• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum Perdagangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum Perdagangan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI

NOMOR 17/KMK.04/2003 TANGGAL 8 JANUARI 2003 TENTANG

PEMUNGUTAN CUKAI ATAS BARANG KENA CUKAI YANG BERASAL DARI LUAR NEGERI YANG DIMASUKKAN KE

KAWASAN BERIKAT DI DAERAH INDUSTRI PULAU BATAM

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa dalam rangka mengawasi dan membatasi peredaran dan konsumsi Barang Kena Cukai di Kawasan Berikat di Daerah Industri Pulau Batam dipandang perlu untuk memungut cukai atas Barang Kena Cukai yang berasal dari luar negeri yang dimasukkan ke Kawasan Berikat di Daerah Industri Pulau Batam;

b. bahwa Barang Kena Cukai asal Daerah Pabean Indonesia Lainnya yang dimasukkan ke Kawasan Berikat di Daerah Industri Pulau Batam telah lebih dahulu dibayar cukainya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b di atas, perlu menetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Pemungutan Cukai Atas Barang Kena Cukai yang Berasal dari Luar Negeri Yang Dimasukkan Ke Kawasan Berikat di Daerah Industri Pulau Batam;

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara RI Tahun 1995 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3612);

2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara RI Tahun 1995 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3613);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1996 tentang Penindakan di Bidang Cukai (Lembaran Negara RI Tahun 1996 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3628);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1996 tentang Pengenaan Sanksi Administrasi di Bidang Cukai (Lembaran Negara RI Tahun 1996 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3629);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1997 tentang Pengawasan Barang Kena Cukai (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3669);

6. Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol; 7. Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001;

8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 240/KMK.05/1996 tentang Pelunasan Cukai, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusa n Menteri Keuangan Nomor 105/KMK.05/1997;

9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 241/KMK.05/1996 tentang Penyediaan dan Desain Pita Cukai;

10.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 247/KMK.05/1996 tentang Penimbunan, Pemasukan, Pengeluaran, Pengangkutan, dan Perdagangan Barang Kena Cukai;

11.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 104/KMK.05/1997 tentang Pemberian dan Pencabutan Nomor Pokok Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau dan Importir Hasil Tembakau serta Persetujuan Pembuatan Hasil Tembakau di Luar Pabrik;

12.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 106/KMK.05/1997 tentang Pemberian dan Pencabutan Nomor Pokok Pengusaha Pabrik dan Importir Minuman Mengandung Etil Alkohol;

13.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 47/KMK.05/2001 tentang Penyediaan dan Desain Pita Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol asal Impor.

MEMUTUSKAN :

(2)

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEMUNGUTAN CUKAI ATAS BARANG KENAI CUKAI YANG BERASAL DARI LUAR NEGERI YANG DIMASUKKAN KE KAWASAN BERIKAT DI DAERAH INDUSTRI PULAU BATAM.

Pasal 1

(1) Barang Kena Cukai yang berasal dari luar negeri yang dimasukkan ke Kawasan Berikat di Daerah Industri Pulau Batam wajib dilunasi cukainya.

(2) Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang pelunasan cukainya dilakukan dengan cara pelekatan pita cukai, wajib dilekati pita cukai yang didesain khusus untuk itu sebelum Barang Kena Cukai dimaksud diedarkan di Kawasan Berikat Pulau Batam.

(3) Pita Cukai sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilekatkan pada kemasan untuk penjualan eceran Barang Kena Cukai sedemikian rupa, sehingga pita cukai menjadi rusak apabila kemasan untuk penjualan eceran dibuka.

Pasal 2

(1) Pengusaha yang akan memasukkan Barang Kena Cukai yang berasal dari luar negeri ke Kawasan Berikat di Daerah Industri Pulau Batam, wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai sebagai Pengusaha Barang Kena Cukai Khusus Kawasan Berikat di Daerah Industri Pulau Batam.

(2) Tata kerja dan persyaratan untuk mendapatkan ijin sebagai Pengusaha Barang Kena Cukai Khusus Kawasan Berikat di Daerah Industri Pulau Batam diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Pasal 3

(1) Pita cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) disediakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

(2) Untuk mendapatkan pita cukai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pengusaha Barang Kena Cukai Khusus Kawasan Berikat di Daerah Industri Pulau Batam mengajukan permohonan pemesanan pita cukai kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan mempergunakan formulir CK-1 Batam sesuai contoh sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Keuangan ini.

Pasal 4

Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan ini diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Pasal 5

Pada saat Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, ketentuan yang tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan ini dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 6

Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 April 2003.

(3)

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 Januari 2003

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd.

(4)

LAMPIRAN

Halaman 1 CK-1 Batam Lembar Asli/Kedua/Ketiga

Diisi oleh Kantor Pelayanan DJBC Nomor :

Tanggal : Kode Kantor :

PEMESANAN PITA CUKAI KHUSUS BATAM

1. Nama Perusahaan : ……… ………

2. Nama Pengusaha : ……… ………

3. Alamat Perusahaan : ……… ………

4. Nomor & Tgl. NPPBKC-Batam : ……… ………

5. Yang Diberi Kuasa : ……… ………

6. Cara Pembayaran : Tunai/Kredit *)

7. Jenis Barang Kena Cukai : … ………

8. Golongan Tarif Cukai 9. Warna Pita Cukai

Seri Merek Kemasan Isi Gol. Tarif Cukai

Lembar Jumlah

Gol.Tarif Cukai x Lbr x Seri

Jumlah Cukai

1 2 3 4 5 6 7 8

Jumlah Total

(5)

Jumlah cukai yang seharusnya dibayar

11. Catatan Petugas

Nomor ……… .

Diserahkan Pita Cukai

Tanggal ………

Paraf

Diminta pada tanggal ………..

Pengusaha BKC Khusus Batam

(……… )

Halaman 2

I. Kolom untuk Bendaharawan

1. Bendaharawan DJBC di ………. 2. Menerangkan bahwa perusahaan di … ……….

3. Dokumen pemesanan pita cukai nomor ……… tanggal ……… 4. Jumlah Cukai Rp. ……… (……… .) 5. Pelunasan cukai secara tunai,

Dengan STTC Nomor ……… tanggal … …… ……….. 6. Pelunasan cukai secara kredit,

Dibukukan dalam Buku Rekening Kredit

Jilid … ………….. Folio … …………. Pos ………. 7. Penundaan pembayaran berakhir tanggal … ……….

Di … …………, tanggal … ……….

Pengusaha BKC Khusus Bata m/Kuasa

( ………..) NIP. ……….

II. Tanda Terima Pita Cukai

1. Nama Penerima Pita Cukai : 2. Nama Penerima Pita Cukai : 3. Kuasa dari :

(6)

Di … …………, tanggal … ……….

Pengusaha BKC Khusus Bata m/Kuasa

( ………..) NIP. ……….

III. Tanda Terima Pita Cukai

Diberitahukan kepada Bendaharawan DJBC di ……… .

Bahwa Pita Cukai yang dipesan dengan dokumen pemesanan CK-1 Batam Nomor ………….. tanggal ………, telah diserahkan pada tanggal … ……….

Di … …………, tanggal … ……….

Pengurus Pita Cukai

( ………..) NIP. ……….

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd.

Referensi

Dokumen terkait

Memphoto copy Laporan Harian Mengantarkan Surat SPB Memasang Label Mengambil Barang Di GA Mengantarkan Barang Ke PPC 3 25/03/2009 Mengentry Data 08.00-17.00 Mengarsip. Memphoto

Untuk ketiga algoritma yang dikaji, kemampuan pencocokan kata dengan panjang lebih dari lima karakter atau terdiri lebih dari satu suku kata, ditunjukkan oleh algoritma

MMI menjadi mitra kerja bagi para pelanggannya dalam bidang Manajemen Kearsipan Modern , yang mampu memberikan kemudahan, keamanan dan keakuratan dengan cara menyediakan

Menurut penulis, banyaknya responden yang berada pada kategori kurang untuk faktor dukungan informasi (66,2%), dikarenakan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh

Secara praktis, penguatan kelembagaan dalam dokumen ini dimaknai sebagai suatu upaya untuk mewadahi program-program LPPM yang terkait langsung dengan aksi

Dengan bisnis e-commerce yang dibuat melalui website ini, pemasaran produk lebih efektif, pelanggan mudah bertransaksi secara online, data pesanan tersimpan baik,

Dalam perkuliahan ini dibahas tentang perumahan horizontal (kawasan) dan vertikal (rumah susun) yang terdiri dari pengertian dan lingkup bahasan