• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK TERSELUBUNG DALAM KELUARGA : STUDI KASUS PERSETERUAN ANTARA SUMAI ISTRI DI DESA PRASUNG TAMBAK KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONFLIK TERSELUBUNG DALAM KELUARGA : STUDI KASUS PERSETERUAN ANTARA SUMAI ISTRI DI DESA PRASUNG TAMBAK KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

Tahniatul Alawiyyah

NIM B05213027

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Tahniatul Alawiyyah,2013, Konflik Terselung dalam Keluarga Perseteruan Antara Suami Istri di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Konflik Keluarga dan Latar Belakang dan Bentuk-bentuknya

Permasalahan yang dikaji didalam penelitian ini ada dua yakni bagaimana bentuk-bentuk konflik keluarga dan bagaimana latar belakang konflik keluarga di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Namun dari dua rumusan masalah tersebut sebuah sub dari pembahasan didalamnya, antara lain pembahasan mengenai bentuk-bentuk konflik keluarga dan latar belakang yang terjadi pada konflik terselubung dalam keluarga di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo.

Adapun itu, latar belakang terjadinya konflik terselubung dalam keluarga ini karena kurang alat komunikasi dengan baik dalam membina rumah tangga sehingga terjadinya permasalahan yang muncul diantara pasangan ini. Konflik dalam keluarga juga dapat berpengaruh terhadap seorang anak yang menjadikan beban pikiran karena stress atau depresi pada dirinya. Masalah keluarga ini dialami oleh seorang pasangan yang berselingkuh dengan tetangganya sendiri karena sang suami yang hiperaktif terhadap wanita lain dapat menimbulkan terpecah belahnya sesama pasangan ini.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat fenomena ini yaitu teori Ralf Dahrendorf yang terjadi pada konflik keluarga di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo teori ini memiliki dua wajah dalam memecahkan sebuah masalah yaitu (konflik dan consensus) teori consensus harus menelaah integrasi nilai ditengah-tengah masyarakat, sementara teori konflik harus menelaah konflik kepentingan dan koersi yang menyatukan masyarakat dibawah tekanan-tekanan tersebut. Seperti halnya konflik perselingkuhan terhadap sesama pasangan dan kekuasaan antara suami dan istri.

(7)

i DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYTAAN PERTANGGUNG JAWAB PENULISAN vi SKRIPSI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... x xii BAB I : PENDAHULUAN 1 A.Latar Belakang Masalah... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konseptual ... 7

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II : KONFLIK TERSELUBUNG DALAM KELUARGA

PERSPEKTIF RALF DAHRENDHOF

(8)

ii

A.Penelitian Terdahulu ... 13

B.Kajian Pustaka ... 19

C.Kerangka Teori ... 34

BAB III : METODE PENELITIAN 40 A.Jenis Penelitian ... 40

B.Jenis Penelitian ... 40

C.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

D.Pemilihan Suubjek Penelitian ... 41

E. Tahap-tahap Penelitian ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

G.Teknik Analisis Data ... 47

H.Teknik Pemeriksaan Keabsaan Data ... 48

BAB IV : KONFLIK ANTARA SUAMI ISTRI DI DESA PRASUNG TAMBAK KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO ... 49 A.Masyarakat Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo ... 49 B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 59

C.Analisis Data ... 75

BAB V : PENUTUP ... 84

A.Kesimpulan ... 84

(9)

iii

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Jadwal Penelian

Surat Keterangan (bukti melakukan penelitian)

Biodata Peneliti

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia seringkali terjadi adanya konflik yang tidak dapat dihindarkan dan sulit untuk diselesaikan. Umat manusia diberikan akal dan pikiran untuk menyelesaikan adanya konflik antar individu maupun kelompok, walaupun konflik tersebut terlihat kecil sehingga banyak konflik yang sukar untuk terselesaikan dengan baik. Konflik yang kecil dibesar-besarkan sedangkan konflik yang besar tidak ditangani dengan cepat agar dapat terselesaikan.

Konflik merupakan bagian dari esensi kehidupan dalam masyarakat sebagai proses pertentangan yang dieskpresikan diantara dua pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku dan interaksi konflik yang menghasilkan keluaran konflik. Seperti halnya konflik dalam sebuah organisasi yang terdapat ketidakcocokan terhadap sesama anggota satu dengan anggota lainnya.

Konflik juga sering terjadi dikalangan keluarga yang terdapat sebagai anggota terkecil dimasyarakat, di dalam konflik ini terjadi adanya perselingkuhan antara seorang suami dengan keluarga tetangganya yang menimbulkan adanya kurang keharmonisan keluarga dan kurang menjalin komunikasi dengan baik sehingga dapat menciptakan adanya konflik.

(12)

keinginan, pendapat dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Konflik dari aspek antropologi, yakni dirimbulkan sebagai akibat dari persaingan antara paling tidak dua pihak; kelompok kekerabatan; satu komunitas; atau mungkin satu lapisan kelas sosial pendukung ideologi tetentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau satu pemeluk agama tertentu. 1

Salah satu konflik yang dapat penulis teliti dengan jelas yaitu dari kalangan masyarakat adalah di sebuah Desa Prasung Tambak ini merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Buduran yang merupakan bagian wilayah barat Kabupaten Sidoarjo atau yang lebih dikenal dengan desa pengelola ikan tambak ini, yang tepatnya berada di Provinsi Jawa Timur. Prasung Tambak ini merupakan suatu lingkungan pedesaan yang mempunyai latar belakang sejarah dan kehidupan kekeluargaan yang harmonis dan sakinah. Akan tetapi, akhir-akhir ini banyak peristiwa yang terjadi adanya konflik di dalam keluarga, sehingga menimbulkan ketidakcocokan atau perseteruan antara suami dan istri.

Konflik merupakan suatu permasalahan baik itu individu atau kelompok, haruslah dapat penanganan yang cepat agar permasalahan dapat terselesaikan. Walaupun konflik suatu saat akan timbul kembali. Perselisihan, pertentangan dan konflik dalam suatu keluarga merupakan sesuatu yang terkadang tidak bisa dihindari, tetapi harus dihadapi. Hal ini karena dalam suatu pernikahan terdapat penyatuan dua pribadi yang unik dengan membawa sistem keyakinan masing-masing berdasar latar belakang budaya serta pengalaman yang berbeda-beda. 2

1Setiadi M.Elly, Usman Kolip. “

Pengantar sosiologi pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial: teori, aplikasi, dan pemecahannya” (Jakarta,Kencana,2011) Hal 347.

2

(13)

Dinamika kehidupan di Desa Prasung Tambak, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo ini dalam lingkup beberapa keluarga di sana semakin hari semakin kompleks dan pasangan suami istri dituntut untuk menghadapi kondisi tersebut dengan segenap upaya yang bisa dikerahkan oleh kedua belah pihak. Konflik yang timbul dari upaya penyelesaian masalah ketika tidak terpecahkan dan terselesaikan akan menganggu dan mengakibatkan ketidakharmonisan dalam hubungan suami istri tersebut.

Realitas di dalam masyarakat ini menunjukkan bahwa tidak semua pasangan suami istri memiliki pola kehidupan yang sama. Dalam artian bentuk kehidupan yang harus mereka jalani berbeda satu sama lain. Ada pasangan suami istri yang setelah menikah harus tinggal terpisah, entah disebabkan oleh tuntutan pekerjaan dan tugas yang mengharuskan mereka hidup terpisah dengan pasangannya. Ada juga, istri yang durhaka terhadap suaminya dikarenakan terjadi kesalahan yang fatal dari pihak suami yang menyebabkan konflik itu muncul di dalam perseteruan keluarga seperti halnya terjadi di Desa Prasung Tambak ini.

(14)

konflik. Hal ini disebabkan perempuan ketika telah menikah, mereka sanggup untuk menyerahkan diri secara total pada pasangannya. 3

Konflik sering berpengaruh dalam kehidupan seorang anak yang menjadikan beban pikiran karena stress atau depresi pada dirinya. Apalagi masalah yang dialami oleh sebuah keluarga ini timbul adanya perselingkuhan terhadap tetangga depan rumahnya yang kelihatan amat jelas, akan tetapi ada pula seorang ibu yang tega membuat anaknya sengsara misalnya seorang anak yang seharusnya untuk menekuni dalam dunia pendidikan tapi mereka udah disuruh untuk mencari nafkah (uang) untuk biaya hidupnya sehari-hari dengan alasan suaminya tidak memberikan nafkah lahiriah kepada keluarga, padahal setiap bulannya suami mengirimkan uang kepada istri dan anaknya untuk membiayai kehidupan keluarganya. Akan tetapi, uang tersebut telah dihabiskan oleh istrinya dan anaknya pun tidak pernah diberi uang jajan yang selama ini diberikan oleh suaminya.

Komunikasi merupakan suatu hal penting untuk membangun sebuah keluarga yang utuh, harmonis dan sakinah dalam hidup. Makanya jaman sekarang banyak terjadinya konflik dalam keluarga ini salah satunya dari faktor komunikasi yang kurang kuat terjadi pada pasangan suami istri. Maka dari itu, faktor pemicu utama yang paling penting dalam keluarga adalah membangun komunikasi dengan baik.4

Konflik keluarga itu tidak hanya disebabkan dari perselingkuhan, perceraian, pertengkaran. Akan tetapi, sebuah komunikasi yang kurang dibangun di dalam keluarga itu juga bisa saja menimbulkan adanya konflik dalam hubungan rumah

3

Ibid,Hal 44 4

(15)

tangga. Agar tidak terjadi adanya konflik dalam rumah tangga itu haruslah saling mengerti satu sama lain dan menjadi seorang istri yang patuh terhadap suami itu juga menciptakan keluarga yang utuh, harmonis dan sakinah.

Perspektif konflik lebih menekankan sifat pluralistik dari masyarakat dan ketidakseimbangan distribusi kekuasaan yang dimiliki oleh kelompok-kelompok elite, maka kelompok-kelompok itu juga memiliki kekuasaan untuk menciptakan peraturan, khususnya hukum yang dapat melayani kepentingan mereka. Berkaitan dengan hal itu, perspektif konflik memahami masyarakat sebagai kelompok-kelompok dengan berbagau kepentingan yang bersaing dan akan cenderung saling berkonflik. Melalui persaingan itu, maka kelompok dengan kekuasaan yang berlebih akan menciptakan hukum dan aturan yang menjamin kepentingan mereka dimenangkan.5

Oleh sebab itu, penulis akan mengulas penilitian mengenai konflik dalam keluarga yang akhir-akhir ini banyak terjadi dikalangan masyarakat yang menimbulkan efek negatif terhadap anak-anak kecil sekarang ini. Masalah keluarga yang seharusnya pasangan yang menanganinya tapi kini seorang anak pun ikut terlibat dalam sebuah konflik yang ada di dalam keluarga tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis akan mengkaji permasalahan yang diantaranya:

1. Bagaimana bentuk konflik yang terjadi dalam sebuah keluarga di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo?

5

(16)

2. Apa latar belakang terjadinya konflik keluarga di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo?

C. Tujuan

Berangkat dari rumusan masalah yang sudah tersaji, penulis ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk konflik yang terjadi dalam sebuah keluarga di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo

2. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya konflik keluarga di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terbagi atas dua kategori, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun uraian dari kedua manfaat tersebut antara lain : 1. Secara Teoritik

Penelitian ini diharapkan bermanfaat serta memberikan konstribusi dengan temuan-temuan yang diteliti bagi pribadi maupun program studi sebagai pengembangan khazanah keilmuan terutama hubungan keluarga dalam hubungan sosial (ilmu sosial) yang ada di masyarakat.

2. Secara Praktis

(17)

E. Definisi Konseptual

Pada dasarnya, konsep merupakan unsur pokok dari sebuah penelitian, dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi singkat dari sejumlah fakta atau data yang ada. Oleh karena itu agar tidak terjadi kesalahpahaman, peneliti memberikan batasan istilah atau definisi yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian, istilah atau definisi yang dimaksud memiliki pengertian terbatas. Adapun batasan bagi beberapa konsep dalam penelitian ini:

1. Konflik

Ketegangan atau pertentangan di dalam cerita tekaan atau drama (pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya). Merupakan perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua belah pihak memilki keinginan untuk saling menjatuhkan atau menyingkirkan atau mengalahkan atau menyisihkan.

(18)

memicu kerawanan sosial yang berujung pada konflik antar-penganut ideologi.6

Konflik juga bermanfaat bagi perkembangan individu dalam hal menumbuhkan pengertian sosial. Permasalahan ini untuk memahami persaan dan maksud orang lain, dalam memegangi norma da konvensi yang memandu perilaku, dalam memilih strategi berkomunikasi, dan dalam mengenali berbagai perbedaan yang relevan dalam hubungan antarpribadi.

2. Terselubung

Suatu kejadian yang memiliki sifat tertutup kepada seseorang atau merupakan salah satu individual atau kelompok yang mempunyai sifat tertutup tidak adanya keterbukaan terhadap orang lain. Jadi, konflik ini menimbulkan sifat tertutup terhadap masyarakat dan tak perlu diumbar di mana pun. Akan tetapi, sebagian penting ada juga yang mengetahui adanya konflik tersebut seperti halnya saudara, kawan sejawat, dan teman akrabnya.7 3. Keluarga

Ibu dan bapak beserta anak-anaknya seisi rumah yang memiliki kesatuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Atau kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Bagi setiap keluarga (suami, istri dan anak-anak) mempunyai proses sosialisasinya untuk saling memahami, menhayati budaya yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai salah satu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi,

6

Setiadi,M.elly, Usman Kolip,Pengantar sosiologi pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial :teori, aplikasi, dan pemecahannya (Jakarta, Kencana 2011) Hal 348

7

(19)

merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putrinya, saudara laki-laki dan perempuan serta merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama. Jadi keluarga merupakan kesatuan sosial yang terikat oleh hubungan darah dan masing-masing anggotanya mempunyai peranan yang berlainan sesuai dengan fungsinya.8

Keluarga merupakan konsep yang yang bersifat multidimensi. Kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi. Pada pentingnya suatu budaya ditransmisikan menjadi manusia yang dapat menjalankan fungsinya yang terdapat sebuah tatanan utama yang mengomunikasikan pola-pola nilai yang bersifat simbolik kepada generasi baru.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan proposal ini agar tidak terdapat kesulitan dalam memahami ataupun dalam pembacaanya, maka perlu disusun penulisan skripsi secara ilmiah dan sistematika. Oleh karena itu maka dari penulisan perlu disebut dalam sistematika pembahasan, sebagai berikut:

 BABIPendahuluan

Peneliti mengambarkan tentang menggambarkan Latar Belakang yang menguraikan sedikit bagaimana kronologi lapangan yang akan dibaut untuk penelitian, Rumusan Masalah untuk menjawab dari isilapangan penelitian tersebut, Tujuan Penelitian untuk mengetahui tujuan yang jelas dan baik

8

(20)

dalam melakukan penelitian itu, Manfaat Penelitian untuk mengetahui manfaatnya dalam melakukan penelitian tersebut, Definisi Konsep bertujuan untuk menjabarkan arti secara luas tentang judul yang peneliti buat, dan Sistematika Pembahasan menjelaskan secara keseluruhan bagaimana tahap-tahap menyusun sistemnya dalam membuat proposal dan isi skripsi dengan baik supaya biar teliti dan cermat.

 BAB II Kajian Pustaka

Pada isi di dalam bab ini menceritakan tentang Penelitian Terdahulu yang bertujuan untuk mencari referensi hasil penelitian dari sebuah jurnal atau skripsi orang supaya bisa membandingkan penelitian saya dan penelitian orang lain yang sudah pernah meneliti yang sama dengan yang saya buat, Kajian Pustaka (menjabarkan atau menjelaskan fenomena yang terjadi di sebuah lapangan yang diteliti dengan mengaitkan teori apa yang relevan dengan kejadian yang akan diteliti supaya menjadikan sebuah fenomena yang fakta dan tidak ada kerancuan di dalamnya), Kerangka Teori Uraian tentang landasan teori yang bersumber dari kepustakaan. (beberapa referensi yang di gunakan untuk menelaah objek kajian), kajian teori yang akan memperkuat data yang disajikan oleh peneliti dalam skripsi yang nantinya akan diujikan (teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian).

 BAB III Metode penelitian

(21)

tahu tempat dan waktu yang akan dibuat untuk penelitian sehingga mudah dalam melakukan sebuah penelitian agar dapat menentukan subyek yang cocok untuk dibua narasumber yang sesuai dengan udul dalam penelitian ini, sebelum melakukan sebuah penelitian alangkah baiknya melakukan pra lapangan dan lapangan supaya kita dapat mengetahui gambaran sedikit mengenai lokasi yang dibuat untuk penelitian setelah itu bisa mengumpulkan data dari lapangan supaya dengan mudah untuk mendapakan data-data yang diperlukan di dalam tempat tersebut, ada juga cara lain unuk mengumpulkan data salah satunya dengan mengunakan dokumentasi untuk bahan permasalahan yang akan dicatat oleh peneliti melalui gambar, rekaman suara, atau tulisan-tulisan yang sesuai dengan permasalahan yang ada ditempat supaya bisa mendapatkan data-data yang real dalam lokasi itu lalu dianalisis sebagai bahan peneliti yang jelas dan baik.

 BAB IV yang berisi tentang: Penyajian data dan Analisis data

(22)

analisis data ketika peneliti masih dilapangan dan analisis data setelah kembali dari lapangan, kedua analisis itu digunakan agar dapat menyusun tahapan data-data yang didapat menadi runtut dan rapi. Kemudian menganalisis hasil temuan penelitian serta konfirmasi temuan dengan teori berdasarkan buku-buku rujukan yang telah dipilih sesuai dengan tema.

 BAB V Penutup

menjelaskan tentang penulisan kesimpulan dari permasalahan dalam

(23)

BAB II

KONFLIK TERSELUBUNG DALAM KELUARGA PERSPEKTIF RALF

DAHRENDHOF

A. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan acuan dari penelusuran yang terkait dengan tema yang diteliti, peneliti berupaya mencari referensi mengenai hasil penelitian yang dikaji oleh peneliti terdahulu sehingga dapat membantu peneliti dalam proses pengkajian tema yang diteliti.

1. Jurnal tentang Konflik Perkawinan dan Model Penyelesaian Konflik Pada Pasangan SuamiIstri. Eva Meizara Puspita Dewi. Jurnal psikologi keluarga, Universitas Negeri Makassar, Makassar 2008. Konflik selalu ada ditempat kehidupan yang bersama, bahkan dalam hubungan yang sempurna sekalipun konflik tidak dapat dapat dielakkan dan konflik semakin meningkat dalam hubungan yang serius.

Perselisihan, pertetangan dalam sebuah konflik sangatlah menimbulkan saling ketidakcocokan terhadap pasangan suami istri. Namun penelitian yang saya ambil ini, terhadap seorang istri yang durhaka terhadap suaminya karena terjadinya kesalahan dimasa lalu yang dialami oleh seorang suami makanya timbullah konflik terselubung dalam keluarga tersebut.

Dinamika kehidpan dalam lingkup rumah tangga semakin hari semakin kompleks dan pasangan suami istri dituntut untuk menghadapi kondisi tersebt dengan segenap upaya yang bisa dikerahkan oleh kedua belah pihak. Konflik yang timbul dari upaya penyelesaian masalah ketika tidak terpecahkan dan

(24)

terselesaikan akan menganggu dan mengakibatkan ketidakharmonisan dalam hubungan rumah tangga.

Kartono menyatakan bahwa wanita lebih banyak menunjukkan tanda-tanda emisional. Hal ini terlihat bahwa wanita lebih cepat bereaksi dengan hati yang penuh ketegangan, lebih cepat berkecil hati, bingung, takt dan cemas. Selain itu, kesatan totalitas dan tingkah laku wanita bukan terletak pada kesadaran obyektif menuju pada sat tujuan, akan tetapi lebih terletak pada kehidupan perasannya, yang didorong oleh afek-afek dan sentiment-sentimen yang kuat, yang pada akhirnya membuat dugaan dan perhitungan yang mereka ambil menjadi keliru dan menimbulkan konflik tersendiri.

Seiring dengan pemaparan fakta dan teori yang telah dikemkakan di atas bahwa dalam setiap ikatan perkawinan dan mahligai rumah tangga yang dibangun oleh pasangan suami istri (pasutri) akan senantiasa dihadapkan dengan masalah-masalah tertentu yang secara langsung akan menimbulkan konflik, maka demikian pula halnya dengan psutri yang tinggal bersama maupun pada pasutri yang tinggal terpisah dalam menjalani kehidupannya.

Konflik ini, hampir sama dengan penelitian yang saya kemukakan di Desa Prasung Tambak ini, terjadi adanya perselingkuhan di dalam keluarga dan model penyelesaian konflik dalam rumah tangga ini kurang baik kepada sesama pasangan sehingga menimbulkan efek buruk terhadap anaknya yang menjadi beban pikiran pada dirinya.

Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

(25)

 Bagimana cara model penyelesaian konflik di dalam rumah tangga

tersebut?

Kesimpulannya adalah berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan. Simpulan pertama adalah bahwa terdapat perbedaan tingkat konflik perkawinan antara pasutri yang tinggal bersama dengan pasutri yang tinggal terpisah. Konflik perkawinan pada pasutri yang tinggal bersama lebih tinggi dibandingkan dengan pasutri yang tinggal terpisah. Kesimpulan kedua adalah bahwa model penyelesaian konflik yang banyak digunakan oleh para istri baik yang tinggal bersama suami maupun yang tinggal terpisah dengan suami lebih banyak mengarah konstruktif dalam penyelesaian konflik perkawinan.

Ditemukan persepsi berkebalikan, intensitas konflik perkawinan akan lebih tinggi jika istri yang tinggal bersama suami, hal ini lebih banyak dinyatakan oleh para istri yang tinggal terpisah dengan suami. Sebaliknya, intensitas konflik perkawinan akan lebih tinggi jika istri yang tinggal terpisah dengan suami, hal ini lebih banyak dinyatakan oleh para istri yang tinggal dengan suami. Para istri banyak melakukan aksi diam atau menghindar dari pasangan jika terjadi konflik pada kedua kelompok penelitian, namun pada istri yang tinggal bersama suami lebih banyak jmlahnya dibandingkan dengan istri yang tinggal terpisah dengan suami.

2. Jurnal tentang Pengaruh Konflik Pekerjaan dan Konflik Terhadap Kinerja dengan Konflik Pekerjaan Keluarga Sebagai Intervening Variabel (Studi

(26)

Indah Mula. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakata 2010. Konflik ini mengatakan bahwa pekerjaan dan keluarga itu dua area di mana manusia menghabiskan sevagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga interdependent satu sama lain sebagaimana keduanya berkaitan dengan pemenuhan hidup seseorang. Melalui pekerjaan, seseorang mengubah tidak hanya lingkungan namun juga dirinya, memperkaya dan menumbuhkan hidup semangatnya. Sedangkan keluarga dipandang sebagai hal yang pertama dan paling penting dan human society. Keluarga juga dikaitkan dengan kasih saying di mana serseorang dapat mengembangkan diri dan memperoleh pemenuhan dirinya, serta merupakan tempat yang penting bagi sebuah kebahagiaan dan harapan.

Pembagian peran pekerjaan dan keluarga ini dimasa lalu sangatlah jelas, di mana suami adalah pencari nafkah melalui pekerjaannya sedangkan istri merawat keluarga dan anak-anak. Sejalan dengan perkembangan bisnis dan dunia usaha, kesempatan menempuh pendidikan dan bekerja terbuka tidak hanya bagi lelaki namun juga perempuan.

(27)

tidak bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga, istrinya pun sering banget keluar rumah tanpa berpamitan kepada suami dengan alasan untuk bekerja sampai lupa dengan anaknya sendiri.

Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

 Bagaimana pengaruh konflik pekerjaan terhadap konflik keluarga?

 Bagaimana pengatuh konflik pekerjaan terhadap konflik

pekerjaan-keluarga?

 Bagaimana pengaruh anatara konflik pekerjaan-keluarga terhadap kinerja

dual carrer couple baik suami maupun istri?

Kesimpulannya yaitu peneliti ini memberikan simpulan bahwa pada dual carrer couple di jabodetabek konflik pekerjaan tidak mempengaruhi konflik keluarga, konflik pekerjaan berpengaruh positif terhadap konflik pekerjaan keluarga, konflik keluarga tidak mempengaruhi konflik pekerjaan keluarga, dan konflik pekerjaan keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja.

(28)

Fenomena perkawinan beda suku sebagai salah satu bentuk perubahan, karena perkembangan jaman. Gejala itu kebanyakan terjadi dikota-kota besar di Indonesia. Dengan meningkatnya mobilisasi ke kota-kota besar, maka kemungkinan bertemunya individu-individu dengan latar belakang etnik yang beragam juga semakin besar. Tidak dapat dipungkiri, hal ini juga memperbesar timbulnya perkawinan beda suku.

Komunikasi interpersonal tidak hanya dibutuhkan oleh masyarakat, akan tetapi di dalam sebuah keluarga membutuhkan yang namanya komunikasi dengan baik supaya semakin berkembang pola adaptasi terhadap keluarganya. Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antara manusia yang sifatnya paling intim dan setiap individu yang menikah sangat mengharapkan bahwa pernikahan mereka langgeng dan bertahan sampai akhir hayat.

Konflik ini, hampir sama dengan penelitian yang saya ambil di Desa Prasung Tambak ini, penulis melihat didesa tersebut keluarganya kurang memiliki komunikasi yang baik terhadap sesama pasangan, padahal sebuah komunikasi yang baik itu dampak mempererat jalinan kasih sayang kepada keluarga, maka dari itu keluarga ini muncul adanya konflik di dalam keluarganya dan dapat mempengaruhi pola kehidupan anak-anaknya.

Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

 Bagaimanakah pola komunikasi interpersonal dalam pengelolaan konflik

antara pasangan suami istri yang baru menikah?

 Bagaimana pengelolaan konflik destruktif dan konflik onstrktif yang

(29)

Kesimpulannya yaitu berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penyelesaian yang ada untuk menghindari konflik yang timbul antara lain:

 Kesepakatan

Dalam perkawinan sangat diperlukan adanya kesepakatan. Dengan adanya kesepakatan atau hal-hal yang disetujui bersama untuk menjalani kehidpan perkawinan maka penyesuaian perkawinan dapat berjalan dengan baik.  Komunikasi

Faktor komunikasi sangatlah penting dalam menjalani kehidupan perkawinan karena komunikasi merupakan sarana untuk mengetahui atau memahami satu sama lain sehingga terciptanya suatu keterbukaan yang secara tidak langsung memperlancar jalannya penyesuaian perkawinan.  Kualitas dari hubungan perkawinan antar pasangan

Faktor ini merpakan landasan dalam menghadapi konflik yang dihadapi dalam menjalani perkawinan. Sehingga kehidupan perkawinan dapat berjalan dengan baik.

B. Konflik dalam Keluarga

1. Pengertian Konflik

(30)

segala sesuatu dan membuat perubahan menjadi bersifat universal. Berpikir dialektik berarti selalu melihat sudut pandang yang berlawanan dan selalu berupaya menyintesiskan antara tesis dan disentesis.

Fenomena lain yang nyata dalam kehidupan manusia adalah keragaman atau pluralitas. Keragaman ini memungkinkan adanya criteria tentang baik dan buruk tdak sama persis antara satu kehidupan dan kehidupan yang lain,antara suatu masyarakat dan masyarakat yang lain. Konflik mencerminkan adanya suatu ketidakcocokan (incompatibility), baik ketidakcocokan karena berlawanan maupun karena perbedaan. Selain berpangkal pada ketimpangan alokasi sumber daya ekonomidan kekuasaan, konflik juga dapat bersumber pada perbedaan nilai dan identitas. Kesalahan persepsi dan kesalahan komunikasi turut berperan dalam proses evolusio ketidakcocokan dalam hubungan. Oleh karena itu, konflik berjalan kea rah yang positif atau negative tergantung pada ada atau tidaknya proses yang mengarah pada saling pengertian.

(31)

ketika kepribadian anak atau individu berhadapan dengan tuntutan orang tua dan masyarakat. Level kedua adalah konflik yang terjadi di dalam dri individu, misalnya antara percaya dan tidak percaya. Level ketiga adalah konflik yang terjadi dalam menentukan cara beradaptasi.

Dalam hubungan interpersonal konflik terjadi karena adanya ketidakcocokan perilaku atau tujuan. Ketidakcocokan terungkap ketika seseorang secara terbuka menentang tindakan atau pernyataan orang lain. Thomas (1992) mendefinisikan konflik sebaga proses yang bermula saat salah stu pihak menganggap pihak lain meninggalkan atau berupaya menggagalkan kepentingannya. Dengan demikian, secara garis konflik dapat didefinisikan sebagai peristiwa-peristiwa sosial yang mencakup penentangan (oposisi) atau ketidaksetujuan. Situasi konflik dapat diketahui berdasarkan munculnya naggapan tentang ketidakcocokan tujuan dan upaya ntuk mengontrol pilihan satu sama lain, yang membangkitkan persaan dan perilaku untuk saling menentang.

(32)

dengan cara yang positif. Konflik juga bermanfaat bagi perkembangan individu dalam hal menumbuhkan pengertain sosial.

Konflik mungkin akan menyebabkan munculnya emosi negative seperti jengkel, marah, atau takut. Namun hasil akhir dari keberadaan konflik, apakah akan bersifat deduktif ataukah konstruktif, sangatb tergantung pada strategi yang digunakan untuk menanganinya. Dengan pengelolahan yang baik, konflik justru dapat semakin memperkukuh hubungan dan meningkatkan kepaduan dan rasa solidaritas. Konflik seepenuhnya merupakan bagian dari kehidupan bermasyarakat yang harus dianggap oenting yaitu untuk merangsang pemikiran-pemikiran yang baru, mempromosikan perubahan sosial, menegaskan hubungan dalam kelompok, membantu kita membentuk persaan tentang identitas pribadi, dan memahami berbagai hal yang kita hadap dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana pendapat Wirawan (2012) fungsi konflik antara lain: (1) sebagai alat untu memelihara solidaritas; (2) membantu menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain; dan (3) mengaktifkan peran individu yang semula terisolasi.1

Konflik dalam perspektif sosiologi adalah salah satu cara untuk mempersatukan dan bahkan mempertegas sistem sosial yang ada dalam masyarakat. Ada dua asumsi yang mandasari munculnya konflik (Dahrendorf, 2012), yaitu:

1

(33)

a. Asumsi teoritis struktural fungsional konflik:

1. Masyarakat terbentuk atas dasar konsensus warga masyarakat. 2. Anggota masyarakat memilikoi komitmen bersama tentang:

volue,norms dan kebudayaan yang harus ditaati dan dipelihara bersama.

3. Hubungan antar anggota masyarakat bersifat kohesif. 4. Lebih mengutamakan solidaritas antar warga masyarakat. 5. Memelihara hubungan resiproitas antar warga masyarakat.

6. Otoritas pemimpin didasarkan pada legistimasi warga masyarakat. 7. Masyarakat menjaga ketertiban sosial (social order) dalam hidup

bersama.

b. Asumsi teoritis struktural konflik:

1. Masyarakat muncul atas dasar kepentingan.

2. Dorongan anggota-anggota masyarakat menghasilkan perubahan. 3. Hubungan antar warga masyarakat bersifat devisive.

4. Cirri oposisi lebih menonjol dalam hubungan sosial.

5. Konflik structural menjadi bagian dari perubahan sosial dalam masyarakat.

6. Masyarakat juga ditandai oleh deferensiasi sosial yang semakin berkembang.

7. Social disorder menyebabkan masyarakat menjadi dinamis.2

2

(34)

Dari paparan diatas secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, konflik sebagaimana konsensus merupakan realitas sosial yang terdapat di dalam masyarakat. Konflik merupakan unsur dasar manusia, oleh karena itu pertentangan tidak dapat dilenyapkan dari kehidupan masyarakat. Konflik merupakan perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan yang berkenaan dengan status, kekuasaan dan sumber-sumber kekayaan, yang persediaannya terbatas. Konflik dapat bersifat individual, kelompok ataupun kombinasi keduanya. Yang jelas baik yang bersifat intra maupun yang antar kelompok senantiasa ada dalam kehidupan bersama di masyarakat.

Kedua, pihak-pihak yang berselisih sering tidak hanya bermaksud untuk memperoleh “sesuatu” yang diinginkan, melainkan juga

memojokkan, merugikan atau bahkan sling menghancurkan. Teori konflik memiliki tiga asumsi utama yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan, yaitu: (a) manusia memiliki sejumlah kepentingan-kepentingan asasi; dan mereka senantiasa untuk mewujudkannya; (b)

power (kekuasaan) disamping merupakan barang langkah juga terbagi secara tidak merata sehingga merupakan sumber konflik dan memiliki sifat memaksa; (c) ideologi dan nilai-nilai merupakan senjata yang digunakan oleh berbagai kelompok yang berbeda untuk meraih tujuan dan kepentingan mereka masing-masing.

(35)

kontribusi positif dalam menciptakan ekuabilium, maka tidak demikian bagi kalangan konflik. Kalangan teoritis konflik beranggapan bahwa setiap elemen sistem sosial mempunyai kontribusi dalam menciptakan konflik di dalam masyarakat. Jika kalangan fungsionalis menganggap bahwa perubahan-perubahan yang terjadi di dalam suatu system itu berasal dari luar (ekstra systemic change) maka kalangan konflik dapat membuktikan bahwa faktor-faktor internal pun dapat berfungsi sebagai pencipta konflik dan pada gilirannya menimbulkan perubahan-perubahan sosial, demikian juga dalam kalangan keluarga. Jika kalangan fungsionalis menganggap norma dan nilai sebagai elemen-elemen dasar dalam kehidupan sosial, maka bagi kalangan konflik, elemen kehidupan sosial adalah kepentingan. Jika kalangan fungsionalis menganggap masyarakat senantiasa terintegrasi atas dasar konsensus pada anggotanya tanpa paksaan, maka sebaliknya bagi kalangan konflik, paksaan merupakan elemen penting dalam menciptakan ketertiban masyarakat oleh kelompok atau kelas dominan.3

2. Karakteristik Konflik dalam Keluarga

Keluarga merupakan salah satu unit sosial yang hubungan antar anggotanya terdapat saling ketyergantungan yang tinggi. Oleh karena itu, konflik dalam keluarga merupakan suatu keniscayaan. Konflik di dalam keluarga dapat terjadi karena adanya perilaku oposisi atau ketidaksetujuan antara anggota keluarga. Prevelensi konflik dalam keluarga berturut-turut

3

(36)

adalah konflik sibling, konflik orang tua-anak, dan konflik pasangan. Walaupun demikian, jenis konflik yang lain juga dapat muncul, misalnya menantu-mertua, dengan saudara ipar dan paman/bibi. Faktor yang menyebabkan konflik di dalam keluarga dengan kelompok sosial yang lain adalah karakteristik hubungan di dalam keluarga yang menyangkut tiga aspek, yaitu: intensitas, kompleksitas, dan durasi.

Pada umumnya hubungan antara anggota keluarga merupakan jenis hubungan yang sangat dekat atau memiliki intensitas yang sangat tinggi. Keterikatan antara pasngan, orang tua-anak, atau sesame saudara berada dalam tingkat tetinggi dalam hal kelekatan, afeksi, maupun komitmen. Ketika msalah yang serius muncul dalam sifat hubungan yang demikian, persaan posesif yang selama ini dbangun secara mendalam dapat berubah menjadi pasangan negative yang mendalam juga. Pengkhianatan terhadap hubungan kasih sayang, berupa perselingkuhan atau perundungan seksual terhdp nk, dapat menimbulkn kebencian yang mendalam sedalam cinta yang tumbuh sebelum terjadinya pengkhianatan.

(37)

Konflik di dalam keluarga lebih sering dalam mendalam bila dibandingkan dengan konflik dalam konteks sosial yang lainnya. Penelitian lainnya mengungkapkan konflik dengan sibling meningkatkan seiring meningkatnya jumlah kontak. Selain itu, jumlah waktu yang dihabiskan bersama lebih signifikan memprediksi konflik sibling

dibandingkan faktor usia, jenis kelamin, jumlah anggota, dan variabel yang lainnya.

Oleh karena sifat konflik normatif, artinya tidak bisa dielakkan, maka vitalitas hubungan dalam keluarga sangat tergantung respon masing-masing terhadap konflik. Frekuensi konflik mencerminkan kualitas hubungan, artinya pada hubungan yang berkualitas frekuensi konflik lebih sedikit. Kualitas hubungan dapat memegaruhi cara individu dalam membingkai persoalan konflik. Keluarga yang memiliki interaksi hangat menggunakan pemecahan masalah yang konstruktif, adapun keluarga dengan interaksi bermusuhan menggunakan pemecahan masalah yang destruktif.4

3. Bentuk Terjadinya Konflik dalam Keluarga

Ragam bentuk konflik rumah tangga mempunyai banyak permasalahan bagi konflik keluarga, seperti pertengkaran, perselingkuhan, dan kdrt memberikan dampak berkurang atau bertambah eratnya hubungan sosial para anggota-anggota kelompoknya, termasuk sanak saudara. Berbagai macam hubungan peran harus diuraikan secara terperinci, jika konflik

4

(38)

rumah tangga itu mencakup sanak tertentu. Adapun itu bentuk terjadinya konflik dalam keluarga sebagai berikut:

a. Pertengkaran

Merupakan racun bumbu dalam keluarga yang menimbulkan terjadinya konflik dalam kluarga karena hubungan keluarga yang kurang harmonis sehingga permasalahan yang ada didalam keluarga tidak baik.

b. Tidak saling menegur antara suami dan istri

Karena suami sudah pun menyebabkan adanya permasalahan didalam keluarga tersebut.

c. Tidak saling menghargai sesama pasangan

Seorang istri merasa tidak dihargai karena suami selalu melukai hati sang istri. Sehingga istri pun kurang menghormati sang suami dalam memimpin keluarga.

(39)

yang besar. Keluarganya tidak kehilangan keahliannya, dan oleh karena itu tidak diperlukan adanya penggantian.5

4. Pengelolaan Konflik dalam Keluarga

Oleh karena konflik merupakan aspek konflik normative dalam suatu hubungan, maka keberadaan konflik tidak otomatis berdampak negatif terhadap hubungan maupun individu yang terlibat dalam hubungan. Konflik dalam keluarga yang tidak terkelola dengan efektif akan menjadi gejala atau faktor yang menyumbang akibat yang negatif pada individu maupun keluarga secara keseluruhan.

Pengelolaan konflik sosial dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: penguasaan (domination, ketika salah satu pihak berupaya memaksakan kehendaknya baik dilakukan secara fisik maupun psikologis), penyeahan (capitulation, ketika salah satu pihak secara sepihak menyerahkan kemenangan pada pihak lain), pengacuhan (ination, ketika salah satu pihak tidak melakukan apa-apa sehingga cenderung membiarkan terjadinya konflik), penarikan (withdrawal, ketika salah satu pihak menarik diri dari keterlibatan dengan konflik), tawar-menawar (negotiation, ketika pihak-pihak yang berkonflik saling bertukar gagasan, dan melakukan tawar-menawar untuk menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan masing-masing pihak), dan campur tangan pihak ketiga (third-party intervention,

ketika ada pihak yang tidak terlibat konflik menjadi penengah untuk menghasilkan persetujuan pada pihak-pihak yang berkonflik). Dari

5

(40)

berbagai cara tersebut hanya negoisasi dan pelibatan penengah yang merupakan cara penanganan konflik yang bersifat konstruktif. Pengelolaan konflik secara destruktif dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut:

1. Persepsi negatif terhadap konflik

Individu yang menganggap konflik sebagai hal yang negatif akan cenderung menghindari konflik atau menggunakan penyelesaian semu terhadap konflik.individu yang demikian biasanya sering gagal mengenai pokok masalah yang menjadi sumber konflik, karena perhatiannya sudah berfokus pada konflik sebagai problem.

2. Perasaan marah

Sebagaimana konflik merupakan aspek normatif dalam suatu hubungan, marah sebenarnya juga merupakan hal yang alamiah dirasakan individu yang terlibat konflik. Mengumbar atau mendendam marah sama buruknya bagi kesehatan hubungan maupun mental individu.

3. Penyelesaian oleh waktu

Sebagai upaya menghindari munculnya persaan negatif dalam menghadapi konflik, misalnya marah, sedih, takut, sering kali individu memilih mengabaikan masalah yang menjadi sumber konflik. Harapannya adalah masalah tersebut akan selesai dengan sendirinya oleh berjalannya waktu.

(41)

yang sistematis dalam menyelesaikan perbedaan, respon remaja terhadap konflik dengan orang tua biasanya adalah berupaya menghindari konflik.

Membedakan cara individu menyelsaikan konflik menjadi lima macam, yaitu pemburu (pursuer adalah individu yang berusaha membangun ikatan yang lebih dekat), penghindar (distance, adalah individu yang cenderung mengambil jarak secara emosi), pecundang (underfunctioner adalah individu yang gagal menunjukkan kompetensi atau aspirasinya), penakluk (overfunctioner adalah individu yang cenderung mengambil alih dan merasa lebih tahu yang terbaik bagi pihak lain), dan pengutuk (blamer

adalah individu yang selalu menyalahkan orang lain atau keadaan).

Individu dengan ciri pemburu akan selalu berusaha meningkatkan kualitas relasinya dengan orang-orang terdekatnya ketika terjadi konflik dalam interaksi, mereka akan dengan sadar menghadapi konflik tersebut, berusaha mencari pokok masalah yang menimbulkan konflik, berdiskusi untuk memahami perspektif masing-masing, kemudian melkukan negoisasi untuk mencapai kompromi yang saling menguntungkan. Cara pengelolaan konflik daam keluarga yang demikian hanya akan seolah-olah menunjukkan tidak ada perselisihan, namun sesungguhnya membiarkan konflik terpendam yang beresiko menimbulkan gejala depresi.

(42)

menghindarkan pertikaian, namun tidak bersifat konstruktif karena tidak mampu mengembangkan kepribadian positif pada masing-masing pihak.6

5. Hubungan Konflik dalam Keluarga

Hubungan dalam keluarga ini sangatlah erat kalau seandainya tidak terjadi adanya konflik ataupun pemasalah dalam keluarga. Keinginan untuk berkumpul dengan keluarga besar itu sangatlah dinantikan atau didambakan oleh semua keluarga, mereka biasanya menetapkan kapan hari-hari pertemuan untuk berkumpul dalam satu keluarga tersebut. Biasanya mengadakan arisan keluarga yang diagendakan setiap bulan dalam acara pertemuan. Robert R. Bell mengatakan ada 3 jenis hubungan keluarga:

a. Kerabat dekat (conventional kin)

Kerabat dekat terdiri atas individu yang terikat dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi, atau perkawinan.

b. Kerabat jauh (discretionary kin)

Kerabat jauh terdiri atas individu yang terikat dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi, dan atau perkawinan, tetapi ikatan keluarganya lebih lemah daripada kerabat dekat. Anggota kerabat jauh kadang-kadang tidak menyadari akan adanya hubungan keluarga tersebut. Hubungan yang terjadi diantara mereka biasanya karena kepentingan pribadi dan bukan karena adanya kewajiban sebagai anggota keluarga.mereka terdiri atas paman-bibi, keponakan dan sepupu.

6

(43)

c. Orang yang dianggap kerabat (fictive kini)

Seseorang dinaggap anggota keluarga karena ada hubungan yang khusus, misalnya hubungan antar teman akrab.

Genogram dalam suatu alat untuk mengerti hubungan antar anggota keluaraga karena ia dapat menggambarkan hubungan biologis dan antarpribadi angota keluarga dari berbagai generasi. Genogram memberikan informasi tentang karakteristik, hubungan dan peristiwa-peristiwa yang penting untuk mengerti hubungan dalam keluarga. 7

Dapat dilihat juga dalam sebuah konflik terselubung dalam keluarga di Desa Prasung Tambak ini, merupakan teori konsensus yang dapat menelaah nilai dan integrasi dalam sebuah unit anggota terkecil dalam masyarakat. Adapun itu, hubungan di dalam keluarga ini terdapat penanaman nilai sosial terhadap istri kepada suaminya dan mengetahui penanganan konflik yang melanda di dalam keluarga.

C. Konflik Ralf Dahrendorf

Untuk mengkaji lebih dalam mengenai konflik terselubung dalam keluarga ini, peneliti menggunakan teori konflik milik Ralf Dahrendorf. Dalam teori konflik ini dijelaskan bahwa sebenarnya berorientasi bahasan struktur dan institusi sosial. Pada dasarnya, teori ini tidak lebih dari sekedar serangkaian pertanyaan yang sering kali menentang secara langsung pendapat-pendapat fungsionalis.

Bagi para fungsionalis, masyarakat adalah sesuatu yang statis, atau paling-paling, dalam kondisi ekuilibilium yang terus bergerak, namun bagi Dahrendorf

7

(44)

dan para teoritisi konflik, setiap masyarakat tunduk pada proses-proses perubahan. Kalau para fungsionalis menitikberatkan pada keteraturan masyarakat, para teoritisi konflik melihat pertentangan dan konflik pada setiap sistem sosial.

Dahrendorf (1959, 1968) adalah pencetus pendapat yang mengatakan bahwa masyarakat memiliki dua wajah (konflik dan konsensus) dank arena itulah teori sosiologi harus dibagi ke dalam dua bagian, teori konflik dan teori konsensus. Teori konsensus harus menelaah integrasi nilai ditengah-tengah masyarakat, sementara teoritisi konflik harus menelaah konflik kepentingan dan koersi yang menyatukan masyarakat dibawah tekanan-tekanan tersebut.

Konflik kepentingan ini tidak harus berlangsung secara sadar sebelum mampu menggerakkan superordinat atau subornidat. Kepentingan superordinat dan subornidat bersifat objektif dalam pengertian tercemin pada harapan-harapan (peran) yang melekat pada posisi-posisi tersebut. Individu tidak harus menginternalisasikan harapan-harapan ini atau menyadarinya agar bias bertindak berdasarkan sebagaimana yang diharapkan.

Dahrendorf melihat analisis hubungan antara kepentingan laten dengan kepentingan manifest sebagai tugas utama teori konflik. Namun, aktor tidak perlu menyadari kepentingan mereka agar bertindak menurut kepentingan-kepentingan tersebut. Kelompok konflik, atau kelompok yang benar-benar terlihat dalam konflik kelompok, muncul dari sekian banyak kelompok kepentingan tersebut.

(45)

konflik sosial. Namun, karena kondisi yang ada tidak pernah ideal, maka berbagai faktor turut mencampuri proses ini. 8

Dari kedua teori konflik sosial tersebut dapat diambil beberapa garis besar tentang pokok-pokok dasar dari teori, yaitu;

1. Setiap kehidupan sosial selalu dalam proses perubahan, sehingga perubahan merupakan gejala yang bersifat permanen yang mengisi setiap perubahan kehidupan sosial.

2. Setiap kehidupan sosial selalu terdapat konflik di dalam dirinya sendiri, oleh sebab itu konflik merupakan gejala yang permanen yang mengisi setiap kehidupan sosial.

3. Setiap elemen dalam kehidupan sosial memberikan andil bagi perubahan dan konflik sosial, sehingga antara konflik dan perubahan merupakan dua variabel yang saling berpengaruh.

4. Setiap kehidupan sosial, masyarakat akan terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi sejumlah kekuatan-kekuatan lain.

Teori ini di mana manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai andil dalam terjadinya disintegrasi dan perubahan sosial. Ia menyebutkan otoritas tidak terletak dalam individu tapi dalam posisi. Sumber struktur sosial yang berpotensi untuk mendominasi atau ditundukkan.

Otoritas adalah absah, sanksi dapat dijatuhkan pada pihak yang menentang, kekuasaan merupakan tekanan satu sama lain. Kekuasaan dalam hubungan kelompok-kelompok terkoordinasi ini memeliharanya menjadi legistimate. Oleh

8

(46)

sebab itu, dapat dilihat sebagai hbungan “authority” menentkan atau memperlakukan yang lain. Kepemilikan wewenang (otoritas) dalam kelompok yang beragam.

Teori konflik beranggapan, bahwa apabila segmen yang lebih lemah (subordinate segments) semakin menyadari kepentingan kolektif mereka, maka besar kemungkinannya mereka mempertanyakan keabsahan distribusi sumber-sumber yang tidak merata. Ada juga yang beranggapan bahwa apabila para anggota subordinate segments dapat saling menyampaikan keluhanya, maka besar kemungkinan mereka akan menyadari kepentingan-kepentingan kolektif mereka.

Teori konflik juga berpendapat, bahwa konflik yang terjadi di dalam masyarakat tidak semata-mata menunjukkan fungsi negatifnya saja, tetapi dapat pula menimbulkan dampak positif, misalnya meningkatkan solidaritas dan integrasi suatu kelompok atau sistem. Kalangan konflik teori mengakui bahwa kesatuan masyarakat merupakan faktor penting dalam upaya meredam konflik. Katup peredam ini dapat bersifat kelembangaan maupun berwujud tindakan-tindakan atau kebiasan-kebiasaan. 9

Dahrendrof melihat bahwa masyarakat terdiri dua karakteristik yang saling berdampingan, yakni unit yang static dan unit dinamis selain integrasi dan konflik. Selanjutnya, ia memfokuskan pada penolakan terhadap klaim teori struktural fungsional tentang perubahan sosial dan konflik. Menurutnya, tidak ada pendekatan sistematik sebagai instrumen analisis yang mampu menciptakan universalitas teori. Meskipun demikian, Dahrendrof merasa perlu memperbaiki

9

(47)

premis teori struktural fungsional tentang integrasi bahwa “elemen-elemen variabel dinamik” yang mempengaruhi kontruksi struktur sosial bukan dari luar

sistem, melainkan dari dalam sistem tersebut.

Individu atau kelompok yang memiliki otoritas cenderung mempertahankan norma-norma otoritas. Legistimasi otoritas selalu mengimplikasi konflik kepentingan laten. Apabila aktor menyadari kepentingan-kepentingan latennya, kepentingan-kepentingan tersebut menjadi manifest. Jadi, kelompok semu (quasi group) sebagi sebuah agresi posisi-posisi kepentingan yang identik dapat melahirkan beberapa kelompok kepentingan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kelompok semu menjadi kelompok kepentingan yang sebenarnta, yakni faktor-faktor teknis, politis, dan sosial psikologis.

Dahrendrof menekankan tidak hanya hubungan antara kewenangan yang sah dan posisi tertentu dan peranan, tetapi juga posisi-posisi dalam masyarakat yang pengaruhnya ditentukan oleh penggunaan paksaan. Dalam hal ini, ia mencontohkan, seperti posisi-posisi yang secara tipikal berfungsi untuk “mengoordinasikan asosiasi-asosiasi secara imperatif” (Herrschaftsverbaende). Ia

mendefinisikan hal tersebut sebagai bagian-bagian institusi yang terorganisasi dengan tujuan tertentu. Hal ini dapat ditemukan pada negara sebagai masyarakat yang terorganisasi secara politis demikian pula dalam organisasi-organisasi ekonomi dan kultural, seperti perusahaan, sekolah, dan gereja.10

Aspek terakhir teori dahrendrof adalah mata rantai antara konflik dan perubahan sosial. Konflik menurutnya memimpin ke arah perubahan dan

10

(48)

pembangunan. Dalam situasi konflik, golongan yang terlibat melakukan tindakan-tindakan untuk mengadakan perubahan dalam struktur sosial. Kalau konflik itu terjadi secara hebat maka perubahan yang timbul akan bersifat radikal. Begitu pula kalau konflik itu disertai oleh penggunaan kekerasan maka perubahan struktural akan efektif.

Dahrendorf menunjukkan beberapa persamaan analisa antar kedua pendekatan itu yaitu sama-sama bersifat holistik dalam arti sama-sama melihat masyarakat sebagai bagian yang saling berkaitan satu dengan yang lain, dan perhatian yang ditujukan kepada antar hubungan bagian-bagian itu. Kedua teori cenderung untuk memusatkan perhatiannya terhadap variabel-variabel mereka sendiri dan pada waktu yang sama mengabaikan variabel yang menjadi perhatian teori lain. Teori-teori tersebut mengakui bahwa konflik dapat memberikan sumbangan terhadap integrasi dan sebaliknya integrasi dapat pula melahirkan konflik. Berghe mengemukakan empat fungsi dari konflik, yaitu:

1) Sebagai alat untuk memelihara solidaritas

2) Membantu menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain. 3) Mengaktifkan peranan individu yang semula terisolasi.

(49)

Teori konflik ini ternyata terlalu mengabaikan keteraturan dan stabilitas yang memang ada dalam masyarakat disamping konflik itu sendiri. Masyarakat selalu dipandangnya dalam kondisi konflik. Mengabaikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku umum yang menjamin terciptanya keseimbangan dalam masyarakat. Masyarakat seperti tidak pernah aman dari pertikaian dan pertentangan.11

11

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Untuk mengkaji lebih dalam mengenai “Konflik Terselubung dalam Keluarga di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo”, peneliti

menggunakan jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini menghasilkan temuan-temuan data tanpa menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain dari pengukuran (kuantifikasi), melainkan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Dalam pendekatan kualitatif, peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial serta hubungan erat antara peneliti dan subyek yang diteliti serta, penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah. Penelitian kualitatif deskriptif ialah penelitian yang berusaha mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, serta kejadian yang terjadi saat sekarang.

Penelitian kualitatif memusatkan perhatiannya pada aktual atau aksi sebagaimana adanya saat penelitian berlangsung serta peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.1 Sebab, dalam penelitian tersebut permasalahan yang timbul bisa saja berubah (belum jelas), kompleks, dan dinamis, serta penuh makna. Sehingga peneliti perlu adanya penelitian secara menyeluruh dan mendalam (holistik).

1

Juliansyah Noor. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Hlm. 34.

(51)

Alasan penulis memilih jenis data kualitatif, karena dalam penelitian kualitatif pemalsuan data dapat dihindari, hal ini disebabkan adanya teknik menguji keabsahan data pada data yang diragukan. Pada penelitian jenis kualitatif ini peneliti dapat dengan mudah menggali data dengan cara menyatu atau berbaur dengan obyek penelitian dan dapat secara langsung terjun ke lapangan guna menggali lebih dalam lagi data yang dibutuhkan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih adalah di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa timur. Adapun alasan penulis melakukan penelitian ini di desa ini karena akhir-akhir ini banyak terjadi konflik dalam keluarga. Dengan demikian, penulis tertarik ingin meneliti konflik yang ada di dalam keluarga itu.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini adalah ketika peneliti melakukan observasi atau pengamatan selama kurang lebih 3 bulan. Melakukan interview

terhadap masyarakat dan mendekatkan hubungan secara pribadi terhadap keluarga yang memiliki konflik tersebut. Agar dapat melakukan studi lapangan dengan baik atau proses penelitian skripsi secara langsung (real).

C. Pemilihan Subjek Penelitian

(52)

bukan diharapkan menjadi representasi dari kelompok atau entitas tersebut. Istilah lain adalah Partisipan, partisipasi digunakan terutama apabila subjek mewakili suatu kelompok tertentu, dan hubungan antara peneliti dengan subjek penelitian dianggap bermakna sebagai subjek kedua istilah tersebut secara substansial dipandang sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif.

Subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang menjadi pendukung dalam mencari dan menentukan dalam penelitian konflik terselubung dalam keluarga studi kasus perseteruan antara suami istri di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Alasan peneliti mengambil subjek informan tersebut dapat memberikan informasi yang sesuai dibutuhkan oleh peneliti.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah purposefull sampling, yaitu sampel dipilih bergantung pada tujuan penelitian tanpa memperhatikan kemampuan generalisasinya. Dalam penelitian ini tidak ada aturan yang baku tentang jumlah minimal dari partisipasi. Hanya saja, pengumpulan data diakhiri bila peneliti tidak lagi menemukan informan baru. Penyataan atau pengakuan tidak ditemukannya informasi baru dipengaruhi oleh pertimbangan dana dan waktu yang telah dianggarkan sejak dimulainya peneliti.2 Adapun subyek penelitian yang dipilih oleh peneliti sebagai informan guna melengkapi data-data lapangan sebagai berikut:

No. Nama/Pekerjaan Alamat

1. Husnul/Guru Kecamatan Prasung Tambak

2

Affifudin dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Kualitatif

(53)

2. Maimunah/Guru Kecamatan Prasung Tambak 3. Fajriyah/Ibu Rumah Tangga Kecamatan Prasung Tambak 4. Fauzi/Pelatih Bola Kecamatan Prasung Tambak 5. Huda/Pabrik Kecamatan Prasung Tambak 6. Khotim/Ibu Rumah Tangga Kecamatan Prasung Tambak 7. Ufiq/Pabrik Kecamatan Prasung Tambak

8. Lika/Ibu Rumah Tangga Kecamatan Prasung Tambak 9. Latifah/Pedagang Kecamatan Prasung Tambak 10. Saiful/Pedagang Kecamatan Prasung Tambak 11. Syafi’i/Lurah Kecamatan Prasung Tambak 12. Karim/Guru Kecamatan Prasung Tambak 13. Lilik/Ibu Rumah Tangga Kecamatan Prasung Tambak

14. Mina/Ibu Rumah Tangga Kecamatan Prasung Tambak 15. Zuro/Ibu Rumah Tangga Kecamatan Prasung Tambak 16. Hasnah/Ibu Rumah Tangga Kecamatan Prasung Tambak 17. Isma/Ibu Rumah tangga Kecamatan Prasung Tambak 18. Tiwi/Ibu Rumah Tangga Kecamatan Prasung Tambak 19. Nafi’/Anak Kecamatan Prasung Tambak 20. Rifky/Anak Kecamatan Prasung Tambak

D. Tahap-tahap Penelitian

1. Tahap Pra Lapangan

(54)

sendiri, serta melihat kehidupan masyarakat yang terjadi adanya konflik, kemudian menyusunnya menjadi latar belakang dan rumusan masalah.

1) Menyusun rancangan penelitian. Pada tahap ini peneliti membuat proposal penelitian.

2) Memilih lapangan penelitian, yaitu di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo.

3) Mengurus surat penelitian, yaitu di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo.

2. Tahap Lapangan 1) Interview

Dalam tahap ini, peneliti akan melakukan interview mendalam dengan mencari informan sebanyak mungkin agar diperoleh data yang maksimal. Informan adalah keluarga yang mengalami konflik, saudara dari pihak keluarga, dan masyarakat Desa Prasung Tambak.

2) Pengumpulan Data

Setelah interview dilakukan, peneliti akan mengumpulkan data yang ada di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan menyaring beberapa informasi yang dibutuhkan. Setelah itu barulah akan dilakukan proses analisis data.

3) Tahap Menulis Laporan

(55)

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Adalah segala informasi kunci yang didapat secara langsung dari informan sesuai dengan fokus penelitian atau data yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian perorangan hingga kelompok. Dalam hal ini peneliti mengambil data primer dari informan adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, dan juga masyarakat yang menibulkan konflik terselubung dalam keluarga di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo.

b. Data Sekunder

Adalah informasi yang didapat dari pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan- bahan kepustakaan sebagai pendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:

 Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku,

karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

 Dokumentasi pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan

(56)

untuk pengambilan data. Adapun data sekunder yang yang diambil tersebut yaitu berupa data-data umum tentang informan yang menimbulkan adanya konflik terselubung dalam keluarga.

2. Sumber Data

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah informan yang sudah dipilih oleh peneliti, yaitu kepala desa, lurah, keluarga, anak dan masyarakat yang benar-benar mengalami konflik terselubung dalam keluarga. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari lapangan, yaitu masyarakat Desa Prasung Tambak lain, kerabat atau teman, Saudara dari informan utama, serta sumber-sumber lain seperti: buku umum, jurnal, internet, dan lain-lain yang membantu peneliti dalam melengkapi data.

Adapun itu, macam- macam pengumpulan data yaitu sebagai berikut: a. Observasi Langsung

Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis, dilakukan dengan mengadakan suatu pengamatan secara terus-menerus sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena yang diteliti. Observasi memungkinkan melihat dan mengamati sendiri perilaku dan kejadian sebagaimana keadaan sebenarnya.

b. Wawancara

Menurut Esterberg wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.3 Dalam proses

3

(57)

wawancara yang akan dilakukan, peneliti akan mengunjungi atau bertemu dengan para sasaran subyek penelitian yang dalam hal ini adalah mahasiswa entrepreneur guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode ini adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis sehingga dengan demikian pada penelitian, dokumentasi dalam penelitian memegang peranan penting.4 Teknik dokumentasi ini akan dilakukan ketika pelaksanaan proses observasi dan juga wawancara. Bisa dengan menggunakan perekam suara dan juga foto ataupun alat dokumentasi lainnya guna menambah kevalidan data yang diperoleh.

F. Teknik Analisis Data

Proses analisa data dalam penelitian ini, berdasarkan semua data yang terkumpul, penulis menggunakan diskriptif analitis yaitu suatu cara pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat ini berdasarkan dari faktor-faktor yang tampak. Yang kemudian dengan teknik ini, peneliti ingin memberikan gambaran secara umum dan mendetail mengenai permasalahan yang diteliti berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan dalam upaya mengambil kesimpulan penelitian ini.

4

(58)

G. Teknik Keabsaan Data

Untuk menghindari kesalahan/kekeliruan data yang telah terkumpul, perlu dilakukan pengecekan dan keabsahan data, ketentuan pengamatan dilakukan dengan teknik pengamatan, rinci dan terus menerus selama proses penelitian berlangsung yang diikuti dengan kegiatan wawancara serta intensif kepada subyek agar data yang dihasilkan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

1. Perpanjangan pengamatan

Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara ulang dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan, hubungan peneliti dengan informan akan semakin akrab, sehingga secara tidak langsung tidak ada nada jarak lagi, semakin terbuka, timbul rasa saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

2. Analisis kasus negatif

(59)

49

BAB IV

KONFLIK TERSELUBUNG DALAM KELUARGA DI DESA PRASUNG

TAMBAK KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian

Desa Prasung Tambak ini merupakan salah satu desa terpencil yang dikaitkan dengan Desa Prasung tani Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Pada umumnya keadaan suatu daerah sangat menentukan watak dan sifat dari masyarakat yang menempati daerah tersebut. Kondisi semacam inilah yang membedakan karakteristik masyarakat disuatu wilayah yang satu dengan lainnya. Begitu pula yang terjadi dengan Desa Prasung tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo, diantaranya adalah faktor geografis dan ekonomi.

Data terakhir menunjukkan bahwa desa Prasung berpenduduk kurang lebuh 3.602 jiwa terdiri dari laki-laki 1.686 jiwa dan perempuan berjumlah 1.916 jiwa dengan luas wilayah kurang lebih 652,570 HA. Dengan perincian;

 Berupa tambak kurang lebih 467,440

 Berupa tanah persawahan kurang lebih 147,425

 Berpa tanah pekarangan kurang lebih 37,705

(60)

Dari segi pendidikan penduduk desa Prasung kurang memperhatikan terhadap dunia pendidikan, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah lulusan berdasarkan usis diatas 35 tahun penduduk desa Prasung rat-rata berpendidikan rendah (SD-SMP) hal inilah diantara salah satu sebab yang menyebabkan terjadinya kemiskinan di desa Prasung dikarenakan peluang untuk mencari kesempatan kerja sangat terbatas. Kesempatan kerja yang ada hanyalah buruh tani tamabak atau buruh tani sawah yang bersifat musiman. Dengan demikian, sangat tepat kiranya penduduk Prasung mendapat bantuan dari pemerintah yang salah satunya melalui programnya yang terkenal dengan sebutan “Tridaya”.

Program Gerdu-Taskin adalah merupakan salah satu program terpadu dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan di wilayah provinsi Jawa Timur dengan didasarkan pada pendekatan kegiatan TRIDAYA, yakni Pemberdayaan Manusia, Pemberdayaan Usaha dan Pemberdayaan Lingkungan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai pelaku kegiatan.

(61)

mengembangkan usaha ekonomi produktif dan peningkatan pendapatan kelompok miskin serta kesempatan kerja untuk RTM-B. selain itu juga untuk penyediaan atau perbaikan prasarana rumah tinggal RTM-R dan lingkungannya, peningkatan fasilitas umum serta pengembangan kebutuhan prasarana/sarana ekonomi desa sesuai dengan kebutuhan.

Tujuannya adalah sebagai berikut: a. Tujuan Umum

Program Gerdu-Taskin bertujuan mewujudkan kemandirian masyarakat Desa dalam penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, dengan fokus utama pengembangan usaha ekonomi produktif RTM melalui pendekatan TRIDAYA.

b. Tujuan Khusus

 Meningkatkan peran serta aktif RTM dalam pengambilan keputusan

pembangunan secara terbuka, demokratis dan bertanggung jawab.

 Mengembangkan kemampuan usaha dan peluang berusaha dalam rangka

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan bagi RTM berpotensi.

 Menciptakan kesempatan kerja melalui pengembangan usaha UPK dan

RTM dalam rangka mengatasi pengangguran.

 Menyediakan pelayanan kebutuhan dasar dengan orientasi pada

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 3.1
Tabel 4.1 Mata Pencaharian Penduduk
Tabel 5.1 Penganut Agama

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis maka pada masa sekarang ini di dalam kehidupan masyarakat etnis Pakpak sudah diberikan harta warisan kepada anak

Dengan kata lain, kehidupan masyarakat saat ini (2003), paling tidak secara sosial ekonomi telah meningkat sejauh tiga sampai lima langkah dibandingkan dengan

Secara teoritis kajian konflik keluarga antara suami istri dengan orangtua dalam satu rumah perspektif teori pertukaran sosial memberikan penjelasan bagi masyarakat, bahwa

Skripsi yang berjudul “Analisis Peran anda Istri dalam Membantu Perekonomian Keluarga Ditinjau dari Ekonomi Islam (Studi Kasus Wanita yang Bekerja di Desa Klumpit

Pembahasan utama yang dijadikan obyek oleh penulis dalam karya tulis ilmiah ini adalah “Analisis Hukum Keluarga tentang Status Perkawinan Setelah Suami Mati Suri

Penelitian ini berjudul Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja: Sebuah studi Kasus Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan

Hal ini sesuai dengan penjelasan dari KN pemilik modal sebagai berikut: “saya pernah mengalami kerugian atas meninggalnya hewan ternak sapi saya mbak, hewan yang dikelola uleh

Rumah Tangga Rumah tangga yaitu semua hal yang memiliki hubungan dengan urusan kehidupan keluarga setelah berlangsungnya pernikahan.11 Rumah tangga dalam penelitian ini yang dimaksud