahan tersebut. Keberhasilan pesantren dalam mendidik masyarakat muslim, menjadikan dunia pesantren tumbuh dan berkembang. Kabupaten Lamongan mulai memunculkan pesantren-pesantren salah satunya yakni pondok pesantren Roudlotul Qur'an.
C. Sejarah Berdirinya dan Perkembangan Pondok Pesantren Roudlotul
Qur’an Tlogoanyar Lamongan
1. Fase pertama (1975-1985)
Pondok pesantren Roudlotul Qur'an didirikan pada tahun 1975 oleh KH. Mansur Aminuddin Ridlo. Pondok pesantren Roudlotul Qur'an bertempat di Kelurahan Tlogoanyar Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan. Pada
31
tanggal 24 April pondok pesantren Roudlotul Qur’an telah terdaftar pada
Departemen Agama Republik Indonesia.17
Pada awal pertumbuhannya sekitar tahun 1970-an pondok pesantren Roudlotul Qur'an hanya difungsikan sebagai tempat mengaji Al qur'an sebagaimana langgar atau musholah pada umumnya, yang dihadiri oleh masyarakat sekitar Demangan dan Tlogoanyar, dengan metode pembelajaran sorongan. Kegiatan pengajian Al qur'an ini diasuh langsung oleh KH. Mansur Aminuddin Ridho dan istrinya bu Nyai Ummi Sholihah. Pengajian Al qur'an dilakukan pada waktu ba'da maghrib.18
Pada tahun 1975 KH Aminuddin mampu membeli sebidang tanah rawa di kelurahan Tlogoanyar. Tanah yang beliau beli saat itu masih berbentuk telaga, lahan kosong yang tidak terpakai sehingga dengan semangat dan ridho Allah KH. Aminuddin bertekat untuk membersihkan rawa-rawa untuk dijadikan tempat beribadah atau langgar. Awalnya tidak sedikit orang tua merasa tergerak untuk menitipkan anaknya untuk mengaji/mondok di rumah beliau. Sehingga dibuatkanlah kamar sederhana untuk dihuni oleh santri/murid beliau. Yang sekarang menjadi kantor pondok pesantren.
Beberapa tahun kemudian berkembang ibu-ibu jama'ah pengajian, yang mulanya telah mengaji dalam bimbingan KH Aminuddin di Demangan
nututi minta ikutmengaji kepada KH Aminuddin yang telah berpindah ngaji
di Tlogoanyar. Agar tidak tercampur dengan santri laki-laki Maka dibuatlah
17 Departemen Agama Republik Indonesia, Piagam Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an,
Nomor :Kw,13.5/02/PP.00.7/167/2006
32
Roudloh tempat pengajian dan jama'ah yang sekarang dinamakan Roudlotul
Qodim. Ada juga santri perempuan, kemudian dibuatlah kamar disisi selatan yang sekarang menjadi koperasi, sampai berkembang menjadi 3 lantai. KH. Mansur Aminuddin Ridlo memberi nama pondok ini dengan mana pemberian dari kiai beliau yaitu KH. Arwani Kudus yaitu Roudlotul Qur'an.
Pada perkembangan selanjutnya tidak hanya mengajar Al qur'an tetapi juga ditambah dengan mengaji kitab seperti kitab gundul, buluggul maram, tafsir jalalain dan kitab-kitab kuning lainya. Pengajian al qur'an pada saat itu dilaksanakan setiap selesai sholat Subuh dan Magrib, sedangkan ngaji kitab seperti tafsir jalalain dan kitab lainya dilaksanakan tiap sore menjelang Maghrib.19Seiring jalannya waktu akibat semakin banyaknya masyarakat yang tidak hanya dari tlogoanyar yang datang mengaji bahkan tidak sedikit berasal dari luar kelurahan dan bahkan diluar daerah maka Pada tahun 1980 KH. Aminuddin mendapatkan sebidang tanah waqof dari tokoh masyarakat setempat. Kemudian membuat kamar sederhana sebagai tempat menginap bagi para santri laki-laki, yang sekarang menjadi komplek Rijal.
2. Fase kedua (1985-2000)
Jumlah santri perempuan bertambah dan bertambah pada tahun 1985, kemudian KH. Mansur Aminuddin Ridlo membeli sebidang tanah lagi dan di buatlah komplek jadid dengan 3 kamar hanya 1 lantai dan Aula. Jumlah santriwan dan santriwati semakin bertambah pesat pada tahun 1985-1990.
33
Jumlah santri mencapai 300 lebih.20
KH. Mansur Aminuddin Ridlo merupakan pendiri Pondok Pesantren Roudlotul Qur'an Tlogoanyar Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan. Beliau lahir di Kudus Jawa Tengah pada bulan Agustus tahun 1935. 21 Saat beliau masih muda, di kenal sebagai orang yang taat pada agama, rajin dalam beribadah, selain mengajar mengaji, beliau juga menyebarkan agama Islam di Kelurahan Pedurungan Glagah dan di dampingi seorang wanita yang bernama Ummi Sholihah. Wanita tersebut berasal dari Betoyo, Manyar Gresik. KH. Aminuddin Ridlo dan Ummi Sholihah ini sama-sama menimbah ilmu di Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang, kurang lebih selama 6 tahunan. Setelah itu beliau pulang dan menikah dengan Ummi Sholihah sekaligus mendapatkan tugas serupa di Lamongan, tepatnya di MI Madrasah Ibtidaiyah Sunan Drajat Demangan, sekarang di kenal MI murni oleh Ustadz H. Zarkasyi (Allahumaghfir lahu) pengurus Madrasah. Madrasah Ibtidaiyah yang semula hampir mati karna di tinggal siswanya, di tahun 1975 mengalami kejayaan dengan jumlah siswa yang melimpah. 22
Pada tahun 1960 KH. Aminuddin menikah saat berusia 25 tahun sedangkan istrinya Ummi Sholihah berusia 23 tahun. KH Mansur Aminuddin Ridlo selain mengajar dan berdakwah di masyarakat Tlogoanyar sebagai pengasuh pesantren beliau juga bertugas sebagai guru agama yang di tugaskan di Pucung Tikung Lamongan.
Dalam rangka merintis pondok pesantren, tentu tidak semudah yang
34
dibayangkan. Banyak sekali halangan dan rintangan yang harus dihadapi oleh KH. Mansur Aminuddin Ridlo. Sebagian masyarakat Kelurahan Tlogoanyar ada yang mendukung dan ada juga yang menentang saat KH. Mansur Aminuddin dalam mendirikan pondok pesantren di Tlogoanyar Lamongan. Akan tetapi dengan semangat dan kerja keras tetap dijalankan oleh KH. Mansur Aminuddin Ridlo, beliau memegang teguh kesabaran dan tawakal karena dengan niat dan sikap yang baik akan melahirkan hasil yang baik. Beliu tidak pernah menghiraukan cercaan dan hinaan dari warga yang kontra dengan pemikiran KH. Mansur Aminuddin Ridlo. Meski ada sebagian warga Kelurahan Tlogoanyar yang tidak suka dengan kedatangan beliau dalam berdakwah dan mendirikan pondok pesantren, namun beliau tetap menjalin hubungan baik dengan semua orang. Beliau juga menjalin silaturahmi dengan masyarakat.23
Sebelum wafat, KH. Aminuddin sering berkunjung dan menyambung silaturahmi dengan KH. Arwani Kudus. Bahkan nama Pondok Pesantren Roudlotul Qur'an itu sendiri merupakan pemberian dari Almarhum KH. Arwani Kudus.
Pada tahun 1993 KH. Mansur Aminuddin Ridlo wafat, tepatnya 18 September 1993 M/ 27 Jumadil Akhir 1338 H. Setelah dirawat 13 hari di RSUD Bunder Gresik. Beliau di makamkan di Kudus tempat lahir beliau. Pondok pesantren Roudlotul Qur'an di pegang bersama putra/putri beliau yang berjumlah 6 orang;
35
1) Ah. Syaifuddin 2) Ah. Ali Arifin 3) Ah. Faishol 4) Durrotun Nafisah 5) Masykurotin Azizah 6) Hidayatul Mashfiyyah 24
KH. Mansur Aminuddin Ridlo dikenal memiliki hati yang lembut, sopan santun serta solidaritas yang tinggi pada semua orang. Beliau lebih dikenal dengan nama KH. Aminuddin Ridlo. Selain itu, KH. Aminuddin memiliki sikap loyalitas yang tinggi terhadap sesama bahkan banyak tetangga merasa senang dengan kedatangan KH. Aminuddin Ridlo di Tlogoanyar untuk menyebarkan ilmu dan berjuang di jalan Allah.25
3. Fase ketiga (2000-2015)
Setelah pondok pesantren berdiri dan mulai berkembang, kemudian muncullah lembaga non formal yakni Madrasah Tsanawiyah Terpadu berdiri pada tahun 2006. Kemudian berdirilah Madrasah Aliyah Sains tahun 2015. Adanya lembaga-lembaga formal serta non formal yang ada di pondok pesantren Roudlotul Qur'an, menjadikan banyak masyarakat yang berminat mendaftarkan putra-putrinya untuk belajar di pondok pesantren sekaligus di sekolah formal Roudlotul Qur'an.
36
Kesederhanaan pesantren zaman dulu terlihat dalam segi bangunan, metode, bahan kajian, perangkat belajar dan lainnya. Hal tersebut dilatar belakangi oleh kondisi masyarakat dan perekonomian pada saat itu. Pesantren zaman dulu hubungan yang terjalin antara kiai dan santri sangat erat layaknya anak kandung dengan orang tuanya. Akan tetapi pesantren zaman sekarang agak berbeda. Hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi dan ekonomi. Pesantren zaman sekarang, kiai dan santri-santrinya jarang bertemu dikarenakan jadwal yang padat serta banyaknya jumlah santri sehingga tidak tersedia waktu untuk bercakap-cakap atau musyawarah dengan kiai secara langsung, hanya sebatas pengurus dan pengasuh pondok saja yang dapat bertatap muka.
Para santri yang menimba ilmu di pesantren zaman dulu tidak dipungut biaya administrasi karena santri dan kiai sama-sama hidup dalam kesederhanaan dengan bertani dan berdagang sehingga hasil yang didapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, perubahan terjadi dikarenakan kebutuhan ekonomi yang terus meningkat dan kondisi masyarakat zaman dulu berbeda dengan sekarang. Rata-rata mata pencaharian di Lamongan dulunya hanya bertani, berdagang di pasar dan nelayan namun sekarang banyak warga Lamongan yang bekerja di pabrik, pegawai negeri dan lain-lain. Kebutuhan zaman sekarang dan dulu sangat berbeda.
37
menjadikan pondok pesantren sekarang memungut biaya administrasi bagi para santri. Bangunan pondok pesantren Roudlotul Qur'an Kelurahan Tlogoanyar Lamongan sudah memenuhi persyaratan menjadi lembaga pendidikan karena memiliki beberapa bangunan dengan fungsinya. Bangunan-bangunan tersebut diantaranya mushola, madrasah, dalem (rumah kiai), asrama dan lain-lain.
D. Tujuan dan Visi Misi Berdirinya Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
Tlogoanyar
Pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan mempunyai visi, misi, dan tujuan yang dirumuskan dengan jelas sebagai acuan program-program pendidikan yang diselenggarakan. Tujuan utama pesantren adalah mencapai hikmah atau kebijaksanaan berdasarkan pada ajaran Islam yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan serta realisasi dari peran dan tanggung jawab. Setiap santri diharapkan menjadi orang yang bijaksana dalam menyikapi kehidupan ini.
38
keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan Negara.26
Begitu juga dengan pondok pesantren Roudlotul Qur’an Tlogoanyar
akan dinilai masyarakat. Pesantren perlu mempunyai cara pandang yang ideal dengan penilaian masyarakat, sebab pendirian pesantren harus sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga membuat dampak yang positif dan baik pada masyarakat atau warga disekitar pesantren. Berikut Tujuan, Visi dan Misi
pondok pesantren Roudlotul Qur’an:27
1. Tujuan berdirinya pondok pesantren Roudlotul Qur’an yaitu:
a. Mencetak anak fasih membaca Al Qur’an dengan tajwid yang benar.
b. Mencetak santri yang berpengetahuan yang luas, tauhid, fiqih dan akhlaq.
c. Mencetak santri yang berkualitas dan bertaqwa.
d. Mencetak santri yang mampu menyebarkan ilmu dan agama di masyarakat.
Adapun Visi dan Misi Pondok Pesantren Roudlotul Qur'an Tlogoanyar 2. Visi
Beriman, bertaqwa dan bermanfaat
26 Ibid., 6.
39
3. Misi
a. Memberikan wawasan dan kegiatan kepada santri yang secara istiqomah mampu memperkuat akidah, memperluas ilmu syariat Islam. b. Mendidik santri berperan positif dalam masyarakat .
40
BAB III
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN
ROUDLOTUL QUR'AN TLOGOANYAR LAMONGAN
Pesantren memiliki banyak pengertian sesuai dengan pandangan
masing-masing pihak. Menurut Masjkur Anhari pesantren dalam arti sebagai
lembaga pendidikan non formal yang hanya mempelajari ilmu agama yang
bersumber pada kitab kuning atau kitab kitab klasik, maka materi
kurikulumnya mencakup ilmu Tauhīd, Tafsīr, ilmu Tafsīr, HadIth, ilmu fiqh,
ushūl al-Fiqh, ilmu Tasawuf, ilmu Akhlaq, Bahasa Arab yang mencakup
Nahwu, Sharaf, Balāghah, Badi’, Bayān, Mantīq dan Tajwīd.1 Hal ini juga
berlaku bagi pondok pesantren Roudlotul Qur’an karena didalamnya juga
diajarkan ilmu-ilmu agama seperti nahwu, sharaf dan lain-lain.
Untuk menjawab fenomena di era globalisasi, maka pondok
pesantren Roudlotul Qur’an muncul dengan pembaruan dalam hal pendidikan.
Selain mengajarkan ilmu-ilmu agama, pesantren Roudlotul Qur’an juga
menaungi lembaga-lembaga formal sebagai jawaban atas tuntutan kebutuhan
masyarakat. Pendidikan dan pengajaran berbagai disiplin ilmu perlu untuk
diterapkan. Pengembangan ilmu-ilmu umum tidak hanya bersifat sebagai
pelengkap, melainkan akan diaktualisasikan penuh dengan ilmu syariah
sehingga dapat mengokohkan keberadaan pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan globalisasi.
Pesantren merupakan sarana untuk mengembangkan Islam dan
41
berfungsi sebagai pusat penyebaran Islam dan mencetak kader-kader
pemimpin Islam pada masa yang akan datang sehingga pengetahuan tentang
Islam sangat diperhatikan dan disiapkan pada lembaga pendidikan Islam
yakni pondok pesantren. Dalam metode pembelajaran di pesantren terkenal
dengan metode sorogan dan bandongan atau wetonan. Metode sorogan yakni
model pengajian dimana para santri membaca kitab pelajaran sedangkan sang
kiai mendengarkan sambil membenarkan jika terdapat kesalahan. Metode ini
dianggap metode pengajaran yang sulit karena dibutuhkan kesabaran,
ketelitian dan kemahiran disiplin ilmu pada setiap santri.
Metode bandongan atau weton merupakan metode pengajaran dimana
sang kiai membacakan dan menjelaskan isi kitab. Para santri mengelilingi
guru dengan mendengarkan, memaknai dan mencatat keterangan pada kitab
maupun buku catatan lain. Dalam sistem ini sekelompok murid
mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan dan
menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab.2
Adapun karakterisrik pendidikan pesantren secara keseluruhan terdiri
dari beberaa poin dantaranya materi pelajaran dan metode pengajaran yang
umumnya pesantren mengajarkan kajian-kajian kitab kuning dengan metode
pengajaran sorogan dan weton atau bandongan. Poin berikutnya yakni
jenjang pendidikan. Dalam dunia pesantren jenjang pendidikan tidak dibatasi,
namun kenaikan tingkat santri berdasarkan pada pengajaran mata pelajaran
tertentu yang ditandai dengan tamatnya kitab yang dikaji.
42
Seiring berjalannya waktu, fungsi pesantren berjalan secara dinamis.
Pada awalnya, pesantren berfungsi sebagai lembaga sosial dan penyebaran
agama Islam. Namun dalam buku yang berjudul Manajemen Pondok
Pesantren didalamnya terdapat pendapat Azyumardi Azra yang menawarkan
tiga fungsi pesantren yaitu (1) transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam (2)
pemeliharaan tradisi Islam dan (3) reproduksi ulama’.3 Untuk mencapai
manajemen sistem pendidikan yang baik dan benar, seperti halnya Pondok
Pesantren Roudlotul Qur'an Tlogoanyar ini melakukan berbagai
pembaruan-pembaharuan pendidikan dengan mengikuti Ilmu pengetahuan umum dan
teknologi dalam memenuhi tuntutan atau kebutuhan masyarakat.
Untuk menjawab fenomena di era globalisasi, maka pondok pesantren
Roudlotul Qur’an muncul dengan pembaruan dalam hal pendidikan. Selain
mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam, pondok pesantren Roudlotul Qur’an
juga menaungi lembaga-lembaga formal sebagai jawaban atas tuntutan
kebutuhan masyarakat. Pendidikan dan pengajaran berbagai disiplin ilmu
perlu untuk diterapkan. Pengembangan ilmu-ilmu umum tidak hanya bersifat
sebagai pelengkap, melainkan akan diaktualisasikan penuh dengan ilmu
syariah sehingga dapat mengokohkan keberadaan pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan-tantangan di era globalisasi.
Pondok pesantren Roudlotul Qur’an merupakan salah satu pondok
pesantren yang ada di Lamongan Jawa Timur yang ikut berpartisipasi dalam
penyebaran Islam di era modern. Manajemen pendidikan pesantren
43
merupakan icon penting dalam mengembangkan eksistensi pesantren. Tanpa
adanya hal tersebut, maka orientasi ke depan menjadi kurang jelas dan
pesantren tidak akan memiliki visi misi sehingga kebijakan-kebijakan
pesantren akan bersifat sesaat. Pondok Roudlotul Qur’an merupakan pondok
pesantren yang dapat menyeimbangi berbagai permasalahan-permasalahan di
era modern. Pondok ini tidak hanya mengajarkan ilmu agama seperti Akidah
Akhlaq, Fiqih dan lainya. Sebagaimana yang diintegrasikan dalam madrasah
diniyah, melainkan menaungi lembaga pendidikan umum diantaranya MTs
Terpadu dan MA Sains Roudlotul Qur’an.
A. Madrasah Tsanawiyah Terpadu Roudlotul Qur’an
Madrasah Tsanawiyah Terpadu Roudlotul Qur’an Tlogoanyar
memiliki visi dan misi yang jelas dan praktis diantaranya visi Madrasah
Tsanawiyah Tlogoanyar adalah Teguh dalam iman unggul dalam keilmuan.
Adapun misi Madrasah Tsanawiyah Terpadu diantaranya:
1. Membentuk kader muslim yang berkualitas dalam iman dan ketaqwaan.
2. Menghasilkan lulusan yang menguasai IPTEK.
3. Mencetak sumberdaya manusia yang menguasai bahasa arab-inggris aktif.
4. Menjadi lembaga pendidikan islam yang berbasis bahasa arab-inggris.
5. Menjadi MTs Teladan.
Madrasah Tsanawiyah Terpadu terletak di Kelurahan Tlogoanyar
Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan dengan kode pos 62218. No.
Statistik sekolah yakni 212352411377. Bertempat di Jl. Andanwangi
44
lahir di Madiun dan bertempat tinggal di Jl. Kombespol M.Duryat 26
Lamongan. Jumlah guru di Madrasah Tsanawiyah Terpadu sebanyak 28
orang dan 3 karyawan.
Madrasah Tsanawiyah Terpadu mendapat piagam ijin operasional
Madrasah Tsanawiyah dari Kantor Kementrian Agama Kabupaten
Lamongan. Adapun Nomor Statistik Madrasah yakni 121235240005. yang di
tandatangani oleh Drs H. Kusaiyin Wardani, MSi.4
MTs Terpadu Roudlotul Qur’an berdiri pada 16 Mei 2006. Madrasah
ini menganut kurikulum KTSP oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Lamongan. Dengan persiapan 3 bulan bersama Tim pendiri,
mendirikan Madrasah Tsanawiyah Terpadu Roudlotul Qur’an. Nama tersebut
di sepakati dalam rapat Tim pendiri.5
Diberi nama Terpadu karena Paduan antara Madrasah dengan Pondok.
Dengan jumlah siswa-siswi pertama menerima 17 0rang. Seiring
berkembangnya Madrasah Tsanawiyah Terpadu Jumlah santri sekarang
mengalami peningkatan sangat pesat dengan jumlah 230 santri, meliputi
siswa tingkat Tsanawiyah/SMP/Awwaliyah (154 siswa-siswi), SMA/Wustho
(82 siswa-siswi), Kuliyah/Ulya (20 siswa-siswi). Adapun fasilitas
sarana-prasarana Madrasah akan sangat menunjang kualitas daripada sebuah
lembaga pendidikan.
4 Kementrian Agama Kabupaten Lamongan, Piagam ijin operasional MTs, Nomor : Kd.13.24/4/PP.00.5/702.a/2010.
45
Tabel 3.1
Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Roudlotul Qur’an Tlogoanyar Lamongan
No Tempat Kondisi
1 Gedung Milik Sendiri Baik
2 Lap Bahasa Baik
3 Media Pembelajaran LCD Baik
4 Wifi Area Baik
5 Peralatan Lap IPA Baik
6 Perpustakaan Baik
8 Lap Komputer Baik
Sumber: Data diolah dari dokumen MTs Terpadu (5 Mei 2016).
Seiring perkembangan zaman, pondok pesantren yang dulunya hanya
melaksanakan pendidikan agama tradisional sekarang banyak pondok
pesantren yang menaungi lembaga-lembaga formal tidak lain Pondok
Pesantren Roudlotul Qur’an Tlogoanyar. Madrasah Tsanawiyah Terpadu
Roudlotul Quran ini termasuk pendidikan formal yang diselenggarakan dalam
bentuk madrasah atau sekolah umum pada umumnya dengan harapan dapat
mengembangkan dan membina para santri agar mendapatkan ilmu
pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum baik berupa ketrampilan
praktis maupun pengetahuan akademis yang bermanfaat bagi masyarakat,
orang tua terutama bermanfaat bagi dirinya sendiri.
Sistem pendidikan di sekolah-sekolah pada dasarnya merupakan